3.8 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan diambil melalui metode pengambilan contoh non- acak dengan teknik purposive sampling dimana teknik ini lebih mengandalkan
pada logika atas kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam penelitian ini, contohsample diambil di empat desa masing-masing dua desa di Kecamatan Bitung Timur :
Desa Aertembaga dan Desa Makawide; dan Kecamatan Bitung Selatan : Desa Binuang dan Desa Paudean. Data primer tersebut diperoleh langsung di lapangan
melalui wawancara dengan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan di Selat Lembeh di empat desa tersebut, yang antara lain terdiri dari data biaya melaut,
jenis hasil tangkapan, spesifikasi alat tangkap dan lain-lain dan data sekunder dari berbagai laporan yang urut waktu time series yang meliputi data landing
produksi perikanan berdasarkan alat tangkap, jenis tangkapan dan input yang digunakan effort, harga per unit output, Produk Domestik Regional Bruto
PDRB wilayah Sulawesi Utara; kunjungan wisatawan, jumlah resort dan hasil penelitian masalah lingkungan dan aspek-aspeknya, data penunjang lainnya yang
terkait dengan konservasi, pariwisata dan lain-lain. Data sekunder ini diperoleh baik dari penelitian maupun laporan tahunan DinasInstansiLembaga yang terkait
seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Utara dan Kota Bitung, Dinas Pariwisata Kota Bitung, Bapeda Propinsi Sulawesi Utara, BPS dan lain-
lain.
3.9 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Selat Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara Gambar 11, selama periode enam bulan dimulai April 2005. Ada empat titik
lokasi dimana ke empat desa tersebut merupakan yang paling padat penduduknya. Lokasi penelitian di Selat Lembeh ini dipilih dengan beberapa pertimbangan,
yaitu pertama, Selat Lembeh, sebagai salah satu kawasan yang direncanakan
sebagai Kawasan Konservasi Laut, merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki nilai cukup strategis dalam pembangunan ekonomi Kota Bitung,
Propinsi Sulawesi Utara. Hasil survey di lapangan menunjukkan bahwa Selat Lembeh memiliki berbagai pemanfaatan multiple use baik ekonomi maupun
nilai ekologis konservasi. Dalam pemanfaatan ekonomi, diidentifikasi berbagai
Kegiatan yang dilakukan di sana, diantaranya: fungsi transportasi, pelabuhan, galangan kapal, fungsi daerah penangkapan ikan, fungsi pariwisata dan fungsi
kawasan industri. Untuk fungsi konservasi, diantaranya adalah : fungsi biodiversity, fungsi tempat pemijahan ikan spawning ground dan fungsi cagar
alam kawasan Tengkoko. Untuk pemanfaatan ekonomi sebagai fungsi transportasi, pelabuhan,
galangan kapal, di kawasan ini terdapat pelabuhan transportasi utama yang menghubungkan beberapa pulau kecil di kawasan Sulawesi Utara dengan
mainlandnya. Pelabuhan ini juga berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan kebutuhan bagi kawasan pulau-pulau kecil lainnya di Sulawesi Utara. Kegiatan ini
cukup memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi regional daerah.
Kedua , Kawasan Selat Lembeh diketahui menyimpan potensi perikanan yang
cukup tinggi. Profesi nelayan di kawasan ini dilakukan oleh 20 dari total penduduknya. Alat tangkap yang populer digunakan adalah line fishing. Selain
menangkap ikan konsumsi, nelayan di daerah ini juga banyak menangkap ikan hias langka yang seharusnya dilindungi yang bernilai ekonomi cukup tinggi.
Kontribusi ekonomi wilayah juga disumbangkan dari pemanfaatan kawasan industri yang berlokasi di sepanjang pesisir Selat Lembeh. Industri di kawasan ini
antara lain adalah galangan kapal, perusahan pengolahan perikanan, dan lain-lain. Sementara itu kegiatan pariwisata di wilayah ini berkembang dengan cukup baik,
dan juga memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintah daerah dan juga masyarakat sekitarnya. Di kawasan ini terdapat sekitar 20 lokasi tujuan wisata.
Sebagai fungsi konservasi, Selat Lembeh yang merupakan tempat pembuangan berbagai by product dari kawasan upland di Sulawesi Utara yang
padat, juga membawa massa air dari laut Maluku dan Sulawesi, dikenal memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, yang dapat mensupport kehidupan berbagai
organisme di dalamnya. Hal ini membuat Selat Lembeh dikenal sebagai salah satu kawasan yang memiliki tingkat biodiversity yang tertinggi di dunia Tackett dan
Tackett 1996 diacu dalam Pratasik et al. 2002. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Universitas Samratulangi-Menado, dikemukaan bahwa
keanekaragaman ikan karang di perairan Selat Lembeh, tergolong cukup tinggi, yakni terdiri dari 26 Famili, 86 genus, dan 222 speseis. Jenis karang batu yang
ditemukan di Selat Lembeh berjumlah 130 spesies, dengan sebaran pada masing- masing stasiun adalah Nudi Retreat 39 spesies, P. Putus dan Serena West 29
spesies, Batu angus 27 spesies, Magic Rock Makawidey dan P. Serena kecil 26 spesies, California 23 spesies, Hairball 22 spesies, Tanjung Tebal dan Nudi Fall
17 spesies, Angel’s Window dan Batu Sandar 15 spesies dan T. Parigi 14 spesies. Kondisi terumbu karang di selat Lembeh bervariasi dari kondisi buruk sampai
baik 9,93 – 61,26 , dan tidak ditemukan lokasi yang memiliki kondisi yang sangat baik 75 . Lokasi yang memiliki kondisi karang batu yang baik
ditemukan di lokasi Nudi Retreat 61,26 , Batu Angus 55,57 , P. Putus 53,73 , dan Hairball 50,30 . Kondisi cukup ditemukan di lokasi Nudi Fall
34,70 , Magic Rock 27,27 , California 38,20 , Batu Sandar 27,45 , Serena West 39,14 dan P. Serena Kecil 32,00 . Sedangkan lokasi yang
memiliki kondisi buruk ditemukan di Tg. Parigi 20,50 , Tg Tebal 9,93 , dan Angel’s Window 24,23 .
Melihat nilai strategis Selat Lembeh seperti diuraikan di atas, tidak berlebihan apabila kemudian Selat ini direkomendasikan oleh baik stake holders
maupun para pakar dalam dan luar negeri sebagai KKL,untuk tujuan perlindungan dan pembangunan berkelanjutan.
Gambar 11 Peta lokasi penelitian Selat Lembeh.
3.10 Pemetaan Penelitian