Stykes et al. 1996a, 1996b melakukan penelitian dengan metode penghilangan tinta yang dilanjutkan dengan bleaching dengan peroksida yang
diberi tekanan. Enzim yang digunakan dalam penelitian ini adalah selulase, xylanase, dan hemiselulase. Penelitian ini menunjukkan pemberian tekanan dapat
menurunkan jumlah kotoran dibanding dengan pengapungan konvensioanal. Stykes et al. 1998 mengembangkan penelitiannya dengan menggunakan enzim
pada pH netral dan melakukan penyaringan dengan tekanan. Penelitian ini ternyata dapat meningkatkan derajat putih, meningkatkan kemampuan
penghilangan tinta dan freeness pulp. Cropsey et al. 1998 melakukan penelitian dengan melihat performa
enzim pada mesin kertas dalam rangka penghilangan tinta pada kertas bekas. Penelitian ini menunjukkan bahwa enzim selulase dapat meningkatkan derajat
putih, freeness, indek sobek, dan indek tarik kertas. Emefarl et al. 2003 diacu dalam Gleisner 2004 mengisolasi enzim selulase dari Chrysosporium yang
menghasilkan enzim dengan pH netral untuk aplikasi penghilangan tinta. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Pala et al. 2006 pada skala laboratorium
menggunakan enzim komersil : enzyme cellucast 1.5 L dan Buzym 2523 yang berhasil menghilangkan tinta dari kertas bekas perkantoran campuran.
2.3 Mekanisme Kerja Enzim dalam Menghilangkan Tinta
Mekanisme kerja enzim dijelaskan oleh beberapa peneliti bahwa perlakuan enzim dapat melemahkan ikatan, yang dimungkinkan oleh meningkatnya aktivitas
fibrilisasi atau penghilangan lapisan permukaan masing-masing serat Bajpai et al. 1999. Hal ini diduga bahwa perlakuan enzim cukup untuk menghilangkan lapisan
permukaan pada dosis rendah dan reaksi pendek. Woodward et al. 1994 diacu dalam Bajpai et al. 1999 menduga bahwa hidrolisis katalis tidak esensial, enzim
dapat menghilangkan tinta dibawah kondisi non optimal. Sejumlah lapisan selulosa mengganggu permukaan serat dan cukup untuk menghilangkan tinta
selama pulping. Namun, Jeffries et al. 1995 menjelaskan bahwa penghilangan tinta tidak hanya disebabkan oleh enzim tetapi oleh zat aditif yang digunakan
untuk meningkatkan stabilitas enzim.
Enzim selulase dapat mengupas permukaan serat, sehingga dapat membebaskan partikel tinta selama dispersi dalam suspensi. Mekanisme
pengupasan juga sudah dijelaskan bahwa freeness pulp meningkat setelah perlakuan enzim untuk menghasilkan serat sekunder. Dosis enzim dan waktu
reaksi menentukan degradasi selulosa Bajpai et al. 1999. Bajpai
et al. 1999 menambahkan lipase dipercaya dapat menghilangkan tinta dengan bahan dasar minyak. Lipase juga efektif untuk menghidrolisis tinta
dengan bahan dasar minyak sayurantumbuhan. Lipase dapat menghidrolisis tinta yang berada dipermukaan serat Viusters et al.1999
Pengaruh enzim secara tidak langsung antara lain mereduksi mikrofibril dan fines, dengan demikian freeness meningkat dan memudahkan dalam
pencucian washing atau pengapungan flotation. Kandungan fines tidak selalu dapat dihilangkan selama penghilangan tinta secara enzimatik. Perlakuan enzim
pada kertas cetak dapat menghilangkan bahan-bahan dari partikel tinta, dengan demikian meningkatnya partikel hydrophobicity dan memudahkan dalam
pemisahan selama pengapungan Bajpai et al. 1999.
2.4 Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Pulp Daur Ulang
Brightness derajat putih merupakan sifat fisik utama yang memegang peranan penting dalam parameter keberhasilan proses penghilangan tinta.
Penentuan derajat putih didasarkan pada standar TAPPI 452 om-92 dengan menggunakan alat reflaktometer. Viusters et al. 1999 melakukan penelitian
dengan menggunakan enzim lipase dan selulase menghasilkan derajat putih yang tinggi setelah dilakukan pengapungan dengan penambahan hidrogen peroksida
sebagai pemutih. Metode lain dalam meningkatkan derajat putih juga dilakukan oleh Sengupta dan Rao 2004 dengan cara pengapungan dengan penggumpalan.
Derajat putih akan selalu berhubungan dengan seberapa banyak tinta yang dapat dihilangkan dari kertas daur ulang. Metode yang digunakan dalam
penentuan efektifitas penghilangan tinta adalah TAPPI T 213 om-89 merupakan salah satu metode dalam penentuan luasan tinta tertinggal. Ukuran distribusi
partikel yang masih menempel pada permukaan serat dapat ditentukan dengan menghitung ukuran tertentu dari partikel Viusters et al. 1999; Zhu dan Tan
2005b. Faktor penghilangan tinta deinkability factor dapat ditentukan berdasarkan pada perbandingan derajat putih kertas daur ulang yang
dipenghilangan tinta dengan derajat putih kertas yang belum dicetak Renner 2000.
Beberapa peneliti mencoba menghubungkan kadar abu dengan derajat putih kertas. Viusters et al. 1999 mengatakan bahwa pengaruh enzim dalam
penghilangan tinta berhubungan dengan hidrolisis CaCO
3
oleh aktivitas enzim yang dibantu oleh katalis yang digunakan. Perlakuan pengasaman maupun basa
pada pengapungan dengan menggunakan enzim selulase dan lipase memberikan hasil yang berbeda. Pengapungan pada pH 8 lebih efektif dalam mempertahankan
keberadaan CaCO
3
sebagai pigmen putih kertas alkali. Namun, Viusters et al. 1999 mengatakan turunya derajat putih tidak dapat hubungkan dengan
kehilangan kadar abu. El-Shall et al. 2005 mengatakan bahwa peningkatan waktu pengapungan dapat menurunkan kadar abu. Hal ini dijelaskan bahwa filler
pigmen putih ikut terapung bersama dengan partikel tinta. Sifat fisik pulp kertas daur ulang yang lain adalah viskositas, daya ikat air
water retention value WRV. Viskositas dimaksudkan untuk menentuakan derajat polimerisasi dan seberapa banyak selulosa yang terdegradasi. TAPPI T
230 om-93 menggunakan CED cuprietilendiamin dalam menentukan viskositas. Water retention value WRV merupakan daya pegang air terhadap serat. WRV
digunakan sebagai parameter sifat kekuatan dari pulp. Klungness et al. 2000 menyatakan bahwa meningkatnya nilai WRV dapat meningkatkan indeks tarik
dari pulp. Nilai WRV dapat ditentukan dengan menggunakan metode sentrifugasi Wistara 1998, Klungness et al. 2000. Kristalininitas merupakan sifat fisik dari
pulp daur ulang yang jarang diteliti. FT-IR dapat digunakan dalam penentuan derajat kristalinitas dan gugus karboksil pada struktur selulosa Wistara 1998.
Sifat kekuatan pulp dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui kualitas pulp setelah perlakuan daur ulang kertas. Wistara 1998 melakukan uji
sifat fisik sebagai parameter kekuatan pulp daur ulang dengan pengujian kekuatan tarik tensile strength, kekuatan lipat bursting strength, kekuatan sobek tearing
strength, kekuatan tarik dengan jarak penyangga nol Z-span, dan absorbsi energi tarik tensile energy absorption.
III. METODOLOGI PENELITIAN