Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK JALANAN

  Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Keluarga Jakarta, 2018

Penasehat

  dr. Eni Gustina, MPH (Direktur Kesehatan Keluarga)

Penanggung Jawab

  dr. Christina Manurung, MKM (Kepala Subdit Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja)

Tim Penyusun

  dr. Linda Siti Rohaeti, MKM dr. Ni Made Diah Permata, MKM dr. Stefani Christanti Putu Ayu Merry Antarina, SKM dr. Florentine Marthatilova Sari Angreani, SKM

  Kontributor

  Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Kementerian Sosial Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi, Ditjen PAS,

  Kementerian Hukum dan HAM Direktorat Pendidikan Khusus Layanan Khusus, Kemendikbud Direktorat Pencatatan Sipil, Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil,

  Kementerian Dalam Negeri Direktorat Pondok Pesantren, Kementerian Agama Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Pusat Data dan Informasi Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan Pusat Analisis Determinan Masalah Kesehatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Kesehatan Lingkungan Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat P2 Penyakit Tidak Menular Direktorat P2 Penyakit Menular Langsung Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat, Setdijen

  Kesehatan Masyarakat

  Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dinkes Kabupaten Bogor UPT Puskesmas Kecamatan Cibinong Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Dinkes Kota Medan Puskesmas Kota Medan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh Dinkes Kota Banda Aceh Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta Prof. Irwanto, PhD. Dr Anasrul SR (Fasilitator PKPR) Rumah Singgah Himmata Panti Parapattan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama, Jakarta Barat Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3, Jakarta Timur Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya, Jakarta Timur WHO, MSF, Save The Children, UNICEF

  Diterbitkan Oleh : Kementerian Kesehatan RI

KATA PENGANTAR

  Anak jalanan merupakan salah satu kelompok anak yang rentan terhadap masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian dan pelayanan kesehatan. Walaupun jumlah mereka kecil, tapi mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan anak-anak yang lain, sesuai dengan amanat UUD 45 pasal

  34 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Selain itu Undang Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga mengisyaratkan bahwa perlindungan anak harus bisa menjamin dan melindungi anak dan hak-hak nya agar dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

  Untuk menjamin pemenuhan hak dimaksud, sekaligus dalam rangka mendorong upaya peningkatan status kesehatan anak jalanan, maka disusunlah Pedoman

  Kami mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas semua kontribusinya, serta penghargaan yang setinggi tingginya atas kerjasamanya selama proses revisi buku pedoman ini. Kami menyadari buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya kritikan dan masukan dari pelaksana di lapangan sangat diharapkan untuk melengkapi dan menyempurnakannya.

  Jakarta, 14 Februari 2018 Direktur Kesehatan Keluarga

  dr. Eni Gustina, MPH

  NIP. 196308201994122003

BAB IV. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN.. 79

  A. Pencatatan dan Pelaporan…………………. 80

  B. Monitoring dan Evaluasi………………….. 83

  C. Indikator…………………………………… 84 BAB V. PENUTUP……………………………… 87 LAMPIRAN……………………………………… 89

  Lampiran 1 : Daftar Singkatan……………..… 90 Lampiran 2 : Contoh Materi Penyuluhan……. 92 Lampiran 3 : Kohort Pelayanan Kesehatan Balita

  dan Pra Sekolah………………… 94

  Lampiran 4: Register Pelayanan Kesehatan Anak

  di Lembaga Kesejahteraan Sosial

  93

  Anak (LKSA)………………… 96

  Lampiran 5 : Register Pelayanan Kesehatan

  Remaja………………………….. 97

  Lampiran 6 : Laporan Bulanan Pelayanan

  Kesehatan Remaja…………….. 98

  Lampiran 7 : Laporan Bulanan Pelayanan

  Kesehatan Anak JalananTerlantar di LKSA………………………… 102

BAB I PENDAHULUAN

  “ Anak merupakan generasi penerus yang akan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Pembangunan di bidang kesehatan sebagai salah satu aspek penting pembangunan bangsa diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga upaya pembangunan bidang kesehatan harus dilaksanakan sejak dini dengan memperhatikan proses tumbuh kembang anak sesuai siklus kehidupannya.

  Anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa sehingga perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orangtua, keluarga, masyarakat dan negara. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 34 (ayat 1) mengamanatkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, (ayat 3) negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas Anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa sehingga perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orangtua, keluarga, masyarakat dan negara. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 34 (ayat 1) mengamanatkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, (ayat 3) negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

  Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, tidak terkecuali bagi anak jalanan.

  Jumlah anak saat ini diperkirakan sekitar 77 juta jiwa

  2006 sebesar 232.894. Menurut hasil penelitian STKS 2014, usia pertama kali anak turun ke jalanan adalah pada usia 7-10 tahun (42,67) usia 5-7 tahun (21,33), usia 3-5 tahun (13,33) usia <3 tahun (6,67), usia 10-18 tahun (5,33) dimana 81 anak jalanan masih bersekolah dengan tingkat pendidikan terbanyak berada di sekolah dasar (61,54).

  Kelompok anak terlantar termasuk di dalamnya anak jalanan sejauh ini masih belum mendapatkan perhatian penuh, khususnya program pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan risiko permasalahan kesehatan mereka. Hal ini antara lain di sebabkan tingginya tingkat mobilisasi anak jalanan dan kurangnya pemahaman mereka tentang akses terhadap pelayanan kesehatan, sehingga sulit dijangkau oleh tenaga kesehatan dan keterbatasan dana pendukung kegiatan program juga merupakan kendala tersendiri.

  Di sisi lain kehidupan anak jalanan dengan segala

  HIVAIDS dengan segala komplikasi yang menyertainya. Hal ini banyak terjadi oleh karena pengaruh tekanan sosial dari teman sebaya sesama anak jalanan maupun sebagai korban perlakuan sekelompok masyarakat yang menggunakan mereka sebagai obyek untuk mendapatkan kenikmatan ataupun keuntungan.

  Kementerian Kesehatan telah melaksanakan berbagai program kesehatan anak yang diarahkan pada pemenuhan hak dan perlindungan anak melalui intervensi program sesuai dengan sasaran yang memang bervariasi baik dalam jenis maupan strategi dalam memberikan pelayanan kesehatan. Untuk itu, diantaranya telah dikembangkan beberapa program untuk peningkatan akses pelayanan kesehatan anak seperti pemanfaatan buku KIA, MTBS, SDIDTK, Puskesmas PKPR, Puskesmas KtPA, Puskesmas membina anak di pantiLKSA dan anak jalanan.

  50 anak jalanan tinggal bersama orangtuanya dan 11,5 tidak tinggal bersama orangtuanya. Penelitian lain di Makassar menunjukkan bahwa 45,1 anak jalanan berada di jalan selama 4-8 jam. Lebih dari setengah anak jalanan memiliki status pendidikan tidakbelum tamat SD (58,8). Sebagian besar anak jalanan tidak terdaftar di LSM ataupun organisasi lainnya (82,7) (Indina,2012).

  Pada umumnya anak jalanan merupakan keluarga miskin, tidak mampu menyekolahkan anaknya, bekerja sebagai pedagang asongan, pengamen, buruh, pemulung, pedagang kecil, dan lain-lain dengan pendapatan yang rendah jauh di bawah upah minimum regional (UMR). Hasil penelitian tahun 2012 menunjukkan jenis pekerjaan berbeda sesuai dengan rentang usianya. Pada usia anak yang belum dapat berjalan, maka anak dibawa oleh orang yang lebih dewasa untuk meminta Pada umumnya anak jalanan merupakan keluarga miskin, tidak mampu menyekolahkan anaknya, bekerja sebagai pedagang asongan, pengamen, buruh, pemulung, pedagang kecil, dan lain-lain dengan pendapatan yang rendah jauh di bawah upah minimum regional (UMR). Hasil penelitian tahun 2012 menunjukkan jenis pekerjaan berbeda sesuai dengan rentang usianya. Pada usia anak yang belum dapat berjalan, maka anak dibawa oleh orang yang lebih dewasa untuk meminta

  beraktivitas mencari

  penghasilan di jalanan. Hal ini akan memperburuk kualitas hidup dan masa depan anak sebab jika seorang anak menjadi anak jalanan pada saat berusia dibawah tiga tahun maka dia cenderung untuk berada di jalanan sampai dengan usia 18 tahun (Suharma, 2013).

  Beberapa alasan anak turun ke jalan adalah faktor

  Orang tua mempunyai kontribusi dalam menentukan keberadaan anak di jalanan. Sebagian besar dari orang tua yang anaknya berada di jalanan tidak peka terhadap kebutuhan atau hak- hak anak mereka, tidak peka dan tidak peduli terhadap risiko kehidupan jalanan bagi anak, dan tidak berusaha keras melindungi anak dari kehidupan jalanan.

  2. Kategori Anak Jalanan

  Kategori anak jalanan terdiri dari:

  a. Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of the street = true street children), dengan kriteria: - Hampir seluruh hidupnya habis di jalanan. - 8-10 jam berada di jalanan untuk

  “berkerja”

  menggelandangtidur. - Putus hubungan atau lama tidak bertemu

  - Berhubungan tidak teratur dengan orang

  tuanya. - 8-16 jam berada di jalanan. - Mengontrak kamar sendiri, bersama teman,

  ikut orang tuasaudara, umumnya di daerah kumuh.

  - Tidak lagi bersekolah. - Lokasi tersebar pada umumnya di lampu

  merah, pasar dan terminal. - Pekerjaan: penjual koran, pengasong,

  pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu, dll

  - Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.

  c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan (children vulnerable to be street children) dengan kriteria: - Bertemu teratur setiap haritinggal dan

  tidur dengan keluarganya. - 4-6 jam bekerja di jalan. - Masih bersekolah.

  Seorang anak dikatakan sehat jika ia sehat secara fisik, sehat sosial dan sehat jiwa.  Sehat fisik artinya memiliki badan yang

  sehat dan bugar.  Sehat sosial artinya mampu menjalin

  hubungan baik dengan orang lain. Sehat jiwa artinya : merasa senang dan bahagia, mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari (di rumah dan di sekolah), dapat menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri dan teman, melakukan kegiatan yang bermanfaat.

  Kehidupan anak jalanan biasanya berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat; kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, perilaku hidup tidak sehat; kecenderungan

  mendapatkan

  tindakan

  kekerasan dari lingkungan keluarga dan luar kekerasan dari lingkungan keluarga dan luar

  Keterbatasan pengetahuan terhadap kesehatan mengakibatkan

  mendapatkan hak mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang, dan informasi terhadap kesehatan, dll. Selain itu, aktifitas kegiatan sehari-hari yang berisiko akan menyebabkan

  gangguan kesehatan, terutama dampak langsung sengatan matahari, pencemaran udara seperti debu, gas kendaraan bermotor dan industri yang dapat menyebabkan efek iritasi dan toksik pada saluran pernapasan. Pada anak jalanan yang berusia remaja sangat berisiko terhadap

  penyalahgunaan Napza, serta masalah kesehatan reproduksi seperti penyakit menular penyalahgunaan Napza, serta masalah kesehatan reproduksi seperti penyakit menular

  Secara umum masalah kesehatan jiwa dan perilaku anak jalanan antara lain : gangguan cemas, depresi, stres pasca trauma, psikotik dan kecenderungan berperilaku antisosial (berkelahi, mencuri, memeras, dll), perilaku agresif implusif, penyalahgunaan NAPZA (nge-lem,

  ketidakharmonisan keluarga.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidup di jalanan merupakan hal yang menyakitkan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidup di jalanan merupakan hal yang menyakitkan,

  Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain:

  pengangguran, dll.

  2. Faktor Budaya : perceraian, kenakalan remaja, dll.

  3. Faktor Biologis : penyakit menular, keracunan makanan, dsb.

  4. Faktor Psikologis : penyakit jiwa, aliran 4. Faktor Psikologis : penyakit jiwa, aliran

  (berteriak, premanisme kriminalitas,

  kekerasan, penganiyaan, meminta dengan memaksa, menghina, mengumpat, berkata-kata kotor, tidak mau komentar, menendang, membuat perangkap untuk orang lain dan mendorong) (Intan, 2014).

  d. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Makanan dan Gizi Penyelenggaraan makanan dan gizi pada anak jalanan sangat terbatas sesuai dengan kondisi dan lokasi di mana mereka berada, antara lain terbatas pada : - Menu kelengkapan komposisi bahan

  makanan serta kandungan kalori dan zat makanan serta kandungan kalori dan zat

  - Kebersihan, pengolahan dan proses

  memenuhi syarat.

  e. Masalah Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Secara umum sumber daya untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi anak jalanan masih terbatas. Diperlukan kemampuan pendekatan yang baik untuk dapat menjangkau anak jalanan. Umumnya pelayanan kesehatan yang diberikan

  menjangkau anak jalanan yang ada di panti rumah singgah. Sedangkan untuk anak jalanan yang benar-benar ada di jalanan lebih sering diberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk bakti sosial secara insidentil, belum secara rutin.

  a. Faktor Eksternal Faktor eksternal biasanya berkaitan dengan kondisi masyarakat, lingkungan, dan sosial, antara lain: - Pemukiman padat dan kumuh (keadaan

  penuh sesak di daerah kumuh dan fasilitas perumahan yang tidak memadai)

  - Kelemahan nilainorma yang ada di

  masyarakat. - Terbatas dan tidak bervariasinya pelayanan

  pendidikan. - Adanya urbanisasi - Kesempatan kerja yang terbatas (distribusi

  sumber daya dan kesempatana yang tidak merata dalam masyarakat, misalnya kurangnya

  kesempatan

  mendapatkan

  pekerjaan) - Masalah dalam penegakan hukum - Kondisi politik dan ekonomi, misalnya

  kemisikinan dan sumberdaya yang rendah.

  b. Faktor internal Faktor internal adanya anak jalanan dapat berasal dari diri sendiri ataupun kondisi dan situasi anak dalam keluarga. Peran orang tua terhadap adanya anak jalanan sangat penting mengingat sebagian besar anak jalanan masih tinggal bersama orang tuanya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak jalanan, sebagian besar anak masih tinggal dengan orang tuanya (90.2) dan beberapa diantaranya mendukung anaknya untuk turun ke jalan mencari uang (47.1) (Nur’aini, 2009). Faktor penyebab internal, antara lain: - Ekonomi sulit. - Hubungan yang tidak harmonis dalam

  keluarga (perceraian orangtua, konflik dalam keluarga, penolakan anak oleh orangtua dan kondisi terpisah dari orangtua atau kehilangan orangtua)

  - Orang tua yang tidak bertanggung jawab

  (penelantaran terhadap anak). - Penanaman nilai etika, moral dan pola asuh

  dalam keluarga (masalah perilaku dalam pengasuhan anak, misalnya orangtua penjudi, penyalahgunaan NAPZA)

  - Kelemahan internal dalam diri anak sendiri

C. Pengertian

  1. Anak Adalah seseorang yang berusia 0-18 tahun termasuk anak di dalam kandungan (Undang- Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002).

  2. Anak terlantar Adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi secara wajar baik secara 2. Anak terlantar Adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi secara wajar baik secara

  4. Pelayanan Kesehatan Anak Adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

  5. Tenaga Kesehatan Adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan, serta memliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

  6. Puskesmas Adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 6. Puskesmas Adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun

  8. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komprehensif dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

  9. Kemitraan Adalah bentuk kerjasama yang terintegrasi, berdasarkan

  prinsip-prinsip

  kesetaraan,

  keterbukaan dan saling menguntungkan dalam melaksanakan suatu programkegiatan secara efektif dan efisien sesuai bidang, kondisi, dan kemampuan masing-masing, sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal.

  10. Jejaring Adalah suatu hubungan kerjasama antara 2 (dua)

  Adalah lembaga yang memberikan pelayanan kesejahteraan social bagi anak terlantar yang berada di dalam panti maupun anak terlantar di lingkungan sekitar pantipelayanan luar panti.

  12. Rumah singgah (LKSA non panti) Adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu dan membimbing mereka, dan merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan merupakan tahap awal bagi anak jalanan untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, sehingga diciptakan sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik dan menyenangkan bagi anak jalanan. (Permensos Nomor 30 Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak).

  13. Leader Adalah pimpinan kelompok anak jalanan yang sudah tidak berada di jalan lagi dan menjadi

  15. Pekerja sosial Adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosialkesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos No. 10HUK2007).

  16. Big brother Adalah orang yang paling dituakan di kantong- kantong anak jalanan yang memiliki pengaruh yang kuat dan besar pada jeger dan anak jalanan.

  17. Titik – titik lokasi Adalah lokasi berkumpul dan beraktifitasnya anak jalanan pada tempat-tempat tertentu, seperti: terminal, stasiun, mall, pasar, perempatan jalan, kuburan.

  18. Kohort berasal dari kata cohort Adalah suatu proses pengamatan prospektif, survei

D. Ruang Lingkup

  Ruang lingkup pelayanan kesehatan anak jalanan adalah pelayanan kesehatan bagi anak jalanan usia 0-

  18 tahun, yang meliputi:

  1. Pelayanan kesehatan bayi

  2. Pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah

  3. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja Upaya pelayanan yang dilakukan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di dalam dan di luar gedung.

E. Dasar Hukum

  1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 pasal 34, bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

  2. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

  3. Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah.

  4. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

  8. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

  9. Undang Undang No 10 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, Dan Pornografi Anak

  10. Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

  11. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

  12. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

  13. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor

  12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

  14. Keppres No 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan

  Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan

  17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 30 HUK 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak

  18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus

  19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak

  20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016

  Kepemilikan Akta Kelahiran

F. Tujuan

  1. Tujuan umum Meningkatkan status kesehatan anak jalanan.

  2. Tujuan khusus

  a. Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi anak jalanan secara terintegrasi

G. Sasaran

  Sasaran Langsung, yaitu :

  1. Anak jalanan

  2. Tenaga Kesehatan

  Sasaran Tak langsung, yaitu:

  1. Orang tua atau keluarga dari anak jalanan.

  2. “Koordinator” (jeger, leader dan big brother).

  3. Pekerja sosial, pendamping anak jalanan.

  4. Organisasi kelompok masyarakatLSM dunia usaha swasta yang menangani anak jalanan.

  5. Pengelola lintas program dan lintas sektor terkait di tingkat pusat, provinsi dan kabupatenkota.

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

  “Arah kebijakan difokuskan pada upaya untuk

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

  Kebijakan kesehatan bagi anak jalanan merupakan suatu kesatuan dari kebijakan kesehatan bagi anak secara umum. Arah kebijakan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup anak dalam rangka pemenuhan hak-hak anak. Upaya pemenuhan hak anak dilaksanakan berdasarkan

  4 prinsip hak anak dalam konvensi hak anak, yaitu:

  a. Non-diskriminasi

  b. Kepentingan yang terbaik bagi anak

  c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan

  d. Penghargaan terhadap pendapat anak

  Pelayanan kesehatan anak jalanan diselenggarakan

  Penanganan anak jalanan difokuskan pada upaya promotif dan preventif agar anak terlantar dan rentan tidak jatuh menjadi anak jalanan, tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

  Pembinaan kesehatan anak jalanan disesuaikan dengan kebutuhan dan proses tumbuh kembang yang dilaksanakan secara terpadu lintas program dan membangun jejaring dengan lintas sektor dan masyarakat

  kemasyarakatan, dll) berdasarkan prinsip kemitraan.

B. Strategi dan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

  Masalah anak jalanan adalah masalah sosial yang cukup rumit dan kompleks, sehingga upaya penanganan kesehatannya tidak dapat dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja, akan tetapi perlu kerjasama dengan sector terkait, masyarakat termasuk

  1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan anak jalanan.

  2. Melaksanakan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

  3. Memperkuat mekanisme kemitraan dan jejaring

  4. Meningkatkan pembiayaan pelayanan kesehatan anak jalanan

  5. Memfasilitasi kearifan lokal (local wisdom)

  Strategi ini merupakan strategi konvensional yang selama ini sudah dilaksanakan dan masih akan tetap digunakan unutk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi anak jalanan dengan berbagai penguatan dan lebih fokus dalam implementasinya. Startegi ke 4, merupakan upaya terobosan karena dapat segera dilaksanakan dengan memanfaatkan segala potensi masyarakat setempat, termasuk pemanfaatn CSR dunia usaha. Pelaksanaan kegiatan dapat menggunakan potensi budaya, agama, adat istiadat dan nilai-nilai lokal.

  b. Melaksanakan orientasi dan sosialisasi tentang program kesehatan bagi anak jalanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

  Usia remaja merupakan proporsi terbesar pada populasi anak jalanan, sehingga pelayanan kesehatan dilakukan dengan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

  a. Memberikan pelatihan PKPR untuk puskesmas yang belum terlatih PKPR dan peningkatan strata

  menyelenggarakan PKPR menggunakan SN PKPR

  b. Memfasilitasi pelatihan kader kesehatan di luar sekolah (kader kesehatan karang taruna, masjidgereja dan konselor sebaya)

  c. Meningkatkan kegiatan PKPR di luar gedung, misalnya melalui Posyandu Remaja (referensi: Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu c. Meningkatkan kegiatan PKPR di luar gedung, misalnya melalui Posyandu Remaja (referensi: Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu

  Kementerian Sosial,

  Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, BKKBN, BNP dan LSM terkait.

  Jejaring pelayanan kesehatan anak jalanan meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta serta mitra potensial lain yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan kesehatan anak jalanan di suatu wilayah tertentu. Adapaun kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya memperkuat mekanisme kemitraan dan jejaring antara lain:

  a. Mengembangkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yaitu posyandu remaja, kelompok remaja a. Mengembangkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yaitu posyandu remaja, kelompok remaja

  d. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan anak

  tangkapansaluran, antara lain: - Organisasi

  kesejahteraan anak. - Rumah belajar anak jalanan. - Mobil sahabat anak. - Institusi pendidikan non formal (PKBM). - Organisasi kemasyarakatanLSMswasta.

  e. Melaksanakan pertemuan rutin antar anggota jejaring. Dilakukan secara periodik, bersama- sama secara bergantian sebagai ajang pertukaran informasi dan pengalaman, dalam bentuk rapat, pertemuan, atau lokakarya.

  f. Membangun komunikasi berkala melalui f. Membangun komunikasi berkala melalui

  h. Memfasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur sesama anggota jejaring. Jejaring menyiapkan informasi yang dapat diakses oleh setiap anggota jejaring untuk memperoleh bantuan teknis

  pengembangan dan pelaksanaan upaya terkait dengan kesehatan remaja, termasuk anak jalanan.

  Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan anak jalanan dapat dilakukan melalui pendekatan edukatif, yaitu suatu rangkaian

  2. Pengkajian hasil analisa situasi, guna membahas hasil temuan dalam analisa situasi, yang meliputi: rumusan masalah, prioritas masalah, alternatif pemecahan masalah, sumber daya yang digunakan dan rencana waktu pelaksanaan kegiatan.

  3. Pendekatan sosial, yang ditunjukkan kepada penentu kebijakan

  untuk memperoleh

  dukungan agar kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana. Bentuk pendekatan sosial, antara lain: anjang sana, seminar, lokakarya, dll.

  4. Pelaksanaan kegiatan, yang merupakan intervensi untuk memecahkan masalah yang ada sesuai dengan potensi yang dimiliki. Bentuk intervensi kegiatan, antara lain: orientasi peningkatan kemampuan petugas, sosialisasi,

  penyuluhan,

  pendampingan,

  Peran dari masing – masing sektor sebagai berikut: No Sasaran

  Peran

  1 Dinas

  - menyediakan data

  Kesehatan

  fasilitas pelayanan

  - menyediakan data-data

  tentang masalah kesehatan

  - melaksanakan pelayanan

  kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

  2 Dinas Sosial

  - menyediakan data anak

  - menyediakan data

  pekerja sosial - menyediakan data

  rumah singgah, Non Panti Sosial Asuhan

  Kabupaten

  formal lainnya

  Kota

  - menyediakan data anak

  jalanan yang bersekolah - menyediakan data anak

  jalanan usia sekolah yang tidak bersekolah

  4 Dinas

  - menyediakan data Balai

  Transmigrasi

  Latihan Kerja (BLK),

  dan Tenaga

  - menyediakan data anak

  Kerja

  jalanan yang bekerja

  Kabupaten Kota

  5 Kantor

  - menyediakan data

  Kementerian

  Pondok Pesantren

  Agama

  - menyediakan data anak

  Kabupaten

  jalanan yang berada di

  Kota

  Pondok Pesantren

  6 Institusi yang

  - menyediakan data

  menangani

  Lembaga Perlindungan

  pemberdayaan

  Lembaga Perlindungan AnakPerempuan, P2TP2A

  - Menyediakan data

  terkait organisasi pemuda

Kesehatan Anak Jalanan

  Pembiayaan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi anak jalanan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana BOK dan sumber dana lainnya yang tidak mengikat.

  Dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan anak jalanan maka perlu dilakukan perencanaan secara terpadu di tingkat provinsi dan kabupatenkota yang melibatkan Dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan anak jalanan maka perlu dilakukan perencanaan secara terpadu di tingkat provinsi dan kabupatenkota yang melibatkan

  Sesuai Undang Undang Dasar 1945 Pasal 34, mengatakan bahwa; fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, hal tersebut juga diperkuat dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2013 tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu serta Keputusan Menteri Sosial Nomor 170 Tahun 2015 tentang Penetapan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sesuai Undang Undang Dasar 1945 Pasal 34, mengatakan bahwa; fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, hal tersebut juga diperkuat dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2013 tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu serta Keputusan Menteri Sosial Nomor 170 Tahun 2015 tentang Penetapan Penerima Bantuan Iuran Jaminan

  Pendamping anak jalanan melalui Dinas Sosial dapat mengusulkan identitas kependudukan bagi anak jalanan yang belum terdaftar dan belum ada nomor induk kependudukan (NIK) bekerjasama dengan dukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil). Apabila anak jalanan tersebut dinilai memenuhi syarat sebagai PBI, maka BPJS Kesehatan akan menerbitkan Kartu Indonesia Sehat (persyaratan sesuai dengan Permensos Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan PP Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP Nomor 101 Tahun 2012 tentang PBI Jaminan Kesehatan).

  PBI didorong untuk menjadi tanggungan pemerintah daerah.

5. Memfasilitasi Kearifan Lokal (Local Wisdom)

  a. Mengoptimalkan pemnafaatan CSR sesuai kondisi lapangan

  b. Pemanfaatan pendekatan keagamaan untuk pesan dalam rangka penyampaian pesan kesehatan

  termasuk perilaku

  berisiko,

  kesehatan reproduksi

  c. Memanfaatkan nilai-nilai local, budaya local dan acara keagamaan

  d. Membuat kebijakan inovatif local yang memiliki daya ungkit terhadap pembinaan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi anak jalanan

BAB III PELAYANAN KESEHATAN BAGI ANAK JALANAN

  “ Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

BAB III PELAYANAN KESEHATAN BAGI ANAK JALANAN

  Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan KabupatenKota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan secara komperhensif kepada semua lapisan masyarakat termasuk anak jalanan, agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

  Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan, yang termasuk dalam upaya kesehatan wajib adalah promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, perbaikan

  pemberantasan penyakit menular dan tidak menular serta

  Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai organisasi LSM yang menangani anak jalanan adalah dengan melihat potensi anak tersebut apakah mampu didik, sehingga bisa diarahkan ke sekolah formal atau mampu latih yang lebih diarahkan pemberian keterampilan hidup agar mereka dapat bekerja dan mandiri. Pelayanan kesehatan pada anak jalanan diintegrasikan dalam upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas. Selama ini pelayanan kesehatan pada anak jalanan yang diberikan baru sebatas pengobatan dengan berbagai kesulitan karena masalah dana maupun hambatan administrasi pada waktu mengunjungi layanan kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan pada anak jalanan agar bisa terselenggara secara optimal, sebaiknya bekerjasama dengan lintas sektor terkait agar pelayanan ini bisa diberikan secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

A. Sistem Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

  Dalam sistem pelayanan kesehatan pada anak jalanan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu Pelayanan Kesehatan di dalam gedung dan pelayanan kesehatan di luar gedung.

1. Pelayanan Kesehatan di Dalam Gedung

  Pelayanan kesehatan di dalam gedung adalah pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan di dalam gedung FKTP secara komprehensif dan terintegrasi untuk anak jalanan yang datang langsung atau dirujuk oleh rumah singgah, panti sosial asuhan anak (PSAA), pusat layanan di masyarakat atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) atau anggota Satuan Polisi Pamong Praja pada saat melakukan patrol ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Bila ada kasus yang tidak dapat ditangani oleh FKTP dapat dirujuk ke rumah sakit sesuai dengan mekanisme rujukan.

  Tabel Paket Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Berdasarkan Usia

  Rehabilitatif Sasaran

  1. Rehabilitasi 1. Orangtua

  12 Gizi tentang

  MPASI

  sesuai jenis

  Bersumber 2. Wali

  ASI) dan

  permasala-

  (RBM), jika

  Vitamin A.

  2. Merujuk ke

  ada di

  Pola Asuh

  2. Imunisasi

  Rumah

  wilayah kerja

  Buku KIA.

  pola asuh.

  dan Intervensi

  Kekerasan

  Dini Tumbuh

  Terhadap

  Kembang

  Anak (KTA).

  KTA terhadap

  6. Penyuluhan

  orangtua asuh

  penyakit

  6. Peningkatan

  menular dan

  lingkungan dan konseling kesehatan lingkungan. 7. Skrining HIV- AIDS

  1. Rehabilitasi 1. Orangtua

  Balita

  Gizi tentang

  makanan

  sesuai jenis

  Bersumber 2. Wali

  (12-59

  pemberian

  tambahan dan

  penyakit dan

  makanan gizi

  Vitamin A.

  permasala-

  Masyarakat 4. Anak

  (RBM), jika Jalanan

  2. Penyuluhan

  lanjutan pada

  2. Merujuk ke

  programnya

  Pola Asuh

  balita

  ada di

  Rumah Sakit

  mengenai KtA

  setempat

  kerja

  Buku KIA.

  orangtua dan

  PHBS

  anak.

  (perilaku hidup

  4. Penerapan

  bersih dan

  PHBS.

  sehat).

  5. Skrining KPSP

  5. Penyuluhan

  (kuesioner pra

  menular dan

  8. Penerapan

  tidak menular.

  penyehatan lingkungan.

  Anak

  1. Penyuluhan

  1. Penerapan dan

  1. Pengobatan

  1. Rehabilitasi 1. Orangtua

  sesuai jenis

  Bersumber 2. Wali

  Sekolah

  tentang PHBS,

  gizi, NAPZA,

  2. Konseling

  2. Merujuk ke

  Masyarakat 4. Anak

  Rumah Sakit

  (RBM), jika Jalanan

  merokok dan

  Gizi,bahaya

  setempat. programnya

  HIV- AIDS

  merokok dan

  wilayah

  kesehatan gigi

  HIV-AIDS

  kerja

  dan mulut

  3. PKHS

  setempat

  3. Penyuluhan

  (pendidikan (pendidikan

  tablet tambah

  menular dan

  darah

  tidak menular. 5. Skrining HIV- AIDS 6. Imunisasi lanjutan anak usia sekolah

  7 . PMT Anak Usia

  1. Rehabilitasi 1. Orangtua

  (10-18

  kesehatan

  PHBS dan gizi.

  sesuai jenis

  Bersumber 2. Wali

  tahun)

  tentang PHBS,

  gizi, NAPZA,

  bahaya

  2. Merujuk ke

  Masyarakat 4. Anak

  bahaya

  NAPZA,

  Rumah Sakit

  (RBM), jika Jalanan

  HIV- AIDS dan

  reproduksi, dan

  merokok kerja

  kesehatan gigi

  lingkungan.

  dan mulut.

  3. Konseling 3. Konseling

  penyakit

  darah.

  menular dan

  6. Peningkatan

  tidak menular.

  kualitas kesehatan lingkungan.

  7. Skrining dan imunisasi lanjutan Td WUS

  8. Pemenuhan gizi seimbang.

  9. Skrining HIVAIDS.

2. Pelayanan Kesehatan di Luar Gedung

  Pelayanan kesehatan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan di luar Puskesmas berbentuk promotif, preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif secara komperhensif dan terintegrasi untuk anak jalanan yang berada di LKSA seperti rumah singgah, panti sosial asuhan anak (PSAA), atau pusat layanan di masyarakat serta anak jalanan yang belum pernah mengakses layanan kesehatan. Bila ada kasus yang tidak dapat ditangani oleh Puskesmas, maka Puskesmas dapat merujuk ke FKRTLRumah Sakit setempat sesuai mekanisme rujukan.

  Berikut ini adalah bagan pelayanan kesehatan anak jalanan dan beberapa kegiatan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

  BAGAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK JALANAN

  1 Alternatif pendekatan sasaran langsung

  3 4 Kelompok pendukung koordinator

  Anak jalanan

  P

   Hidup di jalanan

  U

   Individu:

   Bekerja di jalanan

  S

  relawanpeksos

   Rentan menjadi anak

  K

  leader, jeger

  jalanan

  E  Keluarga: orang tua

   Kelompok: pimpinan panti sosial asuhan

  S

  2 Kelembagaan anak [PSAA],

  M

  A pimpinan rumah

  S

   Rumah singgah singgah

   Swasta: perusahaan

   Panti sosial asuhan anak

   Lintas sektor

  [PSAA]  Pusat layanan di

  masyarakat

  Rumah sakit

Model 1: Pelayanan kesehatan melalui pendekatan sasaran langsung:

  Pelayanan kesehatan yang secara langsung ditujukan kepada kelompok sasaran pada waktu yang telah ditentukan minimal 2 kali dalam setahun. Misalnya dilakukan pada kegiatan besar nasional dan daerah seperti Hari Anak Nasional, Hari Kemerdekaan, HUT kabkota, dll.

  Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang cepat dan mudah dengan cakupan luas.

  Sasaran adalah anak jalanan yang: • Hidup di jalanan • Bekerja di jalanan • Rentan menjadi anak jalanan.

  Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran langsung adalah :

  Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan melalui pendekatan sasaran lamgsung berupa pelayanan promotif, preventif dan kuratif. Pelayanan kesehatan, penjaringan kesehatan, pemeriksaan berkala, imunisasi, pengobatan masal dan rujukan kasus bila dibutuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh petugas kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Pelayanan diberikan oleh petugas kesehatan bekerjasama dengan sektor terkait, LSMorganisasi masyarakat lainnya.

Model 2: Pelayanan kesehatan melalui pendekatan kelembagaan

  kelembagaan adalah pelayanan kesehatan untuk anak jalanan melalui wadah pembinaan yang sudah ada di masyarakat.

  Tujuan dari pelayanan ini adalah • Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

  Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran kelembagaan adalah : • Koordinasi dengan lintas program dan lintas

  sektor terkait untuk pelaksanaan kegiatan. • Pelaksanaan kegiatan • Monitoring, evaluasi dan pelaporan

  Pelayanan kesehatan yang diberikan melalui pendekatan kelembagaan bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Bentuk kegiatan: penyuluhan kesehatan, penjaringan kesehatan, pemeriksaan berkala, imunisasi, pengobatan, rujukan kasus ke Puskesmas dan FKRTLRumah Sakit, inspeksi

  kesehatan

  lingkungan. Pelayanan diberikan oleh petugas kesehatan bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

Model 3: Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

  Model 4: Pelayanan kesehatan melalui pendekatan

  kelompok pendukung adalah pelayanan kesehatan untuk anak jalanan melalui pembinaanpelatihan kelompok pendukung dan koordinator anak jalanan.

  Tujuan dari pelayanan ini adalah memperluas jangkauan pelayanan kesehatan anak jalanan melalui peningkatan peran kelompok pendukung. Sasaran : • Orang tua anak jalanan • ”Koordinator” : Leader, Jeger • Pimpinan rumah singgah • Pimpinan panti sosial asuhan anak [PSAA] • Koordinator pusat layanan masyarakat.

  kunjungan rumahPuskesmas untuk memberikan penyuluhanpembinaan kepada orang tua anak jalanan, pendampingan kesehatan oleh relawan atau pembinaanpelatihan bagi: leader, jeger, pimpinan rumah singgah, pimpinan panti sosial asuhan anak (PSAA), koordinator pusat layanan di masyarakat. Pelayanan ini diberikan oleh petugas kesehatan melalui kerja sama dengan pusat layanan yang ada di masyarakatlintas sektor terkait.

B. Langkah Langkah Pendampingan Anak Jalanan

  Agar berhasil dengan baik dalam mendampingi anak jalanan, perlu dilakukan langkah - langkah yang tepat.

1. Membangun Komunikasi yang Efektif

  Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi adalah suatu cara yang amat penting dalam mempengaruhi kehidupan anak jalanan.

   Keterampilan mendengarkan aktif.

  Mendengarkan dengan seksama pembicaraan anak jalanan, akan membantu anda memahami minat,

  ide, dan

  kebutuhan mereka.

  Keterampilan mendengar aktif meliputi: membuat kontak mata, perhatikan anak, perlakukan anak jalanan sebagai seorang individu, ketrampilan berbicara.

   Keterampilan berbicara

  Komunikasi yang baik antar 2 orang, perlu menggunakan bahasa yang lazim dipakai. Hal berikut akan membantu anda agar berbicara efektif : - Bicara dengan jelas, mulut terbuka dan

  cukup dapat didengar. - Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat

  dengan mudah dimengerti oleh anak. - Ingatlah, berbicara hanya berguna ketika

  seseorang siap untuk berbicara. Hargai

  - Kontruktif (membangun) dan tidak

  menilai. - Jelas, spesifik dan benar - Segera dilakukan setelah menerima suatu

  pesan atau melihat perilaku anak.

   Komunikasi Non-Verbal :

  - Sikap dan penampilan: Komunikasi non

  verbal dapat membantu memahami anak jalanan dan juga membantu dipahami oleh mereka. Komunikasi non-verbal akan banyak mengungkapkan sikap pendamping ataupun sikap anak jalanan.

  - Pertahankan sikap tubuh yang mendukung:

  pada beberapa budaya duduk membungkuk ke arah anak dapat

  mendukung

  komuniksai. Berpangku tangan atau menyilangkan kaki menunjukkan bahwa anda kurang berminat mendengarkan anak dan akan menjadi penghambat dalam komuniksai. Berpangku tangan atau menyilangkan kaki menunjukkan bahwa anda kurang berminat mendengarkan anak dan akan menjadi penghambat dalam

  pembicaraan informal (baik langsung maupun melalui telepon).

  - Komunikasi melalui tulisan : dapat

  melalui artikel, surat, buku, leaflet, puisi atau nyanyian.

  - Melalui sarana visual : misalnya

  melalui film, video atau ilustrasi.

  c. Lingkungan Supaya

  diperlukan lingkungan yang tidak ribut dan bising, agar perhatian tidak beralih ke arah lain. Pergilah ke sudut ruangan atau tempat yang tidak banyak orang.

2. Membina Hubungan Saling Percaya 2. Membina Hubungan Saling Percaya

C. Penanganan Masalah Kesehatan Spesifik pada Anak Jalanan

1. Kebersihan Perorangan

  Kebersihan perorangan merupakan bagian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dapat diterapkan di rumah tangga, sekolah, tempat-tempat umum, tempat kerja, maupun di institusi kesehatan. Bagi anak jalanan, setidaknya diharapkan bisa menerapkan PHBS di tempat- tempat umum, seperti di pasar, tempat ibadah, rumah makan, atau angkutan umum.

  PHBS di tempat-tempat umum, meliputi :  Menggunakan air bersih.  Mencuci tangan dengan air bersih yang

  mengalir dan sabun.

  mengenai kebiasaan kebersihan perorangan dasar seperti menggosok gigi, mandi, mencuci rambut, dan menggunting kuku. Dengan kebiasaan dasar yang kadang sering kali dilupakan ini, diharapkan dapat mengurangi kejadian penyakit pada anak jalanan seperti penyakit kulit dan diare.

2. Kekerasan terhadap Anak

  Kondisi anak jalanan yang memprihatinkan membuat mereka rentan terhadap kejahatan berupa kekerasan, baik kekerasan fisik, seksual, psikologis, maupun kekerasan finansial. Anak jalanan rentan mendapatkan perlakuan kekerasan tidak hanya dari orang lain tapi juga dari teman sebayanya sesama anak jalanan.

  Petugas kesehatan berperan untuk memberikan penyuluhan mengenai gender, pencegahan kekerasan, dan risiko dari kekerasan seksual, di samping memberikan pelayanan kesehatan bagi

   Inti : tanamkan bahwa tidak boleh disentuh

  orang lain pada bagian tubuh yang ditutupi. Tubuhmu adalah milikmu.

   Sebaliknya, dilarang menyentuh orang lain.  Ajarkan berani berkata TIDAK jika ada kontak

  fisik.  Harus menolak jika ingin dicium atau

  disentuh, serta berani menceritakannya kepada orang tuagurupendampingpetugas kesehatan.

   Beritahu bagaimana sentuhan yang baik dan

  buruk.  Ajarkan yang dimaksud rahasia itu apa. Pelaku

  kekerasan biasanya meminta menjaga rahasia kejahatannya.

   Bila ada rahasia yang membuat khawatir,

  mereka tidak harus menyimpannya.  Ajarkan

  tuagurupendampingpetugas kesehatan apa saja yang terjadi padanya :  Siapa saja yang memberi mereka hadiah

3. Kesehatan Jiwa

  Tanda-tanda adanya masalah kesehatan jiwa pada remaja termasuk anak jalanan:

a. Gangguan cemas (anxietas)

  Gangguan cemas adalah rasa kuatir yang sangat berlebihan, yang mengakibatkan terganggunya kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari. Anak mengalami rasa cemas yang berlebihan dan tidak masuk akal, misalnya cemas akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, padahal tidak ada yang perlu dicemaskan. Selain dari gejala tersebut juga dijumpai gejala kecemasan atau ketegangan yang bersifat ganda (lebih dari satu gejala) :  Ketegangan mental : cemas, bingung, rasa

  tegang atau gugup, sulit memusatkan perhatian, sulit tidur, mimpi buruk dan mudah tersinggung.

   Ketegangan fisik : gelisah, sakit kepala,  Ketegangan fisik : gelisah, sakit kepala,

  Sikap pendamping : • Dengarkan keluhan anak dan telusuri

  penyebab keluhan tersebut. • Tenangkan

  melakukan relaksasi atau berdoa. • Bila hal tersebut tidak meolong, segera

  rujuk anak ke fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ) untuk mendapatkan konseling atau obat.

b. Gangguan Depresi

  Gangguan depresi adalah perasaan sedih atau murung yang mendalam dan menetap lebih dari dua minggu berturut-turut segingga menggangu aktifitas sehari-hari. Khusus untuk anak dan remaja, depresi sering muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku, misalnya :

  Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Jiwa).

c. Gangguan stres pasca trauma (GSPT) :

  Adalah gangguan yang tejadi setelah mengalami peristiwa traumatik. Gejala biasanya muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu dan dapat pula setelah beberapa tahun kemudian.

  GSPT ditandai oleh 3 kelompok gejala utama :  Mengalami kembali (Re-Experiencing),

  terbayang selalu peristiwa traumatik, anak seolah mengalami kembali kejadian traumatik yang pernah ia alami tersebut (flasback), terganggu mimpi buruk akan peristiwa traumatik, merasakan ketegangan psikologis atau terdapat reaksi fisik yang berat seperti berkeringat, jantung berdebar atau panik apabila di amenghadapi situasi terbayang selalu peristiwa traumatik, anak seolah mengalami kembali kejadian traumatik yang pernah ia alami tersebut (flasback), terganggu mimpi buruk akan peristiwa traumatik, merasakan ketegangan psikologis atau terdapat reaksi fisik yang berat seperti berkeringat, jantung berdebar atau panik apabila di amenghadapi situasi

   Waspada

  (hyperarousal, kewasapaan berlebihan, mudah kaget, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi.

  Sikap Pendamping : • Dampingi anak dalam menghadapi situasi