Pengetahuan Dan Sikap Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum Di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POSTPARTUM TERHADAP IKTERUS NEONATORUM DI KLINIK BERSALIN TUTUN SEHATI

TANJUNG MORAWA

SYAFITRIANI SIGALINGGING 105102042

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, juni 2011 Syafitriani Sigalingging

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum Di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa

viii + 32 halaman + 1 skema + 3 tabel + 11 lampiran

Abstrak

Ikterus neonatorum merupakan fenonema biologis yang timbul akibat tingginya produksi ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Neonatus memproduksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi orang dewasa. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebayak 48 orang ibu postpartum. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, kuesioner pengetahuan dan sikap terhadap ikterus neonatorum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum berpengetahuan baik sebanyak 36 orang (75%), dan bersikap positif sebanyak 48 orang (100%). Diharapkan kepada pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada ikterus neonatorum, tidak hanya cukup mempunyai pengetahuan dan sikap baik, tetapi harus dapat melakukan tindakannya dalam menghadapi bayi yang terkena ikterus neonatorum.

Daftar Pustaka : 17 (1998-2009)


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kepada sang pencipta “ALLAH SWT” atas rahmat karuania-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatrum di Klinik Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dalam mencapai gelar Sarjana Sains Terapan (SST) di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh kerena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar. S.Kep, Ns. M.Kep selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah peneliti yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberi arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Hj. Salmiah Zakaria selaku ibu Klinik Tutun Sehati Tanjung Morawa yang telah memberikan kesempatan untuk meneliti.

5. Seluruh Dosen Pengajar D-IV Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik peneliti selama proses perkuliahan dan staf non akademik yang membantu memfasilitasi secara administrasi.


(5)

6. Buat Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.

Medan, 08 juni 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA……….. vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN TEOROTIS A. Pengetahuan (Knowledge) ... 6

B. Sikap ... 9

C. Ikterus ... 11

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 16

B. Defenisi Operasional ... 17

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 18


(7)

B. Populasi dan Sampel ... 18

C. Lokasi Penelitian ... 19

D. Waktu Penelitian ... 19

E. Etika Penelitian ... 19

F. Instrument Penelitian ... 20

G. Validitas Instrumen ... 21

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 21

I. Analisa Data ... 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 23

1. Karakteristik Ibu Postpartum………. 24

2. Pengetahuan Ibu Postpartum………. 25

3. Sikap Ibu Postpartum………. 25

B. Pembahasan……… 26

1. Pengetahuan Ibu Postpartum………... 26

2. Sikap Ibu Postpartum……….. 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 29

B. Saran……… 30 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Klinik Bersalin

Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011……… 24 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Klinik Bersalin

Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011……… 25 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Klinik Bersalin


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Konten Validity

Lampiran 4 : Surat Editor Bahasa Indonesia Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 : Jawaban Kuesioner Responden Lampiran 9 : Master Tabel

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup


(11)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, juni 2011 Syafitriani Sigalingging

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum Di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa

viii + 32 halaman + 1 skema + 3 tabel + 11 lampiran

Abstrak

Ikterus neonatorum merupakan fenonema biologis yang timbul akibat tingginya produksi ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Neonatus memproduksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi orang dewasa. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebayak 48 orang ibu postpartum. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, kuesioner pengetahuan dan sikap terhadap ikterus neonatorum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum berpengetahuan baik sebanyak 36 orang (75%), dan bersikap positif sebanyak 48 orang (100%). Diharapkan kepada pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada ikterus neonatorum, tidak hanya cukup mempunyai pengetahuan dan sikap baik, tetapi harus dapat melakukan tindakannya dalam menghadapi bayi yang terkena ikterus neonatorum.

Daftar Pustaka : 17 (1998-2009)


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

The World Health Report 2008 mengatakan bahwa AKB di Indonesia mencapai 20/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007/2008). Berarti setiap jam terdapat 10 bayi baru lahir meninggal, setiap hari ada 246 bayi meninggal dan setiap tahun ada 89.770 bayi baru lahir yang meninggal. Kematian bayi lahir sebesar 79% terjadi setiap minggu pertama kelahiran terutama pada saat persalinan. Sebanyak 54% terjadi pada tingkatan keluarga yang sebagian besar disebabkan tidak memperoleh layanan rujukan dan kurangnya pengetahuan keluarga akan kegawatdaruratan pada bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas, BBLR, asfiksia (gangguan pernafasan) bayi baru lahir, tetanus neonatorum, dan ikterus pada bayi baru lahir (Sarajtno, 2009 ¶ 2).

Ikterus neonatorum merupakan fenonema biologis yang timbul akibat tingginya produksi ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Neonatus memproduksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 grm atau usia gestasi < 37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama kelahirannya. Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita

ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kelahirannya. (Swaramedia, 2010 ¶ 2).

Angka kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 50% pada bayi baru lahir yang cukup bulan dan 75% pada bayi baru lahir yang kurang bulan. Angka kejadian


(13)

ikterus ternyata berbeda-beda untuk beberapa negara, klinik, dan waktu yang tertentu. Hal ini kemungkinan besar disebabkan perbedaan dalam pengelolaan BBL yang pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan (Sarwono, 2005. hlm.752).

Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi baru lahir setiap tahunnya sekitar 65% mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama. Di Indonesia, diperoleh data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan.

Hal yang sama diketahui dari RS Dr. Sardjito bahwa sebanyak 85% bayi baru lahir cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada hari pertama, ketiga, dan kelima. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 16,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insiden ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologi. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Dan juga data insiden ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%. Pada RS Dr. Soetomo Surabaya terdapat insiden ikterus sebesar 30% pada tahun 2000


(14)

dan 13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda (Smallcrab, 2010 ¶ 8) . Sedangkan pada tahun 2010 di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat insiden ikterus sebanyak 76 (16%) dari 481 bayi baru lahir yang dirawat di ruang perinatologi.

Bayi-bayi yang mengalami ikterus terjadi karena terdapat kadar bilirubin yang melebihi 10 mg di dalam darah. Sebagian besar neonatus, ditemukan adanya ikterus dalam minggu pertama setelah lahir. Jadi proses hemolisis darah, infeksi berat ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu juga merupakan keadaan kemungkinan adanya ikterus patologi. Keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan (Admin, 2007 ¶ 1).

Dari keterangan-keterangan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum masih belum memadai dan mereka tidak mengerti harus bersikap bagaimana dalam menghadapi bayi yang terkena ikterus. Hal penting lainnya ialah ibu harus mengetahui apa saja penyebab terjadinya ikterus.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimana pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum” ?


(15)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum.

b. Untuk mengetahui sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang berguna bagi pelayanan serta konseling kesehatan khususnya pelayanan kepada ibu postpartum agar lebih mengerti tentang ikterus neonatorum dan dapat memberikan sikap positif ketika menghadapi bayi yang terkena ikterus.

2. Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan

Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian selajutnya khususnya mengenai pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum.

3. Institusi Penelitian Selanjutnya

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan aplikasi keilmuan terhadap masalah-masalah yang ada di lapangan.


(16)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003. hlm. 121).

2. Tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(17)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, dan menyebutkan.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sembarangan). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan huukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi


(18)

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilain itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Nootoatmodjo, 2003. hlm. 122).

3. Kategori pengetahuan

Menurut Machfoedz, 2009 mengemukakan bahwa secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat ya it u :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%. b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%. c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55%.

(Machfoedz, 2009. hlm.128) 4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau


(19)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003. hlm. 124).

B. Sikap

1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Menurut Newcomb, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,dan bukan merupakan pelaksanakaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003. hlm. 124).

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi (Purwanto,1998. hlm. 62)

2. Katagori Sikap Berbagai :

a. Menurut Heri Purwanto, sikap tediri dari :

1. Sikap positif , kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyayangi, mengharapkan, obyek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwato, 1998. hlm. 64).

b. Menurut Notoatmodjo, sikap tediri dari : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (obyek).


(20)

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa seseorang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003. hlm. 126). 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

a. Faktor Intern Yaitu : factor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi. Oleh karena itu kita harus memiliki rangsangan-rangsangan mana yang akan kita teliti dan mana yang harus kita jauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita.

b. Faktor Ekstern yaitu : yang merupakan factor di luar manusia yaitu : 1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap

2. Kewibawaan orang yang memgemukakan suatu sikap 3. Sikap orang / kelompok yang mendukung sikap tersebut

4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 5. Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998. hlm. 66).


(21)

4. Pengukuran Sikap

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, penelitian ini menggunakan skala linkert. Salah satu pernyataan yang masuk dalam kategori skala linkert yang terdiri dari pernyataan yang mendukung (favourable) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Jawaban dan pernyataan terdiri dari atas setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) (Hidayat, 2007. hlm. 102).

C. Ikterus

1. Defenisi Ikterus

Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sclera, selaput lendir, kulit, atau rongga lain akibat penumpukkan bilirubin (Surasmi Asrining, 2003. hlm.57).

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern-ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik. Sebagian besar hiperbilirubinemia ini proses terjadinya mempunyai dasar yang patologik (Sarwono, 2005. hlm. 753).

2. Ikterus terbagi atas 2 bagian yaitu : a. Ikterus fisiologi

Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :

1. Timbul pada hari kedua dan ketiga

2. Kadar bilirubin indrek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan dan 12,5% unntuk neonatus kurang bulan.


(22)

3. Kecepatan peingkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari. 4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.

5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis. b. Ikterus Patologi

Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hyperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut :

1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.

2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.

3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari. 4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. 5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.

6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik (Arief ZR, 2009. hlm. 29)

3. Penyebab Ikterus Fisiologis

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Produksi bilirubin yang melebihi, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.


(23)

c. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin. d. Gangguan dalam eksresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena

infeksi atau kerusakan sel liver) (Draniek, 2010 ¶ 8) 4. Metabolisme Bilirubin

Meningkatnya kadar bilirubin dapat di sebabkan produksi yang berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari destruksi eritrosit yang menua. Pada neonatus 75% bilirubin berasal dari mekanisme ini. 1 gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 gm bilirubin indirek (free bilirubin) dan bentuk inilah yang dapat masuk kejaringan otak dan menyebabkan kernicterus. Bilirubin ini mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melewati membrane biologik seperti plasenta dan sawar otak. Di dalam plasma bilirubin bebas tersebut terikat / bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar (Surasmi Asrining, 2003. hlm. 58).

5. Tanda dan Gejala Klinis

a. Dehidrasi : Asupan kalori tidak adekuat (misalnya : kurang minum, muntah-muntah).

b. Pucat : Sering berkaitan dengan anemia (misalnya ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.

c. Trauma lahir : Bruising, sefalhematom (perdarahan kepala), perdarahan tertutup lainnya.


(24)

d. Pletorik (Penumpukan darah) : Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh Keterlambatan memotong tali pusat (Suaramedia. 2010 ¶ 6).

6. Penanganan Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologi tidak memerlukan penanganan yang khusus, kecuali pemberian minum sedini mngkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi. Pemberian minum sedini mungkin akan meningkatkan motilitas uasus dan juga menyebabkan bakteri diintroduksi ke usus. Dengan demikian, kadar bilirubin serum akan turun. Meletakkan bayi di bawah sinar matahari selama 15-20 menit, ini di lakukan setiap hari antara pukul 06.30-08.00. Selama ikterus masih terlihat, perawat harus memperhatikan pemberian minum dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus (Surasmi Asrining, 2003. hlm. 61).

7. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir yang di rawat di rumah sakit

Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.

2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.

3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.


(25)

4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.

5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.

6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.

7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan

hemolisis.

8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi cairan bayi dinaikkan.

Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang kurang efektif, atau ada komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi, gangguan metabolisme, dan lain-lain (Draniek, 2008. ¶ 12).


(26)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka antara konsep-konsep yang diamati atau diukur penelitian yang dilakukan. Peneliti meneliti variabel pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum.

Skema 1 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Postpartum

Sikap Ibu Postpartum


(27)

B. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan Pemahaman ibu

postpartum terhadap ikterus neonaturum : - Defenisi ikterus - Bagian-bagian

ikterus

- Penyebab ikterus - Metabolisme

bilirubin

- Tanda dan gejala kliniks

- Penanganan ikterus - Terapy sinar

ikterus - Pencegahan

ikterus

Kuesioner No. 1 – 20

Dengan menghitung jawaban kuesioner

1. Nilai baik, jika responden mampu menjawab dengan skor 76-100%.

2. Nilai cukup, jika responden mampu menjawab dengan skor 56-75%.

3. Nilai kurang, jika responden mampu menjawab dengan skor 40-55%. Ordinal

2 Sikap Pandangan atau respon ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum dinilai dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden

Kuesioner

No. 1 – 10

Dengan menghitung jawaban kuesioner

1. Sikap negatif, jika responden mampu menjawab dengan skor (10-24). 2. Sikap positif,

jika responden mampu menjawab dengan skor (25-40). Ordinal


(28)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Desain ini digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu postpartum mengenai ikterus neonatorum.

B. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang bisa diteliti (Machfoedz, 2009. hlm. 48). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum di klinik bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa yang rata-rata 48 ibu postpartum setiap bulan.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi tersebut (Notoatmodjo, 2005. hlm.79) Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 orang Kriteria sampel dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Ibu postpartum yang dapat membaca dan berbahasa Indonesia. 2. Ibu postpartum yang bersedia jadi responden.


(29)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa, karena pada lokasi ini terdapat ibu postpartum, sehingga cukup memadai untuk mendapatkan jumlah responden penelitian.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan September 2010 - Juni 2011.

E. Etika Penelitian

1. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu dari ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan pimpinan dari Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjug Morawa yang akan diteliti.

2. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menyerahkan lembar persetujuan kepada responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin timbul selama pegumpulan data. Apabila responden bersedia untuk diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan, responden yang menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai haknya.

3. Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner yang telah diisi. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.


(30)

F. Instrument Penelitian

Untuk memperoleh informasi responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang telah disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu :

a. Karakteristik responden

Data demografi : umur, paritas, pendidikan terakhir dan pekerjaan. b. Data pengetahuan

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu mengenai ikterus neonatorum. Terdiri dari 20 pertanyaan ganda dengan pilihan jawaban a, b, c dan d yang respoden anggap benar. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai minimun yang mungkin didapat adalah 0 dan nilai maksimum adalah 20. Adapun skor yang dihasilkan responden adalah responden berpengetahuan baik apabila memperoleh skor 76-100%, responden berpengetahuan cukup apabila memperoleh skor 56-75%, responden berpengetahuan kurang apabila memperoleh skor 40-55% (Machfoedz, 2009. hlm. 126).

c. Data sikap

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap ibu mengenai ikterus neonatorum. Terdiri dari 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan yang mendukung (favourabel) dan 5 pernyataan yang tidak mendukung (unfavourabel). Penilaian kuesioner ini menggunakan skala likert dengan alternatife jawaban yaitu S (setuju), KS (kurang setuju), TS (tidak setuju). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan untuk jawaban S = 3, KS = 2, TS = 1. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 30 dan nilai yang terendah adalah 10. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus :


(31)

kelas Banyak

Rentang P=

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas adalah 2 kelas (sikap positif dan negatif) maka di dapat panjang kelas sebesar 15. Dengan menggunakan P = 15 dan 10 sebagai batas interval pertama maka sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut : 25-40 memiliki sikap positif dan 10-24 memiliki sikap negatif.

G. Validitas Instrumen

Untuk menguji validitas instrumen, maka dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yaitu dengan memberikan instrumen kepada pakar yang menguasai topik yang akan diteliti (Dempsey, 2002. hlm. 80). Dalam hal ini, yaitu dokter spesialis Anak (SpA) yaitu dr. Rita Angraini,Sp.A dengan hasil CVI adalah 0,7.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu :

a. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari program D-IV Bidan pendidik.

b. Kemudian surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dibawa kelokasi penelitian di klinik bersalin Tuntun Sehati Tanjung Morawa.


(32)

d. Kemudian reseponden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

e. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada rerponden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

f. Mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.

g. Semua kuesioner yang telah diisi dikumpulkan kembali kepada peneliti dan memeriksa kelengkapan data sehingga data yang diperoleh terpenuhi.

h. Semua data terkumpul dengan lengkap kemudian dilakukan analisa data.

I. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing, yaitu mengecek kelengkapan data termasuk iasi instrument apakah telah diisi sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan sebelumnya.

b. Coding, yaitu mengklafikasikan jawaban-jawaban kuesioner dari para responden

kedalam kategori-katogori tertentu untuk mempermudah tabulasi dan anlisa data.

c. Tabulating, yaitu jawaban yang telah diklasifikasikan dan diberi kode, dan

dimasukkan kedalam tabel.

d. Analisa Data, setelah melewati langkah analisa data 1 – 3 selanjutnya data dalam kuesioner yang terkumpul, diolah dengan menggunakan computer.


(33)

BAB V

HASIL dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 48 orang ibu postpartum pada bulan Februari s/d April 2011. Desain Deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa.

Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden

Dari 48 orang ibu postpartum yang menjadi responden penelitian di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa, didapatkan karakteristik responden yaitu sebagian besar responden berumur 20-25 tahun (48,5%), paritas 1 (58,3%), berpendidikan SLTA (70,8%), dan pekerjaan tidak bekerja/IRT (68,8%).


(34)

Hasil penelitian tentang karakteristik reponden secara singkat dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik (n = 48)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur

20-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun >35 Tahun

22 13 9 4 48,5 27,1 18,8 8,3 Paritas 1 2 >3 28 13 7 58,3 27,1 14,6 Pendidikan SLTP SLTA PT 6 34 8 12,5 70,8 16,7 Pekerjaan IRT/Tidak bekerja Wiraswasta PNS 33 5 10 68,8 10,4 20,8


(35)

2. Pengetahuan ibu postpartum tentang Ikterus Neonatorum.

Hasil penelitian diperoleh mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 36 orang (75%), dan minoritas responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang (25%), dan tidak terdapat ibu yang berpengetahuan kurang.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum (n = 48)

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 36 75%

Cukup 12 25%

3. Sikap ibu postpartum terhadap Ikterus Neonatorum

Hasil penelitian diperoleh responden besikap positip sebanyak 48 orang (100%) dalam menghadapi Ikterus Neonatorum, dan tidak terdapat ibu yang besikap negatif.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum (n = 48)

Sikap Frekuensi Persentase (%)


(36)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti akan membahas untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap ikterus neonatorum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa.

1. Pengetahuan ibu postpartum

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan ibu post partum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 36 orang (75%). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kazemian, (2001) tentang Pengetahuan Ibu Terhadap Bayi kuning menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan baik sebesar 75,5%. Berdasarkan table silang dapat dilihat dari paritas ibu postpartum yang berparitas 1 sebanyak 28 orang (58,3%) berpengetahuan baik, sedangkan pada ibu yg berparitas 2 dan >3 hanya sebanyak 20 orang (41,7%). Hal ini tidak sesuai dengan defenisi paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin. Jadi semakin banyak ibu berparitas semakin banyak pula pengalamannya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai banyak pengalaman belum tentu berpengetahuan baik.

Berdasarkan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan juga akan mengingat kembali secara spesifik dari seluruh bidang yang dipelajari kemudian diterimanya. Pengetahuan juga merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan, menjabarkan, dan menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut sesuai dengan pendidikan yang diterima. Sedangkan teori yang dikemukakan Hidayat (2008), pendidikan penuntun kebaikan berbuat dan mengisi kehidupannya.


(37)

Umumnya maka makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah untuk memahami.

Tingkat pengetahuan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor-faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang dikatakan faktor internal antara lain meliputi pendidikan, persepsi, motivasi, ekonomi, dan pengalaman, sedangkan yang termaksud faktor eksternal meliputi lingkungan, informasi, ekonomi, dan kebudayaan.

2. Sikap ibu postpartum

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi sikap ibu postpartum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa sebagian besar bersikap positif (100%) dalam menghadapi ikterus neonatorum pada bayi baru lahir. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kazemian, (2001) tentang sikap ibu terhadap bayi kuning, dengan hasil sebagian sebesar ibu besikap positif sebesar 72%.

Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum jadi penggerak seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek, baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut (Purwanto, 1998. Hlm.62).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Menurut Newcomb, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,dan bukan


(38)

merupakan pelaksanakaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003. hlm. 124). Sikap ini terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu faktor Intern dimana sikap seseorang tersebut terdapat dalam dirinya sendri, tetapi tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi. Faktor Ekstern meliputi sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap, dan situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998. hlm. 66).


(39)

BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap ikterus neonatorum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa maka diperolek kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik ibu post partum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011 mayoritas ibu berumur 20-25 (48,5%), berparitas 1 sebanyak 28 orang (58,3%), berpendidikan SLTA (70,8%), yang tidak bekerja (68,8%).

2. Pengetahuan ibu post partum terhadap ikterus neonatorum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011 sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 36 orang (75%).

3. Sikap ibu post partum terhadap ikterus neonatorum di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2011 semuanya memiliki sikap positif sebanyak 48 orang (100%).


(40)

B. SARAN

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan kepada pelayanan kesehatam dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan ikterus neonatorum, ibu tidak hanya cukup mempunyai pengetahuan dan sikap baik saja, tetapi harus dapat melakukan tindakan dalam menghadapi ikterus neonatorum.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam pendidikan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan bayi baru lahir.

3. Bagi Peneliti

− Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah respondenya agar hasilnya lebih representatif.

− Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya dapat meneliti tentang ikterus neonatorum di klinik/RS lainnya yang terdapat ikterus neonatorum.

− Diharapkan peneliti selanjutnya akan melakukan uji reliabilitas instrument sebelum penelitian dilakukan.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2007). Ikterus Pada Anak. Diambil tanggal 27 september 2010 dari http:// medlinux.blogsot.com.

Budiarto E. (2001). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Dranick. (2008). Ikterus pada Bayi Baru Lahir. Diambil 20 Agustus 2010, dari http://dranick.wordpress.com.

Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kazemaian, M. et all (2001). Study Of Knowledge, Attitude and Practice Of Mothers About Jaundice Of Neonate. Journal Of Guilan University Of Medical Sciences. Medlinux. (2007). Ikterus pada Anak. Diambil 20 Agustus 2010, dari

http://medlinux.blogspot.com.

Machfoedz, I. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya.

Manik. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : Program D IV Bidan Pendidik FK USU.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC.

Prawiroharjo, S. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.

Surasmi A, Handayani, S., & Kusuma. H.N. (2003). Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC.


(42)

Sarajtno. (2009). Perawatan Bayi Baru Lahir. Diambil tanggal 27 September 2010 dari http://www.google.com.

Suaramedia. (2007). Ikterus Neonatorum. Diambil tanggal 16 Agustus 2010 dari http://www.suaramedia.com.

Smallcrub. (2009). Mengenal Ikterus Neonatorum. Diambil tanggal 16 Agustus 2010 dari http://www.smallcrub.com.

ZR Arief, & Kristiyanasari.W.A. (2009). Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.


(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : SYAFITRIANI SIGALINGGING Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 27 Mei 1988

Agama : ISLAM

Alamat : Jl. Jawa No 10 Kel. Kebun Lada Binjai Utara

Riwayat Pendidikan Formal

TK. MUSLIMAT AL-WASHLIYAH BINJAI UTARA : TAHUN 1992-1993 SD NEGERI NO 023905 BINJAI UTARA : TAHUN 1994-2000 SLTP NEGERI 11 BINJAI UTARA : TAHUN 2000-1003 SMU SWASTA TUNAS PELITA BINJAI UTARA : TAHUN 2003-2006 AKADEMI KEBIDANAN FLORA MEDAN : TAHUN 2006-2009 D-IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA : TAHUN 2010-2011


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : SYAFITRIANI SIGALINGGING Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 27 Mei 1988

Agama : ISLAM

Alamat : Jl. Jawa No 10 Kel. Kebun Lada Binjai Utara

Riwayat Pendidikan Formal

TK. MUSLIMAT AL-WASHLIYAH BINJAI UTARA : TAHUN 1992-1993 SD NEGERI NO 023905 BINJAI UTARA : TAHUN 1994-2000 SLTP NEGERI 11 BINJAI UTARA : TAHUN 2000-1003 SMU SWASTA TUNAS PELITA BINJAI UTARA : TAHUN 2003-2006 AKADEMI KEBIDANAN FLORA MEDAN : TAHUN 2006-2009 D-IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA : TAHUN 2010-2011