11 Bahan organik dari mineral tulang terdiri atas 98  jaringan kolagen dan
2   sisanya terdiri atas  beberapa protein nonkolagen.   Kolagen  adalah protein dengan daya larut yang sangat rendah, terdiri atas  3 rantai polipeptida
triple helix yang pada setiap rantai terdapat seribu 1000 asam amino Shenk et al. 1993.
Protein nonkolagen tulang terdiri atas  osteonektin,  osteokalsin, osteopentin,  dan sialoprotein Favus 1993.    Osteonektin adalah protein besar
dengan bobot  molekul 320 KDa yang disintesis oleh osteoblas.   Protein ini berfungsi untuk mengikat kolagen hidroksiapatit.  Osteokalsin adalah protein kecil
dengan bobot molekul 5.8 KDa dan berjumlah sekitar 10-12  dari total protein nonkolagen, protein ini berhubungan erat dengan fase mineralisasi tulang
Rachman 1999.  Beberapa protein tulang yang lain seperti trombopontin, asam glikoprotein, dan fibronektin merupakan protein yang mengandung asam arginin-
glisin  aspartat yang bersifat asam dan berafinitas besar terhadap kalsium. Protein-protein ini mempunyai kemampuan untuk diikat oleh reseptor integrin.
Growth factor dan sitokin seperti transforming growth factor beta TGFβ, insulin
growth factor  IGF, interleukin IL, bone morphogenic protein  BMP terdapat dalam jumlah kecil di matriks  tulang Shenk et al. 1993.   Protein-protein tadi
mengikat mineral tulang dan matriks dan dilepaskan saat terjadi proses resorbsi tulang oleh osteoklas Favus 1993.
2.1.2   Metabolisme Tulang
Metabolisme tulang diatur oleh  osteoblas, osteosit,  dan osteoklas terhadap  respons  dari berbagai rangsangan di sekelilingnya termasuk
rangsangan kimia dan mekanik Erickson et al. 1992; Puzas 1993.  Rangsangan spesifik diatur oleh reseptor sel yang ditemukan pada membran sel atau di dalam
sel.  Reseptor yang berada di membran sel menerima rangsangan dari luar dan mengirimkan informasi tersebut ke inti menyeberangi sitoplasma sel melalui
mekanisme transduksi.   Sementara itu reseptor dalam sel di sitoplasma atau di inti mengikat rangsangan biasanya hormon steroid yang melewati membran
sel dan masuk ke dalam sel untuk memindahkan efektor ke nukleus yang di dalamnya terdapat reseptor steroid kompleks  yang terikat pada asam
deoksiribonukleat DNA spesifik dari rangkaian gen Rachman 1999.
12 Pada tulang  dapat dibedakan tiga  jenis  sel  tulang, yaitu osteoblas,
osteosit, dan osteoklas Rachman 1999 Gambar 3.  Osteoblas merupakan sel yang berhubungan dengan pembentukan tulang dan ditemukan pada permukaan
tulang, yaitu periosteum dan endosteum.    Osteoblas  dibentuk dari  sel  stroma dari  mesoderm  totipotent mesenchymal stem cell  Smith 1993;  Ott  2002.
Pembentukan  osteoblas  dimulai dari  prekusor  sel  stroma menjadi preosteoblas yang  kemudian  berkembang menjadi osteoblas  yang  dapat diaktifkan  sehingga
akhirnya  dapat  membentuk osteosit Erickson  et al. 1992;  Puzas 1993. Osteoblas merupakan  sel berinti tunggal yang  terdapat di permukaan luar
periosteum  dan  di  dalam tulang  endosteum.    Sitoplasmanya  bersifat  basofil karena  mengandung  nukleoprotein.  Apabila sel ini  berada  dalam keadaan aktif
berbentuk kuboid,  sedangkan  dalam keadaan tidak aktif,  osteoblas  berbentuk pipih  Einhorn 1996.    Dalam proses perbaikan kondisi tulang setelah adanya
perombakan tulang oleh osteoklas, biasanya ditemukan adanya osteoblas aktif di tempat  itu untuk  mensintesis  matriks  tulang  baru  yang  diawali dengan proses
mineralisasi  dan kolagenasi matriks  tulang  Price 1995; Lian dan Stein 1996. Osteoblas berfungsi menghasilkan kolagen, proteoglikan, dan glikoprotein untuk
pembuatan dan pertumbuhan tulang baru pada daerah permukaan tulang dan juga untuk pembentukan tulang pada kartilago Telford dan Bridgman 1995.
Proses perkembangan dan  pembentukan tulang oleh osteoblas dipengaruhi oleh faktor yang bersifat lokal maupun sistemik.   Faktor lokal yang
berpengaruh dalam meningkatkan pembentukan tulang adalah BMP bone morphogenic protein, TGF-
β,  IGF  insulin-like  growth  factor-1, estrogen, triiodotironin T
3
, tetraiodotironin T
4
, kalsitriol [1,25-OH
2
D
3
Saat menjalankan fungsinya, osteoblas juga memproduksi enzim alkalin fosfatase.  Enzim ini  mempunyai sifat spesifik dibandingkan dengan alkalin
fosfatase yang dihasilkan oleh jaringan lainnya.    Fungsi  alkalin fosfatase  ini bekerja dengan cara membebaskan protein nonkolagen osteokalsin dalam
proses pembentukan tulang.  Aktivitas osteoblas dapat dipantau secara biokimia ],
dan prostaglandin E2 PGE2.   Faktor sistemik yang meningkatkan pembentukan
tulang adalah fluorida, PTH hormon paratiroid nutrisi, vitamin D, sitokin, kortisol, dan aktivitas individu Gambar 4.  Faktor sistemik lainnya yang bekerja dengan
menghambat formasi tulang adalah hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal Smith 1993; Ott 2002.
13 Gambar 3.  Gambaran  sel osteogenik, osteoblas, osteosit,  dan osteoklas
dimodifikasi dari Leeson et al. 1996. dengan menilai kadar enzim alkalin fosfatase tulang dan kadar osteokalsin dalam
serum Price 1995.   Dalam perkembangan penelitian selanjutnya telah ditemukan reseptor estrogen dan reseptor kalsitriol di osteoblas Gallaher 1986;
Reid 1996. Tipe sel tulang yang kedua adalah osteosit, yaitu osteoblas yang sudah
menetap dalam lakuna pada saat pembentukan lapisan permukaan tulang berlangsung.    Osteosit merupakan sel peralihan dari sel-sel osteoblas yang
berhenti membentuk matriks  tulang dan terperangkap di dalam tulang.  Sel ini memiliki peran dalam memelihara matriks  tulang sehingga tersimpan di dalam
tulang Erickson et al. 1992; Puzas 1993.   Sel tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya melalui penjuluran sitoplasma yang melewati kanalikuli dan
berperan dalam membantu koordinasi respons  tulang terhadap stres atau deformasi Stevenson dan Marsh 1992.    Tidak semua osteoblas berkembang
menjadi osteosit hanya 10-12  , hal ini disebabkan oleh kegagalan difusi nutrisi.  Pembuluh darah masuk melalui kanal kecil yang dikenal sebagai
kanalikuli. Kanalikuli  adalah satu-satunya  saluran untuk nutrisi dan pertukaran gas yang akan digunakan oleh osteosit.   Bentuk kanalikuli beraturan seperti
tubulus penghubung  Lian dan Stein 1996.    Osteosit juga diduga memiliki kemampuan merespons mekanisme rangsangan gaya mekanik dan neuroelektrik
yang berhubungan dengan aktivitas individu.    Gaya fisioelektrik  ini  diduga merangsang pengeluaran IGF-1  untuk mengaktifkan osteoblas  dan  juga
merangsang  proses  pembentukan osteoblas yang baru Erickson et al. 1992; Hosking 1994.
14 Sel ketiga  pada tulang adalah osteoklas yang bertanggung jawab
terhadap resorbsi kalsium tulang dan kartilago Ott 2002.   Osteoklas memiliki progenitor  yang berbeda dari sel tulang lainnya karena tidak berasal dari sel
mesenkim, melainkan dari jaringan mieloid,  yaitu monosit atau makrofag pada sumsum tulang Smith 1993; Ott 2002.    Osteoklas ini bersifat mirip dengan sel
fagositik lainnya dan berperan aktif dalam proses resorbsi tulang.    Osteoklas merupakan sel fusi dari beberapa monosit sehingga bersifat multinukleus
10-20 nuklei dengan ukuran besar dan  berada di tulang kortikal atau tulang trabekular  Marcus  et al. 1996.    Di dalam menjalankan tugasnya, osteoklas
mensekresi enzim kolagenase dan proteinase lainnya, asam laktat, serta asam sitrat yang dapat melarutkan matriks  tulang.  Enzim-enzim  ini memecah atau
melarutkan  matriks  organik tulang sedangkan asam akan melarutkan garam- garam tulang.  Osteoklas mempunyai ruffled  border  yaitu  daerah spesifik dari
membran sel berbentuk jari-jari atau gelambir-gelambir, yang biasanya berhadapan dengan permukaan tulang.   Sekresi enzim-enzim, asam laktat, dan
asam sitrat dilepaskan keluar sel  melalui  ruffled border.  Di  area  ruffled  border ini   terjadi   proses   resorbsi   tulang   sehingga  mengakibatkan   terbentuknya
Gambar 4.  Faktor-faktor yang memengaruhi fungsi osteoblas dimodifikasi dari Smith 1993
Osteoblas
Kortisol
Osteosit Pre-osteoblas
Osteoblas pasif
Sintesis kolagen protein non-kolagen
proteoglikan Sitokin
Sel pengendali osteoklas
Mineralisasi
PTH 1,25OH
2
D
3
Jarak jauh Estrogen
Nutrisional Mekanik
Endokrin Jarak pendek
15 cekungan sebagai akibat hilangnya matriks di daerah itu, dan cekungan yang
terbentuk ini dinamakan lakuna  Howship  Telford dan Bridgman 1995; Leeson et al. 1996.
Interaksi antara osteoklas dan osteoblas Gambar 5 secara normal selalu terjadi pada proses remodeling  tulang.  Osteoblas diduga mengambil bone
morphogenetic protein  BMP sebelum osteoklas merusak tulang.  Resorbsi tulang akan membebaskan protein tulang yang berpengaruh timbal balik yaitu
dapat menstimulasi aktivitas osteoblas.  Proses remodeling  ini masih belum diketahui dengan pasti Smith 1993.  Sel-sel osteoklas  menangkap partikel-
partikel  matriks  tulang dan kristal melalui fagositosis yang akhirnya melarutkan benda-benda tersebut dan melepaskannya ke dalam darah Guyton 1996;
Smith  1993.  Proses ini selalu dalam keadaan seimbang dalam mengatur formasi dan resorbsi tulang sehingga dikenal dengan istilah berpasangan atau
coupling  Suda  et al.  1992; Smith 1993.  Dalam proses peningkatan aktivitas osteoklas, osteoblas menghasilkan beberapa sitokin seperti tumor necrosis factor
beta TNF β, IL-1, dan IL- 6, sehingga dapat dikatakan terdapat poros osteoblas-
osteoklas dalam pengendalian densitas tulang. Sebaliknya,  aktivitas osteoklas dihambat oleh estrogen,
kalsitonin,  TGF  β,  interferon  gamma  IFN- , dan prostaglandin PGE2 Suda et al. 1992.
Gambar 5.  Diagram interaksi osteoblas dan osteoklas  dalam proses remodeling pada permukaan tulang Smith 2003.
16 Bone morphogenetic protein  merupakan pemicu osteoblastogenesis
dengan merangsang osteoblastic specific factor-2 OSF-2 atau core binding factor  A1  Cbf A1 yang berfungsi mengaktifkan gen spesifik osteoblas, seperti
osteokalsin, osteopontin, sialoprotein, dan kolagen tipe I.  Selain hormon sistemik dan sinyal mekanis, perkembangan dan diferensiasi osteoblas dan osteoklas
diatur juga oleh growth factor GF dan sitokin Manolagas 2000.
2.1.3   Modeling dan Remodeling Tulang