Kearifan Lokal Kesejahteraan Sebagai Kearifan Lokal

3.2.1 Kearifan Lokal Kesejahteraan

Kearifan lokal yang berkenaan dengan kesejahteraan digali dari nilai budaya luhur yang membicarakan tentang perlunya kesejahteraan manusia. Secara morfologis, kata “kesejahteraan” berasal dari kata dasar ‘sejahtera’ yang berarti dalam keadaan aman, sentosa, makmur dan selamat. Kesejahteraan disini berarti terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran baik secara primer maupun sekunder Sibarani, 2012: 139 . Kata sejahtera tidak hanya berbicara mengenai hal-hal materi seperti kekayaan, namun juga menyangkut hal-hal lain seperti kesehatan, lingkungan yang terjaga, dan masih banyak lagi. Para leluhur sebenarnya telah memikirkan kesejahteraan untuk generasi berikutnya. Hal ini terbukti dalam pikiran-pikiran, gagasan, dan cita-cita leluhur yang tercermin dalam berbagai tradisi lisan. Daerah Okinawa terkenal sebagai daerah yang angka kehidupannya sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini dikarenakan masyarakat Okinawa sangat menjaga kesehatan dan kualitas hidupnya dengan sangat baik. Maka tak heran jika usia penduduknya rata-rata sangat panjang. Faktor pendukung lainnya adalah karena masyarakat Okinawa sangat memegang teguh makna simbolik yang terdapat dalam bentuk patung shisa. Seperti yang telah dituliskan pada bab sebelumnya bahwa sepasang mulut patung shisa konsep Yin dan Yang pada budaya rakyat Tionghoa. Makna dari simbol ini sebenarnya ingin mengajarkan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan hidup diri sendiri, sesama serta dengan alam. Cara menjaga keseimbangan hidup yaitu dengan menjaga kesehatan diri sendiri. Apabila keseimbangan dalam dirinya terganggu, dapat menyebabkan sakit jasmani maupun rohani mental. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan. Berbuat baik kepada orang lain juga merupakan salah satu cara untuk menjaga keselarasan dengan sesama. Sedangkan untuk menjaga keselarasan dengan alam, ini diwujudkan dengan cara menjaga dan melestarikan ekosistem lingkungan. Selain itu, bentuk mulut patung shisa yang terbuka seperti membentuk huruf “a” dan yang tertutup seperti membentuk huruf “un”. Gabungan dari kedua huruf ini membentuk huruf a-un yang merupakan simbolisme ajaran Buddha menggambarkan tentang siklus kehidupan manusia yaitu kelahiran dan kematian. Simbol ini juga sama seperti analogi dari negara barat tentang alpha dan omega yang bermakna awal dan akhir dari segala sesuatu. Hal ini mengajarkan bahwa setiap manusia yang hidup, pasti akan mati. Jadi, hendaknya manusia dapat menggunakan masa hidupnya yang singkat didunia ini untuk hal-hal yang positif. Kepercayaan terhadap patung shisa juga memberikan dampak positif bagi pelestarian binatang khususnya anjing. Shisa yang dipercaya sebagai pelindung ini merupakan mahluk penjelmaan setengah anjing. Hal ini mempengaruhi cara pandang masyarakat Okinawa terhadap anjing. Anjing dipandang sebagai pelindung manusia. Sifat alaminya yang setia melindungi tuannya membuat hewan ini disayangi dan dipelihara tidak hanya di Okinawa, tetapi juga di Jepang. bahkan, di Jepang pun telah dibuat patung hachiko untuk menghargai kesetiaan anjing. Sehingga tak heran jika masyarakat Okinawa jarang sekali yang tega untuk membunuh anjing. Berbeda jika dibandingkan dengan negara Cina yang justru sebaliknya terdapat festival yang dinamakan yulin yaitu festival memakan daging anjing dan kucing. Dalam festival ini sekitar 10.000 anjing dibunuh dengan cara yang sadis seperti merebusnya dalam keadaan hidup, atau menjepit leher anjing dan menggantungkannya hingga mati.

3.2.2 Kearifan Lokal Kedamaian