Gambaran Skrining Depresi Postpartum Pada Wanita Postpartum Dengan Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) Di RSUP.H.Adam Malik Dan RSU DR.Pirngadi Medan

(1)

TESIS MAGISTER

GAMBARAN SKRINING DEPRESI

POSTPARTUM PADA WANITA POSTPARTUM

DENGAN MENGGUNAKAN EDINBURGH

POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS)

DI RSUP.H.ADAM MALIK DAN

RSU DR.PIRNGADI MEDAN

Oleh :

RAHMANITA SINAGA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN

TIM 5

PEMBIMBING :

Dr. Risman F.Kaban,M.Ked(OG) SpOG

Dr.Dudy Aldiansyah,M.Ked(OG) SpOG

PENGUJI :

1. dr.Rusli.P.Barus,SpOG .K

2. dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K)

3. dr. M.Rhiza.Z.Tala,M.Ked(OG),SpOG(K)

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas

dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai keahlian

dalam bidang Magister Kedokteran Klinik


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

GAMBARAN SKRINING DEPRESI POSTPARTUM PADA WANITA POSTPARTUM DENGAN MENGGUNAKAN EDINBURGH POSTNATAL

DEPRESSION SCALE (EPDS) DI

RSUP H.ADAM MALIK DAN RSU DR.PIRNGADI MEDAN

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat :


(4)

dan Ginekologi FK-USU Medan; DR.Dr M. Fidel Ganis Siregar,SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, guru-guru besar saya Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. Dr. M. Fauzie sahil, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang secara bersama-sama telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3.

4.

Dr.Risman.F.Kaban,SpOG yang telah memberikan pengarahan kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama dengan dr. Dudy Aldiansyah, SpOG yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

Dr.Rusli.P.Barus,SpOG(K); Dr.Syamsul Arifin Nasution,SpOG(K), Dr.M.Rhiza.Z.Tala,SpOG(K) selaku penyanggah dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan


(5)

waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5.

6.

Dr . M ak m ur Sit e pu, S pO G ( K) sel aku Ba p ak A ngk at saya s el am a m e nj ala ni m asa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

7. Kepada Dr. Surya Dharma, MPH, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

Dr. Edy Ardiansyah, SpOG(K), selaku pembimbing referat magister saya yang berjudul Single Port

Laparoscopy Sacrocolpophexy pada Prolapsus

Puncak Vagina”.

8.

9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan direktur RSU Dr.Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan dan menyelesaikan penelitian saya di program Magister Kedokteran Klinis di Departemen Obstetri dan Ginekologi

Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik guru-guru saya.

10. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, Dokter muda, bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU dan pasien pasien yang


(6)

telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam malik.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

Kepada suami saya tercinta Zulfikar Harahap,S.Si saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas segala kesabaran dan dukungannya serta tetap mendampingi saya dalam menjalani pendidikan ini. Teramat khusus kepada buah hatiku tersayang Ayasha Haura Harahap yang senantiasa menjadi motivasi saya agar dapat segera menyelesaikan pendidikan ini.

Sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, (Alm) Prof. Dr. H. Usul Majadi Sinaga, SpB, Finacs(K)Trauma dan ibunda saya Dr.Hj.Hotnida Sitompul,SpPK yang t elah membesarkan, m embimbing, mendoakan, dan mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta menjadi inspirasi dan panutan saya dari sejak kecil hingga kini.

Terimakasih saya ucapkan kepada mertua saya dr.H.Ridwan Harahap dan Hj.Yusminar Pasaribu, yang telah memberikan dorongan, doa dan semangat kepada saya selama menjalani pendidikan ini.


(7)

Kepada keempat saudara kandung saya : Febi Sarini Mariani Sinaga,STP; Rina Hasiani Sinaga,SH,MM; Sartika Maharani Sinaga,S.Si,Apt; dan Dr.Riana Miranda Sinaga,SpKK ; terima kasih atas bantuan doa dan dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan .

Kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Sem og a A ll ah SW T sen ant ias a m em ber ik a n r ahm at dan h id a yah- Ny a kepad a kit a semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, Mei 2014

dr. Rahmanita Sinaga


(8)

GAMBARAN SKRINING DEPRESI POSTPARTUM PADA WANITA POSTPARTUM DENGAN MENGGUNAKAN EDINBURGH POSTNATAL

DEPRESSION SCALE (EPDS) DI RSUP H.ADAM MALIK DAN

RSU.DR.PIRNGADI MEDAN Rahmanita Sinaga

Rusli.P.Barus, Syamsul Arifin Nasution, M.Rhiza.Z.Tala , Risman.F.Kaban, Dudy Aldiansyah,

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Lebih dari 80% wanita setelah melahirkan mengalami beberapa bentuk dari gejala depresi postpartum, yang secara umum dikenal sebagai “baby blues” atau kesedihan karena kehadiran anak. Wanita dengan tingkat gejala depresi yang terus meningkat dapat menjadi suatu keadaan depresi postpartum. Tidak seperti depresi minor,

depresi postpartum biasanya tidak dapat sembuh tanpa intervensi klinis. TUJUAN: Untuk mengetahui gambaran skrining depresi postpartum pada wanita postpartum di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.

METODE : Penelitian cross sectional pada wanita postpartum yang melahirkan di RSUP.H.Adam Malik dan RSU.Dr.Pirngadi Medan dan melakukan kunjungan ulangan ke poliklinik dengan memberikan kuesioner

Edinburgh Postnatal Depresion Scale (EPDS) yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan sejak Agustus 2013-April 2014.

HASIL : Sebanyak 26 % wanita postpartum yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr.Pirngadi Medan mempunyai kecenderungan depresi. Kecenderungan depresi tersebut terbanyak pada usia dibawah 20 tahun, primiparitas, pendidikan menengah kebawah, penghasilan rendah, dan dengan persalinan spontan.

KESIMPULAN : Sebagian besar wanita yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RS.Dr. Pirngadi Medan tidak cenderung mengalami depresi postpartum. Serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan ibu, paritas, penghasilan keluarga, dukungan keluarga dan pilihan persalinan dengan kecenderungan terjadinya depresi postpartum.

KATA KUNCI: depresi postpartum, edinburgh postnatal depression scale, EPDS


(9)

POSTPARTUM DEPRESSION SCREENING IN POSTPARTUM WOMEN USING EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS) AT

ADAM MALIK AND PIRNGADI MEDAN GENERAL HOSPITAL Rahmanita Sinaga

Rusli.P.Barus, Syamsul Arifin Nasution, M.Rhiza.Z.Tala , Risman.F.Kaban, Dudy Aldiansyah,

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Obstetric and Gynecology Department

Fakultas kedokteran USU

ABSTRACT

BACKGROUND : More than 80 % of women after childbirth experience some form of postpartum depression symptoms , commonly known as the " baby blues " or sadness because of the presence of children . Women with levels increasing depressive symptoms may be a state of postpartum depression . Unlike minor depression , postpartum depression usually can not be cured without clinical intervention

OBJECTIVE : To determine the postpartum depression screening at postpartum women in Adam Malik and Pirngadi Medan General Hospital.

METHODS : A cross sectional study in postpartum women who gave birth in Adam Malik and Pirngadi medan General Hospital and repeat visits to the clinic by giving Edinburgh Postnatal Depression Scale ( EPDS ) questionnaire which already translated into Indonesian.This study carried out since August 2013 - April 2014.

RESULTS : A total of 26 % of postpartum women who gave birth in Adam Malik and Pirngadi medan General Hospital have a tendency to depression. The most depressive tendencies at age under 20 years , primiparitas , medium to low education , low income , and

with spontaneous labor.

CONCLUSION : Most of the women who gave birth in Adam Malik and Pirngadi Medan General Hospital field is not likely to experience postpartum depression . And there is no significant relationship between age , maternal education , parity , family income , family support and delivery options to the likelihood of postpartum depression.

KEYWORDS : postpartum depression , edinburgh postnatal depression scale , EPDS


(10)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...2

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum...3

1.3.2. Tujuan Khusus...3

1.4. Manfaat Penelitian...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Mood Postpartum...4

2.2 Depresi postpartum 2.2.1. Definisi Depresi Postpartum...5

2.2.2. Prevalensi...7

2.2.3 Etiologi...8

2.2.4 Faktor Resiko Depresi Postpartum ...13

2.2.5 Skrining Depresi Postpartum...21


(11)

2.3 Kerangka Teori...33

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian...34

3.2 Tempat dan Waktu Penellitian...34

3.3.Populasi Penelitian...34

3.4. Sampel dan Teknik Sampling...34

3.5. Besar Sampel...35

3.5. Instrumen Penelitian...35

3.6. Variabel Penelitian...35

3.7. Kriteria Restriksi...36

3.8. Prosedur Kerja...37

3.9. Kerangka konsep...37

3.10. Batasan operasional...37

3.11. Alur Penelitian...39

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Data Karakteristik Sampel Penelitian...40

4.2. Distribusi Hasil Skrining Depresi Postpartum Pada Wanita Postpartum...42


(12)

4.3. Analisa Bivariat...43

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...47

5.2 Saran...47

DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian…...29

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Skrining Depresi Postpartum Pada Wanita Postpartum di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pirngadi

pada Agustus 2013- April 2014 …...31

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Karakteristik dengan hasil Skrining

Depresi Postpartum………...32

DAFTAR SINGKATAN GABA : Gamma Amino Butyric Acid


(14)

GAMBARAN SKRINING DEPRESI POSTPARTUM PADA WANITA POSTPARTUM DENGAN MENGGUNAKAN EDINBURGH POSTNATAL

DEPRESSION SCALE (EPDS) DI RSUP H.ADAM MALIK DAN

RSU.DR.PIRNGADI MEDAN Rahmanita Sinaga

Rusli.P.Barus, Syamsul Arifin Nasution, M.Rhiza.Z.Tala , Risman.F.Kaban, Dudy Aldiansyah,

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Lebih dari 80% wanita setelah melahirkan mengalami beberapa bentuk dari gejala depresi postpartum, yang secara umum dikenal sebagai “baby blues” atau kesedihan karena kehadiran anak. Wanita dengan tingkat gejala depresi yang terus meningkat dapat menjadi suatu keadaan depresi postpartum. Tidak seperti depresi minor,

depresi postpartum biasanya tidak dapat sembuh tanpa intervensi klinis. TUJUAN: Untuk mengetahui gambaran skrining depresi postpartum pada wanita postpartum di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.

METODE : Penelitian cross sectional pada wanita postpartum yang melahirkan di RSUP.H.Adam Malik dan RSU.Dr.Pirngadi Medan dan melakukan kunjungan ulangan ke poliklinik dengan memberikan kuesioner

Edinburgh Postnatal Depresion Scale (EPDS) yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan sejak Agustus 2013-April 2014.

HASIL : Sebanyak 26 % wanita postpartum yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr.Pirngadi Medan mempunyai kecenderungan depresi. Kecenderungan depresi tersebut terbanyak pada usia dibawah 20 tahun, primiparitas, pendidikan menengah kebawah, penghasilan rendah, dan dengan persalinan spontan.

KESIMPULAN : Sebagian besar wanita yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RS.Dr. Pirngadi Medan tidak cenderung mengalami depresi postpartum. Serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan ibu, paritas, penghasilan keluarga, dukungan keluarga dan pilihan persalinan dengan kecenderungan terjadinya depresi postpartum.

KATA KUNCI: depresi postpartum, edinburgh postnatal depression scale, EPDS


(15)

POSTPARTUM DEPRESSION SCREENING IN POSTPARTUM WOMEN USING EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS) AT

ADAM MALIK AND PIRNGADI MEDAN GENERAL HOSPITAL Rahmanita Sinaga

Rusli.P.Barus, Syamsul Arifin Nasution, M.Rhiza.Z.Tala , Risman.F.Kaban, Dudy Aldiansyah,

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Obstetric and Gynecology Department

Fakultas kedokteran USU

ABSTRACT

BACKGROUND : More than 80 % of women after childbirth experience some form of postpartum depression symptoms , commonly known as the " baby blues " or sadness because of the presence of children . Women with levels increasing depressive symptoms may be a state of postpartum depression . Unlike minor depression , postpartum depression usually can not be cured without clinical intervention

OBJECTIVE : To determine the postpartum depression screening at postpartum women in Adam Malik and Pirngadi Medan General Hospital.

METHODS : A cross sectional study in postpartum women who gave birth in Adam Malik and Pirngadi medan General Hospital and repeat visits to the clinic by giving Edinburgh Postnatal Depression Scale ( EPDS ) questionnaire which already translated into Indonesian.This study carried out since August 2013 - April 2014.

RESULTS : A total of 26 % of postpartum women who gave birth in Adam Malik and Pirngadi medan General Hospital have a tendency to depression. The most depressive tendencies at age under 20 years , primiparitas , medium to low education , low income , and

with spontaneous labor.

CONCLUSION : Most of the women who gave birth in Adam Malik and Pirngadi Medan General Hospital field is not likely to experience postpartum depression . And there is no significant relationship between age , maternal education , parity , family income , family support and delivery options to the likelihood of postpartum depression.

KEYWORDS : postpartum depression , edinburgh postnatal depression scale , EPDS


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kelahiran seorang anak merupakan suatu saat yang sangat membahagiakan pada hampir setiap orang. Beberapa beranggapan pasca melahirkan merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan, dan merupakan masa dimana wanita beresiko tinggi untuk mengalami gangguan mood, bahkan stres fisik dan emosional menyebabkan suatu keadaan cemas hingga depresi.1 Lebih dari 80% wanita setelah melahirkan mengalami beberapa bentuk dari gejala depresi postpartum, yang secara umum dikenal sebagai “baby blues” atau kesedihan karena kehadiran anak.Gejala depresi yang ringan ini seringnya bersifat sementara dan menghilang tanpa pengobatan. Namun 7 sampai 26 % wanita, mengalami peningkatan gejala depresi, menetap untuk waktu yang lama dan membutuhkan pengobatan khusus. Wanita dengan tingkat gejala depresi yang terus meningkat dapat menjadi suatu keadaan depresi postpartum. Tidak seperti depresi minor (baby blues),

depresi postpartum biasanya tidak dapat sembuh tanpa intervensi klinis.2,3 Di Negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 5-25%.

Secara garis besar, terdapat tiga hal yang berhubungan dengan terjadinya depresi postpartum, antara lain masalah pernikahan dan kurangnya dukungan sosial, masalah kehamilan dan kelahiran, serta

4


(17)

termasuk hal-hal seperti status sosial ekonomi, kehamilan yang tidak diinginkan, status pernikahan, hubungan suami istri, stres selama kehamilan hingga menyusui. Namun perlu diingat dan diperhatikan bahwa faktor resiko terjadinya depresi postpartum ini tidak berdiri sendiri. Studi genetik dan biologi terhadap gangguan mood menyimpulkan bahwa depresi postpartum merupakan penyakit yang kompleks, dan meskipun individu memiliki genetik atau predisposisi untuk menjadi depresi, tetapi pasti terdapat pengalaman hidup atau faktor lingkungan sekitar yang mencetuskan terjadinya penyakit ini.

Meskipun tingkat kejadian depresi postpartum bervariasi tergantung dengan jumlah populasi dan tipe instrumen serta waktu pengukuran dilakukan, depresi postpartum kini menjadi gangguan utama pada wanita setelah melahirkan. Berdasarkan sejumlah besar wanita yang terkena, dan efek yang secara potensial merugikan dari depresi postpartum yang tidak diobati dapat menyebabkan pembunuhan anak dan bunuh diri. Dari keadaan ini, saya merasa perlu membahas dan meneliti secara komprehensif mengenai depresi postpartum dan mengingat data-data tentang depresi postpartum di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan belum ada.

6

1.2. Perumusan Masalah

Belum ada data tentang depresi postpartum di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.


(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melakukan skrining depresi postpartum pada wanita yang melahirkan di RS H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran skrining depresi postpartum berdasarkan faktor karakteristik pada wanita postpartum di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.

1.4. Manfaat Penelitian.

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan usaha pencegahan dan mengatasi depresi postpartum segera dengan meningkatkan edukasi dan informasi pada ibu yang melakukan antenatal care dan

postnatal care di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pingadi Medan. b.Sebagai deteksi awal gejala depresi postpartum sehingga dapat

ditindaklanjuti segera

c. Sebagai data dasar tentang depresi postpartum di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Mood Postpartum

Terdapat tiga gangguan mood yang biasanya terjadi setelah kelahiran bayi, antara lain : (1) postpartum blues ; (2) depresi postpartum ; (3) psikosis postpartum. Diperkirakan lebih dari 85% wanita postpartum akan mengalami postpartum blues.6 Mood yang berfluktuasi cepat, perasaan yang penuh dengan kesedihan, mudah tersinggung, dan cemas merupakan gejala yang sering terjadi. Puncak gejala terjadi pada hari keempat dan kelima setelah persalinan dan bertahan selama beberapa hari, tetapi secara umum waktunya terbatas dan dengan spontan mengalami remisi pada 2 minggu pertama postpartum. Gejala-gejala

baby blues tidak mempengaruhi kemampuan fungsional ibu dan menjaga bayinya. Wanita dengan gejala mudah marah dan bertahan lebih dari 2 minggu harus dilakukan skrining terjadinya depresi postpartum. Sedangkan psikosis postpartum merupakan penyakit psikiatri postpartum yang terberat. Kondisi ini jarang dan terjadi pada 1-2 dari 1000 wanita setelah persalinan. Wanita yang paling beresiko tinggi adalah yang memiliki riwayat gangguan bipolar atau episode psikosis postpartum sebelumnya. Psikosis postpartum memilki onset yang dramatis, secepatnya terjadi pada 48-72 jam pertama postpartum, atau pada umumnya terjadi sekitar 2 minggu pertama postpartum. Kondisinya berupa episode manik atau campuran dengan gejala seperti keletihan dan insomnia, mudah tersinggung, mood yang sangat mudah berubah, dan


(20)

perilaku yang tidak teratur. Ibu dapat mengalami delusi yang berhubungan dengan anaknya (seperti anaknya diculik atau sekarat, anaknya setan atau Tuhan) atau mungkin mengalami halusinasi pendengaran yang menyuruhnya untuk melindungi dirinya dari sang anak. 7

2.2. Depresi Postpartum

2.2.1. Definisi Depresi Postpartum

Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat yang terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi . Depresi postpartum mungkin muncul terlambat 30 minggu dari postpartum, bahkan sebagian mengatakan kurang dari 12 bulan pertama postpartum. Manifestasinya berupa menangis, insomnia, depresi, kelemahan, cemas, tidak bergairah dan konsentrasi yang buruk. bisa saja mengalami gejala yang ringan, sedang ataupun berat. Berdasarkan atas Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV), depresi postpartum bukan merupakan wujud yang terpisah, melainkan bagian dari spektrum depresi mayor, yang terkode dengan suatu modifikasi terhadap onset postpartum. DSM-IV memutuskan bahwa onsetnya harus sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi. 1,3,8,9


(21)

Sinopsis Kriteria DSM –IV terhadap Episode Depresi Mayor, dengan onset postpartum

___________________________________________________________ 3,10,11

1. Pasien harus memiliki sedikitnya satu

• Penurunan mood, atau

dari hal berikut selama periode waktu 2 minggu:

• Anhedonia

2. Sedikitnya lima

• Seringkali merasa tertekan, bahkan hampir setiap hari

dari simptom berikut harus muncul dalam interval waktu 2 minggu :

• Berkurangnya kesenangan atau minat hampir pada semua

aktifitas sehari-hari

• Perubahan selera makan ( ditandai dengan penurunan berat

badan)

• Gangguan tidur (insomnia, hiperinsomia)

• Retardasi psikomotor atau agitasi hampir setiap hari

• Kurangnya energi atau fatique hampir setiap hari

• Perasaan berlebihan terhadap hal yang tidak penting atau

perasaan bersalah yang berlebihan atau perasaan tidak berguna

• Kesulitan untuk berkonsentrasi, atau membuat keputusan

hampir setiap hari

• Seriing berpikir untuk mati, bunuh diri atau rencana untuk


(22)

3. Simptom yang muncul menyebabkan gangguan yang signifikan atau distres dalam sosial, berbicara,atau fungsi hidup sehari-hari yang penting.

4. “Onset Postpartum Spesifik” jika onset simptom terjadi dalam 4 minggu setelah kelahiran bayi

2.2.2.Prevalensi

Depresi postpartum mepengaruhi sekitar 10-15% dari seluruh ibu baru, namun dapat lebih tinggi hingga 35% pada kelompok demografi.2,12 Pada negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 5-25%.4 Satu studi menemukan 19,2% ibu baru yang didiagnosa dengan depresi mayor atau minor dalam tiga bulan pertama postpartum, 7,1% diantaranya mengaalami depresi mayor. Pada studi lain dari 214 wanita, 86 diantaranya memiliki gejala depresi (40,2%), tetapi hanya 25 (11,7%) yang secara nyata didiagnosa sebagai suatu depresi. Survey lainnya menyebutkan sepertiga wanita yang dinilai dengan batas resiko depresi pada delapan bulan postpartum, tetap mengalami depresi 12-18 bulan kemudian, dan hanya 15% yang meminta pertolongan atau dirujuk ke ahli kesehatan mental. Depresi postpartum jarang terdiagnosa dan menjadi komplikasi paska kelahiran bayi serta gangguan psikiatri perinatal tersering, dengan resiko tertinggi pada wanita postpartum tahun pertama.2,12 Satu penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kali lipat peningkatan resiko utuk menjadi depresi pada 3 sampai 6 bulan setelah kelahiran bayi. 4


(23)

2.2.3 Etiologi

Etiologi pasti dari depresi postpartum masih belum jelas, namun berbagai faktor fisiologis dan psikososial telah diinvestigasi. Berikut beberapa hal yang diduga menjadi etiologi dari depresi postpartum.

a. Neurobiologi postpartum

Mekanisme biologi dari depresi postpartum dipercaya berhubungan dengan gangguan depresif mayor. Depresi secara umum merupakan penyakit dengan integritas sirkuit neuron, yang telah ditunjukkan pada studi dengan pengurangan volume otak seseorang yang didiagnosa dengan gangguan depresif mayor. Yang menarik, jumlah volume yang hilang secara langsung berhubungan dengan lama penyakit. Stres dan depresi bekerja dengan mengurangi jumlah protein otak yang mencetuskan pertumbuhan neuron dan formasi sinaps. Dan penyebab neurobiologi ini berinteraksi dengan kemampuan genetik dan faktor lingkungan atau psikososial.

2,3,13,14,15,16

Setelah dilahirkanya plasenta pada saat persalinan, kadar estrogen dan progesteron plasma ibu mulai turun secara cepat. Hormon tersebut diketahui memiliki efek neural pada konsentrasi yang fisiologis, maka diduga perubahan kadarnya memiliki efek psikologis. Pada suatu penelitian pada tikus, stimulasi reseptor GABA pada otak menyebabkan relaksasi dan tranquiliti,dan mengalami penurunan regulasi selama kehamilan oleh neurosteroid yang berasal dari progesteron. Pada saat postpartum, reseptornya akan segera melepaskan ikatannya. Yang


(24)

menarik,tikus dengan reseptor GABA yang rusak, secara signifikan mengalami gejala depresi postpartum seperti anhedonia. Sebagian menyebarkan kotorannya, bahkan ada yang memakan sesamanya. Peneliti menduga bahwa pengobatan dengan agonis reseptor GABA dapat efektif pada kasus tersebut. Suatu penelitian lain meneliti wanita yang diberikan dosis tunggal progestin sintetik atau estrogen transdermal pada 48 jam postpartum, kemudian diskrining dengan EPDS pada saat 4 atau 6 minggu postpartum dan diulangi pada saat 12 minggu postpartum. Pada kelompok progestin, terdapat peningkatan gejala mood negatif pada 6 minggu postpartum, namun tidak muncul pada saat 12 minggu, jika dibandingkan dengan plasebo. Sedangkan pada kelompok estrogen, hanya sedikit gejala depresi yang muncul dibandingkan dengan plasebo.

Sebenarnya kadar estrogen dan progesteron tidak menunjukkan korelasi langsung yang konsisten terhadap perubahan mood, namun mungkin saja kalau kadar steroid neuroaktif dipengaruhi oleh kadar hormon tersebut. Suatu penelitian meneliti hubungan kadar estradiol pada kehamilan 36 minggu dan saat postpartum, dan dijumpai kadar estradiol dan estriol yang menurun pada hari 34, 36, dan 38 antepartum dan hari 1-4, 6 dan 8 postpartum. Mereka juga menemukan kadar estriol total yang tinggi pada hari 2 dan 3 postpartum pada wanita dengan baby blues. Penelitian lain yang meneliti wanita dengan baby blues dan depresi postpartum, menemukan kadar estrogen yang sama pada kedua kelompok wanita tersebut baik dengan atau tanpa gangguan mood. 13,


(25)

Penurunan kadar estrogen hingga 100-1000 x selama 3-4 hari postppartum diduga memiliki hubungan dengan densitas Monoamine Oxidase A (MAO-A), yaitu suatu enzim yang primer berlokasi di membran mitokondria luar yang terdeteksi di neuron dan glia dan peningkatannya diduga berperan dalam episode depresif mayor. Sedangkan progesteron diduga sebagai pencetus gejala depresi postpartum dan telah diteliti oleh beberapa kelompok, dimana didapatkan hubungan yang lemah antara pengurangan progesteron dengan perkembangan depresi postpartum. Dan sebagian juga menemukan kadar progesteron saliva yang tinggi pada antepartum dan rendah pada postpartum, namun tidak terjadi pada kadarnya dalam plasma.

Penelitian terbaru menunjukkan efek mood yang mungkin terjadi akibat metabolit neuroaktif dan prekursor dari progesteron, seperti

alloprgnanolone,3α,5α-tetrahydoprogesterone (3α,5α-THP), 3α,5α

-tetrahydrodeoxycorticosterone (3α,5α-THDOC), dan banyak lainnya. Hormon steroid secara klasik bekerja dengan cara berikatan reseptor intraselluler yang mencetuskan suatu kaskade peristiwa yang menghasilkan modifikasi transkripsi, yang memberikan efek di kemudian hari. Steroid neuroaktif dapat mencetuskan efek neurologi dengan cara berikatan dengan reseptor pada permukaan sel atau channel ion pada neuron dan membangkitkan eksitabilitas sel. Steroid neuroakktif bekerja

sebagai allosteric modulator pada reseptor γ-aminobutyric acid A (GABAA), menambah aksi inhibisi reseptor ini yang juga menurunkan eksitabilitas neuron. Subunit delta yang mengandung reseptor GABAA


(26)

telah diidentifikasi sebagai target dari steroid neuroaktif. Sebagai tambahan, allopregnanolon bekerja sebagai modulator pelepasan dopamin sebagai respon perubahan steroid ovarium yang dapat mempengaruhi neurokimia yang mencetuskan gangguan mood.

Disequilibrum dari steroid neuroaktif diduga menjadi faktor dalam patofisiologi depresi. Bukti menyatakan bahwa terapi antidepressan dapat bekerja dengan tingkat modulasi dari steroid neurooaktif.

14

2,14

Pasien dengan depresi mayor, memiiki kadar 3α,5α-THP dan 3α,5β-THP levels yang menurun dan kadar 3β,5α yang meningkat. Dan kadar ini kembali normal jika diikuti dengan terapi antidepresssan. Dampak dari steroid neuroaktif juga diperiksa dalam hubungannya dengan kadar hormonal wanita. Kadar 5α-dihydroprogesterone (5α-DHP) secara siginifikan meningkat pada wanita hamil 27 dan 37 minggu yang mengalami depresi, dan metabolit progesteron ini tetap tinggi selama 7 minggu postpartum, sedangkan progesteron akan kembali normal pada hari 2-7 postpartum.1


(27)

b. Gangguan Autoimun

Kondisi fisiologis yang cenderung ke kemarahan setelah kelahiran bayi bisa berasal dari autoimun. Satu penelitiian menduga bahwa kemarahan ibu berasal dari paparan ibu terhadap berbagai antigen fetal selama persalinan. Sebagai contoh,tiroiditis postpartum merupakan suatu kondisi dengan autoantibodi tiroid yang terdeteksi di plasma diantara 6 minggu hingga 6 bulan postpartum. Hal tersebut terjadi pada 6-9 % wanita yang tidak memiliki riwayat penyakit tiroid. Pada sebagian kasus, penyakit ini muncul dengan fase hipertiroid yang diikuti dengan fase hipotiroid, atau hanya muncul dengan hipertiroidisme atau hipotiroidisme saja. Beberapa studi telah mencoba untuk menentukan kejadian depresi yang mana yang berhubungan dengan penyakit tiroid itu sendiri. Belum ada kesimpulan pasti yang berhasil didapatkan, namun depresi postpartum mungkin berdasarkan tiroid.

17

c. Gangguan Tidur dan Ritme Sirkardian

Sedikitnya 5 studi sejak tahun 1968 telah menduga bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan depresi postpartum. Ibu baru tidak selalu dapat tidur ketika mereka membutuhkannya, karena mereka harus menjaga bayinya. Kecenderungan wanita tersebut untuk menjadi depresi mungkin disebabkan oleh kelelahan atau fatique.

17

Melatonin adalah hormon tidur yang dihasilkan di kelenjar pineal otak. Konsentrasinya dalam plasma akan mulai meningkat di sekitar waktu tidur dan memuncak pada pukul 3 dini hari, dan selanjutnya akan


(28)

menurun hingga hampir tidak terdeteksi pada saat bangun. Paparan terhadap cahaya, terutama cahaya biru dengan panjang gelombang sekitar 470 nm akan menghambat pelepasan melatonin.

Pada suatu penelitian kecil melaporkan bahwa subjek dengan depresi postpartum yang menggunakan kacamata dengan lensa berwarna biru ketika ia bangun di malam hari untuk menjaga bayinya yang baru lahir, secara signifikan akan sembuh lebih cepat dibandingkan kontrol dengan depresi postpartum yang tidak menggunakan kacamata. Hal ini menyimpulkan bahwa gangguan produksi melatonin pada malam hari merupakan kontributor terhadap depresi postpartum.

2.2.4 Faktor Resiko Depresi Postpartum

Wanita yang paling beresiko tinggi menderita depresi postpartum adalah yang memilki riwayat depresi, episode depresi postpartum sebelumnya, atau depresi selama kehamilan. Tekanan hidup seperti menjaga anak, kurangnya dukungan sosial (terutama dari pasangan), kehamilan yang tidak dinginkan, dan status yang tidak jelas telah divalidasi sebagai faktor resiko.The National Health and Medical Research Council (NHMRC) (2000: 50-67) mengelompokkan faktor resiko menjadi empat kategori berdasarkan pengukuran hubungan bukti yang mendukung. Empat kategori tersebut antara lain : faktor resiko yang pasti didapat ( riwayat depresi, depresi selama kehamilan, hubungan pernikahan, kurangnya dukungan dan kehidupan yang penuh tekanan) dengan persetujuan hampir 75% dari penelitian menggunakan desain


(29)

kohort, faktor resiko yang diduga didapat ( riwayat keluarga dengan kelainan psikosis, karakteristik personal, fungsi kognitif negative, pengalaman melahirkan dan komplikasi obstetrik, kesehatan infan, neurotransmitter) dengan persetujuan 40-60% pada setiap penelitian yang dipublikasikan, faktor resiko yang mungkin didapat ( disfungsi tiroid, persalinan prematur dan kejahatan seksual pada anak) dengan bukti yang sangat sedikit atau temuan yang meragukan, faktor proteksi ( penghargaan diri, dukungan yang meningkat) membutuhan investigasi lebih lanjut 18,19

Lebih dari seperempat semua wanita mengalami Episode Depresif Mayor semasa hidupnya, dengan puncak insidensi terjadi selama usia reporduksi (American psychiatric Association, DSM-IV-TR, 2000). Terdapat badan penelitian substansial yang memeriksa faktor-faktor terkait dengan perkembangan depresi postpartum. Sayangnya, banyak penelitian ini telah memiliki keterbatasan metodologi (seperti sampel kecil) dan begitu saja, kesimpulan definitive mengenai faktor-faktor risiko dalam onset depresi postpartum tidak dapat ditarik dari data-data tersebut. Dalam ulasan penelitian tahun 2005 menyimpulkan penelitian dengan karakteristik metodologi kuat dan mengusulkan pemeriksaan faktor-faktor risiko dalam hal prediktor sedang sampai kuat, sedang, dan lemah. Dalam ulasan mereka, mereka menyajikan ukuran efek dengan jumlah yang lebih tinggi yang mencerminkan lebih kuatnya hubungan dan ukuran efek negatif yang mengindikasikan adanya hubungan terbalik. Prediktor tertinggi depresi postpartum adalah riwayat depresi sebelumnya atau


(30)

gangguan psikiatrik lainnya. Kemudian resiko sedang-berat yaitu kurangnya dukungan sosial dan adanya tekanan hidup seperti perceraian, pengangguran, kematian orang yang disayangi, kekerasan masa kecil, konflik pernikahan, dan kekerasan lainnya. Yang menjadi resiko sedang adalah kepribadian ibu. Selanjutnya yang juga menjadi faktor resiko depresi postpartum namun hanya memiliki sedikit efek yaitu riwayat keluarga dengan gangguan psikiatrik, status sosialekonomi, faktor obstetrik seperti persalinan dengan seksio sesarea, serta komplikasi kehamilan lainnya, etnis,dan usia. 3,19,20

Penelitian juga telah membuktikan adanya hubungan antara masalah maternal dan medis fetus dan onset depresi postpartum. Khususnya, ibu-ibu yang mengalami peningkatan gejala klinis fisik (seperti sakit kepala, nyeri punggung dan perdarahan per vaginal), memiliki keterbatasan dalam fungsi secara fisik (seperti mandi dan memberi bayi makan), dan dilaporkan memiliki bayi yang menyusahkan, lebih cenderung memiliki depresi postpartum. Menariknya, satu penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah sakit dan tingginya jumlah kunjungan antenatal secara klinis merupakan prediktor terbaik depresi postpartum. Sebagai tambahan, masalah medis bayi, termasuk memiliki bayi yang meresahkan, tampaknya meningkatkan risiko ibu untuk terkenanya depresi postpartum

Berikut, beberapa hasil penelitian berupa metaanalisis mengenai faktor resiko depresi postpartum.

3


(31)

Metaanalisis O’Hara and Swain (1996) dikutip dari review Stewart et al (2003)

Jumlah penelitian & subjek 6 Tempat Penelitian

Variabel yang diteliti

Tingkat Efek Keterangan

77 Penelitian &12.210 subjek -Eropa -Amerika Utara -Asia -Jepang -Australia

Sosiodemografi Tidak signifikan Meta analisis yang dirancang dengan sangat baik Mempunyai kekuatan untuk mendeteksi ukuran efek Semua penelitian mengguna kan instrument untuk Faktor klinis

- Depresi selama kehamilan

- Ansietas prenatal

- Riwayat depresi sebelumnya

- Riwayat

depresi dalam keluarga Sedang/Kuat Sedang Sedang Tidak berhubungan

Faktor yang Berkaitan

dengan


(32)

- Komplikasi obstetrik

Lemah mengukur

faktor resiko yang telah distandarisa si Banyak penelitan yang digunakan untuk diagnose Keterbata- san : 3/77 penelitian tidak dipublikasi kan

Faktor Psikologi

- Atribusi kognitif

- Neurotisme

Lemah

Sedang Faktor Sosial

- Pengalaman hidup

- Dukungan sosial

- Status pernikahan

- Hubungan pernikahan

- Pendapatan

Sedang Sedang Tidak berhubungan Lemah Lemah


(33)

Metaanalisis Beck (2001) dikutip dari review Stewart et al (2003)6 Jumlah penelitian & subjek Tempat Peneliti an Variabel yang diteliti Tingkat Efek Keterbatasan 84 Penelitian &3000 subjek - Erop a - Ameri ka Utara - Asia - Jepa ng - Austr alia - Afrika - Timur Tengah - Cina Faktor klinis

- Depresi selama kehamilan

- Ansietas prenatal

- Riwayat depresi sebelumnya

- Riwayat depresi dalam keluarga Sedang Sedang Lemah Sedang 30/84 penelitian tidak dipublikasikan

Tidak mampu untuk menghitung jumlah sampel yang akurat karena banyaknya jumlah penelitian

Faktor yang diukur pada postpartum dipengaruhi oleh mood depresif ibu

Tidak dapat menetukan instrument mana yang digunakan untuk beberapa variabel Faktor yang Berkaitan dengan Obstetrik & Infan

- Kehamilan yang tidak


(34)

diinginkan

- Stres menjaga anak

- Karakter anak Lemah Sedang Sedang Beberapa faktor menunjukkan keadaan mood seperti kebangaan atas diri sendiri, perilaku anak Beberapa penelitian menggunakan wawancara klinis untuk mendiagnosa depresi Tidak dapat menentukan perbedaan nilai ketika instrumen yang berbeda digunakan Sedikit konsep definisi yang tajam digunakan untuk Faktor

Psikologi

- Kebangga- an atas diri sendiri

Sedang

Faktor Sosial

- Pengala- man hidup

- Dukungan sosial

- Status pernikahan

- Hubungan pernikahan

- Pendapatan

Sedang

Sedang

Lemah

Sedang


(35)

membandingkan dengan O’Hara & Swain

Faktor-faktor resiko terjadinya depresi postpartum tersebut kemudian diurutkan dari yang terkuat sampai yang terlemah yang dikenal dengan

Cohen’s Effect Size :6 Kuat ke Sedang

Depresi selama kehamilan Kecemasan selama kehamilan Tekanan hidup saat ini

Kurangnya dukungan sosial Riwayat depresi sebelumnya Sedang

Tingkat stress yang tinggi pada waktu anak-anak Pertahanan diri yang rendah

Neurotisme

Kelainan perilaku pada masa bayi Kecil

Komplikasi obstetrik Keterlibatan kognitif

Kualitas hubungan dengan pasangan Status sosialekonomi


(36)

Tidak ada efek Etnis

Usia ibu

Tingkat pendidikan Paritas

Jenis kelamin anak (pada komunitas barat)

2.2.5. Skrining Depresi Postpartum

Depresi postpartum merupakan gangguan mood serius yang mempengaruhi banyak wanita dari berbagai kultur. Gangguan ini sering tidak terdeteksi, disebabkan karena banyak wanita sering terlambat untuk mencari pertolongan profesional, dan yang kedua adalah ketidakinginan pasien untuk mengungkapkan masalah emosional mereka. Banyak wanita yang mengalami kesulitan untuk memahami masalah yang mereka alami, dan sering beranggapan bahwa pertahanan adalah hal normal saat menjadi ibu. Pada wanita seperti ini, onset gejala mempengaruhi sebab dari depresi lainnya, seperti kelelahan atau gangguan hubungan. Sebaliknya, beberapa wanita menyadari gejala sebagai depresi tetapi ketakutan untuk mencari bantuan professional seperti menjadi sakit mental atau ibu yang tidak sehat. Meskipun setelahnya wanita tersebut memutuskan untuk mencari bantuan professional, namun mereka sering merasa malu, kecewa, atau frustasi. 3,6

Semua ibu, terutama yang memiliki faktor risiko, harus diskrining selama kehamilan dan pada tahun pertama postpartum. Hampir


(37)

seperempat wanita yang menderita depresi postpartum memiliki gejala depresi yang dimulai selama kehamilan mereka, yang menunjukkan kebutuhan untuk skrining awal dan edukasi. Pentingnya wanita postpartum diskrining adalah bukti untuk meningkatnya gangguan psikiatrik selama periode postpartum, termasuk meningkatnya tingkat rawat inap psikiatrik postpartum. Depresi postpartum dapat berkembang kapan saja selama tahun pertama postpartum. Meskipun belum terdapat bukti empirik, menurut bagian pediatrik, waktu terbaik untuk melakukan skrining adalah saat kunjungan anak sehat bukan anak sakit, dengan interval waktu 2 minggu, kemudian 2,4,6,9 dan 12 bulan postpartum.6,21,22

Institusi kesehatan masyarakat di Massachusetts tahun 2012 menetapkan suatu Standards for Effective Postpartum Screening and Recommendation for Health Plans and Health Care Providers yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan skrining depresi postpartum, mencakup siapa yang dapat melakukan skrining, kapan dan dimana dilakukan dan bagaimana data tersebut diolah. Menurut standar tersebut, semua profesional yang berhubungan dengan perawatan kesehatan wanita postpartum, anaknya dan keluarga harus dilatih untuk menskrining depresi postpartum. Skrining depresi postpartum dilakukan sedikitnya satu kali pada setiap wanita postpartum diantara kelahiran hingga 6 bulan setelah kelahiran. Penelitian menyatakan bahwa indikasi depresi postpartum meningkat dengan skrining multipel yang dimulai saat prenatal dan dilanjutkan hingga periode postpartum, yang dapat dilakukan saat kunjungan prenatal, kunjungan postpartum dengan ahli kebidanan


(38)

atau bidan. Neonatal Intensive Care Unit (NICU), kunjungan ke pediatri saat anak sehat, program kunjungan ke rumah, dan pelayanan komunitas sosial. Pelaksanaan skrining depresi postpartum harus didahulukan pada populasi yang mengancam, seperti wanita postpartum yang masih remaja, wanita tunawisma, wanita yang mengalami kekerasan dari pasangannya, imigran, wanita tanpa identitas penduduk, wanita yang mengalami kematian atau kehilangan anak atau yang anaknya mengalami perhatian khusus, wanita yang mengalami kelahiran prematur atau komplikasi kehamilan, wanita dengan riwayat depresi, orang tua adopsi atau asuh, serta keluarga dengan masalah finansial.23

Banyak tenaga kesehatan yang memiliki keterbatasan untuk menilai dan menangani depresi postpartum. Misalnya, mereka sering tidak menyadari gejala-gejala yang muncul mengindikasi kejadian depresi atau mereka merasa tidak yakin mengenai bagaimana membantu secara efektif dan segan untuk mengungkapkan masalah tersebut. Untuk itu, penelitian menduga bahwa skrining secara signifikan dapat membantu tenaga kesehatan professional untuk mendeteksi depresi postpartum. Pada suatu penelitian di USA, 391 ibu diikutkan dalam suatu kelompok skrining postpartum, dimana Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

digunakan,atau kelompok kontrol yang terdiri dari deteksi spontan melalui pemeriksaan klinis rutin.Sesuai yang diharapkan, insidensi deteksi gejala depresi secara signifikan lebih tinggi pada kelompok skrining daripada kelompok yang terdeteksi secara spontan (35.4% vs. 6.3%; p < 0.001). Temuan yang sama juga ditemukan pada penelitian lainnya di USA


(39)

dimana wanita yang mengisi EPDS secara signifikan lebih mudah teridentifikasi gejala depresi postpartum dibandingkan dengan kelompok pemeriksaan rutin (11 dari 37 wanita (30%) vs 0 dari 35 wanita (p < 0.001) . 6,21

Sejumlah wawancara terstandarisasi tersedia untuk menegakkan diagnosa depresi postpartum. Instrumen-instrumen ini secara khusus digunakan dalam tujuan penelitian dan berdasarkan atas kriteria kuat untuk memastikan diagnosa yang sistematis dan dapat dipercaya. Penggunaannya terbatas untuk klinisi terlatih atau peneliti yang memiliki pengetahuan lebih dari DSM, RDC, atau sistem ICD untuk diagnose dan penilaian klinis. Beberapa instrumen tersebut membutuhkan waktu, mahal, dan tidak direkomendasikan untuk praktisi klinis umum.6 Berikut merupakan beberapa instrumen yang dapat dipakai untuk skrining depresi postpartum.

1. Schedule of Affective Disorders and Schizophrenia (SADS).

SADS terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terbuka yang berkenaan dengan setiap gejala dengan penjajakan untuk pertanyaan berikutnya. Terdapat 11 gejala depresif ( tujuh somatik dan empat afektif kognitif) dalam delapan kategori yaitu gangguan makan, gangguan tidur, kelelahan, kurang semangat, perasaan bersalah, gangguan konsentrasi, keinginan bunuh diri, dan gangguan motorik. Keberadaan dan keparahan setiap gejala dinilai dari 1 hingga 6 oleh pemantau dan setiap gejala harus mendapatkan nilai minimal 3 (ringan) atau tinggi (parah atau sering dialami) dan terjadi minimal 2 minggu.


(40)

2. Structured Clinical Interview for DSM-IV-R (SCID).

SCID merupakan wawancara klinis yang menggabungkan diagnose DSM-IV dan memiliki versi berbeda untuk digunakan pada pasien rawat inap, rawat jalan dan bukan populasi klinis. Instrumen ini terbagi atas enam modul yang yang memerlukan waktu 45-60 menit untuk melengkapinya. 6

3. Standard Psychiatric Interview (SPI).

SPI (yang juga dikenal sebagai Clinical Interview Schedule; CIS) merupakan wawancara semi struktur yang digunakan untuk survey komunitas. SPI lebih sedikit dari wawancara terstandarisasi lainnya dan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang didesain untuk menelaah keberadaan atau ketiadaan dari 10 gejala psikiatrik. Wawancaranya sering dimodifikasi dengan menambahkan masalah yang menyangkut gangguan makan dan penurunan berat badan postnatal. 6

4. Present State Examination (PSE).

PSE merupakan wawancara klinis semi struktur yang mencari gejala psikiatri yang terjadi selama 4 minggu sebelumnya. PSE sering digunakan pada sejumlah studi depresi postpartum.6

5. Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD).

HRSD digunakan untuk menilai keparahan depresi pada pasien yang telah terdiagnosa untuk mendapatkan penilaian klinis. Terdiri dari 17


(41)

gejala depresif, dan skala ini sering digunakan pada beberapa literature depresi postpartum. 6

6. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah alat pelaporan sendiri yang direkomendasikan untuk mengkonfirmasi gejala depresif pada wanita postpartum ( Level Evidens III).25 EPDS adalah 10 jenis skala yang didesain secara khusus untuk menggambarkan tingkat depresi postpartum pada sampel komunitas. Setiap pertanyaan bernilai 4 poin skala (dari 0-3), dengan total skor berkisar antara 0-30. Setiap pertanyaan ditulis dalam bentuk lampau, termasuk pertanyaan yang berhubungan dengan perasaan ibu selama 7 hari sebelumnya dan merujuk kepada mood depresif, anhedonia, perasaan bersalah, kecemasan, dan keinginan untuk bunuh diri. Satu tantangan dari skala ini adalah tidak mengikutkan beberapa gejala somatic umumnya seperti insomnia dan gangguan makan, yang mungkin muncul secara alami pada wanita postpartum, tetapi hanya satu pertanyaan yang mengarah ke gejala somatik dan berhubungan dengan mood, yaitu “ Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga saya mengalami kesulitan untuk tidur”. Satu kekurangan dari skala ini antara lain tidak mencakup simptom somatik seperti insomnia dan perubahan selera makan, yang umum terjadi pada wanita postpartum. 6,10

Edinburgh Postnatal Depression Scale adalah 10 macam kuesioner yang mudah untuk dilakukan, merupakan alat skrining yang efektif.


(42)

Sebuah nilai cut-off dari 9 atau 10 telah direkomendasikan di Inggris untuk tahap pertama skrining dan merupakan indikator adanya depresi postpartum yang dapat diandalkan pada wanita di Amerika Serikat. Jika seorang wanita memiliki total skor pada Edinburgh Postnatal Depression Scale lebih dari 13 atau pada pertanyaan "pemikiran untuk melukai diri sendiri telah terjadi kepada saya” menunjukkan hasil "kadang-kadang" (skor 2) atau" cukup sering " (Skor 3), dianjurkan untuk melakukan wawancara klinis singkat untuk meninjau gejala dan menetapkan diagnosis depresi.6,21,26,27 Rekomendasi lain menyatakan bahwa nilai cut-off EPDS lebih dari 12 dapat digunakan untuk menentukan gejala pada wanita yang dapat berbahasa inggris. Kriteria cut-off harus diinterpretasi lebih hati-hati pada wanita yang tidak mampu berbahasa inggris, yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa kedua, dan wanita dengan kultur yang berbeda (Level of Evidence = III).25,28

EPDS yang orisinil didapat setelah meneliti 84 orang wanita Edinburgh yang sebelumnya telah diidentifikasi berpotensial menjadi depresi pada 6 minggu postpartum oleh tenaga kesehatan professional pada tahun 1987. Skor EPDS telah dibandingkan dengan Research Diagnostic Criteria (RDC) yang diperoleh dari Standard Psychiatric Interview (SPI), dan memiliki sensitifitas 86%, spesifisitas 78% dan nilai prediksi positif 73%. Penelitian lain yang membandingkan EPDS dengan

Beck Depression Inventory (BDI), sensifitas EPDS berkisar 95% dan spesifitas 93%. 6,21,25 Sedangkan jika dibandingkan dengan Inventory of


(43)

Depressive Symptomatology, nilai sensitifitas EPDS berkisar 78%, spesifitas 90%, nilai prediksi positif 66% dan nilai prediksi negatif 94%. 29

Penting untuk diketahui, bahwa tidak ada penelitian yang pasti menyatakan periode postpartum yang tepat untuk menggunakan EPDS. Pada tiga penelitian yang dilaporkan sebelumnya menyatakan bahwa EPDS dapat digunakan kapan saja selama 12 bulan pertama postpartum (saat kelahiran hingga 12 bulan) untuk mengkonfirmasi gejala depresif (Level Evidens III) .24,25 Penelitian berikutnya menyatakan bahwa validitas EPDS yang digunakan pada wanita yang sama secara berulang, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sama selama periode postpartum.24 Pada studi di bagian pediatri, menyatakan skrining rutin untuk depresi postpartum adalah sebelum 2 bulan postpartum. Kesimpulan ini didukung oleh data epidemiologi yang menyatakan bahwa prevalensi pospartum

blues memuncak pada saat tersebut. Dan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa nilai prediksi positif skor EPDS yang didapat selama 5 hari pertama postpartum untuk diagnosa simptom depresif mayor adalah rendah (< 60%).24

EPDS harus diisi oleh satu orang. Dukungan harus diberikan agar ibu dapat menyelesaikan kuesioner sendiri, dimana dia merasa dapat menjawab pertanyaan sejujurnya. Ibu mungkin memerlukan bantuan dalam EPDS jika dia memiliki keterbatasan kemampuan membaca atau pemahaman dalam bahasa Inggris. 25,26


(44)

Edinburgh Postnatal Depression Scale

(EPDS)

30

Name: ______________________________ Address: ____________________ Your Date of Birth: ____________________ _____________________________ Baby’s Date of Birth: ___________________ Phone: ____________________

As you are pregnant or have recently had a baby, we would like to know how you are feeling. Please check the answer that comes closest to how you have felt IN THE PAST 7 DAYS, not just how you feel today.

Here is an example, already completed. I have felt happy:

o Yes, all the time

• Yes, most of the time .This would mean: “I have felt happy most of the time” during the past week.

o No, not very often Please complete the other questions in the same way. o No, not at all

In the past 7 days:

1. I have been able to laugh and see the funny side of things

o As much as I always could o Not quite so much now o Definitely not so much o Not at all

2. I have look forward with enjoyment to things

o As much as i ever did o Rather less than i used to o Defenitely less than i used to o Hardly at all

3. I have blamed myself unnecessarily when things went wrong*

o Yes, most of the time o Yes, some of the time o Not vey often

o No, never

4. I have been anxious or worried for no good reasoon

o No, not at all o Hardly ever o Yes, sometimes o Yes, very often

5. I have felt scared or panicky for not very good reason*

o Yes, quite a lot o Yes, sometimes

o No, most of the time I have coped

quite well

o No, I have been coping as well as

ever

6. Things have been getting on top of me *

o Yes, most of the time I haven’t been

able to cope at all

o Yes, sometimes I haven’t been

coping as well as usual

o No, most of the time I have coped

quite well

o No, I have been coping as well as

ever

7. I have been so unhappy that I have had difficulty sleeping *

o Yes, most of the time o Yes, sometimes o Not very often o No, not at all

8. I have felt sad or miserable *

o Yes, most of the time o Yes, quite often o Not very often o No, not at all

9. I have been so unhappy that I have been crying*

o Yes, most of the time o Yes, quite often o Only occasionally o No, never

10. The thought of harming myself has occured to me *

o Yes, quite often o Sometimes o Hardly ever o Never


(45)

Skrining rutin untuk depresi postpartum dengan menggunakan EPDS berhubungan dengan peningkatan lebih dari dua kali lipat diagnosa depresi postpartum pada populasi. Banyak diagnosa depresi (85%) dibuat pada kunjungan selama 6 minggu postpartum dimana skrining diselesaikan. Perawatan depresif ditawarkan kepada seluruh wanita dengan diagnosa depresi postpartum. Wanita dengan peningkatan skor EPDS adalah 7 kali lebih sering terdiagnosa dengan depresi postpartum. Meskipun hanya sebuah ukuran keluaran intermediate, mendapatkan pengobatan untuk depresi postpartum adalah langkah pertama untuk mengefektifkan keluaran pasien, seperti meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, kemampuan untuk merawat anak, dan pencegahan bunuh diri. Pola diagnosa awal pada periode postpartum sama dengan yang pernah dilaporkan pada penelitian sebelumnya dengan kebanyakan wanita mempeoleh diagnosa sekitar 6 bulan kelahiran. Selama evaluasi depresinya, banyak wanita dengan depresi postpartum melaporkan bahwa simptom muncul sekitar beberapa minggu kelahiran dan masih dapat ditolerir hingga diagnosa dibuat.5,24

Skrining EPDS dilakukan pada satu titik waktu, dan tidak semua depresi postpartum adalah bukti pada atau sebelum waktu tersebut. Hal itu penting untuk terus mempertimbangkan depresi postpartum sebagai diagnosis bagi perempuan yang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala pada kunjungan postpartum 6 minggu tapi hadir di lain waktu dengan temuan yang mungkin konsisten dengan depresi. Skor rendah EPDS bisa


(46)

menjadi negatif palsu atau apakah wanita ini tidak bergejala pada saat skrining EPDS. 24

Beberapa wanita yang memiliki diagnosis pertama depresi postpartum pada 3 sampai 9 bulan setelah melahirkan menyebutkan bahwa gejala telah hadir sejak bayi berusia lebih muda dari 1 bulan dan memiliki skor tinggi skrining EPDS. Perempuan ini mungkin menunjukkan meningkatnya kejelasan dari belakang, kegagalan dokter untuk mengatasi skor EPDS, keterbatasan kemampuan dokter untuk mengevaluasi depresi yang adekuat atau kegagalan perempuan untuk mengungkapkan keparahan gejala mereka.24 Pentingnya mengurangi diagnosa yang terlambat dicontohkan oleh wanita dengan usaha bunuh diri sekitar 3 bulan setelah melahirkan. Catatan ICU yang selesai pada saat rawat inap untuk pengobatan suatu percobaan bunuh diri lewat overdosis menyatakan dia telah memiliki gejala sejak lama setelah kelahiran bayi. Hal ini tidak jelas apakah dokter tidak melihat respon, tidak menjawab, atau tidak mendokumentasikan respon mereka (yaitu, telepon follow-up tidak dilaporkan). Jika pasien telah mempertimbangkan rencana untuk melakukan tindakan atas pikiran bunuh diri atau memiliki pemikiran tentang merugikan bayinya, direkomendasikan ketentuan untuk keamanan dan rujukan yang mendesak terhadap pengobatan untuk kejiwaannya. Perempuan yang memiliki gangguan fungsional utama (terbukti oleh adanya sikap menghindari keluarga atau teman-teman, ketidakmampuan untuk mengurus kebersihan, atau ketidakmampuan untuk merawat bayi secara adekuat) dan mereka dengan adanya penyalahgunaan zat juga


(47)

merupakan calon diperlukan rujukan yang cepat. Perempuan yang melaporkan gejala depresi tanpa keinginan bunuh diri atau gangguan fungsional utama (atau skor antara 5 dan 9 pada EPDS) harus dievaluasi lagi dua sampai empat minggu kemudian dalam rangka untuk menentukan apakah episode depresi telah berevolusi atau apakah gejala mereda. Mengumpulkan riwayat secara hati-hati dan pemeriksaan fisik diperlukan pada semua wanita dengan depresi postpartum. Fungsi tiroid harus dinilai, karena hipotiroidisme dan hipertiroidisme lebih sering terjadi selama periode postpartum dan dapat berkontribusi terhadap terjadinya perubahan mood. Namun, pada wanita dengan hipertiroidisme atau hipotiroidisme, pengobatan gangguan tiroid dan depresi biasanya diperlukan.4,15

2.2.6 Diferensial Diagnosis

Meskipun depresi postpartum merupakan gangguan afektif postpartum yang paling umum terjadi, terdapat beberapa gangguan postpartum lainnya. Gangguan paling parah yang terjadi pada periode postpartum diketahui sebagai psikosis postpartum. Jika ada, ibu mungkin mengalami pikiran psikotik yang menempatkan dia sendiri dan anak-anaknya dalam bahaya. Seorang ibu yang didiagnosis dengan psikosis postpartum khasnya mengalami halusinasi (auditorius dan/atau visual), pikiran delusi (kepercayaan palsu) dan agitasi. Psikosis postpartum khasnya memiliki onset awal dan lebih umum terjadi pada wanita dengan riwayat gangguan bipolar. Meskipun gangguan ini jarang terjadi (1-2%), seorang pasien harus segera dirujuk untuk intervensi krisis karena


(48)

dampak yang sangat berbahaya dan berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain.6 Selain itu juga terdapat kumpulan gangguan kecemasan, yang dikenal sebagai gangguan kecemasan postpartum (seperti gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif), dimana seorang ibu mengalami gejala klinis yang semakin meningkat secara perlahan-lahan yang lebih nyata setelah kelahiran bayi. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan postpartum yang paling umum terjadi, dimana ibu-ibu biasanya mengalami obsesi signifikan terhadap kesejahteraan anaknya. Jika tidak diobati, banyak yang menderita gangguan kecemasan postpartum akhirnya mengalami depresi postpartum.6

2.3. Kerangka Teori Masa postpartum

Neurobiologi postpartum

Gangguan autoimun

Gangguan Tidur dan Ritme Sikardian

Faktor Resiko:

- Faktor resiko yang pasti didapat - Faktor resiko yang diduga didapat

- Faktor resiko yang mungkin didapat

Gangguan Mood dan gejala depresif

mayor

Depresi postpartum


(49)

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu studi potong lintang (cross sectional study)

3.2 . Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan. Waktu penelitian adalah pada bulan Agustus 2013 sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

3.3. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita postpartum yang sebelumnya bersalin di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan dan melakukan kunjungan ulang pertama ke poliklinik.

3.4. Sampel dan Teknik Sampling

Pengumpulan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling

dimana setiap penderita yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu atau sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.


(50)

3.5. Besar Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik, sehingga jumlah besar sampel didapat dengan rumus :

n = Zα2 .P.Q

d2 Zα = 1,96 dengan α = 0,05 (5%)

n = (1,96)2 (0,15) (0,85)

(0,1)2 mengalami

P= proporsi populasi yang

depresi postpartum =15% n = 48,98 ∞ 50 sampel Q = 1-P = 1-0,15 = 0,85

d =presisi yang diinginkan = 10 %

3.6. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner untuk menilai skala depresi postpartum yakni Edinburgh Postnatal Depression Scale yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan skala nilai 0-3 untuk setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan bernilai 4 poin skala (dari 0-3), dengan total skor berkisar antara 0-30. Digunakan cut-off 10, artinya skor > 10 berarti cenderung untuk mengalami depresi postpartum, dan skor < 10 berarti tidak cenderung untuk mengalami depresi postpartum.

3.7. Variabel Penelitian a.Variabel independen:


(51)

- Paritas

- Status pernikahan - Tingkat penghasilan - Tingkat Pendidikan - Pilihan persalinan - Dukungan sosial

b. Variabel dependen : kecenderungan depresi postpartum

3.8. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi

a. Semua pasien yang melahirkan pervaginam dan seksio sesarea di RSUP H. Adam Malik Medan

b. Pasien dengan kesadaran compos mentis

c. Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan riwayat depresi sebelumnya b .Pasien dengan gangguan mental

c. Pasien dengan gangguan tiroid dan gangguan autoimun d. Pasien dengan komplikasi atau penyakit bawaan


(52)

3.9. Prosedur Kerja

a. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan akan menandatangani lembar persetujuan

b. Pasien diberikan kuisoner Edinburgh Postnatal Depression Scale

yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diminta untuk melengkapinya.

3.10 Kerangka Konsep

3.10. Batasan Operasional

1. Wanita postpartum pada penelitian ini adalah wanita sesudah persalinan yang melakukan kunjungan ulang pertama ke poliklinik. 2. Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat

yang terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi.

Wanita postpartum Kecenderungan

Depresi postpartum

Edinburgh Postnatal Depression Scale

Independen Dependen

Karakteristik ibu: -Usia

- Paritas

- Status pernikahan - Tingkat penghasilan - Tingkat Pendidikan - Pilihan persalinan - Dukungan sosial


(53)

3. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah 10 jenis skala yang didesain secara khusus untuk menggambarkan tingkat depresi postpartum pada sampel komunitas, dengan kecenderungan depresi postpartum : jika nilai skor EPDS ≥10.

4. Karakteristik ibu meliputi :

- Usia : umur ibu yang dinilai berdasarkan tahun

- Paritas: jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik yang hidup maupun yang mati.

- Primipara : wanita yang telah melahirkan janin yang viabel sebanyak satu kali

- Multipara : wanita yang telah melahirkan janin yang viabel lebih dari satu kali

- Status pernikahan : berdasarkan pernikahan yang ditetapkan oleh Undang-undang pernikahan.

- Tingkat penghasilan : jumlah penghasilan perbulan berdasarkan UMR

- Tingkat Pendidikan : jenjang pendidikan formal

- Pilihan persalinan : jenis persalinan yang ditentukan oleh dokter ahli obstetri dan ginekologi (pervaginam/ekstraksi vakum/seksio sesarea)

- Dukungan sosial : Dukungan yang diberikan seseorang yang dibutuhkan oleh ibu yang akan bersalin.


(54)

3.11 Alur Penelitian

Subyek Penelitian

Dilakukan pengukuran Skor depresi postpartum dengan menggunakan Edinburgh Postnatal Depresion Scale Wanita Postpartum

Analisa Data

Karakteristik ibu: -Usia

- Paritas

- Status pernikahan - Tingkat penghasilan - Tingkat Pendidikan - Pilihan persalinan - Dukungan sosial

Melakukan kunjungan ulangan ke poliklinik


(55)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Distribusi data karakteristik sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian wanita postpartum yang berjumlah 50 orang. Karakteristik wanita postpartum tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN

Umur Frekuensi Persentase (%)

<20 Tahun 4 8,0

20-35 Tahun 32 64,0

>35 Tahun 14 28,0

Pendidikan

SD 1 2,0

SLTP 12 24,0

SLTA 32 64,0

D3 2 4,0

S1 3 6,0

Status Perkawinan

Menikah 50 100

Paritas

Multi 38 76,0

Primi 12 24,0

Penghasilan


(56)

Tabel diatas menggambarkan bahwa karakteristik wanita postpartum yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan berdasarkan usia, sebagian besar pada kelompok umur 20 - 35 tahun (64%) yang merupakan umur produktif dan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur dibawah 20 tahun (8%).

Berdasarkan tingkat pendidikan maka wanita postpartum yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan lebih banyak dengan berpendidikan SLTA (64%) dan yang terendah adalah berpendidikan SD (2%). Seluruh wanita postpartum tersebut dengan status perkawinan telah menikah (100%) dan seluruhnya mendapatkan dukungan sosial keluarga (100%). Berdasarkan paritas maka sebagian besar wanita postpartum yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan dengan riwayat paritas multigravida (76%) dan yang lainnya adalah dengan paritas primigravida (24%), dengan pilihan persalinan umumnya adalah seksiosesaria (82%).

> 2 juta 4 8,0

1 - 2 juta 13 26,0

Dukungan sosial

Ada 50 100

Pilihan Persalinan

Seksio sesaria 41 82,0

Spontan 9 18,0


(57)

Tingkat penghasilan keluarga paling banyak adalah kurang dari Rp 1.000.000,- per bulan (66%) dan persentase terendah dengan penghasilan di atas Rp 2.000.000 perbulan (8%). Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi keluarga wanita postpartum yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan sebagian besar termasuk relatif rendah.

4.2 Distribusi Hasil Skrining Depresi Postpartum Pada Wanita Postpartum

Tabel 4.2 Distribusi Hasil Skrining Depresi Postpartum Pada Wanita Postpartum di RSUP H.Adam Malik dan RSU Pirngadi pada Agustus 2013- April 2014

Skrining Depresi N Persentase

(%)

Cenderung depresi 13 26,0

Tidak cenderung depresi 37 74,0

Berdasarkan skrining depresi terhadap wanita post partum berdasarkan penilaian Edinburgh Postnatal Depression Scale, maka didapatkan sebagian besar wanita postpartum yang melahirkan di di RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan tidak mempunyai kecenderungan depresi (74%).


(58)

4.2 Analisa Bivariat.

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Karakteristik dengan hasil Skrining Depresi Postpartum

Karakteristik Ibu

Penilaian Depresi

Total

Nilai p Cenderung

Depresi

Cenderung tidak Depresi Klp_umur

<20 Tahun 2 (50,0%) 2 (50,0%) 4 (100%)

20-35 Tahun 7 (21,9%) 25 (78,1%) 32 (100%) 0,355 >35 Tahun 4 (28,6%) 10 (71,4%) 14 (100%)

Pendidikan

SD 1 (100,0%) 0 (,0%) 1 (100%)

SLTP 5 (41,7%) 7 (58,3%) 12 (100%)

SLTA 7 (21,9%) 25 (78,1%) 32 (100%) 0.214

D3 0 (,0%) 2 (100,0%) 2 (100%)

S1 0 (,0%) 3 (100%) 3 (100%)

Paritas

Primipara 4 (33,3%) 8 (66,7%) 12 (100%)

Multipara 9 (23,7%) 29 (76,3%) 38 (100%) 0,707 Penghasilan

< 1 juta 12 (36,4%) 21 (66,6%) 33 (100%)

1 - 2 juta 1 (7,7%) 12 (92,3%) 13 (100%) 0,077 > 2 juta 0 (,0%) 4 (100%) 4 (100%)

Pilihan Persalinan

Seksiosesaria 10 (24,4%) 31 (75,6%) 41 (100%)


(59)

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan persentase, kelompok umur yang mengalami cenderung depresi lebih banyak pada kelompok umur kurang dari 20 tahun (50%) di ikuti dengan kelompok umur diatas 35 tahun (28,6%) namun dari hasil uji statistik dengan Fisher Exact oleh karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0.05 yang memberi pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kecenderungan terjadinya depresi post partum.

Hal diatas sesuai dengan literature review Stewart,et al (2003) yang menyimpulkan bahwa umur tidak memiliki efek terhadap terjadinya depresi postpartum.

Berdasarkan persentase tingkat pendidikan ibu menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah (SD – SLTA) lebih banyak mengalami kecenderungan depresi, sedang tingkat pendidikan yang lebih tinggi seluruhnya cenderung tidak depresi namun dari hasil uji statistik dengan Fisher Exact oleh karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0.05 yang memberi pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kecenderungan terjadinya depresi post partum. Hal ini dapat disebabkan oleh karena para ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi mudah memahami proses persalinan sehingga lebih siap menghadapi proses persalinan.


(60)

Hal diatas sesuai dengan literature review Stewart,et al (2003) yang menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki efek terhadap terjadinya depresi postpartum.

Berdasarkan paritas persentase ibu primipara sedikit lebih banyak yang cenderung depresi (33,3 %) dibandingkan wanita multipara (23,7%) dan dari hasil uji statistik dengan Fisher Exact oleh karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0.05 yang memberi pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kecenderungan depresi pada ibu post partum. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada ibu multigravida telah melakukan persalinan beberapa kali sehingga para ibu sudah siap menjalani proses persalinan yang sesuai dengan kondisi ibu.

Hal diatas sesuai dengan literature review Stewart,et al (2003) yang menyimpulkan bahwa paritas tidak memiliki efek terhadap terjadinya depresi postpartum.

Berdasarkan penghasilan keluarga menunjukkan bahwa persentase keluarga dengan penghasilan di atas Rp 2.000.000 seluruhnya cenderung tidak depresi dibandingkan dengan penghasilan yang lebih rendah namun dari hasil uji statistik dengan Fisher Exact oleh karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0.05 yang memberi pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang


(61)

bermakna antara penghasilan keluarga dengan kecenderungan depresi pada ibu post partum.

Hal diatas sesuai dengan literature review Stewart,et al (2003) yang menyimpulkan bahwa pendapatan atau penghasilan memiliki efek yang lemah terhadap terjadinya depresi postpartum.

Berdasarkan persentase pilihan persalinan maka ibu yang melakukan seksiosesaria sedikit lebih rendah yang mengalami cenderung depresi dibandingkan dengan melahirkan secara spontan perpaginam dan dari hasil uji statistik dengan Fisher Exact oleh karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0.05 yang memberi pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pilihan persalinan dengan kecenderungan depresi pada ibu post partum.

Hal diatas sesuai dengan literature review Stewart,et al (2003) yang menyimpulkan bahwa komplikasi obstetrik memiliki efek yang lemah terhadap terjadinya depresi postpartum.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Sebagian besar wanita yang melahirkan di RSUP H.Adam Malik dan RS.Pirngadi Medan tidak cenderung mengalami depresi postpartum.

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan ibu paritas, penghasilan keluarga, dukungan keluarga dan pilihan persalinan dengan kecenderungan terjadinya depresi postpartum.

5.2 SARAN

1. Pernikahan sebaiknya dilakukan setelah pasangan menempuh jenjang pendidikan formal minimal 9 tahun.

2. Konseling tentang proses persalinan, serta motivasi untuk melakukan persalinan yang normal sangat perlu dilakukan kepada pasangan usia subur pada saat prenatal dan antenatal dan khususnya pada wanita usia dibawah 20 tahun, tingkat pendidikan menengah ke bawah dan primigravida agar siap menghadapi proses persalinan.

3. Penyuluhan mengenai reproduksi perlu dilakukan baik kepada wanita dan pria sejak usia muda.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bozoky I, Corwin J. Fatique as a Predictor of Postpartum Depression.JOGNN Clinical Studies. Vol.31.No.4. 2002. p 436-43.

2. Thurgood S. Postpartum Depression (PPD). American Journal of Clinical Medicine. 2009. Vol.6 No.2.p.17-22

3. Lamonde L. A Comprehensive Review of Postpartum Depression (PPD) for Healthcare Providers. PDF Online Version.

4. Mancini F, Carlson C.Use of the Postpartum Depression Screening Scale in a Collaborative Obstetric Practice. J Midwifery Womens Health. 2007;52(5):429-434.

5. Hagen EH, The Functions of Postpartum Depression. Evolution and Human Behavior 20.1999.p:325–359

6. Stewart ED et al, Postpartum Depression : Literature review of risk factor and Interventions. University Health Network Women’s Health Program 2003.p 1-289

7. Joy S. Postpartum depression. Division Chief Maternal-Fetal Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology, Virginia Tech Carilion School of Medicine. eMedicine Specialist Web

8. Fike CA. A Review of Postpartum Depression. Prim Care Companion J Clin Psychiatry. 1999 February; 1(1): 9–14.

9. Gjerdingen D. The Effectiveness of Various Postpartum Depression Treatments and the Impact of Antidepressant Drugs on Nursing Infants. J Am Board Fam Med September 1, 2003 vol. 16 no. 5 372-382

10. Wisner K. et al.Postpartum Depression. N Engl J Med, Vol. 347, No. 3, 2002. p 194-8

11. Evidence-based Practice Center Systematic Review Protocol. Project Title: Efficacy and Safety of Screening for Postpartum Depression. Effective Health Care Program. Agency for Healthcare Research and Quality.2012:1-29


(64)

12. Prevalence of Self-Reported Postpartum Depressive Symptoms— 17 States,2004-2005. Morbidity and Mortality Weekly Report.

JAMA. 2008;57:361-366

13. Hendrick V. Altshuler LL. Suri R. Hormonal Changes in the Postpartum and Implications for Postpartum Depression. Review Article. Psychosomatics 1998; 39:p: 93–101

14. Zonana J. Gorman JM. The Neurobiology of Postpartum Depression.CNS Spectr. 2005;10(10):792-799,805

15. Merritt T, Kuppin S, Wolper M.Postpartum Depression Causes and Correlates. The International Electronic Journal of Health Education,2001;4:57-63

16. Sacher J. Elevated Brain Monoamine Oxidase A Binding in the Early Postpartum Period. Arch Gen Psychiatry. 2010;67(5):468-474

17. McCoy SJB. Postpartum Depression: An Essential Overview for the Practitioner. Review Article. Southern Medical Association, 2011;p.128-132

18. Armstrong K. The effectiveness of a pram walking exercise program in reducing depressive symptomatology for postnatal women.

International Journal of Nursing Practice 2004; 10: 177–194

19. Yim IS, et al. Risk of Postpartum Depressive Symptoms With Elevated Corticotropin-Releasing Hormone in Human Pregnancy.

Arch Gen Psychiatry. 2009;66(2):162-169

20. Miller LJ. LaRusso EM. Preventing Postpartum Depression. Psychiatr Clin N Am 34,2011;53-56

21. Murray L. Carothers AD. The Validation of The Edinburgh Post-Natal Depression Scale on a Community Sample. British Journal of Psychiatry.1990;157,288-290

22. Georgiopoulos.A.M, et al. Routine Screening for Postpartum Depression.The Journal of Family Practice. February 2001 · Vol. 50, No. 2.

23. Benham R,et al. Standards for Effective Postpartum Depression Screening in Massachusetts and Recommendations for Health


(65)

Plans and Health Care Providers. Postpartum Depression (PPD) Screening Data Reporting. Massachusetts Department of Public Health.2012.p 6-13

24. Sheeder J, Kabir K, Stafford B. Screening for Postpartum Depression at Well-Child Visits: Is Once Enough During the First 6 Months of Life. PEDIATRICS. Vol. 123 No. 6 June 2009, pp. e982-e988

25. Grinspun D,et al Interventions for Postpartum Depression. RNAO Nursing Best Practice Guideline Program.Toronto.2005.p 20-95 26. Horowitz JA, et al. Best practices: community-based postpartum

depression screening: Results from the CARE study.

27. Yawn BP. TRIPPD: A Practice-Based Network Effectiveness Study of Postpartum Depression. Screening and Management. Ann Fam Med 2012;10:320-329

28. Boyd RC, Worley H. Utility of the Postpartum Depression Screening Scale Among Low Income Ethnic Minority Women. Nova Science Publishers, Inc.2007.p:151-166

29. Yonkers KA.et al.Onset and Persistence of Postpartum Depression in an Inner-City Maternal Health Clinic System. Am J Psychiatry,2001;158:11.p:1856-1863

30. Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R. Detection of postnatal depression: Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. British Journal of Psychiatry.1987.150:782-786


(66)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA

CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang saudari...

Nama saya dr. Rahmanita Sinaga, saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang kebidanan dan penyakit kandungan (OBGIN) FK-USU. Saya akan melakukan penapisan untuk menilai depresi yang dapat terjadi pada wanita setelah melahirkan.

Terima kasih atas kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul: “GAMBARAN SKRINING DEPRESI POSTPARTUM PADA WANITA POSTPARTUM DENGAN MENGGUNAKAN

EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS)

DI RSUP.H.ADAM MALIK DAN RSU DR.PIRNGADI MEDAN”

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran skrining depresi postpartum berdasarkan faktor karakteristik pada wanita setelah melahirkan di RSUP.H.Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan usaha pencegahan dan mengatasi depresi setelah melahirkan segera dengan memberikan informasi pada ibu pada saat hamil dan setelah melahirkan. Gejala depresi dapat segera diketahui dan dapat ditindaklanjuti segera.

Dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan anda untuk mengisi lembar pertanyaan yang harus dijawab satu persatu. Jawaban anda akan saya nilai satu persatu dan secara keseluruhan akan dinilai juga untuk menentukan kecenderungan terjadinya depresi setelah melahirkan. Tidak ada resiko dan efek samping yang dapat terjadi pada saudari pada penelitian ini.


(67)

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada biaya yang dibebankan kepada anda dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun, serta saya akan menjamin kerahasiaan pribadi dalam mengikuti penelitian ini. Anda berhak untuk menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan anda yang terpilih sebagai subyek sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada anda yang telah berpartisipasi didalam penelitian ini. Jika terdapat hal-hal yang kurang jelas maka dapat menghubungi saya dr. Rahmanita Sinaga di Dept.Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan atau No. Telp. 0811605345.

Medan, Agustus 2013 Hormat Saya


(68)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Dengan ini menyatakan :

Setelah mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami tentang maksud dan tujuan serta tata laksana penelitian dan saya menyatakan tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitan ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan,

Yang membuat pernyataan,


(69)

Tanggal Pemeriksaan : Nama :

Umur : MR :

Status Perkawinan : Jumlah anak

Pekerjaan : Penghasilan : Pendidikan terakhir:

SKALA DEPRESI PASCA PERSALINAN EDINBURGH

Instruksi : Setelah anda melahirkan bayi, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan anda selama 7 hari ini. Dibawah ini ada sebuah contoh pertanyaan yang dilengkapi dengan jawabannya.

Saya merasa bahagia :

o Ya, hampir setiap waktu  Ya, kadang-kadang o Tidak terlalu sering

o Tidak, tidak sama sekali

Jawaban ini berarti : Saya kadang-kadang merasa bahagia .

Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan cara yang sama.

Selama 7 hari belakangan ini :

1. Saya dapat tertawa dan melihat sisi yang menyenangkan dari suatu hal :

o Sebanyak-banyaknya

o Sekarang ini tidak terlalu banyak o Sedikit


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,529a 2 ,466 ,559

Likelihood Ratio 1,388 2 ,499 ,626

Fisher's Exact Test 1,772 ,355

Linear-by-Linear Association

,115b 1 ,735 ,783

N of Valid Cases 50

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,04. b. The standardized statistic is ,339.

Pendidikan * Depresi

Crosstab

Depresi

Total Cendrung

Depresi

Cendrung tidak Depresi

Pendidikan D3 Count 0 2 2

% within Pendidikan ,0% 100,0% 100,0%

S1 Count 0 3 3

% within Pendidikan ,0% 100,0% 100,0%

SD Count 1 0 1

% within Pendidikan 100,0% ,0% 100,0%

SLTA Count 7 25 32


(2)

SLTP Count 5 7 12 % within Pendidikan 41,7% 58,3% 100,0%

Total Count 13 37 50

% within Pendidikan 26,0% 74,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6,417a 4 ,170 ,171

Likelihood Ratio 7,384 4 ,117 ,122

Fisher's Exact Test 5,193 ,214

N of Valid Cases 50

a. 7 cells (70,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,26.

Paritas * Depresi

Crosstab

Depresi

Total Cendrung

Depresi

Cendrung tidak Depresi

Paritas Multi Count 9 29 38

% within Paritas 23,7% 76,3% 100,0%

Primi Count 4 8 12


(3)

Crosstab

Depresi

Total Cendrung

Depresi

Cendrung tidak Depresi

Paritas Multi Count 9 29 38

% within Paritas 23,7% 76,3% 100,0%

Primi Count 4 8 12

% within Paritas 33,3% 66,7% 100,0%

Total Count 13 37 50

% within Paritas 26,0% 74,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,441a 1 ,506 ,707 ,376

Continuity Correctionb ,082 1 ,774

Likelihood Ratio ,426 1 ,514 ,707 ,376

Fisher's Exact Test ,707 ,376

N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,12. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Penghasilan * Depresi

Crosstab

Depresi

Total Cendrung

Depresi

Cendrung tidak Depresi

Penghasilan < 1 juta Count 12 21 33

% within Penghasilan 36,4% 63,6% 100,0%

> 2 juta Count 0 4 4

% within Penghasilan ,0% 100,0% 100,0%

1 - 2 juta Count 1 12 13

% within Penghasilan 7,7% 92,3% 100,0%

Total Count 13 37 50

% within Penghasilan 26,0% 74,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5,512a 2 ,064 ,077

Likelihood Ratio 6,993 2 ,030 ,044

Fisher's Exact Test 4,771 ,077

N of Valid Cases 50

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,04.


(5)

Rencana Persalinan * Depresi

Crosstab

Depresi Cendrung

Depresi

Cendrung tidak Depresi

Rencana Persalinan Partus spontan Count 3 6

% within Rencana Persalinan

33,3% 66,7%

Seksio sesaria Count 10 31

% within Rencana Persalinan

24,4% 75,6%

Total Count 13 37

% within Rencana Persalinan

26,0% 74,0%

Crosstab

Total Rencana Persalinan Partus spontan Count 9

% within Rencana Persalinan

100,0%

Seksio sesaria Count 41

% within Rencana Persalinan

100,0%

Total Count 50

% within Rencana Persalinan


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,307a 1 ,580 ,679 ,429

Continuity Correctionb ,018 1 ,893

Likelihood Ratio ,294 1 ,587 ,679 ,429

Fisher's Exact Test ,679 ,429

N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,34. b. Computed only for a 2x2 table