BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur 2.1.1 Definisi tidur
Tidur adalah keadaan fisiologis yang ditentukan oleh aktivitas bagian-bagian tertentu di otak. Ditinjau dari derajat kesadaran, tidur adalah suatu derajat kesadaran
dibawah keadaan awas waspada. Tidur tidak sama dengan keadaan koma. Pada keadaan koma, stimulasi
dengan rangsangan
apapun tidak
akan menimbulkan
reaksi. Pada keadaan tidur, seseorang yang sedang tidur masih dapat dibangunkan
ketika diberikan stimulasi tertentu Mardjono dan Sidharta, 2009 Tidur merupakan suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga.
Tingkat aktivitas
otak keseleruhan
tidak berkurang
selama tidur.
Selama tahap-tahap tertentu tidur, penyerapan oksigen oleh otak meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga Sherwood, 2007.
2.1.2 Fungsi tidur
Fungsi tidur belum jelas dan alasan alasan mengapa tidur sangat dibutuhkan masih merupakan sebuah misteri. Hipotesis “restorasi dan pemulihan”
menyatakan bahwa
tidur gelombang
lambat memberi
otak waktu
untuk memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas toksik yang dihasilkan sebagai
produk sampingan
metabolisme selama
keadaan terjaga.
Teori lain yang menonjol adalah bahwa tidur, terutama tidur paradoksal, diperlukan bagi otak untuk melaksanakan penyesuaian-penyesuaian kimiawi
dan struktural jangka panjang yang diperlukan untuk belajar dan mengingat, terutama konsolidasi ingatan prosedural Sherwood, 2007.
Fungsi tidur adalah
restorative
memperbaiki kembali organ – organ tubuh.
Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat tidur
Rapid Eye Movement
Universitas Sumatera Utara
REM dan
Nonrapid Eye Movement
NREM. Tidur
Non-rapid Eye Movement
akan memengaruhi proses anabolik di dalam sel dan sintesis makromolekul
ribonucleic acid
RNA Arifin
et al
, 2010
2.1.3 Fisiologi tidur
Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya, yaitu : Fase
rapid eye movement REM
dan fase
non-rapid eye movement NREM
atau tidur gelombang lambat. Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium. Seorang yang baru tertidur memasuki stadium 1 dicirikan oleh aktivitas gelombang
EEG frekuensi
tinggi dengan
amplitudo gelombang
yang rendah.
Stadium 2 ditandai dengan munculnya kumparan tidur
sleep spindle
. Pada stadium ini terjadi letupan gelombang mirip alfa, yaitu gelombang 10-14
Hz,50 µV. Pada Stadium 3, pola yang timbul adalah gelombang EEG dengan
frekuensi yang
lebih rendah
dan amplitudo
meningkat. Perlambatan maksimum dengan gelombang besar dijumpai pada stadium 4.
Dengan demikian karakteristik tidur yang dalam adalah pola gelombang lambat yang ritmis, yang menunjukkan sinkronisasi yang jelas. Perpindahan tahapan tidur
dari stadium 1 hinga stadium 4 terjadi dalam waktu 30 sampai 45 menit. Pada tidur REM, gelombang lambat dengan amplitudo tinggi,
kemudian diganti oleh aktivitas EEG cepat dan bervoltase rendah. Gelombang ini mirip dengan tidur stadium 1. Namun, tidur tidak terganggu; bahkan ambang untuk
terjaga oleh rangsangan sensorik meningkat. Pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam keadaan terjaga, meskipun kelihatannya masih
tertidur lelap. Keadaan ini kadang kadang disebut tidur paradoksal. Selama tidur paradoksal terjadi gerakan mata yang cepat dan acak,
dan karena
hal inilah
tidur tersebut
dinamakan tidur
REM. Tidur
REM ditandai
dengan adanya
potensial fasik
besar yang terdiri dari 3-5 gelombang. Potensial ini disebut
ponto-geniculo-occipital spike
.
Universitas Sumatera Utara
Fase Tidur Tanda Klinis
Karakteristik EEG Fase REM
Pergerakan cepat bola mata
Tonus otot rendah Pola pernafasan tidak
teratur Ada gelombang cepat
pada
lead
EEG pada mata
Voltase rendah pada EEG
Fase Non-REM Tahap 1
Merasa mengantuk Pergerakan bola mata
melambat Pola pernafasan teratur
ambang kesadaran rendah Aktivitas gelombang
teta dan beta meningkat
Tampak gelombang
Vertex
tajam
Tahap 2 Sudah tertidur
Tidak ada pergerakan bola mata
Pola pernafasan teratur Ambang kesadaran
meningkat Gambaran kumparan
tidur
Sleep Spindle Gambaran K-
complexes
Tahap 3-4 Berada pada tidur yang
dalam Pola pernafasan teratur
Ambang kesadaran sangat tinggi
Ada gelombang delta Kecepatan gelombang
lambat Aktivitas sedang
gelombang teta pada tahap 3 NREM
Aktivitas tinggi gelombang teta pada
tahap NREM Tabel 2.1 Karakteristik Tahapan tidur berdasarkan gambaran EEG.
D’ Cruz
,
2006. Sleep Problem in Children
.In:
Clinician’s Guide to Sleep
Disorders
Universitas Sumatera Utara
Pencitraan otak yang dilakukan pada manusia saat tidur REM menunjukkan adanya peningkatan aktivitas yang tinggi di sistem limbik emosi
disertai oleh
penurunan aktivitas
di korteks
prafrontal akal.
Pola aktivitas ini merupakan dasar bagi karakteristik mimpi yang terjadi pada fase tidur REM. Akibatnya, mimpi sering kali memiliki muatan emosi
yang besar, sensasi waktu yang kacau, dan isi yang aneh yang diterima begitu saja sebagai kenyataan, dengan hanya sedikit refleksi mengenai semua kejadian yang
aneh Ganong, 2008.
2.1.4 Siklus bangun-tidur