Pandangan Masyarakat Terhadap Kebijakan. pdf
Pandangan Masyarakat Terhadap Kebijakan Standar Nasional Pendidikan (Studi Pada Pendidikan Dasar di Kota Tanjungpinang)
Rendra Setyadiharja 1) *, Neng Suryanti Nengsih 2)
1 Program Studi Ilmu Pemerintahan, Stisipol Raja Haji Tanjungpinang. Jalan Raja Haji Fisabilillah
Km.8 No.48, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29111 Indonesia.
2 Program Studi Ilmu Pemerintahan, Stisipol Raja Haji Tanjungpinang. Jalan Raja Haji Fisabilillah
Km.8 No.48, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29111 Indonesia
* Korespondensi Penulis. E-mail: [email protected], Telp: +6281268660986
Abstrak
Persoalan pendidikan berhubungan dengan bagaimana mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu pemerintah menetapkan banyak standar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Banyak kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, namun masih mengundang tanda tanya standar pendidikan yang mampu dan berkualitas dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia. Penelitian ini akan menjelaskan dengan statistik deskriptif tentang pandangan masyarakat tentang kebijakan standar nasional pendidikan yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disempurnakan menjadi PP No. 32 Tahun 2013 dan kemudian disempurnakan kembali menjadi PP No. 15 Tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap pandangan masyarakat sekaligus menjadi input bagi pemerintah terkait dengan standar nasional pendidikan yang selama ini digunakan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah data statistik deskriptif pandangan masyarakat Kota Tanjungpinang terkait kebijakan standar nasional pendidikan khususnya pada pendidikan dasar di Kota Tanjungpinang. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi bagi pemerintah khususnya dalam penerapan standar nasional pendidikan di pendidikan dasar.
Kata kunci: Pandangan Masyarakat, Kebijakan, Standar Pendidikan, Pendidikan Dasar
PUBLIC PERCEPTION ON THE NATIONAL EDUCATION STANDARDS POLICY (Studies in Primary Education Level in Tanjungpinang) Abstract
Education problems related to the issue of state goals is educating the nation. Therefore, the Government should establish a policy on optimal standard of education for its society. A wide variety of standard policy on education has been issued by the government. But whether the policy on the standard is believed to be the best solution to improve the quality of education in Indonesia. This study will explain in descriptive statistics related to public perceptions of the standard policy of national policies in education, especially in Tanjungpinang, and focused on primary education. The purpose of this study is to reveal the preferences of society as well as the input to the relevant government standards to be improved and enhanced by the government. This research is descriptive with quantitative approach. The results of this study are related statistical description of public perception of the policy of national education standards in Tanjungpinang, especially at the primary level. This research is expected to be recommendations for government policy related to national education standards in Tanjungpinang, especially at the primary level.
Keywords:
Public Perception, Policy, Education Standard, Primary Education Public Perception, Policy, Education Standard, Primary Education
PENDAHULUAN
wahana utama dalam pembangunan bangsa Pembukaan
Undang-undang 1945
dan karakter.
mengamanatkan bahwa
Penyelenggaraan pendidikan sebagai- Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara
pembentukan
mana yang diamanatkan dalam Undang- lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-
Sistem Pendidikan Nasional diharapkan undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 3 yang
dapat mewujudkan proses perkembangan menyatakan bahwa Pemerintah meng-
pribadi peserta didik sebagai generasi usahakan dan menyelenggarakan satu sistem
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini pendidikan nasional, yang meningkatkan
akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
kembangnya bangsa dan negara Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
sepanjang jaman.
bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Untuk mengukur standar nasional Perwujudan dari amanat Undang-
pendidikan, sesuai amanat Pasal 35 tentang undang Dasar 1945 yaitu dengan di-
Standar Nasional Pendidikan yang me- berlakukannya Undang-Undang Nomor 20
nuliskan bahwa standar nasional pendidikan Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
yang terdiri dari standar isi, proses, Nasional, yang merupakan produk Undang-
kompetensi kelulusan, tenaga pendidikan dan Undang pendidikan pertama pada awal abad
dan prasarana, ke-21. Undang-Undang ini menjadi dasar
kependidikan,
sarana
pengelolaan dan pembiayaan dan penilaian hukum untuk membangun pendidikan
pendidikan yang kemudian menjadi acuan nasional
pengembangan kurikulum, tenaga pendidik- demokrasi, desentralisasi dan otonomi
dengan menerapkan
prinsip
an, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi
pembiayaan. Kemudian sebagai petunjuk manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17
pelaksaan untuk melakukan pengawasan dan Agustus 1945, Undang-Undang tentang
pengukuran standar nasional pendidikan sistem pendidikan nasional telah mengalami
maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kali perubahan.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pendidikan nasional, sebagai salah
tentang Standar Nasional Pendidikan yang satu sektor pembangunan nasional dalam
kemudian disempurnakan menjadi PP No. 32 upaya untuk mencerdaskan kehidupan
Tahun 2013 dan kemudian disempurnakan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem
kembali menjadi PP No. 15 Tahun 2015 yang pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
Standar Nasional dan berwibawa untuk memberdayakan
menyatakan
bahwa
Pendidikan merupakan kriteria minimal semua warga Indonesia berkembang menjadi
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah manusia yang berkualiatas sehingga mampu
hukum NKRI.
dan pro aktif menjawab tantangan zaman Kurikulum merupakan salah satu yang selalu berubah. Makna manusia yang
unsur yang bisa memberikan kontribusi yang berkualitas, menurut Undang-undang Nomor
signifikan
untuk
mewujudkan proses
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan berkembangnya kualitas potensi peserta Nasional yaitu manusia terdidik yang
didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
kurikulum yang dikembangkan dengan ber- Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
basis pada kompetensi sangat diperlukan cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
sebagai instrumen untuk mengarahkan negara yang demokratis dan bertanggung
peserta didik menjadi:
jawab. Oleh karena itu pendidikan nasional
1. Manusia berkualitas yang mampu dan mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak proaktif menjawab tantangan zaman
lain karena ingin memperbaiki mutu yang selalu berubah.
pendidikan agar lebih berkembang dan
2. Manusia terdidik yang beriman dan mengikuti zaman, namun dalam penerapan- bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
nya masih banyak kendala sehingga siswa Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem cakap, kreatif dan mandiri.
pembelajaran yang baru. Sehingga dalam
3. Warga negara yang demokratis dan pelaksanaan evaluasi atau ujian nasional bertanggung jawab. Pengembangan
siswa menggunakan segala cara untuk dan pelaksanaan kurikulum berbasis
mendapatkan standar nilai kelulusan. Tidak kompetensi merupakan salah satu
hanya itu, bahkan beberapa sekolah strategi
memberikan bantuan kepada siswanya nasional sebagaiman yang diamanatkan
pembangunan
pendidikn
dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal ini pada Undang-undang Nomor 20 Tahun
semakin memperburuk mental anak bangsa 2003 tentang Sistem Pendidikan
sebagai kader penerus di masa depan. Nasional.
Dengan konsep kurikulum berbasis Kurikulum sebagai standar pertama
kompetensi, tak tepat jika ada yang dalam pengembangan pendidikan yang di
menyampaikan bahwa pemerintah salah atur dalam sistem pendidikan di Indonesia
sasaran saat merencanakan perubahan telah mengalami perubahan sebanyak 10 kali.
kurikulum, karena yang perlu diperbaiki Berikut sejarah perkembangan kurikulim di
sebenarnya metodologi pembelajaran bukan Indonesia yang penulis sajikan dalam bentuk
kurikulum. Hal ini menunjukkan belum timeline
dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum memahami sejarah perkembangan kurikulum
untuk mempermudah
dalam
berbasis kompetensi termasuk mencakup dari masa kolonialisme yang berawal dari
metodologi pembelajaran. tahun 1947.
Tanpa metodologi pembelajaran yang sesuai, tak akan terbentuk kompetensi yang diharapkan.
contoh, dalam Kurikulum 2013, kompetensi lulusan dalam
Sebagai
ranah keterampilan untuk SD dirumuskan
sebagai
melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji,
memiliki
menalar, mencipta) kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif, dalam
Sumber: Diolah dari berbagai Sumber ranah konkret dan abstrak, sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. Kompetensi
Gambar.1 Sejarah
Perkembangan
semacam ini tak akan tercapai bila pengertian
Kurikulum Pendidikan di Indonesia
kurikulum diartikan sempit, tak termasuk Dalam kurikulum 2013 ini, mata
metodologi pembelajaran. pelajaran berkontribusi pada semua ranah
Bukan saja persoalan kurikulum, kompetensi dan keseragaman antara materi
dimana standar pendidikan kedua yaitu proses dan hasil. Perubahan kurikulum ini
berkaitan dengan tenaga pendidik dan tenaga sedikit banyak memberi pengaruh terhadap
kependidikan. Disisi ini akan lebih banyak siswa karena kurang siapnya siswa untuk
berkaitan dengan kualitas guru dan tenaga beradaptasi dengan kurikulum yang baru,
kependidikan yang ada di sekolah. Guru sehingga tidak menutup kemungkinan dapat
merupakan aktor terdepan dalam pelaksana- menurunkan prestasi. Tujuan pemerintah
an pendidikan yang berhadapan dengan an pendidikan yang berhadapan dengan
membantu siswa untuk menyelesaikan topik bahasan pada mata pelajaran maenjadi
pendidikan dasar 9 tahunnya. informasi yang menarik dan mudah dipahami
Standar terakhir adalah adalah standar oleh peserta didik, kemampuasn meng-
pengelolaan. Dimana dalam hal ini berkaitan identifikasi tingkat dan area kesulitan peserta
dengan Manajemen Berbasis Sekolah. Dimana didik dan kemampuan untuk membantu
dalam Manajemen Berbasis Sekolah ini keluar dari kesulitan tersebut dan ke-
haruslah melibatkan beberapa pihak dalam mampuan melakukan evaluasi kemajuan
pengelolaan sekolah yaitu kepala sekolah, belajar siswa. Oleh karena itu bangsa
guru, tenaga pendidikan, orang tua siswa, Indonesia sangat membutuhkan kualitas guru
masyarakat lingkungan sekolah. Dengan yang mumpuni, bukan saja mampu
standar pengelolaan seperti ini, diharapkan mentransformasikan ilmu melainkan juga
sekolah tidak lagi menjadi aktor tunggal mampu memberikan nilai pendidikan bagi
dalam rangka mendidik anak bangsa ini, siswa.
namun akan lebih baik jika melibatkan pihak- Standar selanjutnya adalah standar
pihak tersebut dalam pengelolaan sekolah. sarana dan prasarana. Dalam hal ini
Kesemua standar tersebut diterapkan Indonesia membutuhkan sebuah kondisi
diseluruh wilayah Indonesia termasuk Kota bangunan sekolah yang representatif dimana
Tanjungpinang. Terkadang muncul sebuah sekolah tidak lagi menjadi tempat yang
pertanyaan apakah kebijakan pengembangan menakutkan bagi siswa melainkan juga
pendidikan nasional dengan standar tersebut mampu menjadi rumah kedua bagi mereka.
sudah efektif dalam rangka mengembangkan Tentunya akan berkaitan bagaimana dengan
pendidikan di Indonesia terlebih khusunya di sarana dan prasarana di tempat siswa-siswa
Apakah semua bersekolah. Kenyamanan lingkungan sekolah
Kota
Tanjungpinang.
stakeholders baik itu guru, siswa dan dari sisi gedung, laboratorium, perpustakaan
masyrakat dalam hal ini mengetahui dengan yang lengkap, fasilitas olah raga dan tak boleh
jelas sehingga kebijakan pengembangan dilupakan juga sarana untuk meningkatkan
pendidikan ini dinilai efektif. Oleh karena itu, bakat siswa seperti lapangan olah raga, ruang
perlu dilakukan sebuah kajian mengenai kesenian, dan lain sebagainya harusnya
kebijakan pengembangan tersedia di sekolah agar siswa merasakan
efektivitas
pendidikan nasional di Kota Tanjungpinang sebuah kenikmatan dan kenyamanan di
menurut masyarakat.
lingkungan sekolah yang akan mampu
METODE
mendukung meningkatkan suasana akademik di sekolah.
Untuk melihat objek penelitian agar Selanjutnya
lebih terinci dalam mengukur variabel pembiayaan. Standar ini berkaitan dengan
adalah
standar
dengan instrument yang telah disediakan penyaluran Dana Operasional Sekolah (BOS)
penulis menggunakan metode survey dengan yang dikelola oleh sekolah dalam rangka
pendekatan kuantitatif. Adapun pendekatan membantu
penelitian kuantitafif yang digunakan dalam pendidikan dasar dan menengah. Penyaluran
penelitian ini adalah dengan cara metode dana BOS ini haruslah menjunjung tinggi nilai
survey dengan menggunakan kuesioner transparansi, efektif dan efisien. Dana BOS
sebagai alat pengumpulan data primer, haruslah menjadi sebuah asupan secara
sementara dokumentasi dan observasi finansial untuk membantu siswa untuk
sebagai alat dan teknik pengumpulan data menjalani pendidikannya, dan kita ketahui
sekunder. Penelitian ini menggunakan 120 bahwa biaya pendidikan sekarang cukup
sampel yang terdiri dari guru, masyarakat sampel yang terdiri dari guru, masyarakat
tindakan untuk mencapai tujuan dan Tanjungpinang, dengan teknik sampling
umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh menggunakan Random Sampling.
seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-
HASIL DAN PEMBAHASAN
hambatan tetapi harus mencari peluang-
peluang untuk mewujudkan tujuan dan Kebijakan secara epistimologi, istilah sasaran yang diinginkan. Hal tersebut berarti kebijakan berasal dari bahasa Inggris
A. Konsep Kebijakan
kebijakan tidak boleh bertentangan dengan policy . Akan tetapi, kebanyakan orang
nilai-nilai dan pelaksanaan sosial yang ada berpandangan bahwa istilah kebijakan dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi senantiasa disamakan dengan istilah ke- nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai- bijaksanaan. Padahal apabila dicermati nilai yang hidup dalam masyarakat, maka berdasarkan tata bahasa, istilah kebijaksana- an berasal dari kata wisdom . kebijakan tersebut akan mendapat kendala
ketika di implementasikan. Sebaliknya, suatu Pendapat Anderson yang dikutip oleh
kebijakan harus mampu mengakomodasikan Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan langkah tindakan yang secara sengaja berkembang dalam masyarakat. dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah
aktor berkenaan dengan adanya masalah
B. Konsep Standar Nasional Pendidikan
atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson
yang kemudian disempurnakan menjadi PP merupakan langkah tindakan yang sengaja
No. 32 Tahun 2013 dan kemudian dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan
disempurnakan kembali menjadi PP No. 15 adanya masalah yang sedang di hadapi.
Tahun 2015 serta berdasarkan paparan Kebijakan menurut pendapat Carl
Pendidikan dan Kebudayaan Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa:
Menteri
(2013) bahwa Kebijakan adalah suatu tindakan yang
Republik
Indonesia
pengembangan pendidikan nasional mengacu mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
pada standar berikut.
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatanhambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang diingi nkan Friedrich dalam Wahab,
Berdasarkan definisi di atas, kebijakan
mengandung suatu unsur tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan
tersebut ingin dicapai oleh seseorang,
kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan
Pendidikan Nasional
tentu mempunyai hambatan-hambatan pada Standar Nasional Pendidikan yang
pelaksanaannya tetapi harus mencari meliputi standar pengelolaan, standar biaya, peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan
standar sarana prasarana, standar pendidik yang diinginkan.
dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
sebagai berikut.
penduduk Indonesia dilihat dari per-
1. Menilai kemampuan siswa pada tumbuhan penduduk usia produktif. Terkait
pendidikan dasar hanya dilihat dengan tantangan internal pertama, berbagai
dari hasil pembelajaran siswa. kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan
2. Menilai kemampuan siswa pada agar penyelenggaraan pendidikan dapat
pendidikan dasar hanya dilihat mencapai ke delapan standar yang telah
dari kerajinan dan perilaku siswa. ditetapkan.
3. Menilai kemampuan siswa pada Pengembangan pendidikan mengacu
pendidikan dasar merupakan pada 8 standar dengan dikelompokkan dalam
gabugan
antara nilai
5 aspek yaitu : pembelajaran, kerajinan, dan
I. Aspek Kurikulum Pendidikan , perilaku siswa. dimana didalam kurikulum terdapat
d. Standar Lulusan
beberapa standar isi, standar (proses) Standar ini diukur dengan hal-hal penilaian,
standar
proses
sebagai berikut.
(pembelajaran) dan standar kompetisi
kelulusan tingkat lulusan yang diukur dengan hal-hal
1. Sistem
pendidikan dasar sekarang ini sebagai berikut.
terlalu kaku dengan hanya
a. Standar Isi
melihat nilai akhir berdasarkan Standar ini diukur dengan hal-hal
sisi pengetahuan belaka tanpa sebagai berikut.
mempertimbangkan sisi sikap dan
1. Kurikulum yang digunakan dalam perilaku siswa. pendidikan dasar saat ini sudah
2. Hasil lulusan sekolah pada jenjang sangat sesuai dan menjawab
pendidikan dasar saat ini sudah tantangan masa depan
mampu mencerminkan kualitas
2. Keterlibatan orang tua dan pendidikan dasar di Indonesia masyarakat secara luas sangat
II. Aspek Tenaga Pendidik dan Tenaga
diperlukan dalam pengembangan
dimana didalam kurikulum dalam pendidikan
Kependidikan,
aspek ini terdapat hal yang penting dasar
seperti peningkatan kualifikasi dan
b. Standar Proses Pembelajaran
sertifikasi, pembayaran tunjangan Standar ini diukur dengan hal-hal
sertifikasi, dan uji kompetensi dan sebagai berikut.
pengukuran kenirja.
1. Proses
Standar ini diukur dengan hal-hal sekolah dasar seharusnya hanya
pembelajaran
pada
sebagai berikut.
terpusat pada guru.
1. Kualitas guru pada pendidikan
2. Proses
dasar saat ini sudah dapat sekolah dasar sebaiknya terpusat
pembelajaran
pada
dikatakan berkompeten dalam pada siswa dengan banyaknya
mengelola pendidikan. peran siswa dalam pembelajaran
2. Kuantitas atau jumlah guru pada dan guru hanya sebagai fasilitator.
suatu sekolah dasar saat ini sudah
3. Ada keterlibatan peran orang tua dinilai cukup dan memadai siswa dalam merancang proses
3. Untuk menciptakan suatu kualitas pembelajaran.
pendidikan dasar yang sempurna
c. Standar Proses Penilaian
harus ada keterlibatan antara harus ada keterlibatan antara
dana BOS.
d. Dalam pelaksanaannya Dana BOS dimana didalam aspek ini terdapat
III. Aspek Sarana dan Prasarana,
telah tepat pada sasarannya beberapa hal penting yang berupa
saat membantu Rehab Gedung Sekolah, Penyediaan
sehingga
kelompok sasaran tersebutt dalam Lab
dan Perpustakaan,dan menjalani pendidikan dasar. Penyediaan Buku.
V. Aspek Pengelolaan, didalam aspek ini Standar ini diukur dengan hal-hal
mengatur manajemen sebagai berikut.
bagaimana
berbasis sekolah sehingga tercipta
a. Sarana dan prasarana sekolah sekolah yang mampu menciptakan SDM pada jenjang pendidikan dasar
yang baik.
Standar ini diukur dengan hal-hal mendukung sistem pembelajaran
selama ini sudah
mampu
sebagai berikut.
siswa di sekolah.
a. Sekolah telah mampu mengelola
b. Keterlibatan orang tua dan dan mengembangkan pendidikan masyarakat sangat diperlukan
dasar dengan baik. dalam
orang tua dan pemeliharaan
pemenuhan
dan
b. Melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, prasarana di sekolah selain
sarana
dan
dan evaluasi tanggung jawab sekolah dan
pelaksanaan,
pengelolaan sekolah pada jenjang pemerintah
pendidikan dasar adalah sangat
c. Keterlibatan orang tua dan
diperlukan.
masyarakat sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
C. Pandangan
Masyarakat Terhadap
buku siswa dan perpustakaan
Kebijakan
Standar Nasional
sekolah selain tanggung jawab
Pendidikan Di Kota Tanjungpinang
I. Aspek Kurikulum Pendidikan
sekolah dan pemerintah.
a. Standar Isi Kurikulum
IV. Aspek Pembiayaan, dimana didalam Sesuai Standar Nasional Pendidikan aspek ini terdapat hal yang berkaitan
yang ditetapkan Pemerintah dalam No. 19 dalam aspek pembiayaan BOS,
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Bantuan
Pendidikan yang kemudian disempurnakan BOPTN/Bidik Misi (di PT).
menjadi PP No. 32 Tahun 2013 dan kemudian Standar ini diukur dengan hal-hal
disempurnakan kembali menjadi PP No. 15 sebagai berikut.
Tahun 2015 yang menyatakan bahwa Standar
a. Sekolah saat ini telah melakukan Nasional Pendidikan maka aspek pertama standar pembiayaan yang baik,
yang akan diukur adalah aspek kurikulum transparan dan akuntabel.
pendidikan. Dalam kurikulum ini terdapat
b. Sekolah pada jenjang pendidikan beberapa dimensi yang akan diukur yaitu dasar telah berhasil mengelola dan
Standar isi kurikulum, Standar Pembelajaran, Bantuan
Standar Proses Penilaian, dan Standar dengan baik dan transparan serta
akuntabel sehingga memudahkan Dimensi standar isi kurikulum terdapat siswa dalam menjalani pendidikan.
pula beberapa hal yang menjadi indikator
c. Keterlibatan orang tua dan penelitian yaitu kurikulum yang digunakan masyarakat luas sangat diperlukan
dalam pendidikan dasar saat ini sudah sangat dalam pengawasan dan audit
sesuai dan menjawab tantangan masa depan, sesuai dan menjawab tantangan masa depan,
TIDAK TAHU
secara luas sangat diperlukan dalam
Sumber: Data Olahan, 2015
pengembangan kurikulum dalam pendidikan Berdasarkan tabel di atas, dapat dasar.
58% responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah
ditunjukkan
bahwa
menyatakan sangat setuju dan setuju dilakukan maka pengukuran indikator utama
terhadap indikator keterlibatan orang tua diperoleh data sebagaimana dijelaskan pada
secara luas dalam tabel berikut.
dan
masyarakat
pengembangan kurikulum pada tingkat
Tabel 1. Kurikulum Yang Digunakan Dalam
pendidikan dasar, dan hanya 29% yang
Pendidikan Dasar Saat Ini Sudah Sangat Sesuai Dan Menjawab Tantangan Masa Depan Bangsa
menyatakan tidak setuju dan 13% yang
menyatakan tidak tahu. Itu artinya responden
Kurikulum sesuai
dengan tantangan
JUMLAH
PERSENTASE
berpendapat bahwa keterlibatan orang tua
masa depan
dan masyaraka sangat dibutuhkan dalam
SANGAT SETUJU
pengembangan dalam pendidikan dasar.
KURANG SETUJU
TIDAK SETUJU
b. Standar Proses Pembelajaran
TIDAK TAHU
Standar selanjutnya dalam aspek
Sumber: Data Olahan, 2015
standar proses Berdasarkan Tabel 1 menyatakan
kurikulum
adalah
pembelajaran. Di dalam standar ini hal-hal bahwa 80% responden Sangat Setuju dan
yang menjadi penilaian dan akan diambil Setuju, bahwa kurikulum yang digunakan
sebuah pandangan dari masyarakat adalah dalam pendidikan dasar saat ini sudah sangat
terkait indikator berikut yaitu, proses sesuai dan menjawab tantangan masa depan
pembelajaran pada sekolah dasar seharusnya bangsa. Hanya 20% yang menyatakan
pada guru, proses pandangan negatif yaitu kurang setuju dan
hanya
terpusat
pembelajaran pada sekolah dasar sebaiknya tidak setuju. Itu artinya Kurikulum KTSP yang
terpusat pada siswa dengan banyaknya peran digunakan dalam jenjang pendidikan dasar
siswa dalam pembelajaran dan guru hanya saat ini dinilai masyarakat sesuai dengan
sebagai fasilitator, dan adanya keterlibatan tantangan yang akan dihadapi siswa di masa
peran orang tua siswa dalam merancang yang akan datang. Kesesuaian materi ajar
proses pembelajaran.
yang diberikan oleh guru kepada siswa saat Maka dari beberapa indikator tersebut, relevan dengan kondisi zaman dan masa
diperoleh hasil masing-masing indikator depan yang nantinya akan ditemui oleh siswa
sebagai berikut.
ketika ia akan beranjak ke jenjang pendidikan
Tabel 3. Proses Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Seharusnya Hanya Terpusat Pada Guru
yang lebih tinggi.
Proses pembelajaran
Selanjutnya indikator kedua dari
pada sekolah dasar
seharusnya hanya
JUMLAH PERSENTASE
standar isi kurikulum adalah sebagaimana
terpusat pada guru
7 dijelaskan pada tabel berikut ini. 6%
SANGAT SETUJU
SETUJU
Tabel 2. Keterlibatan Orang Tua Dan Masyarakat
KURANG SETUJU
Secara Luas Sangat Diperlukan Dalam
TIDAK SETUJU
Pengembangan Kurikulum Dalam Pendidikan
TIDAK TAHU
120 100% Keterlibatan orang tua
Dasar
TOTAL
Sumbe: Data Olahan, 2015
dan masyarakat secara
luas sangat diperlukan
dalam pengembangan
JUMLAH
PERSENTASE
Berdasarkan data yang diperllihatkan
kurikulum dalam pendidikan dasar
pada tabel di atas, maka diperoleh data
SANGAT SETUJU
bahwa terdapat 58% responden menyatakan
SETUJU
sangat setuju dan setuju bahwa proses
KURANG SETUJU
TIDAK SETUJU
hanya 41% yang menjawab dengan terdapat 29% responden yang tidak setuju
kecenderungan negatif yaitu kurang setuju, bahwa proses pembelajaran pada sekolah
tidak setuju atau bahkan tidak tahu. Artinya seharusnya terpusat pada guru, dan 13%
pandangan masyarakat cenderung positif tidak tahu dalam menjawab penyataan
dengan penyataan pada indikator ini. tersebut. Itu artinya sebagian besar
Indikator selanjutnya masih dalam responden berpandangan sepakat, bahwa
indikator proses pembelajaran yaitu adanya dalam proses pembelajaran peran guru masih
keterlibatan peran orang tua siswa dalam sangat
merancang proses pembelajaran. Hasil dari menentukan.
pengukuran indikator ini sebagaimana Kemudian indikator selanjutnya yang
dipaparkan pada tabel berikut. dilakukan pengukuran adalah terkait dengan
Tabel 5. Adanya Keterlibatan Peran Orang Tua
proses pembelajaran pada sekolah dasar Siswa Dalam Merancang Proses Pembelajaran
Ada keterlibatan peran
sebaiknya terpusat pada siswa dengan
orang tua siswa dalam
merancang proses
JUMLAH PERSENTASE
banyaknya peran siswa dalam pembelajaran
pembelajaran
dan guru hanya sebagai
fasilitator.
SANGAT SETUJU
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh
SETUJU
8 data sebagai berikut. 7%
KURANG SETUJU
TIDAK SETUJU
Tabel 4. Proses Pembelajaran Pada Sekolah Dasar
TIDAK TAHU
Sebaiknya Terpusat Pada Siswa Dengan Banyaknya
120 100% Peran Siswa Dalam Pembelajaran Dan Guru Hanya
TOTAL
Sumber: Data Olahan, 2015
Sebagai Fasilitator
Proses pembelajaran
Berdasarkan data di atas, tampak 69%
pada sekolah dasar sebaiknya terpusat
responden menjawab sangat setuju dan
pada siswa dengan
setuju, jika dalam menentukan proses pem-
banyaknya peran
JUMLAH
PERSENTASE
belajaran, maka diperlukannya keterlibatan
siswa dalam pembelajaran dan
orang tua siswa dalam merancang proses
guru hanya sebagai
pembelajaran.
Sementara persentase
fasilitator
SANGAT SETUJU
jawaban negatif hanya 32% yang menjawab
SETUJU
dengan kecenderungan negatif dengan
KURANG SETUJU
penyataan kurang setuju, tidak setuju jika
TIDAK SETUJU
TIDAK TAHU
adanya keterlibatan orang tua siswa dalam
merancang proses pembelajaran.
Sumber: Data Olahan, 2015
c. Standar Proses Penilaian
Berdasarkan data di atas, tampak
bawah pandangan masyarakat lebih beragam, Aspek kurikulum selanjutnya yang perlu dilihat dari dekatnya perbedaan persentase
dianalisis adalah standar proses penilaian, masing-masing jawaban, tampak 38%
yang merupakan output dari kurikulum responden mendominasi menjawab setuju
tersebut setelah diajarkan kepada peserta jika proses pembelajaran pada sekolah dasar
didik. Di dalam standar ini yang menjadi sebaiknya terpusat pada siswa dengan
indikatornya adalah menilai kemampuan banyaknya peran siswa dalam pembelajaran
siswa pada pendidikan dasar hanya dilihat dan guru hanya sebagai fasilitator, namun
dari hasil pembelajaran siswa, menilai terdapat 22% yang kurang setuju dan 21%
kemampuan siswa pada pendidikan dasar yang sangat setuju. Namun jika dianalisis
hanya dilihat dari kerajinan dan perilaku lebih lanjut dari angka ini, maka sekitar 59%
siswa, dan menilai kemampuan siswa pada siswa, dan menilai kemampuan siswa pada
TIDAK SETUJU
TIDAK TAHU
nilai pembelajaran, kerajinan, dan perilaku
TOTAL
siswa. Tampak dari beberapa indikator ini
Sumber: Data Olahan, 2015
nantinya akan dilihat bagaimana tanggapan Data ini juga menunjukkan bahwa masyarakat dengan bagaimana sebenarnya
sekitar 73% responden menjawab dengen proses penilaian yang layak bagi peserta
kecenderungan negatif yaitu kurang setuju didik.
dan tidak setuju dan tidak tahu, dan hanya Indikator pertama yaitu menilai
28% responden menjawab positif terhadap kemampuan siswa pada pendidikan dasar
pernyataan pada indikator ini. Itu artinya, hanya dilihat dari hasil pembelajaran siswa.
masyarakat berpandangan tidak sepakat jika Data hasil penelitian memperlihatkan data
para guru atau pendidik atau amanat sebagai berikut.
kurikulum, menilai kemampuan siswa hanya
Tabel 6. Menilai Kemampuan Siswa Pada
pada aspek kerajinan dan perilaku siswa.
Pendidikan Dasar Hanya Dilihat Dari Hasil
Karena sudut pandangan masyarakat tidak
Pembelajaran Siswa
hanya aspek ini yang menjadi penilaian.
Menilai kemampuan siswa pada pendidikan
Namun juga pada aspek ilmu pengetahuan
dasar hanya dilihat dari
JUMLAH
PERSENTASE
juga, namun tidak hanya juga pada aspek
hasil pembelajaran siswa
ilmu pengetahuan dalam aspek pembelajaran
SANGAT SETUJU
namun penilaian harus lebih komprehensif.
KURANG SETUJU
TIDAK SETUJU
Indikator selanjutnya
yang dilakukan
TIDAK TAHU
penilaian adalah menilai kemampuan siswa
Sumber: Data Olahan, 2015
pada pendidikan dasar merupakan gabugan antara nilai pembelajaran, kerajinan, dan
Berdasarkan hasil olahan data di atas, perilaku siswa. Data olahan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ternyata
memperlihatkan data sebagai berikut. sebanyak 74% masyarakat cenderung
Tabel 8. Menilai Kemampuan Siswa Pada
memberikan Pendidikan Dasar Merupakan Gabugan Antara Nilai tanggapan negatif atas
Pembelajaran, Kerajinan, dan Perilaku Siswa
penyataan indikator ini, hanya 26% yang
Menilai kemampuan
kecenderungan jawaban
responden
siswa pada pendidikan dasar
menjawab sangat setuju dan setuju. Itu
artinya masyarakat tidak sepakat bahwa PERSENTASE
merupakan gabungan
JUMLAH
antara nilai
proses penilaian hanya didasarkan atas hasil pembelajaran,
kerajinan dan
pembelajaran siswa semata.
perilaku siswa
Indikator selanjutnya memperlihatkan
SANGAT SETUJU
sebuah penyataan yang lebih berbeda dari
KURANG SETUJU
indikator pertama yaitu menilai kemampuan
TIDAK SETUJU
siswa pada pendidikan dasar hanya dilihat 0%
TIDAK TAHU
TOTAL
dari kerajinan dan perilaku siswa. Hasil
Sumber: Data Olahan, 2015
olahan data yang dilakukan dalam penelitian
Berdasarkan data di atas, maka dapat ini menghasilkan data sebagai berikut.
Tabel 7. Menilai Kemampuan Siswa Pada
disimpulkan bahwa sebanyak 99% responde
Pendidikan Dasar Hanya Dilihat Dari Kerajinan Dan
menjawab sangat setuju dan setuju jika siswa
Perilaku Siswa Menilai kemampuan
memang dinilai dari gabungan antara nilai
siswa pada pendidikan
pembelajaran, kerajian dan juga perilaku
dasar hanya dilihat dari
JUMLAH
PERSENTASE
siswa. Hanya 1% responden yang menjawab
kerajinan dan perilaku
siswa
tidak setuju.
SANGAT SETUJU
Dari ketiga indikator tersebut, maka
KURANG SETUJU
dapat diketahui bahwa masyarakat ber- dapat diketahui bahwa masyarakat ber-
Tabel 9. Sistem Kelulusan Tingkat Pendidikan
tidak hanya pada tataran aspek kognitif Dasar Sekarang Ini Terlalu Kaku Dengan Hanya
Melihat Nilai Akhir Berdasarkan Sisi Pengetahuan
(pengetahuan) namun siswa juga harus
Belaka Tanpa Mempertimbangkan Sisi Sikap Dan
dinilai dari sisi afektif (pemahaman) dan juga
Perilaku Siswa
psikomotorik. Dengan komprehensifnya
Sistem kelulusan tingkat pendidikan
JUMLAH PERSENTASE
metode penilaian, maka siswa dapat belajar
dasar terlalu kaku
sesuai modalitas belajarnya dimana siswa
SANGAT SETUJU
biasanya memiliki modalitas belajar visual,
SETUJU
24 audio, kinestetik, ataupun gabungan be- 20%
KURANG SETUJU
TIDAK SETUJU
berapa modalitas belajar tersebut. Para
TIDAK TAHU
pendidikan seyogyanya mengetahui akan hal
TOTAL
Sumber: Data Olahan, 2015
tersebut. Ujian Nasional yang merupakan
muara kelulusan siswa dianggap ber- Berdasarkan data di atas, maka tentangan dengan pandangan ini karena
diperoleh data bahwa 56% responden siswa hanya dinilai dari sisi proses
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pembelajaran
sistem kelulusan tingkat pendidikan dasar ini Nasional perlu kiranya mendapatkan evaluasi
semata.
Sehingga Ujian
terlalu kaku dengan hanya melihat nilai akhir dan peninjauan ulang apakah layak sebagai
berdasarkan sisi pengetahuan belaka tanpa instrumen akhir dari sebuah proses
mempertimbangankan sisi sikap dan perilaku pembelajaran yang telah dilalui siswa dalam
siswa. Hanya 44% yang menyatakan tidak waktu yang lama di jenjang pendidikan
setuju atas penyataan ini. Kelulusan sekolah tingkat dasar.
dasar dengan instrumen Ujian Nasional Berstandar Nasional (UASBN) pada akhirnya
d. Standar Lulusan
hanya mempertaruhkan nama baik sekolah Standar terakhir dalam mengukur aspek
meraih tingkat kelulusan terbaik dari sisi kurikulum adalah standar lulusan. Standar ini
nilai.
diukur dengan dua indikator yaitu pertama,
setelah dilakukan sistem kelulusan tingkat pendidikan dasar
Selanjutnya
pengukuran terhadap indikator kedua sekarang ini terlalu kaku dengan hanya
dimensi ini, maka diperoleh data sebagai melihat nilai akhir berdasarkan sisi
berikut.
pengetahuan belaka
tanpa
memper-
timbangkan sisi sikap dan perilaku siswa,
Tabel 10. Hasil Lulusan Sekolah Pada Jenjang
kedua, Hasil lulusan sekolah pada jenjang
Pendidikan Dasar Saat Ini Sudah Mampu Mencerminkan Kualitas Pendidikan Dasar di
pendidikan dasar saat ini sudah mampu
Indonesia
mencerminkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Hasil lulusan sekolah
pada jenjang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pendidikan dasar
dilakukan maka pada indikator pertama
saat ini sudah mampu
JUMLAH PERSENTASE
mencerminkan
diperoleh hasil sebagai berikut.
kualitas pendidikan
dasar di Indonesia
SANGAT SETUJU
SETUJU
KURANG SETUJU
TIDAK SETUJU
TIDAK TAHU
Sumber: Data Olahan, 2015
Berdasarkan data di atas, tampak
bahwa
sebanyak
67% responden 67% responden
TIDAK SETUJU
penyataan pada indikator ini, dan hanya 33%
TIDAK TAHU
yang menyatakan responden yang negatif
TOTAL
yaitu tidak setuju, kurang setuju dan tidak
Sumber: Data Olahan, 2015
tahu. Itu artinya, meski dalam indikator
Berdasarkan tabel di atas, maka sebelumnya menyatakan bahwa kelulusan diperoleh data bahwa sebanyak 69%
masih didominasi peran nilai akhir sebagai masyarakat menyatakan sangat setuju dan instrumen, namun masyarakat sepakat
setuju bahwa kualitas guru pada pendidikan bahwa hasil lulusan sekolah pada jenjang
dasar khususnya di Kota Tanjungpinang pendidikan dasar saat ini sudah mampu
dapat dinilai memiliki kompeten dalam mencerminkan kualitas pendidikan dasar di
mengelola pendidikan. Sementara hanya 32% yang menyatakan kuran setuju, tidak setuju
Indonesia. Salah satu cerminan yang tampak dan tidak tahu. Masyarakat berpandangan dari lulusan pendidikan tingkat dasar adalah
kompetensi guru pada jenjang pendidikan kemahiran dalam membaca dan berhitung.
dasar di Kota Tanjungpinang sudah dinilai Tampaknya kemampuan dasar ini masih
memiliki kompetensinya dalam mendidik mendominasi lulusan pendidikan dasar untuk
siswa, baik kompetensi secara akademik yang mereka beranjak ke jenjang berikutnya.
dibuktikan
ijazah keguruan, kemudain kompetensi pegadodik yang
dengan
II. Aspek Tenaga Pendidik Dan Tenaga berperan dalam proses pembelajaran dan Kependidikan
juga kompetensi emosial yang baik dalam mendidik.
Pandangan masyarakat ini Dalam aspek tenaga pendidik dan tenaga
mengisyaratkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas para pendidik di Kota
kependidikan, maka ada beberapa hal yang Tanjungpinang. Hasil pengukuran terhadap menjadi indikator yang menjadi pengukuran,
indikator kedua dihasilkan data sebagai pertama, persepsi masyarakat terhadap
berikut.
kualitas guru pada pendidikan dasar, kedua, adalah persepsi masyarakat
terhadap
Tabel 12. Persepsi Masyarakat Terhadap Kuantitas Guru Di Pendidikan Dasar
kuantitas guru di pendidikan dasar dan
ketiga, persepsi masyarakat
terhadap
Kuantitas atau
pelibatan pemerintah, sekolah, orang tua, dan
jumlah guru pada suatu sekolah dasar
JUMLAH PERSENTASE
masyarakat dalam menciptakan pendidikan
saat ini sudah dinilai
berkualitas.
cukup dan memadai
SANGAT SETUJU
Berdasarkan hasil penelitian indikator
SETUJU
pertama yaitu persepsi masyarakat terhadap
34 kualitas guru pada pendidikan dasar, maka 28%
KURANG SETUJU
12 diperoleh data sebagai berikut. 10%
TIDAK SETUJU
TIDAK TAHU
Tabel 11. Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas
120 100% Guru Pada Pendidikan Dasar
TOTAL
Sumber: Data Olahan, 2015
Kualitas guru pada pendidikan dasar
Berdasarkan data di atas, dapat
saat ini sudah dapat
disimpulkan bahwa 61% menyatakan sangat
dikatakan JUMLAH
PERSENTASE
setuju dan setuju bahwa kuantitas atau
berkompeten dalam
jumlah guru pada suatu sekolah dasar saat ini
mengelola pendidikan
sudah dinilai cukup dan memadai, dan 39%
SANGAT SETUJU
masyarakat menyatakan kurang setuju, tidak
setuju dan tidak tahu. Itu artinya bahwa masyakat
Tanjungpinang masih
KURANG SETUJU
menyatakan bahwa kuantitas guru atau menyatakan bahwa kuantitas guru atau
berjalan selain pengawasan secara internal di peserta didik di tingkat sekolah dasar.
sekolah. Selain itu masyarakat selaku user Indikator lainnya yang menjadi pengukuran
harus bekerjasama dalam mendidik putera yaitu persepsi masyarakat terhadap pelibatan
puterinya di lingkungan keluarga. Dukungan pemerintah, sekolah, orang tua, dan
pembelajaran yang masyarakat dalam menciptakan pendidikan
terhadap
proses
diberikan oleh guru selama itu masih dalam berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian
tataran aturan yang baik dan tidak maka diperoleh data sebagai berikut.
mengintimidasi anak, maka orang tua perlu mendukung dan turut menjalin komunikasi
Tabel 13. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelibatan Pemerintah, Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat
yang baik terhadap guru dan mendidik anak
Dalam Menciptakan Pendidikan Berkualitas
dengan intens jika anak berada di lingkungan
Untuk menciptakan
keluarganya.
suatu kualitas pendidikan dasar
III. Aspek Sarana Dan Prasarana
yang sempurna harus ada
JUMLAH
PERSENTASE
keterlibatan antara
Dalam aspek sarana dan prasarana ada
pemerintah,
beberapa hal yang menjadi variabel
sekolah, orang tua
pengukuran untuk menjaring pendapat
dan masyarakat
masyarakat tentang standar pendidikan
SANGAT SETUJU
yaitu, pertama, keterdukungan sarana dan
SETUJU
prasarana terhadap sistem pembelajaran,
KURANG SETUJU
orang tua dan
TIDAK SETUJU
pemenuhan dan
TIDAK TAHU
pemeliharaan sarana dan prasarana, dan
orang tua dan masyarakat dalam pemenuhan buku siswa
Sumber: Olahan Data, 2015
dan perpustakaan di sekolah. Berdasarkan data di atas, maka dapat
Indikator pertama yaitu persepsi masyarakat diperoleh data bahwa 98% masyarakat
keterdukungan sarana dan menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa
terhadap
prasarana terhadap sistem pembelajaran. dalam menciptakan kualitas pendidikan yang
Dari hasil penelitian maka diperoleh data berkualitash
sebagai berikut.
pemerintah, sekolah, orang tua, dan
masyarakat, dan hanya 2% yang menyatakan Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap
Keterdukungan Sarana dan Prasarana Terhadap
pandangan dalam konteks negatif. Hal ini
Sistem Pembelajaran
bermaksud bahwa tenaga pendidik yaitu guru harus selalu diawasi dan dibina terus
Sarana dan prasarana
menerus sepenuhnya oleh pemerintah.
sekolah di jenjang
pendidikan dasar
Pemerintah dalam konteks ini adalah Dinas
selama ini sudah
JUMLAH PERSENTASE
Pendidikan khususnya Dinas Pendidikan Kota
mampu mendukung
Tanjungpinang. Pemerintah harus mengawasi
sistem pembelajaran
dalam hal kompetensi pendidikan guru,
siswa di sekolah
12 kompeteni 10% pedagogik guru dalam pembelajaran, kompetensi dan kemampuan
SANGAT SETUJU
SETUJU
guru dalam mengajar, terlebih lagi saat ini
KURANG SETUJU
sistem pembelajaran sudah menggunakan
TIDAK SETUJU
sistem student centre learning dimana peran
TIDAK TAHU
siswa dalam proses pembelajaran menjadi
TOTAL
lebih dominan dari metode pembelajaran konvensional yang digunakan sebelumnya. Sumber: Data Olahan, 2015
Pengawas sekolah yang ditunjuk harus Berdasarkan data di atas, dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya
disimpulkan
bahwa
sebanyak 65% sebanyak 65%
pernyataan bahwa setuju bahwa sarana dan prasarana sekolah
setuju
dengan
keterlibatan orang tua dan masyarakat sangat di jenjang pendidikan dasar selama ini sudah
pemenuhan dan mampu mendukung sistem pembelajaran
diperlukan
dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana di siswa di sekolah. Hanya 35% yang
sekolah selain menjadi tanggung jawab menyatakan kurang setuju, tidak setuju dan
sekolah dan pemerintah. Sementara hanya tidak tahu.
14% masyarakat yang menjawab kurang Jika dilihat secara nyata, maka rata-rata
setuju dan tidak setuju. Keterlibatan orang sekolah dasar di Kota Tanjungpinang telah
tua dan masyarakat dalam pemenuhan dan memiliki insfrastruktur yang memadai dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana di mendukung sistem pembelajaran seperti
sekolah dapat diaktualisasikan dengan telah
adanya komite sekolah yang menjadi mitra olahraga, perpustakaan, dan gedung Unit
memiliki laboratorium,
fasilitas
sekolah dalam pengambilan kebijakan di Kesehatan Siswa (UKS). Selain itu ruang kelas
sekolah. Sekolah tidak mungkin mendapatkan yang telah cukup baik dalam anggapan
bantuan terus menerus dari pemerintah, dan masyarakat. Fasilitas ini banyak didukug
akan sangat sulit juga jika melalui iuran pemerintah lewat Dana Alokasi Khusus
pendidikan. Dana Operasional Sekolah (BOS) bidang pendidikan yang diberikan oleh
yang diberikan oleh pemerintah tidak mampu pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
mencukupi sepenuhnya kebutuhan siswa, sehingga sekolah-sekolah dasar d Kota
oleh karena itu perlu adanya sinergitas Tanjungpinang dapat memiliki infrastruktur
antara orang tua siswa yang diwakili oleh yang cukup memadai.
Komite Sekolah untuk pemenuhan dan Indikator
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. pandangan masyarakat terhadap kebijakan
Indikator selanjutnya adalah dengan standar nasional pendidikan di Kota
mengukur pandangan masyarakat terhadap Tanjungpinang adalah dengan mengukur
keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pandangan masyarakat terhadap keterlibatan
pemenuhan buku dan perpustakaan di orang tua dan masyarakat dalam pemenuhan
sekolah. Hasil penelitian menghasilkan data dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Dari
sebagai berikut.
hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 16. Persepsi Masyarakat terhadap Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam
Tabel 15. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemenuhan Buku Siswa dan Perpustakaan di Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat Dalam
Sekolah Pemenuhan dan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
Keterlibatan orang tua
dan masyarakat sangat
diperlukan dalam
Keterlibatan orang tua dan masyarakat sangat
memenuhi kebutuhan
diperlukan dalam
JUMLAH PERSENTASE pemenuhan dan
buku siswa dan
perpustakaan sekolah
pemeliharaan sarana
JUMLAH
PERSENTASE
selain tanggung jawab
dan prasana di sekolah
sekolah dan
selain tanggung jawab
pemerintah
30 25% SETUJU
sekolah dan pemerintah
SANGAT SETUJU
SANGAT SETUJU
60 50% KURANG SETUJU
SETUJU
21 18% TIDAK SETUJU
KURANG SETUJU
9 8% TIDAK TAHU
TIDAK SETUJU
TIDAK TAHU
Sumber: Data Olahan, 2015
Sumber: Data Olahan, 2015
Berdasarkan tabel di atas, tampak Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
bahwa 75% masyarakat berpandangan disimpulkan
sangat setuju dan setuju bahwa keterlibatan masyarakat menyatakan sanga setuju dan
orang tua dan masyarakat sangat diperlukan orang tua dan masyarakat sangat diperlukan
Sumber: Data Olahan, 2015
perpustakaan sekolah selain tanggung jawab
sekolah dan pemerintah. Hanya 26% Berdasarkan data di atas, menunjukkan masyarakat yang kurang setuju dan tidak
bahwa masyarakat berpandangan sangat setuju atas penyataan pada indikator ini.
setuju dan setuju sebanyak 73% terhadap Dalam konteks ini artinya, pihak sekolah
penyataan bahwa sekolah pada jenjang harus bekerja sama dengan orang tua murid
pendidikan dasar saat ini telah melakukan melalui komite sekolah dalam pemenuhan
standar pembiayaan yang baik dan buku, harus terjadi proses yang dialogis
transparan serta akuntabel, hanya 28% yang antara komite sekolah dan orang tua dan juga
menyatakan kurang setuju, tidak setuju dan masyarakat sekitar sekolah, terkait dengan
artinya masyarakat buku-buku. Alangkah baiknya jika komite
berpandangan bahwa pembiayaan yang sekolah dan masyarakat
selama ini ada di tingkat sekolah dasar telah menyumbang buku karena bagaimana pun
juga turut
adil, transparan dan akuntabel. sekolah tidak memiliki kemampuan yang
Indikator selanjutnya dalam melakukan cukup besar dalam pemenuhan buku di
pengukuran pandangan masyarakat terhadap sekolah.
kebijakan standar pendidikan khususnya pada pendidikan dasar, yaitu mengukur
persepsi masyarakat terhadap keterlibatan Untuk mengukur persepsi masyarakat
IV. Aspek Pembiayaan
orang tua dan masyarakat dalam pengawasan terhadap kebijakan standar pendidikan maka
dan audit keuangan termasuk dana BOS. Hasil dimensi
penelitian memberikan data sebagai berikut: melakukan pengukuran terhadap aspek
pembiayaan. Dalam aspek pembiayaan yang
Tabel 18. Persepsi Masyarakat Terhadap
menjadi Pengelolaan Dana Bantuan Operasioanal Sekolah indikator adalah pertama,
(BOS) Yang Baik, Transparan, dan Akuntabel serta
Berguna Bagi Siswa Dalam Menjalani Pendidikan
transparan, dan
akuntabel,
kedua,
Sekolah pada
pengelolaan dana Bantuan Operasioanal
jenjang pendidikan
Sekolah (BOS) yang baik, transparan, dan dasar telah berhasil
mengelola dana
akuntabel dan berguna bagi siswa dalam
Bantuan
menjalani pendidikan, ketiga, keterlibatan
Operasional Sekolah
dengan baik dan
JUMLAH PERSENTASE
orang tua dan masyarakat dalam pengawasan dan audit keuangan termasuk dana BOS, dan
transparan serta
keempat, ketepatanan sasaran Dana BOS akuntabel sehingga
memudahkan siswa
terhadap kelompok sasaran. Berdasarkan
dalam menjalani
hasil penelitian terhadap indikator pertama
pendidikan
maka dihasilkan data sebagai berikut.
SANGAT SETUJU
Tabel 17. Persepsi Masyarakat terhadap
KURANG SETUJU
Pembiayaan Pendidikan yang Adil, Transparan, dan
Akuntabel
TIDAK SETUJU
Sekolah pada
TIDAK TAHU
jenjang pendidikan dasar saat ini telah