PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG

(1)

PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU

KABUPATEN TEMANGGUNG

Skripsi

Disusun Oleh: Andina Darsono

20120220084

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga umatnya akhir zaman ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Sarjiah, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Eni Istiyanti, MP selaku Ketua Progran Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kelancaran pelayanan dan urusan Akademik.

3. Bapak Dr. Ir. Indardi, Msi. selaku Pembimbing I yang selalu bijaksanan dalam memberikan bimbingan dan arahan, nasehat serta waktunya selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Siti Yusi Rusimah, MS selaku dosen Pembimbing II yang telah mencurahkan perhatian, selalu memberikan bimbingan dan arahan, doanya serta waktunya yang sangat berarti bagi penulis.


(3)

iii

5. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkulihan sampai akhir penulisan skripsi.

6. Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan san penulisan skripsi ini.

7. Kepada Dinas Pertanian Temanggung yang telah membantu penulis dalam mengakses informasi terkait dengan penyususnan skripsi ini.

8. Kepada Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Kedu Kebupaten Temanggung yang telah membantu penulis dalam mengakses informasi terkait dengan penyusunan skripsi ini.

9. Kepada orang tua yang senantiasa selalu mendoakan, membimbing, tidak pernak lelah dalam mendidik dan memberi kasih sayang yang tulus ikhlas kepada penulis sejak dalam kandungan hingga sekarang.

10.Saudara-saudara tercinta yang selalu memberikan dorongan dan dukungan semangat serta kasih sayang demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman Agribisbis dan Agroteknologi 2012 atas kebersamaannya dan bantuan yang sangat berarti sekali bagi penulis.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalan menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang terkait. Demi perbaikan selanjutnya, kritik dan saran yang


(4)

iv

membangun akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan begi pembaca.

Yogyakarta, Desember 2016


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... x

Abstract ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Balakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan ... 6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Perilaku Petani ... 7

2. Pengendalian Hama Terpadu ... 9

3. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Padi ... 12

4. Penelitian Terdahulu ... 18

B. Kerangka Permikiran ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Dasar ... 26

B. Teknik Pengambilan Sampel ... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ... 29

D. Asumsi... 29

E. Pembatasan Masalah ... 30

F. Definisi Operasianal dan Pengukuran Variabel ... 30

G. Teknis Analisis Data ... 39

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum Desa Kutoanyar ... 43

1. Kondisi Fisik dan Geografis Kecamatan Kedu ... 43

2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kecamatan Kedu ... 43


(6)

vi

B. Keadaan Umum Desa Kutoanyar ... 45

1. Kependudukan dan Ketenagaan di Desa Kutoanyar ... 47

2. Pertanian di Desa Kutoanyar ... 48

C. Kelembagaan Kelompok Tani ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Identitas Petani ... 52

1. Umur Petani ... 52

2. Tingkat Pendidikan ... 53

3. Luas Lahan ... 55

4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 56

5. Pekerjaan Sampingan ... 57

B. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia ... 58

1. Jenis Pestisida... 59

2. Dosis Pestisida ... 65

3. Pencampuran Pestisida ... 68

4. Waktu Penyemprotan ... 72

5. Interval Penyemprotan ... 74

6. Perlengkapan Penyemprotan ... 77

7. Aplikasi Pestisida ... 80

8. Penyimpanan Pestisida ... 83

9. Penanganan Setelah Penyemprotan... 85

C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia dan Hubungannya. ... 89

1. Pengalaman Bertani ... 91

2. Pendidikan Non Formal ... 94

3. Keterlibatan Sosial ... 98

4. Pendapatan Rumah Tangga ... 102

5. Persepsi Petani terhadap Risiko Serangan OPT ... 104

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data Produktivitas Padi Sawah di Jawa Tengah Tahun 2015 ... 2

2. Data Luas Panen dan Produksi Padi per Desa di Kecamatan Kedu 2015 ... …4

3. Kelompok Pestisida Untuk Mengendalikan OPT ... 10

4. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT pada Tanaman Padi Di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... 13

5. Jumlah Anggota Gapoktan Terpadu di Desa Kutoanyar... 27

6. Proses Pengambilan Sampel Petani dari Setiap Kelompok Tani ... 28

7. Pengukuran setiap Indikator Perilaku Penggunaan Pestisida Kimia... 33

8. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia ... 40

9. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia setiap Indokator ... 41

10. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 41

11. Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung ... 46

12. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur ... 47

13. Identitas Petani Padi menurut Kelompok Umur di Desa Kutoanyar ... 52

14. Identitas Petani Padi menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kutoanyar ... 54

15. Identitas Petani menurut Luas Area lahan Sawah di Desa Kutoanyar ... 55

16. Identitas Petani menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi ... 56

17. Distribusi Skor Perilaku Petani dalam Pengunaan Pestisida Kimia pada Tanaman Padi ... 59

18. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku Penggunaan Jenis Pestisida.... 60

19. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Penggunaan Dosis Pestisida ... 66

20. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Pencampuran Pestisida 68 21. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Menentukan Waktu Penyemprotan ... 73

22. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Menentukan Interval Penyemprotan ... 75


(8)

viii

23. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Penggunaan

Perlengkapan Penyemprotan ... 78 24. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Mengaplikasikan

Pestisida Kimia ... 80 25. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Menyimpan Pestisida

dan Alat Semprot... 83 26. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku Penanganan Setelah Melakukan

Penyemprotan ... 86 27. Korelasi Rank Spearman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani

Padi dalam Pengggunaan Pestisida Kimia ... 90 28. Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku dengan

Indikator Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia ... 90 29. Pengalaman Bertani terhadap Perilaku Pengaplikasian Pestisida Kimia ... 91 30. Pendidikan Non Formal terhadap Perilaku Penggunaan Perlengkapan

Penyemprotan ... 95 31. Keterlibatan Sosial terhadap Perilaku Petani dalam Penggunaan Perlengkapam Penyemprotan ... 99 32. Pendapatan rumah Tangga terhadap Perilaku Petani Padi dalam Penggunaan

Jenis Sarung Tangan ... 102 33. Persepsi Petani terhadap Perilaku Petani Padi dalam Lama Penggunaan


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Rekomendasi Pencampuran Pencamporan Pestisida berdasarkan Golongan .. 15

2. Kerangka Penelitian Perilaku Petani terhadap Penggunaan Pestisida Kimia Di Desa Kutoanyar ... 25

3. Peta Desa Kutoanyar ... 45

4. Struktur Organisasi Gapoktan Terpadu ... 51

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 112

2. Penggunaan Jenis Pestisida ... 118

3. Izin Edar Jenis Pestisida ... 121

4. Lama Penggunaan Pestisida Kimia ... 122

5. Dosis Pestisida Kimia ... 124

6. Volume Semprot ... 126

7. Pencampuran Pestisida ... 128

8. Lokasi, Wadah dan Pengaduk Pencampuran ... 131

9. Waktu Penyemprotan dan Keadaan Cuaca Penyemprotan ... 133

10. Interval Penyemprotan ... 136

11. Perlengkapan Penyemprotan ... 139

12. Penyimpanan Pestisida dan Alat semprot, serta Aplikasi Penyemprotan Pestisida ... 142


(10)

x INTISARI

PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG. 2016. ANDINA DARSONO (Skripsi dibimbing oleh INDARDI & SITI YUSI RUSIMAH). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi meliputi tindakan petani dalam penggunaan jenis pestisida, dosis pestisida, pencampuran pestisida, waktu penyemprotan, interval penyemprotan, perlengkapan penyemprotan, teknik aplikasi penyemprotan, penyimpanan pestisida dan alat semprot serta penanganan setelah penyemprotan. Penelitian dilakukan di Desa Kutoanyar, sebagai desa yang memiliki produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Kedu. Pengambilan sampel menggunakan proporsional sampling dengan total responden sebanyak 47 petani yang tergabung pada Gapoktan Terpadu. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi di Desa Kutoanyar ialah cukup baik dengan skor 52,71. Secara keseluruhan tidak terdapat hubungan korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi. Namun jika diananlisis antara faktor-faktor yang mempengaruhi dengan indikator perilaku terdapat beberapa hubungan yang lebih kuat dengan arah yang berlawanan diantaranya pengalaman bertani terhadap perilaku pengaplikasian pestisida, pendidikan non formal terhadap penggunaan perlengkapkan dan jenis sarung tangan, keterlibatan sosial terhadap perlengkapan yang digunakan, pendapatan rumah tangga petani terhadap jenis sarung tangan yang digunakan, serta hubungan yang lebih kuat dengan arah yang positif antara persepsi petani terhadap serangan OPT terhadap lamanya penggunaan pestisida kimia.


(11)

(12)

xi

PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU

KABUPATEN TEMANGGUNG

Farmers’ Behavior In Using Chemical Pesticide In Paddy In Kutoanyar

Village Kedu Subdistrict Temanggung District Andina Darsono

Dr. Ir. Indardi, Msi. / Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY

Abstract

This study aims to describe farmers’ behavior in using chemical pesticide for paddy including the farmers’ action in choosing kinds of pesticide, pesticide dosage, pesticide mixing, spraying time, spraying interval, spraying equipment, spraying technique application, pesticide storage and spraying tools as well as after spraying management. The study was conducted in Kutoanyar village which has the highest paddy productivity in Kedu subdistrict. The sampling technique used proportional sampling with the number of samples was 47 farmers who joined Gapoktan Terpadu. The data gathering techniques used were questionnaire and interview. The result of the study showed that the farmers’ behavior in using chemical pesticide in paddy in Kutoanyar village was categorized as good enough the score of 52.71. In general, there was no correlation among the factors that affected the farmers in using chemical pesticide for paddy. However, when the factors affected and the behavior indicators were analyzed, there were some stronger correlation with the opposite direction such as the farmers’ experiences with the behavior of applying the pesticide, non formal education with the use of equipment and kinds of gloves, social involvement with the equipment being used, the farmers’ household income with kinds of gloves being used, and there was a stronger correlation for more positive direction between the farmers’ perception on OPT attack and the length of using the chemical pesticide.


(13)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena menghasilkan sumber makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Menanam padi sudah menjadi tugas pokok petani untuk memenuhi kebutuhan beras bagi masyarakat yang setiap tahunnya meningkat, seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk.

Tingginya permintaan beras, mendesak pemerintah agar dapat menstabilkan kebutuhan tersebut. Selaku produsen, petani juga dituntut untuk memenuhi target memproduksi padi dalam waktu yang cepat. Petani melakukan segala cara untuk memaksimalkan hasil produksinya agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Karena, saat budidaya padi tidak jarang petani mengalami kegagalan panen akhibat serangan organisasi pengganggu tanaman (OPT) dan menyebabkan berkurangnya hasil produksi padi mereka. Sehingga petani menggunakan cara cepat tanpa mempertimbangkan dampaknya yaitu dengan menggunakan pestisida kimia sebagai sarana produksi.

Penggunaan pestisida masih berlanjut sampai masa sekarang. Hal ini, merupakan dampak dari kebijakan pemerintah masa lalu yang mendorong petani untuk menggunakan pestisida kimia dalam meningkatkan produksi pertanian. Walaupun adanya pengawasan untuk mengurangi penggunaan pestisida seperti menggunakan sistem pertanian organik, petani tetap menggunakan pestisida kimia disetiap proses pertanian mereka, salah satunya adalah Kabupaten Temanggung.


(14)

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, dengan produktivitas padi menempati urutan ke - 3 dari 35 kabupaten (pada Tabel 1). Jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas padi di Provinsi Jawa Tengah, produktivitas padi di Kabupaten Temanggung lebih unggul 5,95 ku/ha. Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi padi cukup banyak, dan perlu diketahui di Kabupaten Temanggung masih banyak pertanian yang menggunakan sistem pertanian konvensional, sehingga penggunaan pestisida kimia masih menjadi faktor utama sebagai sarana produksi padi.

Tabel 1. Data Produktivitas Padi Sawah di Jawa Tengah Tahun 2015 No. Kabupaten/Kota Produktivitas (Ku/Ha)

1 Kab. Sukoharjo 63,29

2 Kab. Karanganyar 62,00

3 Kab. Temanggung 59,52

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015

Pestisida terdiri dari beberapa jenis dan manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan sasaran OPT-nya, seperti herbisida (gulma), bakterisida (bakteri), fungisida (jamur), insektisida (serangga), nematisida (nematoda atau cacing) dan jenis yang lain (Subiyakto Sudarmo, 1991). Petani memilih menggunakan pestisida karena penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya tinggi, ketersediaannya mencukupi dan mudah di dapatkan serta biayanya relatif murah. Dengan demikian, muncul kondisi ketergantungan bahwa pestisida adalah faktor produksi penentu tingginya hasil dan kualitas produk, seperti yang tercermin dalam kegiatan pertanian yang senantiasa menyertakan pestisida sebagai bagian dari input produksi.

Dalam penggunaan pestisida sering sekali terjadi kesalahan di lapangan yaitu kurangnya pemahaman petani terhadap cara pemakaian pestisida yang baik


(15)

dan benar. Kebiasaan petani yang menggunakan pestisida hanya kerena mengikuti para petani lain tanpa mengetahui kegunaan dan cara pemakaiannya. Petani juga melakukan pencampuran pestisida dengan tujuan untuk dapat memberantas beberapa hama, tetapi hal ini dilakukan tanpa mempertimbangkan pestisida boleh dicampur atau tidak. Petani juga tidak menakar pestisida dengan benar, petani hanya mengira-ngira tanpa menakar dengan baik dan terkadang dosis pestisida melebihi anjuran pakai. Saat melakukan penyemprotan petani tidak memakai perlengkapan secara lengkap, sehingga tindakan tersebut sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tingginya tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida serta gangguan kesehatan lainnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Temanggung, Kecamatan Kedu merupakan salah satu penyumbang padi terbanyak dan memiliki luas panen yang terbanyak. Produksi padi yang diperoleh sebesar 17504.04 ton dan luas panen sebanyak 2932 Ha. Produksi yang tinggi dapat dipengaruhi oleh faktor sarana produksi yang digunakan, seperti pupuk dan pestisida kimia yang digunakan saat penanaman. Tingkat penggunaan sarana produksi tersebut tentunya disesuaikan dengan luasnya area tanam yang digunakan. Semakin luas area tanam yang digunakan maka semakin banyak pupuk dan pestisida yang digunakan dan tentunya akan mempengaruhi hasil produksi padi, sehingga produksi yang dihasilkan akan semakin banyak.

Salah satu desa yang mengahasilkan produktivitas padi terbesar di Kecamatan Kedu adalah Desa Kutoanyar dengan produktivitas sebesar 74 kw/ha. Desa Kutoanyar hanya memiliki luas panen sebesar 124,81 ha dan produksi


(16)

sebanyak 923,62 ton, namun dapat menghasikan produktivitas tertinggi dibandingkan dengan desa yang memiliki luas panen dan produksi yang lebih banyak. Hal ini dimungkinkan adanya faktor penggunaan sarana produksi yang digunakan secara optimal, baik pupuk maupun pestisida yang digunakan.

Tabel 2. Data Luas Panen dan Produksi Padi per Desa di Kecamatan Kedu 2015

No Desa Padi

Panen (Ha.) Produksi (Ton) Prosutivitas (Ha/kw)

1 Danurejo 195.65 1408.71 72.00

2 Salamsari 124.81 811.29 65.00

3 Candi Mulya 173.39 1075.02 62.00

4 Kedu 306.97 1995.33 65.00

5 Mojo Tengah 220.62 1434.01 65.00

6 Kutoanyar 124.81 923.62 74.00

7 Tegal Sari 203.08 1218.45 60.00

8 Kundi Sari 175.41 1052.48 60.00

9 Mergowati 172.04 1032.24 60.00

10 Karangtejo 101.88 611.25 60.00

11 Ngadimulyo 154.5 1004.25 65.00

12 Gondang Wayang 122.79 736.74 60.00

13 Bojonegoro 133.58 908.37 68.00

14 Bandunggede 215.89 1295.37 60.00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung 2015

Diketahui bahwa Desa Kuto Anyar merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan sistem pertanian konvesional, yaitu dalam menanam padi para petani menggunakan pupuk kimia sebagai sarana produksi untuk meningkatkan kandungan hara dalam tanah dan menggunakan pestisida kimia sebagai bahan untuk mengurangi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Tanpa melihat ada atau tidak adanya hama yang menyerang tanaman padi petani terkadang petani tetap menggunakan pestisida


(17)

dalam berusahatani, serta dalam penerapannya masih banyak petani yang belum menggunakan pestisida dengan baik.

Dari penjabaran di atas, maka dapat dikatakan bahwa masih banyak petani yang belum menggunakan pestisida dengan bijak dan sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan. Hal tersebut memotivasi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut agar mengetahui bagaimana perilaku petani padi dalam penggunaan pestisida kimia serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi dalam penggunaan pestisida kimia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil petani di Desa Kutoanyar?

2. Bagaimana perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil petani di Desa Kutoanyar.

2. Mengetahui perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi.


(18)

D. Kegunaan

1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan oleh pemerintah dan produsen pestisida dalam pengambilan keputusan untuk menangani masalah penggunaan pestisida yang baik sehingga terwujud pengelolaan lingkungan yang ramah.

2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam penelitian lebih lanjut mengenai perilaku petani dalam menggunakan pestisida.


(19)

7

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Petani

Menurut Notoadmodjo (1997) dalam Sunaryo (2004) perilaku merupakan suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti ransangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Mar”at (1 84) dalam Thamrin ( 014), perilaku petani adalah proses dan aktivitas ketika seorang petani berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku petani merupakan hal-hal yang mendasari petani untuk membuat keputusan penanaman.

Menurut Hudayya dan Hadis (2013), dalam memilih pestisida yang digunakan, kebanyakan para petani sangat fanatik terhadap jenis pestisida tertentu, sehingga tidak mudah menerima jenis pestisida yang baru. Pola pikir seperti itu didasarkan pada pengalaman mereka yang merasa puas terhadap jenis pestisida tersebut dalam mengendalikan OPT. Umumnya petani menggunakan pestisida lebih dari satu jenis dalam setiap aplikasi. Alasannya adalah dengan melakukan pencampuran diharapkan pestisida tersebut dapat lebih efektif dan ampuh membunuh OPT.


(20)

Dalam teori perilaku terencana oleh Azwar (2016), kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Keyakinan dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan di masa lalu, dapat juga dipengaruhi oleh informasi yang tidak langsung mengenai informasi perilaku itu misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan yang bersangkutan.

Menurut Ameriana (2008) petani cenderung memiliki persepsi bahwa serangan hama penyakit merupakan penyebab utama dalam kegagalan panen. Pestisida sintetis merupakan input yang dianggap paling efektif dalam mengendalikan hama oleh sebagian besar petani sehingga mendorong penggunan secara berlebihan. Selain itu petani sering melakukan penambahan konsentrasi, peningkatan frekuensi penyemprotan, mengganti jenis pestisida dan melakukan pencampuran pestisida. Menurut Hudha (2015), dari dimensi pencampuran pestisida terlihat bahwa petani cenderung melakukannya dengan harapan untuk meningkatkan kualitas keampuhan pestisida. Padahal menurut Moekasan (1998) pencampuran pestisida tertentu dapat memberikan efek sinergitas, antagonistik dan netral.

Menurut Prayitno (2014), perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran dimungkinkan oleh faktor yang ada dalam diri petani, yaitu persepsi dan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida sesuai anjuran


(21)

yang masih keliru atau rendah. Persepsi dan pengetahuan yang benar akan memberikan apresisasi dan pertimbangan yang mengarah pada perilaku yang baik dalam penggunaan pestisida dan penanganan kemasannya oleh petani. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan result dari beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, secara terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

2. Pengendalian Hama Terpadu

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 39/PERMENTAN/SR.330/7/2015 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; 2) memberantas rerumputan; 3) mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan; 4) mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk; 5) memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak; 6) memberantas dan mencegah hama-hama air; 7) memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan; 8) memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.


(22)

Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam sistem pengendalian hama terpadu (PHT) jika tingkat serangan telah melebihi ambang ekonomi atau populasinya telah mencapai ambang pengendalian. Menurut Tonny, dkk (2014) berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi, dan tepat cara penggunaan.

a. Tepat Sasaran

Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Selanjutnya memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut. Berikut tabel daftar golongan pestisida berdasarkan OPT sasaran.

Tabel 3. Kelompok Pestisida Untuk Mengendalikan OPT

No. Pestisida OPT sasaran

1. Insektisida Serangga hama

2. Akarisida Hama golongan akarina (tungau) 3. Rodentisida Binatang pengerat (tikus)

4. Molluskisida Siput atau moluska 5. Nematisida Nematoda

6. Fungisida Penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan 7. Bakterisida Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri 8. Herbisida Rumput-rumput liar atau gulma

b. Tepat Mutu

Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik, terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Pestisida yang digunkan harus terdaftar, tidak kadaluarsa, tidak rusak atau palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat


(23)

mengganggu pertumbuhan tanaman. Pestisida yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.

c. Tepat Jenis Pestisida

Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu pilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

d. Tepat Waktu Penggunaan

Waktu yang tepat dalam menggunakan pestisida yaitu pada saat OPT mencapai ambang pengendalian maksudnya jika populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah mencapai suatu nilai tertentu. Waktu penyemprotan dapat dilakukan pada pagi hari setelah embun menghilang dan matahari tidak terlalu panas pukul 08.00 - 10.00 dan sore hari pada pukul 16.00 - 17.00 ketika suhu udara lebih besar dari 30oC dan kelembaban udara 50 - 80%.

e. Tepat Dosis atau Konsentrasi Formulasi

Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu pestisida sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.


(24)

Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot. Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida.

3. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Padi

Menurut Purnomo (2013), tanaman padi merupakan tanaman yang cukup banyak organisme pengganggunya mulai dari awal masa pertumbuhan sampai dengan menjelang panen bahkan pasca panen. Gangguan atau serangan pada setiap masa pertumbuhan tanaman padi akan berpengaruh pada tingkat yang berbeda-beda mulai dari penurunan hasil dan puso atau kopong.

Menurut Prijanto (2009), penggunaan pestisida dalam suatu lahan pertanian diharapkan mampu meningkatkan hasil pertanian serta dapat membuat biaya pengelolaan pertanian menjadi lebih efisien dan ekonomis. Namun dalam perkembangannya, penggunaan pestisida pada petani cenderung bukan atas dasar untuk mengendalikan hama namun menjalankannya dengan cover blanket system yaitu suatu sistem dimana ada ataupun tidaknya hama, tanaman akan tetap disemprot dengan menggunakan pestisida. Menurut Afriyanto (2008), dalam menggunakan pestisida petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida sama dengan penggunaan pupuk, sehingga penggunaannya tidak dapat dikontrol.

Menurut Sudarmo (1991), hal yang harus diingat dalam memilih pestisida adalah jenis jasad pengganggu (OPT) yang akan dikendalikan. Karena


(25)

masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis OPT tertentu. Maka formulasi yang dipilih harus sesuai dengan OPT yang akan dikendalikan. Berikut pestisida yang biasa digunakan oleh petani untuk tanaman padi.

Tabel 4.Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT pada Tanaman Padi Di Kabupaten Temanggung Tahun 2015

Sasaran Pestisida Bahan aktif

Jenis Nama

Hama putih Insektisida

Kiltop 50 EC Fenobukarb/BPMC 50 g/l

Indobas 500 EC BPMC : 500 g/l Dursban 200 EC Klorpirifos 200 g/l Sumo 25 EC Beta Siflutrin 25 g/l Mipcin 50 WP MIPC 50 %

Matador 25 EC Lamda Sihalotrin 25 g/l Penggerek

Batang

Furadan 3 G Karbufuran 3 % Curaterr 3 G Fibronil atau

Karbofuran 3%

Spontan 400 SL Dimehipo 400 g/l Walang sangit Buldok 25 EC Beta Siflutrin 25 g/l Wereng Hijau Actara 25 WG Tiametoksam 25% Tikus Rodentisida Temik aldikarb

Petrokum 0,005

RB Brodifakum 0,005 % Blas Bakterisida Bactocyn Teramisin 150 g/l

Fungisida Nordox 56 WP Copper Oxide 56% Delsene MX 80

WP Mancozeb 73,8 % Antracol 70 WP Propineb 70% Menzate 82 WP Mankozeb 82 % Topsin 70 WP Metil tiofanat 70 % Bercak Daun Fungisida

Dithane M-45 80

WP Mankozeb 80 %

Folicur 25 WP Tebukanazol 25% Sumber : Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Temanggung 2015


(26)

Pestisida yang akan digunakan sebaiknya telah terdaftar dan diizinkan oleh Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus aslinya dan label resmi.

Menurut Djojosumarto (2008), Pencampuran pestisida dari jenis insektisida dan fungisida tekniknya berbeda-beda. Pencampuran insektisida yang benar adalah pencampuran antara 2 jenis insektisida yang berbeda mode of action-nya. Bukan sekedar beda merek, tetapi juga beda bahan aktif dan kelas kimiaaction-nya. Tujuan pencampuran pestisida untuk menghindari atau menunda terjadinya resistensi. Namun, pencampuran yang tidak benar justru bisa merangsang timbulnya resistensi ganda. Khusus untuk fungisida sistemik yang bekerja sebagai single-site inhibitor tidak disarankan digunakan secara tunggal. Umumnya fungisida sistemik telah dicampurkan dengan bahan aktif non sitemik multi-site inhibitor. Sehingga penggunaan fungisida harus diselang-seling.

Melakukan pencampuran peatisida dengan golongan yang sama akan beresiko terjadinya reaksi. Cara mudah yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pestisida yang dicampurkan saling bereaksi atau tidak, yaitu dengan mengamati dengan seksama apakah pencampuran terjadi secara merata atau tidak, serta apakah menghasilkan endapan atau gumpalan. Jika terjadi endapan atau gumpalan maka sebaiknya kedua pestisida tidak perlu dicampur digunakan secara nergantian kerena jika dilakukan penyemprotan akan menjdai tidak merata. Berikut gambar rekomendasi pencampuran pestisida kimia berdasarkan golongan oleh Donald H. Devris, 1997.


(27)

Resistance management

Insecticides mixture and alternation – source : Donald H. Devris, 1997.

Gambar 1. Rekomendasi Pencampuran Pencamporan Pestisida berdasarkan Golongan

Keterangan:

1. Golongan Pyrethroids, bahan aktif : Bifethrin, Cyfluthrin, Cypermethrin, Deltamethrin, Esfenvalerate, tofenprox, lambda cyhalothrin, pyrethrins, dan lain-lain.

2. Golongan Carbamat, bahan aktif : Aldicarb, Benfuracarb, Carbaryl, Carbofuran, Fenobucarb, Methiocarb Methomyl, Oxamyl, Thiodicarb, Triazamate dan lain-lain

3. Golongan Organophosphat, bahan aktif : Acephate, Chlorpyrifos, Dimethoate, Diazinon, Malathion, Methamidopos, Monocrotophos, Parathion-methyl, profenofos, terbufos dan lain-lain

4. Golongan Neonicotinoids, bahan aktif: Acetamiprid, Dinotefuran, Imidaclopri d, Thiacloprid,Thiamethoxam

Pyrethroids Carbamates Organophospat Nicotinoid Pyrazole Spinosyn

Pyrethroids Dihindari Sedikit dianjurkan

Sangat

direkomendasikan Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan

Carbamates Sedikit dianjurkan Dihindari Sedikit dianjurkan Sedikit dianjurkan Sedikit dianjurkan Dianjurkan

Organophospat Sangat direkomendasikan

Sedikit

dianjurkan Sedikit dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan

Nicotinoid Dianjurkan Sedikit

dianjurkan Dianjurkan Dihindari

Sangat direkomendasikan

Sangat direkomendasikan

Pyrazole Dianjurkan Sedikit

dianjurkan Dianjurkan

Sangat

direkomendasikan Dihindari

Sangat direkomendasikan

Spinosyn Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan Sangat direkomendasikan

Sangat


(28)

5. Golongan Spinosyn, bahan aktif: Spinetoram, Spinosad

Penyemprotan merupakan metode yang paling banyak digunakan, sekitar 75% pestisida digunakan dengan cara disemprot. Agar penyemprotan pestisida dapat efektif, penyemprotan dilakukan secara merata pada seluruh bagian tanaman. Namun tidak semua bagian tanaman padi dapat menyerap dengan baik. Bagian yang menyerap dengan baik adalah bagian di bawah permukaan daun tempat stomata berada. Ketika stomata terbuka pestisida akan mudah diserap dan masuk ke dalam jaringan tanaman dan hama atau penyakit yang menyerang akan mati ketika memakan bagian yang diserang. Berdasarkan PHP Temanggung, anjuran penyemprotan dengan pestisida dilakukan ketika serangan hama atau penyakit telah mencapai ambang pengendalian.

Menurut Sudarmo (1991), hal yang perlu diperhatian dalam penggunaan pestisida adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah angin. Dalam buku Djojosumarto (2008), rekomendasi umum untuk penyemprotan dalam hubungannya dengan keadaan cuaca adalah tidak melakukan penyemprotan saat hujan, udara terlalu kering (penguapan) dan angin terlalu kencang. Keadaan udara yang ideal umumnya bisa kita peroleh pada pagi hari, sesudah embun hilang sebelum pukul 10.00. Sementara sore hari pukul 15.00-17.00, jika tidak ada angin dan hujan.

Berdasarkan PHP, Interval penyemprotan adalah jarak waktu melakukan penyemprotan antara penyemprotan sebelumnya dan penyemprotan yang akan datang. Tidak ada aturan baku tentang interval penyemprotan pada tanaman padi. Interval penyemprotan diatur dengan memperhatikan intensitas serangan hama


(29)

atau penyakit pada tanaman padi. Penyemprotan yang dianjurkan pada tanaman padi dilakukan 2 kali selama penanaman. Ketika tanaman padi memasuki masa penyerbukan (pada umur 60 - 70 hari), penyemprotan tidak boleh dilakukan sebab bisa mengakhibatkan gabah gabuk atau kopong. Jika intensitas serangan hama dan penyakit sudah tergolong parah, penyemprotan bisa dilakukan sesering mungkin. Namun jika serangan hama dan penyakit masih menunjukkan gejala atau untuk tindakan pencegahan, penyemprotan bisa dilakukan 1 sekali seminggu.

Berdasarkan Permenkes No. 258/MENKES/PER/III/1992 tentang persyaratan kesehatan pengelolaan pestisida dalam Bab III pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa jenis perlengkapan pelindung bagi penjamah pestisida disesuaikan dengan jenis klasifikasi pestisida dan atau jenis pekerjaannya. Menurut Djojosumarto (2008), perlengkapan yang harus digunakan sebelum melakukan penyemprotan berupa sarung tangan, pakaian tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang), penutup kepala (topi), pelindung mulut (saputangan atau masker). Sarung tangan yang digunakan sebaiknya bahan yang tidak tembus air. Sarung tangan terbaik dibuat dari bahan nitril. Untuk sepatu sebaiknya digunakan pada lahan kering, sebab penggunaan sepatu dilahan sawah atau berair dapat menyulitkan petani untuk bergerak.

Menurut Sudarmo (1991), pestisida harus disimpan dalam keadaan baik, pada bungkus asli, tertutup rapat, tidak rusak dan dalam tempat yang dikunci, sehingga jauh dari jangkauan anak-anak dan hewan ternak. Menurut Mahyuni (2015), aturan penyimpanan pestisida dianjurkan pada ruangan tertutup dan terhindar dari sinar matahari untuk mengurangi faktor terjadinya penguapan


(30)

akhibat reaksi kimia dan fisika bahan kimia pestisida dengan udara. Selain itu, wadah pestisida yang digunakan harus dibuang dan tidak tersebar dimana-mana. Sebab sisa pestisida yang ada di dalam kemasan yang telah habis pakai bisa saja mengalami reaksi dengan udara dan mencemari lingkungan bahkan manusia secara tidak langsung.

Menurut Djojosumarto (2008), hal-hal yang sifatnya operasional harus diperhatikan untuk menjaga keselamatan pengguna, orang lain serta hewan ternak. Berikut hal yang harus dilakukan setelah melakukan penyemprotan:

 Sebaiknya petani memberi tanda yang jelas pada lahan yang sudah disemprot,

 Petani harus mencuci tangan dan mandi hingga bersih,

 Pakaian yang digunakan harus dicuci secara terpisah dari cucian lainnya. 4. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hasannudin (2013) yang berjudul perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia (kasus petani cabai di Pekon Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus), perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia di Pekon Gisting Atas diklasifikasikan cukup baik. Pestisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman cabai oleh petani diantaranya insektisida, fungisida, bakterisida dan herbisida. Petani menyemprot tanaman cabai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, ada atau tidak adanya hama dan penyakit petani tetap menyemprotkan pestisida. Faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida adalah pengalaman, sikap dan pendapatan rumah tangga.


(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Suhardi (2000) berjudul faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku pemakaian insektisida (studi kasus petani bawang merah di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes), menunjukkan bahwa perilaku yang tidak baik dalam pemakaian pestisida. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam penggunaan pestisida adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dan dukungan kawan. Salah satu cara yang efektif untuk memberantas hama dengan alternatif lain, yaitu sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu sistem pengendalian populasi hama yang serasi sehingga tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan aman pada lingkungan.

Berdasarkan penelitian Setiawan (2013) yang berjudul beberapa faktor yang berhubungan dengan praktek petani dalam penggunaan pestisida di Kelurahan Kalianyar Kabupaten Demak, menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan praktek penggunaan pestisida dikategorikan cukup baik, yaitu pengetahuan, sikap, perilaku teman, dan serana peralatan. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan praktek adalah umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan dan peran penyuluhan. Petani disarankan menggunakan alat pelindung diri lengkap (masker, sarung tangan, topi, baju lengan panjang) jika menggunakan pestisida dan diharapkan petugas lebih intensif dalam memberikan penyuluhan tentang penggunaan pestisida.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ameriana (2006) yang berjudul perilaku petani sayuran dalam menggunakan pestisida kimia, menunjukkan bahwa perilaku petani tomat dalam menggunakan pestisida kimia dipengaruhi oleh (1) persepsi petani terhadap risiko, semakin tinggi persepsi petani terhadap resiko


(32)

maka semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang digunakan, (2) persepsi petani tentang ketahanan kultivar tomat terhadap OPT, semakin rendah ketahanan suatu kultiivar semakin tinggi kuantitas penggunaan pestisida kimia yang digunakan, serta (3) pengetahuan petani tentang bahaya pestisida, semakin rendah pengetahuan petani semakin tinggi kuantitas pestisida yang digunakan.

Berdasarkan penelitian Wahyuni (2010) berjudul perilaku petani bawang merah dalam penggunaan dan penanganan pestisida serta dampaknya terhadap lingkungan (studi kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kebupaten Brebes), menunjukkan bahwa perilaku penggunaan dan penanganan pestisida masih buruk yang ditemui pada semua tahapan-tahapan penanganan pestisida, yaitu mulai dari tahap pemilihan jenis pestisida, penyimpanan pestisida, praktek penyemprotan di lapangan dan tahap pembuangan bekas pestisida. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan dan penanganan pestisida adalah adanya pengaruh teman seprofesi, kurangnya sosialisasi kebijakan, sikap serta persepsi petani yang masih keliru tentang pestisida. Untuk memperbaiki perilaku petani tersebut diperlukan sosialisasi kebijakan yang dilakukan secara berkesinambungan, penyuluhan yang harus dilakukan secara intensif dengan melibatkan jumlah petani yang cukup besar melalui diskusi-diskusi kelompok, penggunaan tokoh masyarakat sebagai model, serta penerbitan produk peraturan daerah yang isinya dengan tegas mewajibkan produsen pestisida menyediakan tempat pembuangan/pemusnahan sisa kemasan pestisida dan peningkatan pengawasan atas peredaran pestisida di Kabupaten Brebes.


(33)

Dari hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan pestisida perilaku yang ditunjukan oleh petani berbeda-beda, misalnya petani tetap menggunakan pestisida walaupun serangan hanya sedikit atau tidak ada serangan hama sama sekali serta kurang tepatnya penggunaan pestisida oleh petani dalam pengaplikasiannya seperti dosis yang digunakan, waktu penyemprotan pencampuran pestisida yang dilakukan, jenis pestisida yang digunakan, serta perlengkapan yang akan digunakan pada saat penyemprotan. Alasan petani menggunakan pestisida dalam jumlah banyak karena dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti pengalaman petani, pendidikan non formal, keterlibatan organisasi, pendapatan rumah tangga dan persepsi petani. Ketergantungan petani terhadap pestisida kimia terus-menerus menyebabkan penurunan pada produktivitas hasil pertanian.

B. Kerangka Permikiran

Perilaku petani dalam menggunakan pestisida kimia merupakan tindakan-tindakan langsung yang dilakukan petani dalam penggunaan pestisida kimia diantaranya tindakan petani dalam memilih jenis pestisida yang akan digunakan dan tepat sasaran, dosis yang digunakan oleh petani apakah sudah sesuai atau belum sesuai, teknik dalam pencampuran pestisida, tindakan petani saat aplikasi, tindakan petani dalam menentukan waktu penyemprotan, jarak waktu penyemprotan kembali, tindakan dalam mengenakan perlengkapan untuk penyemprot (pelindung diri), tindakan petani dalam menyimpan pestisida dan alat semprot, serta penanganan petani setelah melakukan penyemprotan. Tindakan petani yang tidak sesuai menyebabkan dampak yang tidak baik bagi manusia dan


(34)

lingkungan. Sehingga perlu adanya pemantauan di lapangan agar petani dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia.

Perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran dimungkinkan oleh faktor yang ada dalam diri petani seperti keragaman umur, tingkat pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan dan pekerjaan sampingan. Dengan latar belakang yang berbeda-beda tentu akan melahirkan penilaian yang berbeda-beda pula. Dalam penelitian ini umur, tingkat pendidikan, tanggungan rumah tangga, pekerjaan sampingan dan luas lahan merupakan faktor bawaan yang tidak bisa diubah atau diberi perlakuan maka dalam kasus ini faktor-faktor tersebut tidak termasuk dalam analisis faktor yang mempengaruhi perilaku petani. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku petani diantaranya pengalaman, pendidikan non formal, keterlibatan organisasi, pendapatan rumah tangga dan persepsi petani terhadap serangan hama.

Pengalaman petani menggunaan pestisida dalam usahatani akan berpengaruh terhadap perilaku petani. Petani yang memiliki pengalaman lebih lama dalam berusahatani dan penggunaan pestisida maka hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan dalam pemilihan jenis pestisida dan dosis yang digunakan. Rentang waktu petani dalam pengalaman berusahatani dapat mempengaruhi perilaku petani padi dalam penggunaan pestisida kimia sehingga perilaku yang ditimbulkan juga akan berbeda-beda.

Faktor selanjutnya adalah pendidikan non formal, yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan normal. Salah satu jenis pendidikan non formal yang biasa dilakukan yaitu pelatihan dan penyuluhan. Semakin sering petani mengikuti


(35)

pelatihan dan penyuluhan maka akan semakin rendah tingkat penggunaan pestisida. Jika petani jarang atau tidak pernah mengikuti pelatihan maka akan semakin tinggi penggunaan pestisida.

Keterlibatan sosial atau organisasi juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia. Keterlibatan sosial yang dimaksud adalah seberapa banyak kegiatan organisasi yang diikuti oleh petani berupa kehadiran dalam pertemuan kelompok tani, keaktifan dalam menyampaikan usulan, keterlibatan dalam penyusunan rencana kegiatan kelompok dan pelaksanaan rencana kegiatan kelompok. Jika petani banyak mengikuti organisasi maka petani akan lebih mudah dalam bertukar pikiran untuk membahas penggunaan pestisida. Semakin banyak keterlibatan dalam organisasi semakin berkurang penggunaan pestisida kimia. Sebaliknya, tidak adanya kertelibatan dalam organisasi maka penggunaan pestisida akan semakin meningkat.

Pendapatan rumah tangga juga merupakan faktor-faktor yang mengpengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida. Pendapatan rumah tangga petani dilihat berdasarkan seluruh penghasilan petani yang terdiri dari pendapatan berusahatani padi dan pendapatan non usahatani. Pendapatan rumah tangga yang cukup tinggi menyebabkan pembelian pestisida kimia yang berlebih oleh petani padi. Semakin besar pendapatan petani semakin besar pula penggunaan pestisidanya, tingkat pendapatan yang tinggi akan cenderung berlebihan dalam menggunakan pestisida sehingga mempengaruhi perilaku petani menjadi tidak baik.


(36)

Persepsi petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam penggunaan pestisida, seperti persepsi petani terhadap risiko serangan OPT. Persepsi petani terhadap risiko dilihat dari persepsi petani terhadap serangan hama dan kegagalan usahatani. Semakin tinggi persepsi petani terhadap risiko maka semakin tinggi kuantitas pestisida yang digunakan.


(37)

Fakto-faktor yang

mempengaruhi perilaku petani: 1. Pengalaman berusahatani 2. Pendidikan non formal 3. Keterlibatan organisasi 4. Pendapatan rumah tangga

petani

5. Persepsi petani terhadap resiko serangan OPT Profil anggota kelompok

tani: 1. Usia

2. Pendidikan 3. Luas area lahan 4. Jumlah tangguan 5. Pekerjaan

sampingan

Gambar 2. Kerangka Penelitian Perilaku Petani terhadap Penggunaan Pestisida Kimia Perilaku Petani

Perilaku berupa tindakan : 1. Jenis pestisida

2. Jumlah dosis

3. Pencampuran pestisida 4. Waktu penyemprotan 5. Interval penyemprotan

6. Perlengkapan yang digunakan dalam penyemprotan

7. Aplikasi pestisida

8. Penyimpanan pestisida dan alat semprot

9. Penanganan setelah menyemprot


(38)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau meletakkan keadaan subyek atau obyek penelitian, dapat berupa individu, lembaga, masyarakat dan sebagainya. Teknik pelaksanaan menggunakan metode survei yaitu metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data yang pokok.

B. Teknik Pengambilan Sampel 1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitan dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut yang memiliki produktivitas padi yang lebih tinggi dan belum menggunakan sistem pertanian organik. Penelitian ini dilakukan di Desa Kutoanyar, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.

2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel petani dilakukan pada petani yang tergabung di Gapoktan Terpadu. Gapoktan Terpadu terdiri dari 4 kelompok tani yaitu Gemah Ripah I, Gemah Ripah II, Dadi Subur dan Dadi Makmur. Gapoktan terpadu memiliki jumlah anggota sebanyak 150 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 87 orang dan perempuan sebanyak 63 orang. Sampel yang akan digunakan hanya sampel laki-laki, karena pada dasarnya perempuan tidak melakukan penyemprotan pestisida.


(39)

Tabel 5.Jumlah Anggota Gapoktan Terpadu di Desa Kutoanyar

No. Kelompok Tani Anggota

Laki-laki Perempuan

1 Gemah Ripah I 26 1

2 Gemah Ripah II 11 8

3 Dadi Subur 41 10

4 Dadi Makmur 9 44

Jumlah 87 63

Sebelum melakukan pengambilan sampel ditentukan jumlah sampel yang akan digunakan dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

n

n

= 47

Keterangan :

n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi

e : Nilai kritis yang digunakan 0,1

Proses pengambilan sampel dari masing kelompok tani terdapat kesalahan yang dilakukan dengan metode proposional sampling yaitu pengambilan dilakukan secara langsung sesuai dengan banyaknya proporsi atau jumlah petani laki-laki dalam setiap kelompok tani. Jumlah populasi yang diambil dari masing-masing kelompok tani ditentukan menggunakan rumus berikut.

Keterangan :

n : Sampel yang akan diambil pkt : Jumlah anggota kelompok tani tps : Total populasi sampel


(40)

jks : Jumlah sampel yang telah ditentukan

Dari hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh jumlah masing-masing populasi berdasarkan kelompok tani. Setelah diketahui jumlah sampel petani setiap kelompok, maka penentuan akhir pengambilan anggota tiap kelompok dilakukan dengan cara yang direkomendasikan oleh setiap ketua kelompok tani itulah yang dijadikan sampel. Total sampel yang dibutuhkan yakni sebanyak 47 petani. Daftar jumlah sampel kelompok tani dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Proses Pengambilan Sampel Petani dari Setiap Kelompok Tani No. Nama Kelompok Jumlah Populasi Petani Sampel Petani

1 Gemah Ripah I 26 14

2 Gemah Ripah II 11 6

3 Dadi Subur 41 22

4 Dadi Makmur 9 5

Jumlah 87 47

Pada tabel 6 di atas, dari 26 petani di kelompok tani Gemah Ripah I yang akan diambil sebagai sampel sebanyak 14 responden dan yang direkomendasikan oleh ketua kelompok tani itulah yang dijadikan sampel. Untuk kelompok tani Gemah Ripah II sampel yang akan diambil dari 11 petani sebanyak 6 responden yang direkomendasikan ketua kelompok tani yang diambil menjadi sampel, begitu juga seterusnya untuk kelompok tani Dadi Subur dan Dadi Makmur. Petani yang telah direkomendasikan oleh setiap ketua kelompok tersebut adalah petani yang akan dijadikan sampel sesuai dengan kebutuhan. Contonya, jika sebanyak 14 yang dibutuhkan peneliti, ketua kelompok tani akan merekomendasikan 14 petani yang akan dijadikan sampel.


(41)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunakan dua jenis data dimana data tersebut yang akan mendukung selama proses penelitian yang dilakukan. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder, sebagai berikut: 1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung terhadap responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disediakan sebelumnya. Daftar pertanyaan dibuat sesuai dengan data yang ingin digali dari petani yaitu profil responden, luas area lahan, OPT yang menyerang tanaman padi, jenis dan jumlah penggunaan pestisida, pengaplikasian pestisida yang dilakukan dan pengalaman petani dalam menggunakan pestisida. 2. Data sekunder

Data Sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dengan cara mencatat data yang didapatkan dari literature dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari dinas atau instansi terkait penelitian ini. Data yang diambil meliputi keadaan umum tempat daerah penelitian, peta daerah, keadaan penduduk, jumlah penduduk, batas administrasi, kondisi pertanian dan lembaga-lembaga yang berpengaruh di dalamnya serta data tentang penggunaan pestisida di kabupaten Temanggung.

D. Asumsi

1. Semua petani padi menggunakan pestisida kimia dalam usahatani padi 2. Petani memahami cara penggunaan pestisida yang tepat guna


(42)

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian dilakukan pada petani padi di Gapoktan Terpadu Desa Kutoanyar, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.

2. Penelitian ini dibatasi oleh 1 musim tanam padi yaitu pada musim terakhir. 3. Sampel yang digunakan hanyalah petani laki-laki

F. Definisi Operasianal dan Pengukuran Variabel

1. Profil petani merupakan gambaran singkat mengenai karakteristik petani padi di Desa Kuto Anyar meliputi adalah umur, tingkat pendidikan, luas area lahan, jumlah tanggungan dan pekerjaan sampingan.

a. Usia adalah seberapa lamanya hidup anggota kelompok tani dari awal di lahirkan sampai penelitian ini berlangsung yang dinyatakan dalam tahun. b. Tingkat pendidikan adalah lama waktu yang ditempuh oleh anggota kelompok

tani dalam menempuh jenjang pendidikan formal yang terhitung dalam satuan tahun, dengan kategori tidak menempuh pendidikan, lulus SD, SMP, SMA/Sederajat dan Sarjana.

c. Luas area lahan merupakan sejumlah area atau tempat yang digunakan petani untuk menanam padi yang dinyatakan dalam satuan meter persegi (m2 atau Ha).

d. Jumlah tanggungan merupakan jumlah anggota keluarga yang dimiliki petani yang dinyatakan dalam jumlah orang.

e. Pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan yang dilakukan selain pekerjaannya sebagai petani, diukur dengan menggunakan skor.


(43)

2. Perilaku petani dalam menggunakan pestisida adalah tindakan yang dilakukan petani dalam menggunakan pestisida untuk pemeliharaan tanaman padi. Perilaku yang dimaksud berupa tindakan yang dilakukan petani baik dalam pemilihan jenis pestisida yang digunakan, dosis yang digunakan, pencampuran pestisida, waktu penyemprotan, interval penyemprotan dan perlengkapan yang digunakan pada saat penyemprotan. Perilaku petani diukur dengan menggunakan skor.

a. Jenis pestisida adalah tindakan yang ditunjukan oleh petani dalam memilih pestisida yang tepat dan sesuai dengan sasaran (OPT) pada tanaman padi. Indikator jenis pestisida meliputi jenis pestisida harus sesuai dengan sasaran OPT yang akan dikendalikan, jenis pestisda yang digunakan telah memiliki izin edar dan terdaftar departemen pertanian, kemasan jenis pestisida menggunakan bahasa Indonesia, jenis pestisida yang sama digunakan secara selang-seling. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

b. Dosis yang digunakan adalah tindakan petani dalam menakar dosis pertisida yang akan digunakan pada lahan tanaman padi sesuai dengan anjuran pemakaian. Untuk indikator dosis meliputi dosis yang dianjurkan sesuai dengan kemasan pestisida dan volume semprot yang digunakan saat penyemprotan. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

c. Pencampuran pestisida adalah tindakan petani dalam mencampurkan atau menyatukan pestisida dengan pestisida lainnya. Indikatornya meliputi


(44)

pencampuran dengan jenis pestisida, bahan aktif dan kelas kimia yang berbeda, lokasi yang tepat untuk melakukan pencampuran, wadah yang digunakan, alat yang digunakan untuk mengaduk pestisida dan bahan yang digunakan untuk penyampur. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

d. Waktu penyemprotan adalah tindakan petani dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi sesuai dengan anjuran. Indikator waktu penyemprotan meliputi waktu melakukan penyemprotan dan keadaan cuaca melakukan penyemprotan. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

e. Interval penyemprotan adalah tindakan petani dalam menentukan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyemprotan kembali. Indikator interval penyemprotan meliputi jarak penyemprotan ditentukan oleh serangan OPT yang akan dikendalikan dan jumlah penyemprotan yang dilakukan selama tanam. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

f. Perlengkapan penyemprotan adalah tindakan petani dalam menggunakan alat pelindung diri untuk penyemprotan. Indokator perlengkapan meliputi alat dan perlengkapan pelindung diri yang digunakan, jenis sarung tangan yang digunakan, waktu menggunakan perlengkapan. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.


(45)

g. Aplikasi pestisida adalah tindakan yang dilakukan petani saat melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi. Indikator aplikasi pestisida meliputi teknik penyemprotan dan bagian yang disemprot. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

h. Penyimpanan pestisida adalah tindakan petani dalam meletakkan pestisida dan alat semprot sesuai anjuran. Indikator penyimpanan meliputi tempat menyimpan pestisida serta peralakuan alat semprot sebelum disimpan. Kemudian penyimpanan diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

i. Penanganan adalah tindakan petani yang dilakukan setelah penyemprotan berupa memberi pentunjuk setelah melakukan penyemprotan, cuci tangan dan mandi serta mencuci pakaian yang digunakan. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.

Tabel 7. Pengukuran setiap Indikator Perilaku Penggunaan Pestisida Kimia

Indikator Skor Pengukuran Kategori

1. Jenis pestisida - Jenis pestisida yang

digunakan harus sesuai dengan sasaran OPT yang akan dikendalikan

3 Menggunakan jenis pestisida sesuai dengan sasaran OPT yang dikendalikan

Baik 2 Tidak mengetahui jenis pestisida

yang digunakan namun sesuai dengan jenis OPT

Cukup 1 Menggunakan pestisida yang

tidak sesuai dengan OPT yang dikendalikan

Kurang - Jenis pestisida yang

digunakan telah memiliki izin edar dan terdaftar dalam

departermen pertanian

3 Menggunakan pestisida yang memiliki izin edar dan terdaftar

Baik 2 Tidak mengetahui pestisida yang

memiliki izin edar dan terdaftar atau pestisida yang digunakan terdaftar namun telah habis masa


(46)

edar (kadaluarsa)

1 Menggunakan pestisida yang tidak memiliki izin edar dan terdaftar

Kurang - Jenis pestisida yang

telah memiliki izin edar dan terdaftar

kemasannya harus menggunakan bahasa Indonesia

3 Pestisida yang digunakan

kemasannya menggunakan bahasa Indonesia

Baik 2 Tidak mengetahui pestisida yang

digunakan kemasannya

menggunakan bahasa Indonesia

Cukup

1 Pestisida yang digunakan

kemasannya tidak menggunakan bahasa Indonesia

Kurang - Jenis pestisida yang

sama digunakan secara selang seling dan tidak menggunakan dalam jangka waktu yang lama

3 Menggunakan pestisida yang sama secara selang-seling dan tidak dalam jangka waktu yang lama sekitar 1-5 tahun

Baik

2 Menggunakan pestisida yang sama secara selang-seling dalam jangka waktu sekitar 6-10 tahun

Cukup

1 Menggunakan pestisida yang sama dalam jangka waktu yang lama lebih dari 10 tahun

Kurang

2. Dosis

- Dosis yang dianjurkan untuk penyemprotan adalah dosis yang sesuai dengan kemasan

3 Menggunakan takaran pestisida yang sesuai dengan anjuran pada kemasan

Baik 2 Tidak mengetahui bahwa telah

menggunakan pestisida yang sesuai dengan anjuran pada kemasan pestisida

Cukup

1 Menggunakan takaran pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran pada kemasan atau menggunakan takaran tutup botol

Kurang

- Volume semprot yang dianjurkan untuk antara 200-600 liter/ha

3 Menggunakan volume semprot antara 200-600 liter/ha

Baik 2 Tidak mengetahui penggunaan

volume semprot, namun masih menggunakan volume semprot antara 200-600 liter/ha

Cukup

1 Menggunakan volume semprot lebih dari 600 liter/ha

Kurang 3. Pencampuran


(47)

- Pencampuran yang sesuai yaitu

pencampuran dengan jenis pestisida, bahan aktif dan kelas kimianya yang berbeda.

3 Melakukan pencampuran pestisida sesuai anjuran (sangat direkomendasikan) dengan jenis pestisida, bahan kimia, dan golongan pestisida yang berbeda atau tidak melakukan

pencampuran pestisida pada tanaman padi

Baik

2 Tidak mengetahui bahwa pencampuran yang dilakukan telah sesuai dengan anjuran atau pencampuran yang sedikit dianjurkan

Cukup

1 Melakukan pencampuran pestisida tidak sesuai anjuran dengan jenis pestisida, bahan kimia, dan golongan pestisida yang sama

Kurang

- Lokasi untuk melakukan pencampuran

3 Melakukan pencampuran di luar rumah dan terhindar dari sinar matahari

Baik 2 Melakukan pencampuran di

bawah sinar matahari

Cukup 1 Melakukan pencampuran

disembarang tempat

Kurang - Wadah yang digunakan

untuk pencampur an

3 Melakukan pencampuran di ember sebelum di masukkan ke dalam tangki

Baik 2 Melakukan pencampuran dengan

gayung sebelum di masukkan ke dalam tangki

Cukup 1 Melakukan pencampuran

langsung pada tangki

Kurang - Alat yang digunakan

untuk mengaduk larutan pestisida

3 Menggunakan kayu, ranting dan sendok untuk mengaduk larutan pestisida pada wadah atau tangki

Baik 2 Menggunakan sendok untuk

mengaduk larutan pestisida pada wadah atau tangki

Cukup 1 Menggunakan tangan untuk

mngaduk larutan pestisida atau tidak menggunakan pengaduk saat melakukan pencampuran

Kurang

4. Waktu penyemprotan - Waktu melakukan

penyemprotan

3 Melakukan penyemprotan pada waktu yang sesuai dianjurkan :


(48)

pagi sesudah tidak ada embun sebelum pukul 10.00 dan sore pukul 16.00-17.00

2 Melakukan penyempotan pada waktu sore pukul 16.00-17.00

Cukup 1 Melakukan penyemprotan tidak

pada waktu yang sesuai anjuran

Kurang baik - Keadaan cuaca 3 Penyemprotan dilakukan pada

keadaan cuaca yang sedang, tidak terlalu kering, tidak basah dan angin tidak kencang

Baik

2 Penyemprotan dilakukan pada keadaan cuaca panas atau basah

Cukup 1 Penyemprotan dilakukan pada

keadaan cuaca yang kering, basah dan angin kencang.

Kurang baik

5. Interval Penyemprotan - Jarak untuk melakukan

penyemprotan kembali di tentukan dengan jenis serangan OPT yang akan dikendalikan

3 Jarak penyemprotan kembali dilakukan setelah adanya serangan OPT yang telah mencapai ambang pengendalian

Baik

2 Jarak penyemprotan kembali dilakukan setelah ada beberapa serangan OPT

Cukup 1 Jarak penyemprotan kembali

dilakukan sebelum adanya serangan OPT

Kurang - Jumlah penyemprotan

selama tanam

3 Penyemprotan tanaman padi dilakukan sebanyak 2 kali selama tanam

Baik 2 Pentani tidak mengetahui berapa

kali melakukan penyemprotan selama tanam

Cukup

1 Penyemprotan tanaman padi

dilakukan lebih dari 2 kali selama tanam

Kurang 6. Perlengkapan

- Perlengkapan penyemprotan

3 Menggunakan semua

perlengkapan penyemprotan berupa sarung tangan, masker, pakaian tertutup, tutup kepala dan sepatu

Baik

2 Menggunakan sebagian perlengkapan penyemprotan


(49)

berupa pakaian tertutup, penutup kepala, masker atau sarung tangan saja

1 Hanya menggunakan pakaian tertutup dan tutup kepala

Kurang - Jenis sarung tangan yang

baik digunakan adalah sarung tangan jenis nitril

3 Menggunakan sarung tangan dari bahan nitril

Baik 2 Menggunakan sarung tangan

plastik atau kain

Cukup 1 Tidak menggunakan sarung

tangan

Kurang 7. Aplikasi pestisida

- Penyemprotan dilakukan sesuai dengan arah angin

3 Melakukan penyemprotan sesuai dengan arah angin

Baik 2 Melakukan penyemprotan dengan

jarang memperhatikan arah angin

Cukup 1 Melakukan penyemprotan tidak

sesuai dengan arah angin

Kurang - Bagian yang disemprot 3 Mengarahkan alat semprot pada

bagian tanaman padi yang diserang OPT khususnya daun

Baik 2 Jarang mengarahkan alat semprot

pada bagian tanaman pada yang diserang OPT

Cukup 1 Menyemprot semua bagian

tanaman padi

Kurang 8. Penyimpanan

- Tempat penyimpanan pestisida dan alat semprot

3 Pestisida di simpan pada ruangan tertutup dan tidak terkena sinar matahari serta jauh dari jangkauan anak-anak dan hewan ternak.

Baik

2 Pestisida di letakkan di dalam rumah bagian belakang, tidak terkena sinar matahari dan jauh dari jangkauan anak-anak

Cukup

1 Menyimpan dan meletakan pestisida pada sembarang tempat

Kurang - Alat semprot sebaiknya

dicuci terlebih dahulu sebelum disimpan

3 Sebelum menyimpan, alat semprot dicuci terlebih dahulu

Baik 2 Sebelum menyimpan, alat

semprot jarang dicuci terlebih dahulu

Cukup 1 Sebelum menyimpan, alat

semprot tidak dicuci terlebih dahulu

Kurang


(50)

- Memberikan petunjuk bahwa telah dilakukan penyemprotan pestisida

3 Setelah melakukan penyemprotan petani selalu memberi petunjuk bahwa telah melakukan

penyemprotan pestisida

Baik

2 Setelah melakukan penyemprotan petani jarang memberi petunjuk bahwa telah melakukan

penyemprotan pestisida

Cukup

1 Setelah melakukan penyemprotan petani tidak memberi petunjuk bahwa telah melakukan

penyemprotan pestisida pada tanaman padi

Kurang

- Cuci tangan dan mandi setelah menyemprot

3 Setelah melakukan penyemprotan petani langsung cuci tangan dan mandi

Baik 2 Setalah melakukan penyemprotan

petani hanya mencuci tangan

Cukup 1 Setelah melakukan penyemprotan

petani tidak langsung cuci tangan dan mandi pada sore hari

Kurang - Pakaian yang digunakan

harus dicuci dengan terpisah

3 Pakaian yang digunakan langsung dicuci secara terpisah

Baik 2 Pakaian yang digunakan tidak

langsung di cuci

Cukup 1 Pakaian yang digunakan tidak

pernah di cuci

Kurang

3. Faktor-faktor adalah hal-hal yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia baik hal yang bersifat positif dan bersifat negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari pengalaman dalam berusaha tani, pendidikan non formal, keterlibatan sosial dan pendapatan rumah tangga petani.

a. Pengalaman merupakan seberapa lama petani menggunaan pestisida kimia untuk tanaman padi selama penanaman hingga penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.


(51)

b. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan di luar pendidikan lembaga formal yang pernah ditempuh responden, dihitung dengan frekuensi dalam mengikuti kegiatan penyuluhan, pelatihan dan kursus dalam bidang pertanian. Diukur dengan menggunakan skor.

c. Keterlibatan sosial atau organisasi adalah seberapa banyak organisasi yang diikuti oleh petani selain dari kelompok tani. Keterlibatan sosial dilihat dari berupa indikator yaitu kehadiran dalam pertemuan kelompok tani, keaktifan dalam menyampaikan usulan, keterlibatan dalam penyusunan rencana kegiatan kelompok, pelaksanaan rencana kegiatan kelompok, keaktifan mengikuti kegiatan kelompok. Kemudian diukur dengan menggunakan skor.

d. Pendapatan rumah tangga adalah hasil yang diperoleh petani dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari luar usahatani dinyatakan dalam Rupiah (Rp.).

e. Persepsi risiko merupakan pandangan petani terhadap risiko serang OPT dan jenis padi yang digunakan sesuai dengan tindakan petani. Diukur dengan skala ordinal yaitu ringan, sedang dan berat.

G. Teknis Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data sudah dikumpulkan dari seluruh responden dan kemudian dilakukan tabulasi data. Berikut teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

1. Profil kelompok tani dianalisis secara deskripsi yaitu memaparkan keseluruhan yang terkait dengan sejarah kelompok, struktur organisasi. Selain itu juga memaparkan profil anggota kelompok tani yang terdiri dari umur,


(52)

tingkat pendidikan, luas lahan yang digunakan, pendapatan rumah tangga petani dan pekerjaan sampingan.

2. Untuk mengetahui perilaku petani dalam penggunaan pestisida di Desa Kuto Anyar menggunakan perhitungan interval sebagai berikut:

= - = 15,33

Tabel 8.Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia Kategori perilaku petani dalam menggunakan pestisida

kimia

Kisaran Skor

Kurang 23,00 – 38,32

Cukup 38,33 – 53,66

Baik 53,67 – 69,00

Kisaran skor 23,00 – 69,00

Keterangan:

a. Apabila perilaku petani padi dalam penggunaan pestisdia kimia memiliki nilai pengukuran di kisaran 23,00 – 38,32 maka indikator perilaku termasuk dalam kategori “ kurang”.

b. Apabila perilaku petani padi dalam penggunaan pestisdia kimia memiliki nilai pengukuran di kisaran 38,32 – 53,66 maka indikator perilaku termasuk dalam kategori “ cukup”.

c. Apabila perilaku petani padi dalam penggunaan pestisdia kimia memiliki nilai pengukuran di kisaran 53,67 – 69,00 maka indikator perilaku termasuk dalam kategori “ baik”.

Sedangkan untuk mengetahui kategori perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia setiap indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(53)

Tabel 9. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia setiap Indokator No. Indikator Kisaran

Skor

Kategori

Kurang Baik Cukup Baik 1. Jenis 4 – 12 4,00 – 6,67 6,67 – 9,34 9,34 – 12,00 2. Dosis 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 3. Pencampuran 4 – 12 4,00 – 6,67 6,67 – 9,34 9,34 – 12,00 4. Waktu 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 5. Interval 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 6. Perlengkapan 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 7. Aplikasi 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 8. Penyimpanan 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 9. Penanganan 3 – 9 3,00 – 4,99 5,00 – 7,09 7,00 – 9,00

Total 24 – 72 23,00 – 38,31 38,32 – 53,69 53,70 – 69,00

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia yaitu penyajian data dilakukan menggunakan perhitungan korelasi dengan Rank Spearman. Teknik korelasi adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yang datanya berupa ranking. Rumus korelasi adalah :

Keterangan :

rs : Koefesien korelasi Spearman Di : Selisih peringkat dari setiap data

: Jumlah sampel atau data

Setelah menentukan nilai koefisien korelasi dari rumus diatas maka langkah selanjutnya adalah menempatkan nilai atau hasil korelasi ke dalam interval nilai untuk mengetahui hubungan yang akan dihasilkan. Interval nilai korelasi dan kekuatan hubungan dari hasil dapat dilihat pada Tabel 10.


(54)

Tabel 10. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan Interval Nilai Kekuatan Hubungan

r = 1,00 Kondisi sempurna

0,90 < r < 1,00 Hubungan kuat sekali atau tinggi 0,70 < r ≤ 0, 0 Hubungan kuat atau tinggi 0,40 < r ≤ 0,70 Hubungan cukup berarti 0, 0 < r ≤ 0,40 Hubungan rendah atau pasti 0,00 < r ≤ 0, 0 Rendah sekali atau lemah sekali


(55)

43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Kutoanyar

1. Kondisi Fisik dan Geografis Kecamatan Kedu

Kecamatan Kedu merupakan salah satu kecamatan dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jumo, sebelah selatan bertasan dengan Kecamatan Temanggung, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bulu dan Kecamatan Parakan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Temanggung. Wilayah Kecamatan Kedu terletak pada ketinggian mulai dari 569 sampai 767 m dpl, dengan suhu maksimum 29°C dan suhu minimum 18°C.

Luas wilayah Kecamatan Kedu sebesar 3.498 ha, yang penggunaannya dibagi dalam lahan pertanian sebesar 2190 ha dan lahan bukan pertanian sebesar 1308 ha. Luas lahan sawah menurut jenis pengairan terbagi menjadi pengairan teknis seluas 1.161 ha, pengairan setengah teknis 931 ha, pengairan sederhana PU 59,35 ha, pengairan sederhana 35,80 ha dan sawah tadah hujan seluas 2 ha. Sedangkan lahan bukan sawah digunkan sebagai bangunan seluas 490,33 ha, untuk ladang seluas 494,62 ha, untuk pekerbunan rakyat seluas 244,90 ha dan luas lainnya seluas 78,34 ha.

2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kecamatan Kedu

Kecamatan Kedu terdiri dari 14 desa, 105 dusun, 421 rukun tangga (RT) dan 108 rukun warga (RW). Desa dengan jumlah dusun, RW dan RT terbanyak adalah desa Mergowati sebanyak 11 dusun, 12 RW dan 37 RT dan Desa Kutoanyar merupakan desa terkecil dengan jumlah 3 dusun, 4 RT dan 16 RT.


(56)

Jumlah penduduk di Kecamatan Kedu mencapai 56.142 jiwa, terdiri dari 28.234 penduduk laki-laki dan 27.908 penduduk perempuan yang tersebar di seluruh desa yang ada di Kecamatan Kedu. Sementara itu, untuk ketenagakerjaan di Kecamatan Kedu, yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah bidang pertanian sebanyak 43,96 % penduduk bekerja di sektor pertanian, sebanyak 1,22% bekerka disektor pertambangan, sebanyak 11,37 % bekerja dibidang industri pengolahan, 8,81 % di sektor bangunan, 13,05 % disektor perdagangan, 11,05 % di sektor jasa-jasa dan sisanya bekerja di sektor lain.

3. Pertanian di Kecamatan Kedu

Secara topografi Kecamatan Kedu berupa dataran, lahan pertaniannya terutama lahan sawah berupa hamparan, sehingga sangat potensial untuk budidaya pertanian terutama tanaman pangan yaitu padi dan palawija, hal ini didukung juga dengan pengairan yang memadai. Produksi padi pada tahun 2014 dari luas lahan yang ditanami padi seluas 2.425 ha mengahsilkan produksi padi sebesar 15.507 ton. Komoditas jagung dari 568 ha lahan yang ditanami menghasilkan produksi sebesar 2.196 ton. Produksi ketela pohon 2.568 ton dari 190 ha.

Sedangakan untuk komoditas kacang tanah produksinya mencapai 78 ton. Komoditas sayuran juga banyak ditemukan di Kecamatan Kedu. Produksi cabe besar mencapai 8.075 kw dari lahan 323 ha, cabe rawit dari luas lahan 377 ha menghasilkan 9.425 kw, kubis 14.735 kw dari lahan 421 ha, kacang merah berproduksi 1.520 kw dari lahan seluas 38 ha.


(57)

B. Keadaan Umum Desa Kutoanyar

Salah satu diantara 14 Desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung adalah Desa Kutoanyar. Desa Kutoanyar terdiri dari 3 Dusun, 4 rukun warga (RW) dan 16 rukun tangga (RT) dengan jumlah penduduk 3.263 jiwa. Desa Kutoanyar merupakan daerah tropis dengan ketinggian wilayah mencapai 732 meter diatas permukaan laut. Berikut batasan-batasan Desa Kutoanyar, sebagai berikut :

- Sebelah Barat : Desa Campursalam Kecamatan Parakan - Sebelah Timur : Desa Mergowati

- Sebelah Utara : Desa Kundisari - Sebelah Selatan : Desa Mojotengah


(58)

Luas wilayah Desa Kutoanyar kurang lebih 111,13 ha yang terbagi dari lahan sawah sebesar 98,57 ha dan lahan bukan sawah sebesar 12,56 ha. Luas wilayah Desa Kutoanyar merupakan luas yang paling kecil dibandingkan dengan 13 desa lainnya yang terdapat di Kecamatan Kedu. Namun Desa Kutoanyar memiliki potensi pertanian yang cukup tinggi yang dibuktikan dengan hasil produktivitas tanaman pangan yang cukup tinggi.

Luas lahan yang digunakan pada sektor pertanian di Desa Kutoanyar mencakup beberapa macam komoditas tanaman pangan, seperti padi, jagung dan ketela pohon dan ketela rambat. Hasil produktivitas yang paling dominan dari komoditas tanaman pangan adalah padi jika dibandingkan dengan desa lainnya yang terdapat di Kecamatan Kedu. Hasil produktivitas tanaman padi tersebut didukung dengan kondisi alam yang subur dan berpotensi untuk pertanian.

Tabel 11. Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

No Desa Padi

Panen (Ha.) Produksi (Ton) Prosutivitas (Ha/kw)

1 Danurejo 195.65 1408.71 72.00

2 Salamsari 124.81 811.29 65.00

3 Candi Mulya 173.39 1075.02 62.00

4 Kedu 306.97 1995.33 65.00

5 Mojo Tengah 220.62 1434.01 65.00

6 Kutoanyar(*) 124.81 923.62 74.00

7 Tegal Sari 203.08 1218.45 60.00

8 Kundi Sari 175.41 1052.48 60.00

9 Mergowati 172.04 1032.24 60.00

10 Karangtejo 101.88 611.25 60.00

11 Ngadimulyo 154.5 1004.25 65.00

12 Gondang Wayang 122.79 736.74 60.00

13 Bojonegoro 133.58 908.37 68.00

14 Bandunggede 215.89 1295.37 60.00


(1)

141

2 M, PT, PK 1 Tidak menggunakan 2 Menggunakan tidak lengkap

2 PT, PK 1 Tidak menggunakan 1 Tidak Lengkap

2 PT, PK, S 1 Tidak menggunakan 1 Tidak Lengkap

2 M, PT, PK, S 1 Tidak menggunakan 2 Menggunakan tidak lengkap

Keterangan :

M : Masker

ST : Sarung tangan

PT : Pakaian tertutup

PK : Penutup kepala


(2)

142 Lampiran 12. Penyimpanan Pestisida dan Alat semprot, serta Aplikasi Penyemprotan Pestisida

Penyimpanan Pestisida dan Alat Semprot Aplikasi Pestisida

Skor Tempat Skor Pencucian Alat Skor Arah Angin Skor Bagian semprot

3 Gudang 1 Tidak dicuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 1 Tidak dicuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

1 Gudang 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

3 Gudang 1 Tidak dicuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

2 Ruangan Terbuka 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 2 Tanpa melihat arah angina 3 Daun

2 Sudut Rumah 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

1 Ruang Tamu 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

2 Gudang 3 Cuci 2 Tanpa melihat arah angina 3 Daun


(3)

143

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

1 Ruang Tamu 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 1 Tidak dicuci 3 Searah 3 Daun

2 Sebelah WC 1 Tidak dicuci 3 Searah 3 Daun

1 Sudut Rumah 1 Tidak dicuci 2 Tanpa melihat arah angina 1 Seluruh bagian tanaman

1 Dapur 2 Sesekali cuci 3 Tidak 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

2 Sudut Rumah 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

1 Ruang Tamu 3 Cuci 2 Tanpa melihat arah angina 1 Seluruh bagian tanaman

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 2 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

2 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

3 Gudang 3 Cuci 3 Searah 1 Seluruh bagian tanaman

1 Ruang Tamu 3 Cuci 3 Searah 3 Daun

2 Sebelah WC 1 Tidak dicuci 2 Tanpa melihat arah angina 3 Daun


(4)

144 Lampiran 13. Penanganan Setelah Penyemprotan

Penanganan

Skor Tanda Skor Membersihkan diri Skor Pakaian

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

3 Ya 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Digantung di gudang

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Digantung di gudang

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Digantung di gudang

1 Tidak 2 Cuci tangan 3 Langsung dicuci secara terpisah

3 Ya 2 Cuci tangan 3 Langsung dicuci secara terpisah


(5)

145

1 Tidak 2 Cuci tangan 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 2 Cuci tangan 2 Dicuci bersama pakaian keluarga

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 3 langsung Mandi 2 Dicuci bersama pakaian keluarga

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Digantung di gudang

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Digantung di gudang

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Digantung di gudang

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Digantung di gudang

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Digantung di gudang

1 Tidak 2 Cuci tangan 3 Langsung dicuci secara terpisah

2 Ya, khusus herbisida 2 Cuci tangan 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 2 Cuci tangan 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah


(6)

146

1 Tidak 3 langsung Mandi 3 Langsung dicuci secara terpisah

1 Tidak 3 langsung Mandi 1 Tanpa dicuci

1 Tidak 2 Cuci tangan 1 Tanpa dicuci


Dokumen yang terkait

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

5 44 184

TINGKAT PENGETAHUAN PETANI PADI TENTANG DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI LINGKUNGAN HIDUP DI DESA SUMBERAHAYU KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2015

1 8 79

MANAJEMEN MARCHING BAND MI AL HUDA DESA KUTOANYAR, KEC. KEDU, KAB. TEMANGGUNG

0 38 92

Perilaku Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan Usaha Tani Tanaman Pangan : Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang

0 10 166

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

2 12 84

PERILAKU PETANI SLPHT DAN NON-SLPHT DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA SINTETIS PADA TANAMAN SAYURAN DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK.

0 0 6

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN PESTISIDA DAN GEJALA KERACUNAN YANG DITIMBULKAN PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

0 8 78