Bagaimana persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan ? Apakah ada kesesuaian persepsi ketua dengan anggota ? Apakah faktor situasi berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ? Apakah faktor individu berhubungan dengan keefektivan kepemim
3
tetapi menurut anggotanya belum efektif. Jadi keefektivan kepemimpinan dapat ditentukan dengan adanya kesamaan pemahaman anggota dan ketua. Sejalan dengan
acuan di atas, penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan ?
2. Apakah ada kesesuaian persepsi ketua dengan anggota ?
3. Apakah faktor situasi berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ?
4. Apakah faktor individu berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ?
Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mengkaji persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan.
2. Mengkaji kesesuaian persepsi ketua dan anggota. 3. Mengkaji hubungan faktor situasi dengan keefektivan kepemimpinan.
4. Mengkaji hubungan faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan.
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Keefektivan kepemimpinan tidak hanya diukur dari sisi ketua tetapi juga pada anggota kelompok. Kepemimpinan dikatakan efektif apabila semua anggota
menyatakan puas terhadap semua yang diterapkan oleh ketua kelompok. Jadi, ketua kelompok harus dapat memperhatikan hubungan dan pembagian tugas dengan jelas
bagi tiap-tiap anggota agar tercipta kesamaan persepsi. Penelitian ini membahas mengenai keefektivan kepemimpinan berdasarkan
keterampilan kepemimpinan yang terdiri dari keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Keefektivan kepemimpinan dilihat dari dua sudut persepsi, yaitu
persepsi ketua dan persepsi anggota. Adanya dua persepsi antara ketua dan anggota diharapkan keefektivan kepemimpinan dapat dipahami dan dilihat dengan jelas.
Menurut Tody
dalam Desiyani 2003, Persepsi dapat dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu. Adapun ciri faktor ketua yaitu umur, jumlah tanggungan
keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi dan lama kepemimpinan. Faktor
anggota yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi dan
lama keanggotaan. Keterampilan kepemimpinan terdiri dari keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual, sedangkan kondisi kerja,
tanggung jawab dan peraturan merupakan faktor situasi. Keterampilan dalam kepemimpinan sangat erat dengan pengaplikasian tugas
dalam organisasi perusahaan. Keterampilan kepemimpinan dapat berupa keterampilan teknis Technical skill, keterampilan manusiawi Human skill dan
keterampilan konseptual Conceptual skill. Keterampilan teknis Technical skill menunjukkan bahwa seseorang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam setiap
jenis proses atau teknis berhubungan dengan sarana. Keterampilan manusiawi Human skill yaitu kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan
membina kerjasama. Keterampilan konseptual Conceptual skill yaitu kemampuan untuk berpikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka
kerja, model dan sebagainya. Keterampilan konseptual ini berkaitan dengan gagasan- gagasan Hiks dan Gullet, 1975 dalam Wahjosumidjo, 1992.
5
Hubungan persepsi ketua dan anggota dengan faktor-faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan Persepsi Ketua dan Anggota dengan Faktor-faktor yang Menentukan Keefektivan Kepemimpinan.
Faktor Situasi • Kondisi Kerja
• Tanggung Jawab • Peraturan
Faktor Ketua
• Umur • Jumlah tanggungan
keluarga • Tingkat pendapatan
usaha tani-ternak • Pendidikan formal
• Pendidikan non formal • Pengalaman bertani-
beternak • Tingkat interaksi
kelompok • Lama kepemimpinan
Faktor Anggota
• Umur • Jumlah tanggungan
keluarga • Tingkat pendapatan
usaha tani-ternak • Pendidikan formal
• Pendidikan non formal • Pengalaman bertani-
beternak • Tingkat interaksi
kelompok • Lama keanggotaan
Keefektivan Kepemimpinan
Keterampilan Kepemimpinan
• Keterampilan Teknis
• Keterampilan Interaksi Sosial
• Keterampilan Konseptual
Konvergensi
6
TINJAUAN PUSTAKA Pemimpin dan Kepemimpinan
Siagian 1999, mendefinisikan kepemimpinan dalam pengertian terbatas adalah suatu pribadi yang mampu membimbing pengikutnya dengan bantuan
kecakapan-kecakapan yang dimiliki serta mendapat dukungan dan pengakuan legitimasi dari pengikutnya. Pemimpin adalah seorang atau pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan bersama.
Herbert dan Gullet 1996, menyebutkan bahwa seorang pemimpin memiliki fungsi yang kompleks dalam manajemen perusahaan, di antaranya adalah
membangkitkan semangat para pekerja dengan cara meyakinkan pekerja agar mengetahui bahwa pekerjaannya sangat penting bagi perkembangan perusahaan.
Pemimpin menggugah pekerja untuk menerima atau menyetujui tujuan-tujuan organisasi dengan antusias dan bekerja dengan efektif dalam rangka mencapai
prestasi kerja. Pemimpin melakukan pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Proses ini didefinisikan oleh Stoner dan Edward 1992, sebagai kegiatan kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai
salah satu proses manajerial dapat diartikan sebagai suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok.
Tiga implikasi penting dalam kepemimpinan adalah: pertama kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut; kedua kepemimpinan mencakup
distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok; ketiga kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk
kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui berbagai cara. Pemimpin dalam melakukan kegiatan bertanggung jawab atas tercapainya
tujuan-tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu. Hubungan antara unsur-unsur tersebut disajikan pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Unsur-unsur yang Berkaitan dengan Kepemimpinan Sumber : Stoner dan Edward 1992
Berdasarkan diagram di atas, kerangka manajemen menurut Stoner dan Edward 1992 dalam Wahjosumidjo 1992, sebagai suatu proses ada empat macam
peranan penting bagi para pemimpin yaitu: 1. Kepemimpinan atau pemimpin pada hakikatnya merupakan salah satu fungsi
manajer, di samping fungsi planning, organizing dan controlling. 2. Pemimpin dalam melaksanakan serangkaian fungsi manajemen harus selalu
mampu memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan pada bawahan. 3. Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dengan bawahan,
pemimpin harus dapat bekerjasama dalam satu tim kerja. 4. Pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja sebaik-baiknya proper
atmosphere, harus memenuhi apa yang diharapkan bawahan, sehingga para bawahan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
Kepemimpinan menurut Tannenbaum et al., 1964 dalam Trimo 1995, merupakan suatu interpersonal influence yang dijalankan dalam suatu situasi dan
diarahkan, melalui proses komunikasi kepada pencapaian suatu tujuan atau tujuan- tujuan tertentu. Menurut Schneider et al., dalam Effendi dan Uchjana 1992,
pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang secara formal diberikan status tertentu melalui pemilihan, pengangkatan, keturunan, revolusi atau cara-cara lain.
Kepemimpinan mengacu kepada perilaku yang ditujukan seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai tujuannya.
MANAJEMEN
MERENCANAKAN MENGORGANISASIKAN
MEMIMPIN MENGAWASI
TUJUAN ORGANISASI YANG TELAH
DITETAPKAN
8
Teori Kepemimpinan
Membahas tentang kepemimpinan akan terkait dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Terdapat tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan
kemunculan seseorang sebagai pemimpin yang dijabarkan oleh Herujito 1996, yaitu:
1. Teori Genetik Heredity Theory mengatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.
2. Teori Sosial yang menjabarkan bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis yang merupakan gabungan teori genetik dan teori sosial mengatakan seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila
pada waktu kelahirannya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang dimiliki.
Keefektivan Kepemimpinan
Keefektivan berasal dari kata dasar efektif , artinya : 1 Ada efeknya pengaruhnya, akibatnya, kesannya seperti: manjur; mujarab;
mempan. 2 Penggunaan metodecara, saranaalat dalam melaksanakan aktivitas sehingga
berhasil guna mencapai hasil yang optimal. Kata dasar tersebut mendapat awalan ke dan akhiran an sehingga menjadi
keefektivan. Keefektivan adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi yang dicapai terhadap
prestasi yang diharapkan standar, maka makin efektif dalam penilaian mereka Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999.
Menurut Gibson, 1979 dalam Suwarto 1999, Hubungan keefektivan individu, kelompok dan organisasi menggunakan tiga macam perspektif keefektivan
yang diidentifikasi sebagai berikut : 1 Keefektivan individu, pada perspektif ini menekankan pelaksanaan tugas-tugas
dan tanggung jawab individu anggota organisasi dari suatu organisasi. Tugas
9
dan tanggung jawab yang dilaksanakan merupakan bagian dari pekerjaan sesuai dengan peranposisi individu dalam suatu organisasi. Keberhasilan individu-
individu dalam organisasi lazimnya sangat berkaitan dengan kerja dalam kelompok sehingga individu-individu jarang bekerja terpisah dari pekerja lain
dalam organisasi, maka harus dipertimbangkan perspektif lain yaitu keefektivan kelompok.
2 Keefektivan kelompok, merupakan jumlah sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok. Salah satu contoh, sekelompok ilmuwan yang terkait dalam
pekerjaan suatu proyek yang satu dengan yang lain tidak saling berkaitan. Ini berarti pekerjaan akan efektif apabila setiap ilmuwan bekerja sendiri secara
efektif. Dalam hal ini keefektivan kelompok melebihi jumlah hasil sumbangan individual, seperti : produk perakitan, hasil barang jadi perakitan merupakan
hasil dari sumbangan setiap individu. 3 Keefektivan organisasi, organisasi merupakan kumpulan dari individu dan
kelompok sehingga keefektivan organisasi pada dasarnya merupakan fungsi dari keefektivan individu dan kelompok. Keefektivan organisasi dapat melebihi
keefektivan individu dan kelompok, artinya organisasi memperoleh tingkat prestasi lebih tinggi dibanding dengan jumlah prestasi masing-masing bagian
yang ada dalam organisasi. Hubungan keefektivan individu, kelompok dan organisasi disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan keefektivan Individu, Kelompok dan Organisasi. Keefektivan Individu
Keefektivan Kelompok Keefektivan Organisasi
10
Hicks dan Gullet dalam Wahjosumidjo 1992, menyatakan bahwa ada tiga jenis keterampilan dalam kepemimpinan yaitu keterampilan teknis Technical skill,
keterampilan manusiawi Human skill, keterampilan konseptual Conseptual skill. Keterampilan teknis Technical skill yaitu kemampuan pemimpin dalam melakukan
aktivitas teknis kepemimpinan yang diukur dengan indikator tugas-tugas teknis seorang pemimpin. Keterampilan manusiawi Human skill yaitu kemampuan
pemimpin untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan untuk membina kerjasama yang menyangkut manusia. Keterampilan konseptual Conceptual skill
yaitu kemampuan untuk berpikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka berpikir, model dan sebagainya. Keterampilan yang dimiliki
pemimpin akan dapat menunjang keefektivan kepemimpinan dengan melalui penerapan dalam peternakan.
Persepsi
Persepsi dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Menurut pengertian psikologi, persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terpadu dalam diri individu. Aktivitas yang terpadu dalam
hal ini diartikan sebagai peran aktif semua hal yang ada dalam diri individu dalam mempengaruhi persepsi, seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir,
kerangka acuan dan aspek-aspek lainnya Davidoff, 1981 dalam Walgito, 2001. Persepsi merupakan suatu proses dimana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada lingkungan sekitarnya Robbins, 1996. Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses
pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau
kognisi Sarwono, 1999. Menurut ilmu komunikasi, persepsi didefinisikan sebagai proses internal yang
memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sekitar. Proses itu kemudian akan mempengaruhi perilaku individu
Baron dan Paulus, 1991 dalam Mulyana, 2001. Objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda,
situasi dan juga berwujud manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda
11
disebut persepsi benda things perception atau disebut juga non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial
atau social perception Heider, 1958 dalam Walgito, 2001.
Proses Persepsi
Persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi dimana ketiga proses tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang
terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi adalah proses penyeleksian stimulus. Hanya stimulus yang sesuai dengan kebutuhan atau yang menarik saja yang
kemudian akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi merupakan suatu proses dimana seseorang membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan yang
lebih dikenal dengan evaluasi dan identifikasi Sugiyanto, 1996. Gibson
dan Donely
dalam Sugiharto 2001, menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman yang diinformasikan kepada dirinya dari
lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi keragaman perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan objek tertentu maka
persepsi orang tersebut terhadap suatu objek akan negatif. Proses pembentukkan persepsi tidak lepas dari bantuan indera sensasi
sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi,
diorganisasikan dan diinterpretasikan Salomon dalam Sutisna, 1999. Gambar 4 berikut mengambarkan bagaimana stimuli ditangkap melalui indera sensasi dan
kemudian diproses oleh penerima stimuli persepsi.
12
Gambar 4. Proses pembentukan persepsi berdasarkan Model Salomon Sutisna, 1999.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Persepsi dibentuk dan terkadang diputar balikkan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi perceiver, obyek atau
target yang dipersepsikan dan konteks dari situasi terjadinya persepsi Robbins, 1996.
Persepsi dapat dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu. Ciri tersebut dapat berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status lamanya dalam suatu
pekerjaan, jumlah anggota yang menjadi beban tanggungan, asal daerah dan jenis pekerjaan Tody, 1984 dalam Desiyani, 2003.
Sementara itu, Salmovar dan Porter dalam Mulyana 2001 mengemukakan bahwa terdapat enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi,
yaitu: 1. Kepercayaan Belief, Nilai Values, Sikap Attitudes
Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa memiliki ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Sementara itu nilai
biasanya bersumber dari isu filosofi yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat stabil dan sulit berubah.
2. Pandangan Dunia Worldview Pandangan dunia adalah orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, kematian,
alam semesta, kebenaran, materi kekayaan dan isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan kehidupan.
STIMULI • Penglihatan
• Suara • Bau
• Rasa • Tekstur
Indera Penerima
Sensasi Perhatian
Interpretasi Pemberian arti
Tanggapan
PERSEPSI
13
3. Organisasi Sosial Social organization Organisasi-organisasi yang terdapat dalam masyarakat, baik formal maupun
informal akan mempengaruhi persepsi seseorang mengenai dunia dan kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku. Lembaga informal contohnya
keluarga, sedangkan lembaga formal contohnya pemerintah melalui aturan- aturan. Sementara itu, lembaga-lembaga lain yang mempengaruhi persepsi adalah
lembaga pendidikan, komunitas agama, komunitas etnik, kelas sosial dan partai politik.
4. Tabiat manusia Human nature Pandangan mengenai siapa saja, bagaimana sifat dan watak seseorang akan
mempengaruhi cara orang tersebut mempersepsikan lingkungan fisik dan sosial. 5. Orientasi kegiatan Activity orientation
Aspek lain yang mempengaruhi persepsi adalah pandangan terhadap aktivitas. Orientasi ini dianggap sebagai suatu rentang: dari Being siapa seseorang
sehingga Doing apa yang dilakukan seseorang. 6. Persepsi tentang diri dan orang lain Perception of self and others
Masyarakat timur, pada umumnya adalah masyarakat kolektivis, dalam budaya kolektivis, diri self tidak bersifat unik atau otonom, melainkan lebur dalam
kelompok keluarga, klan, kelompok kerja, suku bangsa dan sebagainya, sementara diri dalam budaya individualistis Barat bersifat otonom.
Karakteristik Peternak
Karakteristik individu adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir dan pola sikap terhadap lingkungannya.
Karakteristik individu menurut Newcomb, et al dalam Rafinaldi 1992, meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan
lain-lain. Tono dalam Qodarudin 1993, menjelaskan bahwa karakteristik yang perlu
diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, tambahan pekerjaan diluar usaha peternakan, pemakaian tenaga kerja luar keluarga dan jumlah
pemilikan ternak. Menurut Zainun dalam Sari 1995, karakteristik individu akan dibawa
kedalam pekerjaan seorang individu sehingga menimbulkan berbagai macam
14
maksud, tujuan, kepentingan, kebutuhan, kesukaan, kesetiaan, kesusahan, kegemaran, kecakapan, kemampuan dan lain-lain. Karakteristik anggota kelompok
dalam hubungannya dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan khususnya keterampilan kepemimpinan pada kelompok tani ternak Pandan Wangi akan
dijabarkan di bawah ini : 1. Salah satu yang dapat menggambarkan produktivitas usaha seseorang adalah
umur. Umur dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam kehidupan sehingga terdapat keragaman sikap dan perilaku berdasarkan umur yang dimiliki
Lumentha, 1997. 2. Pendidikan formal
Pendidikan salah satu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan Jahi, 1988. Pendidikan formal seseorang yang semakin tinggi semakin cepat
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan dapat mempercepat cara berpikir seseorang Lumentha, 1997.
3. Pendidikan non formal Pendidikan non formal dapat dilakukan sebagai usaha untuk menambah
wawasan, pengalaman, keterampilan dan pengetahuan. Pendidikan ini dapat berupa seminar-seminar, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan. Pendidikan ini
merupakan suatu proses pengembangan kepribadiaan seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan Lumentha, 1997.
4. Pengalaman beternak Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat berarti dalam keberhasilan
usaha yang dilakukan. Semakin lama seseorang bekerja pada satu bidang tertentu maka semakin berpengalaman orang tersebut dan semakin ahli bekerja dalam
bidangnya. 5. Tingkat pendapatan
Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh peternak dengan hasil kegiatan usaha tani ternak setiap bulan setelah dikurangi biaya produksi.
15
6. Tujuan beternak Tujuan beternak merupakan tujuan dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani-
ternak. Tujuan beternak ini dapat dibagi kedalam kelompok usaha pokok dan usaha sambilan.
7. Lama menjadi anggota Lama menjadi anggota menentukan pengalaman seseorang terhadap kelompok.
Banyaknya orang yang berpengalaman dalam suatu kelompok maka akan mempengaruhi tingkat kemajuan kelompok.
8. Tingkat interaksi Tingkat interaksi merupakan jumlah atau banyaknya pertemuan yang dilakukan
oleh anggota dengan ketua kelompok dalam satu bulan, baik itu kunjungan yang dilakukan oleh ketua kelompok maupun anggota kelompok.
Kelompok Tani Ternak
Soekanto 1990, mendefinisikan kelompok sebagai himpunan atau kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama, hubungan tersebut antara lain menyangkut
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.
Kelompok tani ternak adalah kumpulan petani-peternak yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam
memanfaatkan sumberdaya pertanian-peternakan untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani-ternak dan kesejahteraan anggotanya baik anggotanya pria
maupun wanita Keputusan Menteri Pertanian, 1997. Kelompok dapat dibedakan menjadi kelompok formal dan kelompok
informal. Menurut Soekanto 1990, kelompok formal adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur
hubungan antar sesama. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu dengan pasti. Kelompok-kelompok tersebut
biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali, yang menjadi dasar pertemuan yaitu kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang
sama. Sedangkan Gibson dalam Marliati 1996, menjelaskan bahwa pembentukan
suatu kelompok didasari atas beberapa alasan, diantaranya:
16
1. Pemuasan kebutuhan. Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dengan terpenuhinya kebutuhan akan kesamaan, sosial dan penghargaan.
2. Kedekatan dan daya tarik. Kedekatan secara fisik serta daya tarik antara orang yang satu dengan yang lainnya karena mempunyai persamaan persepsi, sikap dan
motivasi. 3. Tujuan kelompok. Seseorang berkeinginan untuk menjadi anggota kelompok
karena tertarik pada tujuan kelompok. 4. Alasan ekonomi. Seseorang melalui kelompok akan memperoleh keuntungan
ekonomis yang lebih besar.
Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa inggris yaitu convergence atau convergency yang berarti tindakan bertemu atau bersatu di suatu tempat, pemusatan pandangan
mata ke suatu tempat yang amat dekat Echols dan Shadily, 1995. Salim dan Salim 1991, mengemukakan bahwa konvergensi adalah kecenderungan mengacu pada
satu titik temu. Konvergensi titik temu berarti bahwa petunjuk dari berbagai sumber yang terkumpul dengan berbagai cara yang semuanya mengindikasikan arti
yang sama atau mirip dari sumber tersebut. Petunjuk yang dihasilkan dari penerapan instrumen pengukur terhadap berbagai kelompok diberbagai tempat harus
menghasilkan arti yang mirip atau jika tidak demikian harus dapat menerangkan perbedaan itu Kerlinger, 1990.
Memusat berarti bergerak menuju pertambahan pengertian bersama mengenai maksud atau pokok pandangan masing-masing. Pihak setelah terjadi pemusatan,
maka tiap-tiap peserta akan mampu melihat dengan lebih jelas apa yang dimaksud oleh teman berkomunikasi Kincaid dan Schramm, 1987.
Menurut Rogers dan Kincaid 1981, konvergensi adalah kecenderungan dua atau lebih individu untuk bergerak menuju ke arah satu titik dan menyatukan
pengertian dalam satu pandangan atau fokus umum. Tujuan dalam proses konvergensi sudah ada pada saat terjadinya komunikasi. Konvergensi bukanlah suatu
konsep yang statis. Konvergensi selalu dinamis. Konvergensi selalu antara dua orang atau lebih.
17
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan
pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang dibentuk oleh masyarakat, yang memiliki karakteristik umum dan
diharapkan peka terhadap kepemimpinan dari kelompok tani-ternak tersebut. Penelitian yang berjudul konvergensi keefektivan kepemimpinan membahas dari sisi
ketua dan anggota. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti mengkaji keefektivan kepemimpinan. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 Juli sampai 17
Agustus 2006.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh ketua dan anggota dari anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Populasi responden berjumlah 100 orang dan menyebar dalam lima kelompok tani-ternak. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional
cluster random sampling dengan mengambil sampel dari masing-masing kelompok yang terdiri dari 5 kelompok tani-ternak. Selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi dan Sampel Kelompok Tani Ternak Pandan Wangi. No.
Nama Kelompok
Populasi Sampel
Total Ketua Anggota
Ketua Anggota
1. Tani Maju
1 29
1 30100 x 45 = 14
15 2.
Cadas Gantung 1
13 1
14100 x 45 = 6 7
3. Sugih Tani
1 13
1 14100 x 45 = 6
7 4.
Mitra Tani 1
21 1
22100 x 45 = 10 11
5. Mekar Harapan
1 19
1 20100 x 45 = 9
10 100
5 45 50
Berdasarkan pengamatan dan informasi ketua KTNA Leuwiliang, sebenarnya terdapat delapan kelompok tetapi tiga dari delapan kelompok bersifat kurang aktif
18
atau vakum, sehingga hanya terdapat lima kelompok yang diambil sebagai populasi. Kelima kelompok tersebut lebih aktif dalam kegiatan kelompok. Kelima kelompok
ini diambil sampel sebanyak 50 orang secara acak berdasarkan rumus Slovin, terdiri dari 45 orang anggota dan 5 orang ketua dengan teknik pengambilan sampel
Proportional cluster random sampling yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.
Rumus Slovin Sevilla, 1993 : n =
2
1 Ne
N +
Keterangan : n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di
tolerir sebesar 10
Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendalam tentang gejala sosial
tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari kelompok masyarakat yang diteliti, sehingga dapat diungkapkan kaitan antara berbagai gejala sosial. Variabel bebas X
adalah faktor ketua, faktor anggota dan faktor situasi, variabel tak bebas Y adalah keterampilan kepemimpinan.
Data dan Instrumen
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Sedangkan data sekunder melalui dokumen diperoleh dari pihak kecamatan setempat
untuk pengumpulan data tentang gambaran umum daerah penelitian. Sebelum pengumpulan data utama, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk
mengukur validitas dan reliabilitas kuesioner yang dibuat.
19
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan bagi responden. Ada dua perangkat kuesioner
yang digunakan, meliputi: 1 Kuesioner untuk anggota kelompok ;
• Karakteristik anggota • Persepsi tentang faktor situasi
• Persepsi tentang keefektivan kepemimpinan kelompok
2 Kuesioner untuk ketua kelompok ; • Karakteristik ketua
• Persepsi tentang faktor situasi • Persepsi tentang keefektivan kepemimpinan kelompok
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan Corrected Item-Total Correlation dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows. Hasil reliabilitas
kuisioner yang dilakukan pada pertengahan juli 2006 diperoleh nilai reliabiltas r
hitung
sebesar 0,7580 lebih besar daripada nilai r
tabel
0,632 Singarimbun, 1998. Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel untuk
digunakan pada lokasi penelitian yang sesungguhnya. Bila nilai Alpha dan r
hitung
r
tabel
maka instrumen dianggap reliabel dan valid. Pada lampiran 1 terlihat bahwa terdapat sebelas butir pertanyaan yang gagal tidak valid yaitu X213, X214, X215,
X216, X231, X232, X234, X311, X3111, X3123 dan X3125. Namun sebelas pertanyaan tersebut telah direvisi dan diupayakan reliabel serta valid.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terstruktur langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden dan pihak
yang terkait dalam penelitian ini, serta melakukan pengumpulan data sekunder dari pihak kecamatan setempat yang dilaksanakan di wilayah Desa Karehkel, Leuwiliang-
Bogor.
20
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut:
1. Statistik deskriptif, yaitu untuk melihat keragaman karakteristik anggota dan ketua kelompok tani-ternak yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan
non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi, tingkat pendapatan, lama menjadi anggota, status dalam kelompok dan jumlah tanggungan keluarga.
2. Analisis hubungan, yaitu untuk mengukur hubungan antara karakteristik anggota- pemimpin kelompok tani-ternak dan persepsi anggota-ketua kelompok dengan
keterampilan kepemimpinan, menggunakan program SPSS 12,0 for windows dengan korelasi rank Spearman Siegel, 1994 dengan rumus sebagai berikut:
1 6
1
2 1
2
− −
=
∑
=
N N
di rs
n t
Keterangan : rs
= koefisien korelasi rank Spearman n
= banyak
jenjang d
= selisih dua jenjang untuk indikator yang sama 3. Uji konvergensi, yaitu untuk melihat konvergensi persepsi tentang keefektivan
kepemimpinan antara anggota dan ketua, menggunakan program SPSS 12,0 dengan uji korelasi rank Spearman Siegel, 1994 dengan menggunakan rumus
seperti diatas.
Definisi Operasional
Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: