Keefektivan Jaringan Komunikasl dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pengembangan Agribisnis (Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten Sleman D.I Yogyakarta)
KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNIKASI DALAM ADOPSI
INOVASI TEKNOLOGl PENGEMBANGAN AGRlBISNlS
(Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta)
Oleh:
HANO HANAFI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2002
.ABSTRAK
HANO HANAFI. Keefektivan Jaringan Komunikasi dalam Adopsi lnovasi
Teknologi Pengembangan Agribisnis (Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten
Sieman Di. Yogyakarta). Dibimbing oleh SUMARDJO, AMIRUDDiN SALEH dan
IDA YUHANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari :
(1) Pro51 jaringan komunikasi yang berperan secara efekiif terhadap komitmen
peiemak dan tingkat adopsi inovasi teknologi pengernbangan agribisnis ternak
kambing PE.
(2) Faktor-fakior yang menentukan tingkat adopsi inovasi teknologi pengembangan
agribisnis ternak kambing PE.
(3) Faktor-faktor yang menentukan tingkat kornitmen
petemak terhadap
kesinambungan bisnis kambing PE.
Penelitian dilaksanakan di Desa Girikerto, Kabupaten Sleman. Yogyakarta.
Jumlah responden sebanyak 80 responden, terdiri dari dua kelompok yakni
Kelompok ternak Pangestu 59 responden, dan Kelompok Sukorejo 21 responden.
Peneiitian dilakukan dengan cara s u ~ ayang
i
bersifat deskripti korelasional. Untuk
menganalisis hubungan dan pengaruh antar peubah, dilakukan analisis kore!asi.
Sedangkan analisis jaringan kornunikasi untuk melihai level individu, level klik dan
level sistem, digunakan metode sosiometri dengan rnernbuat sosiograrn. Hasii
analisis jaringan kornunikasi dapat mengetahui peranan dari masing-masing
individu, poia jaringan komunikasi kelornpok seria tingkat keterhubungan, tingkat
integrasi dan tingkat keterbukaan anggota kelompok peternak.
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa pada Kelompok Pangestu tingkat
pendidikan, jumlah kepemilikan ternak, pendapatan keluarga, dan ketereedahan
media massa berhubungan nyata dengan komitmen peternak terhadap
kesinambungan bisnis. Sedangkan di Kelompok Sukorejo hanya keterdedahan
media massa yang berhubungan nyata dengar! komitmen peternak. Pada Kelornpok
Pangestu tingkat pendidikan dan keterdedahan media massa berhubungan nyata
dengan tingkat adopsi inovasi, narnun di Kelompok Sukorejo hanya tingkat
pendidikan yang berhubungan nyata dengan komitmen peternak.
Pada Kelompok Pangestu dan Sukorejo keefektivan jaringan komunikasi
dengan komitmen peternak terhadap kesinambungan bisnis terdapat hubingan
yang positif. Pada Kelompok Sukorejo, terdapat hubungan yang positif antara
keefektivan jaringar: kornunikasi dengan tingkat adopsi inovasi teknologi. Faktor
karakieristik peternak yang memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi
inovasi pada Kelompok Pangestu adalah faktor pendidikan peternak, status
kepemilikan ternak, dan faktor keterdedahan media rnassa, serta keefektivan
jaringan kornunikasi. Sedangkan pada Kelompok Sukorejo adalah faktor pendidikan
peternak, dan keierdedahan media massa berhubungan nyata dengan tingkat
adopsi inovasi.
Pola jaringan komunikasi -'Struktur Roda" cenderung lebih efektii dalam
adopsi inovasi teknologi pengembangan agribisnis ternak kambing PE. Peranan
'Opinion Leadef dalam jaringan komunikasi peternak kambing PE pada Kelompok
Pangestu maupun Sukorejo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta berpengaruh positif
dalam rangka penyebaran informasi inovasi teknologi pengembangan agribisnis
ternak kambing PE.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya rnenyatakan tesis yang berjudul :
KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNIKASI DALAM ADOPSI INOVASi
TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRlBISNlS (Kasus Ternak Karnbing PE di
Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta).
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, September 2002
Hano Hanafi
NRP :99518
KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNlKASl DALAM ADOPSI
INOVASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRlBlSNlS
(Kasus Ternak Kambing P E di Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta)
Oleh:
HANO HANAFI
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNlKASl DALAM
ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN
AGRlBlSNlS (Kasus Ternak Kambing PE di
Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta)
Nama
: Hano Hanafi
NRP
: 99518
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
I
--
Ir. Ida Y u h a n a m
Anggota
Ir. & i r y d d i n - ~ a l e h - ~ ~ A~
Anggota
Mengetahui,
Tanggal Lulus
: 30 September 2002
Penulis dilahirkan di Ciarnis, pada tanggal 20 Agustus 1959 sebagai anak ke
tiga dari pasangan Mukson dan Mundjariah.
Penulis rnenamatkan Sekolah Dasar tahun 1973 di Sidarnulih Kecarnatan
Pangandaran - Ciarnis (Jawa Barat), Sekolah Menengah Pertama tahun 1976 di
SMPN Pangandaran, Sekolah Menengah Atas tahun 1980 di SMAN I Banjar
-
Ciarnis. Pendidikan sarjana rnuda di Akademi Pertanian Nasional Bandung lulus
tahun 1984 jurusan Teknologi Hasil Pertanian, rnelanjutkan sarjana (S-I) di
Universitas Siliwangi Tasikmalaya jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi) dan lulus
tahun 1988.
Tahun 1990 diterirna di Proyek Penyelamatan Hutan Tanah dan Air beriokasi
di Malang di bawah tanggungjawab Pusat Penelitian Tanah dan Agroklirnat Bogor.
Tahun 1992 penulis diangkat sebagai Pegawai Nsgeri Sipil (PNS) di Stasiun
PeneSiian Tanah dan Agroklirnat Yogyakarta. Tahun 1995, Stasiun Penelitiai'i Tanah
dan Agroklirnat melebur dan bergabung dengan lnstaiasi PeneSiian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta. Tahun 200;
IPFTF Yogyakarta berubah nama
rnenjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
Sejak September 1999, penulis mendapat kesempatan rnengikuti pendidikan
Program Magister Sains pada Program Studi Kornunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan di lnstiiut Pertanian Bogor, dengan biaya dari Proyek ARMP 11 Badan Litbang Pertanian dan lulus pada tanggal 30 September 2002.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah S.W.T. karena atas rahmatNya tesis dengan judul Keefektivan Jaringan Komunikasi dalarn Adopsi inovasi
Teknologi Pengembangan Agribisnis (Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten
Sleman, Dl. Yogyakarta) dapat tersusun. Penulis rnenyadari bahwa dalam
penyelesaian tesis ini meialui perjalanan panjang yang penuh rintangan dan
kendaia, hanya dengan petunjuk-Nya semuanya ini alhamdulillah dapat teratasi.
Tesis ini dibuat atas dasar keinginan penuiis untuk rnengetahui lebih jauh
bagairnana sebenarnya penyebaran informasi yang terjadi di tingkat peternak
melalui jaringan komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pengembangan
agribisnis temak kambing PE. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalarn
penyelesaian Program Magister Sains llmu Sosial (MSi) pada Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana, lnstitut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penuiis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada yang terhormat : Bapak Dr. ir. Sumardjo MS. Bapak Ir. H. Amiruddin Saleh
MS, dan
lbu lr. Ida Yuhana MA, selaku komisi pembimbing. Kepala Baiai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ungaran dan Yogyakarta. Bapak Kepala
Desa Girikerio, Kabupaten Sleman yang telah memberikan izin melakukan
penelitian. Rasa terima kasih yang tiada hingga kepada rekan-rekan seper~uangandi
Program Studi Komucikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan : Abdui Azis,
lwan Setiawan. Agus Sutiarso, Idamat iukman, Joko Soeda:so, dan lgn. Harsanto
dan lain-lain yang iidak mungkin saya sebut namanya saiu persatu.
Secara khusus penulis sampaikan kepada keciua orangtua penulis, istri
tercinta; Tiik Sumiati, ananda Restu Khalifa Ardhi, Raisa Ninnala Dewi dan Raisita
lmanina Putri yang dengan setia dan penuh kesabaran memberikan Semangat dan
dorongan kepada penulis hingga selesainya studi. Semoga Allah SWT membaias
semua amal kebaikan yang kita lakukan.
Bogor. September 2002
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................
DAFTAR IS1 ...............................................................................
I
11
DAFTAR TABEL ....................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..............................
x
.
..............................
1.1. Latar Belakang
1
5
1.2. Perurnusan Masalah ....................................................
..
1.3. Tujuan Penel~tlan ........................................................
I.4. Kegunaan Hasil Peneliian ..............................................
6
II.TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
9
7
C
. .
2.1. Perkembangan lptek dan Model Kornunikasi .........................
2.2.Tokoh Masyarakat. Pengertian Adopsi dan Kecepatan Adopsi....
2.3. Perilaku Peternak dalarn Jaringan Kornunikasi...'..... ................
2.4. Keefektivan Jaringan Kornunikasi ........................................
2.5. Karakteristik Peternak dan Proses Difusi lnovasi ....................
2.6. Proses Pengambilan Keputusan Adopsi lnovasi .....................
2.7. Sistern Agribisnis dan Wawasannya ....................................
2.8. Lembaga Penunjang ........................................................
2.9. Kornitrnen Peternak terhadap Kesinarnbungan Bisnis ..............
Ill. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ....................................
38
..
3.1. Kerangka Pernlkfran .........................................................
3.2. Hipotesis .........................................................................
38
41
IV. METODE PENELlTlAN ...............................................................
4.1. Populasi clan Sampel ......................................................
4.2. Metoda Pengarnbilan
. . Sarnpel .................................... .- .....
4.3. Rancangan PenelitIan ......................................................
4.4. Metode Pengumpulan Data ...............................................
4.5. Operasionalisasi Variabel
4.6. Pengumpulan Data ...........................................................
4.7. Validitas dan Reliabilitas lnstrurnen ....................................
..
4.8. Anallsls Data .................................................................
42
V . HASlL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian .........................................
5.2. Jaringan komunikasi Peternak Kambing PE di Kelompok Pangestu
dan Sukorejo ........................................................................
5.2.1. Pola Jaringan Komunikasi Kelompok Pangestu ................
5.2.2. Pola Jarinqan
. Kornunikasi Kelornpok Sukorejo .................
5.2.3. Analisis Klik ................................
5.3. Fungsi dan Peranan Status lndividu dalam Jaringan Kornunikasi ....
5.4. Pola Jaringan Komunikasi ......................................................
. .
5.5. Karakteristlk Peternak ...........................................................
15.5.1.
5.5.2.
5.5.3.
5.5.4.
5.5.5.
5.5.6.
5.5.7.
Urnur Peternak .............................................................
Pendidikan Peternak .....................................................
Jumlah KepemilikanTernak ............................................
Status KepemilikanTernak .............................................
Pendapatan Keluarga Peternak .......................................
Pengalaman Beternak
Keterdedahanterhadap Media Massa ..............................
5.6. Komitmen Peternak terhadap Kesinambungan Bisnis ....................
5.7. Keefektivan Jaringan Komunikasi dalam Sistem Agribisnis Kambing
5.7.1. Tingkat Partisipasi Peternak daiam Perencanaan ...............
5.7.2. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Pelaksanaan ................
5.7.3. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Evaluasi .....................
5.7.4. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Pemanfaatan ...............
5.8. Tingkat Adopsi lnovasi Teknologi .............................................
5.8.1. Aspek Kognitif Adopsi lnovasi .........................................
5.8.2. Aspek Konati Adopsi lnovasi ..........................................
5.9. Hubungan Karakieristik Peternak dengan Komitmen Peternak
terhadap Kesicambungan Bisnis ....................................
5.9.1. Hubungan Urnur Peternak dengan Komitmen Peternak .........
5.9.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Komitmen Peternak ...
5.9.3. Hubungan Jumlah Kepernilikan Ternak dengan Kornitrnen
Peternak .....................................................................
5.9.4. Hubungan Status Kepemilikan Ternak dengan Komitmen
Peternak ....................................................................
5.9.5. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Komitmen Peternak.
5.9.6. Hubungan Pengalarnan Beternak dengan Kornitrnen Peternak.
5.9.7. Hubungan Keterdedahan terhadap Media Massa dengan
Kornitrnen Peternak .......................................................
5.10. Hubungan Keefektivan Jaringan Kornunikasi dengan Kornitrnen
Peternak Terhadap Kesinarnbungan Bisnis .........................
5.10.1. Hubungan Partisipasi dalarn Perencanaan dengan
Kornitrnen Peternak ...........................................
5.10.2. Hubungan Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan Kornitrnen
Peternak ..................................................................
5.1 0.3. Sebaran Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Kornitrnen
Peternak ...................................................................
5.10.4. Sebaran Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Kornitrnen
Peternak ..................................................................
5.1 1. Hubungan Keefetivan Jaringan Kornunikasi dengan Tingkat Adopsi
Teknoiogi ..........................................................................
5.1 1.I. Hubungan Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek
Kognitii Adopsi lnovasi .................................................
5.1 1.2. Hubungan Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek
Konatff Adopsi lnovasi ..................................................
5.11.3. Hubungan Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan
Aspek Kognrtif Adopsi lnovasi ........................................
5.11.4. Hubungan Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan Aspek
Konatif Adopsi lnovasi .................................................
5.1 1.5. Hubungan Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi ...........................................................
5.1 1.6. Hubungan Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Asek konatif
Adopsi lnovasi ..........................................................
5.1 1.7. Sebaran Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Aspek
kognitii Adopsi lnovasi .................................................
5.11.8. Sebaran Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Aspek
Konatif Adopsi lnovasi
5.12. Hubungan Kornitrnen Peternak terhadap Kesinarnbungan Bisnis
dengan Tingkat Adopsi lnovasi ............................................
5.12.1. Hubungan Kornitrnen Peternak dengan Aspek Kognitif Adopsi
lnovasi ...................................................................
5.12.2. Hubungan Kornitrnen Peternak dengan Aspek Konatif Adopsi
Inovasi .....................................................................
5.1 3. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Kornitmen Peternak
5.13.1. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Kornitrnen Peternak di
Kelompok Pangestu ..................................................
5.1 3.2. Faktor-faMor yang Mempengaruhi Komitmen Peternak di
Keiornpok Sukorejo
................................................
5.14. Faktor-faktor yang MernpengaruhiTingkat Adopsi lnovasi Teknologi .
5.14.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi lnovasi
Teknologi di Kelornpok Pangestu ....................................
5.14.2. Faktor-faktor yang MernpengaruhiTingkat Adopsi lnovasi
Teknologi di Kelornpok Sukorejo .....................................
VI . KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
6.1. Kesirnpulan .....................................................................
6.2. Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................
LAMPIRAN
..........................................
................................................................................
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
1 Wilayah Kelornpok Petemak, Sarnpel Peternak dan Jumlah Ternak
Tahun 2001 ...........................................................................
2
3
Data Sosiornetri "Partner"Bicara Petemak Kelornpok Ternak Kambing,
PE (Pangestu), Dusun Kemirikebo, Desa Girikerto - Sleman, Tahun
2001 .......................
.
............................................................
Data Sosiornetri "Partner" Bicara Petemak Kelornpok Ternak Karnbing
PE Sukorejo, Desa Girikerto - Slernan, Tahun
2001...............................
42
58
68
4 Derajat Keterbukan Klik di Kelompok Temak Kambing PE "Pangestu"
Desa Girikerto - Sleman, Tahun 2001 ...........................................
71
5 Derajat Keterbukan Klik di Kelornpok Ternak Karnbing PE 'Sukorejo"
Desa Girikerto - Slernan, Tahun 2001 ...........................................
72
6
Distribusi Peternak Menurut Umur di Kelompok Pangestu dan Sukorejo,
Tahun 2001 ..........................................................................
79
7
Distribusi Peternak Menurut Pendidikan Peternak di Kelornpok Pangestu
dan Sukorejo, Tahun 2001 ..........................................................
80
8
Distribusi Peternak Menurut Jurniah Kepernilikan Ternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
81
9
Distribusi Peternak Menurut Status Kepernilikan Ternak di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo. Tahun 2001 .............................. ............
83
..
10 Distribusi Peternak Menurut Pendapatan Keluarga di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
84
11 Distribusi Peternak Menurut Pengalaman Beternak di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
85
12 Distribusi Peternak Menurut Keterdedahan terhadap Media Massa Radio
dan Televisi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............
86
13 Distribusi Peternak Menurut Komitrnen Peternak terhadap Kesinarnbungan Bisnis di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, tahun 2001 .................
87
14 Distribusi Peternak Menurut Tingkat Partisipasi dalam Perencanaan
di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................
89
15 Distribusi Peternak Menurut Partisipasi dalam Pelaksanaan di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001...............................................
16 Distribusi Peternak Menurut Tingkat Partisipasi dalarn Evaluasi di
Kelornpok Pangestu dan Sukorejo. Tahun 2001 ............................
17 Distribusi Peternak Menurut Partisipasi dalam Pemanfaatan
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................
18 Distribusi Peternak Menurut Aspek Kognitif Adopsi lnovasi di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...............................................
19 Distribusi Peternak Menurut Aspek Konati Adopsi lnovasi di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
20 Sebaran Umur Peternak dengan Komitrnen Peternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...........................................
21 Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Kornitmen Peternak pada
Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .............................
22 Sebaran Jumlah Kepemilikan Ternak dengan Kornitmen Peternak
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...........................
23 Sebaran Status Kepemilikan Ternak dengan Kornitrnen Peternak
di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .....................
24 Sebaran Pendapatan Keluarga dengan Komitmen Peternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo. Tahun 2001 ...............................................
25 Sebaran Pengalarnan Beternak dengan Komitrnen Peternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .............................................
26 Sebaran Keterdedahan terhadap Media Massa Radio dsn Televisi
dengan Komitrnen Peternak di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun
2001 .....................................................................................
27
Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Perencanaan dengan omitm men
Peternak di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ................
28 Sebaran Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan dengan Komitrnen
Peternak di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ................
29 Sebaran Tingkat Partisipasi dalam Evaluasi dengan Komitmen Peternak
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...........................
30 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Pemanfaatan dengan Komitmen
Peternak di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo ............................
vii
31 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek Kognitii
Adopsi lnovasi di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .........
32 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek
Konatif Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001
33 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .........
34 Sebaran Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan dengan Aspek
Konatii Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangesiu dan Sukorejo, Tahun 2001
35 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001........
36 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Aspek Konatif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001........
37 Sebaran Ticgkat Partisipasi dalam Pernanfaatan dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangesfu dan Sukorejo, Tahun 2001 .........
38 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Aspek Konatif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ........
39 Sebarzn Kornitrnen Peternak dengan Aspek Kognitif Adopsi lnovasi
di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001........................
40 Sebaran Korniimen Peternak dengan Aspek KonatiiAdopsi Inovasi
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ..........................
41
Pengaruh Karakteristik Peternak, Keefektivan Jaringan Kornunikasi
dengan Kornitmen Peternak di Kelornpok Pangestu, Tahun 2001 ...
42
Pengaruh Karakteristik Peternak, Keefektivan Jaringan Kornunikasi
dengan Kornitrnen Peternak di Kelornpok Sukorejo. Tatlun 2001......
43
Pengaruh Karakteiistik Peternak, Keefektivan Jaringan Kornunikasi dan
Kornitrnen Peternak dengan Tingkat Adopsi lnovasi Teknologi di
Kelornpok Pangestu. Tahun 2001 ..............................................
44
Pengaruh Karakteristik Peternak, Keefektivan Jaringan Komunikasi dan
Kornitmen Peternak dengan Tingkat Adopsi lnovasi Teknoiogi di
Kelornpok Sukorejo. Tahun 2001...............................................
...
Vlll
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1
Model Komunikasi Linier Shannon dan Weaver (1949) ....................
11
2
Model Kornunikasi lnteraktif atau Konvergen Schrarnrn, 1373 ............
11
3
Keterkaitan antar komponen kelembagaan menurut Koentjoroningrat
(Tim LP-IPBdan Bappenas, 2000) ................................................
35
Hubungan karakteristik peternak, keefektivanjaringan komunikasi dan
komitmen peternak terhadap kesinambungan bisnis dengan tingkat
adopsi inovasi teknologi pengembangan agribisnis ternak kambing PE
40
Pola Jaringan Komunikasi Peternak Karnbing PE, pada Kelornpok
Pangestu, Desa Girikerto, Sleman - DIY .......................................
65
Pola Jaringan Komunikasi Peternak Karnbing PE, pada Kelornpok
Sukorejo, Desa Girikerto, Sleman - DIY ........................................
67
4
5
6
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
I
2
3
4
5
6
Teks
Halaman
Derajat Keterhubungan I Koneksi lndividu anggota Kelornpok
Pangestu Desa Girikerto, Kabupaten Slernan ...............................
142
Derajat Keterhubungan I Koneksi lndividu anggota Kelornpok
Sukorejo Desa Girikerto, Kabupaten Slernan .................................
144
Korelasi Variabel Karakteristik Peternak dengan Komitmen Peternak
terhadap Kesinarnbungan Bisnis dan Tingkat Adopsi lnovasi
Teknologi ...........................................................................
$45
Korelasi Variabel Komitrnen Peternak terhadap Kesinambungan
Bisnis dengan Keefeidivan Jaringan Kornunikasi dan Tingkat Adopsi
lnovasi Teknologi .................................................................
146
Surat Rekomendasi I ljin Penehtiandari Camat Tun, Kabupaten
Slernan, Daerah lstirnewa Yogyakaria .........................................
147
Peta Lokasi Penelitian Desa Gif~erto.Kecarnatan Tun, Kabupaten
Sleman [Jaerah lstirnewa Yoyyakaria .......................................
148
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kebijaksanaan program pernbangunan yang tercanturn daiarn GBHN (Garis-
Garis Besar Haluan Negara) telah rnenetapkan bahwa dalarn Repelita VI prioritas
pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor
pertanian dan sektor industri. Rencana program pernbangunan tersebut diharapkan
dapai mewujudkan suatu struktur ekonorni yang seimbang antara sekior indusiri dan
pertanian. Agribisnis sebagai suatu pendekatan pernbangunan dinyatakan secara
eksplisit dalarn Repeliia VI Departernen Pertanian.
Pernbangunan pertanian dalarn perekonornian nasional saat ini sedang
berada daiam masa transisi. Perubahan struktur perekonornian yang di dorninasi
sekior pertanian rnulai digeser oleh sektor industri dan jasa adalah konsekuensi
kebert~asilan pernbangunan
dan
menuntut
keberadaan
surnbsr-sumber
perturnbuhan baru di sektor pertanian. Konsep agribisnis dan agroindustri dalam
situasi seperti ini rnerupakan alternatif yang tepat dalarn upaya rnewujudkan sosok
pertanian tangguh sehingga rnarnpu bersaing dengan
sektor lain dalarn
pernanfaatan surnberdaya domestik yang sernakin terbatas rnaupun dalarn
persaingan pasar global yang semakin ketat.
Pernbangunan peternakan akan rnenghadapi inasalah dengan sernakin
terbatasnya ketersediaan sumberdaya alam karena rneningkatnya tuntutan dan
kebutuhan pembangunan ekonorni yang sernakin kornpleks. Di samping kuantitas.
rnasalah lain yang dihadapi adalah turunnya kualiias surnberdaya alarn yang
semakin cepat akibai penggunaan yang meiarnpaui baias, penggunaan yang kurang
efisien dan tidak memperhaiikan aspek kelestarian dan pencemaran lingkungan.
Selain itu kondisi usaha peternakan di Indonesia saat ini masih dicirikan oleh
peternakan rakyat yang berskala kecil dan umumnya masih dalam bentuk usaha
sampingan. Dengan demikian di samping mutu genetik, perbaikan dalam teknik
perneliharaan dan sistem perbaikan pakan, diharapkan dapat meningkatkan
produksi dan meningkatkan kuaiias produk usaha peternakan dalam suatu industri
peternakan yang tangguh, maju dan efisien. industri peternakan yang demikian perlu
dipacu agar mampu meningkatkan kesejahteraan peternak dan marnpu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional secara kolektif.
Program pembangunan pertanian di era reformasi menurut Solahuddin
(1999), bahwa kegiatan pembangunan pertanian secara umum tetap dilaksanakan
sesuai dengan program-program utarna dan penunjang pembangunan pertanian.
Konsep Gerakan Mandiri (Gema) peningkatan produksi, disosialisasikan sebagai ciri
ataupun tema dalam memobilisasi pernanfaatan seluruh sumberdaya pembangunan
(sumberdaya aiarn, surnberdaya manusia, teknologi, modal dan kelembagaan).
Konsep Gema ini dipakai pula sebagai alat untuk meilggalang dukunyan dari
berbagai pihak terkaa dalam bentuk koordinasi di tingkat perencanaan di pusat
sarnpai daerzh dan peiaksanaannya di lapangan. Pada prinsipnya Gerakan mandir:
ini meiupakan upaya peningkatan kernandiiian dan keberdayaan para petani.
peternak, dan nelayan daiarn menjalankan usaha pertaniannya agar tercapai
efisiensi
dan peningkatan dayasaing kornoditas. Penulis dalam penelitian ini
rnengangkat salah satu program pernbangunan pertanian Gema Proteina 2001,
yang ada di Wilayah Kabupaten Sleman, Daerah lstimewa Yogyakarta yakni
pengembangan agribisnis ternak kambing Peranakan Etawah (PE).
Perturnbuhan agribisnis peternakan rnernerlukan keterpaduan dalarn
pengembangan setiap subsistern yang terlibat, di rnana diperlukan dukungan ilrnu
pengetahuan dan teknologi. Dalarn subsistern sarana produksi, kualitas bibit
mewpakan komponen penting yang menentukan efisiensi dan produMivitas usaha.
Sebagai rnateri dasar bagi proses produksi, peningkatan kualitas bibit senantiasa
rnernerlukan perhatian yang serius baik untuk mencapai efisiensi usaha yang
diinginkan rnaupun untuk rnernenuhi selera pasarlkonsurnen yang secara perlahan
ataupun efisien rnerupakan strategi utarna.
Keberhasilan pernbangunan peternakan dengan pendekatan agribisnis
ditentukan oleh konsistensi pengelolaan antar subsistern agribisnis hulu, budidaya,
agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena i u , keberhasilan
pernbangunan agribisnis berbasis peternakan akan sangat ditentukan oleh
keharmonisan kerjasarna tirn (team work) surnberdaya rnanusia, baik yang berada
pada agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir dan yang ada pada jasa penunjang.
Hasil penelitian Hill dan Berder (1996); Ward ef a/., (1995) dalam Saragih (1998)
rnengatakan
bahwa,
ketidakefisienan,
kelarnbatan
perkembangan
dan
kekurangrnarnpuan beradaptasi dac suatu agribisnis banyak berjuinber dari
ketidakharmonisan kerja tim di agribisnis itu sendiri. Dengan demikian, seluruh
anggota kelornpok peternak khususnya dalam gengembangan agribisnis karnbing
PE dari hulu sampai hilir sangat memerlukan adanya kekornpakkan dan
keharmonisan dalarn satu tirn kerja (team work).
Upaya untuk rnewujudkan suatu kerjasarna tirn yang harrnonis dan kornitrnen
di antara anggota kelornpok yang terlibat di dalarnnya tidak cukup tianya rnerniliki
wawasan mengenai bidang pekejaannya sendiri (on-job oriented). Menurut Saragih
(1998), bahwa kunci keberhasilan kejasarna tirn adalah bila setiap surnberdaya
7
rnanusia yang ada merniliki wawasan pengetahuan mengenai bagaimana pekejaan
bidang lain dilaksanakan (how to do each other's job).
Pada rnasa yang akan datang cara pandang petemakan sebagai budidaya
ternak perlu diperluas rnenjadi industri biologis peternakan yang mencakup empat
aspek, yaitu : (1) peternak sebagai subyek yang haws ditingkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya, (2) temak sebagai ohyek yang harus ditingkatkan produksi dan
produktivitasnya. (3) lahan sebagai basis ekologi budidaya yang harus dilestarikan,
serta (4) teknologi dan pengetahuan sebagai alat untuk rneningkatkan efisiensi perlu
selalu diperbaharui serta disesuaikan dengan kebutuhan (Wardoyo. 1990; Djarsanto,
1992 dalam Saragih 1998).
Diinjau dari sudut struktur jaringan kornunikasi pengelolaan pengernbangan
agribisnis ternak kambing PE merupakan kebijaksanaan program daerah yang
rnenjadi andalan. Dalarn rancangbangun pengembangan Sentra Agribisnis
Komoditas Llnggulan (SPAKU) kanbing PE untuk Propinsi Daerah lstimewa
Yogyakarta teiah diplotkan yakni Kabupaten Kulonprogc dan Slernan. Prqrarn
pengembangan agribisnis kambing PE dalam penyebarannya hingga dapat diterima
dan diiaksanakan oleh petemak di pedesaan dapat melaiui jaringan komuniitasi baik
formal maupun jaringan komunikasi informal. Tampaknya perlu ditemukan rumusan
yang tepat dan efektif antara aspek penelaian, penyuluhan, pengaturan, pelayanan
dan pengguna (users) seperti peternak dan lenlbaga usaha termasuk koperasi serta
lernbaga agribisnis lainnya, sehingga antar sub sistem agribisnis berjalan serasi dan
saling mendukung.
Beberapa instansi yang terlibat dalarn pengembangan sistem agribisnis
kambing PE ini antara lain Dinas Peternakan dengan bantuan sarana berupa bibit.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan bantuan peralatan pascapanen
;
I
susu, lnstaiasi Peneiiiian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
rnernberikan birnbingan teknologi budidaya ternak karnbing PE dan teknologi
pascapanen susu, Kanwil Departemen Koperasi membina kelompok peternak dan
rnernbeniuk suatu Lernbaga yakni Koperasi Unit Desa.
Untuk rnengetahui lebih jauh peranan jaringan kornunikasi baik formal
rnaupun informal di kalangan peternak dalarn rnengadopsi paket teknologi
pengembangan ternak kambing PE dari beberapa subsistem agribisnis, sangat
penting untuk dilakukan analisis jaringan kornunikasi. Terutarna dalarn rangka
mengidentiikasi jaringan komunikasi yang terjadi, perilaku para anggota kelompok
peternak
dalarn
mencari
informasi
dan
rnengadopsi
inovasi
teknologi
pengembangan agribisnis ternak kambing PE.
1.2.
Perurnusan Masalah
Pengembangan agribisnis ternak kambing PE rnelalui jaringan kornunikasi
formal dapat diartikan sebagai program pernbangunan bidang peternakan yang
selama ini dilaksanakan atas bantuan pernerintah rnelalui proyek-proyek pemerintah
yang bersifat top down, baik rnelalui dinas peternakar: atau dinas-dinas terkaii
lainnya. Sedangkan pengembangan agribisnis ternak karnbing PE rnelalui jaringan
kornunikasi informal artinya proses perkernbangan agribisnis ternak karnbing
PE
yang tidak rnelalui bantuan pernerintah atau dinas-dinas, rnelainkan atas dasar
modal dan kesadaran sendiri (swadaya), rnulai dari bibit sarnpai ke pernasaran.
Hasil wawancara sepintas dengan beberapa peternak tentang upaya
penerapan paket teknologi pengernbangan agribisnis kambing PE rnenunjukkan,
bahwa keadaan peternak masih tergolong relatif rendah dalarn adopsi inovasi. Hal
ini terbukti rnisalnya saja dalarn rnenangani rnasalah pascapanen susu, tarnpaknya
5
masih belum rnerasa perlu penanganan yang serius. Jika rnelihat kenyataan yang
demikian, maka diduga ada beberapa faktor penghambat dalam proses adopsi
inovasi, antara lain belum terjadi komunikasi yang baik di antara anggota peternak
dan
rendahnya komitmen di antara anggota petemak terhadap kesinambungan
bisnis. Atas dasar fenomena ini, rnenjadi acuan bagi pene'ti akan pentingnya
peranan jaringan komunikasi dalam penyebaran informasi teknologi, sekaligus
bagaimana memetakan poia jaringan komunikasi yang terjadi daiam adopsi inovasi
teknologi pengembangan agribisnis ternak kambing PE.
Semra spesifik ada tiga masalah yang menjadi topik dalam peneliian ternak
kambing PE ai Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yaitu :
(I)
Bagaimana profil jaringan komunikasi yang berperan secara efektii terhadap
komiimen petemak dan tingkat adopsi inovasi teknologi pengembangan
agribisnis ternak karnbing PE ?
(2) Bagaimana hubungan komitmen peternak dengan tingkat adopsi inovasi ?
(3) FaMor-faMor apa saja yang mempunyai korelasi nyata dengan komitmen
peternak terhadap kesinambungan bisnis kambing PE ?
(4)
FaMor-faMor apa saja yang berpengaruh dalam menentukan tingkat adopsi
inovasi teknologi pengembangan ternak kambing P E ?
1.3.
Tujuan Penefitian
Sejalan dengan permasaiahan tersebut di atas, semra umum penelitian ini
bertujuan untuk
mendapatkan gambaran
yang
lebih jelas
tentang
pols
pembangunan peitanian khususnya sektor peternakan, rnelalui keefekhan jaringan
komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pengembangan agribisnis ternak
kambing PE.
6
Asurnsi dasar dari pene'tian ini adalah apabila jaringan kornunikasi dalarn
pengernbangan agribisnis ternak karnbing PE berjalan efektif, rnaka diharapkan
kernandirian peternak akan rneningkat sejalan dengan rneningkatnya kualitas
perilaku peternak dalarn rnengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan (fisik, sosial,
ekonomi dan teknologi) yang senantiasa berubah dan kebutuhan rnasyarakat yang
cenderung rneningkat, serta terjangkaunya sarana dan teknologi unggul yang tepat
guna.
Setelah rnelihat berbagai tantangan dan perrnasalahan yang berkernbang
dalarn rnasyarakat peternak, rnaka secara iebih spesifik penelitian ini bertujuan :
(I)
Mernpelajari profil jaringan kornunikasi yang berperan secara efeMii temadap
kornitrnen peternak dan tingkat adopsi teknologi pengernbangan agribisnis
ternak karnbing PE.
(2) Mernpelajari faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat adopsi
inovasi teknologi pengernbangan agribisnis ternak karnbing PE.
(3) Mernpelajari faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan kornitrnen peternak
ierhadap kesinambungan bisnis karnbing PE.
1.4.
Kegunaan Hasil Penelitian
Beberapa kegunaan pokok dari hasil penelitian ini, sebagai beriku: :-
I.
Setelah rnengetahui faktor-faktor diterrnir~anyang rnernpengaruhi keefektivan
jaringan kornunikasi, kornitrnen peternak terhadap kesinarnbungan bisnis, dan
tingkat adopsi inovasi teknologi pengernbangan agribisnis ternak karnbing PE.
rnaka dapat dirumuskan kebutuhan akan infomasi penyuluhan dan dinarnika
peternak serta arah pengernbangan petemakan.
2. Hasil peneltian dapat di harapkan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan pembinaan terhadap kelompok
peternak yang ada di wilayah tersebut.
3. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kekuatan awal, memberikan
fasiiaas serta memandu masyarakat setempat sehingga mampu menggerakkan
agribisnis dengan kekuatan sendiri.
4. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan wawasan
akademis dan visi tentang sistem agribisnis ternak kambing PE, serta
sumbangan pikiran bagi para praktisi, khususnya para penyuluh iapangan yang
bertugas atau para petugas dinas terkait lainnya dalam membina kelompokkelompok petemak kambing P E rnelalui suatu jaringan komunikasi, khususnya
komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pengembangan ternak kambing PE.
It. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perkembangan iptek dan Model Komunikasi
Sebagai darnpak positif berkernbangnya iirnu pengetahuan dan teknologi
serta kernajcan rnasyarakat, maka tantangan yang akan kita hadapi adalah
bagaimana kita rnengkomunikasikan kernajuan ilmu pengetahuan tersebui ke
wawasan rnasyarakat agar kemajuan rnasyarakat yang k i a peroleh selarna inidapai
dipertahankan serta dapat ditingkatkan rnelalui penggunaan iirnu dan teknologi yang
sernakin berkembang tersebut. Kita rnenyadari bahwa peranan kernajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut akan tidak bermakna sarna sekali rnanakala
ilrnu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak dikomunikasikan atau tidak
disebariuaskan ke tengah-tengah rnasyarakat. Dengan dernikian,
peranan
kornunikasi sangat dibutuhkan terutama dalarn rnenyebariuaskan teknologi pettanian
ke dalarn rnasyarakat pedesaan.
Sejalan dengan perkernbangan jarnan, Levis (1996) berpendapat bahwa
dalarn pelaksanaan komunikasi berbagai teknologi atau paket pembangunan ke
tengah rnasyarakat desa, rnasih terdapat harnljatan yang dihadapi dewasa ini, yaitu:
(1) Selalu terjadi kesenjangan antara petugas lapangan dengan kondisi sosial
ekonorni serta budaya rnasyarakat seternpat.
(2j Seringkali petugas beiurn rnarnpu rneyakinkan para petsrnak tentang tugas dan
peranan rnereka dalarn rnernberikan inforrnasi yang terkait dengan usahatani
peternak,
(3) Para petugas kurang rnernaharni strategi berkornunikasi yang efeMi dan efisien
yang dapat rnemperbesar pencapaian keberhasilan kornunikasi.
(4) Setiap masyarakat memiliki karakteristik tersendiri dalam melaksanakan sistern
kornunikasi,
(5) Variasi bahasa daerah juga rnerupakan salah satu harnbatan tidak efektifnya
pelaksanaan kornunikasi di daerah pedesaan.
Hadirnya teknologi pertanian aiaupun teknologi jenis lain di pedesaan
rnerupakan "barang baru" (inovasi). Karena itu perlu dicari metode pernasyarakatan
(kornunikasi) dan pemasaran yang tepat dengan dilandasi kesadaran bahwa ha1
tersebut bukan pekerjaan mudah. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, teori-teori dan rndel-model kornunikasi telah banyak mengalami
perubahan dari teori-teori dan model-model lama yang dianggap usang, kemudian
rnuncul teori-teori dan model-model komunikasi yang lebih baru dan relevan dalarn
menjawab perrnasalahan-penasalahan dan fenornena-fenomena yang ada.
Beberapa pandangan tentang komunikasi sebagai suatu interaksi di antara
partisipan menurut Jahi (1988), dikatakan sebagai suatu kejadian yang rnasih baru.
Dalam dasawarsa 1940, komunikasi umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linier.
Seorang mengkornunikasikan pesan-pesannya melalui sebuah saluran kepada
seorang penerirna, yang kemudian memberikan umpan ballk kepada pen~irirn
tersebut. Shannon dan Weaver (1949), rnengernbangkan model linier ini atas dasar
suatu
mekanis
yang
didesain
untuk
sistern
telepon.
Model
linier
ini
mengidentifi~asikan elemen-elemen utama proses komunikasi : suniber, pesan,
saluran, penefirna dan eiek. Oleh karena penelitian pada waktu itu sangat
rnemperhatikan persuasi dan propaganda, rnaka model terrebut tampaknya
berrnakna, dengan aliran pengaruhnya yang satu arah.
Sumber
Pesan
Pesan
Saluran
Penerirna
Pesan
Gambar 1. Model Komunikasi Linier Shannon dan Weaver (1949)
Dari beberapa hasil penelitian tentang model kornunikasi kebijaksanaan
program pernbangunan pertanian selarna ini yang dikernbangkan oleh perneiintah
adalah rnengacu pada model kornunikasi linier searah dan berbentuk vetiikal dari
aias ke bawah (Top down), bersifat perintah dan jika dievaiuasi rnodei linier ini
rnernpunyai banyak keiernahan, kadang-kadang tidak rnernperhatikan aspek
kebutuhan masyarakat setempat.
Menumi Jahi (1988) bahwa seielah model kornunikasi linier satu arah
dia~ggapkurang sempurna, kini pandangan srang rnuiai rnengarah pada komunikasi
iniemMi dua amh di aniam partisipan, model kornunikasi ini baru rnuncui pada abad
dasawarsa 1960. Model kornunikasi "inieraktif " atau "konvergen" ini (Schrarnrn
1973: Rogers dan Kincaid 1981) dianggap sebagai suatu transaksi di antara
pariisipan, yang setiap orang rnernberikan kontribusi pada transaksi itu, meskipun
aalarn aerajat yang berbeda. Terlebih lagi, model ini berlaku baik uniuk sifuasi
kornunikasi interpersonal rnaupun kornunikasi rnassa
Ketera~aan:
Derajat tempat lingkaran atau ruang kehidupan ini
(Gambar 2), turnpang tindih menunjukkan derajat tempat
partisipan A dan B memiliki pengalaman yang sama dan
memahami pesan satu sama lain.
Garnbar 2. Model Komunikasi lnterakiif aiau Konvergen Schramm, 1973
Menurut Schrarnrn (1973) Gambar 2 di atas dikenal sebagai Diagram Venn,
di mana setiap lingkaran menunjukkan ruang kehidupan yang berbeda dari setiap
partisipan dalarn suatu situasi kornunikasi. Derajat ternpat lingkaran atau ruang
kehidupan ini tumpang tindih menunjukkan derajat tempat partisipan A dan B
rnemiliki pengalaman yang sarna dar: rnernaharni pesan satu sarna lain.
2.2.
Tokoh Masyarakat, Pengertian kdopsi dan Kecepatan Adopsi
Di dalarn suatu rnasyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi
tempat bertanya dan rneminta nasehat oleh anggota masyarakat lainnya rnengenai
urusan-urusan tertentu. Mereka rnemiliki kernarnpuan untuk rnernpengaruhi orang
lain untuk bertindak dalarn cam-cam tertentu. Biasanya rnereka itu rnenduduki
jabaian iormai, ktapi pengamh .tubertaku secara informal, dan pengaruh ihi turnbuh
bukan karena ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Jadi kepernimpinan
rnereka itu bukan diperoleh karma jabatari i ~ r i i i i i l . 8 ,riislaiiikan kaisna kena,mpiiaii
dan hubungan antar pribadi mereka dengan anggota rnasyarakat. Gratiy-orariy yany
rnemiliki kernarnpuan untuk rnernpengaruhi orang lain seperfi itu menurut Rogers
dan Shoemaker dalam Hanafi, (1987) disebut sebagai tokoh rnasyarakat, pernuka
pendapat, pemimpin informal (Opinion Leader).
Gonzalez dalam Jahi (1988), pemuka-pemuka opini ialah orang-orang yang
mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu. Karakteristik
pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe kelompok yang rnereka pengaruhi.
Jika pernuka-pemuka opini terdapat dalarn kelornpok-kelornpok yang bersifat
inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota kelornpok-kelompok
itu.
Menurut Levis, (1996) adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang diiakukan
oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai
sampai menerapkan. Sedangkan Mardikanto (1993), menyatakan bahwa adopsi
dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide aiau aiat teknologi
baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasi
dari beniuk adopsi ini dapai diiihat atau diamati melalui tingkah laku, metode,
maupun peialaian *au
teknoiogi yang dipergunakan oleh para peieinak aiau
penerima pesan
Tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosiai disebut
kecepatan adopsi (Rogers dan Shoemaker, 1971; Hanafi, 1987). Kecepaian ini
biasanya diukur dengan jumlah peneiima yang mengadopsi suatu ide baru dalam
suatu periode wakiu terteniu. Menurut Levis (1996), beidasarkan tujuannya
komunikasi dalam adopsi inovasi dibedakan atas tiga yaitu : Pertama, komunikasi
yang bertujuan untuk mernberikan keterangan atau iniorrnasi. Komunikasi jenis ini
sifatnya informatt Kedua, komunikasi persuasif, yaitu kornunikasi yang bertujuan
untuk mempengaruhi perasaan aiau emosi. Komunikasi dengan cara ini, sifainya
membujuk. Keiiga, komunikasi 'entertainment. yaitu komunikasi yang sifatnya
sekedar meinberikan hiburan pengisi waktu-waktu yang senggang. Di dalam
kegiatan penyuiuhan pertanian diutamakan komunikasi informatif dan komunikasi
persuasif. Levis (1996) lebih memandang kecepatan adopsi inovasi dari segi saiuran
komunikasi, yaitu bahwa penyampaian inovasi lewat media massa relaii lebih
lambat diadopsi oleh komunikan dibandingkan penyampaian inovasi melalui saluran
interpersonal (hubungan antarpribadi). Sebab dengan hubungan iangsung atau
interpersonal para komunikan akan cepat menerima penjelasan-penjelasan dari
komunikator
setelah
komunikan
menyampaikan
tanggapan-tanggapannya.
13
Sedangkan penyampaian lewat media massa tidak mungkin dilakukan karena
komunikasi berjalan satu arah saja sehingga tertutup kemungkinan terjadi "feed
back" dari komunikan.
2.3.
Periiaku Peternak dalam Jaringan Komunikasi
Menurut DeVio (1997), yang dimaksud dengan jaringan komunikasi adaiah
~
orang ke orang lain.
saluran yang digunakan untuk rneneruskan pesan d a satu
Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan
sumberdaya yang dimilikicya akan mengembangkan pola komunikasi yang
menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini
kemudian merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh
kelompok dalam mengirimkan pesan dai+ satu orang ke orang lainnya. Kedua,
jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai strukiur yang diformalkan yang
diciptakan oieh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Periiaku peternak kambing PE dalam jaringan komunikasi pada saat ini
khususnya di tingkat subsistem agribisnis hulu dan hiiir yaitu daiam
budidaya pembibian, pengelolaan pakan, dan
pascapanen susu
kegiatan
besefia
perdagangannya. Biasanya komunikasi antar individu peternak beriangsung dalam
acara-acara pertemuan rutin yang diselenggarakan setiap bulan (selapanan), atau
pada kegiatar?rutin bertemu langsung di kompleks perkandangan ternak.
Pambudy (1999), mengemukakan bahwa perilaku individu untuk meiakukan
aktivitas komunikasi timbul berdasarkan dorongar~ yang ada dalam din individu
tersebui dalam meiakukan suatu gerakan atau tindakan yang sesuai dengan
keinginannya. Selanjutnya Asngari (1996), lebih jauh mengatakan bahwa perilaku
komunikasi dari individu tersebut ada yang terlihat dengan jelas (overt behavioui)
14
dan ada juga yang tidak terlihat (covert behaviour) yang ditentukan oleh kepekaan
individu lain yang rnengarnati.
Untuk rnernaharni hubungan sosial yang terbentuk dari proses kornunikasi
interpersonal dapat dipelajari rnelalui studi jaringan kornunikasi (Setyanto, 1993).
Dalarn hubungan ini. Mosher rnengungkapkan beberapa rnetode kornunikasi yang
dapat dipergunakan di dalarn kornunikasi pertanian, rneliputi: (1) periernuan
kelornpok, (2) diskusi kelornpok informal. (3) perternuan kelompok formal, (4)
dernonstrasi hasii, (5) dernonstrasi rnetode. (6) percobaanlpengujian lokai. (7) tour
usahaiani, (8) kursus tani, (9) office call, dan (10) kombinasi rnetode-rneiode
iersebui (Riyanio, 1988).
Perilaku kornuniicasi peternak dipengaruhi oleh berbagai faidor, baik internai
rnaupun ekstemai. Faktor eksternai berupa sosial, budaya, ekonomi dan iainnya.
Kondisi sosial peternak cenderung berkelornpok rneiniliki aktivitas kornunikasi yang
iebih intensif dan ierbuka, baik rnelalui kelornpok formal rnauqun inforrnal (Parnbudy.
1999). Peiernak yang merniliki pendapatan lebih tinggi, cenderung mengalihkan
konsurnsinya pada barang-barang yang beifungsi sebagai media kornunikasi dan
sarana untuk rneia~ukanKomunikasi. Dengan derni~ian,pariisipasi di keiompok
susiai,
koniak der>yarisasarria viai-iiak, Kurtiaic derigan Keiua Keiurrlpok, kuiiiak
~ e l t g ~ li.'erlyuiuil,
~l
dail petrtiikan riimiia korr~urtikasi ~ r ~ e r u ~ a k afaktoi'
rt
yang
nlemperrnudan bagi peiernak uniok rnernperoien iniorrnasi.
2.4. Keefektivan Jaringan Komunikasi
Pengertian jaringan kornunikasi rnenurut Rogers (1983) adalah suatu
jaringan yang terdiri atas individu-individu yang sating berhubungan, yang
dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Sedangkan rnenurut Setiawan
IS
(1989), bahwa salah satu cara untuk rnemahami perilaku rnanusia adalah dengan
mengamati atau memahami bagaimana hubungan-hubungan sosialnya yang
terbentuk karena proses komunikasi interpersonal. Farace (1977)dalam Setyanto
(1993) berpendapat bahwa, jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur
dari kontak antara
INOVASI TEKNOLOGl PENGEMBANGAN AGRlBISNlS
(Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta)
Oleh:
HANO HANAFI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2002
.ABSTRAK
HANO HANAFI. Keefektivan Jaringan Komunikasi dalam Adopsi lnovasi
Teknologi Pengembangan Agribisnis (Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten
Sieman Di. Yogyakarta). Dibimbing oleh SUMARDJO, AMIRUDDiN SALEH dan
IDA YUHANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari :
(1) Pro51 jaringan komunikasi yang berperan secara efekiif terhadap komitmen
peiemak dan tingkat adopsi inovasi teknologi pengernbangan agribisnis ternak
kambing PE.
(2) Faktor-fakior yang menentukan tingkat adopsi inovasi teknologi pengembangan
agribisnis ternak kambing PE.
(3) Faktor-faktor yang menentukan tingkat kornitmen
petemak terhadap
kesinambungan bisnis kambing PE.
Penelitian dilaksanakan di Desa Girikerto, Kabupaten Sleman. Yogyakarta.
Jumlah responden sebanyak 80 responden, terdiri dari dua kelompok yakni
Kelompok ternak Pangestu 59 responden, dan Kelompok Sukorejo 21 responden.
Peneiitian dilakukan dengan cara s u ~ ayang
i
bersifat deskripti korelasional. Untuk
menganalisis hubungan dan pengaruh antar peubah, dilakukan analisis kore!asi.
Sedangkan analisis jaringan kornunikasi untuk melihai level individu, level klik dan
level sistem, digunakan metode sosiometri dengan rnernbuat sosiograrn. Hasii
analisis jaringan kornunikasi dapat mengetahui peranan dari masing-masing
individu, poia jaringan komunikasi kelornpok seria tingkat keterhubungan, tingkat
integrasi dan tingkat keterbukaan anggota kelompok peternak.
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa pada Kelompok Pangestu tingkat
pendidikan, jumlah kepemilikan ternak, pendapatan keluarga, dan ketereedahan
media massa berhubungan nyata dengan komitmen peternak terhadap
kesinambungan bisnis. Sedangkan di Kelompok Sukorejo hanya keterdedahan
media massa yang berhubungan nyata dengar! komitmen peternak. Pada Kelornpok
Pangestu tingkat pendidikan dan keterdedahan media massa berhubungan nyata
dengan tingkat adopsi inovasi, narnun di Kelompok Sukorejo hanya tingkat
pendidikan yang berhubungan nyata dengan komitmen peternak.
Pada Kelompok Pangestu dan Sukorejo keefektivan jaringan komunikasi
dengan komitmen peternak terhadap kesinambungan bisnis terdapat hubingan
yang positif. Pada Kelompok Sukorejo, terdapat hubungan yang positif antara
keefektivan jaringar: kornunikasi dengan tingkat adopsi inovasi teknologi. Faktor
karakieristik peternak yang memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi
inovasi pada Kelompok Pangestu adalah faktor pendidikan peternak, status
kepemilikan ternak, dan faktor keterdedahan media rnassa, serta keefektivan
jaringan kornunikasi. Sedangkan pada Kelompok Sukorejo adalah faktor pendidikan
peternak, dan keierdedahan media massa berhubungan nyata dengan tingkat
adopsi inovasi.
Pola jaringan komunikasi -'Struktur Roda" cenderung lebih efektii dalam
adopsi inovasi teknologi pengembangan agribisnis ternak kambing PE. Peranan
'Opinion Leadef dalam jaringan komunikasi peternak kambing PE pada Kelompok
Pangestu maupun Sukorejo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta berpengaruh positif
dalam rangka penyebaran informasi inovasi teknologi pengembangan agribisnis
ternak kambing PE.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya rnenyatakan tesis yang berjudul :
KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNIKASI DALAM ADOPSI INOVASi
TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRlBISNlS (Kasus Ternak Karnbing PE di
Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta).
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, September 2002
Hano Hanafi
NRP :99518
KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNlKASl DALAM ADOPSI
INOVASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRlBlSNlS
(Kasus Ternak Kambing P E di Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta)
Oleh:
HANO HANAFI
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: KEEFEKTIVAN JARINGAN KOMUNlKASl DALAM
ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN
AGRlBlSNlS (Kasus Ternak Kambing PE di
Kabupaten Sleman Dl. Yogyakarta)
Nama
: Hano Hanafi
NRP
: 99518
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
I
--
Ir. Ida Y u h a n a m
Anggota
Ir. & i r y d d i n - ~ a l e h - ~ ~ A~
Anggota
Mengetahui,
Tanggal Lulus
: 30 September 2002
Penulis dilahirkan di Ciarnis, pada tanggal 20 Agustus 1959 sebagai anak ke
tiga dari pasangan Mukson dan Mundjariah.
Penulis rnenamatkan Sekolah Dasar tahun 1973 di Sidarnulih Kecarnatan
Pangandaran - Ciarnis (Jawa Barat), Sekolah Menengah Pertama tahun 1976 di
SMPN Pangandaran, Sekolah Menengah Atas tahun 1980 di SMAN I Banjar
-
Ciarnis. Pendidikan sarjana rnuda di Akademi Pertanian Nasional Bandung lulus
tahun 1984 jurusan Teknologi Hasil Pertanian, rnelanjutkan sarjana (S-I) di
Universitas Siliwangi Tasikmalaya jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi) dan lulus
tahun 1988.
Tahun 1990 diterirna di Proyek Penyelamatan Hutan Tanah dan Air beriokasi
di Malang di bawah tanggungjawab Pusat Penelitian Tanah dan Agroklirnat Bogor.
Tahun 1992 penulis diangkat sebagai Pegawai Nsgeri Sipil (PNS) di Stasiun
PeneSiian Tanah dan Agroklirnat Yogyakarta. Tahun 1995, Stasiun Penelitiai'i Tanah
dan Agroklirnat melebur dan bergabung dengan lnstaiasi PeneSiian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta. Tahun 200;
IPFTF Yogyakarta berubah nama
rnenjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
Sejak September 1999, penulis mendapat kesempatan rnengikuti pendidikan
Program Magister Sains pada Program Studi Kornunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan di lnstiiut Pertanian Bogor, dengan biaya dari Proyek ARMP 11 Badan Litbang Pertanian dan lulus pada tanggal 30 September 2002.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah S.W.T. karena atas rahmatNya tesis dengan judul Keefektivan Jaringan Komunikasi dalarn Adopsi inovasi
Teknologi Pengembangan Agribisnis (Kasus Ternak Kambing PE di Kabupaten
Sleman, Dl. Yogyakarta) dapat tersusun. Penulis rnenyadari bahwa dalam
penyelesaian tesis ini meialui perjalanan panjang yang penuh rintangan dan
kendaia, hanya dengan petunjuk-Nya semuanya ini alhamdulillah dapat teratasi.
Tesis ini dibuat atas dasar keinginan penuiis untuk rnengetahui lebih jauh
bagairnana sebenarnya penyebaran informasi yang terjadi di tingkat peternak
melalui jaringan komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pengembangan
agribisnis temak kambing PE. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalarn
penyelesaian Program Magister Sains llmu Sosial (MSi) pada Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana, lnstitut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penuiis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada yang terhormat : Bapak Dr. ir. Sumardjo MS. Bapak Ir. H. Amiruddin Saleh
MS, dan
lbu lr. Ida Yuhana MA, selaku komisi pembimbing. Kepala Baiai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ungaran dan Yogyakarta. Bapak Kepala
Desa Girikerio, Kabupaten Sleman yang telah memberikan izin melakukan
penelitian. Rasa terima kasih yang tiada hingga kepada rekan-rekan seper~uangandi
Program Studi Komucikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan : Abdui Azis,
lwan Setiawan. Agus Sutiarso, Idamat iukman, Joko Soeda:so, dan lgn. Harsanto
dan lain-lain yang iidak mungkin saya sebut namanya saiu persatu.
Secara khusus penulis sampaikan kepada keciua orangtua penulis, istri
tercinta; Tiik Sumiati, ananda Restu Khalifa Ardhi, Raisa Ninnala Dewi dan Raisita
lmanina Putri yang dengan setia dan penuh kesabaran memberikan Semangat dan
dorongan kepada penulis hingga selesainya studi. Semoga Allah SWT membaias
semua amal kebaikan yang kita lakukan.
Bogor. September 2002
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................
DAFTAR IS1 ...............................................................................
I
11
DAFTAR TABEL ....................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..............................
x
.
..............................
1.1. Latar Belakang
1
5
1.2. Perurnusan Masalah ....................................................
..
1.3. Tujuan Penel~tlan ........................................................
I.4. Kegunaan Hasil Peneliian ..............................................
6
II.TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
9
7
C
. .
2.1. Perkembangan lptek dan Model Kornunikasi .........................
2.2.Tokoh Masyarakat. Pengertian Adopsi dan Kecepatan Adopsi....
2.3. Perilaku Peternak dalarn Jaringan Kornunikasi...'..... ................
2.4. Keefektivan Jaringan Kornunikasi ........................................
2.5. Karakteristik Peternak dan Proses Difusi lnovasi ....................
2.6. Proses Pengambilan Keputusan Adopsi lnovasi .....................
2.7. Sistern Agribisnis dan Wawasannya ....................................
2.8. Lembaga Penunjang ........................................................
2.9. Kornitrnen Peternak terhadap Kesinarnbungan Bisnis ..............
Ill. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ....................................
38
..
3.1. Kerangka Pernlkfran .........................................................
3.2. Hipotesis .........................................................................
38
41
IV. METODE PENELlTlAN ...............................................................
4.1. Populasi clan Sampel ......................................................
4.2. Metoda Pengarnbilan
. . Sarnpel .................................... .- .....
4.3. Rancangan PenelitIan ......................................................
4.4. Metode Pengumpulan Data ...............................................
4.5. Operasionalisasi Variabel
4.6. Pengumpulan Data ...........................................................
4.7. Validitas dan Reliabilitas lnstrurnen ....................................
..
4.8. Anallsls Data .................................................................
42
V . HASlL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian .........................................
5.2. Jaringan komunikasi Peternak Kambing PE di Kelompok Pangestu
dan Sukorejo ........................................................................
5.2.1. Pola Jaringan Komunikasi Kelompok Pangestu ................
5.2.2. Pola Jarinqan
. Kornunikasi Kelornpok Sukorejo .................
5.2.3. Analisis Klik ................................
5.3. Fungsi dan Peranan Status lndividu dalam Jaringan Kornunikasi ....
5.4. Pola Jaringan Komunikasi ......................................................
. .
5.5. Karakteristlk Peternak ...........................................................
15.5.1.
5.5.2.
5.5.3.
5.5.4.
5.5.5.
5.5.6.
5.5.7.
Urnur Peternak .............................................................
Pendidikan Peternak .....................................................
Jumlah KepemilikanTernak ............................................
Status KepemilikanTernak .............................................
Pendapatan Keluarga Peternak .......................................
Pengalaman Beternak
Keterdedahanterhadap Media Massa ..............................
5.6. Komitmen Peternak terhadap Kesinambungan Bisnis ....................
5.7. Keefektivan Jaringan Komunikasi dalam Sistem Agribisnis Kambing
5.7.1. Tingkat Partisipasi Peternak daiam Perencanaan ...............
5.7.2. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Pelaksanaan ................
5.7.3. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Evaluasi .....................
5.7.4. Tingkat Partisipasi Peternak dalam Pemanfaatan ...............
5.8. Tingkat Adopsi lnovasi Teknologi .............................................
5.8.1. Aspek Kognitif Adopsi lnovasi .........................................
5.8.2. Aspek Konati Adopsi lnovasi ..........................................
5.9. Hubungan Karakieristik Peternak dengan Komitmen Peternak
terhadap Kesicambungan Bisnis ....................................
5.9.1. Hubungan Urnur Peternak dengan Komitmen Peternak .........
5.9.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Komitmen Peternak ...
5.9.3. Hubungan Jumlah Kepernilikan Ternak dengan Kornitrnen
Peternak .....................................................................
5.9.4. Hubungan Status Kepemilikan Ternak dengan Komitmen
Peternak ....................................................................
5.9.5. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Komitmen Peternak.
5.9.6. Hubungan Pengalarnan Beternak dengan Kornitrnen Peternak.
5.9.7. Hubungan Keterdedahan terhadap Media Massa dengan
Kornitrnen Peternak .......................................................
5.10. Hubungan Keefektivan Jaringan Kornunikasi dengan Kornitrnen
Peternak Terhadap Kesinarnbungan Bisnis .........................
5.10.1. Hubungan Partisipasi dalarn Perencanaan dengan
Kornitrnen Peternak ...........................................
5.10.2. Hubungan Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan Kornitrnen
Peternak ..................................................................
5.1 0.3. Sebaran Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Kornitrnen
Peternak ...................................................................
5.10.4. Sebaran Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Kornitrnen
Peternak ..................................................................
5.1 1. Hubungan Keefetivan Jaringan Kornunikasi dengan Tingkat Adopsi
Teknoiogi ..........................................................................
5.1 1.I. Hubungan Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek
Kognitii Adopsi lnovasi .................................................
5.1 1.2. Hubungan Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek
Konatff Adopsi lnovasi ..................................................
5.11.3. Hubungan Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan
Aspek Kognrtif Adopsi lnovasi ........................................
5.11.4. Hubungan Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan Aspek
Konatif Adopsi lnovasi .................................................
5.1 1.5. Hubungan Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi ...........................................................
5.1 1.6. Hubungan Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Asek konatif
Adopsi lnovasi ..........................................................
5.1 1.7. Sebaran Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Aspek
kognitii Adopsi lnovasi .................................................
5.11.8. Sebaran Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Aspek
Konatif Adopsi lnovasi
5.12. Hubungan Kornitrnen Peternak terhadap Kesinarnbungan Bisnis
dengan Tingkat Adopsi lnovasi ............................................
5.12.1. Hubungan Kornitrnen Peternak dengan Aspek Kognitif Adopsi
lnovasi ...................................................................
5.12.2. Hubungan Kornitrnen Peternak dengan Aspek Konatif Adopsi
Inovasi .....................................................................
5.1 3. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Kornitmen Peternak
5.13.1. Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Kornitrnen Peternak di
Kelompok Pangestu ..................................................
5.1 3.2. Faktor-faMor yang Mempengaruhi Komitmen Peternak di
Keiornpok Sukorejo
................................................
5.14. Faktor-faktor yang MernpengaruhiTingkat Adopsi lnovasi Teknologi .
5.14.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi lnovasi
Teknologi di Kelornpok Pangestu ....................................
5.14.2. Faktor-faktor yang MernpengaruhiTingkat Adopsi lnovasi
Teknologi di Kelornpok Sukorejo .....................................
VI . KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
6.1. Kesirnpulan .....................................................................
6.2. Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................
LAMPIRAN
..........................................
................................................................................
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
1 Wilayah Kelornpok Petemak, Sarnpel Peternak dan Jumlah Ternak
Tahun 2001 ...........................................................................
2
3
Data Sosiornetri "Partner"Bicara Petemak Kelornpok Ternak Kambing,
PE (Pangestu), Dusun Kemirikebo, Desa Girikerto - Sleman, Tahun
2001 .......................
.
............................................................
Data Sosiornetri "Partner" Bicara Petemak Kelornpok Ternak Karnbing
PE Sukorejo, Desa Girikerto - Slernan, Tahun
2001...............................
42
58
68
4 Derajat Keterbukan Klik di Kelompok Temak Kambing PE "Pangestu"
Desa Girikerto - Sleman, Tahun 2001 ...........................................
71
5 Derajat Keterbukan Klik di Kelornpok Ternak Karnbing PE 'Sukorejo"
Desa Girikerto - Slernan, Tahun 2001 ...........................................
72
6
Distribusi Peternak Menurut Umur di Kelompok Pangestu dan Sukorejo,
Tahun 2001 ..........................................................................
79
7
Distribusi Peternak Menurut Pendidikan Peternak di Kelornpok Pangestu
dan Sukorejo, Tahun 2001 ..........................................................
80
8
Distribusi Peternak Menurut Jurniah Kepernilikan Ternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
81
9
Distribusi Peternak Menurut Status Kepernilikan Ternak di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo. Tahun 2001 .............................. ............
83
..
10 Distribusi Peternak Menurut Pendapatan Keluarga di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
84
11 Distribusi Peternak Menurut Pengalaman Beternak di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
85
12 Distribusi Peternak Menurut Keterdedahan terhadap Media Massa Radio
dan Televisi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............
86
13 Distribusi Peternak Menurut Komitrnen Peternak terhadap Kesinarnbungan Bisnis di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, tahun 2001 .................
87
14 Distribusi Peternak Menurut Tingkat Partisipasi dalam Perencanaan
di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................
89
15 Distribusi Peternak Menurut Partisipasi dalam Pelaksanaan di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001...............................................
16 Distribusi Peternak Menurut Tingkat Partisipasi dalarn Evaluasi di
Kelornpok Pangestu dan Sukorejo. Tahun 2001 ............................
17 Distribusi Peternak Menurut Partisipasi dalam Pemanfaatan
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................
18 Distribusi Peternak Menurut Aspek Kognitif Adopsi lnovasi di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...............................................
19 Distribusi Peternak Menurut Aspek Konati Adopsi lnovasi di Kelornpok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ............................................
20 Sebaran Umur Peternak dengan Komitrnen Peternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...........................................
21 Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Kornitmen Peternak pada
Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .............................
22 Sebaran Jumlah Kepemilikan Ternak dengan Kornitmen Peternak
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...........................
23 Sebaran Status Kepemilikan Ternak dengan Kornitrnen Peternak
di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .....................
24 Sebaran Pendapatan Keluarga dengan Komitmen Peternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo. Tahun 2001 ...............................................
25 Sebaran Pengalarnan Beternak dengan Komitrnen Peternak di Kelompok
Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .............................................
26 Sebaran Keterdedahan terhadap Media Massa Radio dsn Televisi
dengan Komitrnen Peternak di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun
2001 .....................................................................................
27
Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Perencanaan dengan omitm men
Peternak di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ................
28 Sebaran Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan dengan Komitrnen
Peternak di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ................
29 Sebaran Tingkat Partisipasi dalam Evaluasi dengan Komitmen Peternak
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ...........................
30 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Pemanfaatan dengan Komitmen
Peternak di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo ............................
vii
31 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek Kognitii
Adopsi lnovasi di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .........
32 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Perencanaan dengan Aspek
Konatif Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001
33 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Pelaksanaan dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 .........
34 Sebaran Tingkat Partisipasi dalam Pelaksanaan dengan Aspek
Konatii Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangesiu dan Sukorejo, Tahun 2001
35 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001........
36 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Evaluasi dengan Aspek Konatif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001........
37 Sebaran Ticgkat Partisipasi dalam Pernanfaatan dengan Aspek Kognitif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangesfu dan Sukorejo, Tahun 2001 .........
38 Sebaran Tingkat Partisipasi dalarn Pernanfaatan dengan Aspek Konatif
Adopsi lnovasi di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ........
39 Sebarzn Kornitrnen Peternak dengan Aspek Kognitif Adopsi lnovasi
di Kelornpok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001........................
40 Sebaran Korniimen Peternak dengan Aspek KonatiiAdopsi Inovasi
di Kelompok Pangestu dan Sukorejo, Tahun 2001 ..........................
41
Pengaruh Karakteristik Peternak, Keefektivan Jaringan Kornunikasi
dengan Kornitmen Peternak di Kelornpok Pangestu, Tahun 2001 ...
42
Pengaruh Karakteristik Peternak, Keefektivan Jaringan Kornunikasi
dengan Kornitrnen Peternak di Kelornpok Sukorejo. Tatlun 2001......
43
Pengaruh Karakteiistik Peternak, Keefektivan Jaringan Kornunikasi dan
Kornitrnen Peternak dengan Tingkat Adopsi lnovasi Teknologi di
Kelornpok Pangestu. Tahun 2001 ..............................................
44
Pengaruh Karakteristik Peternak, Keefektivan Jaringan Komunikasi dan
Kornitmen Peternak dengan Tingkat Adopsi lnovasi Teknoiogi di
Kelornpok Sukorejo. Tahun 2001...............................................
...
Vlll
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1
Model Komunikasi Linier Shannon dan Weaver (1949) ....................
11
2
Model Kornunikasi lnteraktif atau Konvergen Schrarnrn, 1373 ............
11
3
Keterkaitan antar komponen kelembagaan menurut Koentjoroningrat
(Tim LP-IPBdan Bappenas, 2000) ................................................
35
Hubungan karakteristik peternak, keefektivanjaringan komunikasi dan
komitmen peternak terhadap kesinambungan bisnis dengan tingkat
adopsi inovasi teknologi pengembangan agribisnis ternak kambing PE
40
Pola Jaringan Komunikasi Peternak Karnbing PE, pada Kelornpok
Pangestu, Desa Girikerto, Sleman - DIY .......................................
65
Pola Jaringan Komunikasi Peternak Karnbing PE, pada Kelornpok
Sukorejo, Desa Girikerto, Sleman - DIY ........................................
67
4
5
6
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
I
2
3
4
5
6
Teks
Halaman
Derajat Keterhubungan I Koneksi lndividu anggota Kelornpok
Pangestu Desa Girikerto, Kabupaten Slernan ...............................
142
Derajat Keterhubungan I Koneksi lndividu anggota Kelornpok
Sukorejo Desa Girikerto, Kabupaten Slernan .................................
144
Korelasi Variabel Karakteristik Peternak dengan Komitmen Peternak
terhadap Kesinarnbungan Bisnis dan Tingkat Adopsi lnovasi
Teknologi ...........................................................................
$45
Korelasi Variabel Komitrnen Peternak terhadap Kesinambungan
Bisnis dengan Keefeidivan Jaringan Kornunikasi dan Tingkat Adopsi
lnovasi Teknologi .................................................................
146
Surat Rekomendasi I ljin Penehtiandari Camat Tun, Kabupaten
Slernan, Daerah lstirnewa Yogyakaria .........................................
147
Peta Lokasi Penelitian Desa Gif~erto.Kecarnatan Tun, Kabupaten
Sleman [Jaerah lstirnewa Yoyyakaria .......................................
148
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kebijaksanaan program pernbangunan yang tercanturn daiarn GBHN (Garis-
Garis Besar Haluan Negara) telah rnenetapkan bahwa dalarn Repelita VI prioritas
pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor
pertanian dan sektor industri. Rencana program pernbangunan tersebut diharapkan
dapai mewujudkan suatu struktur ekonorni yang seimbang antara sekior indusiri dan
pertanian. Agribisnis sebagai suatu pendekatan pernbangunan dinyatakan secara
eksplisit dalarn Repeliia VI Departernen Pertanian.
Pernbangunan pertanian dalarn perekonornian nasional saat ini sedang
berada daiam masa transisi. Perubahan struktur perekonornian yang di dorninasi
sekior pertanian rnulai digeser oleh sektor industri dan jasa adalah konsekuensi
kebert~asilan pernbangunan
dan
menuntut
keberadaan
surnbsr-sumber
perturnbuhan baru di sektor pertanian. Konsep agribisnis dan agroindustri dalam
situasi seperti ini rnerupakan alternatif yang tepat dalarn upaya rnewujudkan sosok
pertanian tangguh sehingga rnarnpu bersaing dengan
sektor lain dalarn
pernanfaatan surnberdaya domestik yang sernakin terbatas rnaupun dalarn
persaingan pasar global yang semakin ketat.
Pernbangunan peternakan akan rnenghadapi inasalah dengan sernakin
terbatasnya ketersediaan sumberdaya alam karena rneningkatnya tuntutan dan
kebutuhan pembangunan ekonorni yang sernakin kornpleks. Di samping kuantitas.
rnasalah lain yang dihadapi adalah turunnya kualiias surnberdaya alarn yang
semakin cepat akibai penggunaan yang meiarnpaui baias, penggunaan yang kurang
efisien dan tidak memperhaiikan aspek kelestarian dan pencemaran lingkungan.
Selain itu kondisi usaha peternakan di Indonesia saat ini masih dicirikan oleh
peternakan rakyat yang berskala kecil dan umumnya masih dalam bentuk usaha
sampingan. Dengan demikian di samping mutu genetik, perbaikan dalam teknik
perneliharaan dan sistem perbaikan pakan, diharapkan dapat meningkatkan
produksi dan meningkatkan kuaiias produk usaha peternakan dalam suatu industri
peternakan yang tangguh, maju dan efisien. industri peternakan yang demikian perlu
dipacu agar mampu meningkatkan kesejahteraan peternak dan marnpu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional secara kolektif.
Program pembangunan pertanian di era reformasi menurut Solahuddin
(1999), bahwa kegiatan pembangunan pertanian secara umum tetap dilaksanakan
sesuai dengan program-program utarna dan penunjang pembangunan pertanian.
Konsep Gerakan Mandiri (Gema) peningkatan produksi, disosialisasikan sebagai ciri
ataupun tema dalam memobilisasi pernanfaatan seluruh sumberdaya pembangunan
(sumberdaya aiarn, surnberdaya manusia, teknologi, modal dan kelembagaan).
Konsep Gema ini dipakai pula sebagai alat untuk meilggalang dukunyan dari
berbagai pihak terkaa dalam bentuk koordinasi di tingkat perencanaan di pusat
sarnpai daerzh dan peiaksanaannya di lapangan. Pada prinsipnya Gerakan mandir:
ini meiupakan upaya peningkatan kernandiiian dan keberdayaan para petani.
peternak, dan nelayan daiarn menjalankan usaha pertaniannya agar tercapai
efisiensi
dan peningkatan dayasaing kornoditas. Penulis dalam penelitian ini
rnengangkat salah satu program pernbangunan pertanian Gema Proteina 2001,
yang ada di Wilayah Kabupaten Sleman, Daerah lstimewa Yogyakarta yakni
pengembangan agribisnis ternak kambing Peranakan Etawah (PE).
Perturnbuhan agribisnis peternakan rnernerlukan keterpaduan dalarn
pengembangan setiap subsistern yang terlibat, di rnana diperlukan dukungan ilrnu
pengetahuan dan teknologi. Dalarn subsistern sarana produksi, kualitas bibit
mewpakan komponen penting yang menentukan efisiensi dan produMivitas usaha.
Sebagai rnateri dasar bagi proses produksi, peningkatan kualitas bibit senantiasa
rnernerlukan perhatian yang serius baik untuk mencapai efisiensi usaha yang
diinginkan rnaupun untuk rnernenuhi selera pasarlkonsurnen yang secara perlahan
ataupun efisien rnerupakan strategi utarna.
Keberhasilan pernbangunan peternakan dengan pendekatan agribisnis
ditentukan oleh konsistensi pengelolaan antar subsistern agribisnis hulu, budidaya,
agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena i u , keberhasilan
pernbangunan agribisnis berbasis peternakan akan sangat ditentukan oleh
keharmonisan kerjasarna tirn (team work) surnberdaya rnanusia, baik yang berada
pada agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir dan yang ada pada jasa penunjang.
Hasil penelitian Hill dan Berder (1996); Ward ef a/., (1995) dalam Saragih (1998)
rnengatakan
bahwa,
ketidakefisienan,
kelarnbatan
perkembangan
dan
kekurangrnarnpuan beradaptasi dac suatu agribisnis banyak berjuinber dari
ketidakharmonisan kerja tim di agribisnis itu sendiri. Dengan demikian, seluruh
anggota kelornpok peternak khususnya dalam gengembangan agribisnis karnbing
PE dari hulu sampai hilir sangat memerlukan adanya kekornpakkan dan
keharmonisan dalarn satu tirn kerja (team work).
Upaya untuk rnewujudkan suatu kerjasarna tirn yang harrnonis dan kornitrnen
di antara anggota kelornpok yang terlibat di dalarnnya tidak cukup tianya rnerniliki
wawasan mengenai bidang pekejaannya sendiri (on-job oriented). Menurut Saragih
(1998), bahwa kunci keberhasilan kejasarna tirn adalah bila setiap surnberdaya
7
rnanusia yang ada merniliki wawasan pengetahuan mengenai bagaimana pekejaan
bidang lain dilaksanakan (how to do each other's job).
Pada rnasa yang akan datang cara pandang petemakan sebagai budidaya
ternak perlu diperluas rnenjadi industri biologis peternakan yang mencakup empat
aspek, yaitu : (1) peternak sebagai subyek yang haws ditingkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya, (2) temak sebagai ohyek yang harus ditingkatkan produksi dan
produktivitasnya. (3) lahan sebagai basis ekologi budidaya yang harus dilestarikan,
serta (4) teknologi dan pengetahuan sebagai alat untuk rneningkatkan efisiensi perlu
selalu diperbaharui serta disesuaikan dengan kebutuhan (Wardoyo. 1990; Djarsanto,
1992 dalam Saragih 1998).
Diinjau dari sudut struktur jaringan kornunikasi pengelolaan pengernbangan
agribisnis ternak kambing PE merupakan kebijaksanaan program daerah yang
rnenjadi andalan. Dalarn rancangbangun pengembangan Sentra Agribisnis
Komoditas Llnggulan (SPAKU) kanbing PE untuk Propinsi Daerah lstimewa
Yogyakarta teiah diplotkan yakni Kabupaten Kulonprogc dan Slernan. Prqrarn
pengembangan agribisnis kambing PE dalam penyebarannya hingga dapat diterima
dan diiaksanakan oleh petemak di pedesaan dapat melaiui jaringan komuniitasi baik
formal maupun jaringan komunikasi informal. Tampaknya perlu ditemukan rumusan
yang tepat dan efektif antara aspek penelaian, penyuluhan, pengaturan, pelayanan
dan pengguna (users) seperti peternak dan lenlbaga usaha termasuk koperasi serta
lernbaga agribisnis lainnya, sehingga antar sub sistem agribisnis berjalan serasi dan
saling mendukung.
Beberapa instansi yang terlibat dalarn pengembangan sistem agribisnis
kambing PE ini antara lain Dinas Peternakan dengan bantuan sarana berupa bibit.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan bantuan peralatan pascapanen
;
I
susu, lnstaiasi Peneiiiian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
rnernberikan birnbingan teknologi budidaya ternak karnbing PE dan teknologi
pascapanen susu, Kanwil Departemen Koperasi membina kelompok peternak dan
rnernbeniuk suatu Lernbaga yakni Koperasi Unit Desa.
Untuk rnengetahui lebih jauh peranan jaringan kornunikasi baik formal
rnaupun informal di kalangan peternak dalarn rnengadopsi paket teknologi
pengembangan ternak kambing PE dari beberapa subsistem agribisnis, sangat
penting untuk dilakukan analisis jaringan kornunikasi. Terutarna dalarn rangka
mengidentiikasi jaringan komunikasi yang terjadi, perilaku para anggota kelompok
peternak
dalarn
mencari
informasi
dan
rnengadopsi
inovasi
teknologi
pengembangan agribisnis ternak kambing PE.
1.2.
Perurnusan Masalah
Pengembangan agribisnis ternak kambing PE rnelalui jaringan kornunikasi
formal dapat diartikan sebagai program pernbangunan bidang peternakan yang
selama ini dilaksanakan atas bantuan pernerintah rnelalui proyek-proyek pemerintah
yang bersifat top down, baik rnelalui dinas peternakar: atau dinas-dinas terkaii
lainnya. Sedangkan pengembangan agribisnis ternak karnbing PE rnelalui jaringan
kornunikasi informal artinya proses perkernbangan agribisnis ternak karnbing
PE
yang tidak rnelalui bantuan pernerintah atau dinas-dinas, rnelainkan atas dasar
modal dan kesadaran sendiri (swadaya), rnulai dari bibit sarnpai ke pernasaran.
Hasil wawancara sepintas dengan beberapa peternak tentang upaya
penerapan paket teknologi pengernbangan agribisnis kambing PE rnenunjukkan,
bahwa keadaan peternak masih tergolong relatif rendah dalarn adopsi inovasi. Hal
ini terbukti rnisalnya saja dalarn rnenangani rnasalah pascapanen susu, tarnpaknya
5
masih belum rnerasa perlu penanganan yang serius. Jika rnelihat kenyataan yang
demikian, maka diduga ada beberapa faktor penghambat dalam proses adopsi
inovasi, antara lain belum terjadi komunikasi yang baik di antara anggota peternak
dan
rendahnya komitmen di antara anggota petemak terhadap kesinambungan
bisnis. Atas dasar fenomena ini, rnenjadi acuan bagi pene'ti akan pentingnya
peranan jaringan komunikasi dalam penyebaran informasi teknologi, sekaligus
bagaimana memetakan poia jaringan komunikasi yang terjadi daiam adopsi inovasi
teknologi pengembangan agribisnis ternak kambing PE.
Semra spesifik ada tiga masalah yang menjadi topik dalam peneliian ternak
kambing PE ai Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yaitu :
(I)
Bagaimana profil jaringan komunikasi yang berperan secara efektii terhadap
komiimen petemak dan tingkat adopsi inovasi teknologi pengembangan
agribisnis ternak karnbing PE ?
(2) Bagaimana hubungan komitmen peternak dengan tingkat adopsi inovasi ?
(3) FaMor-faMor apa saja yang mempunyai korelasi nyata dengan komitmen
peternak terhadap kesinambungan bisnis kambing PE ?
(4)
FaMor-faMor apa saja yang berpengaruh dalam menentukan tingkat adopsi
inovasi teknologi pengembangan ternak kambing P E ?
1.3.
Tujuan Penefitian
Sejalan dengan permasaiahan tersebut di atas, semra umum penelitian ini
bertujuan untuk
mendapatkan gambaran
yang
lebih jelas
tentang
pols
pembangunan peitanian khususnya sektor peternakan, rnelalui keefekhan jaringan
komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pengembangan agribisnis ternak
kambing PE.
6
Asurnsi dasar dari pene'tian ini adalah apabila jaringan kornunikasi dalarn
pengernbangan agribisnis ternak karnbing PE berjalan efektif, rnaka diharapkan
kernandirian peternak akan rneningkat sejalan dengan rneningkatnya kualitas
perilaku peternak dalarn rnengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan (fisik, sosial,
ekonomi dan teknologi) yang senantiasa berubah dan kebutuhan rnasyarakat yang
cenderung rneningkat, serta terjangkaunya sarana dan teknologi unggul yang tepat
guna.
Setelah rnelihat berbagai tantangan dan perrnasalahan yang berkernbang
dalarn rnasyarakat peternak, rnaka secara iebih spesifik penelitian ini bertujuan :
(I)
Mernpelajari profil jaringan kornunikasi yang berperan secara efeMii temadap
kornitrnen peternak dan tingkat adopsi teknologi pengernbangan agribisnis
ternak karnbing PE.
(2) Mernpelajari faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat adopsi
inovasi teknologi pengernbangan agribisnis ternak karnbing PE.
(3) Mernpelajari faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan kornitrnen peternak
ierhadap kesinambungan bisnis karnbing PE.
1.4.
Kegunaan Hasil Penelitian
Beberapa kegunaan pokok dari hasil penelitian ini, sebagai beriku: :-
I.
Setelah rnengetahui faktor-faktor diterrnir~anyang rnernpengaruhi keefektivan
jaringan kornunikasi, kornitrnen peternak terhadap kesinarnbungan bisnis, dan
tingkat adopsi inovasi teknologi pengernbangan agribisnis ternak karnbing PE.
rnaka dapat dirumuskan kebutuhan akan infomasi penyuluhan dan dinarnika
peternak serta arah pengernbangan petemakan.
2. Hasil peneltian dapat di harapkan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan pembinaan terhadap kelompok
peternak yang ada di wilayah tersebut.
3. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kekuatan awal, memberikan
fasiiaas serta memandu masyarakat setempat sehingga mampu menggerakkan
agribisnis dengan kekuatan sendiri.
4. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan wawasan
akademis dan visi tentang sistem agribisnis ternak kambing PE, serta
sumbangan pikiran bagi para praktisi, khususnya para penyuluh iapangan yang
bertugas atau para petugas dinas terkait lainnya dalam membina kelompokkelompok petemak kambing P E rnelalui suatu jaringan komunikasi, khususnya
komunikasi dalam adopsi inovasi teknologi pengembangan ternak kambing PE.
It. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perkembangan iptek dan Model Komunikasi
Sebagai darnpak positif berkernbangnya iirnu pengetahuan dan teknologi
serta kernajcan rnasyarakat, maka tantangan yang akan kita hadapi adalah
bagaimana kita rnengkomunikasikan kernajuan ilmu pengetahuan tersebui ke
wawasan rnasyarakat agar kemajuan rnasyarakat yang k i a peroleh selarna inidapai
dipertahankan serta dapat ditingkatkan rnelalui penggunaan iirnu dan teknologi yang
sernakin berkembang tersebut. Kita rnenyadari bahwa peranan kernajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut akan tidak bermakna sarna sekali rnanakala
ilrnu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak dikomunikasikan atau tidak
disebariuaskan ke tengah-tengah rnasyarakat. Dengan dernikian,
peranan
kornunikasi sangat dibutuhkan terutama dalarn rnenyebariuaskan teknologi pettanian
ke dalarn rnasyarakat pedesaan.
Sejalan dengan perkernbangan jarnan, Levis (1996) berpendapat bahwa
dalarn pelaksanaan komunikasi berbagai teknologi atau paket pembangunan ke
tengah rnasyarakat desa, rnasih terdapat harnljatan yang dihadapi dewasa ini, yaitu:
(1) Selalu terjadi kesenjangan antara petugas lapangan dengan kondisi sosial
ekonorni serta budaya rnasyarakat seternpat.
(2j Seringkali petugas beiurn rnarnpu rneyakinkan para petsrnak tentang tugas dan
peranan rnereka dalarn rnernberikan inforrnasi yang terkait dengan usahatani
peternak,
(3) Para petugas kurang rnernaharni strategi berkornunikasi yang efeMi dan efisien
yang dapat rnemperbesar pencapaian keberhasilan kornunikasi.
(4) Setiap masyarakat memiliki karakteristik tersendiri dalam melaksanakan sistern
kornunikasi,
(5) Variasi bahasa daerah juga rnerupakan salah satu harnbatan tidak efektifnya
pelaksanaan kornunikasi di daerah pedesaan.
Hadirnya teknologi pertanian aiaupun teknologi jenis lain di pedesaan
rnerupakan "barang baru" (inovasi). Karena itu perlu dicari metode pernasyarakatan
(kornunikasi) dan pemasaran yang tepat dengan dilandasi kesadaran bahwa ha1
tersebut bukan pekerjaan mudah. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, teori-teori dan rndel-model kornunikasi telah banyak mengalami
perubahan dari teori-teori dan model-model lama yang dianggap usang, kemudian
rnuncul teori-teori dan model-model komunikasi yang lebih baru dan relevan dalarn
menjawab perrnasalahan-penasalahan dan fenornena-fenomena yang ada.
Beberapa pandangan tentang komunikasi sebagai suatu interaksi di antara
partisipan menurut Jahi (1988), dikatakan sebagai suatu kejadian yang rnasih baru.
Dalam dasawarsa 1940, komunikasi umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linier.
Seorang mengkornunikasikan pesan-pesannya melalui sebuah saluran kepada
seorang penerirna, yang kemudian memberikan umpan ballk kepada pen~irirn
tersebut. Shannon dan Weaver (1949), rnengernbangkan model linier ini atas dasar
suatu
mekanis
yang
didesain
untuk
sistern
telepon.
Model
linier
ini
mengidentifi~asikan elemen-elemen utama proses komunikasi : suniber, pesan,
saluran, penefirna dan eiek. Oleh karena penelitian pada waktu itu sangat
rnemperhatikan persuasi dan propaganda, rnaka model terrebut tampaknya
berrnakna, dengan aliran pengaruhnya yang satu arah.
Sumber
Pesan
Pesan
Saluran
Penerirna
Pesan
Gambar 1. Model Komunikasi Linier Shannon dan Weaver (1949)
Dari beberapa hasil penelitian tentang model kornunikasi kebijaksanaan
program pernbangunan pertanian selarna ini yang dikernbangkan oleh perneiintah
adalah rnengacu pada model kornunikasi linier searah dan berbentuk vetiikal dari
aias ke bawah (Top down), bersifat perintah dan jika dievaiuasi rnodei linier ini
rnernpunyai banyak keiernahan, kadang-kadang tidak rnernperhatikan aspek
kebutuhan masyarakat setempat.
Menumi Jahi (1988) bahwa seielah model kornunikasi linier satu arah
dia~ggapkurang sempurna, kini pandangan srang rnuiai rnengarah pada komunikasi
iniemMi dua amh di aniam partisipan, model kornunikasi ini baru rnuncui pada abad
dasawarsa 1960. Model kornunikasi "inieraktif " atau "konvergen" ini (Schrarnrn
1973: Rogers dan Kincaid 1981) dianggap sebagai suatu transaksi di antara
pariisipan, yang setiap orang rnernberikan kontribusi pada transaksi itu, meskipun
aalarn aerajat yang berbeda. Terlebih lagi, model ini berlaku baik uniuk sifuasi
kornunikasi interpersonal rnaupun kornunikasi rnassa
Ketera~aan:
Derajat tempat lingkaran atau ruang kehidupan ini
(Gambar 2), turnpang tindih menunjukkan derajat tempat
partisipan A dan B memiliki pengalaman yang sama dan
memahami pesan satu sama lain.
Garnbar 2. Model Komunikasi lnterakiif aiau Konvergen Schramm, 1973
Menurut Schrarnrn (1973) Gambar 2 di atas dikenal sebagai Diagram Venn,
di mana setiap lingkaran menunjukkan ruang kehidupan yang berbeda dari setiap
partisipan dalarn suatu situasi kornunikasi. Derajat ternpat lingkaran atau ruang
kehidupan ini tumpang tindih menunjukkan derajat tempat partisipan A dan B
rnemiliki pengalaman yang sarna dar: rnernaharni pesan satu sarna lain.
2.2.
Tokoh Masyarakat, Pengertian kdopsi dan Kecepatan Adopsi
Di dalarn suatu rnasyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi
tempat bertanya dan rneminta nasehat oleh anggota masyarakat lainnya rnengenai
urusan-urusan tertentu. Mereka rnemiliki kernarnpuan untuk rnernpengaruhi orang
lain untuk bertindak dalarn cam-cam tertentu. Biasanya rnereka itu rnenduduki
jabaian iormai, ktapi pengamh .tubertaku secara informal, dan pengaruh ihi turnbuh
bukan karena ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Jadi kepernimpinan
rnereka itu bukan diperoleh karma jabatari i ~ r i i i i i l . 8 ,riislaiiikan kaisna kena,mpiiaii
dan hubungan antar pribadi mereka dengan anggota rnasyarakat. Gratiy-orariy yany
rnemiliki kernarnpuan untuk rnernpengaruhi orang lain seperfi itu menurut Rogers
dan Shoemaker dalam Hanafi, (1987) disebut sebagai tokoh rnasyarakat, pernuka
pendapat, pemimpin informal (Opinion Leader).
Gonzalez dalam Jahi (1988), pemuka-pemuka opini ialah orang-orang yang
mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu tertentu. Karakteristik
pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe kelompok yang rnereka pengaruhi.
Jika pernuka-pemuka opini terdapat dalarn kelornpok-kelornpok yang bersifat
inovatif, maka mereka biasanya lebih inovatif daripada anggota kelornpok-kelompok
itu.
Menurut Levis, (1996) adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang diiakukan
oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai
sampai menerapkan. Sedangkan Mardikanto (1993), menyatakan bahwa adopsi
dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide aiau aiat teknologi
baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasi
dari beniuk adopsi ini dapai diiihat atau diamati melalui tingkah laku, metode,
maupun peialaian *au
teknoiogi yang dipergunakan oleh para peieinak aiau
penerima pesan
Tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosiai disebut
kecepatan adopsi (Rogers dan Shoemaker, 1971; Hanafi, 1987). Kecepaian ini
biasanya diukur dengan jumlah peneiima yang mengadopsi suatu ide baru dalam
suatu periode wakiu terteniu. Menurut Levis (1996), beidasarkan tujuannya
komunikasi dalam adopsi inovasi dibedakan atas tiga yaitu : Pertama, komunikasi
yang bertujuan untuk mernberikan keterangan atau iniorrnasi. Komunikasi jenis ini
sifatnya informatt Kedua, komunikasi persuasif, yaitu kornunikasi yang bertujuan
untuk mempengaruhi perasaan aiau emosi. Komunikasi dengan cara ini, sifainya
membujuk. Keiiga, komunikasi 'entertainment. yaitu komunikasi yang sifatnya
sekedar meinberikan hiburan pengisi waktu-waktu yang senggang. Di dalam
kegiatan penyuiuhan pertanian diutamakan komunikasi informatif dan komunikasi
persuasif. Levis (1996) lebih memandang kecepatan adopsi inovasi dari segi saiuran
komunikasi, yaitu bahwa penyampaian inovasi lewat media massa relaii lebih
lambat diadopsi oleh komunikan dibandingkan penyampaian inovasi melalui saluran
interpersonal (hubungan antarpribadi). Sebab dengan hubungan iangsung atau
interpersonal para komunikan akan cepat menerima penjelasan-penjelasan dari
komunikator
setelah
komunikan
menyampaikan
tanggapan-tanggapannya.
13
Sedangkan penyampaian lewat media massa tidak mungkin dilakukan karena
komunikasi berjalan satu arah saja sehingga tertutup kemungkinan terjadi "feed
back" dari komunikan.
2.3.
Periiaku Peternak dalam Jaringan Komunikasi
Menurut DeVio (1997), yang dimaksud dengan jaringan komunikasi adaiah
~
orang ke orang lain.
saluran yang digunakan untuk rneneruskan pesan d a satu
Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan
sumberdaya yang dimilikicya akan mengembangkan pola komunikasi yang
menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini
kemudian merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh
kelompok dalam mengirimkan pesan dai+ satu orang ke orang lainnya. Kedua,
jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai strukiur yang diformalkan yang
diciptakan oieh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Periiaku peternak kambing PE dalam jaringan komunikasi pada saat ini
khususnya di tingkat subsistem agribisnis hulu dan hiiir yaitu daiam
budidaya pembibian, pengelolaan pakan, dan
pascapanen susu
kegiatan
besefia
perdagangannya. Biasanya komunikasi antar individu peternak beriangsung dalam
acara-acara pertemuan rutin yang diselenggarakan setiap bulan (selapanan), atau
pada kegiatar?rutin bertemu langsung di kompleks perkandangan ternak.
Pambudy (1999), mengemukakan bahwa perilaku individu untuk meiakukan
aktivitas komunikasi timbul berdasarkan dorongar~ yang ada dalam din individu
tersebui dalam meiakukan suatu gerakan atau tindakan yang sesuai dengan
keinginannya. Selanjutnya Asngari (1996), lebih jauh mengatakan bahwa perilaku
komunikasi dari individu tersebut ada yang terlihat dengan jelas (overt behavioui)
14
dan ada juga yang tidak terlihat (covert behaviour) yang ditentukan oleh kepekaan
individu lain yang rnengarnati.
Untuk rnernaharni hubungan sosial yang terbentuk dari proses kornunikasi
interpersonal dapat dipelajari rnelalui studi jaringan kornunikasi (Setyanto, 1993).
Dalarn hubungan ini. Mosher rnengungkapkan beberapa rnetode kornunikasi yang
dapat dipergunakan di dalarn kornunikasi pertanian, rneliputi: (1) periernuan
kelornpok, (2) diskusi kelornpok informal. (3) perternuan kelompok formal, (4)
dernonstrasi hasii, (5) dernonstrasi rnetode. (6) percobaanlpengujian lokai. (7) tour
usahaiani, (8) kursus tani, (9) office call, dan (10) kombinasi rnetode-rneiode
iersebui (Riyanio, 1988).
Perilaku kornuniicasi peternak dipengaruhi oleh berbagai faidor, baik internai
rnaupun ekstemai. Faktor eksternai berupa sosial, budaya, ekonomi dan iainnya.
Kondisi sosial peternak cenderung berkelornpok rneiniliki aktivitas kornunikasi yang
iebih intensif dan ierbuka, baik rnelalui kelornpok formal rnauqun inforrnal (Parnbudy.
1999). Peiernak yang merniliki pendapatan lebih tinggi, cenderung mengalihkan
konsurnsinya pada barang-barang yang beifungsi sebagai media kornunikasi dan
sarana untuk rneia~ukanKomunikasi. Dengan derni~ian,pariisipasi di keiompok
susiai,
koniak der>yarisasarria viai-iiak, Kurtiaic derigan Keiua Keiurrlpok, kuiiiak
~ e l t g ~ li.'erlyuiuil,
~l
dail petrtiikan riimiia korr~urtikasi ~ r ~ e r u ~ a k afaktoi'
rt
yang
nlemperrnudan bagi peiernak uniok rnernperoien iniorrnasi.
2.4. Keefektivan Jaringan Komunikasi
Pengertian jaringan kornunikasi rnenurut Rogers (1983) adalah suatu
jaringan yang terdiri atas individu-individu yang sating berhubungan, yang
dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Sedangkan rnenurut Setiawan
IS
(1989), bahwa salah satu cara untuk rnemahami perilaku rnanusia adalah dengan
mengamati atau memahami bagaimana hubungan-hubungan sosialnya yang
terbentuk karena proses komunikasi interpersonal. Farace (1977)dalam Setyanto
(1993) berpendapat bahwa, jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur
dari kontak antara