Strategi Pengembangan PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE 3.1 Agroindustri Jambu Mete

16 apa yang akan dicapai oleh proyek. Proyek berhasil dalam jangka pendek jika pelayanan masukan yang lebih baik, hasil per unit yang lebih tinggi, produksi yang lebih tinggi, atau kesempatan kerja yang lebih besar. Untuk menilai keberhasilan proyek dalam jangka panjang yaitu mencapai pembangunan yang berkelanjutan, konsisten dengan kebijakan nasional melalui pencapaian jangka pendek Casley dan Kumar, 1991. Berdasarkan uraian tersebut di atas, salah satu kontribusi yang diharapkan dalam kegiatan proyek pengembangan petani lahan kering adalah peningkatan kesejahteraan petani melalui budidaya jambu mete dengan penguatan kelembagaan petani dan peningkatan kemampuan petani mengolah hasil produksi budidaya tersebut menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Pengolahan jambu mete secara sederhana dikembangkan melalui pemanfaatan teknologi spesifik lokal yang kemudian menjadi pijakan awal proyek agroindustri jambu mete tersebut. Pada masa yang akan datang diharapkan terbentuk kelembagaan petani yang mandiri yang dapat berkontribusi dalam peningkatan penggunaan teknologi yang lebih modern, dan perluasan jangkauan pasar menuju pasar global.

3.3 Strategi Pengembangan

Laoh 1991, menjelaskan bahwa strategi mengandung dua komponen yaitu: future intentions atau tujuan jangka panjang dan competitive advantege atau keunggulan bersaing. Future intent atau tujuan jangka panjang diartikan sebagai pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya, sedangkan sumber keunggulan adalah pengembangan pemahaman yang dalam, tentang pemilihan pasar dan pelanggan atau costumer oleh perusahaan yang juga menunjukkan kepada cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar. Menurut David 2002, manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan-keputusan fungsi silang di dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Cara berpikir strategis yang terjadi pada intensitas dan tingkat kekompleksan yang semakin besar inilah yang kemudian memunculkan suatu kebutuhan akan adanya suatu pola atau model yang lebih terstruktur dan 17 sistematis yang membantu pembuat keputusan decision maker untuk secara lebih sederhana dapat memandang dan menganalisis serta merumuskan suatu strategi yang paling aplicable dan mampu memberikan hasil yang terbaik Laoh, 1991 Mengikuti Olsen dan Eadie dalam Bryson 1999, selanjutnya mendefinisikan perencanaan strategis sebagai upaya yang disiplin untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi mengerjakan hal seperti itu. Yang terbaik, perencanaan strategis mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksplorasi alternatif, dan menekankan implikasi masa depan keputusan sekarang. Orientasi strategis semakin dirasakan perlunya dalam menghadapi kondisi lingkungan yang semakin cepat berubah dengan semakin kompleksnya permasalahan serta situasi kedepan yang semakin tidak pasti. Menurut Rangkuti 1997, formulasi strategi merupakan proses penyusunan perencanaan strategis membutuhkan analisis pada tingkat perusahaan atau tingkat bisnis. Strategi dikelompokkan menjadi tiga tipe strategi yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. Strategi bisnis merupakan strategi yang berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan seperti strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi-strategi yang berhubugan dengan keuangan. Bryars 1984, menjelaskan bahwa organisasi atau perusahaan pada umumnya mempunyai banyak alternatif strategi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan. Siagian 1995, menambahkan bahwa alternatif yang terpilih merupakan alternatif yang terbaik, yaitu dapat menjamin peningkatan kemampuan perusahaan dalam hal: 1 perolehan keuntungan, 2 pemantapan keberadaan perusahaan, 3 ketangguhan menghadapi persaingan, 4 pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan di masa depan. Menurut Soejono 1990, faktor-faktor pendorong proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif strategi yaitu bilamana terdapat suatu kesenjangan gap antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diinginkan, dan 18 terdapat orang aktor yang menyadari adanya kesenjangan tadi dan ingin mengurangi atau menghilangkan kesenjangan itu. Orang aktor yang berperan dalam menghilangkan gap, hendaknya memiliki sumber-sumber faktor-faktor yang dapat digunakan. Berpijak pada penjelasan tentang konsep strategi pengembangan tersebut di atas, maka untuk mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pada proyek agroindustri jambu mete dibutuhkan analisis yang mendalam terhadap seluruh faktor dan aktor yang ada di dalamnya dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sasaran sebagai aktor penting dalam prroyek tersebut.

IV. METODOLOGI PENELITIAN