Warta Konservasi Lahan Basah

KEINDAHAN ALAM TELUK YOTEFA POTENSI EKOSISTEM MANGROVE YOTEFA

Letaknyaa yang melingkari sisi timur kota Jayapura dan Pada garis pantai yang masih terlindung, potensi diapit hutan bakau/mangrove menjadikan Teluk Yotefa

mangrove yang masih berada dalam kondisi baik sebagai tempat berkembang-biota air seperti kepiting dan

kurang lebih sekitar 200m ketebalannya dari garis udang serta memberikan panorama yang memukau di

pantai dan sedikitnya terdapat tujuh jenis mangrove kawasan perairan Jayapura (Gambar 1). Di sisi lain, hutan

seperti yang ditunjukan pada Tabel 1. bakau di Teluk Yotefa menjadi kawasan penyangga abrasi sungai dan abrasi laut yang mengancam penduduk di

Tabel 1. Jenis mangrove di Teluk Yotefa kawasan Kampung Tobati dan Kampung Enggros serta

Nafri yang merupakan kampung asli masyarakat setempat

Famili

Spesies

Nama Lokal

yang berdiam di sepanjang teluk ini (Gambar 2).

Arecaceae

Nypa fruticans Nipa

Kawasan Teluk Yotefa yang terkenal karena panorama serta Rhizoporaceae Rhizopora apiculata Mangi-mangi

Mangi-mangi sumberdaya lautnya kemudian ditetapkan oleh Pemerintah

R. mucronata

Lolaro Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

Ceriops tagal

372/Kpts/UM/6/1978 tertanggal 9 Juni 1978 dengan tujuan Sonneratiaceae Sonneratia alba Lolaro utamanya untuk menjaga kelestarian alamnya. Memiliki

S. caseolaris

Lolaro

Lolaro memberikan harapan karena memiliki ekosistem mangrove,

luas kawasan 1.659ha atau 165km 2 kawasan ini banyak

S. ovata

lamun, terumbu karang yang berfungsi sebagai habitat ikan Pengamatan singkat yang dilakukan menunjukan dan organisme laut lainnya, dan yang paling penting sebagai

bahwa selain merupakan habitat biota air, areal kawasan wisata laut di Jayapura. Salah satu kawasan

mangrove di Teluk Yotefa juga merupakan habitat wisata laut yang cukup menarik adalah Wisata Pantai

bagi jenis burung tertentu, khususnya yang Hamadi tetapi dari pengamatan penulis, pamanfaatannya

menyenangi areal lahan basah. Jenis burung belum optimal karena terkendala berbagai faktor, misalnya

yang terpantau pada saat pengamatan dapat dilihat siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan

pada Tabel 2.

kawasan, karena areal tersebut merupakan hak ulayat masyarakat setempat (Gambar 3).

Gambar 1. Teluk Yotefa (Foto: F. Pattiselanno)

Gambar 2. Areal mangrove Teluk Yotefa

Gambar 3. Daerah Wisata Pantai Hamadi

(Foto: A. Arobaya)

(Foto: F. Pattiselanno)

16 16 16 16 16 zz z z z z z zz z zz z z z Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah

Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 z zz z z z zz z z z zz z z 17 17 17 17 17

Berita dari Lapang

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP KELESTARIAN YOTEFA

Pengembangan wilayah Papua yang berjalan sangat cepat tanpa disadari memberikan konsekuensi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Kawasan bakau yang tadinya mempunyai multifungsi semakin berkurang terlihat seiring semakin merebaknya berbagai aktivitas pembangunan seperti perumahan, gudang barang, supermarket, tempat hiburan, restoran, hotel dan rumah sewa (Gambar 4 dan 5). Hutan bakau di daerah Entrop yang termasuk dalam kawasan Taman Wisata Teluk Yotefa mulai berangsur- angsur hilang tahun 1983 ketika Gubernur Irian Jaya (Papua-Red) Izaac Hindom menetapkan Entrop menjadi areal Pasar dan Terminal Induk Kota Jayapura.

Pada tahun 2004 Bapedalda Kota Jayapura melakukan survey terhadap parameter kualitas air laut di Teluk Yotefa pada tiga lokasi yaitu daerah Abe Pantai, kawasan rekreasi Pantai Tobati dan Enggros. Hasil survey menunjukan bahwa beberapa parameter yang diukur telah menunjukan kondisi yang cukup menguatirkan. Di kawasan Abe Pantai misalnya kadar minyak dan lemak mencapai 8,19 mg/lt (standar 5mg/lt). Selain itu juga terdeteksinya keberadaan kandungan logam berat Chrom (Cr) yang telah mencapai 0,01 mg/lt, Timbal (Pb) telah mencapai angka 0,03 mg/lt serta kadar Merkuri (Hg) sebesar 0,02 mg/lt yang seharusnya tidak boleh ada dalam air dengan persyaratan kualitas air sehat.

Keberadaan ketiga jenis logam berat ini diduga akibat akumulasi dalam

kurun waktu tertentu sebagai akibat aktivitas berbagai usaha industri yang berkembang akhir-akhir ini di Jayapura khususnya di sekitar perairan Teluk Yotefa (Hamadi, Entrop, Kotaraja, Abepura dan Jayapura), misalnya perbengkelan kendaraan bermotor misalnya merebak dengan pesatnya di sepanjang jalur Jayapura – Abepura – Abe Pantai. Penanganan limbah bengkel, sisa olie, minyak dan cairan berbahaya lainnya yang kurang baik tanpa disadari terbawa saluran air, sungai kecil yang semuanya bermuara di Teluk Yotefa. Akibat limpahan sampah industri dan rumah tangga lainnya telah membuat permukaan Teluk Yotefa di bagian- bagian tertentu kelihatan seperti berminyak. Kondisi ini semakin diperburuk dengan pembuangan limbah dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura, RS Bhayangkara di Kotaraja dan RS TNI AL di Distrik Jayapura Selatan yang kesemuanya bermuara di Teluk Yotefa.

Keadaan yang semakin kompleks inilah yang menyebabkan masyarakat Kampung Tobati dan Enggros di Distrik Jayapura Selatan Jayapura, pernah meminta para ahli untuk meneliti dugaan pencemaran di perairan Teluk Yotefa yang disinyalir telah memunahkan biota laut yang selama ini dibutuhkan warga di daerah itu. Di sisi lain dugaan pencemaran semakin kuat dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat setempat yang belakangan menderita penyakit penyakit kulit dan gatal-gatal.

Perkembangan kota Jayapura menjadi kota jasa, perdagangan, dan pariwisata sudah tentu harus didukung oleh fasilitas pelabuhan bongkar muat barang dan penumpang yang layak dan memenuhi syarat. Konsekuensi dari pertumbuhan arus bongkar muat

Tabel 2. Jenis burung di Teluk Yotefa

Famili Spesies

Nama Lokal

Accipitridae Pandion haliaetus

Elang tiram

Alcedinidae Alcedo azurea

Raja udang biru langit

A. atthis

Raja udang erasia

Ardeidae Egretta garzetta

Kuntul kecil

E. sacra

Kuntul karang

Laridae Gygis alba

Dara laut putih

Paradisaeidae Paradisaea apoda

Cenderawasih besar

Psittacidae Eclectus roratus

Nuri bayan

Lorius lorry

Kasturi kepala hitam

Sulidae Sula leucogaster

Angsa batu coklat

.....bersambung ke hal 20

Gambar 4. Kawasan Perdagangan Barang & Jasa di Entrop (Foto: F. Pattiselanno)

Gambar 5. Penimbunan kawasan mangrove

untuk pembangunan (Foto: F. Pattiselanno)

Berita dari Lapang

Penentuan Daerah Konservasi Laut Daerah Berdasarkan Informasi Suhu Permukaan Laut

(Pendekatan bagi Ekosistem Terumbu Karang di Papua)

Oleh: Gandi Y.S. Purba*

pemanasan suhu global menambah kecemasan T

erumbu karang adalah salah satu segala kegiatan manusia maka peran ekologis, ekosistem penting di wilayah pesisir. Ancaman

lingkungan, bahkan ekonomis dapat dirasakan secara kepunahan skala besar yang disebabkan oleh

maksimal.

setelah kerusakan yang dilakukan manusia. Suhu sebagai syarat hidup utama karang, kenaikannya

PENENTUAN KKLD

akan menyebabkan pemutihan yang pada akhirnya akan mati karena ketidakmampuan karang untuk

Penentuan KKLD harus mempertimbangkan prinsip- beradaptasi. Menurut laporan NOAA Coral Reef

prinsip konservasi, yakni kondisi terumbu karang Watch (CRW), khusus di Perairan Papua bagian

yang baik dengan keanekaragaman yang tinggi. utara, di tahun 1998 yang merupakan tahun terkuat

Idealnya lokasi tersebut memiliki 50% tutupan karang fenomena ELNINO, kenaikan suhu di sekitar Kepala

hidup. Akan tetapi penghancuran global melalui Burung mencapai 2 0 C dan Teluk Cendrawasih 1 0 C kenaikan SPL membuka lebar segala kemungkinan

(http://coralreefwatch.noaa.gov/satellite). Apabila untuk punahnya suatu kawasan terumbu dalam peningkatan 1°C saja bertahan selama 10 minggu

jangka waktu yang singkat. Karenanya diperlukan atau lebih, maka pemutihan pasti terjadi.

lokasi yang tepat, dimana karang dapat bertahan untuk tetap hidup sehat walaupun suhu bertambah

Maka dari itu diperlukan upaya untuk melindungi panas. Dua hal yang harus diperhatikan dalam ekosistem ini dengan tindakan pengelolaan yang

penentuan KKLD berdasarkan informasi SPL, yakni : tepat. Upaya penetapan Kawasan Konservasi Laut

Daerah (KKLD) dapat membantu mempercepat

Kondisi Karang

regenerasi karang atau menjaga dan menjamin Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan kehadiran terumbu yang sehat agar dilindungi dengan ketat.

karang sehat. Kriteria ini juga merupakan kriteria Diharapkan bila lokasi ini ditetapkan untuk dibatasi dari

yang lazim dalam pertimbangan penentuan KKLD.

18 18 18 18 18 z zz z z z z zz z z zz z z Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah

Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 z zz z z z zz z z z zz z z 19 19 19 19 19

Berita dari Lapang

Akan tetapi lokasi yang dipilih adalah kehadiran karang sehat di suatu lokasi yang memiliki variabilitas SPL yang tinggi. Atau karang sehat di lokasi yang series SPL-nya menunjukkan kecederungan naik dari waktu ke waktu.

Kondisi Oseanografi

Kondisi oseanografi adalah pertimbangan berikutnya untuk penentuan KKLD. Dengan anggapan kehadirannya akan menciptakan suatu kondisi yang stabil bagi karang untuk hidup dengan baik. Misalnya, daerah “terpencil” atau rataaan yang memiliki pasang yang rendah, sirkulasi terbatas dan daerah upwelling (air naik). Lokasi-lokasi ini memiliki kemampuan untuk menetralisir air hangat dari panasnya siang dengan air dingin malam hari ataupun dengan air dingin yang naik dari kedalaman ke permukaan lewat proses upwelling. Demikian juga lokasi dimana menjadi tempat yang dilewati secara terus menerus oleh arus dingin. Arus ini berperan meredam hangatnya air yang mengalami proses pemanasan sinar matahari.

PEREKAM SUHU

Variabilitas SPL didapatkan dengan adanya kerja perekam suhu yang secara terus menerus merekam kondisi suhu perairan setempat. Dari berbagai kegiatan pemantauan pemutihan karang di dunia ataupun untuk kepentingan kelautan yang lain, sering digunakan perekam suhu temperatur logger seperti yang ditampilkan pada Gambar

1. Interval suhu yang direkam disesuaikan dengan objek yang ingin dikaji. Tentunya interval waktu yang sempit (15 atau 20 menit) akan lebih baik. Karena dengan demikian kita dapat mengetahui fluktuasi SPL yang dibangkitkan oleh upwelling, lintasan arus, ataupun fenomena-fenomena yang lain yang terjadi dengan jangka waktu yang singkat.

Perekam suhu ini dibenamkan pada kedalaman 3m (kedalaman ideal karang), 10m, ataupun 20m. Apabila pada satu lokasi dibenamkan dua perekam dengan kedalaman berbeda, maka fenomena upwelling dapat lebih ditegaskan. Setiap 6 sampai dengan 12 bulan perekam data di-download untuk selanjutkan diintrepetasikan tampilan grafik datanya.

KKLD DI RAJA AMPAT PAPUA BERDASARKAN INFORMASI SPL

Erdmann (2008) mengemukakan, dari beberapa perekam suhu yang di pasang di lokasi daerah upwelling di Raja Ampat, dapat disimpulkan kalau karang di daerah tersebut dapat hidup pada variasi suhu hingga mendekati 17°C (19.33-36.04°C). Daerah terumbu yang memiliki variasi suhu harian yang tinggi ini umumnya memiliki sirkulasi air yang terbatas, mengalami kondisi pemanasan yang sangat hebat selama siang hari, dan pendinginan yang dramatis pada malam hari. Sebagai contoh, laguna dangkal di Pulau Walo, Kofiau, yang memiliki sedikitnya 20 spesies karang batu yang tumbuh subur di tempat itu, mengalami suatu kisaran suhu yang luar biasa hampir 13°C ( 23.18- 36.04°C). Kisaran ini sering terjadi dalam periode satu kali 24 jam. Selain itu Teluk Mayalibit, Teluk Sorong, daerah mangrove berair jernih di sebelah Selatan Pulau Gam (wilayah Selat Dampier) dan Pulau Nampale di sebelah Barat Laut Misool, wilayah Selatan Raja Ampat.

Hasil-hasil ini menujukkan bahwa karang batu yang berada di daerah-daerah terumbu di Raja Ampat (dan alga simbiotik zooxanthellaenya) memiliki suatu kisaran toleransi suhu yang luas, yang dapat memberikan ketahanan maksimum untuk menghadapi perubahan iklim global. Teridentifikasi 15 daerah terumbu karang yang pantas menerima “perlindungan maksimum” dari kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan dan tekanan lain. Karena terumbu-terumbu inilah yang mungkin dapat bertahan di lautan-lautan yang lebih hangat. zz

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2008. NOAA Coral Reef Watch. Methodol-

ogy, Product Description, and data Availability of NOAA Coral Reef Watch (CRW) Operational and Experimental Satellite Coral Bleaching Monitoring Product. Last update : 17 September 2008. On line pada http://coralreefwatch.noaa.gov/satellite.

Mark Erdmann. 2008. Oseanografi Bentang Laut

Kepala Burung Tanah Papua; Kajian Terhadap Suhu Permukaan Laut. Conservation International Indonesia

*Dosen pada Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari E-mail: [email protected]

Gambar Perekam suhu : (a)Tidbit dan (b) HOBO WaterTemp

Pro loggers

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

20 20 20 20 20 z zz z z z zz z z z zz z z Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah

Berita dari Lapang ○

kontainer yang begitu pesat yaitu perbaikan fasilitas penunjang yang memadai, diantaranya pembangunan dermaga kontainer dan lapangan penumpukan peti kemas, karena fasilitas yang ada sudah tidak mendukung disamping fasilitas dermaga yang sudah tua sehingga perlu pengembangan areal pelabuhan (Gambar 6). Dikuatirkan dampak dari perluasan sarana pelabuhan ini yaitu konversi kawasan pesisir termasuk areal mangrove yang tersisa untuk penataan fasilitas pelabuhan yang akan dibangun.

..... Sambungan dari halaman 17

Kelestarian Mangrove Teluk YOTEFA ...........

6. konservasi exsitu dengan teknologi penyimpanan sumber genetika.

Terjadinya erosi sumber plasma nutfah, baik flora maupun fauna akhir-akhir ini memperlihatkan gejala peningkatan. Sementara itu jenis ikan daratan yang telah dilindungi Undang Undang Konservasi Hayati 1990 hanya

5 taksa ikan air tawar dan 6 kura-kura/labi-labi karena minimnya informasi.

dikembangkan tidak sesuai dengan peruntukan lahan dan tanpa melalui AMDAL, “karena kontribusinya cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” akan memberikan dampak terhadap lingkungan alam di sekitarnya seperti perubahan fisik bentang alam dan penangangan limbah yang dapat mengancam kehidupan mahluk hidup lainnya. Kerjasama antar instansi perlu dipertegas melalui pendekatan pengelolaan kolaborasi berbasis pemberdayaan masyarakat. Usaha penyadaran terhadap masyarakat melalui tindakan advokasi perlu ditingkatkan, serta penegakan hukum yang serius harus lebih dinyatakan guna mengantisipasi tragedi lingkungan di Teluk Yotefa. Memulai sesuatu yang belum pernah dicoba memang terasa berat, tapi kalau tidak diupayakan, kapan angan-angan akan terwujud? zz

1 Peneliti pada Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Universitas Negeri

Papua, Manokwari Email: [email protected]

2 Dosen Program Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu

Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari Email: [email protected]

..... Sambungan dari halaman 7

Pelestarian Sumberdaya Perairan ...........

USAHA MEMPERTAHANKAN KONDISI KAWASAN

Keindahan pesona alam Teluk Yotefa pernah digambarkan lewat syair lagu Kelompok Musik Mambesak dari Universitas Cenderawasih yang

sempat populer di tahun 80-an. Sejalan dengan pengembangan kota Jayapura yang semakin pesat, sepertinya pesona teluk Yotefa semakin memudar.

Pada peringatan Hari Lingkungan Sedunia, 5 Juni 2007, Pemkab Jayapura melakukan penanaman 2000 ribu bibit pohon bakau dalam kawasan Teluk Yotefa agar menjadi penyangga abrasi sungai dan abrasi laut karena abrasi laut semakin masuk ke dalam areal hutan bakau tersisa. Kegiatan ini diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan bencana alam banjir dan abrasi laut dan arus gelombang pasang seperti yang dialami oleh Negara tetangga PNG pada tahun 2005 lalu.

Kondisi topografi kota Jayapura memang agak unik karena daerah yang tinggi (pegunungan) ditemukan pada bagian belakang sedangkan hamparan lahan datar dan laut di bagian depannya, sehingga tidak ada pilihan lain Pemkot Jayapura harus lebih proaktif untuk memikirkan penanganan limbah cair supaya tidak mencemari laut. Dalam era sekarang ini, jika penataan tata ruang kota yang

Dalam buku 1990 IUCN Red List of Threatened Animals tercantum 28 jenis dari 6 suku ikan daratan dan 17 jenis dari 5 suku kura-kura / labi-labi Indonesia, banyak yang dari perairan sungai dan danau-danau di Sulawesi (ikan) dan Papua (kura-kura) telah terancam keberadaannya di alam, diantaranya, bersifat endemis.

Jenis-jenis biota perairan yang dinyatakan telah terancam keberadaangya di habitat alaminya sudah didaftar di appendiks CITES untuk dibatasi pemanfaatan/ perdagangannya. zz

* Pecinta Alam Komplek Kehutanan Wanamulya Jl. Raya Tajur 328A Ciawi BOGOR 16720

Konservasi Lahan Basah ○

Gambar 6. Pelabuhan Jayapura

(Foto: F. Pattiselanno)

Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 Edisi April, 2009 z zz z z z zz z z z zz z z 21 21 21 21 21

Berita dari Lapang

(Egreta sp.) yang dulu susah dijumpai kini kembali mudah ditemukan. Kelompok Bapak HM Matin berkeinginan untuk menjadi areal rehabilitasi mereka untuk kawasan wisata mangrove dengan menyediakan pondok-pondok pemancingan dan tempat pengamatan satwa. Adakah yang ingin mensponsori?

PENUTUP: SEBUAH IRONI YANG HARUS SEGERA DIATASI

Keberhasilan Bapak HM Matin dan kelompoknya belum mampu menginspirasi sebagian besar masyarakat pantai di Kabupaten Langkat. Sangat banyak tambak terbuka yang tersebar luas dan diusahakan di kawasan mangrove Langkat kini tidak produktif lagi karena terkena serangan penyakit. Lahan- lahan tambak tersebut merupakan lahan milik masyarakat maupun areal hutan yang dikonversi secara ilegal. Sebagian besar areal tersebut malah dibiarkan begitu saja dan sebagian lagi dikonversi menjadi sawit karena tergiur oleh harga sawit yang melambung tinggi di kuartal kedua tahun 2008. Tambak-tambak yang sebelumnya sudah tidak produktif, kemudian dikeringkan dan selanjutnya ditanami sawit. Namun saat harga sawit jatuh pada kuartal ketiga tahun 2008, kini mereka kembali dirundung derita. Berharap hasil sawit pada lima tahun

lagi, kini mereka dihadapkan oleh kenyataan bahwa harga bukan mereka yang menentukan sementara ikan, udang, kepiting dan biota lainnya yang bisa sebagai sumber nafkah bagi mereka telah menghilang dari lahan mereka.

Oleh karena itu, perlu pendekatan yang menyeluruh dan tidak parsial, kemudian melibatkan para pihak terkait serta konsistensi kebijakan pemerintah dan aparatnya. Saat ini, aparat pemerintah yang sering disebut oknum diduga oleh masyarakat terlibat dalam memuluskan upaya konversi

..... Sambungan dari halaman 15

Mangrove Pulih, ...........

hutan mangrove menjadi lahan sawit. Promosi keberhasilan kelompok tani dalam merehabilitasi mangrove dan manfaat ekonomi yang mereka dapatkan harus selalu digencarkan. Selain itu, adopsi dan modifikasi rehabilitasi mangrove dengan program pengidupan (livelihood) penting dipertimbangkan dalam program GERHAN di kawasan mangrove. Dana yang biasa dibayarkan untuk pengadaan bibit dan upah tanam dialihkan kepada program menumbuhkan sumber pendapatan keluarga berbasiskan sumbedara alam dan lokan yang ada sebagai imbalan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh masyarakat, baik pada lahan milik maupun kawasan hutan. Akankah kita menjadi bagian dari perbaikan itu? Insya Allah. zz

* Dosen dan Peneliti-Dep. Kehutanan FP USU Ketua Umum ASASI Daerah Sumatera Utara Jl Tri Dharma Ujung No 1 Kampus USU Medan 20155 Email: [email protected]; webblog: http://onrizal.wordpress.com

Gambar 4. Mangrove hasil rehabilitasi berumur 4 tahun dengan tegakan yang rapat.

Pada paluh-paluh di kawasan mangrove tersebut kini kembali mudah dijumpai berbagai

jenis ikan, udang dan kepiting. Pada areal ini,

bapak HM matin dan kelompoknya berkeinginan menjadikan kawasan wisata mangrove dengan membangun pondok-pondok

pemancingan dan pengamatan satwa liar,

seperti burung air dan monyet.

(Onrizal; 13 November 2008)

Gambar 5. Burung air, seperti burung kuntul (Egreta sp.) (sebelah atas), dan kawanan monyet (sebelah bawah, dalam lingkaran) kembali mudah dijumpai di kawasan mangrove hasil

rehabilitasi.

(Onrizal; 13 November 2008)

Gambar 6. Areal tambak di Kecamatan Secanggang yang sebelumnya berupa hutan mangrove, kini dikonversi lagi menjadi kebun kelapa sawit. Sawit tersebut ditanam

sekitar bulan April 2008. (Onrizal; 13 November 2008)

22 22 22 22 22 z zz z z z zz z z z zz z z Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah Warta Konservasi Lahan Basah

Flora & Fauna Lahan Basah ○