Lingkungan Di Surakarta

B. Lingkungan Di Surakarta

1. Permasalahan lingkungan

Surakarta yang dikenal sebagai kota Budaya memiliki lingkungan kota yang kurang nyaman dengan tingginya polusi dan lngkungan yang kurang bersih. Pada sungai Kabanaran yang bermuara pada sungai Bengawan Solo, kondisinya tercemar oleh limbah industri tekstil yang ada di kawasan Laweyan. Kondisi serupa juga ditemukan pada sungai lain seperti Kali Pepe dan kali Anyar. Perilaku buruk masyarakat juga terlihat dengan membuang sampah sembarangan pada sungai dan saluran drainase yang akan menyebabkan pencemaran air serta banjir. Sungai tercemari limbah yang berasal dari rumah tangga dan sampah.

Banyaknya kendaraan bermotor

commit to user

52

menyebabkan udara menjadi semakin tidak sehat. Ruang terbuka tahun 1990 seluas 8,65 persen dari luas kota surakarta dan sekitarnya menyebabkan potensi pencemaran udara dan air yang sangat tinggi. Kebutuhan pokok akan air bersih meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk kota. Dari sebuah penelitian, menyebutkan bahwa kandungan bakteri e-coli pada air dangkal di Surakarta sudah parah, kandungan Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi Merkuri diambang batas normal. Padahal air sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM untuk wilayah Solo, Cepu (Jateng) dan Bojonegoro (Jatim).

Banjir yang terjadi pada akhir tahun 2007 di Surakarta pun merupakan akumulasi dari kerusakan yang terjadi di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Hutan yang semakin menipis didaerah hulu dan daerah aliran sungai serta semakin sedikitnya lahan terbuka hijau menjadi penyebab terjadinya banjir di Surakarta, Madiun dan Bojonegoro serta daerah lain disepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Kesadaran masyarakat yang renndah terhadap lingkungan menjadikan kerusakan lingkungan sehingga tidak nyaman lagi.

2. Ruang Terbuka Hijau

Hutan kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk, namun aspek kelestarian, keserasian dan keseimbangan sumber daya alam yang pada giliran selanjutnya akan membaktikan jasa-jasa berupa kenyamanan, kesegaran serta terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan serta sehat dn cerdasnya warga kota. Meningkatnya pembangunan seperti perdagangan, transportasi, industri, permukiman dan kegiatan lainnya mengakibatkan luasan RTH di Surakarta menurun disertai menurunnya mutu lingkungan hidup. Ruang terbuka Surakarta pada tahun 1990 seluas 380,79 Ha atau 8,65 persen dari luas kota. Nantinya, ruang terbuka dalam RUTRK Kodya Surakarta 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 22,02 Ha atau hanya 0,5 Ha dari luas kota.

commit to user

Sumber : dokumentasi pribadi

Bentuk hutan kota yang terdapat di Surakarta beruapa jalur hijau, taman kota, kebun dan halaman rumah, kebun raya dan kebun binatang, kuburan dan makam pahlawan. Wilayah yang paling dominan/banyak tutupan pohon sebagai hutan kota di Surakarta yaitu pada daerah Kecamatan Jebres yang masuk dalam SWP I dan SWP

VIII. Daerah yang dimaksud yaitu Taman Satwa Taru Jurug, Kampus UNS, Taman Makam Pahlawan serta penghijauan disepanjang alur sungai Bengawan Solo. Jumlah ruang terbuka yang ada seluas kurang dari 8,65 persen dari luas kota masih dirasa kurang sebagai hutan kota. Sehingga adanya fasilitas pendidikan lingkungan seperti sekolah berwawasan lingkungan nantinya dapat menambah jumlah area terbuka hijau sebagai hutan kota.

3. Sedikitnya fasilitas pembelajaran anak yang peduli terhadap lingkungan

Bagi perkembangan anak. rasa ingin tahu, sifat eksplorasi penting untuk dilatih dan dikembangkan. Lingkungan sekitar sangat berpotensi untuk dijadikan sarana pelatihan dan perkembangan tersebut. Kota Surakarta yang sangat kental dengan nuansa budayanya memang terdapat fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan alam. Taman Jurug dan Taman Balekambang merupakan tempat yang masih dipertahankan untuk wisata alam. Disana anak-anak bisa mempelajari hewan sekaligus merasakan udara segar. Kondisi fisik ditengah kota Surakarta memang tidak memungkinkan pengembangan fasilitas yang berhubungan dengan alam. Tetapi mengingat pentingnya lingkungan sebagai peran pembentuk ‘pola pikir’ anak maka perlu disediakan fasilitas pendidikan anak-anak yang peduli terhadap lingkungan di kota Solo.

commit to user

54

Permasalahan lingkungan hidup adalah menyangkut perilaku manusia atau dapat dikatakan etika manusia terhadap lingkungan (etika lingkungan) masih sangat rendah. Perilaku manusia yang buruk terhadap lingkungannya berakibat rusaknya ekosistem atau manusia merusak tempat tinggalnya sendiri dan juga makhluk hidup

lain. 1

Etika lingkungan yaitu suatu sikap yang mengatur perilaku manusia yang didasari oleh rasionalitas ekologi atau lingkungan, yang memberikan nilai penting pada lingkungan (moral subjects) sebagai suatu sistem pendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi. Perilaku tersebut khususnya menyangkut kesadaran untuk memelihara kestabilan dan keseimbangan lingkungan sejauh mungkin dalam tiap kegiatan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, terjadinya kerusakan lingkungan oleh etika lingkungan yang rendah sehingga manusia memperlakukan alamnya dengan tidak bijak. Etika yang rendah tersebut disebabkan pengetahuan manusia yang rendah terhadap lingkungan sebagai tempat tinggalnya sendiri. Dengan adanya sebuah wadah pendidikan lingkungan hidup maka diharaokan akan tumbuh kesadaran manusia dalam memnperlakukan lingkungannya dengan baik. Pendidikan lingkungan adalah pendidikan yang universal, artinya pendidikan berlaku pada semua orang serta semua tempat dengan kondisi yang berbeda baik melakukan pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan lingkungan dapat dilakukan melalui pemberian materi didalam kelas yang bertujuan agar para siswa mempunyai kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan. Selain itu penyampaian dapat dilakukan diluar kelas dengan aktivitas berupa eksperimen, diskusi mengenai kasus lingkungan, aksi lingkungan dan jelajah lingkungan.

Keberadaan suatu wadah yang memberikan pendidikan lingkungan hidup di Surakarta belum ada. Hal ini sangatlah penting untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan masyarakat untuk dapat berbuat bijak kepada lingkungannya melalui tindakan konkret.

1 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan, hal. xii

commit to user

55

Tabel

3.1 : Penduduk menurut usia di kota Surakarta tahun 2007

Sumber : BPS Kota Surakarta (susenas)

1. Kependudukan di Surakarta 2

Kependudukan yang dialami kota Surakarta sejak tahun 1990 terus mengalami pertambahan yang signifikan dengan perkembangan sekitar 0,775 per tahun hingga

kini mencapai + 117 jiwa/km 2 .

Persoalan kependudukan yang dialami Kota Surakarta saat ini ialah bahwa pada Kota Surakarta terjadi konsentrasi penduduk pada daerah pusat kota dengan kepadatan mencapai ± 100 jiwa/Km2. Kondisi dan kepadatan yang tinggi ini disebabkan oleh adanya kecenderungan masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk mendekati lokasi kerja dan mendapat fasilitas pelayanan kota.

2. Perkembangan Fungsi Kota Surakarta

Wilayah Kotamadya Surakarta, merupakan kota yang sudah dapat dikatakan mapan, mempunyai banyak peranan dan fungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata, olahraga serta sosial budaya. Seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

NO FUNGSI KOTA

SKALA PELAYANAN

1. Pemerintahan

Lokal dan Regional

2. Industri

Lokal, Regional dan Nasional

3. Pendidikan

Lokal, Regional dan Nasional

4. Pariwisata dan Sosial Budaya

Lokal, Regional dan Internasional

2 Biro Pusat Statistik

Kelompok Usia

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

Usia muda (0-14)

61.056 (24,81 %)

59.996 (22,28 %)

121.052 (23,49 %) Usia produktif (15-64) 171.296 (69,60 %) 188.680 (70,08%)

359.976 (69,85 %) Usia lanjut (65+)

13.780 (5,60 %)

20.564 (7,64 %)

34.344 (6,66 %) Jumlah

246.132 (100 %)

269,240 (100 %)

515.372 (100 %)

commit to user

56

Tabel

3.2 : Fungsi dan skala pelayanan Kotamadya Surakarta

Sumber: Perda no. 8/1993

Tabel

3.3 : jumlah anak didik dan tenaga didik Surakarta

Sumber: BPS 2008

6. Pusat Olahraga

Lokal, Regional dan Nasional

3. Kegiatan pendidikan di Surakarta

Solo merupakan salah satu kota yang dicanangkan oleh Pemda sebagai kota budaya, pariwisata, pendidikan dan perdagangan. Pemerintah menyediakan 5% untuk kegiatan pendidikan karena merupakan salah satu kegiatan primer dalam rencana perkembangan kota Solo. Oleh karena itu, Solo telah memiliki banyak fasilitas pendidikan baik negeri maupun swasta yang berkualitas baik tim pengajar maupun anak didiknya dan hampir sebagian besar merupakan sekolah unggulan. Beberapa sekolah unggulan tersebut antara lain : Palm Kids School, SD Cemara Dua, SMPN 1 Solo, SMPN 4 Solo, SMAN 1 Solo, SMAN 3 Solo, dll.

4. Jumlah anak usia sekolah di Surakarta

Secara kuantitatif, jumlah penduduk Surakarta usia sekolah (3-18 tahun) cukup banyak, yaitu sekitar 110.000 jiwa dari jumlah total penduduk kota Surakarta 515.372 jiwa. Sedangkan untuk guru yang ada sekitar sepersepuluh dari jumlah

anak didik yang ada yaitu 11.000 jiwa. 3

3 BPS 2008

TK SD SMP SMA/SMK Jumlah Anak didik

Tenaga pendidik 1.183

3.722

2.481

3.600

10.986

commit to user

57

Gambar 3.4 : balekambang Sumber : dokument asi pribadi

Gambar 3.5 : rencana SWP Sumber : RUTRK 1993‐2023

1. Pengembangan Sub Wilayah Pengembangan dalam RUTRK 1993 – 2013

Rencana pembagian satu wilayah pembangunan dan pelayanan dibagi dalam 4 WP (wilayah pengembangan ) dan 10 SWP (Sub Wilayah Pengembangan). Empat wilayah tersebut WP utara, WP selatan, WP timur, dan WP barat.

Keterangan Pembagian Sub Wilayah Pembangunan (SWP) Kota Surakarta : 1. SWP I

:Kecamatan Pucangsawit (Pucangsawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Sewu dan Semanggi)

2. SWP II :Kecamatan Kampung Baru (Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan dan Sudiroprajan

3. SWP III :Kecamatan Gajahan (Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu dan Joyosuran)

4. SWP IV :Kecamatan Sriwedari (Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan dan Mangkubumen)

5. SWP V

: Kecamatan Sondakan (Pajang, Laweyan dan Sondakan)

6. SWP VI

: Kecamatan Jajar (Karang Asem, Jajar dan Kerten)

7. SWP VII

: Kecamatan Sumber (Sumber dan Banyuanyar)

8. SWP VIII

: Kecamatan Jebres (Jebres dan Tegalharjo)

9. SWP IX

: Kecamatan Kadipiro (Kadipiro dan Nusukan)

10. SWP X

: Kelurahan Mojosongo (Mojosongo)

commit to user

58

Tabel

3.4 : Fungsi dan skala pelayanan Kotamadya Surakarta

Sumber : Perda no. 8/1993

Untuk memantapkan struktur yang telah digariskan dalam RUTRK 1993 – 2013, adapun fungsi masing-masing SWP dengan prosentase kegiatannya seperti ditunjukkan pada tabel berikut :

keterangan :

Selain itu berdasarkan peta struktur dominasi ruang berdasar dominasi kegiatan di Surakarta dapat dilihat area fungsi pendidikan dan daerah penghijauan pada gambar berikut :

SW

Skala Pelayanan Kegiatan Fungsi / kegiatan (%)

Jum lah

(%)

Ters Sekunder

Primer

Ling BWK Kota /lokal Reg Nas Inter A B C D E F G H

A = Pariwisata B= Fungsi Kebudayaan C = Fungsi Olahraga D = Fungsi Industri

E= Fungsi Pendidikan

F= Fungsi Perdagangan G= Fungsi PusatAdministrasi&Perkantoran

H = Fungsi Perumahan

BWK = Bagian Wilayah Kota Inter = Internasional

commit to user

59

Fungsi area pendidikan tersebar di kecamatan Jebres, Banyu Anyar, Penumping dan juga Kerten. Sedangkan fungsi penghijauan tersebar di Manahan, Jebres, dan Mojosongo.

Penggunaan lahan sebagai Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan, diperlukan lokasi yang dekat dengan kawasan pemukiman dan pendidikan. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kawasan VI (kawasan Jajar dan kerten) dan VIII (kawasan Jebres) merupakan alternatif lokasi perencanaan yang cukup baik untuk Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan.

Gambar

3.6 : Dominasi Pemanfaatan Ruang oleh Kegiatan Kota Sumber : RUTRK Surakarta 1993‐2013

commit to user

60

Potensi lokasi terpilih pada wilayah surakarta yaitu dekat dengan area fungsi kota pendidikan dan juga penghijauan karena dibutuhkan area hijau yang cukup luas untuk menunjang fasilitas yang telah direncanakan. Selain itu, berada di kawasan pinggir kota juga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih lokasi agar tidak terganggu oleh aktivitas kota. Sehingga untuk menentukan lokasi berdasarkan persyaratan diatas, digunakan sistem penilaian sebagai berikut :

Dari hasil analisis pada poin sebelumnya telah diperoleh dua alternatif lokasi, yaitu:

a. Lokasi I, kawasan Jajar dan kerten

b. Lokasi II, kawasan Jebres Berdasar tabel penilaian di atas dapat diperoleh site terpilih untuk Sekolah Berwawasan Lingkungan di Surakarta yaitu di kawasan Jebres. Pemilihan site pada lokasi akan dibahas pada bab selanjutnya.

Dasar pertimbangan

Lokasi I

Lokasi II

Kemudahan akses dari dalam dan luar kota Keadaan lingkungan baik Berada di kawasan pinggir kota Banyak terdapat lahan kosong Jumlah 10 12

Tabel

3.5 : Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi

Sumber : analisis penulis

Keterangan:

= baik

= cukup baik = kurang baik

commit to user

34

commit to user

BAB IV SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG DIRENCANAKAN

Sekolah berwawasan lingkungan yang direncanakan ini merupakan sebuah wadah pendidikan yang menerapkan pendidikan lingkungan hidup sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar baik secara intrakurikuler maupun ekstrakulikuler dengan memanfaatkan lingkungan yang ada/existing ataupun lingkungan buatan sebagai media pembelajaran.

A. Perencanaan Konsep Non Fisik

1. Visi dan Misi Sekolah yang direncanakan ini memiliki visi mengajarkan pengetahuan, kesadaran dan keterampilan yang menjadi dasar pola pikir dan perilaku siswa untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup menuju pada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Sedangkan misi yang dimiliki adalah :

¾ memberikan pembelajaran terhadap lingkungan sekitar pada siswa ¾ memberikan prespektif baru dan proses yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku

dan kebiasaan yang mendukung pelestarian lingkungan hidup. ¾ meningkatkan kualitas lingkungan sekolah melalui program-program pembelajaran lingkungan.

2. Tujuan Dengan adanya proyek sekolah berwawasan lingkungan ini, diharapkan memiliki tujuan yaitu :

¾ terciptanya pola perilaku baru yang bersahabat bagi para siswa dengan lingkungan sekolah, serta memperbaiki kualitas lingkungan disekitarnya

commit to user

perilaku, sikap dari siswa untuk menghargai, mencintai dan memelihara lingkungan hidup menjadi kebiasaan sehari-hari.

¾ Terwujudnya sekolah berwawasan lingkungan yang berkualitas

3. Status Sekolah Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan adalah sekolah umum yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga swasta non-pemerintah, dimana lembaga tersebut memiliki kepedulian terhadap dunia edukatif.

4. Pemilihan Jenjang Pendidikan Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil interaksi individu (anak) dengan lingkungannya. Halaman sekolah didisain dengan baik agar berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar anak serta Lingkungan belajar juga harus memberi pengalaman belajar yang menarik dan kaya ragam bagi anak. Mengamati perkembangan anak ayam, kucing, atau hewan yang lain amat menarik bagi anak. Demikian pula pengalaman menanam, menyirami, dan memupuk tanaman. Akuarium dan

terarium sama menariknya bagi anak dengan pasel dan game. 1

Berdasar pernyataan diatas maka pemilihan jenjang pendidikan pada sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan dimulai sejak pendidikan usia dini yaitu TK hingga pendidikan menengah atas, SMA. Agar program pembelajaran tentang PLH dapat saling berkesinambungan disetiap jenjang pendidikan yang direncanakan.

5. Program Kegiatan

a. Pelaku Kegiatan Individu yang melakukan aktivitas dalam Sekolah Berwawasan Lingkungan ini, meliputi :

1) Peserta Didik Merupakan pelajar dengan usia ± 5-18 tahun. Terbagi menjadi 4 jenjang :

1 Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan PAUD, Depdiknas 2007

commit to user

• Nol Kecil • Nol Besar

b). Sekolah Dasar • Siswa kelas 1 • Siswa kelas 2 • Siswa kelas 3

c). Sekolah Menengah Pertama • Siswa kelas 7 • Siswa kelas 8 • Siswa kelas 9

d). Sekolah Menengah Atas • Siswa kelas 10 • Siswa kelas 11 • Siswa kelas 12

2) Tenaga Kependidikan 2

Merupakan tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga kependidikan, meliputi :

• Tenaga pengajar / guru • Pengelola satuan pendidikan • Penilik • Peneliti • Pustakawan • Laboran • Teknisi sumber belajar

2 UU SPN NO. 20/2003

• Siswa kelas 4 • Siswa kelas 5 • Siswa kelas 6

commit to user

Meru suatu

b. Kelompo Macam

1) Kegia Kegia didik

2) Kegia Kegia menu

a) K

b) P

Sumber :

upakan tenaga u sekolah, yan

Satpam Penjaga seko Gardener

ok Kegiatan kegiatan/aktiv

atan Utama atan belajar m

dan tenaga k atan Penunja atan ini dise unjang kegiata

egiatan non a • Kegiatan o • Kegiatan p • Kegiatan p • PKS • PMR • Komputer

rogram lingk • Pengamat

Mengama lingkungan tanaman d

Gamba www.environ

a yang bertug ng meliputi :

olah

vitas dalam S

mengajar / ke kependidikan.

ng

but kegiatan an intrakuriku

akademik :

olah raga pecinta alam pramuka

ungan yang m tan ekosistem

ati dan m

n mengena dan hewan se

ar

4.1 : belajar mental educat Diakses 16061

gas membant

ekolah Berwa

egiatan intrak

ekstrakuriku uler yang dilak

menunjang ak m

empelajari ai habitat

ekitar.

outdoor tion, pdf

10, 21.00

tu kelancaran

awasan Lingk

kurikuler, yaitu

uler. Kegiatan

kukan anak di

kademik :

proses belaja

ungan dikelom

u kegiatan ya

n ini mencak idik, antara la

ar mengajar d

mpokkan men

ang dilakukan

kup kegiatan in :

dalam

njadi :

anak

yang

commit to user

Mempelaj serta solu

• Managem

Belajar tan yaitu men

• Pertanian

Mempelaj perkebuna lingkungan pola tanam sistem tu

analisis menentuk

• Tanaman

tradisiona Merawat d tanaman juga dihar keberadaa keanekara dimiliki.

ari tentang s si dalam mem

men sampah

nggung jawab

gurangi, men

dan perkebu ari sistem an ekologis ya

n. Siswa dap m, pengenda

umbuhan sa

hasil us kan harga jual

obat dan l/alternatif dan mempela

obat beserta rapkan siswa an tanaman o

agaman haya

Gam

Sum

sumber-sumbe mbantu mengu

b pada sampa daur ulang da

nan ekologis

pertanian ang tidak mer pat belajar ten

lian hama de ampai pembu

saha guna

produk.

pengobatan

ajari berbagai

a fungsinya. lebih mengh obat sebagai s ati yang masih

mbar

4.2 : Kegia mber : www.e

Gamb Sumber

er pencemar urangi terjadin

ah yang dihas an mengguna

dan rusak ntang

engan

uatan

jenis

Dan hargai

suatu

atan Mempela

nvironmental s 160610, 21.00

4.4 : Kegiatan : www.enviro Diakses 160

bar

4.3 : Kegiat : www.enviro Diakses 160

dan dampak nya pencema

silkan sendiri d akan kembali.

jari Sampah education, pdf

Mempelajari T onmental educ 0610, 21.00

tan Bercocok T onmental educ 0610, 21.00

k yang ditimb ran.

dengan tiga p

Tanaman ation, pdf

Tanam ation, pdf

bulkan

prinsip

commit to user

c) K

d) K

c. Program

Mempelaj yang bisa

• Lansekap

Mempelaj seharusny fungsinya yang ny bagaiman beberapa

berbagai sehingga secara ma

egiatan Peng • Informasi

Memberik • Pengatura

Melayani p • Dokument

Menyiapka egiatan Servi

• Penyediaa • Pelayanan • Perawatan

m perencanaa

1. Siswa • Mela • Mela

ari teknologi y

diperbaharui

dan arsitektu ari ya penataan

dengan me yata. Term

a penataan

bangunan fungsi y

pemanfaat aksimal dan e

elola dan promosi

kan informasi t

an administras

pembayaran d tasi an dan menyi

ce an kebutuhan n kesehatan.

n kebun dan t

n kegiatan

kukan kegiata kukan kegiata

yang ramah l

. Contohnya : ur lingkungan

bagaimana

lahan dan lihat kondisi asuk juga

ruang bagi n dengan

yang ada

tan ruang efektif.

tentang sistem si

dan pendafta

impan dokum

n belajar meng

taman

an belajar di d an belajar di lu

Gam Sumber : w

ingkungan da : biogas, wate

m dan fasilitas

ran siswa-sisw

men-dokumen

gajar

dalam kelas.

uar kelas.

mbar

4.5 : Lans www.environm Diakses 16061

an mengguna er treatment, s

s-fasilitas yan

wai

penting

sekap Buatan mental educatio 10, 21.00

kan sumber e solar panel.

ng ada di seko

on, pdf

energi

olah

commit to user

Datang I stirahat

metabolisme

Pulang

Melakukan kegiatan belajar di dalam kelas

Melakukan kegiatan belajar di luar kelas.

Bagan

4.1 : Pola kegiatan siswa sumber: analisis penulis

Datang

Parkir

I stirahat

metabolisme

Pulang

Melakukan kegiatan mengajar di luar kelas

Melakukan koordinasi dengan sesama guru dan

dengan pengelola.

Parkir

Melakukan kegiatan mengajar di dalam kelas

Bagan

4.2 : Pola kegiatan Guru sumber: analisis penulis

2. Guru atau Tenaga Pengajar • Melakukan kegiatan mengajar di dalam kelas. • Melakukan kegiatan mengajar di luar kelas. • Melakukan koordinasi dengan sesama guru dan dengan pengelola.

3. Pegawai Sekolah • Memantau segala kegiatan baik kegiatan umum, kegiatan belajar mengajar

dan aktifitas lain di luar jam sekolah. • Mengelola kegiatan penunjang dan servis.

• Mengadakan kerjasama dengan sekolah lain. • Mengadakan koordinasi dengan kepala-kepala divisi/bagian.

commit to user

Bagan 4.3 : Pola kegiatan Pengelola.

sumber: analisis penulis

Datang

Parkir

mengelola keg. umum mengelola keg. penunjg mengelola keg. servis

I stirahat

metabolisme

Pulang

Mengadakan kerjasama

dengan pihak luar

mengadakan koordinasi

antar divisi

Parkir

6. Strategi dan Metode Pembelajaran

a. Strategi Pembelajaran Pembelajaran yang direncanakan dikembangkan melalui empat kegiatan utama meliputi : • Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan • Peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya • Pengembangan kegiatan pendukung yang ramah lingkungan • Pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan

Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan dan pendidikan berbasis komunitas terwadahi dalam program kurikuler dan ektra kurikuler. Sedangkan pengembangan kawasan sekolah dan pengembangan kegiatan pendukung yang ramah lingkungan termasuk dalam program pengelolaan lingkungan fisik/fasilitas. Selanjutnya pengembangan lingkungan sosial/lingkungan kerja merupakan bagian dari pengembangan manajemen sekolah.

¾ Program intra Kurikuler Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 3 Untuk pembelajaran Lingkungan hidup di Indonesia ditempuh dengan strategi

3 UU RI no. 23 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

commit to user

mata diklat (mata pelajaran), namun diintegrasikan ke seluruh mata diklat dalam struktur program kurikulum yang berlaku. Melalui strategi pembelajaran terintegrasi, diharapkan siswa memperoleh pengalaman langsung dan aplikatif dari konsep Lingkungan hidup. Selanjutnya diharapkan dapat menambah kekuatan pemahaman, ketrampilan dalam penerapan dan kepekaan analisis kemungkinan serta penemuan alternative pemecahan masalah. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Berikut ini merupakan program kurikulum berdasarkan UU RI no. 23 th 2003 yang diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar pada sekolah yang direncanakan :

Peserta Didik Kurikulum pendidikan

TK

Moral dan nilai-nilai agama Sosial, emosional dan kemandirian Kognitif (geometri, ruang, sains sederhana) Motorik (kesehatan fisik) Seni (menggambar & mewarnai sederhana) Pengamatan ekosistem Mengenal tanaman obat

SD pendidikan agama pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia & Inggris Matematika ilmu pengetahuan alam (IPA) ilmu pengetahuan sosial (IPS) seni dan budaya pendidikan jasmani dan olahraga muatan lokal

commit to user

Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis

SMP pendidikan agama pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia & Inggris Matematika Biologi Fisika Sejarah Geografi seni dan budaya pendidikan jasmani dan olahraga muatan lokal Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Tanaman obat

SMA pendidikan agama

pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia & Inggris Matematika Biologi Fisika Kimia Sejarah Ekonomi Geografi seni dan budaya

commit to user

muatan lokal Managemen sampah Pertanian & perkebunan ekologis Energi alternatif Lansekap lingkungan

¾ Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler diarahkan kepada pembentukan sikap peduli terhadap pelestarian fungsi lingkungan, dengan menambah pengetahuan melalui ceramah lingkungan hidup, pembinaan sikap melalui kegiatan nyata “ Jelajah Lingkungan”.

b. Metode Pembelajaran Materi lingkungan sebagai kegiatan pendukung diatur menyebar dalam area sekolah dimaksudkan dekat dengan kelas-kelas siswa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa belajar dari lingkungan sekitarnya. Metode belajar dilakukan dengan aktif (active learning) yaitu kegiatan yang dilakukan siswa dengan langsung berpartisipasi terhadap lingkungan disekitarnya sehingga terwujud rasa tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bagi siswa TK, selain kegiatan utama yaitu belajar-mengajar, metode belajar terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mengajak mengenal keberadaan alam flora dan fauna yang sering dilihat sehari-hari seperti tanaman bunga ataupun binatang peliharaan ayam. Kemudian dapat diterapkan rasa tanggung jawab yang mudah dan ringan pada lingkungan disekitarnya seperti menyirami tanaman ataupun memberi makan ayam. Bagi siswa SD, untuk melanjutkan metode belajar yang sudah ditanamkan sejak TK maka diterapkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan yang lebih kompleks dan intensif untuk membentuk kemandirian seperti merawat tanaman holtikultura ataupun tambak ikan sehingga dapat mengembangkan sikap kebersamaan dan kekeluargaan antar siswa.

Tabel 4.1 : Kurikulum yang Direncanakan

Sumber : Hasil Analisis Penulis

commit to user

maka metode belajar terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan merawat dan memelihara kebun dimana setiap siswa dituntut untuk bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan dan memecahkan masalah sebagai wujud tanggung jawab secara komunal. Selanjutnya, menuju jenjang SMA diterapkan tanggung jawab terhadap lingkungan dengan ruang lingkup yang lebih kompleks. Metode belajar dapat dilakukan salah satunya dengan memanajemen dalam melestarikan lingkungan sekolahnya serta berkegiatan yang berkaitan dengan lingkungan.

7. Faktor Pendukung Kebutuhan Unit Bangunan Sekolah

Sebagai sarana menuntut ilmu, sebuah Sekolah Menengah Atas dituntut untuk mampu memenuhi :

a. Tuntutan Kenyamanan yang meliputi : • Kenyamanan dalam proses belajar mengajar • Kenyamanan dalam sosialisasi anak didik dengan sesama, dengan tenaga

kependidikan, dan dengan lingkungan sekitar. • Kenyamanan dalam menyalurkan bakat

b. Fasilitas yang lengkap dan mampu mewadahi aktivitas / kegiatan anak didik.

c. Tampilan fasad bangunan sebagai bangunan pendidikan Sekolah yang atraktif dan komunikatif.

d. Pengorganisasian dan besaran ruang disesuaikan dengan aspek kebutuhan ruang.

e. Kelancaran sirkulasi bagi pengguna Sekolah.

commit to user

1. Bangunan Utama

Sekolah Berwawasan Lingkungan yang direncanakan terdiri dari beberapa massa inti dan massa pendukung dalam tapak dan akan terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan jenjang pendidikan yang akan diwadahi serta kegiatan sekolah yang direncanakan. Pembentukan massa bangunan disusun dengan mengkaitkan keseluruhan program yang ada di sekolah serta mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat berpengaruh, baik factor pendukung atau faktor penghambatnya. Potensi internal sekolah yang berupa lahan, sumberdaya air, energi dan limbah serta potensi sekitar sekolah seperti tradisi masyarakat, kondisi bentang alam dan ekosistemnya akan menjadi objek-objek pengembangan dalam kegiatan di sekolah.

Secara keseluruhan, tipologi bangunan yang direncanakan ini simple dan fungsional dengan tampilan konsep modern yang tidak menyalahi aspek ekologis sebagai wujud dari kepedulian terhadap lingkungan. Sehingga keberadaan bangunan ini diharapkan memberi dampak kesinambungan lingkungan di area kawasan sekitarnya. Fisik bangunan sekolah yang direncanakan menerapkan dasar mendesain bangunan yang

Berwawasan pada Lingkungan 4 , yaitu :

a. Ekologi Bangunan Menghindarkan/mengurangi produk material bangunan dan sistem dalam bangunan yang mengandung racun karena dapat mempengaruhi kandungan udara dalam bangunan yang tidak sehat bagi penghuninya setelah beberapa tahun pelaksanaan produksi.

b. Efisiensi Energi Penggunaan sumber daya matahari dan arus angin sebagai penghasil listrik pencahayaan alami, dan penghawaan alami.pemilihan alat yang efektif untuk penghasil energi listrik dan sistem pencahayaan alami untuk mengurangi penggunaan peralatan listrik konvensional yang cukup mahal. Selain itu pemilihan material dan sistem penyekat energi matahari yang dapat menyimpan panas pada siang hari dan dapat dipergunakan pada waktu malam hari sebagai pemanas ruangan.

4 www. Environment design collaborative.com_041209, 14.00

commit to user

Penggunaan material yang berpengaruh aman secara konsisten dan keseimbangan lingkungan hidup yang dapat tercapai. Misalnya, dengan bahan yang berasal dari bahan pendaur ulangan sehingga lebih aman untuk diproduksi dan dipakai. Selain itu, penggunaan material tidak diambil dari perusakan hutan dan tidak menghasilkan sisa berupa racun walaupun melalui proses yang lama.

d. Bentuk Bangunan dan pola tata massa Bentuk bangunan yang merespon lingkungan alam dengan mendekati bentuk tanah, vegetasi, pola iklim. Desain yang dapat merespon keadaan iklim mikro disekitar bangunan. Bangunan yang dibangun menyesuaikan dengan keadaan site, tidak harus merusak kontur tanah, atau menghilangkan vegetasi yang ada tetapi mempergunakannya sebagai pencipta suasana atau keadaan disekitar dan didalam bangunan agar menjadi nyaman.

e. Desain yang Baik Hal ini meliputi seluruh bagian yang dihuni. Bangunan yang tahan lama, kemudahan penggunaanya, dapat mendaur ulang, memerlukan sedikit energi serta menggunakan materi dan sistem yang berkualitas.

2. Lansekap Kawasan

Konsep Lansekap yang direncanakan menyatu pada tapak dan memberikan kerindangan di area kawasan tersebut. Dengan vegetasi eksisting dan penanaman jenis-jenis tanaman asli Indonesia yang terdiri dari tanaman obat, sayur dan jenis pepohonan yang lain dimaksudkan sebagai area pembelajaran ruang luar terhadap pengenalan botani kepada para siswa. Penyediaan fasilitas-fasilitas outdoor sesuai dengan program Pendidikan Lingkungan Hidup yang diterapkan disekolah dengan jenis kegiatan seperti pengolahan sampah dan pupuk, pengolahan water treatment, pengembangbiakan tanaman, green house serta laboratorium yang mendukung. Selain itu, direncanakan ruang terbuka sebagai area komunal untuk sirkulasi pengikat.diantara massa-massa bangunan. Perencanaan kawasan lingkungan yang tepat dan terpadu agar tidak mengganggu masing-masing kegiatan disetiap zona dalam site. Sehingga

commit to user

utilitas, dsb.

a. Konsep tapak Melakukan perubahan kecil yang tidak signifikan seperti cut and fill namun tetap mempertahankan kondisi tapak existing. Serta menyesuaikan zona-zona berdasarkan kondisi tapak. Perencanaan tata ruang tapak didasarkan kepada tujuan untuk: • Menciptakan sekolah yang dapat mengakomodasi secara optimal aktivitas didalamnya. • Menciptakan sekolah sebagai lingkungan terbangun yang sekaligus berfungsi sebagai

media pembelajaran tentang keutuhan interaksi antara manusia dan lingkungan.

b. Konsep ruang terbuka Pengadaan ruang terbuka pada kawasan sekolah yang direncanakan terdiri dari:

• Ruang terbuka konservasi berupa kawasan hutan buatan • Ruang terbuka publik, terdiri dari: pedestrian, plaza (ruang komunal), lapangan, parkir

dan ruang terbuka antar bangunan

c. Konsep pedestrian • Dalam Master Plan sekolah diterapkan konsep pedestrianisasi. Kendaraan bermotor hanya dapat mengakses jalur terbatas. • Setiap bangunan langsung dapat diakses oleh pejalan kaki. Parkir tidak ditempatkan sebagai buffer antara bangunan dan jalan, tetapi ditempatkan pada kantong parkir. • Pedestrian pada areal sekolah direncanakan sebagai salah satu ruang publik yang menjadi ruang sosial dan generator aktivitas publik bagi lingkungan sekitarnya, sekaligus menjadi ruang kontrol dalam lingkungannya.

• Untuk kenyamanan pejalan kaki/pedestrian direncanakan secara kontinyu, dengan pola perkerasan yang menarik, cukup lebar (minimal 2 m), dengan landscaping yang memberikan suasana yang menyenangkan.

commit to user

BAB V ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Analisis pendekatan konsep dasar perencanaan dan perancangan merupakan awal pemikiran yang dijadikan dasar tindakan dan langkah-langkah pada tahap konsep dasar perencanaan dan perancangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis pendekatan kegiatan, peruangan, pengolahan site dan juga langkah-langkah desain yang akan dilakukan pada bangunan sekolah yang direncanakan.