Buku Pedoman Pendampingan Psikologis Anak Jalanan (Pedoman Bagi Pendamping Anak Jalanan Dalam Menangani Masalah Psikologis)

BUKU PEDOMAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
ANAK JALANAN



VRN@

Ind

b

(Pedoman Bag; Pendamp;ng Anak Jalanan
Dalam Menangan; Masalah Ps;kolog;s)

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DITJEN BINA PElAYANAN MEDIK
DEPARTEMEN KESEHATAN
TAHUN 2007

Katalog Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI

362.2
Ind
b

Indonesia, Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik
Buku Pedoman pendampingan pSlkologis anak jalanan
(Pedoman bagi Pendamping anak jalanan dalam menangani
mental psikologis--- Jakarta: Departemen kesehatan RI,2007
1. JuduL

1. CHILD PSYCHOLOGY
2. MENTAL HEALTH SERVICES

Daftar isi

Kata Pengantar...... .. .... .... ......... ..... ........ ......... ....... ...
Kata Sambutan.. .. .. ... ..... ... .... ...... ....... .... ..... .. .... .. ..... .

BAB I


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendahuluan
Latar Belakang.... ..... .. ..... ... ... ...... ... ..... ..... ...
Pengertian...... .. ...... .. ... .. .. ... .. .... ........ ..... ......
Propil Anak Jalanan di Indonesia.... .... .......
lFaktor Penyebab Anak Berada di Jalan .. ...
Oasar Hukum...... ............... .. ............ ......... .
Tujun............ ...... ...... ... .... ....... ... ........... ......
Sasaran... ...... .. .... ........ ....... ...... .... ... .... .... .. .

BAB II Masalah Psikologis Anak Jalanan
1. Kondisi - Kondisi Anak yang Oapat

Meninbulkan Masal'ah Psikologis.. .... .. ..... .
2. Masalah Mental Emosional pada
Anak Jalanan .... ..... .. .... .... ..... .. ............ ...... .
BAB III

1.
2.
3.
4.

Pendamping Masalah Pso,k ologis
Anak Jalanan
Tanggung Jawab dan Karakteristik
Penendampig .... .. ...... .. ...... ...... ... ..... ...... ;...
Menbantu Mengatasi Masal.ah Psikologis
Anak Ja:lanan.. .... .. .... .... .... ....... ... .. ... ........ ..
Jenis Pendamping... .. .. ...... .. .. ..... .... .. .. .... .. .
Pengembangan Jejaring.. .... .............. .. ......

iii


1
3
5
10
13
14
14

15
19

29
34
36
44

BAB IV Langkah - Langkah Pendampingan
Anak Jalanan
1. Membangun Komunikasi Efektif.. ............ ....

2 . Membina Hubungan Saling Percaya.. .... .. ...
3. Menilai Masalah dan menetapakan
Kebutuhan Anak Jalanan .. .. ........ ......... .. .. ...
4 . Mengajukan Pertanyaan ........ .. ...................
5. Menganalisa Informasi dan
Menyiapkan Rencana Aksi....... .. ..... .. .. .. .. .. ..

45
52
54
60
80

BAB V Penutupan.... ........... ........ ............ ........ ........

83

RUJUKAN......... ... .. .......... ..... .. ....... .. ...... ...... .... ... ......

85


TIM PENYUSUN .. .. ........... .......... ................. ............

87

PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Buku Pedoman Pendampingan Anak Jalanan ini telah
selesai disusun. Buku pedoman ini disusun sebagai salah satu
pegangan bagi mereka yang berkecimpung dalam
pendampingan anakjalanan.
Sebelum menyusun buku, diawali dengan menyelenggarakan
survai lapangan bekerja sama dengan Bagian Psikiatri FKUII
RSPN Cipto Mangunkusumo awal tahun 2007 . Hasil survai
menunjukkan antara lain bahwa jenis pekerjaan anak yang
paling tinggi prevalensi gangguan jiwanya adalah kelompok
anakjalanan. Jenis dan proporsi gangguan jiwa yang 'banyak
ditemukan adalah jenis 9angguan jiwa yang ringan yang lebih
membutuhkan pendampingan dari pada intervensi medik
psikiatrik yang dilakukan oleh tenaga spesialis.

Mempertimbangkan hasil surva i tersebut, diputuskanlah untuk
menyusun Buku Pedoman Pendampingan Psikol'ogis
Anak Jalanan, sebagai langkah awal.
Dalam penyusunan buku pedoman ini kami telah melibatkan
antara lain LSM-LSM yang bergerak di bidang penanganan
anak jalanan; Departemen Psikiatri pusat FKUI dan instansi
terkait dengan masalah anakjalanan. Dengan kerjasama ini
diharapkan buku pedoman ini menjadi produk yang akan kita
gunakan bersama.
Diharapkan buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi
pendamping anak jalanan dalam menjalankan tugas
mendampingi anakjalanan .

Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun,
peserta rapat penyusunan, tim uji coba serta semua yang
terlibat dalam proses penyusunan Buku Pedoman ini. Jerih
payah ini akan menjadi kebahagian tersendiri bagi kita semua
manakala buku pedoman ini dapat termanfaatkan secara
optimaL


Jakarta, Maret 2007
DlREKTUR BINA PELAYANAN
KESEHATAN JIWA
DITJEN BINA PELAYANAN MEDIK
DEP,K ES RI

Dr. H. M. AminUl.ah, Sp.K J, MM
NIP 140 088 512

II

SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA
PELAYANAN MEDIK
DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Assalamualaikum Wr. Wb .
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah membimbing kita sehingga kita dapat

menyelesaikan dan menerbitkan Buku Pedoman
Pendampingan Anak Jalanan ini.
Anak jalanan merupakan bagian dari masyarakat 'I ndonesia
yang merupakan subjek pembangunan yang harus diperhatikan
terutama kesehatan jiwanya, karena kesehatan j ,i wa
merupakan faktor yang sangat menentukan mutu sumber daya
manusia.
Anak jalanan saat ini sudah menjadi masalah psikososiat yang
melanda hampir setiap kota besar di Indonesia. Masalahnya
begitu kompleks sehingga membutuhkan penanganan yang
komprihensif. Sudah ada daerah yang memberlakukan aturan
tidak diperbolehkannya masyarakat memberi,kan sesuatu
pada anak jalanan yang meminta-minta. Namun di sisi lain ,
larangan itu belum diimbangi dengan program yang ,kongkrit ,
sistematik dan menyentuh akar permasa1lahannya.

III

- - -- - - - - -


Kehidupan di jalanan penuh dengan stres sehingga anak
jalanan rawan menderita tindak kekerasan dan masalah
mental emosional seperti Gangguan Cemas , Gangguan
Depresi, Penyalahgunaan NAPZA, dan Perilaku Seks Bebas.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak baik
sektor kesehatan maupun non kesehatan termasuk LSM
antara lain mendirikan rumah-rumah singgah dengan berbagai
program yang menyertainya. Upaya pendampingan pun telah
banyak dilakukan dengan berbagai bentuk pendampingan,
termasuk pendampingan psikososial. Departemen Kesehatan
dalam hal ini Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa
Direktorat Bina Pelayanan Medik telah menyusun buku
pedoman pendampingan masalah psikologis anak jatanan
sebagai pegangan bagi pendamping anakjalanan .
Saya menyambut baik terbitnya Buku Pedoman
Pendampingan Masalah PsikologisAnak Jalanan ini dengan
harapan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pendamping
anakjalanan . Sayajuga mengucapkan terima kasih atas jerih
payah tim penulis, tim pembahas, tim editor dan seluruh yang
terlibat dalam penyusunan buku pedoman in i. Semoga Tuhan

Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat dan
Hidayahnya kepada kita semua .

Wassalamualaikum Wr. Wb .
Jakarta, Maret 2008
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

--Dr. Farid Husein, SpB

c:::::::::::::

IV







MM





BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia
merupakan masa 'i ah sosial yang komplek dan
keberadaan mereka di. jalanan seringkali menjadi
masalah, baik bagi anak sendiri maupun bagi keluarga,
masyarakat dan negara. Hidup di jalanan bukan
merupakan pilihan karena mereka berada pada kondisi
dengan masa depan yang kurang ェ・ セ 。ウ@
dan kurang
mendapat perlindungan. Perhatian masyarakat dan
pemerintah terhadap anakjalanan masih kurang, mereka
tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan
yang layak yang sangat dibutuhkan untuk menggapai
masa depannya. Padahal mereka juga merupakan warga
negara Indonesia yang mempunyai hak sebagaimana
anak lainnya agar bertumbuh menjadi orang dewasa yang
sehat fisik dan mental serta berguna bagi masyarakat.
Menurut UUD 1945, "anak terlantar dipelihara oleh
negara". Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak terlantar,
termasuk anakjalanan. Hak azasi anak terlantar dan anak
jalanan, pada hakekatnya sama dengan anak lainnya,
sebagaimana yang tercantum dalam UU No . 39 tahun
1999 tentang Hak Azasi Manusia, dan Keputusan
Presiden R I No. 36 tahun 1990 tentang Pengesahan
1

"convention on the Right of the Child" (konvensi tentang
hak-hak anak) . Mereka perlu mendapatkan haknya secara
normal, yaitu hak sipil dan kemerdekaan ("civil right and
freedoms ").
Menurut UU PerlindunganAnak No 23 tahun 2002 tentang
PerlindunganAnak Bab II pasal3 berbunyi : Perlindungan
anak bertujuan untuk menjarnin terpenuhinya hak-hak anak
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang- dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan serta mendapat perlindung.an dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera .
Berdasarkan data Departemen Sosial Tahun 2006, jumlah
anakjalanan mencapai 144.889 orang ana'k jalanan yang
terdeteksi dan terkonsentrasi di banyak kota besar di
Indonesia . Jumlah anak jalanan paling banyak di OKI
Jakarta yakni 30 ribu anak. Data anak jalanan di
Jabotabek saat ini berdasarkan data terakhir dari Komisi
Nasional Perlindungan Anak mencapai angka 75.000
orang .
Dari survei yang dilakukan Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Jiwa DEPKES bekerja sama dengan
Departemen Psikiatri FK UI tahun 2007, didapatkan
temuan antara lain:
• Anakjalanan banyak mengal,ami masalah psikologis.
• Masalah psikologis yang dijumpai sebagian besar
dapat ditangani oleh para pendamping dengan
dibekali pengetahuan psikologik dasar, sehingga
belum perlu dikirim ke tenaga profesional.

2

Anakjalanan berhubungan erat dengan pertumbuhan
ekonomi, 'kemiskinan , hilangnya nilai-nilai tradisional,
kekerasan dalam rumah tangga dan penganiayaan
fisik atau mental. Kebutuhan yang mendasar dari anak
jalanan adalah : makan, pakaian, tempat tinggal dan
kesehatan . Untuk dapat memberikan bantuan yang
tepat terhadap anak jalanan, kita perlu memahami
siapa mereka, apa yang mereka butuhkan, apa yang
mereka kerjakan dan bagaimana cara mengenali
mereka . Pengasuhl pendamping perlu diberi
pegangan cara membantu anakja lanan .

2. PENGERTIAN
Untuk adanya keseragaman persepsi , perlu ditetapkan
beberapa pengertian sebagai berikut:
2.1 Konsep anak: didefinisikan dan dipahami secara
bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang
dan pengertian yang beragam.
Menurut UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, ana'k adalah seseoran9' yang belum berusia 18
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
2.2 Ana,k jalanan:
Berdasarkan panduan Depsos , kategori anak jalanan
terdiri dari :
2.2.1 Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of
the streeteet = true street children) , dengan
kriteria :

3








Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di
jalanan
8 - 10 jam berada di jalanan untuk
"bekerja" (mengamen, mengemis,
memulung) dan sisanya menggelandang
atau tidur di jalanan.
Putus hubungan atau lama tidak bertemu
dengan orangtuanya.
Tidak lagi bersekolah.
Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.

2.2.2 Anak jalanan yang bekerja di jalanan (children
on the street = working children), dengan
kriteria:
• Keberadaan di jalanan untuk bekerja.
• Berhubungan dengan orangtuanya secara
tidak teratur.
• 8-16jamberadadijalanan.
• Mengontrak kamar sendiri, bersama
teman, ikut orangtua/saudara, umumnya di
daerah kumuh.
• Tidak lagi bersekolah.
• Lokasi tersebar pada umumnya di lampu
merah, pasar dan terminal.
• Pekerjaan penjual koran, pengasong,
pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu
dan lain-lain.
• Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
2.2.3Anak yang rentan menjadi anak jalanan
((children vulnerable to be street children),
dengan kriteria:

4







Bertemu secara teratur/setiap hari atau
tinggal dan tidur dengan keluarganya.
4 - 6 jam bekerja di jalanan
Masih bersekolah.
Pekerjaan penjual koran, penyemir,
pengamen dan lain-lain.
Usia rata-rata di bawah 14 tahun.

2.3 Pendamping:
Yang dimaksud dengan pendamping ada lah orang
yang terlibat langsung dengan anak jalanan dan
memperhatikan kebutuhan mereka dengan cara
memberikan dukungan dan pelayanan.
2.4 Pendampingan masalah psikologis:
Berarti bahwa pendamping memperhatikan masalah
psikologis yang dialami oleh anak jalanan dan
memberikan bantuan agar mereka dapat
menyelesaikan masa'iah tersebut.

3. PROFIL ANAK JALANAN DIINDONESIA
Dari penelitian yang dilakukan oleh Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bekerjasama dengan
Balitbangsos Departemen Sosial RI , yang dilakukan di
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Surabaya
tahun 2003, profil anak jalanan di Indonesia sebagai
berikut:
3.1 Kegiatan yang dilakukan anakjalanan dijalan
Anak jalanan di Jabodetabek :
• 15,6 % (14 orang) menggunakan jalan sebagai
tempat tinggal

5




34,4 % (31 orang) untuk bermain
50 % (31 orang) untuk berjualan

Anak jalanan di Surabaya :
• 20 % (2 orang) menggunakan jalan sebagai
tempat tinggal
• 20 % (2 orang) menggunakan jalan sebagai
tempat bermain
• 60 % (6 orang) menggunakan jalan sebagai
tempat berjualan

3.2 Tempat tinggal anakjalanan
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 3,3 % (3 orang) tinggal di taman kota
• 4,4 % (4 orang) tinggal di emper toko
• 92,2 % (83 orang) tinggal di rumah
Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % tinggal di rumah

3.3 Sumber memperoleh makanan
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 78,9 % (71 orang) memperoleh makanan
dengan cara membeli sendiri.
• 15,6 % (14 orang) dengan cara meminta-minta
• 5,6 % (5 orang) mendapatkan uluran tangan dari
dermawan
Anak jalanan di Surabaya:
• 90 % (9 orang) memperoleh makanan dengan
cara membeli sendiri
• 10 % (1 orang) dengan cara meminta-minta

6

3.4 Lamanya tingga/ dija/anan setiap hari
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 25,6 % (23 orang) lama berada di jalanan
kurang dari 12jam
• 52,2 % (47 orang) berada di jalanan lebih dari
12jam
• 22,2 % (20 orang) berada di jalanan selama 24
jam
Anak jalanan di Surabaya :
• 10 % (1 orang) lama berada di jalanan kurang
dari 12 jam
• 90 % (9 orang) berada d'i jalanan lebih dari 12
Jam

3.5 Sumber mendapatkan uang
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 23,3 % (21 orang) sumber mendapatkan uang
dengan cara meminta-minta
• 45,6 % (41 orang) dengan cara berjualan
• 22,2 % (20 orang) dengan cara mengamen
Anak jalanan di Surabaya:
• 20 % (2 orang) sumber mendapatkan uang
dengan cara meminta-minta
• 40 % (4 orang) dengan cara berjualan
• 40 % (4 orang) dengan cara mengamen
3.6 Penggunaan pendapatan
Anakjalanan di Jabodetabek:
• 21,1 % (19 orang) mellggunakan pendapatan
habis dipakai sendiril

7




46,7 % (42 orang) untuk membantu keluarga
32,2 % (29 orang) untuk ditabung

Anak jalanan di Surabaya :
• 10 % (1 orang) menggunakan pendapatan
habis dipakai sendiri
• 70 % (7 orang) untuk membantu keluarga
• 20 % (2 orang) untuk ditabung

3.7 Pertemuan dengan orangtua
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 20 % (18 orang) sering bertemu dengan
orangtuanya
• 65,6 % (59 orang) jarang bertemu dengan
orangtuanya
• 14,4 % (13 orang) tidak pernah bertemu dengan
orangtuanya
Anak jalanan di Surabaya :
• 10 % (1 orang) sering bertem u dengan
orangtuanya
• 60 % (6 orang) j,arang bertemu dengan
orangtuanya
• 30 % (3 orang) tidak pernah bertemu denga n
orangtuanya

3.8 Mendapat kesulitan selama tinggal di rumah
Anakjalanan di Jabodetabek:
• 50 % (45 orang) sering mendapat kesulitan
selama tinggal di rumah
• 48,9 % (44 orang) kadang-kadang mendapat
kesulitan selama tinggal di rumah

8



1,1 % (13 orang) tidak mendapat kesulitan
selama tinggal di rumah

Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % mendapatkan kesulitan selama tinggal
di rumah

3.9 Kebetahan tinggal di rumah
Anak jalanan di Jabodetabek:
• 31,1 % (28 orang) betah tinggal di rumah
• 68,9 % (62 orang) kurang betah tinggal di rumah
Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % kurang betah tinggal di rumah

3.10 Pihak yang dimintai tolong saat mengalami
kesulitan
Anak ja'i anan di Jabodetabek:
• 41,1 % (37 orang) pihak yang dimintai to long
ketika kesulitan adalah orangtuanya
• 54,4 % (49 orang) meminta tolong kepada
saudaranya
• 4,4 % (4 orang) meminta tolong kepada orang
lain
Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % meminta tolong kepada saudaranya
3.11 Pihak yang dinilai paling dekat dengan anak
jalanan
Anak jalanan di Jabodetabek:

9






37 ,1 % (33 orang) menyatakan pihak yang
dinilai paling dekat dengan anak jalanan adalah
orangtuanya
52,8 % (47 orang) dengan saudaranya
10,1 % (9 orang) dengan pihak lain

Anak jalanan di Surabaya:
• 100 % paling dekat dengan saudaranya

4. FAKTOR PENYEBAB ANAK BERAOA 0 1
JALANAN
Alasan mengapa anak hidup di jalanan sangat bervariasi .
Namun alasan yang umum ditemukan baik di negara
berkembang ataupun negara maju adalah faktor
kemiskinan . Sebagian dari anak-anak tersebut pergi ke
jalanan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Data dari
berbagai sumber menyebutkan alasan yang umum
ditemukan adalah sebagai berikut:

4.1 Untuk mendapatkan uang bagi dirinya dan
membantu keluarga
Anak jalanan bekerja di jalanan untuk mendapatkan
uang karena adanya desakan ekonomi keluarga .
Orangtua justru menyuruh anaknya untuk turun 'ke jalan
guna mencari tambahan bagi diri mereka dan untuk
mendukung keluarganya. Sebagian lagi mungkin tidak
mendapatkan kesempatan untuk bersekolah atau
putus sekolah dan menjadi pengangguran. Mereka
bisa mendapatkan uang dengan cara mengemis,
membawakan barang belanjaan/kuli pasar, pencuci
10

mobil, pengamen, kUliir pengedar obat, penyemir
sepatu, penjual koran ataupun pekerja seks.

4.2 Untuk mendapatkan tempat tinggal
Tempat tingga l yang kumuh dan sarat dlen9an
penghuni, membuat anak tidak betah di rumah dan
memutuskan untuk meninggalkan rumah guna
memberi kesempatan kepada adik atau anggota
keluarga yang berusia lanjut. Anak lainnya menjadi
anak jalanan karena tidak ada pilihan lain. Mereka
mungkin terpisah dari keluarga akibat dari perangl
konflik bersenjata, atau orangtua melieka meninggal
akibat sakit atau terbunuh saat konflik ataupun akibat
bencana. Anak lainnya mungkin karena tidak ada Ilagi
tempat berteduh setelah mereka keluar dari institusi
seperti penjara.
4.3 Untuk menghindari masalah dalam keluarga,
termasuk anak yang ditolak oleh keluarga
Banyak anak merasa bahwa hidup di jalanan lebih baik
dari pada menghadapi masalah di rumah mereka.
Masalah ini meliputi bentrbkan dengan orangtua,
penganiayaan fisik/seksual atau penelantaran.
Sebagian anak mungkin diusir oleh keluar9anya
karena kelakuan anak yang tidak dapat dirt erima oleh
keluarga, misalnya homoseksualitas, hamil di luar
nikah atau penyalahgunaan NAPZA,
4.4 Untuk menghindari banyaknya pekerjaan di
rumah
Oi beberapa budaya, anak-anak diharapkan turut
berpartisipasi dalam mengerjakan pekerjaan rumah
tangga sehari-hari. Mungkin pekerjaan yang diberikan
11

atau tuntutan keluarga melebihi kemampuan anak
untuk mengerjakannya. Hal ini menyebabkan anak
merasa sebagai pembantu. Anak demikian
meninggalkan rumah agar terbebas dari tuntutan
keluarga.
Penyebab anak tinggal di jalanan juga dapat ditinjau dari
berbagai segi:
4.5 Penyebab yang berkaitan dengan kondisi dan
situasi anak dalam keluarga:
• Keluarga besar, miskin dan tidak berpendidikan
• Kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
pengasuhan anak
• Kurangnya tanggung jawab orangtua
• Konflik keluarga
• Masalah perilaku dalam pengasuhan anak,
misalnya orangtua penjudi, penyalahguna NAPZA
• Penganiayaan anak
• Sikap dan perilaku anak yang pembangkang.
4.6 Penyebab berkaitan dengan kondisi masyarakat
setempat:
• Distribusi sumberdaya dan kesempatan yang
tidak merata dalam masyarakat, misalnya
kurangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan
• Masalah dalam kondisi kerja
• Kurangnya kegiatan rekreasi
• Keadaan penuh sesak di daerah kumuh dan
fasilitas peru mahan yang tidak memadai.
• Sistem pendidikan yang terbatas dan kaku
• Masalah dalam penegakan hukum

12

4.7 Penyebab berkaitan dengan kondisi masyarakat
umumnya:
• Kondisi politik dan ekonomi, misalnya kemiskinan
dan sumberdaya yang rendah

5. Dasar Hukum
5.1

5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7

5.8
5.9

Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 34,
bahwa fakir miskin dan anak terlantar dil pelihara
oleh negara
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak
Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang
Psikotro pi ka
Undang-Undang Nomor 22 tahun ,1997 tentang
Narkotika
Undang-Undang No 22 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang
Pengesahan ILO Convention No 182 Concerning
The Prohibition and Immediate Action to
Elimination of the Worst Form of Child Labour
Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
Perda NO.8 tahun 2007 tentang ketertiban
umum

13

6. TUJUAN
6.1 Tujuan Umum: Terdeteksi dan tertanganinya
masalah anak jalanan secara tepat sehingga mereka
dapat tetap berkembang menjadi SDM yang berguna.
6.2 Tujuan khusus:
• Meningkatnya pengetahuan pendamping dalam
menilai kebutuhan dan masalah yang dihadapi
anakjalanan
• Menin9katnya kemampuan pendamping dalam
mendeteksi dan menangani masalah psikologis
anak jalanan

7. SASARAN
7.1 Sasaran langsung
Pekerja sosial dan pendamping anak jalanan
lainnya (individu dan kelompok)
7.2 Sasaran Tak Langsung (yang berkecimpung
dalam pendampingan anak jalanan)
• Organisasi masyarakaULSM;
• Dunia usaha/swasta yang menangani anak
jalanan
• Pemerintah Pusat maupun Daerah

14

BAB II
MASALAH PSIKOLOGIS
ANAK .IALANAN

Masalah psikologis anakjalanan dapat terjadi akibat kondisi
yang mereka alami atau akibat kelemahan dari jiwanya .
Kedua hal tersebut saling mempengaruhi.

1 . . Kondisi-Ko"ndisi yang Oapat Menimbulkan
Masalah Psikologis
Anak jalanan mempunyai beban psikologis yang lie bih
berat dibandingkan dengan anak miskin yang diasuh oleh
orang dewasa. Kehidupan di jalan yang keras membuat
mereka mengalami berbagai masalah sosial seperti:
• kekerasan dalam keluarga
• kekerasan di jalarian
• pelecehan seksual (anak ' mengalami kekerasan
seksual di jalanan, dan tidak sedikit anak perempuan
dijadikan komoditas untuk d ;jadikan PSK),
• rawan kecelakaan la'iu lintas,
• ditertibkan petugas,

terlibat tindak kriminal,
• diperjual belikan (traficking)
• konflik dengan kelompok lain atau teman dalam
kelompok,
.
• ditolak (dikucilkan) masyarakat dan masalah lainnya .
Kondisi-kondisi ini lah yang menyebabkan anak
jalanan selain mengalami masalah umum sebagai

15

anak jalanan dalam bentuk kekerasan fisik juga
mengalami kekerasan psikologis . Akibatnya mereka
rentan mengalami gangguan mental emosional.
1.1 Kondisi Sosial
Penyebab dialaminya masalah psikologis karena
kondisi sosial adalah: kemiskinan, diskriminasi,
lingkungan yang keras, stigmatisasi

1.1.1 Kemiskinan
Sebagian besar kasus anak jalanan merupakan
masalah klasik yang berkaitan dengan masalah
keterbatasan ekonomi, karena kebanyakan dari
mereka berasal dari keluarga yang miskin atau
kurang mampu. Akibat dari keadaan ini mereka
tidak mampu untuk:
• mempertahankan kehidupan yang sehat
(tinggal di bedeng, kolong jembatan,
emperan toko) tanpa adanya sumber air
bersih, MCK dan lain-lain.
• membeli pakaian yang layak
• membeli makanan yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembangnya.
• Bersekolah atau mendapat pendidikan yang
layak atau mengalami putus sekolah
1.1.2 Diskriminasi
Anak jalanan sulit mengakses fasilitas
kesehatan, pendidikan, rekreasi dan
vokasional. Akibatnya mereka menghadapi
masalah seperti kurang mendapat vaksinasi,
kesehatan yang buruk. buta huruf dan mereka

16

tidak mendapatkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk mencari pekerjaan.

1.1.3 Lingkungan yang Keras
Jalanan merupakan lingkungan yang tidak
terlindung dan anak jalanan seringkali
dieksploitasi. Akibatnya anak jalanan rentan
mengalami luka fisik bahkan kematian .

1. 1.4 Stigmatisasi
Umumnya anak jalanan dianggap sebagai anak
nakal yang seringkali membuat onar, sulit
dikendalikan, sering me'l akukan bndak
kekerasan, terl,ibat masalah NAPZA, kurang
bermoral, kurang berperasaan dan cenderung
bertindak anti sosial. Masyarakat cenderung
tidak bersimpati terhadap anak jalanan.
1.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang sering menimbulkan masalah
psikologis antara lain : gizi kurang (malnutrisi), luka,
kesehatan reproduksi dan seksual dan penyakit
umum.
1.2.1 Gizi Kurang Memadai
Umumnya kandungan gizi makanan anak
jal:anan kurang memadai untuk tumbuh
kembangnya, walaupun mereka mendapatkan
jumlah makanan yang cukup. Hal ini dapat
menyebabkan malnutrisi, anemia, dan
kekurangan vitamin serta gangguan tumbuh
kembang, (fisik dan mental).

17

1.2.2 Luka
Luka yang sering ditemukan pada anakjalanan
adalah luka akibat terjatuh, tertabrak, terkilirl
patah tulang , luka bakar. Penyebab luka dapat
karena disengaja (akibat intoksikasi atau akibat
lainnya) atau tidak disengaja (mengalami
kecelakaan). Anak yang mengalami luka dapat
menyebabkan hambatan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari . Hal ini bisa menimbulkan
masalah psikologis seperti kehilangan rasa
percaya diri, merasa tak berdaya, merasa tidak
mempunyai harapan yang dapat memicu
terjadinya gangguan penyesuaian, depresi,
cemas, dan lain-lain.
1.2.3 Masalah Kesehatan Reproduksi dan
Seksual
Anak jalanan rentan menghadapi masalah
kesehatan reproduksi dan seksual baik
perempuan maupunn laki-Iaki, karena mereka
terpapar pada kemungkinan eksploitasi (sodomi
dan pedofilia bagi anak laki-Iaki) penganiayaan
seksual (sexual abused), melakukan hubungan
seks (sexually active) tanpa pelindung sejak usia
dini. Perilaku seksual mereka tersebut dapat
menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi
Hamil di luar nikah, PMS, HIV/AIDS,
pengguguran kandungan, penganiayaan bayi
yang dilahirkan) . Anak jalanan yang hamil tidak
mendapat pelayanan antenatal yang memadai.

18

1.2.4 Penyakit Umum
Anak jalanan dapat mengalami berbagai
penyakit umum, seperti TBC, penyakit kulit, sakit
mata , masalah gigi dan penyakit akibat parasit
(kecacingan, ォ。セGMYェィL@
malar.ia, keputihan) .
Penyakit yang bersifat kronis dapat
menimbulkan masalah psikologis (cemas,
depresi).

2. Masalah Mental Emosional Pada Anak
Jalanan
Masalah mental emosional yang sering terdapat pada
anak jalanan adalah:
• Gangguan cemas
• Gangguan depresi
• Gangguan stres pasca trauma
• Gangguan psikotik
• Gangguan penggunaan NAPZA
2.1 Gangguan Cemas (Anxietas)
Rasa cemas sering dial,ami orang apabila
menghadapi peristiwa sulit, namun pada gangguan
cemas, rasa cemasnya berlebihan sedemikian rupa
sehingga mengganggu fungsi sehari-hari. Anak
mengalami rasa cemas yang berlebihan dan tidak
masuk akal, misalnya cemas akan terjadi sesuatu
yang tidak menyenangkan, padahal tidak ada yang
perlu dicemaskan. Selain dari gejala tersebut juga
dijumpai gejala kecemasan atau ketegangan yang
bersifat ganda (Iebih dari satu gejala):

19







Ketegangan mental : cemas, bingung, rasa tegang
atau gugup, sulit memusatkan perhatian, sulit tidur,
mimpi buruk, mudah tersinggung.
Ketegangan fisik: gelisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak bisa santai, tidak bertenaga dan
mudah lelah.
Gejala fisik: pusing , berkeringat, denyut jantung
cepat atau keras, mulut kering dan nyeri perut,
tegang seluruh otot terurama otot bahu dan tungkai,
kadang
disertai
sakit
perut,
mual,
muntah,berdebar-debar, gemetar.
Gejala dapat berlangsung berbulan-bulan, sering
muncul kembali dan sering dicetuskan oleh
peristiwa yang menegangkan.

Gangguan cemas terdiri dari:
• Gangguan cemas menyeluruh: cemas terjadi
setiap saat yang tidak berkaitan dengan situasi
yang dialami.
• Gangguan fobik: gejala cemas muncul bila
menghadapi situasi atau benda yang ditakuti.
• Gangguan obsesif-kompulsif: terdapat pikiran
yang terpaku pada satu hal dan melakukan
pekerjaan yang berulang-ulang, misalnya mencuci
tangan berulangkali walaupun tidak kotor. Gejala
cemas muncul bila anak tidak dapat melakukan
pekerjaan yang berulang-ulang tersebut.
• Gangguan panik: ketakutan yang memuncak
seolah anak akan mati atau takut menjadi gila
Sikap pendamping:
• Dengarkan keluhan anak dan telusuri penyebab
keluhan tersebut.

20




Tenangkan anak dengan melatih melakukan
relaksasi atau berdoa.
Bila hal tersebut tidak menolong, rujuk anak ke
fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit
Umum, RSJ) untuk mendapatkan konsel,ing atau
obat.

2.2 Gangguan depresi
Gangguan depresi harus dibedakan dengan perasaan
sedih biasa. Semua orang pada saat tertentu dapat
merasa sedih dan tidak bahagia. Apabila kehilangan
orang yang dicintai, orang akan merasa sedih
mendalam. Rasa sedih dan berkabung yang demikian
adalah normal dan merupakan reaksi sementara
menghadapi stres dalam kehidupan. Orang tersebut
masih dapat melaksanakan fungsi dalam kehidupan
sehari-hari dan dengan berlalunya waktu perasaan ini
juga akan menghilang.
Gangguan depresi adalah perasaan sedih dan
tertekan yang menetap. Perasaan tertekan
sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak
dapat melaksanakan fungsi sehari-hari. la merasa
putus asa dan tidak ada lagi kenikmatan untuk
melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan. Anak
mengalami gejala berikut:
• Suasana perasaan: merasa sedih, murung,
kehilangan minat dan rasa senang terhadap
pekerjaan yang biasa dia lakukan. Mereka sering
pula merasa mudah tersinggung, mengalami rasa
cemas dan panik bahwasesuatu yang buruk akan
terjadi.

21









Pikiran : isi pikiran biasanya tentang kegagalan
dan kesalahan . Anak cenderung menyalahkan diri
sendiri terhadap kegagalan yang terjadi. la sulit
memusatkan perhatian dan daya ingat menjadi
terganggu. Kadang-kadang timbul pikiran ingin
mati.
Keluhan fisik o rasa lelah berkepanjangan ,
gangguan tidur (sulit tidur atau terlalu banyak tidur),
gangguan makan (tidak napsu makan atau banyak
makan), kehilangan minat seksual, rasa sakit dan
nyeri di Ieher dan punggung , sakit kepala, nyeri di
dada dan keluhan di perut serta keluhan fisik
lainnya dari ujung rambut ke ujung kaki . Beberapa
orang yang mengalami depresi, hanya mengeluh
gangguan fisik dan menolak adanya masalah
emosional atau depresi. Orang ini disebut
menderita depresi terselubung, depresinya
tertutup oleh keluhan fisiko
Kegiatan (Aktivitas) : biasanya orang yang
mengalami depresi kegiatannya menjad i
menurun, ia hanya ingin berbaring di tempat tidur
sepanjang hari atau ia menarik diri dari pergaulan.
Dalam keadaan ini kadang-kadang ada usaha
untuk buriuh diri.
Khusus untuk anak dan remaja : depresi sering
muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku ,
misalnya menantang, kebut-kebutan , berkelahi
atau tingkah laku mencederai diri sendiri .

Sikap pendamping :
• Temani anak dan dengarkan keluhannya
• Telusuri penyebab depresi pada anak

22




Dorong ia untuk melawan perasaan depresinya
Bila hal di atas tidak menolong, rujuk anak ke
fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sa kit
Umum, RSJ).

2.3 Gangguan stress pasca trauma (GSPT)
adalah gangguan yang terjadi setelah mengalami
peristiwa traumatik. Gejala biasanya muncul setelah
beberapa hari atau beberapa minggu dan dapat pula
setelah beberapa tahun kemudian .

GSPT ditandai oleh 3 kelompok gejala utama :
• Mengalami kembali (Re-experiencing), terbayang
selalu peristiwa traumatik, anak seolah mengalami
kembali kejadian traumatik yang pernah ia alami
tersebut (flashback), terganggu mimpi buruk akan
peristiwa traumatik, merasakan ketegangan
psikologis atau terdapat reaksi fisik yang berat
seperti berkeringat, jantung berdebar atau panik
apabila dia menghadapi situasi yang
mengingatkannya pada peristiwa traumatik.
• Reaksi menghindar (avoidence) dan kehidupan
emosi menjadi terbatas (numbing), menghindari
kegiatan, tempat, pikiran, perasaan atau berbicara
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejadian
tersebut ; emosi terbatas; amnesia (Iupa)
psikogenik; kehilangan minat terhadap kegiatan
yang biasa dia lakukan; perilaku menarik diri; takut
memikirkan masa depan .
• Waspada atau mudah terangsang, (Hyperarousal),
kewaspadaan berlebihan; mudah kaget; sulit tidur;
sulit berkonsentrasi ;

23

Gejala lainnya yang dapat menyertai adalah:
• Rasa berdosa dan menyalahkan diri.
• Depresi, anxietas, marah, berduka .
• Peyalahgunaan NAPZA.
• Perilaku impulsif (belanja kompulsif, gangguan
makan, dan perubahan perilaku seksual).
• Keluhan somatik kronis (sa kit kepala, gangguan
lambung).
• Perilaku destruktifterhadap diri sendiri.
• Perubahan kepribadian.
Sikap pendamping:
• Dampingi anak menghadapi situasi krisis akibat
peristiwa traumatik, tunjukkan dengan sikap bahwa
anda sungguh-sungguh ingin membantu.
• Dengarkan keluhannya dan bantu ia mengatasi
gejala-gejala yang ia rasakan .
• Bantu anak menyesuaikan diri dengan perubahan
kehidupan pasca peristiwa traumatis.
• Bantu anak menata kehidupan pasca trauma dan
- merencanakan masa depan.
• Bila dengan cara tersebut, keluhan anak masih
berat, and a dapat meruj,uknya ke fasilitas yang
tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ)
untuk mendapat konseling atau mungkin pula anak
membutuhkan obat untuk sementara.

2.4 Gangguan psikotik
Seseorang yang menderita gangguan psikotik
menunjukkan perubahan yang nyata dan berlangsung
lama.

24

Orang tersebut mungkin menunjukkan gejala sebagai
berikut:
• Menarik diri dari lingkungan dan hidup dalam
dunianya sendiri .
• Merasa tidak mempunyai masalah dengan
dirinya.
• Kesulitan untuk berpikir dan memusatkan
perhatian.
• Gelisah dan bertingkah laku atau bicara kacau.
• Sulit tidur.
• Mudah tersinggung dan mudah marah .
• Mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata
(halusinasi).
• Berkeyakinan yang keliru seakan-akan ada
seseorang yang membuntuti atau ingin
membunuhnya (waham).
• Keluhan fisik yang aneh, misalnya ada hewan atau
benda yang tak lazim di dalam tubuhnya.
• Mungkin ada masalah dalam melaksana1kan tugas
sehari- harinya.
• Tidak
merawat
diri,
kadang-kadang
berpenampilan kotor.
Sikap pendamping:
• Apabila menemukan anak dengan gejala tersebut
di atas, segeralah dirujuk ke tenaga kesehatan .
Anak tersebut membu tuhkan obat untuk
mengatasi gejalanya.
• Jelaskan kepada keluarganya bahwa perilaku
anak tersebut adalah akibat penyakitnya. Jadi
jangan marahi anak karena tidak akan ada
manfaatnya.

25

2.5 Gangguan penggunaan NAPZA (narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya)
Anakjalanan berrisiko tinggi untuk menyalahgunakan
NAPZA akibat kehidupan mereka yang penuh dengan
stres dan adanya bandar yang memanfaatkan
keberadaan mereka.

Narkotika terdiri dari opiat, kokain dan ganja.
Psikotropika terdiri dari ecstasy, benzodiazepin (pil
koplo).
Zat adiktif lainnya terdiri dari alkohol, lem, nikotin
(tembakau).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan
NAPZA secara patologis (di luar tujuan pengobatan),
sekali-sekali atau terus menerus dan menimbulkan
gangguan dalam fungsi sosial, sekolah atau
pekerj,aan . Penyalahgunaan NAPZA dapat
menimbulkan ketergantungan.
Ketergantungan NAPZA adalah suatu keadaan
dimana anak tidak dapat lagi menghentikan
penggunaan NAPZA karena dia akan merasakan
gejala putus zat (gejala yang timbul apabila anak
menghentikan pemakaian atau mengurangi dosis).
Ketergantungan akan menyebabkan toleransi, yaitu
semakin lama dosis yang digunakan semakin besar.
Intoksifikasi NAPZA adalah gejala pada saat
menggunakan NAPZA. Gejalanya bervariasi
tergantung dari jenis NAPZA yang digunakan .

26

Gejala dari penyalahgunaan NAPZA tergantung dari
keadaan (sedang menggunakan atau gejala putus
zat), juga tergantung darijenis NAPZA yang digunakan.
Gejala yang perlu diwaspadai adalah perubahan sikap
dan perilaku:
• Prestasi menurun, menjadi pemalas , kurang
bertanggung jawab
• Bersikap emosional, mudah marah, mudah
tersinggung, pencuriga dan bersikap kasar
• Sering berbohong, menipu, berhutang, menjual
barang-barang, mencuri, mengompas
• Pola tidur berubah, malam begadang , siang
mengantuk
• Kehilangan minat terhadap hobi dan kegiatan lain
yang biasanya disenangi
• Menghindari pertemuan dengan anggota keluarga
Gejala saat menggunakan:
• Sikap apatis (acuh tak acuh), tampak mengantuk ,
jalan sempoyongan, bicara cadel (pelo)
• Bila kelebihan dosis: denyut nadi dan detakjantung
melambat, kulit terasa dingin, napas melambat
sampai berhenti dan meninggal .
Gejala sedang ketagihan :
• Mata dan hidung oerair, menguap terus , muall
muntah, sa kit perut, diare , nyeri otot dan tulang,
rasa sakit di seluruh tubuh , takut air sehingga tidak
mau mandi, depresi (pada pengguna ecstasy),
kejang (pada pengguna alkohol dan
benzodiazepin/obat penenang).

27

Pangaruh jangka panjang:
• Badan kurus, penampilan tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan diri, gigi tidak
terawat dan sering om pong (gigi rapuh), terdapat
deretan bekas suntikan di lengan atau bag ian
tubuh lain (pada pengguna NAPZA dengan
menyuntik).
Sikap pendamping:
• Dekati anak dan terima dia apa adanya
• Telusuri penyebab dia menggunakan NAPZA
• Bantu anak mengatasi masa'iah kehidupannya
• Rujuk ke fasilitas yang sesuai (dalam keadaan over
dosis segera bawa ke Puskesmas atau Rumah
Sakit)

28

BAB III
PENDAMPINGAN MASALAH
PSIKOLOGIS ANAK JALANAN

Yang dimaksud dengan pend am ping adalah orang yang
terlibat langsung dengan anak jalanan dan memperhatikan
kebutuhan mereka dengan cara memberikan dukungan dan
pelayanan. Pendampingan merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk memberikan dukungan kepada anak
jalanan, karena hal terse'but terjadi pada lingkungan dimana
mereka hidup dan bekerja. Pendampingan dapat dilakukan
di jalanan, di tempat yang sering mereka kunjungi atau tempat
mereka berlindung atau di komunitas tempat keluarga mereka
tinggal. Pendampingan masalah psikologis berarti bahwa
pendamping memperhatikan masalah psikologis yang dialami
oleh anak jalanan dan rnemberikan bantuan agar mereka
dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Agar berhasil dengan baik, maka pendamping harus
. berkontak langsung dengan anak jalanan dan menyadari
sepenuhnya peran dan tanggung jawab dari pendamping.

1. TANGGUNG JAWAB DAN KARAKTERISTIK
PENDAMPING
1.1 Tanggung-jawab pendamping
Peran dan tanggung jawab pend am ping antara lain:

Melakukan penilaian: mencari informasi tentang
situasi anak jalanan dari berbagai sumber yang

29









tersedia serta melakukan wawancara dengan
ana ·k itu sendiri . Hal ini akan meno ,l ong
pendamping untuk menemukan masalah yang
mereka hadapi dan memilih masalah apa yang
diprioritaskan untuk dibantu terlebih dulu.
Merespon kebutuhan dan masalah: pilihlah
masalah yang mendesak yang perlu diatasi
terlebih dulu dengan memperhitungkan
keterbatasan dan sumber-sumber yang tersedia .
Membimbing dan mengarahkan sesuai
permasalahan: hal ini akan membantu anak
mencegah atau mengurangi, masalahnya serta
mengarahkan mereka untuk mencari pertolongan
yang tepat bila diperlukan.
Melakukan advokasi dan menggerakkan
masyarakat: mencari berbagai bentuk dukungan
lingkungan dan melaku'kan kontakipendekatan
dengan jejar:ng yang diperlukan dalam upaya
mengatasi permasalahannya.
Manajemen yang berkesinambungan:
penilaian, perencanaan, terapan, evaluasi serta
melakukan kerjasama baik dengan pemerintah
maupun dengan swasta dan LSM yang bergerak
dalam membantu anakjalanan .

Untuk dapat melakukan tanggungjawab tersebut di atas,
pendamping perlu mempunyai karakteristik, pengetahuan,
ketrampilan serta sikap yang dibutuhkan untuk
pendampingan . Pendamping perlu memiliki keterampilail
da,lam berkomunikasi agar dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan baik terhadap ana'k jalanan maupun
terhadap pemerintah, swasta, penegak hukum dan LSM.

30

Tidaklah mudah menjadi pendamping anakjalanan , karena
pengalaman menunjukkan adanya stigma dan tekanan dari
berbagai pihak terhadap mereka yang perlu ditangani oleh
pendamping . Tugas utama pendamping adalah membina
hubungan baik dengan anakjalanan. Untuk itu anda perlu
meluangkan waktu di jalanan bersama mereka agar
memahami dunia mereka sehingga terbina hubungan
saling mempercayai.

1.2 Karakteristik pendamping
Pendampingan anak jalanan yang men9alami
masalah psikologis memerlukan karakteristik khusus
dari yang melakukannya, antara lain:

Mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang memadai.

Mempunyai keinginan untuk terus belajar dan
menyadari keterbatasannya serta mampu merujuk
kasus yang membutuhkan pertolongan lebih lanjut.
• Trampil berkomunikasi, mau dan mampu
mendengarkan anak, tidak asik bicara sendiri,
tidak cepat menyimpulkan , tidak terperangkap
oleh pemikiran atau pendapatnya sendiri .

Dapat memahami kondisi dan situasi kehidupan
anakjalanan yang didampinginya .

Matang dalam berpikir Jan bertindak, bertanggung
jawab, penyabar dan mampu berempati.

Kreatif, mempunyai motivasi yang tinggi dan
antusias

Berminat mendampingi anak jalanan yang
mengalami masalah psikologis.

Memahami dan dapat memanfaatkan jejaring
オョエォ・ーイャ。セN@

31






Tuntas dalam memberikan bantuan, baik terhadap
individu maupun dalam kelompok jejaring agar
tidak terjadi pemutusan hubungan secara sepihak
yang dapat berdampak negatif pada kelanjutan
pendampingan masalah psikologis yang dialami
anak jalanan.
Mengenali dirinya sendiri serta memahami
keterbatasan kemampuannya.
Percaya bahwa pada dasarnya setiap anak
mempunyai kemampuan untuk mengenali dan
menyelesaikan masalahnya sendiri . Pendamping
hanya membantu meningkatkan rasa percaya
dirinya dan memberi kesempatan kepada mereka
untuk menyelesaikan masalahnya.

1.3 Pengetahuan, ketrampilan dan sikap
• Pengetahuan
Pen-damping perlu dibekali pengetahuan yang
berkaitan dengan anak jalanan . Pengetahuan
tersebut dapat diperoleh dengan membaca
laporan tentang anakjalanan , berbicara langsung
dengan mereka atau dengan pemuka masyarakat
setempat, melakukan asesmen terhadap anak
jalanan dan belajar dari pengalaman.
• Ketrampilan
Keterarnpilan adalah kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan baik. Anda perlu
belajar ketrampilan yang dibutuhkan untuk
membantu anak jalanan . Ketrampilan bisa
didapatkan dari pelatihan atau pengalaman
mendampingi anakjalanan.

32



Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk
berpikir atau bertindak dengan cara tertentu . Sikap
juga meliputi nilai-nilai dan keyakinan . Hal ini dapat
tercermin dari apa yang anda katakan, apa yang
anda kerjakan atau tidak kerjakan . Misalnya bila
anda tidak mengenali masalah anak jalanan dan
tidak yakin bahwa mereka membutuhkan
pertolongan, maka sikap anda yang tak mau
menolong itu dapat tercermin dari cara anda
berinteraksi dengan mereka. Sikap terbentuk
dalam jangka panjang dan biasanya agak sulit
untuk diubah .

1.4 8elajar dari pengalaman
Bekerja dengan anakjalanan, anda perlu memahami
budaya mereka, kemampuan serta sumber-sumber
yang mereka miliki. Agar efektif, anda perlu fleksibel
untuk menerima kenyataan di lapangan. Anda perlu
mengembangkan kemampuan untuk belajar terus
menerus dari pengalaman bekerja dengan anak
jalanan. Misalnya jika anda ingin menggunakan
pengaruh teman sebaya , maka anda perlu memahami
bagaimana carel mengembangkan kelompok sebaya .
Anda perlu mengenali individu yang dapat
berkomun ,i:k asi dan menyampaikan kebutuhan ,
perasaan dan aspirasi kelompok.
Dengan belajar dari pengalaman, anda akan
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan sesuail dengan kelompok yang anda
dampingi. Adanya ide praduga terhadap anak jalanan
yang mendasari pikiran anda , akan menyebabkan

33

kesulitan besar bagi and a untuk bekerja dengan
mereka .

2. MEMBANTU
MENGATASI
PSIKOLOGIS ANAK JALANAN

MASALAH

Masalah psikologis anak jalanan dapat dipicu oleh
masalah fisik , masalah sosial atau masalah psikologis
yang timbul akibat dari dalam diri sendiri. Untuk membantu
mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai sumber
yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas.
Pendampingan untuk mengatasi masalah psikologis dapat
dilakukan pada 3 tingkatan, yaitu :
• Tingkat individu
• Tingkat masyarakat
• Oi luar masyarakat
Cara yang dipilih tergantung dari keadaan anak jalanan,
sumber-sumber yang tersedia dan harapan serta norma
budaya setempat. Cara tersebut harus komprehensif dan
saling melengkapi dengan mempertimbangkan individu
lain dan organisasi yang ada di masyarakat.
2.1 8ekerja pada tingkat individu
lV1engatasi masalah pada tingkat individu , perlu
menetapkan target anak jalanan yang akan dibantu,
yaitu terutama yang mengalami masalah
penyalahgunaan NAPZA, berrisiko tinggi untuk
menyalahgunakan NAPZA di masa depan atau
berrisiko mengalami masalah seksual dan kesehatan
reproduksi serta gangguan jiwa seperti depresi,
cemas , psikotik, stres pasca trauma. Anda dapat
memberikan pendampingan baik secara individu
maupun dalam kelompok . Strategi yang dapat
diterapkan pada tingkat individu adalah

34

mengembangkan keterampilan dasar, konseling dan
memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan
serta merujuk anak yang tak dapat ditangani ke
pelayanan yang tepat.

2.2 8ekerja pada tingkat masyarakat
Masyarakat lokal kadangkala membuat program untuk
membantu penduduknya . Program tersebut dapat
berupa pencegahan masalah kesehatan, promosi
kesehatan, pemberdayaan masyarakat untuk
mencegah penyalahgunaan NAPZA serta merujuk
kasus kepada pelayanan kesehatan yang sesuai.
Intervensi terhadap anak jalanan merupakan bag ian
dari kegiatan dalam masyarakat. Strategi yang dapat
dilakukan pada tingkat ini meliputi kegiatan
masyarakat, memberikan pelayanan dan menjamin
tersedianya sumber daya yang dibutuhkan .

2.3 8ekerja pada tingkat di luar masyarakat
Pendamping dapat pula mempengaruhi sesuatu yang
terjadi jauh diluar area kerja mereka, khususnya dalam
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
Mereka dapat melakukannya melalui advokasi yang
mungkin menuju perbaikan pelayanan kesehatan .
Kegiatan tersebut dapat secara regional, nasional atau
bahkan internasional yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi anakjalanan .

2.4 Mempertahankan dukungan
Intervensr yang berupa preventif maupun kuratif, perlu
dipertahankan . Hal ini dapat dilakukan melalui
penekanan akan pentingnya intervensi berikut
aplikasinya, dan dengan cara menuntun anakjalanan

35

berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, misalnya
dengan mengingatkan mereka untuk menghadiri
pelayanan spesifik dan menyarankan serta
mendukung untuk tidak absen pada pertemuan
berikutnya .
Pastikan bahwa anak jalanan tertentu mempunyai
akses ke pelayanan yang sesuai. Anda sebaiknya
dapat menghubungkan anak jalanan dengan
seseorang di masyarakat yang dapat memberikan
dukungan .

3. JENIS PENDAMPINGAN
Masalah psikologis anak jalanan bukanlah merupakan
masalah yang sederhana. 8erbagai masa.lah sosial juga
mempengaruhi terbentuknya masalah psikologis ini, oleh
karena Hu juga dibutuhkan berbagai cara untuk
mengatasinya. Hal tersebut antara lain berupa terciptanya
lingkungan yang aman dan mendukung , pemberian
informasi, membangun ketrampilan, konseling dan
memperbaiki pelayanan . Disarankan 'intervensi dilakukan
diberbagai bidang.

3.1 Lingkungan yang aman dan mendukung
Lingkungan adalah keadaan atau suasana yang
dialami oleh anak jalanan sehari-hari dalam
kehidupannya yang bukan berasal dari dirinya , yang
meliputi situasi politik , sosial, ekonomi , peraturan
perundangan dan budaya tempat anak hidup. Hal ini
juga meliputi kesempatan bagi anak untuk
mendapatkan pendidikan dan kesempatan untuk
memperoleh hubungan yang positif dengan orang lain.
Lingkungan dalam arti luas akan mempengaruhi

36

perilaku anakjalanan. Tujuan menciptakan lingkungan
yang aman dan mendukung adalah untuk
meningkatkan perilaku positif dari anak jalanan.
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi
psikologis anakjalanan adalah:
• Adanya kasih sayang diantara anggota keluarga,
sesama teman, dan dengan orang lainnya.
• Norma sosial seperti sikap terhadap anakjalanan,
pandangan dan sikap terhadap perilaku seksual
remaja.
• Sumber yang tersedia seperti kesempatan untuk
bersekolah bagi anak jalanan , adanya tempat
bermain, kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan masa kanak, akses terhadap
pelayanan kesehatan, peraturan perundangan
yang berlaku seperti perundan gan terhadap
pekerja anak.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendamping untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak
jalanan adalah:
3.1.1 Mengupayakan adanya kasih sayang:
• Mendekatkan anak dengan keluarganya atau
menciptakan keluarga yang peduli terhadap
anak jalanan sehingga kebutuhan kasih
sayang anak dapat terpenuhi .
• Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi
dalam kel1uarga dan meningkatkan
ketrampilan menjadi orangtua yang efektif
sehingga terbina interaksi yang lebih positif
dengan anak.

37



Membentuk kelompok teman sebaya yang
saling mendukung.

3.1.2 Memberikan pelayanan






Mengupayakan akses terhadap pelayanan
kesehatan termasuk mendapatkan pela.yanan
konseling.
Mengupayakan akses ke gelangglang remaja
agar anak jalanan dapat berolahraga dan
mendapatkan dukungan dari sesama remaja.
Bekerja sarna dengan seko'lah agar anak
jalanan dapat bersekolah, misalnya mengikuti
sekolah terbuka.

3.2 Pemberian informasi
Anak jalanan perlu diberi informasi tentang tumbuh
kembang remaja, kesehatan reproduksi dan seksual,
perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah
penyalahgunaan NAPZA, peraturan perundangan yang
berkaitan dengan hidup di jalanan . Gunakanlah setiap
ada kesempatan dengan anak jalanan untuk
memberikan informasi sebanyak mungk,in. Informasi
yang diberikan perlu disaring dan sebaiknya yang
berdampak positifterhadap anakjalanan .
Beberapa cara pemberian informasi yang perlu
dihindari adalah :
• Menyalahkan: anak jalanan karena telah
menggunakan NAPZA atau akibat kegiatan seks
bebas . Informasi tersebut dapat menimbulkan
misinterpretasi sehingga mereka tidak akan
memperhatikan informasi tersebut.

38





Menakuti-nakuti: teknik menakuti telah terbukti
berdampak tidak sesuai dengan keinginan kita,
malah membuat mereka berbuat sebaliknya.
Menjelaskan efek NAPZA: secara rinci termasuk
bagaimana cara mendapatkannya. Hal ini akan
merangsang mereka untuk menggunakannya.

3.3 Melatih ketrampilan
Kehidupan sehari-hari di jalanan penuh dengan
bahaya, tekanan dan stresor. Anak jalanan seringkali
terlibat penyalahgunaan I\lAPZA dan perilaku risiko
tinggi lainnya karena untuk mengatasi situasi tersebut
dan