Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus Daerah Aliran Sungai Gumbasa, Donggala)

(1)

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI GUMBASA, DONGGALA)

DANANG WIDJAJANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus Daerah Aliran Sungai Gumbasa, Donggala) adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Disertasi ini.

Bogor, 21 September 2006

Danang Widjajanto


(3)

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO

P 062020261 / PSL / IPB

DANANG WIDJAJANTO. 2006. Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus Daerah Aliran Sungai Gumbasa, Donggala). Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS, KOOSWARDHONO MUDIKDJO, KUKUH MURTILAKSONO, HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

Permasalahan penggunaan lahan di DAS Gumbasa secara mendasar disebabkan oleh konflik kepentingan antara aspek ekonomi dan konservasi sumberdaya lahan. Tujuan penelitian: 1). menentukan tipe penggunaan lahan prioritas, 2). menentukan faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan, 3). merancang bangun model penggunaan lahan, dan 4) mensimulasikan model untuk menyusun arahan kebijakan penggunaan lahan. Penelitian di lakukan di DAS Gumbasa, Donggala mulai bulan Mei 2004 hingga Desember 2005. Penggunaan lahan prioritas ditentukan berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE). Faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan diidentifikasi menggunakan analisis prospektif. Model penggunaan lahan di rancang berdasarkan sistem dinamik melalui keterkaitan aspek penggunaan lahan prioritas, faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan, kesesuaian lahan, erosi tanah, dan pendapatan usahatani. Skenario model penggunaan lahan adalah: (1). penggunaan lahan aktual, (2) kebun kakao pola pengelolaan tradisonal (KPT) dan palawija yang menerapkan pola tanam tumpang gilir dan pemberian mulsa (PPK0), (3) kebun kakao pola pengelolaan tradisional (KPT), (4) kebun kakao yang menerapkan teknik konservasi guludan bersaluran dan teknologi pasca panen (KPK2-TP), (5) palawija yang menerapkan pola tanam tumpang gilir, mulsa, guludan, dan teknologi pasca panen (PPK1-TP), (6) kebun kakao yang menerapkan teknik konservasi guludan bersaluran dan teknologi pasca panen (KPK2-TP) dan palawija yang menerapkan pola tanam tumpang gilir, mulsa, guludan, dan teknologi pasca panen (PPK1-TP), dan (7) kebun kakao yang menerapkan teras kredit dan teknologi pasca panen (KPK3-TP) dan palawija yang menerapkan pola tanam tumpang gilir, mulsa, teras kredit, dan teknologi pasca panen (PPK3-TP). Hasil penelitian menunjukkan: 1) penggunaan lahan prioritas untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa secara berturut-turut adalah kakao (775.418.386), padi beririgasi (402.992.418), kacang tanah (45.314.116), jagung (45.308.251), ubikayu (41.038.648), vanili (12.871.204), kelapa (12.169.650), cengkeh (2.532.060), dan hutan (1.085.239); 2) faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah: tipe penggunaan lahan, kesesuaian lahan, pendapatan petani, kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS, konservasi tanah, dan teknologi pasca panen; 3) model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan dirancang berdasarkan sistem dinamik dengan cara mengintegrasikan aspek tipe penggunaan lahan prioritas, faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan, kesesuaian lahan, erosi tanah, dan pendapatan usahatani; dan 4) skenario 4, 6, dan 7 dapat memenuhi kriteria sebagai arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa. Arahan kebijakan penggunaan lahan menurut skenario 4, 6, dan 7 berturut-turut adalah lahan sawah beririgasi pada ketiga skenario masing-masing 2.924,52 ha; lahan kering secara berturut-turut 12.924,88 ha, 10.408,91 ha, dan 10.982,02 ha; dan lahan hutan secara berturut-turut 3.998,23 ha, 6.514,20 ha, dan 5.941,02 ha.


(4)

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO

P 062020261 / PSL / IPB ABSTRACT

DANANG WIDJAJANTO. 2006. Land Use Model for the Sustainable Agricultural Development (A Case Study of the Gumbasa Watershed, Donggala). Under Direction of SANTUN R.P. SITORUS, KOOSWARDHONO MUDIKDJO, KUKUH MURTILAKSONO, and HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

Land use problems in the Gumbasa Watershed are basically caused by the conflict of interests between economic aspect and land resource conservation. The aims of the research were: 1) determining the priority land use type; 2) determining the important factors affecting land use; 3) designing a land use model; and 4) model simulation for establishing land use policy direction at the Gumbasa watershed. The research was conducted at the Gumbasa watershed of Donggala, Central Sulawesi province for 20 months starting from May 2004 to December 2005. Qualitative modelling was designed based on exponential comparison and prospective analysis methods. Dynamic system using Powersim 2.5c was designed based on the relationships among aspects of land use priority, important factors affecting land use, land suitability, soil erosion, and farm income. Model simulation was carried out based on 7 scenarios: (1) actual land use, (2) traditionally managed cacao plantation (KPT) and upland crops intercropping with mulch application (PPK0), (3) traditionally managed cacao plantation (KPT), (4) cacao plantation with the application of channeled ridge and post harvest technology (KPK2-TP), (5) upland crops intercropping with mulch aplication, ridge, and post harvest technology (PPK1-TP), (6) cacao plantation with the application of channeled ridge and post harvest technology (KPK2-TP) and upland crops intercropping with mulch application, ridge, and post harvest technology (PPK1-TP), and (7) cacao plantation farming pattern with the application of kredit terrace and post harvest technology (KPK3-TP) and uplands crops intercropping mulch application, kredit terrace and post harvest technology (PPK3-TP). The research results showed that: 1) the rank of land use priority for sustainable agricultural land use in the Gumbasa watershed were cacao (775,418,386), irrigated paddy (402,992,418), ground nuts (45,314,116), maize (45,308,251), cassava (41,038,648), vanilla (12,871,204), coconut (12,169,650), clover (2,532,060), and forest (1,085,239), respectively; 2) the important factors affecting the land uses in the Gumbasa watershed were the types of land use, land suitability, farmers’ income, multi sectors cooperation for watershed management, soil conservation, and post harvest technology; 3) land use model was designed by integration of the rank of priority land use, the important factors affecting land uses, land suitability, soil erosion, and farm income; and 4) the scenarios 4, 6, and 7 were fulfill the criteria for policy direction for sustainable agricultural development in the Gumbasa watershed. According to the scenarios 4, 6, and 7, the land use policy direction for sustainable agricultural development at the Gumbasa watershed were: irrigated paddy (2.924,52 ha for each scenarios); dry lands (12,924.88 ha, 10,408.91 ha, and 10,982.02 ha, respectively); and forest (3,998.23 ha, 6,514.20 ha, and 5,941.02 ha, respectively).


(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(6)

MODEL PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

(STUDI KASUS DAERAH ALIRAN SUNGAI GUMBASA, DONGGALA)

DANANG WIDJAJANTO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(7)

Donggala)

Nama : Danang Widjajanto NIM : P 062020261

Disetujui Komisi Pembimbing

Pror. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo M.Sc

Ketua Anggota

Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo,DEA Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H Sutjahjo, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S


(8)

KATA PENGANTAR

Lahan merupakan sumberdaya yang penting bagi kemashalatan umat manusia baik untuk memenuhi kebutuhan pertanian, sumberdaya air, rekreasi, kelestarian sumberdaya hayati, pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Kehati hatian manusia dalam melakukan pengelolaan sumberdaya lahan mutlak diperlukan untuk mempertahankan pemanfaatannya secara maksimal bagi generasi mendatang.

Sebagian besar DAS Gumbasa terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Lore–Lindu. Konflik kepentingan antara tujuan konservasi sumberdaya lahan dan pengembangan pertanian yang sering terjadi sejak dideklarasikan Taman Nasional Lore-Lindu pada tahun 1993 merupakan inspirasi pentingnya dilakukan penelitian ini sebagai upaya untuk memberikan informasi dan arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa.

Pendekatan pemodelan dalam penelitian digunakan sebagai dasar untuk mempelajari arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian yang tepat di DAS Gumbasa. Aplikasi pemodelan kualitatif dan kuantitatif digunakan secara sinergis sebagai metode untuk mengidentifikasi penggunaan lahan prioritas, penentuan faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan, evaluasi kesesuaian lahan, erosi tanah, dan pendapatan usahatani.

Keterbatasan sumber informasi yang bisa didapatkan terutama data fisik-lingkungan (iklim, tanah, dan kondisi perairan) dan peta-peta tematik di daerah penelitian menjadikan kendala tersendiri bagi penulis dalam mewujudkan rancangan model berdasarkan sistem dinamik.

Sebagai harapan penulis mudah-mudahan penulisan ini berguna sebagai sumber informasi bagi kalangan praktisi maupun akademisi untuk mendukung perencanaan pengembangan pertanian kawasan batas hutan Taman Nasional Lore-Lindu pada khususnya dan pengembangan ilmu pengelolaan sumberdaya lahan pada umumnya. Terima kasih.

Bogor, 21 September 2006


(9)

Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 6 Januari 1965, anak ke tiga dari enam bersaudara dengan ayah yang bernama Achmad Subadar dan Ibu Aning Masfufah. Penulis menikah dengan Rosmaniar Gailea dan telah dikaruniai dua orang puteri-putera yang bernama Alifia Hajar Amanda dan Isa Hanif Emeraldi.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Bhayangkari Surabaya pada tahun 1976, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 12 Surabaya pada tahun 1980, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 1 Surabaya pada tahun 1983. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Surabaya dan meraih gelar Insinyur (Ir.) pada tahun 1988. Selanjutnya pada Tahun 1989 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana jenjang Program Magister Sain (S2) pada Program Studi Pengelolaan Tanah dan Air Universitas Gadjah Mada dan meraih gelar Magister Sain (M.S) pada Tahun 1992.

Pada tahun 1993 penulis mulai bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Selama menjadi staf pengajar penulis telah bertindak aktif sebagai ketua tim dalam menekuni beberapa topik penelitian bidang ilmu tanah, antara lain: 1) hubungan antara perubahan struktur tanah, dinamika air tanah, dan pertumbuhan akar tanaman, 2) studi karakteristik air tanah pada beberapa pola penggunaan lahan di Taman Nasional Lore-Lindu dan sekitarnya, dan 3) studi air di kawasan sekitar Taman Nasional Lore-Lindu dan sekitarnya. Selain dari pada itu, penulis pernah terlibat sebagai narasumber dalam seminar regional sebagai berikut: 1) kebijakan pengelolaan air tanah di Lembah Palu, dan 2) pengelolaan air tanah untuk mempersiapkan master plan pengelolaan Taman Nasional Lore-Lindu. Penulis pernah mewakili staf pengajar dari Indonesia Timur sebagai peserta dalam pelatihan Soil-Water Management yang di laksanakan melalui program Australian - Indonesian Eastern Universities Project (AIEUP) di Denpasar, Bali.


(10)

Pada tahun 2002 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana jenjang Program Doktor (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.

Satu artikel telah diterbitkan dengan judul Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di DAS Gumbasa Hulu, Kabupaten Donggala pada jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland 13 (2): 163 – 168 pada bulan Juni tahun 2006. Artikel tersebut merupakan bagian dari disertasi program S3 penulis.


(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Tujuan Penelitian ……….. 3

1.3. Kerangka Pemikiran ………. 3

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……… 6

1.6. Kebaruan Penelitian (Novelty) ………... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 7

2.1. Analisis Sistem dan Penggunaan Lahan Berkelanjutan …... 7

2.2. Indikator Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan .... 11

2.3. Model Evaluasi Lahan ………... 13

2.4. Model Erosi Tanah dan Pengelolaan DAS ..……….. 18

III METODE PENELITIAN ………. 27

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 27

3.2. Formulasi Permasalahan ... 27

3.3. Bahan dan Alat Penelitian ……… 28

3.4. Tahapan Penelitian ………... 28

3.5. Jenis Data Penelitian ………. 30

3.6. Metode Pengumpulan Data ………... 31

3.6.1. Metode Pengumpulan Data untuk Diskusi Pakar dan Stakeholder ... 31

3.6.2. Pengumpulan Data untuk Evaluasi Lahan …………. 32

3.6.3. Pengumpulan Data untuk Analisis Erosi Tanah …… 34


(12)

Halaman

3.7. Metode Analisis Data Penelitian ……….. 36

3.7.1. Skala Prioritas Tipe Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di DAS Gumbasa ... 36

3.7.2. Analisis Prospektif ... 36

3.7.3. Metode Analisis Data Evaluasi Lahan ... 37

3.7.4. Metode Analisis Data Erosi Tanah ……… 39

3.7.5. Metode Analisis Data Usahatani ... 41

3.8. Perancangan Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan ... 43

IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ……….. 50

4.1. Letak Geografis ... 50

4.2. Iklim ... 50

4.3. Tanah dan Penggunaan Lahan ... 52

4.4. Sosial-Ekonomi Masyarakat ... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 54

5.1. Penggunaan Lahan Prioritas ...……… 54

5.2. Analisis Prospektif ... 56

5.3. Perancangan Skenario Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di DAS Gumbasa ... 60

5.4. Perancangan Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan ... 62

5.4.1. Perancangan Sub Model Evaluasi Lahan …………... 63

5.4.2. Perancangan Sub Model Erosi Tanah ...…………... 76

5.3.2.1. Pengukuran Erosi Tanah Aktual ………….. 76

5.3.2.2. Prediksi Erosi Tanah dan Erosi Tanah Dapat Ditoleransi ..……….... 79

5.4.3. Perancangan Sub Model Pendapatan Usahatani ... 80

5.5. Simulasi Model Penggunaan Lahan ... 83

5.5.1. Simulasi Menurut Skenario 1 ... 83

5.5.2. Simulasi Menurut Skenario 2 ... 91


(13)

5.5.4. Simulasi Menurut Skenario 4 ... 105

5.5.5. Simulasi Menurut Skenario 5 ... 112

5.5.6. Simulasi Menurut Skenario 6 ... 119

5.5.7. Simulasi Menurut Skenario 7 ... 126

5.6. Arahan Kebijakan Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di DAS Gumbasa ... 133

VI. SIMPULAN DAN SARAN ………... 144

6.1. Simpulan ………... 144

6.2. Saran ………... 145

DAFTAR PUSTAKA ………... 147


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Tipe penggunaan lahan, kelerengan, dan lokasi desa plot

pengukuran erosi tanah aktual ………... 34 2. Skoring dalam analisis prospektif ... 36 3. Penilaian pengaruh faktor-faktor penting dalam

Analisis prospektif ………... 37 4. Hubungan antara indeks lahan dengan kelas kesesuaian

Lahan dan tingkat pembatas lahan (Sys et al., 1985) …….... 39 5. Luas penggunaan lahan pada setiap desa di daerah

Penelitian ……….. 52 6 Pola tanam padi dan palawija di DAS Gumbasa ... 53 7. Jumlah kepala keluarga dan komposisi penduduk

Di daerah penelitian ………. 53 8. Nilai bobot kriteria dan alternatif pemilihan tipe

Penggunaan lahan prioritas untuk pengembangan pertanian

Berkelanjutan di DAS Gumbasa ………... 54 9. Skala prioritas tipe penggunaan lahan untuk pengembangan

pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa ... 55 10. Skenario model penggunaan lahan untuk pengembangan

Pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa ... 62 11. Evaluasi kesesuaian iklim untuk pengembangan kakao di

DAS Gumbasa ……….. 64 12. Evaluasi kesesuaian iklim untuk pengembangan palawija di

DAS Gumbasa ………... 66 13. Evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan

tanaman kakao dan produktivitas lahan di DAS Gumbasa … 68 14. Evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan

tanaman jagung dan produktivitas lahan di DAS Gumbasa … 70 15. Evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan

tanaman kacang tanah dan produktivitas lahan di DAS

Gumbasa ………... 72 16. Evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan

tanaman ubikayu dan produktivitas lahan di DAS Gumbasa .. 74 17. Evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan


(15)

18. Faktor tanaman berdasarkan pengukuran erosi tanah

Aktual ………... 77

19. Hasil pengujian faktor tanaman dari pengukuran erosi Tanah aktual dengan faktor tanaman yang terdapat dalam Pustaka ………. 78

20. Prediksi erosi tanah dan erosi tanah yang dapat ditoleransi (TSL) di DAS Gumbasa ………... 79

21. Analisis kelayakan finansial usahatani kakao pola pengelolaan tradisional (KPT) di DAS Gumbasa ……… 81

22. Analisis kelayakan finansial usahatani palawija pola tanam tumpang Gilir di DAS Gumbasa ... 82

23. Hasil simulasi indeks lahan menurut skenario 1 ... 85

24. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 1 (penggunaan lahan aktual) ... 87

25. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 1 (penggunaan lahan aktual) ... 89

26. Hasil simulasi indeks lahan menurut skenario 2 ... 92

27. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 2 ... 94

28. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 2 ... 96

29. Hasil simulasi indeks lahan menurut skenario 3 ... 99

30. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 3 ... 101

31. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 3 ... 103

32. Hasil simulasi indeks lahan menurut skenario 4 ... 106

33. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 4 ... 108

34. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 4 ... 110

35. Hasil simulasi indeks lahan menurut skenario 5 ... 113

36. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 5 ... 115

37. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 5 ... 117

38. Hasil simulasi indeks lahan menurut skenario 6 ... 120

39. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 6 ... 122

40. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 6 ... 124


(16)

42. Hasil simulasi erosi tanah menurut skenario 7 ... 129 Tabel Halaman

43. Hasil simulasi pendapatan usahatani menurut skenario 7 ... 131 44. Rekapitulasi hasil simulasi luas lahan sesuai, laju erosi tanah,

dan rata-rata pendapatan usahatani pada tahun 2020 menurut


(17)

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ………... 4

2. Bagan alir tahapan penelitian ……….. 29

3. Peta unit lahan penelitian ……… 33

4. Skema plot pengukuran erosi tanah aktual ………... 35

5. Model konseptual perencanan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan ………... 44

6. Diagram forrester model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan ………... 47

7. Peta Daerah Aliran Sungai Gumbasa ……….. 50

8. Rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan di Daerah penelitian ……… 51

9. Rata-rata suhu udara di daerah penelitian ………... 51

10. Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang Berpengaruh pada penggunaan lahan untuk pengembangan Pertanian berkelanjutan Di DAS Gumbasa ………... 58

11 Analisis neraca air tanah untuk budidaya tanaman Kakao ... 63

12 Analisis neraca air tanah untuk budidaya tanaman Palawija ... 65

13. Proyeksi hubungan antara waktu usahatani dengan Pendapatan usahatani kakao di DAS Gumbasa ... 82

14 Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 1 (Penggunaan lahan aktual) ... 140 15. Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan

pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 4 141 16. Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan

pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 6 142 17. Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Rata-rata curah hujan Di DAS Gumbasa, Donggala

periode Tahun 1995 – 2004 ………. 159 2. Rata-rata suhu udara Dd DAS Gumbasa, Donggala periode

Tahun 2000 – 2004 ………. 159 3. Hasil analisis lansekap dan sifat fisik tanah di daerah

penelitian ……….. 160 4. Hasil analisis sifat kimia tanah di daerah penelitian …... 161 5. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

kebun campuran ubikayu – gamal dengan kelerengan 5 %

(plot 1) di desa Tongoa, Palolo, Donggala …………... 161 6. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

kebun campuran kakao - hutan dengan kelerengan 3 % (plot

2) di desa Tongoa, Palolo, Donggala ………... 162 7. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

hutan dengan kelerengan 24 % (plot 3) di desa Bahagia,

Palolo, Donggala ……….. 162 8. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

kebun campuran kakao - hutan dengan kelerengan 22 % (plot

4) di desa Bahagia, Palolo, Donggala ..………... 162 9. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan kakao

monokultur dengan kelerengan 9 % (plot 5) di desa Bahagia,

Palolo, Donggala ………... 163 10. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

tanah terbuka dengan kelerengan 5 % (plot 6) di desa

Bahagia, Palolo, Donggala ………... 163 11. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

kacang tanah dengan kelerengan 3 % (plot 7) di desa

Bahagia, Palolo, Donggala ………... 163 12. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

jagung dengan kelerengan 10 % (plot 8) di desa Ampera,

Palolo, Donggala ………... 164 13. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan

kebun campuran kakao – cengkeh dengan kelerengan 24 %


(19)

14. Plot pengukuran erosi tanah aktual pada penggunaan lahan tanah terbuka dengan kelerengan 10 % (plot 10) di desa

Ampera, Palolo, Donggala ………... 164 15 Daftar isian penilaian dalam analisis prospektif ... 165 16 Analisis neraca air tanah untuk pengembangan tanaman

kakao ... 165 17 Analisis neraca air tanah untuk pengembangan tanaman

palawija ... 166 18. Persyaratan iklim untuk budidaya kakao

(Theobroma cacao) (Sys et al., 1993) ……….. 166 19. Persyaratan iklim untuk budidaya jagung (Zea mays L.) (Sys

et al., 1993) ………... 167

20. Persyaratan iklim untuk budidaya kacang tanah (Arachis

hypogaea) (Sys et al., 1993) ………. 167 21. Persyaratan iklim untuk budidaya ubikayu (Manihot

esculenta) (Sys et al., 1993) ……….. 168 22. Persyaratan lansekap dan tanah untuk budidaya kakao

(Theobroma cacao) (Sys et al., 1993) ………... 168 23. Persyaratan lansekap dan tanah untuk budidaya jagung

(Zea mays L.) (Sys et al., 1993) ………... 169 24. Persyaratan lansekap dan tanah untuk budidaya kacang

Tanah (Arachis hypogaea) (Sys et al., 1993) ………... 169 25. Persyaratan lansekap dan tanah untuk budidaya ubikayu

(Manihot esculenta) (Sys et al., 1993) ………... 170 26. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan kebun

campuran ubikayu-gamal pada kelerengan 5 %

(plot 1) ………... 171 27. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan

Kakao pola kebun campuran pada kelerengan 3 %

(plot 2) ... 173 28. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan

Kacang tanah pada kelerengan 5% (plot 3) ………... 175 29. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan

Kakao monokultur pada kelerengan 9% (plot 4) ………... 177 30. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan kakao


(20)

Lampiran Halaman 31. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan

hutan pada kelerengan 24 % (plot 6) ………... 181

32. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan jagung pada kelerengan 9 % (plot 7) ……….. 183

33. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan kebun campuran cengkeh - kakao pada kelerengan 14 % (plot 8) …. 184 34. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan tanah terbuka pada kelerengan 5 % (plot 9) ………... 185

35. Pengukuran erosi tanah aktual tipe penggunaan lahan tanah terbuka pada kelerengan 10 % (plot 10) ………... 186

36. Erodibilitas tanah pada plot pengukuran erosi tanah …... 187

37. Kode klasifikasi struktur tanah (Arsyad, 2000) ... 188

38. Kode permeabilitas tanah (Arsyad, 2000) ... 188

39. Analisis erodibilitas tanah di daerah penelitian ... 189

40. Nilai faktor pengelolaan tanaman (Arsyad, 2000) ... 190

41. Nilai faktor teknik konservasi tanah (Abdurrahman et al., 1984) ... 191

42. Nilai faktor kedalaman sub order tanah (Arsyad, 2000) ... 192

43. Pengaruh temperatur udara dan curah hujan terhadap kecepatan pembentukan tanah (Arsyad, 2000) ... 192

44. Kedalaman tanah minimum untuk pertumbuhan tanaman (Hammer, 1980) ... 193

45. Analisis net present value (NPV) dan benefit – cost ratio (BCR) usahatani kakao di DAS Gumbasa, Donggala ... 193

46. Analisis nisbah biaya-manfaat (BCR) usahatani jagung ... 194

47. Analisis nisbah biaya-manfaat (BCR) usahatani kacang tanah 195 48. Analisis nisbah biaya-manfaat (BCR) usahatani ubikayu ... 196

49 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan ertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 1. p

compact disc 50 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan

ertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 2. p

compact disc 51 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan

ertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 3 p

compact disc 52 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan compact


(21)

53 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 5

compact disc 54 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan

ertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 6 p

compact disc 55 Simulasi model penggunaan lahan untuk pengembangan

pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa menurut skenario 7

compact disc


(22)

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO

P 062020261 / PSL / IPB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1997) menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya lahan dalam kaitannya dengan proses pembangunan secara keseluruhan merupakan bentuk prioritas yang perlu segera mendapatkan perhatian karena kebutuhan lahan yang semakin meningkat sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan semakin terbatasnya lahan yang dapat digunakan sebagai areal pengembangan pertanian. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya lahan yang terdapat di luar Jawa maka tujuan penggunaan lahan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Kebutuhan untuk melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity) dan

ekosistem pada 50 juta ha hutan dan area yang telah ditetapkan sebagai suaka alam dan konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS)

2. Pemanfaatan yang berkelanjutan terhadap kurang lebih 30 juta ha tanah yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian

3. Pengelolaan secara berkelanjutan 65 juta ha yang dapat dieksploitasi untuk tujuan komersial. Selain itu, masalah lain yang dihadapi adalah pencegahan meluasnya penggunaan lahan pada kawasan lindung yang dapat mengganggu fungsi lindung kawasan tersebut.

Isu-isu kunci pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di Kabupaten Donggala meliputi aspek pengelolaan sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian, sumberdaya air, hutan, keanekaragaman hayati, pesisir dan kelautan, kependudukan, kependidikan, energi dan pertambangan, perekonomian daerah, dan penanganan bencana alam (PPLH UNTAD, 2002). Taman Nasional Lore-Lindu sebagai salah satu daerah konservasi lingkungan di Kabupaten Donggala yang mempunyai luas 217.991,18 ha telah menarik perhatian dunia dalam kaitannya dengan fungsinya sebagai daerah resapan air, suaka keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon, pendidikan lingkungan, dan konservasi budaya masyarakat di sekitarnya. Dalam peranannya untuk mendukung kelestarian tanah dan pemanfaatan sumberdaya air bagi masyarakat di sekitarnya, Taman Nasional Lore-Lindu telah


(23)

memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah tahun-1 (Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam et al., 2001).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Gumbasa merupakan salah satu DAS super prioritas (Arsyad, 2000) yang terletak di sebelah Utara Taman Nasional Lore-Lindu. Kepadatan geografis sebesar 84 jiwa km-2 dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi (2,7 % tahun-1) (BPS, 2004) dengan mata pencaharian utama masyarakat sebagai petani menyebabkan kebutuhan lahan untuk pengembangan pertanian merupakan permasalahan mendasar di daerah tersebut. Thaha (2001) dan Widjajanto

et al. (2003) menjelaskan bahwa erosi tanah yang tinggi dan laju pengangkutan sedimen melayang (suspended load) pada sungai Gumbasa bagian hulu sekitar 14.000 - 20.000 ton hari-1 mengindikasikan bahwa ekosistem pada daerah tersebut mulai terganggu.

Pengelolaan DAS merupakan kegiatan jangka panjang yang bersifat lintas sektor dan kompleks. Kepentingan-kepentingan sektor yang muncul dalam proses pembangunan sering menyebabkan timbulnya masalah ketidakpastian bagi pemegang kebijakan untuk menentukan tujuan pembangunan (Departemen Kehutanan, 2000). Eriyatno (1999) menyatakan bahwa pendekatan sistem dipandang merupakan cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah ketidakpastian dalam sistem yang kompleks.

Efektivitas pengelolaan DAS hanya dapat dicapai apabila terdapat kerjasama lintas sektor yang harmonis. Pada akhirnya ″One Plan Strategy″ merupakan paradigma yang penting untuk dikembangkan dalam sistem pengelolaan DAS dan konservasi tanah di Indonesia. Konsep pengembangan sumberdaya lahan yang didasarkan atas pertimbangan DAS sebagai satuan pemantauan dan evaluasi dalam perencanaan pengembangan sumberdaya akan memudahkan bagi seorang perencana untuk membuat prakiraan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan dan masalah ketidakpastian dalam perencanaan pengembangan sumberdaya lahan dapat ditekan sekecil mungkin. Selain indikator ekologi, indikator yang penting untuk di pantau dan di evaluasi adalah kelembagaan DAS. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dalam kelembagaan DAS perlu dipertimbangkan sebagai kriteria-kriteria dalam pemantauan dan evaluasi DAS karena pengelolaan DAS melibatkan multi stakeholders (Kartodihardjo et al., 2004).


(24)

3 Meninjau kompleksitas permasalahan penggunaan lahan di DAS Gumbasa maka diperlukan perencanaan tata guna lahan yang dapat mengintegrasikan tujuan konservasi, sosial-ekonomi, teknologi, dan kebijakan sebagai satu kesatuan yang sinergis sehingga dapat memberikan arahan bagi pemegang kebijakan dalam pembuatan keputusan pengembangan pertanian yang efektif di daerah tersebut. Pendekatan pemodelan sistem penggunaan lahan yang meliputi pengkajian keterkaitan antara aspek-aspek kesesuaian lahan, erosi tanah, usahatani, sosial, dan kebijakan diharapkan dapat menghasilkan perangkat yang berguna dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi tata guna lahan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

1. Menentukan tipe penggunaan lahan prioritas untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa

2. Menentukan faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa

3. Merancang bangun model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan

4. Mensimulasikan model untuk menyusun arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa

1.3. Kerangka Pemikiran

Pengembangan pertanian yang mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan memerlukan perencanaan penggunaan sumberdaya lahan yang memperhatikan keterkaitan antara aspek-aspek ekologi, sosial, dan ekonomi sebagai suatu sistem yang tidak dapat terpisahkan. Kerangka pemikiran penelitian model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan disajikan pada Gambar 1. Pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut aspek ekologi, sosial, dan ekonomi digunakan sebagai landasan utama dalam perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan.


(25)

PENILAIAN PENGGUNAAN LAHAN PRIORITAS PENDAPAT PAKAR FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN ANALISIS PROSPEKTIF PENDAPAT STAKEHOLDER

USAHATANI IKLIM

MODEL PENGGUNAAN LAHAN RANCANGAN SKENARIO MODEL SIMULASI SESUAI ? VALIDASI TIDAK YA

PETA ARAHAN KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAS GUMBASA

HASIL SIMULASI MEMENUHI ? TIDAK YA PERANCANGAN MODEL

• Sub Model Evaluasi Lahan

• Sub Model Erosi Tanah

• Sub Model Pendapatan Usahatani

SKALA PENGGUNAAN LAHAN PRIORITAS

VERIABEL KEPUTUSAN MODEL PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

• Indeks Lahan >= 25

• Erosi Tanah <= TSL

• Pendapatan Minimum Keluarga Petani >= Rp 10.800.000 tahun-1

TANAH DAN LANSEKAP

• Skenario 1

• Skenario 2

• Skenario 3

• Skenario 4

• Skenario 5

• Skenario 6

• Skenario 7

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Tujuan pengembangan pertanian perlu ditetapkan secara bersama-sama antara berbagai stakeholder yang terkait sehingga dapat dihasilkan persamaan persepsi dalam menetapkan tujuan pembangunan yang diinginkan dan menghindari tujuan


(26)

5 pembangunan yang saling tumpang-tindih. Melalui pendekatan diskusi pakar dan

stakeholder maka dapat dipelajari tipe penggunaan lahan prioritas untuk pengembangan pertanian dan faktor-faktor penting yang perlu di perhatikan secara mendalam dalam perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah penelitian. Hasil diskusi pakar dan analisis prospektif merupakan suatu kesatuan yang bersifat sinergis untuk merumuskan skenario model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa.

Analisis usahatani dapat digunakan sebagai kerangka kerja yang dapat mendukung penyelesaian permasalahan finansial yang berkaitan dengan kelayakan pemanfaatan lahan untuk tipe penggunaan lahan yang diinginkan. Selanjutnya, keterkaitan antara aspek finansial dengan aspek teknologi dan kelestarian sumberdaya lahan merupakan aspek-aspek yang saling berkaitan dan dapat digunakan sebagai landasan yang ideal dalam membangun model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan. Analisis erosi tanah dan evaluasi kesesuaian lahan dapat menggambarkan keterkaitan antara aspek teknologi dan aspek ekologis.

Aplikasi model di lakukan melalui simulasi model dinamik dengan mempertimbangkan variabel keputusan indeks lahan yang secara minimal dapat memenuhi kriteria kelas kesesuaian lahan Sesuai Marjinal (S3) atau indeks lahan minimal 25, laju erosi tanah yang tidak lebih tinggi dari laju erosi tanah yang masih dapat ditoleransi (TSL), dan pendapatan usahatani yang dapat memenuhi batas minimal kebutuhan hidup layak bagi masyarakat di daerah penelitian. Hasil simulasi model dinyatakan dalam bentuk peta spasial sebagai arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah penelitian.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Dasar pengembangan model penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan,

2. Landasan dalam pengambilan keputusan pengembangan pertanian berkelanjutan di daerah batas hutan Taman Nasional Lore-Lindu.


(27)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian di lakukan berdasarkan batasan ruang lingkup fisik-lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS). Meninjau keterbatasan suplai sumberdaya air sebagai akibat rendahnya curah hujan dan topografi di daerah penelitian yang di dominasi oleh kelerengan berbukit hingga curam maka pengertian pengembangan pertanian berkelanjutan dalam penelitian dibatasi pada ruang lingkup pengembangan pertanian lahan kering.

1.6. Kebaruan Penelitian (Novelty)

Pada umumnya perancangan model penggunaan lahan yang telah banyak berkembang hingga saat ini didasarkan atas hubungan antara sistem tanah, tanaman, dan atmosfir sebagai suatu sistem berkesinambungan yang ditujukan untuk memprediksi berbagai perubahan status hara, kandungan air tanah, bahan organik, dan pertumbuhan tanaman (Driessen dan Konijn, 1992; Young, 2002; dan ICRAF, 2002). Beberapa peneliti lain ( Tjoneng, 1999; Marwah, 2000; Syamsuddin, 2001; Mahmudi, 2002; dan Darsihardjo, 2004) telah mengembangkan model penggunaan lahan untuk pengelolaan DAS berdasarkan atas keterkaitan antara aspek erosi tanah, debit air, aliran permukaan, dan pendapatan usahatani.

Berdasarkan perancangan model yang telah dilakukan peneliti sebelumnya dirasakan masih belum terdapat pendekatan penelitian model penggunaan lahan yang menggabungkan penggunaan model kualitatif dan model kuantitatif sebagai suatu sistem yang dapat diterapkan secara langsung untuk memberikan arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa.

Keterkaitan antara aspek-aspek penggunaan lahan prioritas, faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan, kesesuaian lahan, erosi tanah, dan pendapatan usahatani sebagai suatu sistem yang dikaji dalam penelitian dipandang sebagai kebaruan dalam melakukan pendekatan pemodelan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan di DAS Gumbasa.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Sistem dan Penggunaan Lahan Berkelanjutan

Marimin (2004, 2005) menyatakan bahwa sistem didefinisikan sebagai suatu gugus elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai tujuan dari lingkungan yang kompleks. Kompleksitas dari sistem meliputi kerjasama antar bagian yang bersifat interdependent. Orientasi pencapaian tujuan pada sistem memberikan sifat dinamis, yaitu ciri perubahan yang terus menerus dalam usaha mencapai tujuan. Mekanisme pengendalian pada suatu sistem menyangkut sistem umpan balik, yaitu mekanisme yang bersifat memberikan informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi.

Pengelolaan sumberdaya alam memerlukan pengembangan konsep yang bersifat interdisiplin dan interaktif. Pendekatan berpikir sistem (system thinking) dapat memberikan informasi yang lebih baik bagi pengelola atau pemegang kebijakan untuk mempelajari kompleksitas. Metode berpikir sistem menyediakan pengetahuan tentang sebuah mekanisme untuk membantu pengelola sumberdaya dan pemegang kebijakan dalam mempelajari hubungan sebab dan akibat dari proses yang berlangsung, mengidentifikasi permasalahan utama, dan mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai (Gao et al., 2003).

IBSRAM (International Board for Soil Research and Management) mendefinisikan sistem pertanian berkelanjutan sebagai bentuk pengelolaan sumberdaya lahan yang mengintegrasikan aspek teknologi, kebijakan, dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan memadukan prinsip-prinsip sosial-ekonomi dengan masalah ekologi secara bersamaan. Keterkaitan antara prinsip-prinsip tersebut digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan produksi/jasa, mengurangi tingkat resiko dalam berproduksi, melindungi potensi sumberdaya alam dan mencegah degradasi tanah dan air, secara ekonomis menguntungkan, dan secara sosial dapat diterima (Bechstedt, 1997).

Fauzi (2004) menyatakan bahwa pada awalnya konsep pembangunan berkelanjutan secara prinsip meliputi dua dimensi, yaitu: dimensi waktu dan dimensi keterkaitan antara interaksi sistem ekonomi dan sistem sumberdaya


(29)

alam dan lingkungan. Dalam pengertian statik maka keberlanjutan didefinisikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan (renewable) dengan laju perkembangan teknologi yang konstan. Di lain pihak, keberlanjutan dinamik didefinisikan sebagai pemanfaatan sumberdaya lahan tidak terbarukan (non renewable) dengan teknologi yang terus berubah. Pernyataan tersebut mendukung pendapat Barlowe (1972) yang mengemukakan bahwa konservasi sumberdaya lahan sebenarnya merupakan pemanfaatan lahan dengan menerapkan berbagai komponen teknologi dengan tujuan untuk mempertahankan produksi dan pendapatan secara kontinyu tanpa menyebabkan menurunnya kualitas lahan.

Perencanaan penggunaan lahan merupakan proses yang penting menuju pengembangan pertanian berkelanjutan. Pada hakekatnya perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian dari mekanisme penunjang keputusan yang diperlukan untuk memberikan arahan kepada pemegang kebijakan melalui proses pemilihan penggunaan lahan yang sesuai dengan tujuan perencanaannya (FAO dan UNEP, 1999).

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kebijakan adalah melalui pemodelan sistem. Model merupakan representasi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya (Eriyatno, 1999). Melalui pemodelan maka dapat dilakukan analisis perubahan setiap komponen yang terdapat dalam sistem tersebut, prediksi kemungkinan yang terjadi sebagai akibat perubahan sistem, dan menentukan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Hardjomidjojo, 2004).

Soerianegara (1978) mengemukakan bahwa kelebihan penggunaan model dalam penelitian sumberdaya alam dan lingkungan adalah: 1) memungkinkan penelitian yang bersifat multidisiplin dengan ruang lingkup yang lebih luas, 2) dapat digunakan untuk menentukan bentuk kebijakan pengelolaan yang tepat sesuai dengan macam perbaikan yang diperlukan, dan 3) sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah lingkungan tanpa harus melakukan eksperimen yang seringkali membutuhkan biaya besar dan waktu lama.

Bosch et al. (2003) menyatakan bahwa sistem sumberdaya alam bersifat kompleks dan dinamis. Berbagai perubahan berlangsung secara terus-menerus

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(30)

9 dan sulit untuk diprediksi. Pendekatan yang bersifat kolaborasi lintas disiplin merupakan kekuatan untuk menciptakan hubungan antara ilmu pengetahuan sumberdaya alam, manajemen, dan kebijakan.

Analisis prospektif merupakan pendekatan partisipatif yang melibatkan

stakeholders dalam proses pembuatan keputusan. Analisis prospektif merupakan studi tentang kemungkinan di masa depan (IAME, 2002). Lebih lanjut Hardjomidjojo (2005) menyatakan bahwa analisis prospektif dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis dan mempelajari berbagai perubahan yang diperlukan untuk mempersiapkan kondisi yang lebih baik di masa depan. Berdasarkan analisis prospektif maka dapat dipilih elemen-elemen kunci yang berpengaruh terhadap perbaikan situasi di masa depan.

CENTURY merupakan model yang dirancang untuk mensimulasikan perubahan-perubahan yang terdapat di dalam tanah, terutama kandungan bahan organik tanah. Melalui percobaan sistem intercropping maka model CENTURY digunakan untuk mensimulasikan perubahan bahan organik tanah untuk tujuan pengembangan sistem agroforestri (Young, 2002).

Vermeulen et al. (1993) menyatakan bahwa model SCUAF (Soil Changes under Agroforestry) merupakan model yang digunakan untuk memprediksi perubahan-perubahan tanah pada sistem penggunaan lahan tertentu. Studi tentang ekosistem savana dan jagung di Zimbabwe, rehabilitasi lahan-lahan tererosi di Vietnam, rotasi antara rumput Imperata sp. dengan padi lahan kering di Asia Tenggara, dan intercropping tanaman pagar pada budidaya lorong (alley cropping) di Filipina digunakan sebagai dasar aplikasi model SCUAF. Erosi tanah, kandungan karbon organik, nitrogen, dan fosfor dipelajari secara bersama-sama untuk mempelajari perubahan-perubahan komponen tersebut dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman dan analisis ekonomi. Input yang digunakan untuk merancang model SCUAF meliputi: kondisi lingkungan (iklim, tipe tanah, dan kelerengan), Penggunaan lahan dan Pengelolaannya, pertumbuhan awal tanaman, kondisi tanah awal dan proses-proses yang terdapat di dalamnya. Erosi tanah, penaungan, maupun kehilangan dan transformasi bahan organik, nitrogen, dan fosfor digunakan sebagai mekanisme umpan balik

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(31)

untuk mempelajari pengaruh perubahan karakteristik tanah terhadap pertumbuhan tanaman.

Model SHIELD (Simulation of Hedgerow Intervention Against Erosion and Land Degradation) adalah model yang dikembangkan di daerah tropika berbasis pengetahuan tentang status air tanah, infiltrasi, aliran permukaan, ketersediaan air tanah, dan erosi tanah dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan hasil tanaman. Variabel pengendali dari sistem tersebut adalah curah hujan harian (Kiepe, 1995).

Model WaNuLCAS (Water, Nutrient and Light Capture in Agroforestry Systems) merupakan dasar-dasar pengembangan model untuk mempelajari interaksi antara pohon – tanah – tanaman semusim pada pola pengunaan lahan agroforestri. Kerapatan akar pohon dan tanaman semusim digunakan sebagai indikator yang penting untuk mempelajari kompetisi sumberdaya alam (air, unsur hara, dan cahaya) (ICRAF, 2002).

Pemodelan yang mengintegrasikan aspek fisik lingkungan dan nilai ekonomis sumberdaya lahan dikembangkan melalui prediksi pertumbuhan tanaman dan produksi. Bio-Economic Agroforestry Model (BEAM) memerlukan serial data pertumbuhan dan produksi tanaman, input fisik dan tenaga kerja, serta biaya dan harga yang terkait dengan sistem produksi tanaman. Analisis biaya-manfaat merupakan keluaran (output) model untuk mempertimbangkan nilai ekonomis penggunaan lahan tertentu. Secara utuh model tersebut meliputi sub model naungan yang menjelaskan pengaruh penaungan oleh tanaman pagar terhadap intersepsi cahaya yang dapat diterima oleh tanaman semusim, sub model pemulsaan yang menjelaskan keuntungan-keuntungan pemanfaatan mulsa yang berasal dari tanaman pagar, sub model kompetisi air dan unsur hara antara akar tanaman semusim dan pohon (tanaman pagar), sub model fiksasi nitrogen oleh tanaman pagar, dan sub model hasil panen dari tanaman semusim dan pohon dalam kaitannya dengan nilai ekonomisnya (Thomas, 1990).

Pemodelan penggunaan lahan pada suatu DAS telah dipelajari oleh Tjoneng (1999), Syamsuddin (2001), Mahmudi (2002), dan Darsihardjo (2004) melalui perancangan model erosi tanah, hidrologi, dan usahatani. Variabel iklim dan

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(32)

11 tanah digunakan untuk merancang sub model hidrologi dan erosi tanah, sedangkan variabel yang terliput dalam sistem usahatani (produksi, biaya produksi, dan harga produksi) digunakan sebagai dasar pemodelan analisis biaya-manfaat untuk tujuan analisis finansial usahatani. Prediksi erosi tanah digunakan sebagai dasar pertimbangan penentuan agroteknologi usahatani yang tepat dengan mempertimbangkan laju erosi tanah yang masih dapat ditoleransi.

2.2. Indikator Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumberdaya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik material maupun spiritual (Arsyad, 2000). Campur tangan manusia tersebut terjadi dalam bentuk upaya untuk memanipulasi kondisi fisik lingkungan maupun proses-proses ekologi.

Kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang telah umum digunakan sebagai indikator untuk mempelajari manfaat tanah bagi penggunaan tertentu. Sifat fisik tanah yang umum digunakan sebagai indikator adalah: tekstur, ketebalan solum, infiltrasi air tanah, bobot isi tanah, dan kapasitas menahan air. Daya hantar listrik, pH, kandungan unsur hara N, P, dan K terekstrak merupakan indikator sifat kimia tanah yang digunakan untuk memepelajari kualitas kimia tanah, sedangkan indikator sifat biologi tanah adalah: potensi N dapat dimineralisasi, nisbah C/N, biomas mikroba, dan respirasi tanah (Larson dan Pierce, 1994).

Indeks kesesuaian lahan merupakan metode yang sederhana untuk mengevaluasi lahan sebagai substrat yang sesuai untuk pertumbuhan akar. Indeks kesesuaian lahan didasarkan atas pengukuran beberapa karakteristik fisik dan kimia tanah (Lopulisa dan Hernusye, 1995).

Driessen dan Konijn (1992) menyatakan bahwa indeks produktivitas lahan dapat ditentukan berdasarkan pengukuran sifat fisik dan kimia tanah dalam persamaan sebagai berikut:

n

PILAHAN = ∑ (Ai * Bi * Ci * Di * Ei * WFi) ... (2.1)

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(33)

i = 1

PILAHAN menyatakan indeks produktivitas lahan, Ai menyatakan kapasitas air tersedia pada lapisan tanah ke i, Bi menyatakan kecukupan aerasi tanah pada lapisan tanah ke i, Ci menyatakan bobot isi tanah pada lapisan tanah ke i, Di menyatakan pH tanah pada lapisan ke i, Ei menyatakan daya hantar listrik tanah pada lapisan tanah ke i, WFi menyatakan faktor pemberat pada lapisan tanah ke i, n menyatakan jumlah lapisan tanah yang dipertimbangkan, dan i menyatakan urutan nomor lapisan tanah yang dipertimbangkan.

Lal (1994) menyatakan bahwa konsep penggunaan lahan berkelanjutan memberikan implikasi tidak hanya pada upaya peningkatan produktivitas per kapita tetapi juga memaksimumkan produksi pertanian per unit kehilangan tanah, per unit input energi, per unit kehilangan karbon organik, per unit konsumsi air, per unit peningkatan konsentrasi nitrat, fosfat, dan polutan dalam air. Indeks pengelolaan sumberdaya lahan berkelanjutan bergantung pada produktivitas maupun perubahan tanah dan lingkungan yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Is =

f

( Pl Sp Wr Cf )t ... (2.2)

Is menyatakan indeks pengelolaan sumberdaya lahan berkelanjutan, Pl menyatakan produktivitas per kapita per unit input sumberdaya terbatas, Sp menyatakan perubahan perilaku tanah atau proses penunjang kehidupan, Wr menyatakan deplesi sumberdaya air atau perubahan, kualitas air, Cf menyatakan perubahan faktor iklim dan pengaruh jangka panjang, t menyatakan waktu.

Variabilitas sumberdaya alam seperti iklim dan tanah sejalan dengan perbedaan waktu dan wilayah menyebabkan para ahli pertanian merasa kesulitan untuk menetapkan secara pasti penggunaan metode dan indikator yang dianggap efektif untuk mengembangkan konsep pengelolaan sumberdaya lahan berkelanjutan. Beberapa ahli telah mengembangkan cara berpikir baru berdasarkan pengkajian sistem untuk mempelajari perubahan perilaku indikator-indikator yang dianggap tepat untuk mengembangkan konsep pengelolaan sumberdaya lahan berkelanjutan (Freebairn, 2004a).

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(34)

13 Indikator penutupan tanah (soil cover), erosi tanah, dan sedimentasi dapat digunakan untuk mengembangkan konsep pengelolaan sumberdaya lahan pada skala wilayah atau DAS. Bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah pada umumnya dijadikan sebagai tolok ukur yang mendasar bagi studi penutupan lahan dan erosi tanah (Zheng et al., 2004). Rahman et al.(2003) dan Iqbal et al. (2005) menyatakan bahwa penggunaan lahan sebagai areal budidaya tanaman semusim dalam jangka panjang telah menyebabkan perubahan perilaku fisik dan erodibilitas tanah. Pengelolaan lahan dalam jangka panjang yang berakibat pada akumulasi residu tanaman pada permukaan tanah dapat memperbaiki kualitas fisik tanah antara lain stabilitas agregat, kekuatan geser tanah (shear strength), dan ketahanan tanah terhadap percikan air hujan yang dapat menyebabkan erosi tanah.

Augusto et al. (2002) dan Zhang et al. (2005) mengemukakan bahwa bahan organik tanah dapat dijadikan sebagai indikator dalam mempelajari perubahan tingkat kesuburan tanah, akan tetapi pada tingkat usahatani maka penggunaan indikator bahan organik tanah tersebut masih belum dapat digunakan secara efektif dalam program pengelolaan sumberdaya lahan berkelanjutan karena selain memerlukan serial data yang cukup (time series) dan hanya dapat diperoleh dalam waktu yang lama, petani juga merasa tidak mempunyai kepentingan secara langsung terhadap program-program jangka panjang yang direncanakan oleh institusi. Indikator efisiensi penggunaan air dan status nitrogen dianggap efektif untuk dikembangkan guna mempelajari perubahan perilaku karakteristik lahan pada tingkat usahatani.

2.3. Model Evaluasi Lahan

Lahan merupakan sumberdaya yang terakhir untuk digunakan sebagai sumber kemakmuran. Degradasi lahan harus dihindari dan penggunaan lahan disesuaikan dengan kemampuannya sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia baik untuk saat sekarang maupun saat mendatang. Evaluasi lahan mempunyai peranan penting untuk mendukung

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(35)

perencanaan penggunaan lahan yang rasional, tepat, dan berkelanjutan penggunaannya (Rossiter , 1994a).

Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan digolongkan dalam 2 pendekatan, yaitu: pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif yang telah digunakan secara luas didasarkan atas framework evaluasi lahan menurut FAO (1976). Hasil evaluasi lahan selanjutnya disimpulkan menurut kategori kelas kesesuaiannya, yaitu: kelas kesesuaian lahan S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marjinal), N1 (Tidak Sesuai Saat Sekarang), dan N2 (Tidak Sesuai Permanen).

Evaluasi lahan kualitatif berdasarkan sistem pakar (Expert System) telah dikembangkan oleh Rossiter (1990). ALES (Automated Land Evaluation System) merupakan pendekatan evaluasi lahan yang berbasis pengetahuan lokal untuk menilai kesesuaian lahan pada wilayah yang akan direncanakan. ALES sesuai digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan pada skala perencanaan wilayah. Faktor kunci keberhasilan pemanfaatan ALES adalah perancangan sistematika pohon keputusan sebelum perangkat tersebut digunakan dalam kegiatan evaluasi.

Kesesuaian lahan dapat juga ditentukan sebagai tingkat keanggotaannya dalam suatu kelas tertentu. Teknik klasifikasi yang bersifat kontinyu dengan menggunakan logika ″fuzzy″ (logika samar) dapat digunakan untuk mendefinisikan fungsi yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan berbasis sistem pakar (Tang et al., 1996).

Rossiter (1996) menyatakan bahwa pemodelan kuantitatif dalam evaluasi lahan digolongkan dalam 2 pendekatan, yaitu: model empirik (model statistik) dan model dinamik. Tujuan utama pemodelan dalam evaluasi lahan secara kuantitatif adalah untuk memprediksi produksi melalui suatu ″nilai″ lahan yang secara langsung menggambarkan produktivitasnya. Disamping itu, pemodelan dapat juga digunakan untuk memprediksi kualitas lahan yang secara langsung berpengaruh terhadap produksi pertanian (misal: ketersediaan air, ketersediaan nutrisi, dan radiasi matahari) maupun komponen yang tidak secara langsung mempengaruhi hasil produksi (seperti: kemudahan lahan untuk diolah dan kemudahan dalam transportasi).

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(36)

15 Prediksi tingkat kesesuaian lahan yang mengacu pada analisis karakteristik lahan dapat dilakukan melalui aplikasi sebuah fungsi matematik (Rossiter, 2003). Hubungan antara karakteristik lahan dan kesesuaian lahan dalam metode evaluasi lahan yang mengacu pada penilaian karakteristik lahan dinyatakan dalam persamaan fungsi sebagai berikut:

SLMU,LUT =

f

LUT [(LC)LMU] ... (2.3)

SLMU,LUT menyatakan kesesuaian lahan pada unit pemetaan lahan dan tipe penggunaan lahan tertentu, LCLMU menyatakan karakteristik lahan yang diukur pada unit pemetaan tertentu, dan

f

LUT menyatakan fungsi pada tipe penggunaan lahan tertentu. Kesesuaian lahan (S) dapat dinyatakan dalam skala kontinyu maupun skala diskret.

Sys (1985) mengembangkan prosedur penilaian indeks lahan yang dihasilkan dari perkalian bobot karakteristik lahan yang diukur melalui pengembangan Storie Index Rating. Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mengalikan bobot setiap karakteristik lahan yang dipentingkan dalam evaluasi. Hasil perkalian dari bobot karakteristik lahan selanjutnya menghasilkan indeks lahan. Prosedur evaluasi kesesuaian lahan pada metode Sys (1985) yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

I = A x B/100 x C/100 x D/100 ... (2.4) I merupakan indeks lahan; A merupakan indeks iklim, B, C, D, dan seterusnya merupakan bobot dari masing-masing karakteristik lahan yang dipentingkan.

Sys (1985) menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana untuk mempelajari hubungan antara produksi tanaman aktual dan tingkat kesesuaian lahan. Gaiser dan Graef (2001) mengembangkan model Sys (1985) tersebut melalui analisis hubungan antara indeks lahan dengan indeks hasil tanaman melalui persamaan sebagai berikut:

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(37)

YI = (Yi / Ypoti) 100 ... (2.5)

YI menyatakan indeks hasil produksi , Yi hasil panen yang didapatkan dalam pengamtan di lapang (kg/ha), dan Ypoti menyatakan potensial hasil tanaman yang ditentukan berdasarkan produksi maksimum tanaman di daerah penelitian. Selanjutnya hubungan antara indeks lahan dengan indeks hasil produksi di analisis melalui model regresi linier sederhana

Olson dan Olson (1986) menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi jagung dan karakteristik lahan pada 5 lokasi yang berbeda. Berdasarkan analisis regresi linier berganda untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dengan indeks hujan tersedia, temperatur, kandungan basa-basa dalam tanah, dan kandungan bahan organik tanah didapatkan persamaan sebagai berikut:

Y = - 3156 + 116 rainstor + 485 temp + 9 bases + 45 ocarb ... (2.6) Y menyatakan hasil produksi jagung (kg/ha), rainstor menyatakan indeks curah hujan tersedia (cm), temp menyatakan derajat hari untuk pertumbuhan tanaman (jumlah temperatur udara yang lebih besar dari 50 oF), bases menyatakan kandungan kation-kation dasar (m eq m-3), dan ocarb menyatakan jumlah karbon organik (g m-3). Persamaan yang dihasilkan dari teknis analisis regresi linier berganda dari penelitian Olson dan Olson (1986) tersebut di dapatkan intersep yang bernilai negatif. Produksi tanaman dalam kenyataannya tidak pernah bernilai negatif. Oleh sebab itu, penggunaan model-model statik yang berbasis analisis regresi perlu di lakukan secara hati hati dalam penerapannya sehingga tidak menghasilkan kesimpulan yang keliru.

Pendekatan metode parametrik dalam evaluasi kesesuaian lahan pada umumnya didasarkan atas indeks lahan yang dihasilkan dari penilaian sejumlah karakteristik lahan yang telah dibakukan dan dinyatakan dalam skala kontinyu mulai dai 0 hingga 100 (Rossiter, 1996). Analisis kombinasi dari karakteristik lahan yang diukur dapat dilakukan melalui analisis penjumlahan, perkalian, maupun analisis geometrik.

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(38)

17 Evaluasi lahan secara ekonomi merupakan metode evaluasi lahan yang mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi seperti biaya produksi dan keuntungan usahatani (Rossiter, 1994b). Kesesuaian lahan secara ekonomi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

YieldLMU, (Out,LUT) =

f'

(Out, LUT) [(LC)LMU] ... (2.7) YieldLMU, (Out,LUT) menyatakan produksi pada unit pemetaan lahan (LMU) tertentu pada sistem produksi tertentu dan tipe penggunaan lahan (LUT) tertentu,

f'

Out, LUT) menyatakan fungsi produksi yang dihasilkan dari sistem produksi tertentu dan tipe penggunaan lahan tertentu, LC menyatakan karakteristik lahan yang diukur pada unit pemetaan lahan tertentu. Biaya produksi usahatani dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

CLMU,LUT =

f

LUT [(LC)LMU] ... (2.8)

CLMU,LUT menyatakan biaya produksi usahatani,

f

LUT [(LC)LMU] menyatakan fungsi karakteristik lahan pada tipe penggunaan lahan tertentu dan unit pemetaan lahan tertentu.

Rossiter (1996; 2003) menyatakan bahwa pemodelan dinamik telah lebih dari 25 tahun dikembangkan untuk mensimulasikan pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya model dinamik untuk evaluasi lahan adalah metode pemodelan yang selalu mempertimbangkan fungsi waktu. Model dinamik biasanya mengandung hubungan umpan balik (feedback) dari fungsi-fungsi yang terdapat didalam sistem. Umpan balik dapat dipertimbangkan dari karakteristik lahan, kualitas lahan, kesesuaian lahan, maupun hasil produksi satu atau lebih dari komoditas yang diusahakan. Model dinamik dalam evaluasi kesesuaian lahan berbasis perubahan karakteristik lahan dinyatakan dalam persamaan umum sebagai berikut:

S(t)LMU,LUT =

f

LUT[(LC(t))LMU] ... (2.9)

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(39)

S(t)LMU,LUT menyatakan kesesuaian lahan pada waktu ke t yang terdapat pada unit pemetaan lahan tertentu dan tipe penggunaan tertentu,

f

LUT[(LC(t))LMU] menyatakan fungsi karakteristik lahan pada waktu ke t yang terdapat pada tipe penggunaan lahan dan unit pemetaan lahan tertentu. Hasil produksi usahatani dapat juga dinyatakan dalam model dinamik sebagai berikut:

Yield(t)LMU,(Out, LUT) =

f

' (Out,LUT) [(LC(t))LMU] ... (2.10) Yield(t)LMU,(Out, LUT) menyatakan hasil produksi usahatani yang terdapat pada unit pemetaan lahan tertentu dengan menggunakan teknologi produksi tertentu pada tipe penggunaan lahan tertentu,

f

'(Out,LUT) [(LC(t))LMU] menyatakan fungsi karakteristik lahan pada waktu ke t yang terdapat pada tipe penggunaan lahan dan unit pemetaan lahan tertentu. dengan menggunakan teknologi produksi tertentu. Resolusi waktu yang digunakan dalam pemodelan dinamik dapat bervariasi mulai dari hari, bulan, dan tahun, ataupun waktu-waktu lain yang dipertimbangkan dalam evaluasi.

Tomlin (1990) mengemukakan bahwa evaluasi kesesuaian lahan dapat dilakukan melalui pendekatan pemodelan spasial. Penilaian kesesuaian lahan melalui pendekatan spasial dianalisis berdasarkan posisi aktualnya pada permukaan bumi. Pemodelan spasial memerlukan aplikasi sistem informasi geografi dalam penerapannya.

2.4. Model Erosi Tanah dan Pengelolaan DAS

Degradasi lahan merupakan konsepsi komprehensif yang pada hakekatnya berkaitan erat dengan kesalahan manusia dalam penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan. Pengertian konsepsi tersebut mencakup penurunan kualitas tanah sebagai akibat proses erosi tanah, salinisasi tanah, dan pencemaran tanah (Barrow, 1991).

Erosi tanah menyebabkan kehilangan hara tanaman yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tanah. Hal tersebut memberikan konsekuensi semakin meningkatnya biaya yang diperlukan untuk

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(40)

19 mempertahankan kesuburan tanah (Kurnia, 1996). Hashim et al. (1996) menyatakan bahwa erosi tanah sebanyak 47,6 ton ha-1 pada lahan petani di Viantiane telah mengangkut unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium masing-masing sebanyak 104,2, 32,3, dan 358,7 kg ha-1.

Lal (1998) menyatakan bahwa pengaruh erosi pada tempat terjadinya dibedakan atas pengaruh langsung yang terjadi pada jangka pendek dan pengaruh tidak langsung yang terjadi pada jangka panjang. Pengaruh langsung dari proses erosi tanah adalah robohnya tanaman sebagai akibat terkikisnya tanah yang mendukung sistem perakaran dan hanyutnya pupuk yang telah diberikan oleh. Pengaruh tidak langsung dalam jangka panjang adalah menurunnya kedalaman solum sebagai akibat terhanyutnya tanah bersamaan dengan aliran permukaan, menurunnya kapasitas air tanah tersedia, dan kandungan karbon organik.

Sinukaban et al. (2000) telah mempelajari perubahan sistem hidrologi di sub DAS Way Besay sebagai akibat perubahan penggunaan lahan hutan menjadi areal budidaya pertanian. Berkurangnya luas hutan sejak periode 1975 – 1998 menyebabkan meningkatnya debit sungai yang melebihi kriteria lebih besar dari 15, 25, dan 35 m3 detik-1. Perubahan tersebut disebabkan karena berkurangnya intersepsi tajuk pohon, berkurangnya evapotranspirasi, dan kerusakan struktur tanah lapisan atas (top soil) sebagai akibat terjadinya erosi tanah.

Pemilihan model penduga erosi tanah ditentukan oleh tujuan penggunaan model dan skala atau luas wilayah yang akan direncanakan. Dengan kata lain, sebelum suatu model digunakan maka pengguna harus mengetahui kekuatan dan kelemahan model tersebut baik berdasarkan pertimbangan faktor-faktor yang akan digunakan maupun keluaran (output) yang dihasilkan dari hasil simulasi model.

Pada tahun 1972 Wischmeier telah mengembangkan perhitungan kehilangan tanah dalam jangka panjang yang terjadi pada erosi lembar dan erosi alur. Persamaan tersebut dikenal dengan istilah ″Universal Soil Loss Equation

atau yang disingkat dengan USLE (Arsyad, 2000). Dalam bahasa Indonesia USLE di terjemahkan menjadi ″Persamaan Umum Kehilangan Tanah″ yang di

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(41)

singkat dengan PUKT. Persamaan USLE dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

A = R K L S C P ... (2.11) A menyatakan jumlah tanah yang tererosi (ton ha-1 tahun-1), R menyatakan faktor hujan yang dikenal dengan istilah erosivitas hujan(ton m ha-1 jam), K menyatakan faktor erodibilitas tanah (ton ha-1 unit R-1), L menyatakan faktor panjang lereng (tanpa dimensi), S menyatakan faktor kelerengan (tanpa dimensi), C menyatakan faktor tanaman (tanpa dimensi), dan P menyatakan faktor penerapan konservasi (tanpa dimensi).

Berdasarkan sejarahnya, pada tahun 1980-an Departemen Pertanian Amerika serikat (USDA) menggunakan model USLE dan mengumpulkan data yang berasal dari lebih dari satu juta titik sampel di Amerika Serikat (Wischmeier dan Smith, 1976). Faktor-faktor yang digunakan dalam perancangan model USLE tidak ada yang berorientasi pada kondisi geografi pada daerah tertentu secara langsung. Berdasarkan atas kelemahan model USLE tersebut maka secara konseptual model tersebut hanya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan pemilihan tindakan konservasi tanah pada skala usahatani. Sa’ad (2002) menyatakan bahwa model USLE secara konseptual kurang valid digunakan untuk menduga erosi pada skala DAS.

Model Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) telah dikembangkan oleh William (1975) berdasarkan perhitungan volume dan debit puncak aliran permukaan yang mempengaruhi erosi tanah. Meninjau model MUSLE masih dikembangkan berdasarkan model erosi skala plot menyebabkan kelemahan-kelemahan yang ada pada model USLE sama dengan kelemahan yang terdapat pada model tersebut.

Model Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE) dapat digunakan untuk memprediksi erosi lembar dan erosi alur. Kekuatan dari model RUSLE adalah disebabkan karena model tersebut dibangun berdasarkan hasil pertemuan nasional masyarakat konservasi tanah dan air di Amerika Serikat pada tahun 1993 yang membahas data erosi tanah pada areal lebih dari 10.000 plot

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(42)

21 penelitian erosi tanah tahunan (Renard et al., 1996). Seperti halnya dengan struktur model USLE maka struktur Model RUSLE juga dirancang berdasarkan 6 faktor yang digambarkan dalam perkalian R (erosivitas hujan/aliran permukaan), K (erodibilitas tanah), LS (panjang lereng dan kemiringan lahan), C (pengelolaan tanaman), dan P (praktek-praktek pengelolaan pertanian yang diterapkan).

Nilai R pada model RUSLE meningkat sejalan dengan meningkatnya curah hujan dan aliran permukaan (run- off). Nilai K merupakan fungsi dari distribusi ukuran partikel, kandungan bahan organik, struktur tanah, dan permeabilitas tanah. Faktor LS meningkat sejalan dengan meningkatnya panjang lereng dan kemiringan lahan. Asumsi tersebut didasarkan atas akumulasi aliran permukaan dan percepatan aliran sesuai dengan arah kemiringan lahan. Nilai C menurun sejalan dengan meningkatnya luas penutupan lahan dan biomassa tanah. Program RUSLE dengan komputerisasi telah dikembangkan berdasarkan teknik perhitungan nilai C pada suatu areal tertentu sejalan dengan waktu sehingga dimungkinkan untuk memprediksi erosi tanah berdasarkan perubahan jumlah biomassa tanah. Nilai P menurun sejalan dengan meningkatnya praktek-praktek pengelolaan pertanian yang bertujuan untuk menurunkan volume dan kecepatan aliran permukaan.

RUSLE dianggap oleh para ahli konservasi tanah di Amerika Serikat sebagai perangkat untuk memprediksi erosi tanah dan sedimentasi yang cukup handal (Renard et al., 1996). Model RUSLE telah diperbaiki berdasarkan kelemahan model USLE sehingga menghasilkan pokok-pokok pemikiran sebagai berikut:

1. Model RUSLE dapat bekerja lebih efektif dan efisien dari pada penggunaan data erosi tanah absolut

2. Prediksi kehilangan tanah pada jangka panjang dapat dimungkinkan dilakukan dengan lebih baik dibandingkan dengan penggunaan prediksi erosi tanah pada setiap kejadian hujan

3. Verifikasi model yang dilakukan berdasarkan penggunaan data kelerengan dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dan Digital

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(43)

Elevation Model (DEM) memungkinkan untuk digunakan dalam mengevaluasi erosi dalam skala ruang yang lebih besar dan kompleks.

4. Model RUSLE dapat digunakan untuk prediksi erosi pada skala DAS

5. Penggunaan Model RUSLE dapat digunakan berdasarkan kawasan yang lebih luas dengan mempertimbangkan perubahan kondisi geografis setempat sehingga kesalahan-kesalahan dalam aplikasinya dapat dikurangi.

Model EPIC (Erosion Productivity Impact Calculator) dikembangkan oleh William et al., (1983) untuk mengevaluasi pengaruh erosi tanah terhadap produktivitas lahan. EPIC merupakan model simulasi kontinyu yang dapat digunakan untuk menentukan pengaruh strategi pengelolaan lahan terhadap produksi pertanian dan sumberdaya tanah dan air. Simulasi model EPIC memerlukan data kondisi iklim dan hidrologi, erosi tanah dan sedimentasi, siklus nutrisi, degradasi pestisida, pertumbuhan tanaman, temperatur tanah, pengolahan tanah, dan pengendalian lingkungan tanaman. Perancangan model EPIC untuk membangun sub model aliran permukaan didasarkan atas penggunaan teknik bilangan kurva (curve number) dari metode Soil Conservation Service (SCS). Sub model presipitasi dirancang berdasarkan model rantai Markov ordo satu. Sub model evapotranspirasi dirancang berdasarkan pilihan-pilihan model Hargreaves dan Samani, Penman, Priestly-Taylor, dan Penman-Monteith. Sub model erosi tanah oleh penyebab air dirancang berdasarkan persamaan USLE, sedangkan perancangan sub model erosi tanah oleh penyebab angin dibangun berdasarkan persamaan WECS (Wind Erosion Continuous Simulation).

ANSWERS (Aerial Non-Point Source Watershed Environmental Response Simulation) merupakan model prediksi erosi tanah yang memerlukan masukan (input) parameter sifat fisik tanah, penggunaan lahan dan kondisi permukaan, dan kekasaran permukaan (Beasley dan Huggins, 1981; Aswandi, 1996; Hidayat, 2001). Sifat fisik tanah yang diperlukan sebagai masukan model ANSWERS meliputi: bobot isi, porositas total, kandungan air tanah pada kondisi kapasitas lapang, kedalaman perakaran, laju infiltrasi, dan kandungan air tanah pada saat pengukuran laju infiltrasi air tanah. Masukan penggunaan lahan

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(44)

23 dan kondisi permukaan tanah merepresentasikan kondisi penutupan tanah oleh tanaman dan kemudahan tanah untuk tererosi sebagai akibat keberadaan berbagai macam tanaman dan penggunaan lahan. Intersepsi potensial tajuk tanaman dan persentase penutupan tajuk tanaman terhadap permukaan tanah digunakan dalam merepresentasikan intersepsi hujan. Kekasaran permukaan diperhitungkan melalui penentuan koefisien Manning. Penggunaan input parameter-parameter penggunaan lahan dan kekasaran permukaan yang digunakan dalam model ANSWERS pada hakekatnya identik dengan penggunaan kombinasi nilai C dan P pada persamaan model USLE.

Model Agricultural Non-Point Source (AGNPS) merupakan model yang digunakan untuk memprediksi erosi tanah dan transportasi nutrisi tanaman pada skala DAS (Young et al., 1994). Perancangan sub model erosi tanah berdasarkan aplikasi model USLE menyebabkan berbagai bentuk kelemahan model USLE juga merupakan sumber kelemahan model AGNPS tersebut. Perancangan sub model hidrologi pada desain model AGNPS didasarkan atas teknik bilangan kurva dari metode Soil Conservation Service Soil Conservation Service (SCS). Untuk menerapkan model AGNPS maka wilayah DAS yang diteliti harus dibagi menjadi setiap satuan (grid) yang berbentuk bujur sangkar. Penerapan model AGNPS membutuhkan 22 parameter yang menggambarkan kondisi fisik (tipe tanah, dan topografi), praktek-praktek pengelolaan pertanian, dan curah hujan untuk memprediksi polusi unsur hara (nitrogen, fosfor, dan belerang), erosi tanah, dan aliran permukaan.

Model CREAMS (Chemicals, Runoff, and Erosion from Agricultural Management Systems) sesuai untuk digunakan memprediksi erosi tanah dan transportasi hara pada lahan yang mempunyai penggunaan lahan tunggal, kondisi tanah yang homogen, curah hujan yang dapat diasumsikan seragam secara spasial, dan praktek-praktek pengelolaan konservasi lahan pertanian yang sejenis. Perancangan sub model hidrologi dalam desain model CREAMS didasarkan atas 2 pilihan, yaitu: penggunaaan data hujan harian untuk memprediksi aliran permukaan (run-off) berdasarkan metode Soil Conservation Service (SCS) dan penggunaan data hujan per jam untuk memprediksi aliran permukaan berdasarkan metode pendugaan aliran permukaan berbasis infiltrasi.

DOKUMENTASI DISERTASI DANANG WIDJAJANTO


(1)

191

Lampiran 41 . Nilai faktor teknik konservasi tanah (Abdurrahman

et al

.,

1984)

NO. Teknik Konservasi Tanah Nilai Faktor

1 Teras Bangku

• Desain / Konstruksi Baik

• Desain / Konstruksi Sedang

• Desain / Konstruksi Buruk

0,01 0,15 0,35 2 Teras Tradisional 0,40 3 Teras Koluvial Ditanami Strip Rumput Atau Bambu atau Rumput

Permanen Seperti: Rumput Bahia

• Desain Baik, Tahun Pertama

• Desain Buruk,Tahun Pertama

0,04 0,40

4 Rorak (Silt Pits) 0,30 5 Rotasi Dengan Crotalaria 0,6

6 Mulsa Penahan Air

• Serasah Atau Jerami 6 Ton/Ha/Tahun

• Serasah Atau Jerami 3 Ton/Ha/Tahun

• Serasah Atau Jerami 1 Ton/Ha/Tahun

0,3 0,5 0,8 7 Penanaman Menurut kontur

• Lereng 0 – 8 %

• Lereng 1 – 20 %

• Lereng > 20 %

0,5 0,75 0,90 8 Teras Bangku Ditanami Kacang Tanah – Kacang Tanah 0,009 9 Teras Bangku Ditanami Jagung + Mulsa Jerami 4 Ton/Ha 0,006 10 Teras Bangku Ditanami Sorghum + Sorghum 0,012 11 Teras Bangku Ditanami Jagung 0,048 12 Penanaman Strip rumput Bahia (1 Tahun) 0,02 13 Penanaman Strip Crotalaria Dalam Kedelai 0,111 14 Penanaman Strip Crotalaria Dalam Pertanaman Padi Gogo 0,340 15 Penanaman Strip Crotalaria Dalam Pertanaman Kacang Tanah 0,389 16 Penanaman Strip Kacang Tanah Dalam Pertanaman Jagung,

Menggunakan Sisa-Sisa Tanaman Sebagai Mulsa

0,05 17 Teras Guludan, Dengan Rumput Penguat 0,50 18 Teras Guludan, Ditanami Padi Gogo Dan Jagung Dalam Rotasi 0,013 19 Teras Guludan, Pada Pertanaman Sorghum – Sorghum 0,041 20 Teras Guludan, Pada Pertanaman Ubi Kayu 0,063 21 Teras Guludan, Pada Pertanaman Jagung-Kacang Tanah Dalam

Rotasi, Menggunakan Mulsa Sisa-Sisa Tanaman


(2)

192

Lampiran 42. Nilai faktor kedalaman sub order tanah

(Arsyad, 2000).

NO. Taksonomi

Tanah

(Sub Order)

Nilai

Faktor

Kedalaman

1 Aqualf 0,90

2 Udalf

0,90

3 Ustalf

0,90

4 Aquent 0,90

5 Arent

1,00

6 Fluvent 1,00

7 Orthent 1,00

8 Psamment

1,00

9 Andept 1,00

10 Aquept 0,95

11 Tropept 1,00

12 Alboll

0,75

13 Aquoll

0,90

14 Rendoll 0,90

15 Udoll

1,00

16 Ustoll

1,00

17 Aquox

0,90

18 Humox 1,00

19 Orthox 0,90

20 Ustox

0,90

21 Aquod

0,90

22 Ferrod

0,95

23 Humod 1,00

24 Orthod 0,95

25 Aquult

0,80

26 Humult 1,00

27 Udult

0,80

28 Ustult

0,80

29 Udert

1,00

30 Ustert

1,00

Lampiran 43. Pengaruh temperatur udara dan curah hujan

terhadap kecepatan pembentukan tanah

(Arsyad, 2000).

Temperatur Udara

Masa

Tumbuh

(Hari)

Panas

(> 18

o

C)

Sedang

(3

0

C – 18

o

C)

Dingin

(-3

o

C – 10

o

C)

Laju Pembentukan Tanah (mm/tahun)

< 75

0,50

0,50

0,25

75 - 179

1,00

0,50

0,25

180 - 269

1,50

0,75

0,50

> 270

2,00

1,00

0,50

Masa tumbuh adalah jumlah hari dalam satu tahun yang curah hujannya sama

atau lebih besar dari setengah evapotranspirasi


(3)

193

Lampiran 44. Kedalaman tanah minimum untuk

pertumbuhan tanaman (Hammer, 1980).

Jenis Tanaman

Kedalaman Tanah Minimum

(cm)

Padi Sawah 25

Padi Ladang 20

Jagung 24 Sorgum 24 Kedele 20

Kacang Hijau 15

Kacang Tanah 15

Ubi Jalar 30

Kentang 30 Hui 25 Talas 30 Pisang 50

Jeruk; Mangga 50

Kelapa Sawit 75

Kelapa 50 Karet 50 Kakao 50 Kopi 50 Cengkeh 50 Teh 50 Kapas 45 Tebu 40

Rumput Ternak 15

Jati 75 Mahoni 75 Agathis 75 Altingia 75 Albizia 75 Leucaina 75 Acasia 50 Eucalyptus 50 Gelam 50 Pinus 50

Lampiran 45. Analisis n

et present value

(NPV) dan

benefit – cost ratio

(BCR)

usahatani kakao di DAS Gumbasa, Donggala

Tahun Manfaat (Rp ha-1)

Biaya (Rp ha-1)

Manfaat Bersih (Rp ha-1)

Suku Bunga (18 %)

NPV

(18 %) BCR

0 0 4.572.203 -4.572.203 1,000 -4.572.203 1 0 1.086.670 -1.086.670 0,847 -920.409 2 0 1.086.670 -1.086.670 0,718 -780.229 3 4.378.296 1.278.435 3.099.861 0,609 1.887.815

4 4.378.296 1.278.435 3.099.861 0,516 1.599.528 5 7.550.837 1.504.580 6.046.257 0,437 2.642.214 6 9.438.546 1.704.580 7.733.966 0,370 2.861.567 7 9.438.546 1.704.580 7.733.966 0,314 2.428.465 8 13.513.259 1.893.978 11.619.281 0,266 3.090.729 9 13.513.259 1.893.978 11.619.281 0,225 2.614.338 10 13.513.259 1.893.978 11.619.281 0,191 2.219.283 11 13.006.718 2.228.209 10.778.509 0,162 1.746.118 12 13.006.718 2.228.209 10.778.509 0,137 1.476.656

Jumlah 101.737.734 22.354.505 77.383.229 1,000 16.293.872


(4)

194

Lampiran 46. Analisis

benefit – cost ratio

(BCR) usahatani jagung.

Nomor Responen

Unit Lahan

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Kg Responden

-1

)

Produksi (Kg Ha-1)

Harga Produksi (Rp Kg-1)

Total Penerimaan

(Rp Ha-1)

Total Biaya Produksi (Rp Ha-1)

Pendapatan

(Rp Ha-1) BCR

1 4 0.30 325 1.083,33 1.350 1.462.496 1.357.100 105.396 0.08 2 4 0.35 375 1.071,43 1.350 1.446.431 1.133.957 312.474 0.28 3 4 0.40 420 1.050,00 1.350 1.417.500 1.399.850 17.650 0.01 4 4 0.25 265 1.060,00 1.350 1.431.000 1.554.300 (123.300) (0.08) 5 4 0.35 356 1.017,83 1.350 1.374.071 1.216.814 157.257 0.13 6 12 0.45 420 933,33 1.350 1.259.996 1.267.322 (7.326) (0.01) 7 12 0.45 405 900,00 1.350 1.215.000 1.263.100 (48.100) (0.04) 8 12 0.35 335 957,14 1.350 1.292.139 1.124.814 167.325 0.15 9 12 0.5 467 934,61 1.350 1.261.724 1.294.300 (32.576) (0.03) 10 12 0.35 327 934,56 1.350 1.261.656 1.200.243 61.413 0.05 11 13 0.30 310 1.033,33 1.350 1.394.996 1.276.100 118.896 0.09 12 13 0.60 595 991,67 1.350 1.338.755 1.400.433 (61.678) (0.04) 13 13 0.50 495 990,28 1.350 1.336.878 1.491.300 (154.422) (0.10) 14 13 0.40 415 1.037,50 1.350 1.400.625 1.236.600 164.025 0.13 15 13 0.15 175 1.166,67 1.350 1.575.005 1.265.767 309.238 0.24 16 23 0.75 763 1.017,35 1.350 1.373.423 1.473.100 (99.677) (0.07) 17 23 0.40 426 1.064,26 1.350 1.436.751 1.380.100 56.651 0.04 18 23 0.60 635 1.058,37 1.350 1.428.800 1.131.600 297.200 0.26 19 23 0.25 270 1.080,00 1.350 1.458.000 1.201.900 256.100 0.21 20 23 0.45 462 1.027,44 1.350 1.387.044 1.366.211 20.833 0.02


(5)

195

Lampiran 47. Analisis

benefit – cost ratio

(BCR) usahatani kacang tanah

Nomor Responen

Unit Lahan

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Kg Responden

-1

)

Produksi (Kg Ha-1)

Harga Produksi (Rp Kg-1)

Total Penerimaan

(Rp Ha-1)

Total Biaya Produksi (Rp Ha-1)

Pendapatan

(Rp Ha-1) BCR

1 4 0,30 129,9 433 5.000 2.165.000 1.597.767 567.233 0,36 2 4 0,50 225,0 450 5.000 2.250.000 1.517.700 732.300 0,48 3 4 0,25 110,0 440 5.000 2.200.000 1.822.900 377.100 0,21 4 4 0,15 65,0 433 5.000 2.165.000 2.095.433 69.567 0,03 5 4 0,2 88,0 440 5.000 2.200.000 1.660.600 539.400 0,32 6 12 0,15 70,1 467 5.000 2.335.000 2.056.767 278.233 0,14 7 12 0,40 185,2 463 5.000 2.315.000 1.333.350 981.650 0,74 8 12 0,60 280,2 467 5.000 2.335.000 1.496.100 838.900 0,56 9 12 0,25 105,0 420 5.000 2.100.000 1.799.700 300.300 0,17 10 12 0,4 188,0 470 5.000 2.350.000 1.787.350 562.650 0,31 11 13 0,50 190,0 380 5.000 1.900.000 1.538.900 361.100 0,23 12 13 0,45 185,0 411 5.000 2.055.000 1.620.767 434.233 0,27 13 13 0,35 144,9 414 5.000 2.070.000 1.660.386 409.614 0,25 14 13 0,1 40,0 400 5.000 2.000.000 2.907.100 (907.100) (0,31) 15 13 0,25 110,0 440 5.000 2.200.000 1.752.900 447.100 0,26 16 23 0,65 300,3 462 5.000 2.310.000 1.401.638 908.362 0,65 17 23 0,40 190,0 475 5.000 2.375.000 1.366.100 1.008.900 0,74 18 23 0,50 235,0 470 5.000 2.350.000 1.490.100 859.900 0,58 19 23 0,25 120,0 480 5.000 2.400.000 1.306.500 1.093.500 0,84 20 23 0,25 110,0 440 5.000 2.200.000 1.306.500 893.500 0,68


(6)

196

Lampiran 48. Analisis

benefit – cost ratio

(BCR) usahatani ubikayu.

Nomor Responen

Unit Lahan

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Kg Responden-1)

Produksi (Kg Ha-1)

Harga Produksi (Rp Kg-1)

Total Penerimaan

(Rp Ha-1)

Total Biaya Produksi (Rp Ha-1)

Pendapatan

(Rp Ha-1) BCR

1 4 0,1 480 4.800 500 2.400.000 1.087.200 1.312.800 1,21 2 4 0,15 816 5.440 500 2.720.000 828.867 1.891.133 2,28 3 4 0,25 1320 5.280 500 2.640.000 806.200 1.833.800 2,27 4 4 0,1 520 5.200 500 2.600.000 1.087.200 1.512.800 1,39 5 4 0,1 540 5.400 500 2.700.000 1.087.200 1.612.800 1,48 6 12 0,2 1240 6.200 500 3.100.000 929.700 2.170.300 2,33 7 12 0,1 620 6.200 500 3.100.000 1.087.200 2.012.800 1,85 8 12 0,1 600 6.000 500 3.000.000 1.087.200 1.912.800 1,76 9 12 0,2 1200 6.000 500 3.000.000 924.700 2.075.300 2,24 10 12 0,15 960 6.400 500 3.200.000 928.867 2.271.133 2,45 11 13 0,075 405 5.400 500 2.700.000 945.533 1.754.467 1,86 12 13 0,1 480 4.800 500 2.400.000 1.087.200 1.312.800 1,21 13 13 0,15 780 5.200 500 2.600.000 828.867 1.771.133 2,14 14 13 0,2 1080 5.400 500 2.700.000 924.700 1.775.300 1,92 15 13 0,2 960 4.800 500 2.400.000 924.700 1.475.300 1,60 16 23 0,15 840 5.600 500 2.800.000 828.867 1.971.133 2,38 17 23 0,1 520 5.200 500 2.600.000 1.087.200 1.512.800 1,39 18 23 0,1 540 5.400 500 2.700.000 1.087.200 1.612.800 1,48 19 23 0,2 1050 5.250 500 2.625.000 924.700 1.700.300 1,84 20 23 0,25 1275 5.100 500 2.550.000 794.880 1.755.120 2,21