Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

4. Ada tujuh faktor kunci yang berperan dalam penataan ruang dalam kerangka pembangunan wilayah berkelanjutan yaitu kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, perencanaan, tingkat pendapatan masyarakat, status kepemilikan lahan, kebijakan pemerintah dan alokasi dana pembangunan. Berdasarkan faktor kunci tersebut diperoleh skenario agak optimis untuk berkelanjutan dari penataan ruang. a. Faktor kunci yang perlu didorong agar skenario yang terjadi pada 20 mendatang optimal adalah faktor tingkat pendidikan. Faktor tingkat pendidikan dapat mempengaruhi faktor kunci lainnya dalam mencapai penataan ruang dalam kerangka pembangunan wilayah berkelanjutan. b. Rekomendasi untuk pencapaian skenario agak optimis tersebut adalah dengan strategi perbaikan pengelolaan pendidikan di setiap level. Sesuai dengan target MDG Indonesia yang ingin dicapai yaitu dengan meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan untuk dapat mencapai 20 persen dari APBN, mendorong pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan, memperkuat manajemen pelayanan pendidikan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta dalam pembangunan pendidikan serta melaksanakan community development dan corporate social responsibility CSR dalam aspek pembangunan berkelanjutan. c. Model perubahan penggunaan lahan dan informasi tingkat berkelanjutan wilayah dapat merupakan pelengkap dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW sebagai produk dari perencanaan wilayah. Perencanaan wilayah tersebut merupakan bagian dari penataan ruang dalam kerangka pembangunan wilayah berkelanjutan.

6.2. Saran

1. Regulasi dan peraturan perundangan tata ruang yang ada perlu dianalis dampaknya terhadap pembangunan dengan menggunakan regulatory impact assessment RIA. Selain itu kelembagaan yang terlibat dan peran serta kontribusinya perlu dianalisis dengan analisis kelembagaan. 2. Penetapan skenario pada pemodelan perubahan penggunaan dengan menggunakan CLUE-S merupakan kombinasi dari modul permintaan penggunaan lahan dan kebijakan spasial. Modul permintaan penggunaan lahan selain dengan ekstrapolasi dapat dilakukan dengan pendekatan ekonometrik. DAFTAR PUSTAKA Akbar, R. 2001. Menuju Penataan Ruang berbasiskan Sistem Informasi Geografis. Prosiding seminar Penetapan Kebijakan Infrastruktur data Spasial Nasional dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai sarana pendukung Otonomi Daerah dalam menghadapi Era Globalisasi. Bandung, 10-11 Mei 2001. Bandung. [Bapeda] Badan Perencanaan Daerah [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2003. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2003. Bapeda BPS Kabupaten Bandung. [Bappenas] Badan Perencanaan pembangunan Nasional. 2005. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Bappenas. Jakarta. Bell, S., and S. Morse. 2003. Measuring Sustainability. Learning from Doing. Earthscan. London. [BKTRN] Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 2003. Penggunaan lahan di Indonesia tahun 1993-1997. Buletin BKRTN No 4. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional http:www.bktrn. bappenas.go.idprodukbuletin buletin4bulletin4.shtml. [1 Februari 2003]. [BPSa] Badan Pusat Statistik. 2003. Kabupaten Bandung dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bandung. [BPSb] Badan Pusat Statistik. 2003. Kota Bandung dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bandung. [BPSc] Badan Pusat Statistik. 2003. Kota Cimahi dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bandung. [BPSd] Badan Pusat Statistik. 2003. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten bandung Tahun 2003. Publikasi Hasil Suseda 2003. BPS Kabupaten Bandung dan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung. Bandung. Briassoulis, H. 2000. Analysis of land Use Change, Theoretical and Modeling Approaches. Regional Research Institute, West Virginia University. http:www.rri.wvu.eduWebBookBriassouliscontent.htm. [27 September 2002]. Chambers, N., C. Simmons, and M. Wackernagel. 2002. Sharing Nature’s Interest. Ecological Footprints as an indicator of sustainability. Earthscan. London.