Gambaran Kasus Perdarahan Postpartum Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2009 – 2011
GAMBARAN KASUS PERDARAHAN POSTPARTUM
DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2009
–
2011
Oleh :
ABDUH HALIM PERDANA 090100017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
(3)
Abstrak
Latar belakang: Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kasus perdarahan postpartum berupa karekteristik, faktor risiko, penyebab, serta penanganan kasus perdarahan postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Data kemudian dianalisa secara manual lalu di presentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil: Kasus yang diteliti pada penelitian ini sebesar 26 kasus. Faktor risiko terbanyak yang didapat adalah multiparitas sebanyak 38,5%. Penyebab terbanyak yang didapat adalah retensio plasenta sebesar 57,7%. Penangan terbanyak berupa kuretase, yaitu 34,6%. Jumlah kasus yang meninggal dan merupakan pasien rujukan sebanyak 11,5%
Kesimpulan: Faktor risiko terbanyak adalah multiparitas (38,5%). Penyebab terbanyak adalah retensio plasenta (57,7%). Penanganan terbanyak berupa kuretase (34,6%). Kasus yang meninggal sebanyak 11,5%.
Kata Kunci: perdarahan postpartum, faktor risiko perdarahan postpartum, penyebab postpartum, penanganan postpartum.
(4)
Abstract
Background: The incidence of postpartum hemorrhage in developed countries about 5% of births, while in developing countries could reach 28% of the labor and became a major problem in maternal mortality. The cause of uterine atony 90%, 7% rips intertwine born, the rest due to retained placenta and blood clotting disorders. To reveal the characteristic form of postpartum hemorrhage cases, risk factors, causes, and treatment of postpartum hemorrhage cases in RSUP Haji. Adam Malik.
Methods: This study is a descriptive retrospective approach. Medical records retrieved from the medical records department of saving space H. Adam Malik Medan. The data was then analyzed manually and presented in the form of a frequency distribution tables
Results: Cases were investigated in this study of 26 cases. Most risk factors are multiparity gained as much as 38.5%. Obtained is the most common cause of 57.7% retained placenta. Handlers highest form of curettage, which is 34.6%. Number of cases who died and is the referral of patients as much as 11.5%
Conclusions: Most risk factors are multiparity (38.5%). The most common cause is a retained placenta (57.7%). Handling the highest form of curettage (34.6%). The case of the dead as much as 11.5%.
Keywords: postpartum hemorrhage, postpartum hemorrhage risk factors, the causes of postpartum, postpartum treatment.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta nikmat-nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah, sebagai salah satu syarat untuk kelulusan blok Community Research Program (CRP) semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sekaligus untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah, diantaranya:
1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Muhammad Fahdhy, Sp.OG, M.Sc, yang dengan senang hati meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari awal penulisan hingga selesainya laporan penelitian ini.
3. Penulis juga mengucapkan kepada dr. Ashri Yudhistira, Sp.THT-KL yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada staf dan pegawai fekam medic RSUP HAM yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Rasa hormat, terima kasih, serta cinta yang tak terhingga peneliti persembahkan kepada kedua orang tua peneliti, ayahanda Mukmin Aritonang, ibunda dr. Tuti Sumarni, MARS yang telah mendidik dan membesarkan peneliti, serta memberikan dukungan moril serta materil untuk terselesaikannya penelitian ini.
6. Ucapan ini juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis, khususnya Cici M.P. Siregar, Baginda Y. Siregar, Furqan Arief, Fauziah Dini Hanif, Rana Fatiah, Heru Pranata, Eric Tannaka atas dukungan motivasi serta tenaganya dalam membantu penulis.
(6)
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Kasus Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2011” semoga penelitian ini memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi ataupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Medan, Desember 2012
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ………. vii
DAFTAR GAMBAR ………. viii
BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Rumusan Masalah ………. 2
1.3. Tujuan Penelitian ………. 2
1.4. Manfaat Penelitian ………. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 4
2.1. Perdarahan Postpartum ……… 4
2.1.1. Definisi ……… 4
2.1.2. Klasifikasi ……… 5
2.1.3. Gejala Klinis ……… 5
2.1.4. Diagnosa ……… 5
2.1.5. Penyebab ……… 6
2.1.6. Pencegahan ……… 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 14 3.1. Kerangka Konsep ………. 14
3.2. Definisi Operasional ………. 15
(8)
4.1. Desain Penelitian ………. 17
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 17
4.2.1. Waktu Penelitian ………. 17
4.2.2. Tempat Penelitian ………. 17
4.3. Populasi dan Sample Penelitian ………. 17
4.3.1. Populasi Penelitian ………. 17
4.3.2. Sampel Penelitian ………. 18
4.4. Teknik pengumpulan data ………. 18
4.5. Pengelolaan dan Analisa Data ………. 19
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
5.1. Hasil Penelitian ... 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 20
5.1.2. Karakteristik Umum Kasus PPH ………... 20
5.1.3. Hasil Data ... 22
5.2. Pembahasan ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
6.1. Kesimpulan ... 29
6.2. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ………. 30
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Definisi operasional 15 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kasus Penderita
Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 - 2011
21
5.2 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Menurut Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009 – 2011
22
5.3 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
23
5.4 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum
Berdasarkan Penanganan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
24
5.5 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman 3.1 Kerangka konsep penelitian 14
(11)
Abstrak
Latar belakang: Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kasus perdarahan postpartum berupa karekteristik, faktor risiko, penyebab, serta penanganan kasus perdarahan postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Data kemudian dianalisa secara manual lalu di presentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil: Kasus yang diteliti pada penelitian ini sebesar 26 kasus. Faktor risiko terbanyak yang didapat adalah multiparitas sebanyak 38,5%. Penyebab terbanyak yang didapat adalah retensio plasenta sebesar 57,7%. Penangan terbanyak berupa kuretase, yaitu 34,6%. Jumlah kasus yang meninggal dan merupakan pasien rujukan sebanyak 11,5%
Kesimpulan: Faktor risiko terbanyak adalah multiparitas (38,5%). Penyebab terbanyak adalah retensio plasenta (57,7%). Penanganan terbanyak berupa kuretase (34,6%). Kasus yang meninggal sebanyak 11,5%.
Kata Kunci: perdarahan postpartum, faktor risiko perdarahan postpartum, penyebab postpartum, penanganan postpartum.
(12)
Abstract
Background: The incidence of postpartum hemorrhage in developed countries about 5% of births, while in developing countries could reach 28% of the labor and became a major problem in maternal mortality. The cause of uterine atony 90%, 7% rips intertwine born, the rest due to retained placenta and blood clotting disorders. To reveal the characteristic form of postpartum hemorrhage cases, risk factors, causes, and treatment of postpartum hemorrhage cases in RSUP Haji. Adam Malik.
Methods: This study is a descriptive retrospective approach. Medical records retrieved from the medical records department of saving space H. Adam Malik Medan. The data was then analyzed manually and presented in the form of a frequency distribution tables
Results: Cases were investigated in this study of 26 cases. Most risk factors are multiparity gained as much as 38.5%. Obtained is the most common cause of 57.7% retained placenta. Handlers highest form of curettage, which is 34.6%. Number of cases who died and is the referral of patients as much as 11.5%
Conclusions: Most risk factors are multiparity (38.5%). The most common cause is a retained placenta (57.7%). Handling the highest form of curettage (34.6%). The case of the dead as much as 11.5%.
Keywords: postpartum hemorrhage, postpartum hemorrhage risk factors, the causes of postpartum, postpartum treatment.
(13)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau sesudah kelahiran plasenta. Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setalah kelahiran bayi.
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan setelah persalinan, namun ia akan menderita anemia berat (Faisal, 2008).
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah (Parisaei, et all., 2008).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran (Faisal, 2008)
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi
(14)
(11%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen (PP dan KPA, 2010).
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25% kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih dari 100.000 kematian maternal pertahun. Menurut bulletin “american collage of obstetrician and gynecologists” menempatkan perkiraan 140.000 kematian ibu pertahun.
Di Provinsi Sumatera Utara AKI dalam 7 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 360 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 345 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, 330 per 100.000 tahun 2004, 320 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, 315 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2006, 275 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007, dan pada tahun 2008 menjadi 260 per 100.000 kelahiran hidup yang masih lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata nasional tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provsu, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus perdarahan pasca persalinan di RSUP H. Adam Malik
(15)
1.3.1 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini:
1. Mendata distribusi jumlah, dan karakteristik perdarahan postpartum yang berupa pengelompokan umur, tahun kejadian, dan status rujukan di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
2. Mendata distribusi penyebab kejadian perdarahan postpartum di RSUP H Adam Malik tahun 2009 – 2011.
3. Mengetahui faktor resiko terjadinya perdarahan post partum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
4. Mengetahui penanganan kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
5. Mengetahui AKI berdasarkan jumlah kematian kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
1.4 Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap :
1. Tenaga kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan penanganan perdarahan postpartum agar mengurangi angka kematian ibu.
2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan terhadap kejadian perdarahan postpartum, dan meningkatkan kemampuan dalam penelitian, sehingga menghasilkan penelitian yang lebih baik lebih berguna lagi, dan juga menyediakan data bagi penelitian lanjutan mengenai perdarahan postpartum.
3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai pengetahuan dari sebab terjadinya kejadian postpartum untuk menghindari faktor resiko kejadian tersebut.
(16)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perdarhan postpartum 2.1.1. Definisi
Hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban). Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua (Taber, 1994).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (lubis, 2011).
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan demikian secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat dikategorikan sebagai perdarahan pasca persalinan dan perdarahan yang secara kasat mata mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius (koto,2011).
(17)
2.1.2. Klasifikasi
Perdarahan postpartum dapat terbagi dua menurut kejadiannya yaitu :
Perdarahan postpartum primer (dini) adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama.
Perdarahan postpartum sekunder (lanjut) adalah perdarahan yang berlebihan setelah 24 jam pertama sampai minggu ke-6 setelah kelahiran.
2.1.3. Gejala Klinik Perdarahan Postpartum
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Lubis, 2011).
2.1.4. Diagnosis
Karena pengertian dari Perdarahan postpartum itu kehilangan darah lebih dari 500 mL, maka di perlukan pengukuran jumlah darah yang hilang ketika persalinan. Tetapi hal ini tidaklah akurat dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
- Tidak semua darah yang hilang terkumpul:
Beberapa mL darah ada di lantai atau alas tempat tidur
Beberapa mL darah masih berada didalam uterus tetapi diluar pembuluh darah
- Cara lain yang mungkin secara tidak sengaja terhitung: Urin
Cairan amnion
(18)
Biasanya estimasi yang dibuat itu lebih kecil volumnya dibandingkan kehilangan darah yang sebenarnya, jadi penatalaksanaan akibat kehilangan darah yang terjadi pada kasus perdarahan postpartum ini lebih sedikit dibandingkan pada saat operasi bedah (Hamilton-Fairley, 2009).
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat diketahui dengan palpasi uterus ; fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggal dalam kavum uteri dapat diketahui dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap atau tidak kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput ketuban, atau plasenta suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum uteri dapat juga berguna untuk mengetahui apakah ada robekan rahim. Laserasi (robekan) serviks dan vagina dapat diketahui dengan inspekulo. Diagnosis pendarahan pasca persalinan juga memerlukan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan Hb, COT (Clot Observation Test), kadar fibrinogen, dan lain-lain (faisal, 2008).
2.1.5. Penyebab
Kejadian perdarahan postpartum ini di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Atonia uteri: diperkirakan 90%
2. Robekan jalan lahir: diperkirakan 7%
3. Retensio plasenta, inversion uterus, dan gangguan pembekuan darah: diperkirakan 3% (Parisaei, et all., 2008).
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Taber, 2010).
(19)
Faktor Predisposisi atonia uteri sebagai berikut:
- Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan kembar, polihidramnion, atau anak terlalu besar.
- Kelelahan kerena persalinan lama. - Kehamilan grande-multipara.
- Ibu dengan keadaan yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. - Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek, perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500 – 1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah (Karkata, 2009).
Penanganan
a) Pemberian uterotonik agen.
- Pemberian oksitosin secara i.m., i.v. akan mencegah bnyak kasus atonia uteri
- Derivat ergot, diberikan jika oksitosin tidak efektif mengembalikan kontraksi uterus. Biasanya diberikan 0.2 mg methylergonovine secara intramuskular. Perlu diperhatikan bahwa pemberian derivat ergot ini tidak dianjurkan secara intravena karena dapat menimbulkan hipertensi yang berbahaya khususnya terhadap kasus preeklamsi.
- Pemberian analog prostaglandin F2α (carboprost tromethamine) yang terkadang menimbulkan efek samping berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, takikardia.
b) Masase fundus uteri dan merangsang putting susu.
c) Resusitasi cairan agar tidak terjadi syok hipovolemik akibat darah yang banyak keluar
(20)
d) Kompresi bimanual uterus e) Kompresi aorta abdominalis.
f) Pemasangan tampon kondom dalam kavum uteri yang disambung dengan kateter dan di fiksasi dengan karet gelang kemudian diisi cairan infuse 200 ml yang mengurangi perdarahan. Pemasangan tampon ini hanya bersifat temporer.
g) Bedah konservatif dengan cara ligasi arteria uterina / arteria ovarika dan operasi ransel B Lynch
h) Histerektomi supravaginal ataupun total abdominal (Karkata, 2009).
2. Retensio Plasenta
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila plasenta sampai menembus desidua basalis dan Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium. (Karkata, 2009)
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva) 2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
3. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta).
(21)
Faktor predisposisi dari plasenta akreta, yaitu: - Plasenta previa.
- Seksio sesarea. - Kuretase.
- Multigravida lebih dari 6 anak. (Cunningham, 2010)
Pada pemeriksaan intrauterin, sewaktu melakukan eksplorasi manual mengangkat plasenta yang tertahan, bidang pembelahannya tidak dapat diidentifikasi di antara plasenta yang melekat dan dinding uterus. Pada kasus plasenta akreta parsial, bidang pembelahan dapat ditelusuri, tetapi tidak dapat diikuti seluruhnya sepanjang permukaan maternal plasenta ketebalan perlekatan mengelilinginya.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi perdarahan yang banyak, ruptur uteri, inversio uteri, dan infeksi uterus jika plasenta tertinggal atau in situ.
Penanganan yang penting adalah pemberian cairan dan darah secara intravena untuk memperbaiki hipovolimia yang diakibatkan kehilangan banyak darah.
Histerektomi abdominal merupakan pengobatan yang lebih disukai untuk kebanyakan pasien segera setelah diagnosis ditegakkan. Karena pelepasan plasenta normal tidak mungkin, berbagai upaya untuk mengeluarkan plasenta yang lengket secara manual atau dengan kuretase dapat menyebabkan katastropik atau rupture traumatik otot uterus yang tipis.
Jika tidak terjadi perdarahan dan pasien berkeinginan keras untuk memiliki anak lagi maka plasenta dapat ditinggalkan in situ dengan menerima resiko infeksi uterus dan pelvis. Tingkat mortalitas pasien yang diobati tanpa histerektomi hampir empat kali lebih tinggi dari pasien dengan histerektomi segera (Taber, 1994).
(22)
3. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir umumnya terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan traumatic akan memudahkan robekan jalan lahir, maka karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma foseps, atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
Robekan yang terjadi dapat berupa : - Ringan (lecet, laserasi), - Luka episiotomy,
- Robekan perinieum spontan derajat ringan, - Rupture perinea totalis (sfingter ani terputus), - Robekan pada dinding vagina,
- Robekan pada forniks uteri, - Robekan pada serviks, - Ruptura uteri.
Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya dikarenakan ada robekan atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah yang merah segar dan pulsatif sesuai dengan denyut nadi. Perdarahan karena ruptura uteri dapat diduga pada persalinan macet atau kasep, atau uterus dengan lokus minoris resistensia dan adanya atonia uteri dan tanda cairan bebas intraabdominal (Karkata, 2009).
Laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000. Visualisasi yang adekuat penting, dan serorang asisten sering diperlukan untuk meretraksi dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
(23)
Laserasi serviks diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan chromic 00 atau 000 dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan serviks. Traksi pada jahitan tersebut dapat membantu dalam menarik apeks laserasi kebawah. Pembuluh-pembuluh yang mengeluarkan darah harus diligasi untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan yang paling penting adalah pada apeks laserasi, di mana diperlukan perhatian yang vermat untuk memastikan bahwa pembuluh-pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus berdarah. Jahitan terputus atau kontinu dapat dipakai, tergantung pada luasnya perdarahan, tempat perdarahan yang terlihat dan keinginan operator (Taber, 1994)
4. Inversi Uteri
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah inverse uterus yang merupakan keadaan di mana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit (Karkata, 2009). Inversi inkompit dimana fundus uteri tidak terbalik di luar servis. Inverse komplit merupakan seluruh uterus terbalik keluar, menonjol melalui cincin serviks.
Factor-faktor predisposisi dari inverse uterus, yaitu: - Tekanan fundus,
- Traksi tali pusat, - Insersi fundus plasenta,
- Dinding uterus yang tipis atau kendor,
- Tekanan abdomen yang meningkat secara tiba-tiba dan berkaitan dengan atonia uteri (Taber, 2010).
Inversion uteri ditandai dengan dengan: - Syok karena kesakitan.
- Perdarahan banyak bergumpal.
- Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
(24)
- Bila baru terjadi maka prognosis masih baik, bila kejadiannya cukup lama mengakibatkan uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi dikarenakan jepitan dari serviks yang semakin mengecil.
Tindakan yang dilakukan secara garis besar sebagai berikut.
1. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infuse untuk cairan/darah pengganti dan pemberian obat.
2. Pemberian tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak.
3. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infuse atau i.m. tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru dilepaskan.
4. Pemberian antibiotika dan transfuse darah sesuai dengan keperluannya.
5. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan maneuver di atas tidak bias dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis(Karkata, 2009).
5. Gangguan Pembekuan Darah.
Kausal perdarahan postpartum karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan da tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain.
(25)
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial thromboplastin time).
Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis.
Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino caproic acid) (Karkata, 2009)
2.1.6. Pencegahan
Pencegahan atau antisipasi dari perdarahan postpartum dapat dilakukan secara berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
2. Mengenal factor predisposisi perdarahan postpartum seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, riwayat perdarahan postpartum sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang bisa muncul saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan pertus lama. 4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan. 5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi perdarahan postpartum dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya (Karkata, 2009).
(26)
BAB 3
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2011.
Gambar 3.1. kerangka konsep
AKI
(Angka Kematian Ibu)
Perdarahan Postpartum
Penanganan : - Oksitosin - Kuretase - Histerektomi - Manual plasenta - Perbaikan jalan
lahir Penyebab:
- Atonia uteri - Retensio
plasenta - Robekan jalan
lahir - Inverse uteri - Gangguan
Pembekuan darah Faktor Resiko:
- Multiparitas - Anak besar - Polyhidramnion - Kehamilan kembar - Bekas seksio - Riwayat kuretase - Mengalami PPH
(27)
3.2.Definisi Oprasional
Tabel 3.1. definisi oprasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur 1. Perdarahan
Postpartum
Perdarahan
postpartum adalah hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban). Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua (Taber, 1994) Jumlah distribusi perdarahan postpartum. Analisis data sekunder rekam medis Rekam Medis
- Jumlah kejadian perdarahan postpartum - Merupakan
pasien rujukan atau pasien inap di RSUP H. Adam Malik Medan.
(28)
2. Faktor resiko Faktor yang memperberat keadaan penyakit perdarahan postpartum. Analisis data sekunder rekam medis. Rekam Medis
- Multiparitas. - Anak besar - Polyhidramni
on
- Kehamilan kembar - Bekas seksio - Pernah
kuretase - Pernah
mengalami perdarahan postpartum sebelumnya
Nominal
3. Penyebab Hal yang mengakibatkan kejadian perdarahan postpartum Analisis data sekunder rekam medis. Rekam Medis
- Atonia uteri - Retensio
plasenta - Robekan
jalan lahir - Inversi uteri - Gangguan
pembekuan darah
Nominal
4. Penanganan Terapi yang dilakukan pada penderita kasus perdarahan postpartum. Analisis data sekunder rekam medis Rekam Medis Sesuai yang tertulis pada rekam medis. Nominal
(29)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan cross sectional retrospektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kasus Perdarahan Postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009 – 2011.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu penelitian
Waktu Pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Juli 2012 sampai Agustus 2012.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan agar terpenuhinya besar sampel yang dibutuhkan, selain itu RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit pendidikan dan rujukan untuk wilayah regional Sumatera.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh kejadian perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009 – 2011 yang tercatat dalam rekam medis yang tersedia.
(30)
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien yang telah terdiagnosis mengalami perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 – 2011 berdasarkan pendataan dari Instalansi Rekam Medis. Penentuan besar sampel dilakukan secara total populasi sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder penelitian ini adalah ibu yang mengalami perdarahan postpartum yang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2009 – 2011.
Sebelum data diambil, peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan. Kemudian menggunakan rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dalam pengambilan data perdarahan postpartum pada tahun 2009 sampai 2011. Setelah itu, lihat data ibu yang mengalami perdarahan postpartum tersebut dan isi lembaran check list yang sesuai dengan data yang dibutuhkan. Setelah selesai, peneliti akan mendapatkan surat selesai penelitian dari RSUP Haji Adam Malik Medan.
(31)
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis data secara tepat. Pada penelitian ini, data yang didapat akan diolah dan kemudian dianalisis menggunakan program SPSS.
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah terkumpul dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi:
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan baik.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.
3. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data
5. Saving
(32)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP Haji Adam Malik Medan terletak di kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah Sakit ini adalah rumah sakit rujukan pusat untuk kota medan. Rumah Sakit ini memiliki fasilitas yang lengkap diikut para staf kesehatan yang ahli dalam bidangnya masing – masing, dan memiliki departemen yang lengkap didalamnya sehingga RSUP H. Adam Malik ini digolongkan sebagai rumah sakit tipe A. Sebagai rumah sakit pusat rujukan, diperkirakan jumlah kasus yang terdata di rumah sakit ini relative banyak.
5.1.2 Karakteristik Umum Kasus Penderita Perdarahan Postpartum
(33)
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Kasus Penderita Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 - 2011
Karakteristik N Persentase (%) 1. Usia (tahun)
a. 20 – 29 b. 30 – 39 c. > 39
11 12 3 42,3 46,2 11,5 2. Tahun Kejadian
a. 2009 b. 2010 c. 2011
10 5 11 38,5 19,3 42,3 3. Status Rujukan
a. Rujuk b. Non-rujuk
19 7
73,1 26,9
Total 26 100
Dari data table 5.1 diatas, diketahui bahwa jumlah penderita perdarahan postpartum yang paling banyak berusia antara 30 – 39 tahun. Sedangkan yang paling sedikit dari penderita postpartum ini adalah pengelompokan umur lebih dari 39 tahun.
Dilihat dari tahun kejadian kasus perdarahan postpartum ini, kasus paling banyak didapat adalah pada tahun 2011. Urutan kedua kasus terjadi pada tahun 2009. Kasus paling sedikit ditemukan pada tahun 2010.
Pada tabel 5.1 juga dapat dilihat kasus perdarahan postpartum paling banyak adalah rujukan di RSUP H. Adam Malik Medan.
(34)
5.1.3 Hasil Data
a. Faktor Risiko Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 26 sampel penelitian yang didapat, diperoleh faktor risiko pada kasus perdarahan postpartum yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Menurut Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009 – 2011
Faktor risiko N Persentase (%) Multiparitas
Kehamilan Kembar Riwayat Kuretase
Mengalami PPH sebelumnya Tidak ada faktor risiko
10 3 1 1 11
38,5 11,5 3,8 3,8 42,3
Total 26 100
Dapat dilihat dari tabel 5.2 diatas bahwa faktor risiko yang terbanyak dari penderita perdarahan postpartum adalah multiparitas, sedangkan faktor risiko riwayat kuretase dan mengalami PPH sebelumnya merupakan faktor risiko paling sedikit dari penderita perdarahan postpartum.
b. Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Dari 26 sampel penelitian diperolah jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut:
(35)
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Faktor Penyebab N Persentase (%) Retensio Plasenta
Atonia Uteri
Robekan Jalan Lahir
15 9 2
57,7 34,6 7,7
Total 26 100
Dilihat pada tabel 5.3 didapatkan retensio plasenta merupakan penyebab terbanyak pada kasus perdarahan postpartum. Robekan jalan lahir merupakan penyebab paling sedikit dari kejadian perdarahan postpartum.
c. Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penatalaksanaanya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Dari 26 sampel yang diteliti, dapat diperoleh penatalaksanaan pada kasus perdarahan postpartum yang dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini
(36)
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penanganan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Penanganan N Persen
Kuretase Oksitosin Histerektomi Manual Plasenta
Tidak Tertulis dalam rekam medis Perbaikan Jalan Lahir
9 8 3 3 2 1
34,6 30,8 11,5 11,5 7,7 3,8
Total 26 100
Dari tabel 5.4 dapat dilihat penangan terbanyak dalam kasus perdarahan postpartum adalah kuretase, sedangkan perbaikan jalan lahir menempati posisi terendah.
d. Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Dari 26 sampel yang diteliti, dapat diperoleh data mengenai Keadaan Akhir Pasien dari kasus perdarahan postpartum yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
(37)
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan
pada Tahun 2009 – 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui keadaan akhir pasien yang hidup adalah 23 kasus, diantaranya 16 kasus adalah pasien rujukan dan 7 kasus adalah pasien non-rujukan. Keadaan akhir pasien yang meninggal dalam kasus ini sebanyak 3 kasus dan merupakan pasien rujukan.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Faktor Risiko
Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum dengan kelompok faktor risiko terbanyak adalah multiparitas (tabel 5.2) sekitar 38,5%. Menurut Cunningham, 2010 menyatakan setiap kejadian perdarahan postpartum dengan angka paritas yang rendah (<4) hanya 0,3%, tetapi peningkatan terjadi sebanyak 6 kali dengan keadaan paritas 4 atau lebih.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan lubis, 2011 yang menyatakan risiko perdarahan postpartum primer 2 kali lebih besar pada ibu yang memiliki paritas >3 dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2 dan 3 meskipun tidak bermakna secara statistik (OR=1,53 ; 95% CI 0,62;3,77).
Keadaan pasien saat pulang
Status Rujukan
Total Rujukan Non-rujuk
Hidup Meninggal
16 3
7 0
23 3
(38)
5.2.2 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya
Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan penyebabnya paling banyak ditempati oleh retensio plasenta sekitar 15 kasus (57,7%), diikuti dengan atonia uturi sekitar 9 kasus (34,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan penyebab paling banyak perdarahan postpartum adalah retensio plasenta yaitu sebesar 53,7% (lubis, 2011).
Sedangkan menurut Parisaei, et all., 2008 menyatakan bahwa penyebab terbanyak kejadian perdarahan postpartum adalah atonia uteri sekitar 90%. Perbedaan ini terjadi dimungkinkan beberapa hal, yaitu:
1. Penegakkan diagnosa yang tidak sesuai dari penyebab terjadinya perdarahan postpartum oleh tenaga medis yang berbeda-beda di rumah sakit.
2. Ketidaklengkapan rekam medis yang ada dan jumlah kasus yang sedikit dimungkinkan juga menyebabkan terjadinya perbedaan mengenai penyebab terbanyak perdarahan postpartum ini.
3. Penanganan aktif kala III yang baik dikalangan bidan-bidan mungkin bisa menjadi alasan menurunnya perdarahan postpartum akibat atonia uteri.
5.2.3 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penanganannya
Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan penanganan terbanyak adalah kuretase, yaitu sebanyak 9 kasus (34,6%), dan pemberian oksitosin sebanyak 8 kasus (30,8%).
Penanganan kasus perdarahan postpartum dilakukan berdasarkan penyebabnya masing – masing sesuai yang tertulis pada tinjauan pustaka (BAB 2). Dalam data yang didapat dalam penelitian ini, penyebab yang terbanyak yang dapat dilihat pada tabel 5.3 adalah retensio plasenta sebanyak 15 kasus (57,7%) sehingga penanganan yang sesuai dengan kasus ini adalah kuretase dan pemberian oksitosin yang menjadi penanganan terbanyak pertama dan yang kedua yang berjumlah masing – masing 9 kasus (34,6%) dan 8 kasus (30,8%).
(39)
5.2.4 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien
Pada penelitian ini ditemukan keadaan akhir pasien yang hidup adalah 23 kasus (88,5%), diantaranya 16 kasus (61,5%) adalah pasien rujukan dan 7 kasus (26,9%) adalah pasien non-rujukan. Keadaan akhir pasien yang meninggal dalam kasus ini sebanyak 3 kasus (11,5%) dan merupakan pasien rujukan.
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu (Parisaei, et all., 2008). Dari data diatas bisa diambil sedikitnya 10% untuk kejadian perdarahan postpartum pada setiap persalinan yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini didapati perdarahan postpartum sebanyak 26 kasus dari 260 persalinan normal dan ditemukan 3 kasus meninggal. Dari data tersebut dapat kita hitung angka kematian ibu yang diakibatkan perdarahan postpartum sebagai berikut (3/260) x 100.000 = 1154 / 100.000 kelahiran hidup dalam 3 tahun ini. AKI rata-rata yang diakibatkan perdarahan postpartum setiap tahunnya pada penelitian ini sebanyak 385 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) yang didapat merupakan angka yang dramatis. Mengingat menurut departemen kesehatan pada tahun 2010, penyebab kematian ibu dari perdarahan adalah 28% dari seluruh penyebab kematian ibu. Total AKI yang dihitung dari penelitian ini bisa mencapai 1375 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut SDKI tahun 2010 angka kematian ibu hanya 220 per 100.000 kelahiran hidup. Perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh mengenai AKI yang ada di Indonesia untuk mengetahui tepatnya Angka Kematian Ibu yang terjadi di Indonesia.
Mengingat AKI yang didapat begitu tinggi, kedepannya untuk menekan AKI tersebut setiap kehamilan dengan risiko tinggi kejadian perdarahan postpartum harus melakukan persalinan di rumah sakit.
(40)
5.2.5 Kelemahan Penelitian
1. Keterbatasan jumlah kasus perdarahan postpartum yang sedikit.
2. Keterbatasan data sekunder berupa jumlah rekam medis yang tidak sesuai dengan yang tertulis pada data base sehingga jumlah kasus yang didapat ketika pengambilan data lebih sedikit dari seharusnya.
3. Adanya rekam medis yang tidak lengkap, serta penulisan rekam medis yang kurang akurat seperti penulisan faktor risiko, dan faktor penyebabnya mengakibatkan gambaran yang didapat kurang sesuai dari penelitian sebelumnya.
(41)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap data sekunder mengenai gambaran kasus perdarahan postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009 – 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 – 2011 sebanyak 26 kasus. Perdarahan postpartum ditumukan terbanyak pada kelompok usia 30 – 39. Tahun kejadian postpartum yang paling banyak adalah tahun 2011. Kasus perdarahan postpartum yang paling banyak terjadi merupakan kasus rujukan.
2. Multiparitas merupakan faktor risiko terbanyak yang dijumpai.
3. Penyebab terbanyak kejadian perdarahan postpartum adalah retensio plasenta. 4. Penanganan dari kasus perdarahan postpartum yang terbanyak adalah
kuretase.
5. AKI yang didapat dari jumlah kasus yang meninggal dan semuanya merupakan kasus rujukan adalah sekitar 1.375 per 100.000 kelahiran hidup
6.2 Saran
1. Ibu hamil yang memiliki risiko tinggi kejadian perdarahan postpartum agar melakukan persalinan di rumah sakit yang memadai fasilitasnya.
2. Untuk pihak rumah sakit agar melakukan pencatatan rekam medis yang lengkap, serta penyimpanan rekam medis yang baik.
3. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar untuk menggambarkan kasus perdarahan postpartum yang lebih jelas lagi.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary. et all. 2010. ObstetriWilliams 23rd ed. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Dinkes Provsu. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan. Faisal. 2008. Pendarahan Pasca Persalinan.
http://www.scribd.com/doc/8649214/ PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN. Diakses tanggal 12 mei 2012
Hamilton-Fairley, D., 2009. Lecture Notes Obstetrics and Gynaecology. 3rd ed. UK: Blackwell Publishing Ltd.
Karkata, M.K. 2009. Perdarahan Paska Persalinan. Dalam : Ilmu kebidanan. Edisi ke – 4 cetakan I. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Koto, Latifahanum. 2011. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Bidan Tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan Di Wilayah puskesmas pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura tahun 2010. Universitas Sumatera Utara. Diakses 18 mei 2012.
Lubis, ismail Khairi. 2011. Pengaruh Paritas Terhadap Perdarahan Postpartum Primer Di RSUD DR Pirngadi Medan 2007 – 2010. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26440 . diakses 16 april 2012
Parisaei, Maryam., Shailendra, Archana., Dutta, Ruma., Broadbent, J A Mark. 2008. Obstetrics and gynaecology. Edisi 2. Elsevier
PP dan KPA (Pemberdayaan Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak). 2010. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI). Jakarta.
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman &task=doc_view&gid=290&tmpl=component&format=raw&Itemid=111
(43)
Taber, B. 1994. Kapita Selekta kedaruratan obstetrik dan ginekologi. Jakarta : EGC
(44)
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : ABDUH HALIM PERDANA Tempat/tanggallahir : Medan / 31 Agustus 1991 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Makmur No. 51 DusunKenangaDesaSambirejo
TimurKec. PercutSei Tuan Kab. Deli serdang Sumatera Utara
NomorTelepon : 085762303235
Orang Tua : - Ayah : MUKMIN ARITONANG - Ibu : dr. TutiSumarni, MARS RiwayatPendidikan : SD Muhammadiyah 07 (1997 – 2003) SMP Swasta An-nizam (2003 – 2006) SMA Negeri11 Medan (2006 – 2009)
Universitas Sumatera Utara (2009 – sekarang)
Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Pembinaan PHBI FK USU 2010 - 2011 2. Anggota Divisi Kenaziran PHBI FK USU 2011 – 2012 3. Ketua Departemen EXTERNAL pemerintahan
Mahasiswa FK USU 2011
4. Ketua Departemen KASTRAD Pemerintahan Mahasiswa FK USU 2011 - 2012
(45)
(46)
412216 27 Mengalami PPH sebelumnya Atonia Uteri Manual Plasenta baik Rujuk 2009 Hidup 410715 25 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase PAPS Rujuk 2009 Hidup 390679 32 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2009 Hidup 393509 27 Kehamilan Kembar Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2009 Meninggal
374816 43 Multiparitas Atonia Uteri Histerektomi baik Rujuk 2009 Hidup
398204 28 Tidak ada risiko Atonia Uteri Oksitosin baik Rujuk 2009 Hidup
409290 20 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Manual Plasenta baik Rujuk 2009 Hidup 412213 41 Tidak ada risiko Atonia Uteri Histerektomi baik Rujuk 2009 Hidup
406686 37 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin baik Non-Rujuk 2009 Hidup
443228 39 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2010 Meninggal
440467 42 Multiparitas Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2010 Hidup
470355 37 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin PBJ Rujuk 2011 Hidup
487815 38 Multiparitas Retensio Plasenta Tidak Tertulis PBJ Rujuk 2011 Hidup 423286 24 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase PBJ Rujuk 2010 Hidup 400518 32 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2009 Meninggal 436311 28 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Oksitosin PBJ Non-Rujuk 2010 Hidup 487959 25 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Manual Plasenta PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup 491235 35 Multiparitas Retensio Plasenta Histerektomi PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup 493177 24 Tidak ada risiko Robekan Jalan Lahir Tidak Tertulis baik Non-Rujuk 2011 Hidup 493177 39 Multiparitas Retensio Plasenta Kuretase PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup 495528 32 Tidak ada risiko Robekan Jalan Lahir Perbaikan jalan lahir PBJ Rujuk 2010 Hidup 474262 30 Kehamilan Kembar Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2011 Hidup 487126 25 Kehamilan Kembar Retensio Plasenta Oksitosin PAPS Rujuk 2011 Hidup
(47)
(48)
OUTPUT SPSS Frequency Table Frequencies
Statistics
Pengelom pokan
umur
Tahun Kejadian
Status Rujukan
Faktor Resiko
Faktor Penyebab
Penatalaks anaan
Keadaan saat pulang (hidup atau
mati) N Valid 26 26 26 26 26 26 26
Missin g
0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Pengelompokan umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 20 - 29 11 42.3 42.3 42.3
30 - 39 12 46.2 46.2 88.5 >39 3 11.5 11.5 100.0 Total 26 100.0 100.0
(49)
Tahun Kejadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 2009 10 38.5 38.5 38.5
2010 5 19.2 19.2 57.7
2011 11 42.3 42.3 100.0 Total 26 100.0 100.0
Status Rujukan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Rujuk 19 73.1 73.1 73.1 Non-Rujuk 7 26.9 26.9 100.0 Total 26 100.0 100.0
Faktor Resiko
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Multiparitas 10 38.5 38.5 38.5
Kehamilan Kembar 3 11.5 11.5 50.0 Riwayat Kuretase 1 3.8 3.8 53.8 Mengalami PPH
sebelumnya
1 3.8 3.8 57.7
Tidak ada risiko 11 42.3 42.3 100.0 Total 26 100.0 100.0
(50)
Faktor Penyebab
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Atonia Uteri 9 34.6 34.6 34.6
Retensio Plasenta 15 57.7 57.7 92.3 Robekan Jalan Lahir 2 7.7 7.7 100.0 Total 26 100.0 100.0
Penatalaksanaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Oksitosin 8 30.8 30.8 30.8
Kuretase 9 34.6 34.6 65.4 Histerektomi 3 11.5 11.5 76.9 Manual Plasenta 3 11.5 11.5 88.5 Tidak Tertulis dalam rekam
medis
2 7.7 7.7 96.2
Perbaikan Jalan Lahir 1 3.8 3.8 100.0 Total 26 100.0 100.0
Keadaan saat pulang (hidup atau mati)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Hidup 23 88.5 88.5 88.5 Meninggal 3 11.5 11.5 100.0 Total 26 100.0 100.0
(1)
(2)
NRM Umur Faktor Risiko Penyebab Penatalaksanaan Status Pulang Status Rujukan Tahun Kejadian Keadaan Akhir
412216 27 Mengalami PPH sebelumnya Atonia Uteri Manual Plasenta baik Rujuk 2009 Hidup
410715 25 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase PAPS Rujuk 2009 Hidup
390679 32 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2009 Hidup
393509 27 Kehamilan Kembar Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2009 Meninggal
374816 43 Multiparitas Atonia Uteri Histerektomi baik Rujuk 2009 Hidup
398204 28 Tidak ada risiko Atonia Uteri Oksitosin baik Rujuk 2009 Hidup
409290 20 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Manual Plasenta baik Rujuk 2009 Hidup
412213 41 Tidak ada risiko Atonia Uteri Histerektomi baik Rujuk 2009 Hidup
406686 37 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin baik Non-Rujuk 2009 Hidup
443228 39 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2010 Meninggal
440467 42 Multiparitas Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2010 Hidup
470355 37 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin PBJ Rujuk 2011 Hidup
487815 38 Multiparitas Retensio Plasenta Tidak Tertulis PBJ Rujuk 2011 Hidup
423286 24 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase PBJ Rujuk 2010 Hidup
400518 32 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2009 Meninggal
436311 28 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Oksitosin PBJ Non-Rujuk 2010 Hidup
487959 25 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Manual Plasenta PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup
491235 35 Multiparitas Retensio Plasenta Histerektomi PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup
493177 24 Tidak ada risiko Robekan Jalan Lahir Tidak Tertulis baik Non-Rujuk 2011 Hidup
493177 39 Multiparitas Retensio Plasenta Kuretase PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup
495528 32 Tidak ada risiko Robekan Jalan Lahir Perbaikan jalan lahir PBJ Rujuk 2010 Hidup
474262 30 Kehamilan Kembar Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2011 Hidup
487126 25 Kehamilan Kembar Retensio Plasenta Oksitosin PAPS Rujuk 2011 Hidup
(3)
432300 38 Riwayat Kuretase Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2011 Hidup
(4)
OUTPUT SPSS
Frequency Table
Frequencies
Statistics Pengelom pokan umur Tahun Kejadian Status Rujukan Faktor Resiko Faktor Penyebab Penatalaks anaan Keadaan saat pulang (hidup atau mati)N Valid 26 26 26 26 26 26 26
Missin g
0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Pengelompokan umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20 - 29 11 42.3 42.3 42.3
30 - 39 12 46.2 46.2 88.5
>39 3 11.5 11.5 100.0
(5)
Tahun Kejadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2009 10 38.5 38.5 38.5
2010 5 19.2 19.2 57.7
2011 11 42.3 42.3 100.0
Total 26 100.0 100.0
Status Rujukan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rujuk 19 73.1 73.1 73.1
Non-Rujuk 7 26.9 26.9 100.0
Total 26 100.0 100.0
Faktor Resiko
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Multiparitas 10 38.5 38.5 38.5
Kehamilan Kembar 3 11.5 11.5 50.0
Riwayat Kuretase 1 3.8 3.8 53.8
Mengalami PPH sebelumnya
1 3.8 3.8 57.7
Tidak ada risiko 11 42.3 42.3 100.0
(6)
Faktor Penyebab
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Atonia Uteri 9 34.6 34.6 34.6
Retensio Plasenta 15 57.7 57.7 92.3
Robekan Jalan Lahir 2 7.7 7.7 100.0
Total 26 100.0 100.0
Penatalaksanaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Oksitosin 8 30.8 30.8 30.8
Kuretase 9 34.6 34.6 65.4
Histerektomi 3 11.5 11.5 76.9
Manual Plasenta 3 11.5 11.5 88.5
Tidak Tertulis dalam rekam medis
2 7.7 7.7 96.2
Perbaikan Jalan Lahir 1 3.8 3.8 100.0
Total 26 100.0 100.0
Keadaan saat pulang (hidup atau mati)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Hidup 23 88.5 88.5 88.5
Meninggal 3 11.5 11.5 100.0