Fungsi Ruang Terbuka Dalam Tata Ruang Kota Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)

(1)

Lampiran 1

Tabel 10. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk

No.

Kecamatan (

Districts)

Luas (Ha)

Area

Luas RTH (30%)

Seharusnya (Ha)

1. Medan tuntungan 2.068 620,4

2. Medan Johor 1.458 437,4

3. Medan Amplas 1.119 335,7

4. Medan Denai 905 271,5

5. Medan Area 552 165,6

6. Medan Kota 527 158,1

7. Medan Maimun 298 89,4

8. Medan Polonia 901 270,3

9. Medan Baru 584 175,2

10. Medan Selayang 1.281 384,3

11. Medan Sunggal 1.544 463,2

12. Medan Helvetia 1.316 394,8

13. Medan Petisah 682 204,6

14. Medan Barat 533 159,9

15. Medan Timur 776 232,8

16. Medan Perjuangan 409 122,7

17. Medan Tembung 799 239,7

18. Medan Deli 2.084 625,2


(2)

20. Medan Marelan 2.382 714,6

21. Medan Belawan 2.625 787,5

Jumlah/Total 26.510 7953


(3)

Lampiran 2

Gambar 1. Rencana Struktur Ruang Kota Medan


(4)

Lampiran 3

Gambar 2. Rencana Pola Ruang Kota Medan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko . 1999. Kota Berkelanjutan. Penerbit Alumni. Bandung Sumber Pustaka :

Djokomono, Imam. 2004. Ruang Publik Kota, Pedagang Kaki Lima Dan Publik Transportation. 1st Internasional seminar, National Symposium,

Exhibition and Workshop in Urban Design, Yogyakarta.

Hasni. 2008. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Mungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Jakarta: Penebar Swadaya

Ridwan Juniarso. 2008. Hukum Tata Ruang dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah. Bandung: Nuansa

Simond, JO. 1976. Garden Cities 21. Kingsport Press. America

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada

Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space. Van Nostrand Reinhold Company. New York

Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara

Whyte, William H. 1974. The Social Life of Small Urban Space. The Conservation Foundation, Washington DC.


(6)

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Peraturan Perundang-Undangan:

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988. Tentang Penataan Ruang Terbuka

http://www.pemkomedan.go.id Sumber Internet :

http://www.uupenataanruang.co.id/2007/peraturanpenataankota//

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.


(7)

BAB III

FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DALAM TATA RUANG KOTA

A. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Menurut Pasal 1 butir 31 UU Penataan Ruang ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pelaksanaan pengembangan ruang terbuka hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alami ataupun dengan tanaman budi daya, seperti tanaman komoditas usaha pertanian dalam arti luas (dalam hal ini penekanan pada nilai produktivitasnya, termasuk perkebunan, perhutanan/hutan kota, maupun peternakan dan usaha perikanan), hijau pertamanan dan olahraga (biasanya lebih ditekankan pada nilai rekreatifnya baik pasif maupun aktif, serta keindahannya), dan seterusnya 15

Menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan sususan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

.

16

Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang

.

15

Pasal 1 butir 31 Undang-Undang Penataan Ruang (dalam Hasni, 2008, hal.229)

16

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka HIjau Di Kawasan Perkotaan


(8)

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial budaya, ekonomi dan estetika 17

Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau (RTH) adalah ruang-ruang yang terbuka dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areal kawasan maupun dalam bentuk areal memanjang atau alur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka dan tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau merupakan penghijauan areal yang kosong dengan tanaman atau tumbuhan baik secara alamiah maupun budidaya atau juga disebut sebagai salah satu hutan kota

.

18

Permasalahan degradasi lingkungan hidup perkotaan digambarkan dari semakin mewabahnya penyakit-penyakit akibat kualitas lingkungan yang semakin memburuk bahkan sulit diatasi

.

Pada awalnya (sejak tahun 1965-an) melalui berbagai upaya sosialisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya eksistensi ruang terbuka hijau, mengingat fungsi pokoknya sebagai pendukung utama keberlanjutan perikehidupan warga kota, berbagai program pelestarian fungsi lingkungan perkotaan (program-program penghargaan kebersihan lingkungan kota, pentingnya penataan ruang terbuka hijau, semacam taman lingkungan atau taman kota) sebenarnya dilakukan demi kemaslahatan hidup warga kota itu sendiri.

19

17

Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

18

Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau

19

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, hal. 232

. Hal ini sebagai akibat tidak adanya ruang bagi penampung buangan kegiatan manusia berupa limbah padat maupun limbah cair


(9)

yang semakin menumpuk dan mengalir tidak terkendali yang menjadi wadah yang subur bagi media pertumbuhan penyakit.

Pencemaran berbagai media lingkungan, apakah itu badan air, tanah ataupun udara telah terjadi secara nyata, sedangkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah mengatur bahwa pada hakikatnya ruang terbagi ke dalam dua kategori, yaitu kawasan budi daya atau terbangun, dan kawasan lindung (alami, konservasi). Walau telah ada peraturannya, pada kenyataannya telah terjadi degradasi kualitas lingkungan air, udara, dan tanah di hampir seluruh wilayah kota karena lemahnya penegakan hukum.

Upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dengan menyisihkan sebagian ruang kota, terutama di wilayah-wilayah yang rawan bencana, harus segera dilaksanakan. Artinya ruang-ruang yang rawan tersebut bukan diproyeksikan untuk permukiman, seperti tepian badan air (sungai, danau/dan atau laut), atau mendirikan bangunan pada lereng yang relative curam. Ruang untuk menampung kegiatan konservasi lingkungan kota harus dikaitkan dengan RTRWK dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR).

Dengan semakin tipisnya ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota di seluruh dunia secara akumulatif, tentu akan berakibat fatal, yang dicirikan dengan naiknya suhu bumi dan perubahan cuaca karena kenaikan suhu bumi tidak hanya dialami oleh satu pulau saja, tetapi akan terus merempet ke pulau-pulau lain, bahkan ke manca negara melampaui batas administratifnya masing-masing 20

20

Ibid, hal. 234


(10)

1. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Klasifikasi ruang terbuka hijau dapat dibagi menjadi kawasa hijau pertmanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasann hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau jalur hijau dan kawasan hijau 21

21

Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, Ruang Terbuka Hijau, sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, 2006

.

2. Status Kepemilikan Ruang Terbuka Hijau a. Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik

Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota, berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

Pengaturan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik ditegaskan dalam Pasal 29 (3) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), dimana proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota.

Proporsi ruang terbuka hijau publik disediakan oleh pemerintah kota agar proporsi minimal ruang terbuka hijau dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 persen dapat disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.


(11)

b. Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat

Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat atau non publik yaitu ruang terbuka hijau yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit adalah 30 persen dari luas wilayah kota, 20 persen merupakan proporsi ruang terbuka hijau publik yang seyogyanya harus dipenuhi. Selebihnya diusahakan melalui ruang terbuka hijau privat (minimal 10 persen dari luas wilayah kota). Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain adalah kebun atau halamn rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan dan lain sebagainya.

B. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Ditinjau dari kondisi ekosistem pada umumnya, apapun sebutan bagian-bagian ruang terbuka hijau kota tersebut, hendaknya semua selalu mengandung tiga fungsi pokok ruang terbuka, yaitu 22

1. Fisik ekologis, termasuk perkayaan jenis dan plasma nutfahnya :

2. Ekonomis, nilai produktif/financial dan penyeimbang untuk kesehatan lingkungan

3. Sosial budaya. termasuk pendidikan, dan nilai budaya dan psikologisnya.

Disamping fungsi-fungsi umum tersebut, ruang terbuka hijau khususnya dari berbagai jenis tanaman pengisi, secara rinci mempunyai multi-fungsi antara lain sebagai penghasil oksigen, bahan baku pangan, sandang, papan, bahan baku industry, atau sebagai fungsi ekologis, melalui pemilihan jenis dan sistem pengelolaannya (rencana, pelaksanaan, pemeliharaan, dan

22


(12)

pengawasan/pengaturan) yang tepat dan baik. Maka, tanaman atau kumpulannya secara rinci dapat berfungsi pula media udara, air dan tanah, jalur pergerakan satwa, penciri (mascot) daerah, pengontrol suara, pandangan, dan lain lain.

Pada prinsipnya ruang terbuka hijau ini dimaksudkan agar dapat menekan efek negatif yang ditimbulkan lingkungan terbangun di perkotaan, seperti peningkatan temperatur udara, penurunan tingkat peresapan air dan kelembaban udara, polusi, dan lain sebagainya.

Ruang terbuka hijau sebagai area bermain, berolahraga, bersosialisasi dan aktivitas lainnya. Ruang terbuka hijau ini berbentuk taman atau lapangan olahraga, yang memiliki tingkat pelayanan bertingkat sesuai jumlah penduduk yang dilayaninya.

Ruang terbuka hijau memiliki berbagai fungsi seperti edaphis, orologis, hidrologis, klimatologis, protektif, higienis, edukatif, estetis, dan sosial ekonomis. Fungsi tersebut dapat dipenuhi oleh semua jenis ruang terbuka hijau yang ada di perkotaan, dengan pengertian sebagai berikut.

1. Fungsi edaphis, yaitu sebagai tempat hidup satwa dan jasad renik lainnya, dapat dipenuhi dengan penanaman pohon yang sesuai, misalnya memilih pohon yang buah atau bijinya atau serangga yang hidup di daun-daunnya, digemari oleh burung.

2. Fungsi hidro-orologis adalah perlindungan terhadap kelestarian tanah dan air, dapat diwujudkan dengan tidak membiarkan lahan terbuka tanpa tanaman penutup sehingga menimbulkan erosi, serta meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah melalui mekanisme perakaran pohon dan daya serap air dari humus.


(13)

3. Fungsi klimatologi adalah terciptanya iklim mikro sebagai efek dari proses fotosintesis dan respirasi tanaman. Untuk memiliki fungsi ini secara baik seyogyanya ruang terbuka hijau memiliki cukup banyak pohon tahunan.

4. Fungsi protektif adalah melindungi dari gangguan angin, bunyi, dan terik matahari melalui kerapatan dan kerindangan pohon perdu dan semak.

5. Fungsi higienis adalah kemampuan ruang terbuka hijau untuk mereduksi polutan baik di udara maupun di air.

6. Fungsi edukatif adalah ruang terbuka hijau biasa menjadi sumber pengetahuan masyarakat tentang berbagai hal

7. Fungsi estetis adalah kemampuan ruang terbuka hijau untuk menyumbangkan keindahan pada lingkungan sekitarnya, baik melalui keindahan warna, bentuk, kombinasi tekstur, bau-bauan ataupun bunyi dari satwa liar yang menghuninya. 8. Fungsi sosial ekonomi adalah ruang terbuka hijau sebagai tempat berbagai

kegiatan ekonomi

Ruang terbuka hijau sebagai pembatas dan pengamanan kawasan strategis, tingginya kebutuhan lahan di perkotaan menyebabkan adanya upaya untuk menguasai lahan dengan berbagai cara. Tidak jarang upaya ini dapat mengganggu wilayah atau kawasan yang memiliki nilai strategis tertentu

Pendekatan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan fungsinya didasarkan pada bentuk-bentuk fungsi yang dapat diberikan oleh ruang terbuka hijau terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan, atau dalam upaya mempertahankan kualitas yang baik.


(14)

1. Daya Dukung Ekosistem

Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau dilandasi pemikiran bahwa ruang terbuka hijau tersebut merupakan komponen alam, yang berperan menjaga keberlanjutan proses di dalam ekosistemnya. Oleh karena itu ruang terbuka hijau dipandang memiliki daya dukung terhadap keberlangsungan lingkungannya. Dalam hal ini ketersediaan ruang terbuka hijau di dalam lingkungan binaan manusia minimal sebesar 30%.

2. Pengendalian Gas Berbahaya dari Kendaraan Bermotor

Gas-gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor sebagai gas buangan bersifat menurunkan kesehatan manusia (dan makhluk hidup lainnya), terutama yang berbahaya sekali adalah dari golongan Nox, CO, dan SO2. Diharapkan ruang

terbuka hijau mampu mengendalikan keganasan gas-gas berbahaya tersebut, meskipun ruang terbuka hijau sendiri dapat menjadi sasaran kerusakan oleh gas tersebut. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan adalah mengadakan dan mengatur susunan ruang terbuka hijau dengan komponen vegetasi di dalamnya yang mampu menjerat maupun menyerap gas-gas berbahaya. Di Indonesia telah menunjukkan keragaman kemampuan berbagai jenis pohon dan tanaman merambat dalam kaitannya dengan kemampuan untuk menjerat dan menyerap gas-gas berbahaya tersebut. Perkiraan kebutuhan akan jenis vegetasi sesuai dengan maksud ini tergantung pada jenis dan jumlah kendaraan, serta susunan jenis dan jumlahnya.

Sifat dari vegetasi di dalam ruang terbuka hijau yang diunggulkan adalah kemampuannya melakukan aktifitas fotosintesis, yaitu proses metabolisme di dalam vegetasi dengan menyerap gas CO2, lalu membentuk gas oksigen. CO2


(15)

adalah jenis gas buangan kendaraan bermotor yang berbahaya lainnya, sedangkan gas oksigen adalah gas yang diperlukan bagi kegiatan pernafasan manusia. Dengan demikian ruang terbuka hijau selain mampu mengatasi gas berbahaya dari kendaraan bermotor, sekaligus menambah suplai oksigen yang diperlukan manusia. Besarnya kebutuhan ruang terbuka hijau dalam mengendalikan gas karbon dioksida ini ditentukan berdasarkan target minimal yang dapat dilakukannya untuk mengatasi gas karbon dioksida dari sejumlah kendaraan dari berbagai jenis kendaraan di kawasan perkotaan tertentu.

3. Pengamanan Lingkungan Hidrologis

Kemampuan vegetasi dalam ruang terbuka hijau dapat dijadikan alasan akan kebutuhan keberadaan ruang terbuka hijau tersebut. Dengan sistem perakaran yang baik, akan lebih menjamin kemampuan vegetasi mempertahankan keberadaan air tanah. Dengan semakin meningkatnya areal penutupan oleh bangunan dan perkerasan, akan mempersempit keberadaan dan ruang gerak sistem perakaran yang diharapkan, sehingga berakibat pada semakin terbatasnya ketersediaan air tanah.

Dengan semakin tingginya kemampuan vegetasi dalam meningkatkan ketersediaan air tanah, maka secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya peristiwa intrusi air laut ke dalam sistem hidrologis yang ada, yang dapat menyebabkan kerugian berupa penurunan kualitas air minum dan terjadinya korosi/ penggaraman pada benda-benda tertentu.

4. Pengendali Suhu Udara Perkotaan

Dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan evapo-transpirasi, maka vegetasi dalam ruang terbuka hijau dapat menurunkan tingkat suhu udara


(16)

perkotaan. Dalam skala yang lebih luas lagi, ruang terbuka hijau menunjukkan kemampuannya untuk mengatasi permasalahan heat island atau pulau panas, yaitu gejala meningkatnya suhu udara di pusat-pusat perkotaan dibandingkan dengan kawasan disekitarnya.

Tingkat kebutuhan ruang terbuka hijau suatu kawasan perkotaan bergantung pada suatu nilai indeks, yang merupakan fungsi regresi linier dari persentase luas penutupan ruang terbuka hijau terhadap penurunan suhu udara. Jika suhu udara yang ditargetkan telah ditetapkan, maka melalui indeks tersebut akan dapat diketahui luas penutupan ruang terbuka hijau minimum yang harus dipenuhi. Namun yang harus dicari terlebih dahulu adalah nilai dari indeks itu sendiri.

5. Pengendalian Thermoscape di Kawasan Perkotaan

Keadaan panas suatu lansekap (thermoscape) dapat dijadikan sebagai suatu model untuk perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau. Kondisi Thermoscape ini tergantung pada komposisi dari komponen-komponen penyusunnya. Komponen vegetasi merupakan komponen yang menunjukkan struktur panas yang rendah, sedangkan bangunan, permukiman, paving, dan konstruksi bangunan lainnya merupakan komponen dengan struktur panas yang tinggi. Perimbangan antara komponen-komponen dengan struktur panas rendah dan tinggi tersebut akan menentukan kualitas kenyamanan yang dirasakan oleh manusia. Guna mencapai keadaan yang diinginkan oleh manusia, maka komponen-komponen dengan struktur panas yang rendah (vegetasi dalam ruang terbuka hijau) merupakan kunci utama pengendali kualitas thermoscape yang


(17)

diharapkan. Keadaan struktur panas komponen-komponen dalam suatu keadaan thermoscape ini dapat diukur dengan mempergunakan kamera infra merah.

Keadaan panas suatu ruang lansekap yang dirasakan manusia merupakan indicator penting dalam menilai suatu struktur panas yang ada. Guna memperoleh keadaan yang ideal, maka diperlukan keadaan struktur panas yang dirasakan nyaman oleh manusia. Dengan demikian, terdapat suatu korelasi antara komponen-komponen penyusun struktur panas dalam suatu keadaan thermoscape tertentu dan rasa panas oleh manusia. Secara umum dinyatakan bahwa komponen-komponen dengan struktur panas rendah dirasakan lebih nyaman dibandingkan dengan struktur panas yang lebih tinggi.

6. Pengendalian Bahaya-Bahaya Lingkungan

Fungsi ruang terbuka hijau dalam megendalikan bahaya lingkungan terutama difokuskan pada dua aspek penting : mencegah bahaya kebakaran dan perlingdungan dari keadaan darurat berupa gempa bumi.

Ruang terbuka hijau dengan komponen penyusun utamanya berupa vegetasi mampu mencegah menjalarnya luapan api kebakaran secara efektif, dikarenakan vegetasi mengandung air yang menghambat sulutan api dari sekitarnya. Demikian juga dalam menghadapi resiko gempa bumi yang kuat dan mendadak, ruang terbuka hijau merupakan tempat yang aman dari bahaya runtuhan oleh struktur bangunan. Dengan demikian, ruang terbuka hijau perlu diadakan dan dibangun ditempat-tempat strategis di tengah-tengah lingkungan permukiman.


(18)

Tabel 2

Kajian Fungsi Ruang Terbuka Hijau Areal

Rekreasi

Sosial Budaya Estetis Ekologis Fisik Ekonomis 1.Aktif

a. Olah raga 1)Jogging 2)Senam 3)Sepeda b. Bermain 1) Peroso-tan 2)Ayunan 3) Enjot-enjotan 4)Gantung -an besi 2.Pasif a. Duduk Kriteria : 1.Tempatnya 2.Ukuran 3.Site furniture 4.Nyaman 5.Bersih 1. Area Pendidikan a. Penelitian 2.Tempat Berkumpul a. Perayaan b. Interaksi c. Peralihan Kriteria : 1.Ada vegetasi 2.Area pameran 3.Site furniture 4.Gazebo 5.Nyaman

1. Efek visual a. Hard material 1) Batu-batuan 2)Site furniture 3)Orna- men taman b. Soft material 1)Warna tanaman 2)Bentuk vegetasi 3)Tekstur 4)Skala 5) Peleta-kan vegetasi Kriteria : 1. Nyaman a. Sirkulasi b. Iklim c. Arah angin d. Curah hujan e. Kebising-an f. Aroma g. Bentuk elemen landspace h. Kebersih-an i. Keindah-an 1. Pengendali-an iklim a. Kontrol sm b. Kontrol Angin c. Pengendali an suara d. Penyaring-an suara 2.Pencegah erosi a. Unsur vegetasi 3.Tumbuh vegetasi a. Lingkung-an b. Jenis vegetasi Kriteria : 1.Nyaman a. Jenis vegetasi b. Bentuk tajuk c. Lebar tajuk d. Kepadatan tajuk 1. Pembatas Pengha-lus Pelembut Kriteria : 1. Unsur vegetasi a. Jenis vegetasi b. Bentuk tajuk c. Lebar tajuk d. Kepada tan tajuk 1.Bagi manusia a. Kebutuh an oksigen 2.Bagi pengelola a. Hasil vegetasi Kriteria : 1.Nyaman a. Jenis vegetasi b. Bentuk vegetasi c. Lebar tajuk


(19)

1. Ruang Terbuka Hijau sebagai Area Rekreasi

Rekreasi adalah sesuatu aktifitas yang dilakukan pada waktu senggang di luar rumah dengan tujuan dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia yang sama pentingnya seperti makan dan minum, juga memberikan jalan keluar terhadap kebiasaan hidup yang rutin dengan menyibukkan diri sendiri dengan hal-hal yang ingin dilakukan untuk menemukan dan menggambarkan kembali diri sendiri melalui rekreasi.

Jenis aktifitas rekreasi pada ruang terbuka menurut Richard Saur Wurman terdiri dari 23

Aktifitas aktif adalah aktifitas yang dilakukan seseorang atau kelompok yang berpindah tempat atau bergerak aktif di dalam ruang terbuka. Aktifitas ini berhubungan dengan kebutuhan masyarakat untuk bergerak bebas di pusat kota yang padat dan lahan yang sempit. Kegiatan yang tergolong dalam aktifitas ini adalah rekreasi (jalan-jalan), olah raga dan bermain

:

a. Aktifitas Aktif

24

Aktifitas pasif adalah aktifitas yang dilakukan seseorang atau kelompok di ruang terbuka publik tanpa banyak berpindah tempat yaitu duduk atau duduk-duduk. Kegiatan ini berhubungan dengan kebutuhan masyarakat akan tempat untuk berhenti atau istirahat sampai di ruang terbuka publik

.

b. Aktifitas Pasif

25

.

23

Hasil Penelitian Acmad Delianur, 2000

24

JO. Simond, 1976, Garden Cities

25


(20)

2. Ruang Terbuka Hijau sebagai Sosial Budaya

Ruang terbuka hijau dapat juga berfungsi sebagai ruang publik yang mengakomodasikan kebutuhan warga akan kontak sosial, berteman dan berkomunikasi. Ruang publik ini merupakan tempat ketiga (third place)

melengkapi first place yakni rumah tinggal dan second place berwujud tempat tinggal.

Menurut Nazaruddin ruang terbuka hijau disebut sebagai area sosial budaya karena dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, dimana dapat dimanfaatkan oleh segala macam golongan dimana kegiatan yang terjadi beragam seperti olah raga, bermain dengan suasana nyaman dan teduh dari vegetasi yang cukup rindang 26. Selain itu beberapa ahli dan Inmendagri no. 14 tahun 1988 menyatakan bahwa ruang terbuka dapat berfungsi sebagai area sosial budaya karena dapat dimanfaatkan oleh setiap orang yang didalamnya terdapat site furniture, vegetasi dan unsur pelengkap lainnya yang mana memiliki keuntungan bagi pengembang kota karena akan mengurangi beban yang harus dikeluarkan untuk mengelolah area yang baru sebagai area perkumpulan masyarakat untuk melakukan kegiatan 27

Menurut Puryono dan Hastuti ruang terbuka hijau yang merupakan hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat kota, antara lain adalah memberikan nilai estetika karena hijaunya hutan tersebut dengan aneka bentuk daun, cabang,

.

3. Ruang Terbuka Hijau sebagai Estetika

26

Nazaruddin, 1996, Penghijauan Kota

27


(21)

ranting dan tajuk serta bunga yang terpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan.

4. Ruang Terbuka Hijau sebagai Ekologis

Fungsi ruang terbuka hijau sebagai ekologis akan memberikan keseimbangan ekologis untuk mencegah polusi udara di perkotaan melalui unsur vegetasi yang beragam.

5. Ruang Terbuka Hijau sebagai Fisik Kota

Menurut Rustam Hakim kota tidak hanya merupakan kumpulan gedung-gedung dan sarana fisik lainnya. Akan tetapi sebuah kota adalah kesatuan antara lingkungan fisik kota dan warga kota. Dua komponen ekosistem ini akan selalu berinteraksi selama proses berkembang kota. Perubahan-perubahan yang bersifat positif akan memberi manfaat bagi kehidupan warga kota. Kebanyakan kota di negara berkembang seperti di Indonesia dibangun berdasarkan latar belakang agraris, demikian juga perkembangan kota Jakarta dan Medan.

6. Ruang Terbuka Hijau dari Segi Ekonomis

Penataan ruang terbuka hijau secara tepat akan mampu berperan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu kota, menyapu debu perkotaan, menurunkan kadar polusi dan meredam kebisingan.


(22)

C. Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau 1. Taman Lingkungan Perumahan

Menurut sejarah di negeri barat, rumah atau tempat tinggal yang kemudian disebut perumahan bila berkumpul menjadi kelompok dari rumah-rumah tidak merupakan rangkaian suatu kelompok yang terdiri dari lahan perumahan individual, atau jajaran perumahan, kondominium atau komplek apartemen. Hubungan antara ruang terbuka hijau (RT), baik untuk kepentingan pribadi-pribadi (dalam masing-masing unit rumah) atau untuk kepentingan umum (publik), bila tertata (direncanakan) disebut sebagai suatu sistem permukiman dengan berbagai sarana penunjang, yang bentuk arsitekturnya bisa beranekaragam, dimana masing-masing bisa mempunyai ciri khas tertentu 28

Perkembangan ruang terbuka hijau kota di Indonesia paling tidak sangat dipengaruhi oleh pola perencanaan kota zaman kolonial, seperti “Kebon Raja” yang sampai saat ini terdapat di Blitar. Namun demikian, menurut sejarahnya alun-alun yang hampir selalu terdapat di kota-kota, khususnya di pulau Jawa, merupakan gambaran akan demokrasi pada era Kerajaan Jawa yang memerlukan sebuah area terbuka tepat Raja berdialog dengan rakyatnya sehingga ruang terbuka semacam alun-alun tersebut sangat diperlukan

.

2. Taman Kota (Urban Park)

29

28

Hasni, Op. Cit, hal. 226

29

Ibid, hal. 268


(23)

3. Taman Rekreasi

Taman rekreasi seperti disebutkan diatas khusus dirancang untuk menampung kegiatan rekreatif penduduk kota yang mungkin bisa mencapai skala lebih luas dari batas kota. Taman-taman rekreasi semacam ini umumnya terletak dipinggiran atau perbatasan wilayah antar kota atau kabupaten, dimana diperlukan ruang yang relatif cukup luas untuk berbagai kegiatan pemenuhan kebutuhan rekreasi sesuai target yang terkandung dari namanya.

Taman-taman rekreasi ini, selain berguna untuk kegiatan fisik yang menyehatkan, amat bermanfaat bagi pendidikan anak-anak maupun generasi muda untuk mencintai dan menghargai lingkungan hijau karena secara nyata mereka dapat memperoleh manfaat langsung dari eksistensi taman rekreasi ini. Pendidikan usia dini, seperti pendidikan dan pelatihan untuk menjaga kebersihan lingkungan, memang merupakan suatu syarat penting dalam membentuk manusia dewasa yang bertanggungjawab dengan kondisi kejiwaan dan raga yang sehat. Modul-modul pentahapan kategori kegiatan pada pendidikkan lingkungan hidup bagi keompok usia balita sampai usia remaja (sekitar 18 tahun) sudah disiapkan oleh kantor Kementrian Lingkungan Hidup dan juga oleh Dinas Pendidikan 30

30

Ibid, hal. 269

.

4. Ruang Terbuka Hijau Pendukung Sarana/Prasarana Kota

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa ruang dibagi kedalam dua kawasan, yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya. Ruang terbuka hijau dapat terletak pula pada kawasan budi daya selain di kawasan lindung.


(24)

Secara administratif, ruang terbuka hijau dapat terletak pula pada wilayah kota selain di wilayah kabupaten. Dikawasan perkotaan, maupun di kawasan perdesaan. Di kawasan perkotaan, ruang terbuka hijau dapat berupa hutan kota 31

NO

.

Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Tabel 3

NAMA FASOS/FASUM LOKASI LUAS

1 2 3 4

I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TAMAN-TAMAN KOTA Taman Air Mancur Teladan

Taman Beringin Taman Istana Maimun Taman KONI

Taman Lapangan Merdeka Taman Sri Deli

Taman Jogging Track Teladan Taman Ahmad Yani

Taman Lili Suheri Taman Sidodame

Depan Stadion Teladan Medan

Jl. Sudirman

Jl. Brigjen Katamso Jl. Gajah Mada

Jl. Pulau Penang Medan Jl. Sisingamangaraja Jl. Stadion

Jl. Sudirman Jl. Listrik Jl. Sidodame

11.350 m²

12.219 m² 6.100 m² 11.800 m² 15.867 m² 13.159 m² 15.500 m² 15.200 m² 2.868 m² 4.100 m²

II 1

LAPANGAN OLAH RAGA

Lapangan Air Bersih Jl. Air Bersih Medan 5.800 m²

31


(25)

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lapangan Gajah Mada Lapangan HOKI

Lapangan Jl. Budi Pembangunan Lapangan Jl. Matahari Raya Lapangan Jl. Rebab

Lapangan Jl. Petula

Lapangan Stadion Teladan Lapangan Stadion Kebun Bunga Lapangan Tenis Kebun Bunga

Jl. Krakatau Medan Jl. Borobudur Medan

Jl. Budi Pembangunan Medan Jl. Matahari Raya Medan Jl. Rebab Medan

Jl. Petula Medan

Jl. Stadion Teladan Medan Jl. Borobudur Medan Jl. Borobudur Medan

7.008 m² 5.816 m² 3.304 m² 7.015 m² 4.675 m² 4.195 m² 25.300 m² 15.615 m² 4.468 m²

III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TANAH PEMAKAMAN TPU Sei Batu Gingging TPU Simalingkar Medan TPU Tanjung Selamat TPU Patumbak TPU Abdullah Lubis TPU Gajah Mada Lama TPU Gajah Mada Baru TPU Padang Bulan TPU Deli Tua TPU Simalingkar B

Jl. Sei Batu Gingging Medan Simalingkar B Medan

Tanjung Selamat Medan Patumbak

Jl. Abdullah Lubis Medan Jl. Gajah Mada Medan Jl. Gajah Mada Medan Jl. Djamin Ginting Medan Jl. Besar Deli Tua

Jl. Bunga Rampe Medan

15.000 m² 65.000 m² 100.000 m² 40.000 m² 15.000 m² 19.000 m² 19.000 m² 20.000 m² 250.000 m² 119.000 m²


(26)

D. Strategi Pelestarian Ruang Terbuka Hijau

Pengertian strategi pelestarian ruang terbuka hijau adalah cara dan upaya yang dilakukan dalam transformasi ruangan hijau dengan memperbanyak lingkungan hijau dalam upaya pemberian kenyamanan dan kesejukan kota oleh pemerintah kepada masyarakat.

Pelestarian ruang terbuka hijau adalah pelindung kota dari polusi dan memberikan penghijauan kepada lingkungan yang diberikan ruang terbuka hijau serta pendukung adanya tanaman yang akan memberikan ruang hijau.

Strategi pelestarian ruang terbuka hijau merupakan salah satu aspek yang menunjang ekologi perkotaan yang lebih baik. Perkembangan perkotaan yang sangat pesat dengan pembangunan gedung-gedung dan fasilitas lainnya semakin menggeser ruang fasilitas umum yang disebut ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu aspek yang menunjang ekologi perkotaan yang lebih baik.

Dalam upaya pemerintah melestarikan ruang terbuka hijau hendaknya juga didukung oleh tindakan dari masyarakat sekitar ruang terbuka hijau, karena lingkungan terbuka hijau dilaksnakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan seluruhnya.

Pelestarian alam ini selain untuk keindahan estetika, dapat pula berfungsi perlindungan untuk tata air, terutama pada daerah-daerah perbukitan maupun kesehatan lingkungan, dan terutama di perkotaan berfungsi sebagai penyerap polusi udara dan produsen oksigen.

Strategi pelestarian yang ada di kota Medan lebih utama dilakukan oleh Dinas Pertamanan, karena Dinas Pertamanan sebagai pihak yang memiliki


(27)

wewenang dalam melakukan pelestarian ruang terbuka hijau yang telah memiliki criteria beberapa bentuk ruang terbuka hijau. Pihak Dinas Pertamanan melakukan beberapa strategi yaitu dengan melakukan penanaman pohon di taman-taman yang ada di kota Medan, di pulau-pulau jalan dan di median jalan dengan jenis tanaman yang mudah tumbuh. Selain itu juga Dinas Pertamanan melakukan peremajaan pohon dengan pohon-pohon baru yang memiliki akar yang benar-benar kuat dan juga yang memiliki daun yang rindang.

Ruang terbuka hijau yang sudah ada tetap dilakukan perawatan oleh Dinas Pertamanan dengan memberikan bibit ke sekolah-sekolah ataupun lembaga-lembaga masyarakat/swasta agar sekolah-sekolah ataupun lembaga-lembaga-lembaga-lembaga masyarakat/swasta tersebut ikut serta dalam penanaman bibit-bibit pohon untuk menambah bibit pohon yang memang diperlukan dan secara tidak langsung juga itu merupakan suatu kegiatan dalam melestarikan ruang terbuka hijau, jadi tidak hanya pihak pemerintah yaitu Dinas Pertamanan saja yang berpartisipasi dalam pelestarian ruang terbuka hijau.

Pelestarian ditekankan juga untuk pihak swasta yang ingin mendirikan bangunan yang memakan lahan kosong yang seharusnya dijadikan ruang terbuka hijau, dimana pihak swasta hanya mementingkan keperluan bisnis untuk mendapat hasil. Namun Pemerintah Kota Medan menekankan kepada pihak swasta walaupun mereka mendirikan bangunan mereka tetap harus menyediakan ruang terbuka hijau diatas gedungnya yaitu dengan cara menanam pohon di dalam vas bunga.


(28)

Mengenai penebangan liar yang mengurangi komposisi pohon-pohon yang ada, maka Dinas Pertamanan selaku pihak yang mengelola memberi teguran kepada pihak penebang baik itu penebang dari perusahaan maupun individu. Lalu Dinas Pertamanan melaporkannya kepada Lurah setempat selanjtnya Lurah melapor kepada Camat dan Camat pun akan melanjutkan surat laporan Dinas Pertamanan kepada pihak polisi sekitar tempat dimana terjadinya penebangan liar tersebut. Selanjutnya polisi yang akan menindaklanjuti laporan Dinas Pertamanan mengenai masalah tersebut. Pohon-pohon yang telah ditebang akan ditanam kembali dengan bibit-bibit pohon baru sebagai ganti pohon-pohon yang telah ditebang agar ruang terbuka hijau tetap utuh dan tidak berkurang dari luas yang ada guna untuk melestarikan ruang terbuka hijau yang ada.

Usaha Dinas Pertamanan untuk pemberian izin kepada penebang pohon adalah bagi penebang pohon, pohon yang dapat ditebang adalah pohon-pohon yang sudah mati, pohon-pohon yang daunnya sudah kering, pohon-pohon yang memiliki kemiringan maksimal, pohon yang akarnya telah keropos dan kering, pohon-pohon yang memiliki criteria tersebut lah yang dapat ditebang namun tetap harus ditanam kembali dengan bibit-bibit pohon baru.

Jenis-jenis pohon yang dapat ditanam untuk pelestarian ruang terbuka hijau adalah pohon mahoni, pohon angsana, pohon trambesi, pohon kelumpang, pohon ketapang, pohon sengon, pohon pule, pohon kupu-kupu, pohon palem, pohon asam, pohon tanjung, pohon johar. Pohon-pohon tersebut lah yang dapat dijadikan untuk pelestarian ruang terbuka hijau karena dapat bertahan lama.


(29)

Peremajaan pohon yang sudah ada dapat dilakukan dengan cara menyisipkan pohon baru disamping pohon yang sudah besar dan sudah dapat ditebang. Karena dengan penyisipan, maka pohon yang hampir punah tersebut seiiring berjalannya waktu akan punah dan pohon disisipkan akan semakin besar menggantikan pohon yang sudah punah tersebut. Sehingga tidak terjadi kekosongan lahan.


(30)

BAB IV

PENERAPAN KONSEP PEMBENTUKAN DAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA TATA RUANG KOTA MEDAN

A. Dinas Terkait Dalam Program Penataan Fungsi Ruang Terbuka Hijau Pada Tata Ruang Kota Medan

Ada beberapa Dinas Kota Medan yang ikut serta dalam penataan ruang terbuka hijau agar tetap pada fungsinya dan terus melestariakannya. Berikut beberapa dinas yang ada di kota Medan yang memilik program/kegiatan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau.

BERDASARKAN SUMBER RKPD KOTA MEDAN TAHUN 2011 Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Tabel 4

No Urusan

/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan

Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011

Lokasi (Medan/ Kecamatan)

Keterangan Target Rp.

1.

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Jumlah biaya

penyelenggaraan RTBL 2 lokasi percontohan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Medan

Tahun 1 400,000,000 Medan Terlaksana

2. Penetapan Kebijakan Tentang RDTRK

Jumlah biaya pelaksanaan legalisasi peraturan daerah dan peraturan Walikota

Paket 1 300,000,000 Medan Terlaksana

3.

Kegiatan Evaluasi dan Pengembangan Rencana Kota Dalam Rangka Pemrosesan IMB

Jumlah biaya penyusunan laporan teknis evaluasi rencana tata ruang

Tahun 1 90,000,000 Medan Terlaksana

4.

Pembuatan Pojok Informasi Pelayanan TRTB

Jumlah biaya sistem informasi berupa komputerisasi pojok informasi pelayanan dan tata ruang yang dapat digunakan masyarakat swalayan


(31)

No Urusan

/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan

Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011

Lokasi (Medan/ Kecamatan)

Keterangan Target Rp.

5.

Pelatihan Aparatur dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Jumlah biaya pelatihan kemampuan SDM aparatur dalam pengendalian pemanfaatan ruang

Tahun 1 75,000,000 Medan Terlaksana

6. Pengawasan Pemanfaatan Ruang

Jumlah dana operasional dalam melaksanakan pengawasan pemanfaatan ruang

Tahun 1 250,000,000 Medan Terlaksana

7.

Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Jumlah biaya sosialisasi kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang

Tahun 1 75,000,000 Medan Terlaksana Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan (Bidang Fisik dan Tata

Ruang) Tahun 2011

Badan Lingkungan Hidup Tabel 5

No Urusan

/Program/Kegiatan INDIKATOR KINERJA Satuan Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011 Lokasi (Medan/ Kecamatan) SKPD Penanggung Jawab Target Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Meningkatnya Pengelolaan Lingkungan Hidup

% 100 1,770,000,000 Medan BLH Kota Medan

1.1 Koordinasi Penilaian Kota Sehat/Adipura

Jumlah biaya koordinasi program adipura terkoordinasi di Kota Medan

Paket 1 150,000,000 Medan BLH Kota Medan


(32)

No Urusan

/Program/Kegiatan INDIKATOR KINERJA Satuan Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011 Lokasi (Medan/ Kecamatan) SKPD Penanggung Jawab Target Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1.8 Safari Daur Ulang Limbah (SadariLah)

Jumlah biaya pelaksanaan program sadarilah untuk daerah miskin

Paket 1 100,000,000 Medan BLH Kota Medan 1.9 Percontohan Pemilahan dan Pengolahan Sampah pada Objek-Objek Penilaian Adipura Jumlah baiya percontohan pemilahan dan pengolahan sampah pada objek-objek penilaian Adipura

Paket 1 250,000,000 Medan BLH Kota Medan

1.10

Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup / Penanganan Kasus-kasus Lingkungan Hidup Jumlah biaya pengawasan kualitas terhadap lingkungan hidup

Paket 1 125,000,000 Medan BLH Kota Medan

1.11

Biaya Operasional dan pemeliharaan Sarana dan Prasarana Laboratorium Air Jumlah biaya pemeliharaan sarana dan prasarana laboratorium air

Paket 1 50,000,000 Medan BLH Kota Medan

1.12

Koordinasi Kota Sehat / Green and Clean Kota Medan

Jumlah biaya koordinasi kota sehat/green and Clean di Kota Medan

Paket 1 95,000,000 Medan BLH Kota Medan 1.13 Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Bidang Lingkungan Hidup

jumlah biaya penyuluhan peraturan lingkungan hidup

Paket 1 100,000,000 Medan BLH Kota Medan


(33)

No Urusan

/Program/Kegiatan INDIKATOR KINERJA Satuan Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011 Lokasi (Medan/ Kecamatan) SKPD Penanggung Jawab Target Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1.14

Sosialisasi Pelaksanaan Pengendalian Perubahan Iklim skala Kota dan sarasehan lingkungan

Jumlah biaya pelaksanaan sosialisasi pengendalian perubahan iklim (talk show) dan sarasehan lingkungan

Paket 1 100,000,000 Medan BLH Kota Medan

2

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Meningkatnya

Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam

% 100 1,325,000,000 Medan BLH Kota Medan

2.1 Studi Kawasan Pesisir Pantai

Jumlah biaya studi

kawasan pesisir pantai Paket 1 200,000,000 Medan

BLH Kota Medan

3

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Meningkatnya Kualitas dan akses Informasi SDA dan LH

% 100 613,000,000 Medan BLH Kota

Medan

3.1

Peningkatan Edukasi dan Komunikasi Masyarakat di Bidang Lingkungan

Jumlah biaya sosialisasi sekolah yang

berwawasan lingkungan (adiwiyata)

Paket 1 100,000,000 Medan BLH Kota Medan

3.2

Penyusunan Data Sumber Daya Alam dan Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) Nasional dan Daerah

Jumlah buku SLHD dan

buku basis data Paket 1 50,000,000 Medan

BLH Kota Medan


(34)

No Urusan

/Program/Kegiatan INDIKATOR KINERJA Satuan Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011 Lokasi (Medan/ Kecamatan) SKPD Penanggung Jawab Target Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

3.3

Penguatan Jejaring Informasi Lingkungan Pusat dan Daerah

Jumlah biaya pelaksanaan pameran lingkungan hidup tingkat daerah Prov. SU, pusat dan pameran lainnya tingkat Kota Medan

Paket 1 200,000,000 Medan BLH Kota Medan

3.4

Peringatan Hari Puncak Lingkungan Hidup se-dunia Tingkat Kota Medan

Jumlah biaya

pelaksanaan peringatan lingkungan hidup se-dunia tingkat Kota Medan

Paket 1 140,000,000 Medan BLH Kota Medan

3.5 Pembuatan Website BLH Kota Medan

jumlah biaya penyusunan data-data lingkungan hidup

Paket 1 98,000,000 Medan BLH Kota Medan

4 Program Peningkatan Pengendalian Polusi

Berkurangnya tingkat pencemaran yang ditimbulkan pelaku kegiatan / usaha maupun masyarakat

% 100 620,000,000 Medan BLH Kota Medan

4.1 Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor

Jumlah biaya pelaksanaan pengujian emisi gas buang

kendaraan bermotor di Kota Medan

Paket 1 105,000,000 Medan BLH Kota Medan

4.2

Pengujian Emisi/ Polusi Udara Akibat Aktifitas Industri

Jumlah biaya pemantauan kualitas udara di Kota Medan (udara ambient dan cerobong asap)

Paket 1 150,000,000 Medan BLH Kota Medan


(35)

No Urusan

/Program/Kegiatan INDIKATOR KINERJA Satuan Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011 Lokasi (Medan/ Kecamatan) SKPD Penanggung Jawab Target Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

4.3

Studi tentang Beban Pencemar Udara di Kota Medan

Jumlah biaya pelaksanaan studi pencemar udara

Paket 1 100,000,000 Medan BLH Kota Medan

4.4 Pelaksanaan Car Free Day

Jumlah biaya penjagaan kualitas udara di Kota Medan

Paket 1 250,000,000 Medan BLH Kota Medan

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan (Bidang Fisik dan Tata Ruang) Tahun 2011

Dinas Kebersihan Tabel 6

No Urusan

/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan

Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun 2011 Lokasi (Medan/ Kecamat an) SKPD Penanggu ng Jawab Targ

et Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

5.1 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan

Jumlah biaya peningkatan

kwalitas pelayanan kebersihan 1

pake t

6,282,50

0,000 Medan

D. Kebersiha

n 5.2 Peningkatan Operasi dan

Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan

Jumlah biaya pemeliharaan sarana dan prasarana untuk pelayanan kebersihan

1 pake

t

20,375,685,

400 Medan

D. Kebersiha

n 5.3 Peningkatan Kemampuan

Aparat Pengelolaan Persampahan

Jumlah biaya peningkatan kwalitas sumber daya manusia di bidang TPA

1 pake

t

425,000,

000 Medan

D. Kebersiha n 5.4 Kerjasama Pengelolaan Persampahan

Jumlah biaya kerjasama dalam

pengelolaan persampahan 1 thn

495,000,

000 Medan

D. Kebersiha

n 5.5 Sosialiasasi Kebijakan

Pengelolaan Persampahan

Jumlah biaya kesadaran

masyarakat dibidang kebersihan 1 thn 650,000,

000 Medan

D. Kebersiha

n Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan (Bidang Fisik dan Tata


(36)

Dinas Pertamanan Tabel 7

No Urusan

/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan

Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun 2011 Lokasi (Medan/ Kecamat an) SKPD Penanggu ng Jawab Targ

et Rp.

[1] [2] [3] [4] (5) [6] [7] [8]

1. Penyediaan Jasa Pemeliharaan Taman

Jumlah biaya pemeliharaan taman-taman yang ada di Kota Medan

Tahun 1 5,530,80

0,000 Medan Terlaksana

2.

Pengadaan Tanaman Penghijauan dan Tanaman Hias

Jumlah biaya cadangan tanaman untuk kebutuhan pemeliharaan taman

Tahun 1 200,000,

000 Medan Terlaksana

3. Pengadaan Material Organik dan Anorganik

Jumlah biaya cadangan pupuk organik dan anorganik untuk kebutuhan pemeliharaan taman

Tahun 1 200,000,

000 Medan Terlaksana 4. Pengadaan Polibag untuk

Kebun Bibit

Jumlah biaya polibag sebagai

wadah tanaman di kebun bibit Tahun 1

50,000,0

00 Medan Terlaksana 5. Pemeliharaan, Perawatan

dan Renovasi Taman

Jumlah biaya pemeliharaan taman-taman yang ada di Kota Medan

Tahun 1 2,800,00

0,000 Medan Terlaksana

6. Pemeliharaan Pohon Penghijauan

Jumlah biaya penataan dan terpeliharanya pohon-pohon penghijauan di Kota Medan

Kegiatan 2 800,000,

000 Medan Terlaksana 7. Pengadaan Lahan untuk

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Luas lahan untuk Ruang Terbuka

Hijau (RTH) di kota Medan Lokasi 3

2,000,00

0,000 Medan Terlaksana 8. Pembuatan Taman Kota Jumlah biaya penataan

taman-taman di inti Kota Medan Lokasi 5

800,000,

000 Medan Terlaksana 9. Penataan Lapangan Olah

raga

Jumlah biaya penataan lapangan

olah raga Yang ada di Kota Medan Lokasi 1

200,000,

000 Medan Terlaksana 10. Pendataan Pohon

Penghijauan

Jumlah data pohon penghijauan yang ada di kota Medan

Kecamat

an 21

50,000,0

00 Medan Terlaksana 11. Pembuatan Reservoir Air

Jumlah biaya pompa Air untuk kebutuhan taman dinas pertamanan Kota Medan

Lokasi 1 120,000,

000 Medan Terlaksana

12. Pengadaan Material Organik dan Anorganik

Jumlah biaya cadangan pupuk organik dan anorganik untuk kebutuhan pemeliharaan taman pemakaman umum

Tahun 1 75,000,0

00 Medan Terlaksana

13.

Pengadaan Peralatan Taman Pemakaman Umum (TPU)

Jumlah biaya peralatan untuk pemeliharaan taman pemakaman umum (TPU) di Kota Medan

Tahun 1 165,000,

000 Medan Terlaksana

14.

Pembuatan Sumur Bor di Taman Pemakaman Umum (TPU)

Jumlah Sumur Bor di Taman

Pemakaman Umum (TPU) Lokasi 2

30,000,0

00 Medan Terlaksana

15.

Pemeliharaan / Perawatan Taman Pemakaman Umum (TPU)

Jumlah biaya pemeliharaan taman pemakaman umum (TPU) di Kota Medan

Tahun 1 100,000,

000 Medan Terlaksana

16. Pengadaan Tanah di Taman Pemakaman Umum

Tersedianya lahan untuk Taman Pemakaman Umum (TPU) di kota Medan

Paket 1 5,500,00

0,000 Medan Terlaksana 17. Perbaikan/ Perawatan

Instalasi Air Kantor dan

Jumlah biaya pemeliharaan

instalasi air pada kantor dan Tahun 1

50,000,0


(37)

No Urusan

/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan

Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun 2011 Lokasi (Medan/ Kecamat an) SKPD Penanggu ng Jawab Targ

et Rp.

[1] [2] [3] [4] (5) [6] [7] [8]

Gedung gedung pemerintah di Kota Medan

18. Perawatan Air Mancur

Jumlah biaya pemeliharaan sarana keindahan yang ada di seluruh kota Medan

Tahun 1 400,000,

000 Medan Terlaksana Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan (Bidang Fisik dan Tata

Ruang) Tahun 2011

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan Tabel 8

No Urusan

/Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan

Capaian Sasaran dan Pagu Indikatif Tahun

2011 Lokasi (Medan/ Kecamatan) SKPD Penanggung Jawab Target Rp.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1.

Koordinasi Program Pengembangan CSR Kota Medan

Jumlah biaya koordinasi program pengembangan CSR Kota Medan

tahun 1 100,000,000 Medan Terlaksana

2. Penyusunan KLHS Kawasan CDB Polonia

Jumlah biaya penyusunan KLHS kawasan CDB Polonia

dokumen 1 500,000,000 Medan Terlaksana

3. Studi Pengembangan RTH Kota Medan

Jumlah biaya rencana

pengembangan RTH dokumen 1 150,000,000 Medan Terlaksana 4. Sosialisasi Perda RTRW

Kota Medan

Jumlah biaya sosialisasi

RTRW Kota Medan 2010 kegiatan 1 200,000,000 Medan Terlaksana

5.

Sosialisasi Peraturan Terkait Bidang Fisik,Ttata Ruang dan lingkungan Hidup

Jumlah biaya sosialisasi peraturan daerah terbaru terkait bidang fisik dan tata ruang Kota Medan

kegiatan 1 100,000,000 Medan Terlaksana

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan (Bidang Fisik dan Tata Ruang) Tahun 2011


(38)

BERDASARKAN SUMBER RPJM KOTA MEDAN TAHUN 2011-2015

Tabel 9

Bidang Urusan Pemerintah dan Program Prioritas

Pembangunan

Indikator Kinerja Program SKPD PENANGGUNG JAWAB Program Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Meningkatnya pengelolaan RTH publik Kota Medan

D. Pertamanan

Pengadaan Tanaman Penghijauan dan Tanaman Hias

Tersedianya cadangan tanaman untuk kebutuhan pemeliharaan taman

D. Pertamanan

Pengadaan Material Organik dan Anorganik

Tersedianya cadangan pupuk dan tanah hitam untuk kebutuhan pemeliharaan taman

D. Pertamanan

Pengadaan Polibag untuk Kebun Bibit

Tersedianya polibag sebagai wadah tanaman di kebun bibit

D. Pertamanan

Pemeliharaan, Perawatan dan Renovasi Taman

Terpeliharanya taman - taman yang ada di kota Medan

D. Pertamanan

Pengadaan Peralatan Taman Tersedianya berbagai peralatan untuk perawatan taman - taman yang ada di kota Medan

D. Pertamanan

Pengadaan Perlengkapan Upacara Tersedianya kebutuhan perlengkapan upacara untuk kelancaran kegiatan upacara di PEMKO Medan

D. Pertamanan

Pemeliharaan Pohon Penghijauan Tertatanya dan terpeliharanya pohon - pohon penghijauan di kota Medan

D. Pertamanan

Pengadaan Lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Tersedianya lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Medan

D. Pertamanan

Penataan Taman Kota Terpeliharanya pagar taman yang ada di kota Medan

D. Pertamanan

Pembuatan Taman Tersedianya taman skala kecamatan dan lingkungan

D. Pertamanan

Pemeliharaan Tugu Peringatan Terpeliharanya taman tugu peringatan untuk menjaga keindahan kota

D. Pertamanan

Pemeliharaan Taman Berm/ Taman Median Jalan

Terpeliharanya taman berm/ taman median jalan

D. Pertamanan

Pembuatan Taman Dekorasi Acara-Acara Pemko Medan

Tersedianya sarana dekorasi taman mini pada acara - acara PEMKO Medan

D. Pertamanan

Penataan Lapangan Olahraga Tertatanya Lapangan Olah Raga Yang ada di Kota Medan

D. Pertamanan

Pengadaan Bendera dan Umbul – Umbul

Tersedianya kebutuhan perlengkapan untuk kegiatan hari-hari besar di PEMKO Medan

D. Pertamanan

Penyediaan Jasa Tenaga Kontrak Tersedianya Jasa pemeliharaan taman dinas Pertamanan Kota Medan

D. Pertamanan

Pendataan Pohon Penghijauan Tersedianya data pohon penghijauan yang ada di kota Medan


(39)

Bidang Urusan Pemerintah

dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program

SKPD PENANGGUNG JAWAB

Survey Kegiatan Taman Terpenuhinya biaya survey untuk Tim Perencanaan Taman

D. Pertamanan

Perencanaan Kegiatan Taman Terpenuhinya biaya perencanaan untuk penyusunan kegiatan Taman

D. Pertamanan

Pembuatan Reservoir Air Tersedianya Pompa Air untuk kebutuhan Taman dinas pertamanan Kota Medan

D. Pertamanan

Sosialisasi Penyuluhan Kegiatan Pemeliharaan RTH

Ikut berpartisipasinya masyarakat dalam memelihara RTH di kota Medan

D. Pertamanan

Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau

Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau

D. Pertamanan

Koordinasi Tim Pokja Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau

Terkoordinasinya Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau

D. Pertamanan

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan (Bidang Fisik dan Tata Ruang) Tahun 2011

B. Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau

Pemerintah Kota Medan yang memiliki wewenang tertinggi di Kota Medan dengan dibantu oleh dinas-dinas yang memiliki tugas dalam pemeliharaan ruang terbuka hijau melakukan program-program atau kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan pemerintah kota Medan untuk menjadikan kota Medan kota Hijau. Kebijakan yang dilakukan pemerintah kota Medan dalam masalah ini adalah untuk mencegah kerusakan lingkungan dan juga kesehatan yang merugikan makhuk hidup. Adanya kebijakan ini dikarenakan minimnya proporsi ruang terbuka hijau yang ada di kota Medan dimana tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Medan tidak terlepas dari ketetapan hukum yang dibuat oleh pemerintah kota Medan yaitu dalam bentuk Peraturan Walikota (Perwal). Namun peraturan tersebut belum dapat dikatakan mantap. Walaupun begitu Peraturan Walikota tersebut tetap menjadi kekuatan bagi dinas pengelola


(40)

ruang terbuka hijau karena di dalam nya terdapat peraturan mengenai penetapan lokasi ruang terbuka hijau bagi pihak pengelola ruang terbuka hijau.

Dalam menyelesaikan permasalahan pengadaan ruang terbuka hijau yang seimbang, upaya yang harus dilakukan pemerintah terutama adalah menyosialisasikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan peraturan pelaksananya : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan secara terbuka dan fokus baik kepada staf instansi yang berwenang, swasta, juga kepada masyarakat kota Medan. Hal ini bertujuan agar aplikasi dari Undang-Undang Penataan Ruang mengenai ruang terbuka hijau relatif lebih mudah dilaksanakan.

Luas ruang terbuka hijau yang ada di kota Medan pada saat sekarang ini tercatat 53,49 Ha, luas tersebut dalam bentuk taman. Sedangkan dalam bentuk pemakaman tercatat 57,2 Ha dan dalam bentuk persawahan tercatat 4.304 Ha. Mengenai kondisi ruang terbuka hijau yang di kota Medan pada saat sekarang ini dapat dikatakan memiliki kondisi yang baik karena pihak dinas yang mengelola ruang terbuka hijau terus melakukan penghijauan dengan cara menanam pohon untuk mengurangi polusi udara.

Mengenai pemeliharaan ruang terbuka hijau yang dilakukan pihak pengelola khususnya Dinas Pertamanan yang memiliki peran paling penting dalam pemeliharaan ruang terbuka hijau, maka dinas pengelola khusus ruang terbuka hijau melakukan tugasnya tidak hanya pembangunan ruang terbuka hijau melainkan juga pemeliharaan ruang terbuka hijau yang sudah ada yaitu dengan penanaman pohon di taman-taman yang ada di kota Medan, di pulau-pulau jalan


(41)

dan median jalan dengan tanaman yang mudah tumbuh berkembang dengan cepat. Selain itu pihak dinas pengelola juga melakukan usaha peremajaan pohon dengan pohon-pohon baru yang memiliki akar pohon yang lebih kuat dan lebih rindang daunnya. Perawatan rutin pemeliharaan ruang terbuka hijau juga dilakukan pihak pengelola untuk ruang terbuka hijau yang sudah ada.

Tidak hanya pihak pemerintah yang melakukan aktivitas pemeliharaan ruang terbuka hijau di kota Medan, namun pemerintah berusaha agar masyarakat kota Medan juga ikut serta dalam pemeliharaan ruang terbuka hijau, maka pemerintah menyumbangkan bibit ke sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga masyarakat lainnya agar masyarakat sadar akan betapa pentingnya penghijauan dengan cara menambah jumlah pohon yang memang diperlukan.

Pengalihan fungsi ruang terbuka hijau menjadi permukiman ataupun gedung-gedung yang menjadi tugas dari dinas pengelola yaitu dengan memberikan izin atas bangunan yang akan didirikan terkadang menjadi konflik bagi Dinas Pertamanan sebagai pengelola ketersediaan ruang terbuka hijau karena dengan adanya pembangunan biasanya mengurangi ruang terbuka hijau yang telah ada. Semua akibat kurangnya kerjasama para antar pihak pengelola. Sedangkan pihak Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sebagai dinas yang memberikan izin bangunan hanya bertugas memberikan izin saja namun tidak dapat disalahkan oleh pihak manapun. Dalam hal ini semuanya tentu kembali kepada para pengambil keputusan untuk mengatasi pembebasan lahan yang dimiliki warga.

Adanya intervensi dari swasta juga menyebabkan perubahan fungsi lahan. Karena pada dasarnya pihak swasta lebih mementingkan keperluan bisnis untuk mendapatkan hasil. Dan itu sudah jelas dapat mengurangi ruang terbuka hijau


(42)

yang ada di kota Medan. Namun gedung-gedung tinggi nantinya yang akan dibangun tetap dapat menciptakan ruang terbuka hijau dengan cara menanam bibit pohon diatas gedung dengan menggunakan vas bunga.

Terkait mengenai fungsi ruang terbuka hijau yang dimana banyak disalah fungsikan oleh masyakarat yaitu banyaknya masyarakat kota Medan yang berkunjung ke taman-taman yang seharusanya dijaga kebersihannya dan fungsinya namun masyarakat tidak memperhatikan tindakan yang telah dilakukannya dapat merusak taman contohnya banyak masyarakat yang berkunjung ke taman dengan memakirkan sepeda motornya ke dalam taman sehingga merusak keindahan rumput-rumput yang ada di taman. Selain itu ada juga para pedagang kaki lima yang berdagang di dalam taman sehingga merusak keindahan taman karena masyarakat yang berkunjung ke taman membuang sampah makanan baik sampah organik maupun anorganik sembarangan sehingga udara di taman tidak sehat yang disebabkan sampah-sampah tersebut.

C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Membangun Ruang Terbuka Hijau

Hambatan yang dialami Pemerintah Kota Medan dalam membangun ruang terbuka adalah kurangnya penyediaan dana, banyaknya bangunan-bangunan yang begitu marak hingga memakan banyak lahan kosong yang seharusnya dapat dijadikan ruang terbuka hijau mengingat proporsi ruang terbuka hijau yang masih minim di kota Medan. Dan tidak adanya dukungan dari masyarakat yang seharusnya ikut berpartisipasi dalam membangun ruang terbuka hijau.

Kendala yang dihadapi Dinas Pertamanan maupun Pemerintah Kota Medan salah satunya adalah mengenai penyediaan dana yang tidak memadai.


(43)

Kurangnya dana untuk melestarikan dan menjalankan program-program yang telah ada pada badan ataupun dinas terkait untuk membangun ruang terbuka hijau di kota Medan menyebabkan minimnya ruang terbuka hijau di kota Medan. Karena semua kegiatan pelestarian dan pembangunan ruang terbuka hijau terhambat. Sampai saat ini dikatakan bahwa Pemerintah Kota Medan akan mealokasikan dana APBD guna menambah lahan setiap tahunnya sebesar 300-400 meter ternyata tidak benar adanya, Pemerintah Kota Medan hanya saja mencanangkan dana sekitar 20-30 milyar untuk menjalankan program-program kegiatan pelestarian ruang terbuka hijau agar kota Medan menjadi kota hijau tetap sumber dana tersebut dari pengalokasian dari dana APBD dan masing-masing kegiatan untuk mewujudkan kota Medan sebagai kota hijau memiliki anggaran masing-masing dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab. Namun kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Medan tersebut sampai saat ini belum diketahui oleh pihak Dinas Pertamanan sebagai pengelola taman-taman kota maupun ruang terbuka hijau lainnya yang ada di kota Medan. Kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Medan mengenai penyediaan dana tersebut juga tetap tergantung oleh nilai jual objek pajak.

Kebijakan yang diambil mengalami banyak kendala dikarenakan juga oleh faktor semakin mahalnya lahan di arela perkotaan dan banyaknya bangunan-bangunan yang memakan banyak lahan kosong yang seharusnya dijadikan ruang terbuka hijau. Lahan kosong tersebut lebih banyak dimanfaatkan nilai ekonomisnya dengan setinggi-tingginya bagi para pemilik lahan yang mampu membeli lahan dengan mahal ataupun perusahaan-perusahaan bisnis yang mampu membeli lahan walaupun lahan tersebut dijual dengan harga tinggi demi


(44)

memperoleh pendapatan perusahaannya. Dinas Pertamanan sangat sulit menyesuaikan kebutuhan layanan publik seperti banyaknya taman yang harus dibangun oleh Dinas Pertamanan, apakah taman tersebut sesuai dengan kebutuhan publik Kota Medan. Ditambah lagi karena adanya masalah masih banyaknya bangunan-bangunan dan gedung-gedung tinggi yang tidak menyediakan ruang terbuka hijau, padahal Pemerintah Kota Medan telah membuat peraturan bagi setiap yang mendirikan bangunan maupun gedung-gedung tinggi diwajibkan menyediakan ruang terbuka hijau di sekitar bangunannya dan itu telah dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan juga adanya masalah mengenai lahan-lahan yang akan dibangun ruang terbuka hijau telah dibangun pemukiman penduduk ataupun bangunan-bangunan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang bersifat bisnis. Semua ini dikarenakan Dinas Pertaman tidak mempunyai dana untuk membeli lahan milik warga tersebut dan tidak sesuai dengan kemampuan keuangan Dinas Pertamanan yang telah dianggarkan dari APBD oleh Pemerintah Kota Medan sehingga lahan dijual kepada pihak yang memiliki dana besar lain seperti Developer.

Sementara itu dari lain pihak sarana dan prasaran penunjang operasional dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau masih sangat minim, belum terpenuhi dan belum mampu dimiliki oleh Dinas Pertamanan sendiri karena alasan berbagai faktor lain minimnya dana dari anggaran APBD yang diterima oleh Dinas Pertamanan. Dari pihak luar dalam hal ini masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melindungi fasilitas yang telah dibangun maksudnya adalah masyarakat kurang peduli terhadap keindahan kota yang ada saat ini seperti


(45)

merusak keindahan taman dengan berjualan ditaman-taman dengan membangun lapak atau tenda sehingga membuat tanaman sulit untuk tumbuh karena kekurangan oksigen, berkunjung ke taman dengan memakirkan kendaraannya ke dalam taman sehingga merusak tanaman yang ada ditaman, menginjak tanaman-tanaman di berm dan pulau jalan dan sebagainya. Dalam hal pertisipasi dan peran serta masyarakat dalam mendukung pemerintah kota masih rendah.


(46)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Fungsi ruang terbuka hijau bagi masyarakat dan pengembang kota sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, ekologis, fisik kota dan nilai ekonomis cukup tinggi.

2. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah salah satu unsur utama kota yang harus dipenuhi, karena secara garis besar berfungsi sebagai “paru-paru” kota, dan bila standar minimal keberadaannya tidak terpenuhi, maka akan berakibat buruk kepada prikehidupan manusia itu sendiri.

3. Hambatan yang dialami Pemerintah Kota Medan dalam membangun ruang terbuka hijau di Kota Medan lebih cenderung pada masalah keterbatasan lahan kota dan dana, disamping itu pembangunan secara ekonomi sering kali didahlukan dan kurang ramah lingkungan. Lahan-lahan ruang terbuka hijau pun secara bertahap berubah fungsi menjadi peruntukan lain dan sangat rentan menjadi daerah permukiman liar. Walaupun aturan hukum mengenai ruang terbuka hijau di kota Medan dalam bentuk Perda telah di sah kan, namun tetap tidak mengubah terjadinya pengalihan fungsi. Selain itu permasalahan lainnya yaitu lemahnya peran pihak swasta dan masyarakat sebagai salah satu stake holder dalam pengembangan ruang terbuka hijau privat/publik.


(47)

Dalam menyelesaikan permasalahan pengadaan ruang terbuka hijau yang seimbang, upaya yang harus dilakukan pemerintah, selain dengan menyosialisasikan Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan secara terbuka dan fokus, antara lain dalam bentuk pelaksanaan program pengembangan ruang terbuka hijau kota jangka pendek dan pengembangan ruang terbuka hijau kota jangka panjang.

B. Saran

1. Pemeliharaan ruang terbuka hijau baik bagi pemerintah maupun masyarakat yang berkunjung ke lokasi ruang terbuka hijau atau taman harus bersama-sama menjaga agar kelestarian dan fungsi dari ruang terbuka hijau tersebut tetap eksis untuk selamanya.

2. Kepada pihak investor/swasta agar memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk ikut serta dalam pemenuhan proporsi ruang terbuka hijau di kota Medan yang sesuai dengan peraturan yang ada, karena dampak positif dan negatif dari sesuai tidak sesuainya proporsi ruang terbuka hijau dalam suatu lingkungan berimbas kepada keberlanjutan hidup manusia di lingkungan tersebut.

3. Kepada pihak masyarakat, hendaknya sadar akan perannya sebagai salah satu stake holder dan turut ikut andil dalam menciptakan ruang terbuka hijau (mempergunakan lahan yang ada di depan rumah dengan cara menanam pohon-pohon kecil atau bahu-bahu jalan), dan memelihara


(48)

fungsi ruang terbuka hijau; ikut menjaga, mengawasi, mengoptimalkan dan memanfaatkan ruang terbuka hijau secara bebas dan bertanggung jawab.

4. Untuk pihak dinas pengelola ruang terbuka hijau dan pihak dinas tata ruang kota Medan lebih sering lagi melakukaan koordinasi satu sama lain sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian izin bangunan yang dapat mengurangi ruang terbuka hijau yang telah dipelihara oleh Dinas Pertamanan.


(49)

BAB II

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan

Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya dan tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota Medan menyangkut kondisi geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Pemahaman terhadap kondisi Kota Medan tersebut menjadi dasar dalam perencanaan khususnya dalam rangka merumuskan strategi dan arah kebijakan serta program pembangunan Kota Medan.

Berdasarkan data Pemko Medan, kota Medan sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peran Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka dibagian Utara, sehingga relative dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang atau jasa yang relative besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relative besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor


(50)

tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

1. Letak Geografis dan Demografi Kota Medan

Kota Madya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subuh di wilayah dataran yang rendah timur dari provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geologis, Kota Medan terletak pada 3,30º - 3,43º LU dan 98,35º - 98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Kota Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestic maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm pertahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C.

Kota Medan sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di pulau Sumatera dan salah satu dari tiga kota metropolitan baru di Indonesia, memiliki kedudukan, fungsi dan peran strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan dan keuangan secara regional/internasional di kawasan barat Indonesia.

Kota Medan secara administratif pemerintahan saat ini terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001 lingkungan.


(51)

Berdasarkan batas wilayah administratif, Kota Medan relative kecil dibanding kota lainnya, tetapi posisi secara ekonomi regional Kota Medan sangat penting karena berada dalam wilayah hinterland dengan basis ekonomi sumber daya alam yang relative besar dan beragam, serta dukungan ke pelabuhan.

Di banding kota besar lainnya, Kota Medan memiliki keterbatasan ruang sebagai akibat bentuk wilayah administratif yang ramping ditengah. Dengan keterbatasan ruang tersebut, daya dukung lingkungan perkotaan menjadi kurang optimal terutama hambatan alamiah dalam pengembangan wilayah utara Kota Medan, khususnya dalam penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Kondisi tersebut juga menyebabkan cenderung kurang seimbangnya dan kurang terpadunya penataan ruang kota di bagian utara dan bagian selatan.

B. Struktur Organisasi

Organisasi dan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintah, kewenangan desentralisasi serta membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas Kepala Daerah terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Unit Pelaksana Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

1. Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 28 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Medan dan Sekretariat DPRD Kota Medan. Sekretariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang


(52)

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Tugas pokok Sekretariat Daerah adalah membantu Walikota dalam menyelenggarakan tugas pemerintah, administrasi, organisasi dan tatalaksana serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah.

Sementara itu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, fungsi dari Sekretariat Daerah ini mencakup :

a. pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah b. penyelenggaraan administrasi pemerintahan

c. pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasaranan dan sarana Pemerintah Daerah serta

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan fungsinya

Berdasarkan data Pemko Medan susunan organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari 1 (satu) orang Sekretaris Daerah, 4 (empat) orang Asisten dan 11 (sebelas) orang Kepala Bagian, 1 (satu) Sekretaris Dewan dan 3 Bagian.

2. Dinas Daerah

Dinas Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 35 tahun 2002 tentang Perubahan atas Perda Kota Medan Nomor 4 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja dinas-dinas Daerah di lingkungan Pemko Medan yang terdiri dari 21 Dinas. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah ini melaksanakan tugas dan fungsi operasional untuk bidang-bidang


(53)

tertentu seperti pendidikan, pariwisata dan kebudayaan, kesehatan, perhubungan, informasi, telekomunikasi dan pengolahan data elektronik, pertanian dan lain-lain.

3. Lembaga Teknis Daerah

Lembaga Teknis Daerah merupakan badan/kantor yang dikepalai oleh seorang Kepala Badan/Kepala Kantor sebagai unsur penunjang yang membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintah daerah untuk bidang-bidang tertentu. Kepala Badan/Kepala Kantor berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Pembentukannya didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 36 tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Medan yang terdiri dari 8 (delapan) Badan dan 5 (lima) Kantor. Beberapa lembaga teknis yang terdapat dalam pemerintahan Kota Medan antara lain Badan Pengawas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, Kantor Polisi Pamong Praja dan Kantor Penanaman Modal Daerah dan lain-lain.

4. Unit Pelaksana Daerah

Unit Pelaksana Daerah berkedudukan sebagai pelaksana daerah yang membantu Walikota di bidang tertentu, dipimpin oleh Kepala Unit yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.


(54)

5. Kecamatan

Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang Camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Organisasi Kecamatan terdiri dari camat, sekretaris kecamatan dan 5 seksi. Pemerintah Kota Medan dibantu oleh 21 Kecamatan, 151 Kelurahan dan 105 Seksi.

C. Sarana dan Prasarana

Sasaran dan prasarana perhubungan di kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan.


(55)

BAB III

FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DALAM TATA RUANG KOTA

A. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Menurut Pasal 1 butir 31 UU Penataan Ruang ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pelaksanaan pengembangan ruang terbuka hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alami ataupun dengan tanaman budi daya, seperti tanaman komoditas usaha pertanian dalam arti luas (dalam hal ini penekanan pada nilai produktivitasnya, termasuk perkebunan, perhutanan/hutan kota, maupun peternakan dan usaha perikanan), hijau pertamanan dan olahraga (biasanya lebih ditekankan pada nilai rekreatifnya baik pasif maupun aktif, serta keindahannya), dan seterusnya 15

Menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan sususan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

.

16

Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang

.

15

Pasal 1 butir 31 Undang-Undang Penataan Ruang (dalam Hasni, 2008, hal.229)

16

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka HIjau Di Kawasan Perkotaan


(56)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Permasalahan tata ruang Indonesia masih diwarnai oleh suatu kondisi, dimana kita belum mampu melakukan suatu kebijakan, dan prosedur penataan ruang yang ada belum mampu mengimbangi perkembangan pembangunan yang demikian pesatnya, khususnya perkembangan pembangunan yang terjadi di daerah perkotaan 1

Dalam perkembangannya, sistem pemerintahan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan, dengan terdistribusinya kewenangan pemerintah pusat ke daerah dalam berbagai kegiatan pembangunan. Otonomi daerah banyak diberikan dalam bentuk kewenangan terhadap potensi yang dimiliki oleh daerah. Dampak dari perkembangan ini adalah keinginan setiap daerah untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, termasuk lahan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kecendrungan ini dari sudut pandang ekonomi berpeluang untuk menggerakkan kekuatan produksi dan pasar daerah, akan tetapi jika ditinjau dari apek hukum tata ruang terdapat potensi timbulnya konflik antar daerah, terutama pada pemanfaataan lahan

.

2

Melalui penataan ruang, pemanfaatan sumber daya alam seperti lahan dan air dilakukan seoptimal mungkin. disamping mencegah terjadinya benturan dari

.

1

Jeluddin Daud, 1996, Prinsip Perencanaan Wilayah (Regional Planning) Sebagai Suatu Pendekatan Dalam Menyusun Rencana Tata Ruang, Makalah Seminar Penataan Ruang, (dalam Zaidar, Buku Hukum Tata Ruang Indonesia, hal. 1)

2

Juniarso Ridwan, Achmad Sodik, 2008, Hukum Tata Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah, Nuansa Bandung, (Ibid, hal. 12)


(57)

berbagai kepentingan didalam pemanfaatan ruang, sehingga dapat dikatakan bahwa penataan pertanahan merupakan pendukung pelaksanaan rencana pemanfaatan ruang yang dijabarkan dalam tata guna tanah.

Pembangunan di Indonesia, khususnya dibeberapa wilayah perkotaan tertentu, harus memiliki suatu perencanaan atau suatu konsep tata ruang atau yang dulu sering disebut dengan master plan, dimana konsep tersebut berfungsi sebagai arahan dan pedoman dalam melaksanakan pembanguan, sehingga masalah-masalah yang timbul yang diakibatkan dari hasil pembangunan dapat diminimalisir.

Masalah tata ruang, baik dalam lingkup makro maupun mikro, kini semakin mendapat perhatian yang lebih serius. Adalah suatu fakta bahwa jumlah penduduk serta kebutuhan yang semakin meningkat, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Demikian juga teknologi yang sudah semakin maju yang diarahkan sebagai usaha bagi penyediaan sarana maupun prasarana dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Namun dipihak lain pada dasarnya ruang atau lahan yang tersedia masih tetap seperti sediakala. Pengelolaan penataan ruang semakin penting manakala tekanan terhadap penggunaan ruang semakin besar, dikarenakan selain kondisi perekonomian yang pesat juga diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk, yang berimbas kepada pertumbuhan kawasan perumahan dan pemukiman.

Ruang terbuka hijau telah menjadi kebutuhan kota. Telah dipahami bahwa ruang terbuka hijau memiliki peranan yag sangat penting bagi lingkungan hidup perkotaan.


(1)

5. Ibu Suria Ningsih, SH., M.Hum selaku dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Zaidar, SH., M.Hum selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan dan masukan kepada penulis dari mulai pengerjaan proposal sehingga skripsi ini selesai.

7. Ibu Mariati Zendrato, SH., M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 8. Bang Ari Sebayang selaku Asisten Pembantu Dekan I

9. Bapak Ir. Sampurno Pohan selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

10.Kepala Bidang Taman dan Dekorasi Bapak Ir. Asli M.Si, Kepala Seksi Taman dan Dekorasi Bapak Yudi Amri, dan Kepala Seksi Penghijauan Dan Pembibitan Bapak Dessy Anthoni SP, MM yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data guna kelengkapan penyusunan skripsi penulis

11.Bapak John Elase dan Ibu Erika seksi Tata Letak dan Tata Bangunan pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

12.Staf Bidang Fisik dan Tata Ruang BAPPEDA Kota Medan Bapak Willy yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data guna penyusunan skripsi penulis.


(2)

Kepada orang-orang yang istimewa dihati penulis yang telah memberi semangat, dan dukungan disaat penulis dalam keadaan sulit, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kakak ku dr. Dian Christy Rahayu Siregar dan adik-adikku Muhammad Anggi Azhar Siregar, Siti Lara Puspita Siregar yang selalu aku sayangi, kalian bagian terpenting dalam hidup ku.

2. Buat Silvana Elsa, S.Sos tercinta terima kasih atas partisipasinya dalam pembuatan skripsi ini.

3. Buat teman-temanku yang istimewa Maulana, Saddam, Beni, Hendra, Dona, Ricky, Yansen, Samuel, Rahu, Nico, Rio dan Tambun kalian orang-orang yang sangat berperan dalam dunia perkuliahan ku. Makasi ya teman-teman 


(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi Abstrak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………...………...…….…... 1

B. Perumusan Masalah……….………... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…………... 9

D. Keaslian Penulisan………...….……….…….... 10

E. Tinjauan Pustaka……….…... 10

F. Metode Penelitian………...……….…... 25

G. Sistematika Penulisan... 28

BAB II

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan……...…...…. 31

B. Struktur Organisasi... 33

C. Sasaran dan Prasarana... 36

BAB III

FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DALAM

TATA RUANG KOTA

A. Pengertian Ruang Terbuka Hijau………... 37

B. Fungsi Ruang Terbuka Hijau... 41

C. Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau... 52

D. Strategi Pelestarian Ruang Terbuka Hijau... 56


(4)

BAB IV

PENERAPAN KONSEP PEMBENTUKAN DAN

PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU

PADA TATA RUANG KOTA MEDAN

A. Dinas Terkait Dalam Program Penataan Fungsi Ruang Terbuka Hijau Pada Tata Ruang Kota Medan... 60 B. Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau... 70 C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Membangun

Ruang Terbuka Hijau... 73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan... 77 B. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rencana Struktur Ruang Kota Medan (Lampiran 2) Gambar 2. Rencana Pola Ruang Kota Medan (Lampiran 3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Proporsi Ruang Terbuka Hijau Di Kota-Kota Besar... 3

Tabel 2. Kajian Fungsi Ruang Terbuka Hijau... 48

Tabel 3. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Ruang Terbuka Hijau Kota Medan... 54

Tabel 4. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan... 60

Tabel 5. Badan Lingkungan Hidup... 61

Tabel 6. Dinas Kebersihan... 66

Tabel 7. Dinas Pertamanan... 67

Tabel 8. Badan Perencanaan Pembangunan Kota Medan... 68

Tabel 9. Bidang Urusan Pemerintah dan Program Prioritas Pembangunan... 69 Tabel 10. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Jumlah Penduduk (Lampiran 1)


(6)

ABSTRAK

FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DALAM TATA RUANG KOTA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Kasus Pemerintah Kota Medan) Suria Ningsih, SH., M.Hum

Zaidar, SH., M.Hum

Muhammad Yogi Angga Hutama Siregar

Tata ruang suatu kota tidak terlepas dari keindahan taman-taman, fungsi dan pelestarian ruang terbuka hijau. Hal tersebut dianggap penting karena taman sebagai ruang terbuka hijau diharapkan mampu memberikan rasa nyaman, ketenangan, dan keindahan yang luar biasa bagi masyarakat Kota Medan sesuai fungsinya. Semua hal diatas tidak terlepas bagaimana upaya Pemerintah Kota Medan dalam menjalankan fungsi ruang terbuka hijau dan melestarikannya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi ruang terbuka hijau dalam tata ruang kota di Kota Medan, untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Medan dalam menjalankan fungsi dan melestarikan ruang terbuka hijau dan apa saja kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Medan dalam menjalankan fungsi dan pelestarian ruang terbuka hijau. Adapun teknik pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan informan yang antara lainnya adalah pegawai yang bersangkutan dan masyarakat sebagai pengguna fasilitas kemudian dianalisis secara deskriptif agar jawaban terhadap permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian ini dapat terpecahkan.

Selanjutnya hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Medan dalam menjaga fungsi ruang terbuka hijau yang disalahfungsikan dan mempertahankan ruang terbuka hijau dengan penanaman pohon di taman, berm dan median jalan sudah maksimal sesuai peraturan yang berlaku walaupun masih kurangnya dana yang disalurkan untuk pelestarian. Banyaknya bangunan yang berdiri di lahan kosong untuk pusat aktivitas ekonomi dapat menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau di Kota Medan karena dengan mudahnya mengeluarkan izin mendirikan bangunan tanpa peraturan yang tetap dan sah bahwasanya harus menyediakan ruang terbuka hijau. Dari Dinas Kebersihan sendiri juga harus menjaga ruang terbuka hijau yang ada agar ruang terbuka hijau yang ada tidak banyak yang disalahfungsikan dan tetap menciptakan kenyamanan bagi seluruh warga kota Medan.