10.6.2 Break Even Point BEP
Break Even Point adalah keadaan kapasitas produksi pabrik pada saat hasil penjualan hanya dapat menutupi biaya produksi. Dalam keadaan ini pabrik tidak
untung dan tidak rugi. BEP =
Variabel Biaya
Penjualan Total
Tetap Biaya
− × 100
BEP = 100
x 8.498
318.434.34 Rp
- 5.522
420.248.57 Rp.
.932 56.787.593
Rp
= 55,93 Kapasitas produksi pada titik BEP
= 4.194,7500 tontahun Nilai penjualan pada titik BEP
= Rp 234.878.373.983,- Dari perhitungan diperoleh BEP 61,95 maka pra rancangan pabrik ini layak
untuk didirikan.
10.6.3 Return on Investment ROI
Return on Investment adalah besarnya persentase pengembalian modal tiap tahun dari penghasilan bersih.
ROI =
investasi modal
Total pajak
setelah Laba
× 100
ROI = 100
x 2.029,-
132.655.67 Rp
.865,- 31.224.200
Rp
= 23,54 Analisa ini dilakukan untuk mengetahui laju pengembalian modal investasi
total dalam pendirian pabrik. Kategori resiko pengembalian modal tersebut adalah: •
ROI ≤ 15 resiko pengembalian modal rendah
• 15
≤ ROI ≤ 45 resiko pengembalian modal rata-rata •
ROI ≥ 45 resiko pengembalian modal tinggi
Dari hasil perhitungan diperoleh ROI sebesar 23,54 , sehingga pabrik yang akan didirikan ini termasuk resiko laju pengembalian modal rata-rata.
Universitas Sumatera Utara
10.6.4 Pay Out Time POT
Pay Out Time adalah angka yang menunjukkan berapa lama waktu pengembalian modal dengan membandingkan besar total modal investasi dengan
penghasilan bersih setiap tahun. Untuk itu, pabrik dianggap beroperasi pada kapasitas penuh setiap tahun.
POT = tahun
1 x
0,2354 1
POT = 4,2 tahun
Dari harga di atas dapat dilihat bahwa seluruh modal investasi akan kembali setelah 4,2 tahun operasi.
10.6.5 Return on Network RON
Return on Network merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri.
RON = sendiri
Modal pajak
setelah Laba
× 100
RON = 100
x ,-
.217 .403
79.593 Rp
.865,- 31.224.200
Rp RON = 39,23
10.6.6 Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return merupakan persentase yang menggambarkan keuntungan rata-rata bunga pertahunnya dari semua pengeluaran dan pemasukan
besarnya sama. Apabila IRR ternyata lebih besar dari bunga riil yang berlaku, maka pabrik
akan menguntungkan tetapi bila IRR lebih kecil dari bunga riil yang berlaku maka pabrik dianggap rugi. Dari perhitungan Lampiran E diperoleh IRR = 37,11
, sehingga pabrik akan menguntungkan karena, IRR yang diperoleh lebih besar dari
bunga pinjaman bank saat ini, sebesar 13,5 Bank Mandiri, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB XI KESIMPULAN
Hasil analisa perhitungan pada Pra Rancangan Pabrik Asam salisilat dari Phenol dan NaOH dengan kapasitas 7.500 tontahun diperoleh beberapa kesimpulan,
yaitu : 1.
Kapasitas produksi butinediol 7.500 tontahun menggunakan bahan baku Phenol sebanyak 667,5147 kgjam dan NaOH sebanyak 280,8005 kgjam
2. Produk Asam Salisilatl yang dihasilkan mempunyai kemurnian 98,88 .
3. Bentuk hukum perusahaan yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas PT.
4. Bentuk organisasi yang direncanakan adalah garis dan staf dengan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan 155 orang. 5.
Lokasi pabrik pembuatan Asam Salisilat ini direncanakan didirikan di daerah Kawasan Industri Kariangau, Balip Papan, Kalimantan Timur dengan luas areal
7.6100 m
2
. 6.
Analisa ekonomi : •
Total Modal Investasi : Rp 132.655.672.029,-
• Biaya Produksi
: Rp 375.221.942.430,- •
Hasil Penjualan : Rp 420.248.575.522,-
• Laba Bersih
: Rp 31.224.200.865,- •
Profit Margin : 10,60
• Break Even Point
: 55,93 •
Return on Investment : 23,54
• Pay Out Time
: 4,2 tahun •
Return on Network : 39,23
• Internal Rate of Return
: 37,47 Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik
pembuatan Asam salisilat dari Phenol dan NaOH dengan kapasitas produksi 7.500 tontahun layak untuk didirikan.
Universitas Sumatera Utara