Economic Analysis of Law Pada Pemberian PKPU Tetap Dalam Perkara

15

C. Economic Analysis of Law Pada Pemberian PKPU Tetap Dalam Perkara

Kepailitan Kata pailit berasal dari bahasa Perancis “failite” yang berarti kemacaetan pembayaran. Dalam bahasa Belanda digunakan istilah “failliet”. Sedang dalam hukum Anglo America, Undang-Undangnya dikenal dengan Bankcruptcy Act. 33 Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan pailit. Berhubung pernyataan pailit terhadap debitor itu harus melalui proses pengadilan melalui fase-fase pemeriksaan maka segala sesuatu yang menyangkut tentang peristiwa pailit itu disebut kepailitan. 34 Pengertian pailit menurut Black’s Law Dictionary dihubungkan dengan suatu kondisi ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga diluar debitor, suatu permohonan pailit ke pengadilan. Maksud dari pengajuan permohonan tersebut adalah sebagai suatu bentuk pemenuhan asas publisitas dari keadaan tidak mampu membayar dari seorang debitor. Tanpa adanya permohonan tersebut kepengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak akan pernah tahu keadaan tidak mampu membayar dari debitor. Keadaan ini kemudian akan diperkuat dengan suatu putusan pernyataan oleh hakim pengadilan, baik itu yang merupakan putusan yang mengabulkan ataupun menolak permohoan kepailitan yang diajukan. 35 Pengertian lain dari kepailitan yaitu eksekusi massal yang ditetapkan dengan putusan hakim, yang berlaku serta merta, dengan melakukan sitaan umum atas semua harta kekayaan orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung, 33 Rahayu Hartini,. 2012. Hukum Kepailitan Edisi Revisi Cet. 3. Malang: UMM Press h.6 34 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, h.. 25. 35 Annalisa Y, Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Alternatif Penyelesaian Utang Piutang, Cetakan I, Penerbit Unsri, Palembang, 2007, h.. 37-38. 16 untuk kepentingan semua kreditor, yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang berwajib. 36 Dalam pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 37 , kepailitan didefinisikan sebagaimana berikut; Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang undang ini. Sita umum mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua kriditur. Tujuan kepailitan adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator kepada semua kriditur dengan memperhatikan hak masing-masing kreditur secara adil. 38 Jika pengertian kepailitan tersebut dikaitkan dengan pasal 2 UU No. 37 tahun 2004 tersebut, pernyataan pailit merupakan suatu putusan pengadilan niaga, berarti sebelum adanya pernyataan pailit seorang debitur tidak dapat dinyatakan pailit. Dengan adanya putusan pernyataan pailit berlaku pula ketentuan pasal 1131 Kitab Undang Undang Hukum Perdata atas seluruh harta kekayaan debitur pailit yang berlaku umum bagi semua kreditur konkuren dalam kepailitan.Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga haruslah adanya permohonan dengan persyaratan yang telah diatur di dalam Undang-Undang. Ada dua cara yang disediakan oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 39 agar debitor terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika debitor telah 36 Retno Wulan Sutantio, Kapita Selekta Hukum Ekonomi dan Perbankan, Seri Varia Yustisia, 1996, h.. 85. 37 Undang-Undang RI No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Cet. II. 2007. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing for law and justice reform h. 4 38 R. Anton Suyatno,S.H.,M,H. Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Kencana Prenada Media Group. Jakarta 2012 hal45. 39 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang UUK-PKPU merupakan revisi terhadap peraturan yang lama yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Perppu Nomor 1 Tahun 1998 yang kemudian diundangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan UUK. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perppu Nomor 1 Tahun 1998 merupakan “revisi” atas Peraturan Kepailitan Faillissementsverordening yang telah ada yaitu Staatsblad Tahun 1905 Nomor 217 juncto Staatsblad Tahun 1906 Nomor 348 17 atau akan berada dalam keadaan insolven dalam rangka merestrukturisasi utangutangnya sehingga debitor berkemungkinan untuk melanjutkan usahanya serta dapat memberi suatu jaminan bagi pelunasan utang-utang debitor kepada seluruh kreditor. Salah satunya adalah dengan mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang disingkat PKPU atau Surseance van Betaling menurut istilah Faillissementsverordening atau Suspension of Payment menurut istilah dalam bahasa Inggris. PKPU diatur dalam Bab ketiga Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Tujuan pengajuan PKPU menurut Pasal 222 ayat 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor. Menurut Penjelasan Pasal 222 ayat 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang dimaksud dengan kreditor adalah baik kreditor konkuren maupun kreditor yang didahulukan. Cara yang kedua yang dapat ditempuh oleh debitor agar harta kekayaannya terhindar dari likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara debitor dengan para kreditornya setelah debitor dinyatakan pailit oleh pengadilan. 40 Adapun mengenai syarat bagi debitor untuk dapat mengajukan PKPU menurut Pasal 222 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yaitu: 1 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor yang mempunyai lebih dari 1 satu Kreditor atau oleh Kreditor. 2 Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor. 40 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, Ctk. Ketiga, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009, h. 328. 18 Dasar pemikiran PKPU adalah pemberian kesempatan kepada debitor untuk melakukan restrukturisasi utang-utangnya yang dapat meliputi pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditor konkuren. Jika hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, pada akhirnya debitor dapat memenuhi kewajiban- kewajibannya dan meneruskan usahanya. 41 Dalam proses PKPU, sebelum pengadilan memutuskan untuk mengadakan pemberian PKPU tetap, baik debitor maupun kreditor dapat mengajukan untuk diberikan putusan PKPU sementara.Dalam hal permohonan diajukan oleh debitor, pengadilan dalam waktu paling lambat 3 tiga hari sejak tanggal didaftarkannya permohonan harus mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara dan harus menunjuk seorang hakim pengawas dari hakim pengadilan serta mengangkat 1 satu atau lebih pengurus yang bersama dengan debitor mengurus harta debitor. Tugas hakim pengawas dalam penundaan kewajiban pembayaran utang mirip dengan tugas hakim pengawas dalam kepailitan. Pengurus yang diangkat harus independen dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitor atau kreditor. Sejak diangkatnya seorang atau lebih pengurus, maka serta-merta kekayaan debitor berada di bawah pengawasan pengurus. Jangka waktu PKPU tetap yang diputuskan oleh pengadilan niaga berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 dua ratus tujuh puluh hari terhitung sejak putusan PKPU sementara diucapkan. Pihak yang berhak untuk menentukan apakah kepada debitor akan diberikan PKPU tetap adalah kreditor konkuren, sedangkan pengadilan hanya berwenang menetapkannya berdasarkan persetujuan kreditor konkuren. Pada umumnya permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang yang diajukan oleh debitor selalu diikuti dengan rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor sendiri. Rencana perdamaian tersebut adalah suatu tahap final dan sangat penting dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang, sebab apabila rencana perdamaian tersebut tidak selesai dan 41 Rudy A. Lontoh, Penyelesaian Utang Piutang melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2001, h. 173. 19 dapat diterima oleh para kreditor, maka perusahaan debitor yang mengajukan rencana perdamaian tersebut menjadi pailit. 42

D. Economic Analysis of Law Dalam Perundang-Undangan Ekonomi