Latar Belakang ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INITIAL RETURN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PERIODE 2008 – 2015

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya suatu perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan sejalan dengan kebutuhan modal yang diperlukannya. Hal ini menuntut manajemen perusahaan untuk memilih mendapatkan modal dengan cara menambah hutang baru atau dengan menambah jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, dimana berkaitan pula dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Selain itu pasar modal memiliki fungsi sebagai penghubung antara para calon investor dan perusahaan. Pasar modal saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana investor kepada pihak yang mengalami kekurangan dana perusahaan. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja, dan lain-lain. Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada investor melalui bursa efek disebut Initial Public Offering IPO atau lebih dikenal dengan istilah go public . Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Pasar Modal sebagai pengganti Undang-undang no 8 tahun 1995 mendefinisikan penawaran umum perdana sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang- undang dan peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud efek atau surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, dan kontrak berjangka atas efek. Dalam proses go public sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder bursa efek saham perusahaan yang akan go public dijual di pasar perdana. Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat untuk pertama kali melalui bursa efek disebut dengan Initial Public offering IPO atau penawaran perdana. Perusahaan yang telah melakukan IPO bisa disebut perusahaan yang telah go public . Dengan melakukan IPO maka perusahaan tersebut dapat menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya dana itu digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam hal pendanaan, kegiatan operasional, ekspansi serta memperbaiki struktur modal perusahaan saat ini Husnan 2001. Initial return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena selisih harga saham yang dibeli di pasar perdana lebih kecil dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar meminimalisasikan situasi underpricing , karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor karena para investor menikmati initial return. Kondisi underpricing yang terjadi dipasar saham perdana ternyata menyebabkan terjadinya positive initial return . Hal ini bisa diartikan bahwa initial return yang positif merupakan proxy dari kondisi saham yang mengalami underpriced di pasar perdana. Terdapat 2 dua fenomena yang sering terjadi saat IPO yaitu underpricing dan overpricing . Husnan 1996, mengungkapkan bahwa di Indonesia terdapat kecenderungan underpricing saat IPO. Underpricing merupakan fenomena yang terjadi apabila harga saham di pasar perdana lebih rendah dibandingkan harga saham di pasar sekunder. Underpricing sering dihubungkan dengan initial return yang akan diterima investor, karena initial return merupakan keuntungan yang diterima investor dari selisih pembelian harga saham di pasar perdana dan penjualan di pasar sekunder. Sedangkan overpricing merupakan fenomena yang terjadi apabila harga saham di pasar perdana lebih tinggi dibandingkan harga saham di pasar sekunder. Harga pertama yang underpriced akan memberikan initial return rata- rata positif bagi investor setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa. Underpricing pada harga perdana diikuti dengan adanya kenaikan harga saham perusahaan di pasar bursa atau harga penawaran berikutnya. Fenomena underpricing yang memberikan positive initial return merupakan hal yang menguntungkan bagi investor karena investor bisa menikmati return dari pembelian saham yang dilakukannya. Underpricing merupakan fenomena yang umum didunia, tanpa terkecuali di Indonesia, fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi dalam jangka pendek yaitu setelah perusahaan melakukan penawaran perdana dan memasuki pasar primer. Tetapi dalam pengamatan lebih lanjut yang dilakukan oleh berbagai peneliti di dunia ternyata kinerja saham yang melakukan IPO banyak yang mengalami penurunan dalam jangka waktu yang lebih lama. Tabel 1.1 Data perusahaan yang melakukan IPO periode 2008-2015 Sumber: www.idx.co.id , data diolah penulis Pada artikel ini http:www.neraca.co.idarticle30540analis-pasar-ipo- tidak-bisa-dikontrol menjelaskan pelaksanaan IPO saat ini menjadi tantangan karena ditengah fluktuasi indeks BEI. Menurut Direktur Asosiasi Emiten Indonesia AEI IPO tidak bisa dikontrol oleh emiten dan penjamin emisi, karena semuanya tergantung pasar. Jika ada perusahaan yang akan melakukan IPO, tidak perlu mengurungkan niatnya untuk tidak melakukan IPO. Maka jumlah perusahaan yang ingin melakukan IPO tidak dapat dikontrol karena banyak faktor yang menjadi latar belakang jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada setiap tahunnya. Dalam table diatas, dapat kita lihat jumlah perusahaan yang melakukan IPO cenderung mengalami kenaikan dan penurunan disetiap tahunnya. Pada tahun 2008, jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak 19 perusahaan. Pada artikel ini http:www.antaranews.comberita128318selama-2008-ada-19- Tahun Jumlah Perusahaan IPO Rata-rata IR 1 Hari 2008 19 0,194 2009 13 0,835 2010 23 0,110 2011 25 0,067 2012 22 0,099 2013 30 0,078 2014 23 0,158 2015 16 0,253 TOTAL 171 1,794 perusahaan-ipo menjelaskan bahwa Jumlah tersebut dapat dikatakan baik karena dalam situasi tahun 2008 yang terjadi krisis ekonomi, terdapat 19 perusahaan yang mau melakukan IPO pada tahun tersebut. Selain peristiwa krisis, pilpres yang akan dilaksanakan pada tahun 2009 juga memberikan dampak jumlah perusahaan yang melakukan IPO. Setelah terjadinya peristiwa pilpres, pada akhir 2009 kondisi pasar modal membaik walaupun minat perusahaan yang melakukan IPO masih dibawah total perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2008 http:www.viva.co.idhajiread73791pilpres_lancar__minat_ipo_saham_melonj ak PT Bursa Efek Indonesia BEI optimistis pemilihan presiden pilpres yang berjalan lancar berpotensi menggerakkan indeks harga saham gabungan IHSG. Selain itu, imbas positif pilpres tersebut akan ikut mempercepat pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Situasi tersebut diharapkan turut memicu permintaan umum perdana IPO saham. Pada tahun 2010, perusahaan yang melakukan IPO mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya, kenaikan tersebut http:bola.okezone.comread20100104226290538wajah-pasar-modal-2010 dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang mencapai kisaran 5,3 persen hingga 5,5 persen. Ekonom dari Universitas Indonesia Chatib Basri mengatakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut dibutuhkan investasi sebesar 4,5 persen dari APBN. Salah satu andalan untuk mencapai pertumbuhan tersebut yaitu sektor swasta dan pasar modal. Maka pada tahun 2010 banyak Emiten baru yang akan menambahkan modalnya melalui penerbitan saham baru atau obligasi. Dimana pada tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah perusahaan yang melakukan IPO karena melihat pertumbuhan ekonomi yang semakin hari semakin membaik. Pada tahun 2011 jumlah perusahaan yang melakukan IPO mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya http:sp.beritasatu.comekonomidanbisnisbei- jumlah-ipo-di-2011-terbanyak-dalam-10-tahun-terakhir15398 Direktur Utama Bursa Efek Indonesia BEI Ito Warsito menyatakan, jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana IPO di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2011 adalah yang terbanyak dalam 10 tahun terakhir. Menurutnya, meski krisis tengah terjadi di pasar saham global akibat krisis utang negara kawasan euro, namun target perusahaan melakukan IPO tercapai, kondisi itu didukung dari positif ekonomi dalam negeri. Sehingga pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang positif mendorong perusahaan melakukan ekspansi sehingga membutuhkan dana. Meski pada tahun 2012 mengalami penurunan, Menurut pengamat pasar modal saham Johanes Soetikno http:beritasore.com20120524ipo-2012-masih- ramai-meski-dibayangi-krisis perusahaan peminat penawaran umum saham perdana IPO ke publik masih ramai di 2012, meski dibayangi krisis Eropa “Meski Eropa dibayangi sentimen negatif terkait masalah utangnya sehingga menghambat pertumbuhan ekonominya, namun Asia masih mencatatkan pertumbuhan sehingga minat IPO di Indonesia masih cukup diminati untuk mencari modal bagi perusahaan.” Sehingga hal tersebut tidak menyurutkan minat emiten untuk tetap melakukan IPO walapun dalam kondisi krisis. Sejak tahun 2008-2015, puncak jumlah terbanyak yang melakukan IPO yaitu pada tahun 2013. http:bisnis.liputan6.comread770039otoritas-bursa- cetak-rekor-ipo-saham-pada-2013 Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen mengatakan, jumlah perusahaan yang akan melakukan IPO ada 31 emiten pada 2013. Setelah 15 tahun lamanya, pencapaian BEI menambah perusahaan yang melakukan IPO akhirnya tercapai. Sehingga walaupun dengan kondisi pasar modal di Indonesia saat itu bisa dibilang naik turun, karena kondisi global yang terjadi pada tahun 2013 berdampak pada kinerja pasar modal. Kondisi tersebut tetap membuat para emiten melakukan penawaran umum saham perdana di tahun 2013. Pada tahun 2014, jumlah perusahaan yang melakukan IPO mengalami penurunan. Dalam artikel tersebut oleh Giras Pasopati menjelaskan http:www.cnnindonesia.comekonomi20141231085546-78-21531jumlah-dan- nilai-ipo-sepanjang-2014-turun-karena-pemilu Sepanjang 2014, perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering IPO mengalami penurunan jumlah perusahaan dan nilai dibandingkan dengan catatan 2013. Faktor utama penurunan tersebut adalah adanya tahun politik atau pemilihan umum yang membuat perusahaan menahan diri. Terkait hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan pada tahun ini kondisi pasar modal Indonesia banyak terpengaruh oleh dinamika politik dan perekonomian global. Sehingga kondisi tersebut menjadikan jumlah perusahaan menurun dari tahun sebelumnya karena peristiwa pemilihan umum. Pada tahun 2015 jumlah perusahaan yang melakukan IPO menurun http:www.medanbisnisdaily.comnewsread20150515163769perekonomian- lesu-picu-penurunan-minat-ipo Pengamat pasar modal Edwin Sebayang menilai bahwa lesunya perekonomian Indonesia pada kuartal pertama 2015 memicu minat investor terhadap penawaran umum perdana saham IPO cenderung menurun. Di tengah ekspektasi yang kurang optimis itu, maka pelaku pasar akan cenderung menahan dananya untuk diinvestasikan, dalam masa penurunan ekonomi kebanyakan masyarakat juga lebih suka memegang dana tunai. Edwin Sebayang juga mengatakan bahwa salah satu indikator investor kurang optimis terhadap ekonomi Indonesia salah satunya juga terlihat dari aksi pelaku pasar asing yang cenderung melakukan aksi lepas saham. Sehingga jumlah perusahaan yang melakukan IPO menurun menjadi 16 perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian Like Stefi Gabriela, 2013, terdapat pengaruh signifikan antara initial return 1 satu hari dan 1 satu bulan terhadap initial return satu tahun setelah listing . Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan SIZE dan reputasi auditor RUA berpengaruh signifikan terhadap initial return 1 satu hari dan 1 satu bulan setelah listing pada perusahaan-perusahaan yang IPO periode 1992 hingga April 2012 sebanyak 311 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel ukuran perusahaan SIZE , umur perusahaan AGE , nilai penawaran saham NPS, reputasi auditor RUA dan reputasi underwriter RUD. Maka dari itu, variabel Ukuran perusahaan SIZE dan Reputasi Auditor RUA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap initial return 1 satu bulan setelah listing periode 1992 hingga April 2012 dibandingkan dengan variabel lainnya yang memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Pada model regresi 3, nilai signifikansi Initial return 1 hari dan 1 bulan setelah listing kurang dari 0,05. Meskipun return 1 hari setelah listing lebih rendah daripada return 1 bulan setelah, namun terbukti bahwa return 1 hari setelah listing tidak berbeda signifikan dengan return 1 bulan setelah listing . Dapat disimpulkan bahwa initial return 1 hari dan 1 bulan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap initial return 1 tahun setelah listing periode 1992-2012. Selain itu terdapat hasil dari penelitian Ary Sukma Lutfianto, 2013, dengan penelitian reputasi underwriter , prosentase saham yang ditawarkan, return on asset ROA , earning per share EPS , dan price earning ratio PER terhadap initial return setelah IPO dengan objek penelitian yang terdiri dari 91 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2011 baik yang mengalami positive initial return maupun negative initial return . Hasil yang diperoleh adalah variabel reputasi underwriter berpengaruh terhadap initial return sebesar 0. Untuk variabel prosentase saham yang ditawarkan tidak berpengaruh terhadap initial return sebesar 8,8. Lalu, variabel ROA berpengaruh terhadap initial return sebesar 1,1. Untuk variabel EPS tidak berpengaruh terhadap initial return sebesar 85,6. Untuk variabel PER berpengaruh terhadap initial return sebesar 4,2. Pada hasil penelitian Andhi Wijayanto 2010, dengan penelitian return on asset ROA , earning per share EPS, financial leverage FL, dan Proceed terhadap initial return setelah melakukan IPO dengan objek penelitian 67 perusahaan yang listing periode 2000-2006. Hasil yang diperoleh return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 3,2. Pada variabel earning per share berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 14,7. Selain itu, pada variabel financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 32,9. Pada variabel proceed berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 33,6. Pada hasil penelitian I Gd Nandra Ketut Yadnyana 2015, dengan penelitian return on asset ROA , earning per share EPS, reputasi underwriter, umur perusahaan financial leverage FL, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan sector industri terhadap initial return setelah melakukan IPO dengan objek penelitian 78 perusahaan yang listing periode 2009-2013. Hasil yang diperoleh return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return 24,1. Pada variabel earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 66,9. Selain itu, pada variabel financial leverage berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 4,2. Pada variabel umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 23,5. Pada variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 4. Selanjutnya, pada variabel reputasi underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap Initial return sebesar 59,6. Pada variabel reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap initial return sebesar 2,5. Pada variabel sector industry tidak berpengaruh terhadap initial return sebesar 72,7. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis fenomena tersebut dengan menduga bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi initial return saham pada saat IPO. Penelitian tentang kinerja perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia telah banyak di teliti di Indonesia, namun penelitian di bidang ini masih merupakan masalah yang menarik untuk diteliti karena hasil penelitian yang tidak selalu konsisten. Penelitian ini difokuskan pada perusahaan yang melakukan IPO dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008 – 2015, dimana dalam kurun waktu tersebut terdapat fenomena krisis di Indonesia pada tahun 2008, lalu adanya pemilihan presiden pada tahun 2009, terdapat krisis Eropa pada tahun 2012, pada 2014 terdapat pemilihan umum dan terdapat lesu perekonomian Indonesia di tahun 2015. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Initial Return Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering IPO Periode 2008 – 2015 ”.

1.2 Identifikasi Masalah