Perilaku Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan Usaha Tani Tanaman Pangan : Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang

PERILAKU KOMUNlKASl PETANI PAD1 DALAM
PENERAPAN USAHATANI TANAMAN PANGAN :
Kasus Desa Kalibuaya. Kecamatan Telagasari,
Kabupaten Karawang

OLEH :
GONTOM CITORO KlFLl

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

"Retournons a l a nature"
(JEAN JACQUES ROUSSEAU)

ABSTRAK
GONTOM CITORO KIFLI. Perilaku Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan
Usahatani Tanaman Pangan : Kasus Desa Kalibuaya. Kecamatan Telagasari,
Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh AlDA VITAYALA S. HUBEIS, MUSA
HUBEIS dan MINTARTI.
Dalam pembangunan pertanian pada era-reformasi saat ini, masyarakat

memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam lingkungannya dan
pemerintah memiliki tanggungjawab untuk mendukung partisipasi tersebut.
Sebagai dasar pertimbangan dalam pembangunan pertanian dan pedesaan
melalui pendekatan komunikasi, teriebih dahulu diperlukan adanya identifikasi
perilaku komunikasi masyarakat.
Penelitian bertujuan mempelajari perilaku komunikasi masyarakat petani di
Kabupaten Karawang. Penelitian dilakukan dengan metode Simple Cluster
Sampling dengan jumlah responden sebanyak 108 petani. Data yang terkumpul
diolah dan dianalisis dengan uji statistika Rank-Spearmandan Khi-kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, petani padi di Desa Kalibuaya,
Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang memiliki partisipasi komunikasi
pertanian lapangan (PPL) dan sesama
yang
lebih intensif dengan penyuluh
.
.
petani di lingkungannya dibandingkan dengan anggota keluarga dan aparat desa
atau kecamatan. Keterbatasan biaya dan keterbatasan media massa yang
tersedia, menyebabkan para petani sulit mengakses dan memanfaatkan
informasi pertanian dari media massa. Sebagian besar informasi pertanian yang

diperoleh petani bersumber dari PPL.
Tingkat kondisi ekonomi dan minat dalam bertani merupakan faktor yang
berkorelasi dengan partisipasi komunikasi dan kekosmopolitan petani, namun
tidak berkorelasi dengan pemanfaatan media dan pemahaman isi media massa.
Selain itu, keanggotaan petani dan keterikatan antara anggota dalam kelompok
tani berkorelasi dengan partisipasi komunikasi petani. Fendekatan komunikasi
kelompok melalui pola komunikasi partisipatif (PRA), merupakan altematif
strategi untuk menangani kendala komunikasi yang dihadapi petani dalam
usahatani.
-

~

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul 'Perilaku
Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan Usahatani Tanaman Pangan : Kasus
Desa Kalibuaya. Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang", adalah benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2002

GONTOM CITORO KlFLl
NRP. 995231KMP

PERILAKU KOMUNlKASl PETANI PAD1 DALAM
PENERAPAN USAHATANI TANAMAN PANGAN :
Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari,
Kabupaten Karawang

GONTOM CITORO KlFLl

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pernbangunan Pertanian dan Pedesaaan

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Perilaku Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan Usaha
Tani 'ranaman Pan an : Kasus Desa Kalibuaya,
Kecamatan Telagas ri, Kabupaten Karawang

1

Nama
NRP
Program Studi

: GONTOM CITORO KlFLl
: 99523
: Komunikasi Pembtsngunan Pertanian dan Pedesaan

Menyetujui,

1. Komisi Pemlbimbing

Dr. Ir. Hi. Aida Vitavtsla S. Hubeis
Ketua

gProf. Dr. Ir. Musa Hubeis MS. Di~l.lna.DEA
Anggota

Anggota

Mengetahwi,
Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan

Program Pascasarjana

.Sc.
-


Tanggal Lulus : 30 April 2002

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Juli 1968 dari pasangan Drs.
Hasbuna Kifli, MSc. dan

Ny. Wiwie Sukaesih.

Pada tahun 1986, penulis

menyelesaikan pendidikan SLTA dan melanjutkan kuliah S-1 di Universitas
Padjadjaran Bandung pada Fakultas Peternakan. Penulis menyelesaikan kuliah
S-1 pada tahun 1992.
Pada tahun 1999, penulis tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana (S-2)
kelas Reguler pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan lnstitut Pertanian Bogor. Beasilswapendidikan pascasarjana diperoleh
dari Departemen Petanian melalui Proyek ARM.
Sejak tahun 1992 hingga tahun 1998, penulis mengikuti proyek penelitian

- Puslitbang Tanaman Pangan di Lampung, Palembang dan Bengkulu,
serta protek ISDP - Litbang Pertanian di Kalimantan Barat. Pada tahun 1998,

CASR

penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Pontianak - Kalimantan Barat hingga sekarang.

PRAMATA
Segala puji bagi Allah S.W.T atas segala berkah dan rahmatNYA. Tesis ini
berjudul Perilaku Komunikasi Petani Padi Dalam Penerapan Usahatani
Tanaman Pangan : Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten
Karawang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S.
Hubeis, MS, kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS: Dipl.lng, DEA, serta
Ibu Ir. Mintarti, MS selaku pembimbing atas dukungan dan bimbingannya, juga
kepada Ibu Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS dan Ibu Ir. Melani AK Sunito, MS
yang telah banyak membantu pada awal penelitian dilaksanakan. Selain itu,
penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Tarkim sebagai Kasie
Kelembagaan Tani pada Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten
Tingkat II Karawang dan Bapak Endang sebagai Ketua Kelompok Tani Citarum,
yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data. Rasa terima
kasih penulis haturkan kepada Ayah, Mamah, lstri dan seluruh keluarga atas

segala do'a dan perhatiannya.
Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat memberikan sumbangan ide dan
pemikiran, serta bermanfaat bagi pihak-pihak yang menggunakannya

Bogor, April 2002

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................

vii

DAFTAR GAM BAR...............................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................


viii

PENDAHULUAN..................................................................

I

Latar Belakang....................................................................
Tujuan Penelitian.................................................................

1
5

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................

6

Perilaku Komunikasi............................................................
Pengembangan Usahatani Tanaman Pangan .........................
Komunikasi Pembangunan Pertanian.....................................


6
8

METODOLOGI PENELITIAN...................................................

Kerangka Pemikiran............................................................
Metode Penelitian...............................................................
Pengumpulan Data..........................................................
Pengolahan dan Analisis Data ...........................................
Definisi Operasional Peubah..................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................

Gambaran Umum Desa Kalibuaya ..........................................
Identitas dan Karakteristik Responden....................................
Tingkat Pendidikan dan Umur Responden .........................
Pengalaman Responden dalam Bertani dan Mengikuti
Program Pertanian........................................................
Partisipasi Responden dalam Ma$yarakat ........................
Harapan Responden terhadap Kondisi Usahatani................
Minat Responden dalam Mengembangkan Usaha tani ...............

Status dan Luas Lahan Garapan Responden...........................
Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Responden...........................
Keterikatan Sesama Anggota dan Keanggotaan
dalam Kelompok................................................................
lntensitas Mengikuti Penyuluhan dan Penerimaan
Materi Penyuluhan..............................................................
Perilaku Komunikasi Petani Desa Kalibuaya .............................
Partisipasi Komunikasi Petani di dalam keluarganya............
Partisipasi Komunikasi Petani dengan Sesama Petani.........
Partisipasi Komunikasi Petani dengan Penyuluh Pertanian
Lapangan....................................................................
Partisipasi Komunikasi Petani de~nganAparat Desa...........
Partisipasi Komunikasi Petani di Sekolah Lapang dan
Kursus Pertanian..........................................................

10

13
13
16

16
18
19
21

Pemanfaatan Media Massa dan Pemahaman isi Pesan.............
Kekosmopolitan ...............................................................
Hubungan antara Faktor lndividu Petani dengan Perilaku
Komunikasi Petani..............................................................
Hubungan antara Faktor Kelompok Tami dengan Perilaku
Komunikasi Petani...............................................................
Hubungan antara Faktor Status Kepemilikan dan Luas Lahan
Garapan Petani dengan Perilaku Komunikasi Petani.................
Hubungan antara Lembaga Penyuluhan Pertanian dengan
Perilaku Komunikasi Petani...................................................
Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian...........................
KESlMPULAN DAN SARAN................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................
LAMPIRAN..........................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
Karakteristik tingkat pendidikan dan urnur responden..........

25

Lama pengalarnan responden da~lambertani dan mengikuti
program pertanian.......................................................

27

Tanggapan responden terhadap kondisi pertanian dan
ekonomi rumah tangga .................................................

29

Minat responden dalam berusaha tani .............................

30

Status kepernilikan dan luas garapan lahan sawah
responden.................................................................

31

Tingkat kondisi ekonomi rurnah tangga responden.............

33

Tingkat keterikatan antar sesama anggota kelornpok tani ....

35

lntensitas petani mengikuti penyuluhan dan jenis materi
penyuluhan................................................................

37

Partispasi kornunikasi petani dalalm keluarganya................

39

Partispasi komunikasi petani dengan sesarna petani...........

40

Partispasi komunikasi petani dengan PPL........................

41

Pemanfaatan media massa dan pemahaman isi media
rnassa oleh petani.......................................................

45

Kekosmopolitan petani.................................................

46

Hasil uji statistika Rank-Spearman antara faktor individu
petani dengan perilaku kornunikasi petani........................

48

Hasil uji statistika Rank-Spearma~n
antara faktor kelompok
tani dengan perilaku komunikasi petani...........................

51

Hasil uji statistika Rank-Spearman antara faktor lembaga
penyuluhan dengan perilaku komunikasi petani.................

53

DAFTAR GAMBAR
No
1.

.

Halaman
Hubungan antara perilaku komunikasi dengan faktorfaktor individu petani. kelornpok tani dan lembaga
penyuluhan...........................................................

vii

15

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

No.
1.

Hasil uji kesahihan.............................................

60

2.

Hasil uji keandalan.............................................

61

3.

Definisi operasional peubah..................................

62

4.

Hasil uji statistika Khi-Kuadrat antara faktor status
kepemilikan dan
luas lahan sawah garapan
dengan perilaku komunikasi petani........................

65

Hasil uji statistika Khi-Kuadrat antara faktor materi
penyuluhan dengan perilaku komunikasi petani.......

66

5.

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga
akhir

1998, masih bertumpu kepada pertumbuhan ekonomi, dan

belum

memperhatikan aspek pemerataan pendapatan. Hal tersebut menyebabkan adanya
ketergantungan terhadap negara maju, dan ha1 ini terjadi juga pada negara-negara
lain di dunia, khususnya negara-negara berkembang sebagai dampak dari
industrialisasi (Arief dan Sasono, 1984)
Sejalan dengan paradigma pembangunan pada era tersebut, paradigma pola
komunikasi pembangunan yang berkembang adalah digunakannya media
komunikasi massa sebagai tumpuan komunikasi pembangunan (Rogers, 1976).
Pada masa tersebut, komunikasi pembangunan yang terjadi di Indonesia, termasuk
di dalamnya bagi pembangunan pertanian secara umum mengandalkan kepada
penyampaian informasi melalui media massa, seperti TV, Radio, Surat Kabar,
Majalah dan brosur-brosur yang sebagian besar diproduksi oleh pemerintah untuk
meningkatkan hasil-hasil pembangunan pedesaan dan pertanian (Susanto, 1982).
Implikssi dari paradigma tersebut, secara langscrng mengakibatkan pelaksanaan
pembangunan yang lebih menitik beratkan pada pembangunan ekonomi (PELITA I
hingga

PELITA

VI),

dan

kurang

memperhatikan pemerataan

hasil-hasil

pembangunan ekonomi. Kondisi tersebut berdampak pada terjadinya kesenjangan
ekonomi antara desa-kota dan kaya-miskin (Baswir, 1997). Hal tersebut terjadi pula
pada arus informasi, yaitu te jadinya kesenjangan informasi, hanya orang-orang
tertentu yang dapat mengakses informasi yang disampaikan melalui media massa
(Shingi and Mody, 1974).

Dalam era reformasi,
menyadari

adanya

pemerintah dan masyarakat secara umum mulai

kelemahan-kelemahan program-program pembangunan,

sehingga semakin banyak perubahan dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dihasilkan.

Perubahan tersebut antara lain dapat dilihat dari landasan

pembangunan yang didasarkan kepada "sistem ekonomi kerakyatanuseperti yang
tercantum di dalam di dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasianal (Propenas) 2000-2004. Undang-Undang No. 25/2000 menyebutkan bahwa
dalam pembangunan pertanian, pemerintah sebagai peyelenggara pemerintahan
memiliki visi, yaitu : "mewujudkan masya~rakatyang sejahtera, khususnya petani
melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkeadilan dan berkelanjutan"
Sementara itu, dalam ha1 kebijakan pembangun pertanian, pemerintah
menetapkan landasan di dalam Propenas Pertanian 2001-2004 poin 5, yaitu :
"Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan sistem dan usaha
agribisnis yang bertumpu kepada mekanisme pasar yang berkeadilan dan
keunggulan komparatif wilayah"
Kebijakan-kebijakantersebut secara tidak langsung adalah usaha pemerintah untuk
meningkatkan produktifitas hasil pertanian untuk menunjang Pangsa Produk
Domestik Bruto (PDB) Nasional yang setiap tahun cenderung menurun, yaitu
sebesar 43,6% pada tahun 1971,

24,8% pada tahun 1980, 15,5% pada tahun

1996 dan 17,3% pada tahun 1999 (Departemen Pertanian, 2000). Rendahnya
produktifitas hasil pertanian ditunjukkanjuga dengan rendahnya produktifitastenaga
kerja pada sektor pertanian.

Produktifitas tenaga kerja pada sektoi pertanian

tanaman pangan tahun 1997 mencapai 29,7% di bawah rata-rata produktifitas
tenaga kerja nasional, bahkan jauh di bawah sektor industri yang mencapai 192,8%

di atas rata-rata produktifitas tenaga kerja nasional (Departemen Pertanian, 2000).
Kondisi tersebut berkaitan dengan kecilnya aset petani, serta rendahnya tingkat
upah dan nilai tukar komoditas pertanian.
Paradigma komunikasi pembangunan, termasuk sektor pertanian mengalami
beberapa perubahan, seperti tercantum di dalam

program pengembangan

agribisnis (No. 8) yang menyatakan :
"Peningkatan akses masyarakat petani dan nelayan terhadap sumber-sumber
permodalan, lembaga keuangan, teknlologi, informasi dan pasar "
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa keberhasilan pembangunan
menuntut adanya kerjasama antar berbagai pihak dalam memberi kesempatan bagi
petani untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan pertanian. Hal tersebut sesuai
dan mendukung Undang-undang Nomor

1211992 Tentang Sistem Budidaya

Pertanian Bab II Pasal6 ayat (I), yaitu ;
"Petani memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan
pembudidayaannya, dan ayat (3) ; Apabila ayat (1) tidak dapat terwujud karena
ketentuan pemerintah, maka pemerintah berkewajibanuntuk mengupayakan agar
petani yang bersangkutan memperoleh jaminan penghasilan tertentu"
Demikian pula dalam bidang komunikasi pembangunan, yaitu petani memiliki
kesempatan mengakses informasi yang samgat luas, sehingga pemerintah memiliki
tanggung-jawab di dalam pelaksanaannya. Hal tersebut didukung oleh adanya
Ondang-undang Namor 1211992 Tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab VI Pasal

57 ayat (2), yaitu ;
"Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan informasi (informasi pasar,
promosi komoditas) yang mendukung pengembangan budidaya tanaman serta
mendorong dan membina peranserta masyarakat dalam pemberian pelayanan"

Partisipasi petani dalam rnemperoleh akses inforrnasi tersebut rnenunjukkan
terjadinya kornunikasi dua arah (konvergen) antara petani dengan pemerintah,
selain itu rnerniliki kecenderungan untuk terjadinya kornunikasi yang bersifat dari
bawah (bottom-up), dari petani kepada pernerintah. Sebagai salahsatu contoh
pelaksanaan kornunikasi bottom-up tersebut, adalah adanya pelaksanaan metode
Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk rnenarnpung keinginan-keinginan para

petani dalam rnengernbangkan usahataninya.
Untuk rnernberdayakan petani rnelalui peningkatan partisipasi kornunikasi, rnaka
terlebih dahulu perlu dilakukan identifikabi pola atau perilaku kornunikasi yang
terdapat pada rnasyarakat tersebut, sehingga

diperoleh garnbaran yang tepat

tentang pola-pola perilaku kornunikasi yang selama ini ada di masyarakat.
Gambaran ini berguna untuk rnerancang strategi pernbangunan pertanian yang
tepat, karena selarna ini para petani cenderung rnenjadi obyek dari pembangunan
pertanian. Berbagai program pertanian yang ditujukan bagi petani belurn dapat
sepenuhnya dirasakan rnanfaatnya oleh petani sendiri, akibatnya tingkat kehidupan
sosial dan ekonorni petanipun belum bamyak berubah, masih tetap rendah dan
berada dalarn posisi tawar rnenawar yang lernah.

Di sisi lain, paradigma

pernbangunan pertanian rnaupun paradigma kornunikasi pernbangunan pertanian
rnenernpatkan petani sebagai subyek pernbangunan.

Peran tersebut dapat

terlaksana apabila didukung oleh kebijakan-kebijakan pernerintah yang kondusif.
Kebijakan kondusif dapat tercapai, jika direncanakan secara tepat sesuai dengan
kondisi sosial rnasyarakatnya.
Kondisi sosial yang dirnaksud, terrnasuk perilaku kornunikasi rnasyarakat dalarn
berinteraksi sosial, yang merniliki sifat, sikarp dan ciri khusus, sehingga perlu dikenali
terlebih dahulu.

Perilaku kornunikasi merupakan ha1 yang penting di dalam

mengenali suatu masyarakat, karena perilaku komunikasi merupakan salahsatu
petunjuk dari sifat dan

kebiasaan-kebiasaan masyarakat tersebut dalam

berkomunikasi di lingkungannya. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian tentang
perilaku komunikasi petani padi dalam penerapan usahatani tanaman pangan yang
didasarkan atas ha1 berikut :
1. Pentingnya peran komunikasi bagi masyarakat petani dalam penyampaian dan

penyebaran informasi pertanian.

2. Permasalahan dalam penerapan usahatani sering terjadi disebabkan oleh pola
komunikasi yang tidak tepat
3. Pentingnya komunikasi dalam upaya meningkatkan hasil usahatani petani.

Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini, adalah :

1. Menguraikan perilaku komunikasi masyarakat petani padi di Desa Kalibuaya,
Kecamatan Talagasari,

Kabupaten

Karawang dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya dalam penerapan ugahatani tanaman pangan.

2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam perilaku
komunikasi yang terjadi pada masyarakat petani padi di Desa Kalibuaya,
Kecamatan Talagasari, Kabupaten Karawang
3.

Memberikan alternatif perencanaan komunikasi bagi pengembangan
masyarakat petani padi. khususnya di Desa Kalibuaya, Kecamatan
Talagasari, Kabupaten Karawang dan umumnya di Kabupaten Karawang

TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak
(individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya.
komunikasi

merupakan

penyampaian

pesan

dari

komunikator

yang

menyampaikan pesan melalui media kepada penerima (receiver) dengan
menghasilkan efek, seperti pada "Laswell formula : Who - Says What - In Which
Channel - To Whom

- With What Effect".

Teori tersebut merupakan proses

komunikasi yang bersifat satu arah (one-way flow communication) yang
merupakan pola dasar dari proses komunikasi (Lasswell, 1948)
Di dalam praktek kehidupan, proses komunikasi yang umum terjadi adalah
komunikasi dua arah (two-way flow communication/ konvergen), yaitu terjadinya
umpan balik dari penerima pesan kepada penyampai pesan (komunikator),
sehingga komunikasi merupakan proses berputar (sirkuler), yang menurut
Schramm

(1954),

Encoder

(sumber

pesan

atau

komunikatorj akan

menyampaikan pesan kepada Decoder (penerima pesan atau komunikan) dan
oleh decoder ditafsirkan, yang kemudian hasil dari penafsiran tersebut, pesan
kembali disampaikan kepada encoder, sehingga dalam proses ini, masingmasing pihak yang berkomunikasi berperan sebagai encoder maupun decoder.
Dari proses-proses komunikasi ters~ebut,maka komunikasi dapat dibagi
menjadi dua pola, yaitu komunikasi satlu arah dan komunikasi
Komunikasi

dua arah.

dua arah biasa terjadi pada jenis komunikasi antar pribadi

(interpersonal) dan komunikasi satu arah banyak terjadi pada jenis komunikasi
massa. Dalam komunikasi dua arah, kedua belah pihak lebih aktif dalam
menyampaikan pesan dibandingkan pada komunikasi satu arah, sehingga
dalam komunikasi dua arah (konvergen), masing-masing pihak berpartisipasi

aktif di dalam proses komunikasi tersebut, sehingga proses komunikasi yang
terjadi relatif cepat dan langsung.
Menurut De Vito (1989)

kegunaan atau tujuan dari komunikasi

(interpersonal)adalah untuk mempelajari sesuatu (to learn), untuk berhubunganl

berinteraksi (to relate) dan untuk membantu (to help). Dalam perkembangan
teori komunikasi, tujuan komunikasi mengalami beberapa pergeseran, dimana
pada awal perkembsngannya, komunikasi bertujuan untuk rnenyampaikan pesan
dan mengubah perilaku individu, seperti yang diungkapkan Laswell (1948). Pada
saat ini tujuan komunikasi dianggap berhasil apabila terjadi pemahaman
bersama antara pihak-pihak yang berkomunikasi, seperti yang diungkapkan
Kincaid and Schramm (1976) bahwa komunikasi akan mencapai tujuannya
apabila terjadi pemahaman (makna) bersama antara pihak-pihak yang
berkomunikasi, semakin tinggi pemahaman makna diantara pelaku komunikasi,
maka komunikasi yang terjadi lebih efektif dan berhasil.
Rogers ( 1 976) menyatakan bahwa alternatif yang sedang tumbuh saat ini
dalam paradigma dominan komunikasi pembangunan, salah satunya adalah
terdapatnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan diri yang bersifat desentralisasi

.

Selain itir adanya penekanan

untuk mandiri bagi masyarakat di dalam pembangunan dan perhatian yang lebih
besar pada perpaduan sistem "tradisional" dan "modern" pada suatu negara.
Perilaku Komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di
dalam menerima dan menyampaikan pesan, seperti yang diungkapkan oleh
Rogers (1983), bahwa Perilaku komunikasi pada individu atau kelompok dapat
diindikasikan dengan adanya partisipasi, hubungan dengan sistem sosial,
kekosmopolitan,

hubungan dengan agen perubah, keterdedahan dengan

media, keaktifan dalam mencari informasi, pengetahuan mengenai hal-ha1yang

baru (inovasi). Beberapa indikasi tersebut dapat diamati dan dianalisis sehingga
menghasilkan suatu pola komunikasi individu atau kelompok.
Pengembangan Usahatani Tanaman Paargan
Luas areal pertanian tanaman pangan, khususnya padi sawah di Propinsi
Jawa Barat merupakan bagian terluas bila dibandingkan dengan propinsi lain di
Indonesia, yaitu mencapai 2.012.1 15 Ha atau sebesar 18,8% pada tahun 1999
dan terkecil berada di luar Jawa, yaitu di propinsi Maluku dengan luas 10.786 ha
atau sebesar 0,10% (BPS, 1999). Kondisi tersebut memberikan potensi kepada
sentra produksi padi, termasuk daerah Karawang untuk mengoptimalkan
produktifitas padi sawahnya

agar dapat memenuhi permintaan beras

masyarakat di Indonesia.
Usahatani menurut Mubyarto (1985) adalah himpunan dari sumber-sumber
alam yang diperlukan untuk produksi pertanian. UsahaTani dapat berupa usaha
bercocok tanam. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit (di
luar perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan), menurut Mubyarto
(1985) adalah usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan
utama seperti beras, palawija dan tanaman hortikultura. Hasil produksinya
sebagian besar untuk memenuhi konsumsi keluarga, adapun faktor-faktor
produksi atau modal yang dipergunakannya sebagian besar berasal dari dalam
usahatani sendiri.
Di dalam segi produksi pertanian secara keseluruhan di Indonesia,
produktifitas optimal merupakan prioritas atau sasaran utama di dalam rencana
kerja dari Program Pembangunan Nasi~onal(Propenas) 2000-2004. Program
Pembangunan Pertanian pada saat ini, secara umum dibagi menjadi dua bagian,
yaitu Program pengembangan sistem agribisnis dan Program pengembangan
sistem ketahanan pangan.

Di dalam Program pengembangan agribisnis dalam

Propenas 2000-2004,

salahsatu sasaran utamanya adalah; meningkatnya

produktifdas, kualitas dan produksi komoditas unggulan tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Sementara itu
dalam program pengembangan sistem ketahanan pangan, salah satu sasaran
program adalah meningkatnya produksi, tersedianya beras secara berkelanjutan
dan meningkatnya konsumsi pangan yang bersumber dari pangan ternak, ikan,
tanaman pangan, hortikultura dan kebun serta produk-produk olahannya.
Program pengembangan sistem agrilbisnis, memiliki lima sasaran utama,
yaitu (1) meningkatnya produktifitas, kualitas dan produksi komoditas unggulan
tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan
kehutanan; (2) meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan; (3)
meningkatnya nilai tambah bagi masyarakat pertanian, perikanan, perkebunan,
peternakan dan kehutanan; (4)

meningkatnya partisipasi masyarakat, serta

investasi swasta dalam pembangunan pertanian dan pedesaan; dan (5)
terpeliharanya sistem sumber daya alam dan lingkungan. Namun demikian, ha1
yang penting, bahkan dianggap lebih penting adalah aspek sosial dan ekonomi
petani, dimana aspek tercapainya kesejahteraan petani yang meningkat menjadi
tujuan akhir dari pembangunan pertanian tersebut. Dalam ha1 ini, masyarakat
petani rnerupakan masyarakat yang paling banyak populasinya hingga saat ini di
Indonesia,

namun

hingga

kini,

belum seluruhnya dapat

menikmati

kehidupannya, terutama dari hasil usaha taninya. Mubyarto (1985) menyatakan
bahwa banyak persoalan yang dihadapi oleh petani, baik yang berhuhungan
dengan produksi dan pemasaran hasilnlya, maupun dalam kehidupan petani
sehari-hari yang menjadi cara hidup, perlu diperhatikan aspek sosial, budaya,
keagamaan dan tradisi, di samping aspek ekonomi.
Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan pertanian yang dihadapi
petani, Soekartawi (1996) memberikan alternatif untuk meningkatkan peran

sektor pertanian dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu pemanfaatan lahan
dan pengembangan wawasan agribisnis.
Komunikasi Pembangunan Pertanian
Perubahan

paradigma

pembangunan

pertanian

dan

komunikasi

pembangunan saat ini adalah adanya peran serta atau partisipasi aktif dari
pelaku lusahatani,, dalam ha1 ini adala~hpetani.

Partisipasi aktif tersebut

didorong dan didukung oleh adanya tanggung jawab pemerintah untuk
memberikan akses dalam mendapatkan teknologi, sumber produksi dan

.

informasi (Propenas, 2000).
Menurut Rogers (1976) dalam pembangunan negara-negara berkembang
yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat pertanian, diperlukan
paradigma pembangunan baru yang memperhatikan beberapa hal, yaitu (1)
Pemerataan penyebaran informasi dan keuntungan sosial ekonomi. Penekanan
baru dalam paradigma baru ini adalah bahwa para penduduk desa dan orang
miskin perkotaan hendaknya menjadi sasaran

utama dalam program

pembangunan, (2) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan perlu diikuti dengan desentralisasi kegiatan-kegiatan tertentu di
pedesaan. Pembangunan tidak lagi sekedar fungsi dari dari apa yang dilakukan
pemerintah nasjonal terhadap masyarakat pedesaan, (3) Berdiri di atas kaki
sendiri dan mandiri dalam pembangunan, dengan suatu penekanan kepada
potensi sumber daya setempat, (4) Perpaduan antara sistem tradisional dengan
modern, sehingga pengertian modernisasi adalah suatu sinkretisasi antara
pemikiran lama dengan yang baru, dengan pertimbangan berbeda di setiap
daerah.
Pada masa lalu, banyak terjadi kese~njanganpembangunan di pedesaan,
menurut Roling, Ascroft and Wa Chege (1976) sebagai akibat dari kelemahan

difusi inovasi suatu teknologi, yang kenyataannya telah menimbulkan ketidak
merataan penyebaran informasi. Ketidak merataan terjadi karena; (1) lnovasi
tidak datang secara bersamaan atau serentak ke dalam masyarakat pedesaan,
sehingga memerlukan waktu untuk terjadinya pemerataan inovasi; (2) lnovasi
tersebut memerlukan waktu untuk berdifusi, sehingga golongan masyarakat yang
mengadopsi lebih awal akan mendapatkan keuntungan awal, lebih lama dan
lebih besar, sementara yang lainnya baru memulainya; (3) Pengadopsi awal
mendapatkan keuntungan dari hasil teknologi pada saat suatu produk masih
langka dan harganya yang masih tinggi; (4) Dana yang dimiliki oleh pengadopsi
awal akan memperluas lahan pertaniannya pada waktu harga tanah masih
rendah; (5) Agar dapat mengadopsi inovasi, biasanya diperlukan sumber daya
besar, sehingga petani miskin umumnya menjadi pengadopsi yang terakhir; (6)
Pelayanan pembangunan pedesaan dipusatkan pada petani maju yang
cenderung akan menjadi langganan tetap, sehingga informasi baru selalu
disalurkan kepadanya; (7) Peneliti difusi pada umumnya berasumsi bahwa
inovasi adalah pesan, dan umumnya pesan dengan cepat akan kehilangan
kemurniannya; (8) Prinsip-prinsip difusi rnengandung "bias pro-inovasi", dalam
arti bahwa adopsi dianggap akan menguntungkan semua pengadopsi, padahal
dalam kenyataannya tidaklah demikian (9) Kredit diberikan kepada petani yang
dapat memberikan jaminan, sehingga inovasi yang mahal dan seringkali
menguntungkan, dapat lebih cepat diadopsi oleh mereka yang relatif kaya.
Partisipasi petani dalam komunikasi pembangunan pertanian dapat
ditingkatkan dengan upaya meningkatkan aspek - aspek pola komunikasi yang
bersifat

konvergen,

sehingga

didapatkan

pemahaman

bersama

dan

kesepakatan-kesepakatan bersama, baik tertulis maupun tidakl tertulis antara
petani dan berbagai pihak yang berpartisipasi di dalamnya. Dalam komunikasi
pembangunan, terrnasuk pertanian, Rogers (1976) mengungkapkan bahwa pada

saat ini diperlukan penelitian yang lebih bermanfaat untuk mengetahui strategi
pelaksanaan yang tepat.
Ouchi (1985) menyatakan bahwa usaha untuk menghasilkan komunikasi
pembangunan

yang

efektif

diperlukan dua

hal,

yaitu (1) Metode

penyampaian pesan dan sikap komunikator efektif, (2) Penerimaan pesan yang
efektif, sehingga pada masyarakat bawah (akar rumput) pencapaian dari kedua
ha1 tersebut sangatlah penting. Rogers (1976) memberikan beberapa alternatif
dalam pelaksanaan dan pengembangan komunikasi pembangunan dalam
paradigma baru, yaitu
informasi.

pembangunan kemandirian petani dan pemerataan

Di dalam konteks komunikasi dan perubahan

perilaku, jika

komunikasi direncanakan untuk menimbulkan adanya perubahan, maka pesanpesan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga menghasilkan perubahanperubahan psikologis dan sosiologis.

Pesan-pesan yang akan disampaikan

sebaiknya berdasarkan pada pengalaman-pengalaman masyarakat setempat.
Begitu pula pesan-pesan tersebut harus dapat memperlihatkan keuntungan atau
nilai praktis yang besar (Kincaid and Schramm, 1976).
Petugas penyuluh lapangan sebagrai salah satu penyampai informasi
pengembangan pertanian di pedesaan, Menurut Mosher (1978) hendaknya
memiliki kemampuan untuk menganalisis hal-ha1 sebagai berikut

(1) Nilai

produksi pertanian; (2) Fungsi usahatmi sebagai suatu usaha bisnis; (3)
Perencanaan pembangunan pertanian; (4) Psikologi petani dan cara untuk
Mempelajarinya; (5) Perilaku masyarakat pedesaan. Kelima ha1 tersebut
sangat erat kaitannya satu dengan yang lainnya dalam
keberhasilan pembangunan pertanian.

menentukan

METODOLOGI PENELlTlAN
Kerangka Pemikiran

Petani dalarn pernbangunan pertanian saat ini rnerniliki peran penting, yaitu
sebagai subyek dari pernbangunan pelrtanian. Dalarn penentuan kebijakankebijakan pernbangunan pertanian, peran petani rnenjadi perhatian utarna dan
titik awal dalarn perencanaan dan pelaksanaan pernbangunan pertanian. Untuk
itu, pernerintah perlu mendengarkan, rnenerirna dan rnengartikan inforrnasiinformasi penting yang berasal dari petani. Usaha tersebut dilakukan untuk
melaksanakan perencanaan yang lebih realistis, aktual dan jujur, sehingga
perencanaan tersebut rnerupakan langkah awal yang benar-benar dapat
rnerepresentasikan kondisi, motivasi dan harapan-harapan para petani.
Para petani, di dalarn kehidupannya sehari-hari dan di dalarn kehidupan
bertaninya akan selalu berinteraksi dengan pihak-pihak lain di luar dirinya. Di
dalarn

berinteraksi

tersebut,

rnenyarnpaikan pesan.

akan

terjadi

proses

kornunikasi

untuk

Dari interaksi dan komunikasi sehari-harinya,

rnernunculkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dalarn

berkornunikasi yang

rnenghasilkan perilaku kornunikasi kolektif rnasyarakat petani. Narnun dernikian,
perilaku kornunikasi petani pada tingkat individu merniliki sifat dan sikap yang
berbeda. Beberapa faktor individu petani rnaupun dari lingkungannya dapat
mernpengaruhi cara dan tingkat perilaku komunikasi tersebut.

Faktor-faktor

individu tersebut berupa urnur, tingkat pendidikan, pengalarnan bertani, kondisi
ekonomi, motivasi bertani, status kepem~ilikanlahan dan luas garapan, tingkat
harapan petani dan tingkat partisipasi dalarn rnasyarakat .
Faktor lingkungan petani yang dapat rnempengaruhi perilaku kornunikasi
petani dapat berasal dari keluarga ataw rurnah tangga dan lernbaga formal
rnaupun non formal. Kelernbagaan petani yang relatif intensif berinteraksi

dan berkomunikasi dengan petani adalah Kelompok Tani dan lembaga
penyuluhan yang diwakili oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Kelompok
tani merupakan wadah atau tempat

bagi

petani

untuk berkomunikasi,

menyalurkan sarana produksi dari progralm pemerintah dan juga untuk bertukar
pikiran atau pengalaman bagi sesama petani.

PPL bertugas untuk

menyampaikan informasi pertanian yang berupa inovasi teknologi pertanian dan
kebijakan-kebijakan pertanian dari pemerintah. Peran PPL adalah sebagai
jembatan antara misi kebijaksanaan pemerintah dengan keinginan-keinginan
petani dalam mengembangkan usaha taninya.
Peran penting lembaga kelompok tani
adalah

bagi para petani salahsatunya

keterikatan antara sesama anggota kelompok tani (cohesiveness).

Keterikatan antar anggota tersebut dianggap penting, karena aktifitas kelompok
tani tersebut cenderung dinamis apabila timbul kekompakan, ketergantungan dan
rasa saling membutuhkan yang merupakan indikasi dari keterikatan tersebut.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi petani dalam aktifitas dan dinamikanya
sehari-hari. Namun demikian, setiap individu dan kelompok masyarakat memiliki
ciri, sikap dan sifat yang khas yang berbeda dengan kelompok masyarakat
lainnya, sehingga dengan mempelajari suatu kelompok masyarakat tertentu,
dapat dikenali sifat dan ciri-ciri tersebut.

I-

-

INDIVIDU PETANI
Status Kepemilikan
dan Luas lahan
Garapan
Tingkat Pendidikan
Kondisi Ekonomi
Minat dalam Bertani
Pengalaman bertani
Pengalaman
mengikuti program
pertanian
Partisipasi d i dalam
Masyarakat
Harapan dalam
Bertani
PERILAKU
KOMlUNlKASl PETANI
kelompok
Keterikatan antar
anggota

I

I

LEMBAGA
PENYULUHAN

I

(

Partisipasi Komunikasi
Pemanfaatan Media
Masaa dan Pemahaman
Isi Media
Kekoomoplitan

USAHATANI

1'

I

Intensitas Mengikuti
Penyuluhan
Jenis Materi
Penyuluhan

Gambar 1. Hubungan antara perilaku kornunikasi dengan faktor-faktor individu
petani, kelompok tani dan lembaga penyuluhan

Berdasarkan kerangka pemikiran yang diajukan (Gambar l.),maka
dirumuskan hipotesis berikut : Faktor-faktor individu petani, kelompok tani dan
lembaga penyuluhan berkorelasi dengan tingkat periiaku komunikasi petani
dalam penerapan usaha tani tanaman pangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian "Deskriptif Kuantitatif" dari perilaku
komunikasi petani padi dalam menerapkan usaha tani tanaman pangan

di

Desa Kali Buaya, Kecamatan Telaga Sari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
ditinjau dari aspek sosial maupun ekonomi dari kehidupan bertaninya, sena
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perilaku komunikasinya tersebut.
1. Pengumpulan Data

Pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat
didasarkan pada pertimbangan, bahwa Kabupaten Karawang merupakan sentra
produksi tanaman pangan berupa beras atau padi dan sebagian besar
masyarakatnya merupakan masyarakat petani, sehingga dengan pengambilan
lokasi atau masyarakat tersebut dapat dianggap mewakili masyarakat petani
secara nasional.

Selain itu, Kabupaten Karawang sering menjadi lokasi

dilaksanakannya berbagai proyek pembangunan pertanian, sehingga masyarakat
petani di Karawang dianggap telah banyak memiliki pengetahuan mengenai
usahatani padi sawah. Dalam ha1 ini, lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa
Kalibuaya, KecamatanTelagasari, Kabupaten Karawang. Desa Kalibuaya terpilih
sebagai lokasi penelitian karena strategis dalam usaha pengembangan pertanian
di wilayah Karawang bagian Utara dan Timur. Pertimbangan lain adalah desa
tersebut sejak lama telah banyak menerima introduksi inovasi teknologi
pertanian.

Pengambilan contoh dilakukan dengan metode Simple Cluster Sampling,
dimana unit analisis yang diteliti tergabung dalam gugus, dan pengacakan
dilakukan terhadap gugus-gugus tersebut (Van Dalen, 1973). Unit analisis
penelitian adalah para petani di Desa Kali Buaya, Kecamatan Telaga Sari yang
digolongkan ke dalam beberapa kelompok tani. Kelompok tani sebagai gugus
dalam pengambilan sampel. Dari seluruh gugus kelompok tani yang ada di Desa
Kali Buaya sebanyak 16 kelompok tani, ditarik tiga gugus kelompok tani secara
acak dan

dari tiga gugus

terpilih, seluruh anggota atau

petani dari tiga

kelompok tersebut dijadikan responden. Jumlah responden dalam penelitian
ini adalah sebanyak 108 orang, sedangkan untuk petugas penyuluhan pertanian,
berasal dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat, maka Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) yang diteliti adalah yang bertugas pada BPP Telaga
Sari Kabupaten Karawang.
Data penelitian diperoleh melalui Metode wawancara terstruktur dan tak
terstruktur. Wawancara terstruktur dilaku~kanuntuk memperoleh data penelitian
dengan berpedoman kepada kuesioner yang telah ada (Van Dalen, 1973).
Metode wawancara tak berstruktur

dilakukan tanpa berdasarkan daftar

kuesioner, namun tetap mengacu kepada topik penelitian. Hal tersebut dilakukan
dalam usaha untuk mendapatkan data-data tambahan yang penting dan metode
ini dilakukan secara fleksibel (Van Dalen, 1973). Data hasil dari pelaksanaan
kedua metode tersebut merupakan data primer pada penelitian ini.
Data sekunder diperoleh dari literatur, buku potensi desa, buku kelompok
tani dan data-data pendukung tercatat yang berhubungan dengan keadaan
lingkungan, komulatif unit analisis petani dan kelompok tani yang diperlukan.

2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data primer maupun sekunder
telah terkumpul.

Data tersebut selanjutnya dikelompokkan, dikompilasi,

ditabulasi dan dianalisis secara statistika.
Dalam pengolahan data secara kuantitatif, data yang telah ditabulasi,
selanjutnya dianalisis secara statistik.
Spearman digunakan untuk

Uji Statistika

non-parametrik Rank-

menganalisis korelasi antara beberapa Faktor

Individu, Faktor Kelompok Tani dan Faktor Lembaga penyuluhan terhadap
tingkat perilaku komunikasi. Dalam ha1 ini, uji statistika Khi-kuadrat digunakan
untuk menganalisis hubungan antara Faktor lndividu khusus unit Status
kepemilikan dan Luas garapan sawah.
Uji statistik Rank-Spearman menggunakan rumus berikut (Siegel dalam
Zanzawi dan Landung, 1990) :

N = Jumlah contoh
di2 = Selisih rank antara peubah bebas dan terikat
6 = Konstanta

Tabel yang digunakan adalah Tabel harga-harga kritis t. Dari data yang
diolah dan dianalisis dengan uji tersebut maka diperoleh korelasi antara kedua
peubah yang diuji.
Dalam menjaga ketepatan hubungan antara peubah penelitian, menurut
Ancok (1995), penelitian tergantung kepada kualitas data yang digunakan dalam
pengujian.

Alat ukur yang digunakan berguna apabila data yang dikumpulkan

memiliki kesahihan dan keandalan. Kesahihan menunjukkan sejauhmana suatu

alat pengukur itu mengukur apa yang diukur, sementara keandalan menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran
tersebut diulang dua kali atau lebih. Rumus kesahihan dan keandalan, adalah
(Kerlinger, 1973) :

r =

N (CXY) - (CX CY)

tl [ N C X ~-

( c x ) ~[NCY'

- (cY)*]

Keterangan :
r = nilai kesahihan setiap pernyataan
X = skor pemyataan
Y = skor total pemyataan
Tabel kritis yang digunakan adalah Tabel r

r =

N (CXY) - (CX CY)

d [NCX* -

(EX)* [NCY~- (cY)~]

Keterangan :
r = nilai keandalan setiap pernyataan
X = skor pemyataan pegukuran pertama
Y = skor total pernyataan pengukuran kedua
Tabel kritis yang digunakan adalah Tabel r
Hasil uji

kesahihan dan keandalan penelitian dari masing-masing

pertanyaan tercantum dalam Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Definisi Operasional Peubah
Penelitian ini membahas hubungan antara Peubah bebas dengan Peubah
tak bebas. Peubah bebas adalah faktor-faktor individu petani, faktor -faktor
kelompok petani dan faktor-faktor lembaga penyuluhan, sedangkan sebagai
peubah tak bebas adalah perilaku komunikasi petani padi dalam penerapan
usahatani tanaman pangan. Faktor individu terdiri atas : Status kepemilikan
sawah dan luas garapan sawah, Tingkat pendidikan, Kondisi ekonomi,

Minat

bertani, Pengalaman bertani, Pengalaman mengikuti program pertanian,
Partisipasi di dalam masyarakat dan harapan dalam bertani. Faktor Kelompok
Tani terdiri atas Keanggotaan dalam kelompok dan Keterikatan antar anggota,
serta Faktor Lembaga Penyuluhan berupa : Intensitas mengikuti penyuluhan dan
Jenis materi penyuluhan. Peubah tak bebas adalah Perilaku Komunikasi Petani
berupa : Tingkat Partisipasi komunikasi, Tingkat pemanfaatan dan pemahaman
isi media massa, serta Kekosmopolitan.
Peubah terdapat dalam Lampiran 3.

Definisi operasional masing-masing

HASlL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Kalibuaya

Desa Kalibuaya merupakan bagian dari Kabupaten Karawang yang berada
pada bagian utara Propinsi Jawa Barat atau "Pantura" dan secara geografis
berada pada 107°02'-107040' Bujur Timur (BT) dan 5'56'- 6'34' Lintang Selatan
(LS).

Kabupaten Karawang memiliki morfologi yang sebagian besar berupa

dataran rendah dengan ketinggian 1 - 5 meter di atas permukaan laut (dpl) dan
sebagian kecil wilayah lainnya berbukit dengan ketinggian tertinggi mencapai
1200 meter dpl (BPS Karawang, 2000). lklim Kabupaten Karawang memiliki
suhu udara rata-rata sebesar 27'C, dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar
dengan kelembaban nisbi sebesar 80%. Frekuensi curah hujan tahunan berkisar
antara 1.500 mm

- 3.000

mm per tahun, dengan kecepatan angin rata-rata

antara 30 - 35 kml jam (BPS Karawang, 2000).
Desa Kalibuaya memiliki frekuensi curah hujan sebesar 1.222 mmltahun,
dengan 11 bulan hujan dan hanya 1 bulan kering pada Bulan Agustus. Fekuensi
curah hujan rata-rata terbesar terjadi pada bulan Desember hingga April, dengan
kisaran antara 6

- 10 Hari Hujan. Luas wilayah Desa Kalibuaya meliputi

4,96

~m~ dengan jumlah penduduk sebanyak 4.282 jiwa, yang terdiri dari 2.167 jiwa
laki-laki dan 2.115 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata
mencapai 863 jiwa per ~m~ (BPS Karawang, 2000). Jarak Desa Kalibuaya ke

+ 12 Km dan jarak ke lbukota Propinsi,
dan jarak ke lbukota Negara (Jakarta) + 40 Km. (BPS

lbukota Kabupaten Karawang adalah
yaitu Bandung 5 9 8 km

Karawang, 2000). Sebagian besar aktifitas ekonomi cenderung berorientasi ke
Jakarta sebagai ibukota negara bila dibandingkan dengan ibukota propinsi,
berarti peluang transaksi ekonomi lebih luas untuk dikembangkan, karena jarak

yang tidak terlalu jauh dengan sumber sarana produksi, informasi dan
pemasaran produk yang lebih aktraktif.
Desa Kalibuaya sebagian besar masih merupakan areal pertanian sawah
yang mencapai hampir 90% luas areal Desa Kalibuaya, dengan areal pertanian
mencapai 4.48 ~ m ' . Penduduk Desa Kalibuaya sebagian besar masih bermata
pencaharian sebagai petani, yaitu 793% dari jumlah penduduk dan yang lainnya
bermata pencaharian sebagai Pedagang, Penyedia Jasa dan Pekerja industri.
Desa Kalibuaya sebagai salahsatu desa penghasil beras, rata-rata memproduksi
padi sebesar 6,7 tonlha pada Masa Tanam tahun 2000/2001. Varietas yang
umum digunakan adalah IR 64, Waya dan Ciherang. Serangan hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman padi petani saat ini adalah Keresek
(BLB), busuk batang (BRS) dan Tikus. Penurunan produksi akibat serangan

,.

hama dan penyakit tersebut dapat mencapai 20

-

30% dari seluruh hasil

produksi padi.
Masyarakat Desa Kalibuaya yang sebagian besan bekerja sebagai petani,
masih memiliki ciri-ciri masyarakat desa, dimana ikatan kekeluargaan, ikatan
sosial dan rasa solidaritasnya masih cukup kuat. Hal ini dikarenakan di Desa
Kalibuaya belum terdapat industri besar sebagai salahsatu ciri masyarakat
perkotaan, selain itu jarak ke daerah industri dan perkotaan relatif cukup jauh
(+ 12 Km). Namun demikian, Desa Kalibuaya mengalami pengaruh yang cukup

besar dari daerah perkotaan, dengan adanya akses

bagi

aktifitas

masyarakatnya melalui transportasi dan komunikasi yang lancar. Hal ini dilihat
dengan tersedianya sarana transportasi umum maupun pribadi dan sarana
komunikasi berupa jaringan telepon yang tersebar.
Kehidupan masyarakat di Desa Kalibuaya yang sebagian besar adalah
petani, dapat digolongkan menjadi dua golongan petani, yaitu Petani Pemilik

(sekaligus Penggarap) dan Petani Penggarap (sekaligus buruh tani). Di dalam
pola hubungan antara Petani Pemilik dengan Petani Penggarap, masih terdapat
pola hubungan bercirikan Patron-Klien, walaupun pola hubungan tersebut sudah
longgar. Pola hubungan tersebut lebih cenderung berupa hubungan antara
petani yang memiliki lahan luas dan mampu dalam ekonominya dengan petani
yang tidak memiliki lahan dan kondisi ekonomi yang lemah.

Pola tersebut

ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa keterikatan atau ketergantungan
petani lemah terhadap petani kuat, dimana petani lemah merupakan penggarap
dari lahan milik petani mampu, dan dalam beberapa ha1 apabila petani lemah
memerlukan bantuan ekonomi, maka petani lemah akan meminta bantuan
kepada petani mampu.
Sebagian petani lainnya menggarap lahan milik orang lain yang pemiliknya
berada di luar desanya, bahkan di luar Karawang. Pada kondisi tersebut, petani
menggarap lahan sawah tersebut dengan sistem bagi hasil atau bahkan tanpa
bagi hasil, karena dengan digarap lahan milik orang tersebut, pemilik lahan
merasa diuntungkan dengan telah dijaga atau dipeliharanya lahan sawahnya.
Para petaci di Desa Kalibuaya hampir seluruhnya tergabung di dalam Kelompok
Tani (KT).

Seluruh KT

yang

terdapat di Desa Kalibuaya berjumlah 16

kelompok, dengan rincian kategori KT Lanjut sebanyak 13 kelompok , KT
Madya sebanyak 3 kelompok dan tidak ada yang tergolong KT Utama.
Pengelompokkan KT pada umumnya didasarkan kepada kedekatan wilayah
areal pesawahan, sehingga terdapat beberapa anggota suatu kelompok tani
bertempat tinggal relatif jauh dengan anggota lainnya, namun masih berada
pada satu Rukun Warga (RW), sehingga memudahkan di dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan Kelompok Taninya.

Kelompok Tani, pada saat ini masih merupakan lembaga non formal yang
paling dimanfaatkan oleh petani dibandingkan lembaga formal maupun nonformal lainnya seperti RT, Desa atau Kecamatan.

Wadah kelompok tani

merupakan tempat yang paling sering dimanfaatkan para petani dalam
berinteraksi dengan petani lainnya dan sebagian besar dimanfaatkan oleh para
petani yang memiliki kondisi ekonomi relatif kurang kuat. Selain itu, kelompok
tani merupakan lembaga yang paling sering digunakan di dalam menyalurkan
sarana produksi pertanian, seperti pupuk dan kredit pertanian.

Program

pemberian kredit dari pemerintah bagi petani selama ini. sebagian besar
disalurkan melalui kelompok tani, sehingga memudahkan petani yang menjadi
menjadi anggota Kelompok Tani.
Identitas dan Karakteristik Responden
1. Tingkat Pendidikan dan Umur Responden

Tingkat pendidikan responden bewariasi dari tingkat Sekolah Dasar (SD)
atau yang sederajat hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau yang
sederajat (Tabel 1). Seperti halnya di desa-desa di Jawa Barat, sebagian
responden memiliki pendidikan Madrasah lbtidaiyah (MI), yang sederajat dengan
SD. Para responden melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) dan SLTA, walaupun terdapat yang sederajatnya, yaitu
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Tingkat pendidikan Responden yang sebagian besar (54%) adalah SD,
dikarenakan kemampuan orang tua yang sangat terbatas dalam membiayai ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, pendapatan yang diterima para
petani dari hasil usaha taninya sebagian besar dicurahkan atau dialokasikan
untuk keperluan utama rumah tangga dan pembiayaan produksi usaha taninya.

Responden yang lulus SO da