Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kelompok (Kasus Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

(1)

(Kasus: Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

AULIYAUL HAFIZHOH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRACT

AULIYAUL HAFIZHOH. Relationships of Leadership Style and Group

Effectiveness (Case: Mekarsari Farmers Group, Village Purwasari, Dramaga District, Bogor District).Supervised by:SUTISNA RIYANTO.

Revitalization of Agriculture, Fisheries and Forestry (RPPK) launched by President on June 11, 2005 is as one of the Triple Track Strategy of the United Indonesia Cabinet in order to reduce poverty and unemployment and improving national economic competitiveness and preserving the resources of agriculture, fisheries , and forestry. Effective farmer groups to support the achievement of one of the Revitalization of Agriculture, Fisheries and Forestry. Appropriate leadership style in carrying out group activities support the achievement of the effectiveness of farmer groups. The purpose of this study is to describe the chairman's leadership style, identifying the factors that drive leadership style chair, analyzing the effectiveness of the group, and analyze the relationship with the chairman's leadership style effectiveness Mekarsari Farmers Group, Village Purwasari, Dramaga Subdistrict, Bogor Regency. The research was conducted in farmer groups located in the Village Mekarsari Purwasari, Dramaga district, Bogor regency. From this research can be seen that there is a relationship between individual factors with the leader's leadership style. It is also known there is a relationship between factor group with the leadership style of the group leader. In this study also can be seen that there is a relationship between leadership style group heads to the achievement of the group effectiveness.


(3)

RINGKASAN

AULIYAUL HAFIZHOH. Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kelompok (Kasus: Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan SUTISNA

RIYANTO.

Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan Presiden RI Tanggal 11 Juni 2005 merupakan sebagai salah satu dari

Triple Track Strategy dari Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan, dan kehutanan. Salah satu bagian penting dalam program RPPK adalah pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Kelompok tani yang efektif menjadi salah satu pendukung tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dalam kelompok tani memiliki peran penting dalam mengembangkan keberadaan kelompok. Gaya kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan aktifitas kelompok menunjang tercapainya efektivitas kelompok tani.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya kepemimpinan ketua, mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis efektivitas kelompok, dan menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Mekarsari yang bertempat di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dari Bulan April hingga Bulan Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain survei yang bersifat deskriptif korelasional, sedangkan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini meliputi anggota Kelompok Tani Mekarsari dengan jumlah populasi 52. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner diuji reliabilitasnya dan diupayakan validitasnya.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang diolah menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 16.0.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor individu pemimpin dengan gaya kepemimpinan. Faktor individu pemimpin lebih berhubungan dengan penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif pada Ketua Kelompok Tani Mekarsari. Selain itu juga diketahui terdapat hubungan antara faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok. Struktur kelompok memiliki hubungan yang sangat nyata dengan gaya kepemimpinan direktif, suportif, dan partisipatif. Selain struktur kelompok, tujuan kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan gaya kepemimpinan


(4)

partisipatif. Sedangkan umur dari anggota kelompok tani berhubungan nyata dengan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif. Pada penelitian ini juga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan tercapainya efektivitas kelompok. Gaya kepemimpinan suportif memiliki hubungan yang sangat nyata dengan wawasan keanggotaan, keberhasilan anggota, dan moral kelompok, dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain.


(5)

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

EFEKTIVITAS KELOMPOK

(Kasus: Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor)

Oleh: Auliyaul Hafizhoh

I34070021

Skripsi

Sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama : Auliyaul Hafizhoh

NRP : I34070021

Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kelompok (Kasus: Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 198803 1 004

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP EFEKTIVITAS KELOMPOK (KASUS: KELOMPOK TANI MEKARSARI, DESA PURWASARI, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juni 2011

Auliyaul Hafizhoh


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Auliyaul Hafizhoh lahir di Madiun pada tanggal 27 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Bapak Agus Sholah dan Ibu Sri Yuliatiningsih. Pendidikan yang sudah ditempuh adalah TK Siti Hajar- Malang (1993-1995), SD Negeri Percobaan-Malang (1995-2001), SMP Negeri 1-Percobaan-Malang (2001-2004), SMA Negeri 1-Percobaan-Malang (2004-2007). Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB melalui jalur USMI.

Semenjak memasuki bangku perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi serta kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain: BEM TPB IPB (Oryza Sativa), Koran Kampus IPB, HIMASIERA dan IMPEMA cluster IPB. Kepanitiaan yang pernah diikut serta oleh penulis yaitu Journalistik Fair (2007), Oryza in Action (2008), Seminar Nasional Membangun Minapolitan Berbasis Masyarakat (Kerjasama Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan PKSPL-IPB) (2010), dan PESTANI (Kerjasama IPB dengan Kodam Siliwangi) (2011).

Selama kuliah penulis pernah magang di CSR Indocement-Citereup dalam rangka Go Field IPB angkatan pertama (2009), KKP FEMA IPB di Desa Sukawening-Bogor (2010). Menjadi enterpreneur juga salah satu pengalaman yang pernah dimiliki oleh penulis, penulis memiliki Online Shop Sunday Accessoris. Penulis juga menjadi asisten untuk mata kuliah Komunikasi Kelompok dari semester genap (2009/2010), semester pendek (2010/2011), semester ganjil (2010/2011), dan semester genap (2010/2011). Pengalaman menjadi enumerator kerjasama Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen dengan PERTAMINA (2011) juga pernah dirasakan oleh penulis.

Prestasi yang pernah diraih oleh penulis semasa kuliah yaitu Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa bidang kewirausahaan yang berjudul Drawing Tube From Paper "Drawfer” dan bidang pengabdian masyarakat yang berjudul Konsep Inovatif "Bank Sampah" Untuk Pengembangan Praktek Sanggar Kreatif Bernuansa Lingkungan Hidup Berbasiskan Multimedia Tokoh Wayang, lolos didanai oleh DIKTI pada tahun 2011.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tercurah untuk Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kelompok (Kasus: Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)” dijadikan judul dalam skripsi ini, karena penulis ingin meneliti hubungan antara gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua terhadap pencapaian efektivitas kelompok pada Kelompok Tani Mekarsari.

Tidak ada manusia yang sempurna. Walaupun penulis sudah berusaha seoptimal mungkin kesalahan pasti selalu mengikuti manusia. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan yang ada dalam tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Dosen Pembimbing Skripsi, Ir. Sutisna Riyanto, MS yang telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, serta motivasi kepada penulis sehingga Studi Pustaka ini dapat terselesaikan.

2. Dosen penguji utama sekaligus dosen pembimbing akademik , Dr. Ir. Amirrudin Saleh, MS yang selama ini telah memberikan saran dan kritik serta semangat disetiap langkah penulis.

3. Dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.

4. Kedua adik yaitu Alfiyan Ilmi Ghani dan Munirul Huda yang selalu memberi semangat dan selalu menghibur.

5. Keluarga besar Moelyodiarjo, Shofwan, Thohir dan As’ad yang selalu mendoakan dan memberi motivasi.

6. Teman-teman satu Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 44. Puput, Citra, Yunita, Anies, Zuhe, Ica, Isma, dan Dhanis yang selalu menghibur dan menemani hari-hari penulis selama berkuliah di IPB.

7. Teman-teman Koran Kampus IPB dengan jargonnya “Menjerat Berita Mengguncang Dunia!” yang selalu memberikan dukungan untuk menjadi jurnalis yang hebat. Terutama bagi “Tambuners” yang merelakan waktunya untuk berkumpul sejenak dan bertukar argumen serta informasi.

8. Teman satu bimbingan Skripsi Dewi Silvialestari yang saling memberikan semangat.

9. Reza Dwi Noviawan yang bersedia membantu dan selalu memberikan masukan yang membangun bagi penulis.


(11)

10. Teman-teman HIMAREMA (Jatu, Lutfi, Eri, Fikrin, dan Putri) yang selalu mendukung setiap langkah penulis.

11. Pihak BP3K Kecamatan Dramaga dan Kelompok Tani Mekarsari yang menyediakan waktu untuk pelaksanaan penelitian Skripsi penulis.

12. Segala pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, menyemangati dan mendoakan.

Ucapan terima kasih yang sebenarnya tidak cukup sekedar dituliskan, dipersembahkan kepada Bapak Agus Sholah dan Ibu Sri Yuliatiningsih. Ajaran untuk sukses hidup dunia dan akhirat yang ditanamkan sejak ananda kecil memberikan motivasi untuk bertindak lebih bijaksana. Terima kasih atas dukungan materiil dan moril yang selama ini diberikan kepada ananda.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka... 7

2.1.1 Kelompok ... 7

2.1.1.1 Konsep Kelompok ... 7

2.1.1.2 Jenis-Jenis Kelompok ... 8

2.1.1.3 Kelompok tani ... 11

2.1.2 Efektivitas Kelompok ... 11

2.1.2.1 Definisi Efektivitas Kelompok ... 11

2.1.2.2 Kriteria Kelompok Efektif ... 13

2.1.2.3 Faktor-Faktor Efektivitas Kelompok ... 14

2.1.3 Kepemimpinan Ketua Kelompok ... 16

2.1.3.1 Definisi Kepemimpinan ... 16

2.1.3.2 Tujuan Kepemimpinan ... 17

2.1.3.3 Sifat, Watak, dan Perangai Kepemimpinan . 17

2.1.3.4 Teori Kepemimpinan ... 19

2.1.4 Gaya Kepemimpinan Ketua Kelompok ... 20

2.2 Kerangka Pemikiran ... 24

2.3 Hipotesis Penelitian ... 27

2.4 Definisi Operasional ... 27

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN ... 33


(13)

Halaman

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 35

3.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ... 37

4.1 Gambaran Wilayah Desa Penelitian ... 37

4.2 Gambaran Umum Kelompok Tani Mekarsari ... 38

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUA KELOMPOK TANI MEKARSARI ... 42

5.1 Gaya Kepemimpinan ... 42

5.2 Faktor Individu yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan... 44

5.2.1 Faktor Individu Pemimpin ... 44

5.2.2 Hubungan Faktor Individu Pemimpin dengan Efektivitas Kelompok ... 47

5.3 Faktor Kelompok yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan... 52

5.3.1 Jenis Kelompok ... 52

5.3.2 Tujuan Kelompok ... 53

5.3.3 Struktur Kelompok ... 55

5.3.4 Karakteristik Anggota Kelompok ... 56

5.3.5 Hubungan Faktor Kelompok dengan Gaya Kepemimpinan Ketua Kelompok ... 58

BAB VI EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI MEKARSARI ... 61

BAB VIIHUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DENGAN TERCAPAINYA EFEKTIVITAS KELOMPOK ... 63

BAB VIIIPENUTUP ... 67

8.1 Kesimpulan ... 67

8.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(14)

DAFTAR TABEL

 

Nomor Halaman

1 Sebaran Penduduk Desa Purwasari Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010... 38 2 Prestasi Kelompok Tani Mekarsari... 40 3 Rataan Skor dan Persentase Berdasarkan Tingkatan

Penilaian Gaya Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Mekarsari... 42 4 Rataan Skor dan Persentase Berdasarkan Tingkatan

Penilaian Terhadap Faktor Individu Pemimpin... 45 5 Hubungan Faktor Individu Pemimpin dengan Gaya

Kepemimpinan... 47 6 Rataan Skor dan Persentase Berdasarkan Tingkatan

Penilaian Aspek Jenis Kelompok... 52 7 Rataan Skor dan Persentase Berdasarkan Tingkatan

Penilaian Aspek Tujuan Kelompok... 54 8 Rataan Skor dan Persentase Berdasarkan Tingkatan

Penilaian Aspek Struktur Kelompok... 55 9 Distribusi Karakteristik Anggota Kelompok Tani Mekarsari. 56 10 Hubungan Faktor Kelompok dengan Gaya Kepemimpinan... 58 11 Rataan Skor dan Persentase Berdasarkan Tingkatan

Penilaian Aspek Efektivitas Kelompok Tani Mekarsari... 61 12 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Tercapainya

Efektivitas Kelompok... 63


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

 

Nomor Halaman

1 Rataan Gaya Kepemimpinan... 72 2 Kerangka Sampling... 73 3 Peta Wilayah Penelitian (Desa Purwasari, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor)... 74 4 Dokumentasi Penelitian... 75 5 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor

Individu Pemimpin dengan Gaya Kepemimpinan... 76 6 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor

Kelompok dengan Gaya Kepemimpinan... 78 7 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Gaya


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan Presiden RI Tanggal 11 Juni 2005 merupakan sebagai salah satu dari

Triple Track Strategy dari Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan1. Arah RPPK mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan). Salah satu bagian penting dalam program RPPK adalah pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Presiden Susilo Bambang Yudoyono kembali melanjutkan Revitalisasi sektor Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan gelombang dua2. Pembinaan kelompok tani masih menjadi bagian penting ketika melanjutkan revitalisasi tersebut.

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, Tanggal 18 Maret 1997 kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya3. Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 273/ Kpts/OT.160/4/2007 Tanggal 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani menjabarkan bahwa kelompok tani sebagai kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

      

1

Diakses dari www.deptan.go.id hari senin, 28 Februari 2011 jam 12.08 

2

Diakses dari www.indonesia.go.id hari senin, 28 Februari 2011 jam 12.12 

3


(17)

sumber daya) dan keakraban untuk meningkatan dan mengembangkan usaha anggota4. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani.

Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu (Robbins, 2002). Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebuah kelompok yaitu ukuran (size), harus terdapat pertukaran atau komunikasi antara individu-individu yang membentuk kelompok dan adanya usaha mencapai sebuah sasaran bersama (Ivancevich et al., 2007). Ciri kelompok tani menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 273/ Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 adalah (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota; (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi; (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

Terdapat kesadaran pada anggota-anggota kelompok bahwa terdapat ikatan yang mempersatukan. Baron dan Byrne (1979) (dalam Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa kelompok mempunyai dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok – ada sense of belonging – yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain. Unsur pengikat kelompok tani menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 273/ Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 adalah adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya, adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya, adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya, adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya, Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

      

4


(18)

Kelompok tani yang efektif menjadi salah satu pendukung tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Keefektivan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok (faktor situasional) dan pada karakteristik para anggotanya (faktor personal) (Rakhmat, 2005). Faktor situasional tersebut antara lain yaitu ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan kepemimpinan. Faktor personal antara lain yaitu, kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi, dan peranan. Menurut Floyd Ruch (dalam Santosa, 2006) yang mempengaruhi efektivitas kelompok yaitu atmosphere (suasana kelompok), goal formultion (perumusan tujuan), flexibelity (fleksibilitas), consensus (mufakat), process awarness (kesadaran kelompok), dan continual evaluation ( penilaian yang kontinu). Menurut Crech dan Curthfield (dalam Santosa, 2006) kelompok menjadi efektif apabila: (1) merupakan saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berkawan, dukungan, dan cinta kasih; (2) merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan rasa harga diri dan identitasnya; (3) merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial; (4) merupakan sarana memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama; (5) merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman sakit. Cartwright (dalam Marliati, 1996) mengemukakan bahwa keefektifan kelompok adalah ukuran tercapainya tujuan kelompok dihubungkan dengan besarnya kepuasan anggota dalam mencapai tujuan dan setelah tercapainya tujuan.

Pemimpin dalam kelompok memiliki peranan yang penting dalam perkembangan kelompok. Pemimpin dalam kelompok tani menggerakkan anggota atau petani untuk mengembangkan usahanya. Pemimpin adalah seorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai (Wiriadihardja, 1987). Tugas pimpinan menurut Purwanto (dalam

Santosa, 2006), antara lain: (1) menyelami kebutuhan dan keinginan kelompoknya; (2) memilih kehendak yang realitas dari kelompoknya; (3)


(19)

meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka; (4) menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kehendak tersebut.

Kepemimpinan menurut Tannenbaum (dalam Santosa, 2006) adalah pengaruh antara orang dalam kancah situasi langsung melalui proses komunikasi yang terarah untuk memperoleh tujuan khusus maupun tujuan umum. Menurut Wiriadihardja (1987) kepemimpinan adalah kemampuan sesorang yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengen kehendak orang itu, sehingga berhasi mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Tujuan kepemimpinan dalam kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai (Santosa, 2006). Berdasarkan teori motivasi dimana ada pengaruh dari tingkah laku pimpinan yang dapat memotivasi bawahan, kepuasan kerja, serta aktivitas bawahan. Hause (dalam Santosa, 2006) menerangkan bahwa gaya kepemimpinan meliputi hal-hal berikut: (1) directive leadership; (2) supportive leadership; (3) participative leadership; (4) achievement-oriented leadership. Sedangkan gaya kepemimpinan yang diuraikan Lewin dan kawan-kawannya (dalam Goldberg, 1985) adalah gaya otoriter, demokratis, dan laissez faire.

Kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dalam kelompok tani memiliki peran penting dalam mengembangkan keberadaan kelompok. Gaya kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan aktifitas kelompok dapat menunjang tercapainya efektivitas kelompok tani.

1.2 Masalah Penelitian

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang diperpanjang hingga gelombang dua membutuhkan dukungan keberadaan kelompok tani. Dalam Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang pertama dilaksanakan penumbuhan dan pengembangan kelompok tani yang juga dilanjutkan pada revitalisasi gelombang dua. Faktor kepemimpinan kelompok memiliki peran yang penting dalam penumbuhan dan pengembangan kelompok tani yang terutama tercermin dari gaya kepemimpinan ketua kelompok tani dalam memimpin anggota-anggotanya. Efektivitas kelompok sebagian ditentukan oleh hakikat interaksi saling mempengaruhi antar sesama anggota yang salah satunya


(20)

adalah gaya kepemimpinan. Tercapainya kelompok yang efektif menjadi penunjang tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Pada Kelompok Tani Mekarsari terdapat seorang pemimpin yang memimpin para petani dengan komoditas padi dan palawija yang letaknya di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani berkategori utama dan pernah diundang oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk datang ke istana negara.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dirumuskan beberapa rumusan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Gaya Kepimimpinan apakah yang diterapkan oleh ketua pada Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor? 2. Faktor-faktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan dalam

Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor?

3. Apa dan bagaimana efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor?

4. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang diuraikan, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua pada Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan dalam Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

3. Menganalisis efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.


(21)

4. Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk dapat menggambarkan secara jelas mengenai hubungan gaya kepemimpinan dari ketua terhadap efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, melalui identifikasi faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua dan idektifikasi efektivitas dari kelompok tani itu sendiri. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan baru di bidang akademisi dan insititusi pemerintahan dalam peningkatan kapasitas kepemimpinan dari ketua kelompok tani. Kelompok tani dan pemerintah sebagai institusi yang berwenang dapat saling bekerja sama dalam meningkatkan kapasitas kepemimpinan ketua sehingga tercapai efektivitas dari kelompok tani dan mendukung tercapainya Revitalisasi bidang Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kelompok

2.1.1.1 Konsep Kelompok

Menurut Ivancevich et al. (2007) kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling berinteraksi untuk mencapai sebuah sasaran bersama. Senada dengan Ivancevich, Robbins (2002) mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok tidak sekedar terbentuk oleh adanya gerombolan orang banyak. Kelompok memiliki suatu struktur yang membentuk perilaku dari anggotanya.. Kelompok itu adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan ada dalam situasi saling mempengaruhi. Pada setiap anggota kelompok didapati aksi-aksi dan reaksi-reaksi yang timbal balik (Kartono, 2006).

Menurut Baron dan Byrne (dalam Rakhmat, 2005) tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di terminal bus, yang antri di depan loket bioskop, yang berbelanja di pasar, semuanya disebut agregat bukan kelompok. Supaya agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok, ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.

Kelompok adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern. Masing-masing dari diri kita telah menjadi dan masih menjadi anggota kelompok-kelompok yang berbeda. Beberapa kelompok-kelompok dianggap berhasil, beberapa lagi tidak. Beberapa kelompok dapat memotivasi munculnya kinerja terbaik dari para


(23)

anggotanya, sedangkan kelompok yang lain justru memunculkan kinerja yang buruk.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Kelompok

Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Terdapat empat dikotomi, yaitu: primer-sekunder, ingroup-outgroup, rujukan-keanggotaan, deskriptif-preskriptif (Rakhmat, 2005).

1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian anggota yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang hanya anggota tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Hubungan dengan anggota kelompok primer bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan (non-transferable). Komunikasinya lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik dan isi komunikasi bukan merupakan hal yang sangat penting. Komunikasi pada kelompok primer lebih ekspresif dan bersifat informal (Rakhmat, 2005). Kelompok primer (primary group), artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya (Santosa, 2006).

Kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana anggota dapat mengenal orang lain sebagai suatu pribadi secara akrab. Hal tersebut dilakukan melalui hubungan sosial yang bersifat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan total, yang mencakup banyak aspek dari pengalaman hidup seseorang. Para anggota kelompok seperti itu saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Kelompok primer haruslah kecil jika semua anggotanya ingin berhubungan satu sama lainnya secara akrab (Horton dan Hunt, 1999).

Pada kelompok sekunder, komunikasi bersifat dangkal (hanya menembus bagian luar dari kepribadian anggota) dan terbatas (hanya berkenaan dengan hal-hal tertentu saja). Lambang komunikasi umumnya verbal dan sedikit


(24)

sekali nonverbal. Komunikasi pada kelompok sekunder lebih instrumental dan bersifat formal (Rakhmat, 2005). Kelompok sekunder (secondary group), artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan (Santosa, 2006).

Di dalam kelompok sekunder hubungan sosial bersifat formal, impersonal, dan segmental (berpisah-pisah), serta didasarkan pada azas manfaat (utilitarian). Seseorang tidak berurusan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai seorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak penting, yang dianggap penting ialah cara kerja. Dalam kelompok sekunder seseorang menemukan cara yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu, walaupun cara tersebut seringkali mengorbankan hati kecil orang tersebut (B. Horton dan L. Hunt, 1999).

2. Ingroup dan Outgroup

Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Perasaan

ingroup diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama. Dengan mereka yang termasuk dalam lingkaran ingroup, anggota merasa terikat dalam semangat keanggotaan. Semangat ini lazim disebut kohesi kelompok (Rakhmat, 2005).

Untuk membedakan ingroup dan outgroup, dibuat batas (boundaries) yang menentukan siapa masuk orang dalam, dan siapa orang luar. Batas-batas ini dapat berupa lokasi geografis, suku bangsa, pandangan atau ideologi, pekerjaan atau profesi, bahasa, status sosial, dan kekerabatan (Rakhmat, 2005).

3. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan

Kelompok keanggotaan menentukan serangkaian perilaku bagi anggota-anggotanya. Standar perilaku ini dapat digunakan untuk menambah peluang diterimanya pesan kita (Rakhmat, 2005).

Kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Kelompok yang terikat dengan kita secara nominal adalah kelompok rujukan kita,


(25)

sedangkan yang memberikan kepada kita identifikasi psikologis adalah kelompok rujukan (Rakhmat, 2005).

4. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif

Kategori deskripif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Untuk kategori deskriptif dapat dikelompokkan berdasarkan tujuannya. Kategori preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya (Rakhmat, 2005).

Tipe kelompok yang lain adalah paguyuban (gemeinschaft)-patembayan (gesellschaft) dan formal group-informal group (Soekanto, 2009).

1. Paguyuban (Gemeinschaft)-Patembayan (Gesellschaft)

Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama, di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan.

Oleh Tonnies (dalam Soekanto, 2009) dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:

a) Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra.

b) Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja.

c) Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk anggota saja dan tidak untuk orang lain di luar kelompok.

Patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik.

2. Formal Group-Informal Group

Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarsesama.

Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulangkali yang didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang sama.


(26)

2.1.1.3 Kelompok tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, Tanggal 18 Maret 1997 kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya5. Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 273/ Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dijabarkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatan dan mengembangkan usaha anggota6. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani.

2.1.2 Efektivitas Kelompok

2.1.2.1 Definisi Efektivitas Kelompok

Kajian tentang faktor penentu efektivitas kelompok mengacu kepada dua kepentingan. Pertama, kepentingan teoritis. Kepentingan teoritis dimaksudkan untuk memperoleh tilikan yang mendalam tentang fungsi kelompok, baik bagi anggota maupun bagi masyarakat. Kepentingan praktis dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang produktivitas, efisiensi, dan kebaikan-kebaikan lain dari anggota kelompok. Kajian teoretis-praktis dimaksudkan untuk memperoleh tilikan yang komprehensif dan mendalam tentang fungsi kelompok bagi produktivitas, efeisiensi, dan kebaikan-kebaikan lain dari anggota kelompok. Ukuran produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kelompok itu sendiri berbeda masing-masing kelompok, apalagi menuurut anggotanya (Danim, 2004).

David Krech, Richard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey (Danim, 2004) memberikan jabaran tentang ukuran efektivitas kelompok. Secara umum, ukuran efektivitas kelompok adalah sebagai berikut:

1. Jumlah hasil yang bisa dikeluarkan oleh kelompok

      

5

 Diakses dari www.deptan.go.id hari senin, 28 Februari 2011 jam 12.08 

6


(27)

Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari kerja kelompok itu. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan dengan keluaran, usaha dengan hasil, persentase pencapaian program kerja, dan sebagainya

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh oleh anggota kelompok

Kepuasan itu sukar diukur dan bervariasi untuk masing-masing anggota kelompok, seprti guru, staf tata usaha, dan sebagainya. Karakteristik kepuasan anggota kelompok antara lain tercermin dari keterbukaan berkomunikasi antar-anggota, kerajinan, tidak terlalu mempunyai “perhitungan” dalam bekerja, berkurangnya keluhan, berkurangnya pembicaraan mengenai kelemahan atasan dan kebutuhan rekan kerja, tingkat kehadiran tinggi, dan lain-lain. Ukuran efektivitas ini bisa kuantitatif dan bisa kualitatif.

3. Produk kreatif kelompok

Banyak hal berkembang sendiri dalam dunia kerja jika kondisinya kondusif untuk itu. Oleh karena itu, salah satu ciri kelompok efektif adalah kemampuan kelompok itu menumbuhkan kreativitas anggota. Cara kerja seseorang dalam organisasi atau kelompok tidak sepenuhnya dapat dituangkan ke dalam format khusus. Cara kerja merupakan seni atau kiat (art) yang berbeda pada masing-masing individu. Itu sebabnya tutntutan akan konformitas yang berlebihan dapat menjadi bumerang organisasi atau kelompok.

4. Intensitas emosi yang dicapai oleh seseorang karena dia menjadi anggota kelompok

Intensitas emosi diukur dengan ketaatan yang lebih tinggi karena menjadi anggota kelompok atau rasa memiliki dengan kadar tinggi karena termasuk kelompok yang ikut berjuang untuk memilikinya.

Cartwright dan Zender (dalam Marliati, 1996) mengemukakan bahwa keefektifan kelompok adalah ukuran tercapainya tujuan kelompok dihubungkan dengan besarnya kepuasan anggota dalam mencapai tujuan dan setelah tercapainya tujuan. Determinan keefektifan kelompok dapat bersumber dari (1) derajat pencapaian tujuan kelompok, (2) banyaknya usaha atau kegiatan yang efisien yang dilakukan oleh kelompok dalam mencapai tujuan dan


(28)

mempertahankan kehidupannya, dan (3) tingkat kepuasan anggota terhadap tujuan yang dicapai dan usaha yang dilakukan kelompok (Soedijanto, 1981).

Dalam mengukur efektivitas kelompok, berbeda kelompok maka berbeda pula ukuran efektivitasnya. Oleh karena itu menurut Slamet dan Soedijanto (dalam Marliati, 1996) komponen keefektifan kelompok tani terdiri dari: (1) perubahan perilaku petani, (2) perubahan produktivitas petani anggota kelompok, (3) wawasan keanggotaan, (4) tingkat keberhasilan anggota, (5) moral kelompok, dan (6) imbas kelompok. Keenam faktor tersebut selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Perubahan perilaku petani anggota kelompok adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya untuk menerapkan inovasi pertanian yang dianjurkan pemerintah yang meliputi: tingkat adopsi, lama adopsi, dan jumlah petani yang berhasil membiasakan diri.

2. Perubahan produktivitas petani anggota kelompok adalah tingkat kenaikan produksi sesudah berkelompok dibanding sebelum berkelompok.

3. Wawasan keanggotaan adalah tingkat peran serta anggota kelompok tani dalam kegiatan kelompok baik dalam pertemuan berkala, kegiatan kelompok di luar pertemuan berkala dan kegiatan individual atas nama kelompok.

4. Tingkat keberhasilan kegiatan kelompok adalah mutu dan jumlah hasil kegiatan yang dicapai oleh kelompok.

5. Moral kelompok adalah tingkat kepuasan anggota kelompok terhadap hasil yang dicapai, kegiatan yang dilakukan dan rasa bangga serta cinta terhadap kelompok.

6. Imbas kelompok adalah pengaruh kelompok terhadap para petani di sekelilingnya yang meliputi jumlah petani yang meniru, produktivitas yang dicapai dan kepuasan terhadap produktivitas tersebut.

2.1.2.2 Kriteria Kelompok Efektif

Menurut Harris dan Nelson (2008) ciri-ciri kelompok yang efektif adalah sebagai berikut:

1. Tujuan dijelaskan dan berubah menjadi pertentangan terbaik antar tujuan individu dan tujuan kelompok dapat dicapai, tujuan kelompok strukturnya kooperatif.


(29)

2. Komunikasi dua arah, dan ekspresi yang terbuka dan akurat dari kedua ide dan lebih menegaskan perasaan.

3. Partisipasi dan kepemimpinan didistribusikan antar anggota kelompok, ditekankan pada pencapaian tujuan, pemeliharaan internal, dan perubahan perkembangan.

4. Kemampuan dan informasi menentukan pengaruh dan kekuasaan, kontrak/ perjanjian dibuat untuk memastikan tujuan individu dan kebutuhan terpenuhi; kekuasaan dibagi-bagi.

5. Kontroversi dan konflik dilihat sebagai kunci positif terhadap keterlibatan anggota, kualitas dan keaslian keputusan, dan kelanjutan dari kelompok adalah suatu kondisi kerja yang baik.

6. Prosedur pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan situasi; metode yang berbeda digunakan pada waktu yang berbeda, konsensus dicari untuk keputusan yang penting, didorong keterlibatan dan diskusi kelompok.

7. Interpersonal, kelompok, dan tekanan perilaku antargolongan; kohesi yang maju menginklusi terus menerus pemikiran tingkat tinggi , kasih sayang, penerimaan, dukungan, dan kepercayaan. Menyokong individualitas.

8. Tinggi dalam kompetensi pemecahan masalah.

9. Anggota mengevaluasi efektivitas kelompok dan memutuskan bagaimana meningkatkan fungsinya, pencapaian tujuan, pemeliharaan internal, dan pengembangan semua dianggap penting.

10. Didorongnya efektivitas interpersonal, aktualisasi diri, dan inovasi.

2.1.2.3 Faktor-Faktor Efektivitas Kelompok

Salah satu yang mempengaruhi efektivitas kelompok sosial menurut Floyd Ruch (dalam Santosa, 2006) adalah Atmosphere (suasana kelompok) yang menyangkut hal-hal berikut:

1. Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti tersedianya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota.

2. Treat reduction (rasa aman)

Rasa aman ini menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, yang meliputi:


(30)

b. Tidak saling curiga, dan c. Tidak saling bermusuhan.

Rasa aman ini lebih menyentuh aspek psikologis anggota. 3. Distributive leadership (kepemimpinan bergilir)

Kepemimpinan yang bergilir berarti adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya. Dengan demikian, tiap anggota yang diberi kekuasaan akan dapat mengetahui kemampuan mereka masing-masing dan lebih dari itu akan menanamkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelompok secara keseluruhan, baik pada saat menjadi pimpinan maupun sebagai anggota kelompok.

4. Goal formulation (perumusan tujuan)

Tiap kelompok pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing.

5. Flexibelity (fleksibelitas)

Segala sesuatu yang menyangkut kelompok seperti suasana, tujuan, kegiatan, struktur, dan sebagainya dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan.

6. Consensus (mufakat)

Dengan mufakat yang ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak.

7. Process awareness (kesadaran berkelompok)

Adanya peranan, fungsi, dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap sesama anggota kelompok, dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.

8 Continual evaluation (penilaian yang kontinu)

Kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinu terhadap perencanaan kegiatan dan pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok. Di samping itu, akan dapat


(31)

diketahui semua motivasi dan hambatan yang dialami anggota dalam rangka mencapai tujuan kelompok.

Efektivitas kelompok sebagian ditentukan oleh hakikat interaksi saling mempengaruhi antar-sesama anggota yang salah satunya adalah gaya kepemimpinan (Danim, 2004).

Menurut Crech dan Curtchfield (dalam Santosa, 2006) Kelompok menjadi efektif apabila:

1. merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berkawan, dukungan, dan cinta kasih;

2. merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan rasa harga diri dan identitasnya;

3. merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial;

4. merupakan sarana memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama;

5. merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman yang sakit.

2.1.3 Kepemimpinan Ketua Kelompok

2.1.3.1 Definisi Kepemimpinan

Definisi kepemimpinan ada bermacam-macam, Carter dan Hampill (dalam Santosa, 2006) berpendapat, kepemimpinan adalah mengusahakan akan tindakannya, memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian dari proses pemecahan soal bersama. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan (Dubrin, 2006).

Dalam arti yang luas kepemimpinan dapat dipergunakan setiap orang dan tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka di sini kegiatan kepemimpinan itu telah dimulai. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja,


(32)

asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang-orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991). Ralph Stogdill (dalam Wiriadihardja, 1987) mendefinisikan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok, menuju ke arah penentuan tujuan dan mencapai tujuan.

Wiriadihardja (1987) memaparkan beberapa esensi kepemimpinan, yaitu: 1. Kemampuan mempengaruhi tata laku orang lain, apakah dia pegawai

bawahan, rekan sekerja atau atasan;

2. Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan, sugesti, perintah, saran atau bentuk lainnya;

3. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

2.1.3.2 Tujuan Kepemimpinan

Menurut Santosa (2006) ada beberapa tujuan kepemimpinan, antara lain tujuan organisasi, tujuan kelompok, dan tujuan pribadi pemimpin.

1. Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan dan menghindarkan diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.

2. Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai. 3. Tujuan pribadi anggota kelompok berguna untuk memberi pengajaran,

pelatihan, penyuluhan, dan konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota kelompok dapat mengembangkan pribadinya.

4. Tujuan pribadi pemimpin dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada pimpinan berkembang dalam tugasnya, seperti mempengaruhi, memberi nasihat dan sebagainya.

2.1.3.3 Sifat, Watak, dan Perangai Kepemimpinan

Seorang pemimpin yang efektif pasti memiliki sejumlah trait atau karakteristik tertentu. Teori trait tentang kepemimpinan ialah usaha identifikasi karakter khusus (fisik, mental, kepribadian) terkait kesuksesan pemimpin (ivancevich, 2007). Karakteristik kepribadian pemimpin dapat ditelususri melalui sifat, watak, dan perangai dari pemimpin. Sifat, watak dan perangai yang dimiliki


(33)

oleh seorang pemimpin dapat menunjang tercapainya kepemimpinan yang efektif. Wiriadihardja (1987) menjabarkan beberapa sifat, watak dan perangai kepemimpinan sebagai berikut:

1. Toleransi

Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi, bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan.

2. Keuletan

Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri, sekalipun tidak dalam segala hal. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.

3. Rasa Kesungguhan

Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh usahanya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.

4. Tenang

Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifat yang tidak menonjolkan kekakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala ketidaktertiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya. 5. Terarah

Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Memunyai wibawa, kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif.


(34)

6. Tanggap dan Terampil

Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi, dan lingkungan baru secara tepat. Cepat menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang tepat.

7. Cakap dan Luwes

Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk menyukseskan tanggung jawabnya. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memilih para pembantunya yang cakap.

2.1.3.4 Teori Kepemimpinan

Terdapat dua teori kepemimpinan penting yang banyak digunakan dalam penelitian sehingga dapat menjadi acuan dalam membahas kepemimpinan didalam kelompok. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fiedler Contingency Model of Leadership

Teori ini memusatkan perhatiannya bahwa ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan dalam kelompok (Santosa, 2006). Adapun situasi yang menguntungkan dapat dicapai dengan tiga cara berikut:

a. Ada hubungan antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok. b. Ada kegiatan yang berencana dari kelompok.

c. Ada kekuatan posisi pimpinan yang diperoleh melalui otoritas formal (formal authority).

Kinerja kelompok bergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan keuntungan situasional (situasional favorableness). Gaya kepemimpinan diukur dengan Least-Preferred Co-Worker Scale (LPC), sebuah instrumen yang dikembangkan Fiedler, yang mengukur tingkat perasaan positif atau negatif yang dimiliki seseorang terhadap orang lan yang paling tidak dipilih untuk bekerja sama. Nilai yang rendah dalam LPC dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang task-oriented (berorientasi tugas), yaitu gaya yang


(35)

mengontrol dan terstruktur. Nilai yang tinggi diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan yang relationship-oriented (berorientasi hubungan), yaitu gaya yang pasif dan memiliki kepedulian (Ivancevich, 2007).

2. Path Goal Leadership Theory

Teori ini berdasarkan teori motivasi. Path goal leadership theory pada prinsipnya menerangkan bahwa ada pengaruh dari tingkah laku pimpinan yang dapat memotivasi bawahan, kepuasan kerja, serta aktivitas bawahan. Robert Hause (dalam Santosa, 2006) menerangkan bahwa gaya

kepemimpinan meliputi hal-hal berikut: Directive leadership, Supportive leadership, Participative leadership, Achievement-oriented leadership.

2.1.4 Gaya Kepemimpinan Ketua Kelompok

Cara pemimpin dalam menggunakan kontrol atas anggota kelompoknya disebut dengan gaya kepemimpinan (Hybels, 2003). Tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi, sebuah tindakan pemimpin harus bergantung pada pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Kholijah Siregar (2006) hubungan antara atasan dan karyawan akan harmonis apabila atasan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi. Adanya gaya kepemimpinan yang sesuai diharapkan dapat memberikan kepuasan kerja kepada karyawan.

Gaya kepemimpinan yang diuraikan Lewin dan kawan-kawannya (dalam

Goldberg dan Larson, 1985) adalah gaya otoriter, demokratis, dan laissez faire. 1. Gaya Otoriter

Menurut Gordon (dalam Goldberg dan Larson, 1985) kepemimpinan otoriter, lebih cenderung mencerminkan gambaran tentang manusia yang negatif, pesimis, dan mengecilkan hati. Pemimpin otoriter dalam penelitian Lewin, Lippit dan White mengeksploitir ketergantungan pengikutnya dengan cara menentukan kebijaksanaan kelompok tanpa berkonsultasi terlebih dulu pada anggota kelompok, dengan mendikte tugas pada kelompok, menetapkan prosedur dalam mencapainya, menguji dan mengeritik anggota kelompok secara subjektif serta menganut sikap yang mengambil jarak dan formal.

White dan Lippit (dalam Wiriadihardja, 1987) menjelaskan bahwa sesuatu kelompok yang apatis, kadang-kadang juga melahirkan pemimpin yang


(36)

otoriter. Jika pimpinan tidak ada dalam kelompok ini timbul kegaduhan dan hasil kerja pun menurun. Produktivitas kelompok yang dipimpin oleh Pimpinan Otoriter, lazimnya lebih produktif, dalam arti hasil kerja sebagai topeng yang ada hubungannya dengan kesenangannya. Kepemimpinan ini, umumnya dianggap kurang baik dan negatif. Dalam jangka panjang menjadi tidak efektif. Ciri-ciri perilaku kepemimpinan otokratik serta reaksi bawahannya, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pimpinan

b. Langkah kegiatan teknis ditentukan oleh pimpinan, pada saat-saat tertentu, sehingga biasanya langkah-langkah berikutnya tidak ada kepastian.

c. Pimpinan mendiktekan tugas-tugas khusus dan para anggota adalah pelaksananya.

d. Pimpinan cenderung untuk mencela atau memuji secara personal dan tetap menjauhkan diri dari kegiatan kelompok, kecuali dalam hal berdemostrasi.

Pemimpin yang otoriter menjadi pemimpin terbaik ketika kelompok harus melakukan pekerjaan yang sangat cepat. Satu orang mengambil alih tanggung jawab proyek dan menunjuk anggota lain untuk membagi tugas. Ini adalah cara yang paling efisien untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang tersedia (Hybels dan Weaver, 2003).

2. Gaya Demokratis

Dalam penelitian Lewin, Lippit, dan White (dalam Goldberg dan Larson, 1985) pemimpin demokratis mendukung komunikasi di antara para anggota kelompok dengan cara mendorong mereka untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok. Pemimpin berbuat demikian dengan cara mengajukan beberapa sasaran dan prosedur alternatif, memperkenankan anggota untuk memilih sendiri pasangan dalam bekerja, memuji, dan mengeritik anak-anak muda secara obyektif dan kritis serta dengan meminta saran-saran.

Wiriadihardja (1987) menjelaskan bahwa suasana dalam kelompok ini lebih akrab dan saling menghormati. Hubungan dengan pimpinan lebih


(37)

bersahabat dan berlandaskan hubungan tugas kedinasan. Produktvitas meskipun tidak mencapai puncak, namun para pegawai bawahan menikmati kegembiraan-kerja dan memanfaatkan pengalamannya. Pada akhirnya hubungan kerja pola ini akan menjadi lebih baik. Umumnya dinilai lebih baik dan positif. Dalam jangka panjang akan menjadi lebih efektif, baik dalam arti kegembiraan bawahan. Ciri-ciri perilaku kepemimpinan demokratik serta reaksi bawahannya dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Semua kebijaksanaan dibahas dan ditentukan bersama oleh kelompok, dengan dorongan dan bantuan pimpinan.

b. Prespektif kegiatan diperoleh selama masa pembahasan. Langkah-langkah umum kebijaksanaan kelompok digariskan terlebih dahulu dan jika diperlukan dapat meminta nasihat teknis. Pimpinan memberikan saran beberapa alternatif prosedur yang dapat dipilih di antaranya.

c. Para pegawai bawahan bebas untuk bekerja sama dengan siapa saja yang mereka senangi. Pembagian tugas pekerjaan diserahkan kepada kelompok untuk ditentukan bersama.

d. Pemimpin selalu “obyektif” dan berpikir “serba fakta” dalam memberikan pujian atau kritikan. Serta berusaha memberi semangat kepada kelompok, tanpa banyak mencampuri urusan pekerjaan.

3. Gaya Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire pada dasarnya menunjukkan suatu pola pengabaian yakni di mana pemimpin yang dipilih atau tokoh berwenang dalam suatu kelompok berusaha menghindari suatu tanggung jawab terhadap para pengikutnya.Menurut Wiriadihardja (1987) hasil kerja kelompok yang dipimpin oleh pimpinan laissez faire lebih memprihatinkan. Para pegawai bawahan keadaannya frustasi dan bekerja ogah-ogahan, main-main, kurang kecintaan terhadap perkejaannya. Kelompok kerja ini menunjukkan rasa kurang puas. Ciri-ciri perilaku kepemimpinan laissez faire serta reaksi bawahannya sebagai berikut:

a. Kebebasan sepenuhnya untuk mengambil keputusan diberikan kepada kelompok maupun individual, tanpa banyak campur-tangan pimpinan.


(38)

b. Bermacam-macam bahan/data diberikan. Pimpinan dengan jelas menyatakan hanya akan memberikan bahan informasi bila diminta saja. Pimpinan tidak mengambil keaktifan dalam pembahasan bersama kelompok.

c. Sama sekali tanpa partisipasi pimpinan.

d. Pimpinan jarang memberikan komentar secara spontan, terhadap kegiatan bawahannya, kecuali bila ditanya. Tidak ada usaha-usaha untuk menilai atau mengatur jalannya pekerjaan organisasi.

Selain klasifikasi di atas Path-Goal Leadership Model oleh Robert Hause (dalam Santosa, 2006) juga menerangkan gaya kepemimpinan dalam empat kategori sebagai berikut:

1. Directive Leadership

Dalam hal ini pimpinan berfungsi sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok sehingga pimpinan kurang berpartisipasi penuh. Directive leadership sama dengan gaya otoriter.

2. Supportive Leadership

Pimpinan memiliki sifat ramah, mudah mengadakan pendekatan, serta memperhatikan kesadaran kemanusiaan yang tinggi kepada anggota kelompoknya.

3. Participative Leadership

Pimpinan tidak hanya meminta dan menggunakan saran-saran anggota, tetapi juga membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan yang ada dalam kelompok. Gaya kepemimpinan partisipatif ini diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang rendah pengarahan namun tinggi dukungan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara bergantian. Dalam penggunaan gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.


(39)

4. Achievement-oriented Leadership

Pimpinan menanamkan kesadaran akan tantangan tujuan kelompok untuk anggota-anggota kelompok dan menunjukkan sikap pada anggota bahwa anggota dapat mencapai tujuan tersebut.

Bagus atau tidaknya suatu gaya kepemimpinan tidak dapat dikatakan secara umum pada semua kondisi, tetapi tergantung pada situasi yang ada. Bisa juga gaya kepemimpinan tergantung pada situasi persaingan yang ada di dalam bidang usahanya. Gaya kepemimpinan juga dapat tergantung pada jenis pekerjaan yang dibawahinya (Cahayani, 2003).

2.2 Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kepemimpinan di dalam kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai. Seorang pemimpin yang efektif pasti memiliki sejumlah trait atau karakteristik tertentu. Teori trait tentang kepemimpinan ialah usaha identifikasi karakter khusus (fisik, mental, kepribadian) terkait kesuksesan pemimpin (ivancevich, 2007). Karakteristik kepribadian pemimpin dapat ditelusuri melalui sifat, watak, dan perangai dari pemimpin. Sifat, watak dan perangai yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat menunjang tercapainya kepemimpinan yang efektif (Wiriadihardja, 1987). Pemimpin memiliki sifat, watak, dan perangai yang berbeda pada masing-masing individu yang diantaranya adalah toleransi, keuletan, rasa kesungguhan, tenang, terarah, tanggap dan terampil, dan cakap dan luwes. Apabila sifat, watak, dan perangai diterapkan pada situasi yang tepat maka dapat dicapai kepemimpinan yang efektif. Sifat, watak, dan perangai kepemimpinan mempengaruhi gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin kelompoknya.

Path-Goal Leadership Model memprediksi keefektivan kepemimpinan dalam berbagai situasi. Terdapat empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin yaitu direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian/achievement-oriented. Pemimpin yang direktif cenderung memberitahu bawahan apa yang dia harapkan dari mereka. Pemimpin yang


(40)

suportif memperlakukan bawahan dengan sejajar. Pemimpin yang partisipatif berkonsultasi dengan bawahan menggunakan ide serta saran mereka sebelum mengambil keputusan dan pemimpin yang achievement-oriented akan membuat target yang menantang, mengharapkan bawahan bekerja dalam level tertinggi, dan terus menerus mencari peningkatan kinerja. Ada dua variabel situasi atau kontingensi pada teori path-goal. Variabel ini adalah karakteristik pribadi bawahan dan tuntutan serta tekanan dari lingkungan yang harus diatasi oleh bawahan untuk mencapai target kerja dan mendapat kepuasan (Ivancevich, 2007). Dalam penelitian ini hanya diteliti variabel karakteristik pribadi bawahan yang dapat dilihat pada faktor kelompok.

Efektivitas kelompok sebagian ditentukan oleh hakikat interaksi saling mempengaruhi antar-sesama anggota yang salah satunya adalah gaya kepemimpinan (Danim, 2004). Efektivitas suatu kelompok adalah tercapainya tujuan kelompok dihubungkan dengan besarnya kepuasan anggota dalam mencapai dan setelah tercapainya tujuan kelompok dihubungkan dengan besarnya kepuasan anggota dalam mencapai dan setelah tercapainya tujuan.

Determinan keefektifan kelompok dapat bersumber dari: (1) derajat pencapaian tujuan kelompok, (2) banyaknya usaha atau kegiatan yang efisien yang dilakukan oleh kelompok dalam mencapai tujuan dan mempertahankan kehidupannya, dan (3) tingkat kepuasan anggota terhadap tujuan yang dicapai dan usaha yang dilakukan kelompok (Soedijanto, 1981). Oleh karena itu menurut Slamet dan Soedijanto (1981) (dalam Marliati, 1996) komponen keefektifan kelompok tani terdiri dari: (1) perubahan perilaku petani, (2) perubahan produktivitas petani anggota kelompok, (3) wawasan keanggotaan, (4) tingkat keberhasilan anggota, (5) moral kelompok, dan (6) imbas kelompok. Namun dalam penelitian ini efektivitas kelompok tani dilihat dari lima komponen: (1) perubahan perilaku petani, (2) perubahan produktivitas petani anggota kelompok, (3) wawasan keanggotaan, (4) tingkat keberhasilan anggota, dan (5) moral kelompok. Imbas kelompok tidak diteliti karena penelitian ini hanya meneliti satu kelompok tani saja. Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya efektivitas kelompok adalah kepemimpinan kelompok dilihat dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin terhadap kelompok.


(41)

Faktor kelompok berhubungan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin. Selain itu faktor kelompok juga berhubungan dengan tercapainya efektivtas kelompok (Soedijanto, 1981). Faktor kelompok yang dikaji adalah jenis kelompok, tujuan kelompok, dan struktur kelompok. Jenis kelompok ada empat dikotomi, yaitu: primer-sekunder, ingroup-outgroup, rujukan-keanggotaan, deskriptif-preskriptif. Tujuan kelompok adalah tujuan telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok dan ingin dicapai oleh kelompok. Struktur kelompok adalah struktur kepengurusan dalam kelompok terkait dengan pembagian tugas dalam kelompok. Anggota Kelompok adalah karakteristik individual anggota kelompok seperti usia, suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepribadian, dan homogenitas atau heterogenitas kelompok. Hubungan antara variabel tersebut secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan: Berhubungan

Berhubungan tapi tidak diteliti

Efektivitas Kelompok

1. Perubahan perilaku petani

2. Perubahan produktivitas petani anggota kelompok

3. Wawasan keanggotaan 4. Tingkat keberhasilan anggota 5. Moral kelompok

Gaya Kepemimpinan

1. Direktif 2. Suportif 3. Partisipatif

4. Achievement-Oriented

Faktor Individu Pemimpin

• Sifat, Watak, dan Perilaku Kepemimpinan:

1. Toleransi 2. Keuletan

3. Rasa Kesungguhan 4. Tenang

5. Terarah

6. Tanggap dan Terampil 7. Cakap dan Luwes

Faktor Kelompok

• Jenis Kelompok • Tujuan Kelompok • Struktur Kelompok • Karakteristik Anggota


(42)

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Faktor individu ketua kelompok berhubungan nyata dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam kelompok.

2. Faktor kelompok berhubungan nyata dengan gaya kepemimpinan ketua.

3. Gaya kepemimpinan ketua kelompok berhubungan nyata dengan efektivitas kelompok.

2.4 Definisi Operasional

1. Faktor individu pemimpin dapat diartikan sebagai hal atau keadaan yang melekat pada pribadi pemimpin secara fisiologi. Faktor individu dari seorang pemimpin dapat dilihat dari sifat, watak, dan perilaku kepemimpinan. Sifat, watak, dan perilaku kepemimpinan dapat ditentukan melalui tujuh elemen yaitu tingkat ketoleransian, tingkat keuletan, tingkat rasa kesungguhan, tingkat ketenangan, tingkat keterarah, tingkat ketanggapan dan keterampilan, kemudian tingkat kecakapan dan keluwesan. Ketujuh indikator diukur berdasarkan penilaian anggota kelompok menggunakan skala pengukuran ordinal dalam tiga sekala: setuju, ragu-ragu, tidak setuju. Elemen-elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Toleransi adalah terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung-jawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan. Toleransian diukur berdasarkan keterbukaan terhadap pandangan dan gagasan, kemauan menerima perbedaan, dan perilaku yang tidak memaksakan kemauannya.

b. Keuletan adalah kepercayaan terhadap diri sendiri dan menguasai dirinya sendiri, sekalipun tidak dalam segala hal. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu. Keuletan diukur berdasarkan usaha memajukan kelompok, memberikan informasi, dan menggunakan keahliannya dalam memajukan kelompok.

c. Rasa kesungguhan adalah keteguhan untuk berpegang pada tugas, belajar serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab. Rasa


(43)

kesungguhan diukur berdasarkan kemampuan menjalankan tugas, menjadi pemimpin yang baik, dan minat pada posisinya sebagai pemimpin.

d. Tenang adalah kemampuan mengendalikan emosi pada situasi tertentu, terutama situasi kritis seperti bila diperolok-olokkan. Pemimpin bisa juga marah akan tetapi dengan cara yang dapat dikendalikan. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya. Tenang diukur berdasarkan kemampuan mengendalikan emosi, tidak mudah terprovokasi, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

e. Terarah adalah cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa, kesetiaan dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai reputasi sebagai pemimpin tangguh, teguh pendirian tetapi adil. Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Terarah diukur berdasarkan kemampuan mengarahkan anggota, dukungan dan kerjasama dari bawahan dalam menyusun kinerja kelompok, dan nama baik pemimpin dalam menyelesaikan tugas.

f. Tanggap dan terampilan adalah cepat dalam memahami, mengikuti dan merespon instruksi dan penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi dan lingkungan baru secara tepat. Cepat menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang tepat. Tanggap dan terampil diukur berdasarkan kecepatan pemimpin mengerti dan menangkap instruksi dan penjelasan, menilai situasi dan kondisi, merespon permasalahan.

g. Cakap dan luwes adalah kemampuan teknis dan adaptasi terhadap berbagai perkembangan. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggung-jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memilih para pembantunya yang cakap. Cakap dan luwes diukur berdasarkan kemampuan mensukseskan tanggung jawab, menyesuaikan diri terhadap permasalahan, memilih orang-orang yang cakap untuk membantu dalam mengurus kelompok.


(44)

2. Faktor Kelompok adalah hal atau keadaan yang melekat pada kelompok. Faktor kelompok terdiri dari jenis kelompok, tujuan kelompok, struktur kelompok, dan karakteristik anggota kelompok. Faktor kelompok dijabarkan sebagai berikut:

2.1 Jenis kelompok adalah kategori kelompok berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok. Jenis kelompok terdiri dari primer-sekunder, ingroup-outgroup, rujukan-keanggotaan, deskriptif-preskriptif (Rakhmat, 2005). Dalam peneltian ini akan diteliti dua penggolongan kelompok yaitu kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif dikarenakan ingin diketahui penghayatan anggota terhadap kelompok. Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Penentuan kelompok deskriptif dan preskriptif diukur berdasakan partisipasi dan rasa memiliki dalam kelompok. Pengukurannya dilakukan dengan skala ordinal: setuju, ragu-ragu, tidak setuju.

2.2 Tujuan kelompok adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok diukur berdasarkan pemahaman anggota terhadap tujuan, tercerminnya tujuan individu pada tujuan kelompok, tujuan kelompok yang baik, persetujuan anggota terhadap tujuan kelompok, dan pelaksanaan tujuan. Pengukuran dilakukan dengan skala ordinal: setuju, ragu-ragu, tidak setuju.

2.3 Struktur kelompok adalah susunan dari kelengkapan kelompok yang meliputi pengurus, uraian kerja, pengetahuan anggota tentang susunan pengurus, dan waktu pergantian pengurus. Pengukuran dilakukan dengan skala ordinal: setuju, ragu-ragu, tidak setuju.

2.4 Karakteristik anggota kelompok adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh anggota kelompok. Ciri-ciri khusus tersebut terkait karakteristik internal petani anggota kelompok diukur dengan skala rasio. Untuk keperluan pengolahan dan anailisis data maka karakteristik kelompok dijadikan sebagai skala ordinal. Karakteristik anggota kelompok terdiri dari:

2.4.1 Umur petani anggota adalah lama hidup petani sejak dilahirkan sampai saat wawancara dilakukan. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah skala nominal. Untuk kepentingan pengolahan


(45)

dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut:

(1) Muda (2) Sedang (3) Tua

2.4.2 Pendidikan formal petani anggota adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti sampai saat wawancara dilakukan. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah skala nominal. Untuk kepentingan pengolahan dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut:

(1) Rendah (2) Sedang (3) Tinggi

2.4.3 Pendidikan non-formal petani anggota adalah jumlah hari lamanya kontak tani telah mengikuti kursus/latihan, yaitu dengan menghitung jumlah hari dari setiap kursus/latihan yang pernah diikutinya. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah skala nominal. Untuk kepentingan pengolahan dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut: (1) Rendah

(2) Sedang (3) Tinggi

2.4.4 Masa keanggotaan adalah lamanya petani menjadi anggota kelompok yang dihitung dalam tahun sejak masuk menjadi anggota sampai saat wawancara dilakukan. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah skala nominal. Untuk kepentingan pengolahan dan analisis data maka digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut:

(1) Rendah (2) Sedang (3) Tinggi

3. Gaya Kepemimpinan adalah sekumpulan perilaku yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran kelompok tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang


(46)

disukai dan sering digunakan oleh seorang pemimpin. Terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu direktif, suportif, partisipatif, achievement-oriented.

Empat gaya kepemimpinan diukur dengan skala ordinal: tinggi, sedang, rendah. Masing-masing gaya kepemimpinan dengan indikator sebagai berikut: a. Direktif diukur berdasarkan kemampuan pemimpin dalam pembuatan

keputusan, pengarahan tugas, kontrol terhadap pengerjaan tugas, dan hubungan dengan anggota.

b. Suportif diukur berdasarkan cara pemimpin memperlakukan anggota, sikap terhadap anggota, kepedulian terhadap anggota, dan bantuan terhadap anggota.

c. Partisipatif diukur berdasarkan pemberian kesempatan dari pemimpin kepada anggota untuk membuat keputusan, pelaksanaan diskusi dengan anggota, pemberian motivasi kepada anggota, cara memperlakukan anggota, dan menghargai anggota.

d. Achievement-Oriented diukur berdasarkan pemberian kesempatan kepada anggota, pemberian tugas pada anggota, pembuatan keputusan, dan penerimaan ide/saran dari anggota.

4. Efektivitas kelompok adalah tercapainya tujuan kelompok dihubungkan dengan besarnya kepuasan anggota dalam mencapai dan setelah tercapainya tujuan kelompok. Efektivitas kelompok diukur menggunakan skala ordinal: tinggi, sedang, rendah. Penjabaran variabelnya sebagai berikut,

a. Perubahan perilaku petani diukur berdasarkan tingkat penerimaan dan penerapan teknologi pertanian.

b. Perubahan produktivitas petani anggota kelompok diukur berdasarkan produksi padi yang diusahakan selama satu tahun terakhir yang mampu dicapai oleh anggota dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. c. Wawasan keanggotaan diukur berdasarkan tingkat peran serta anggota

dalam pertemuan berkala dengan PPL, pertemuan di luar pertemuan berkala dengan PPL dan dalam kegiatan-kegiatan kerjasama di dalam kelompok. d. Tingkat keberhasilan anggota diukur berdasarkan banyaknya (kuantitas) dan


(47)

e. Moral kelompok diukur berdasarkan tingkat kepuasan anggota kelompok terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan kelompok, terhadap hasil-hasil kegiatan yang telah mampu dicapai kelompok tani dimana mereka menjadi anggotanya.


(1)

Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi

Rank Spearman

untuk Hubungan Faktor Individu Pemimpin dengan Gaya Kepemimpinan

Correlations

Direktif Suportif Partisipatif

Achievement

- Oriented Toleransi Keuletan

Rasa

Kesungguhan Tenang Terarah

Tanggap dan Terampil

Cakap dan Luwes

Spearman's

rho

Direktif Correlation

Coefficient 1.000 .242 .324 .404

* .203 .200 .168 .256 .326 .275 .303

Sig. (2-tailed) . .168 .062 .018 .249 .258 .343 .144 .060 .115 .081

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Suportif Correlation

Coefficient .242 1.000 .803

** .391* .631** .615** .675** .374* .623** .664** .792**

Sig. (2-tailed) .168 . .000 .022 .000 .000 .000 .029 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Partisipatif Correlation

Coefficient .324 .803

** 1.000 .608** .546** .584** .657** .345* .594** .753** .724**

Sig. (2-tailed) .062 .000 . .000 .001 .000 .000 .046 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Achievement - Oriented Correlation

Coefficient .404

* .391* .608** 1.000 .128 .114 .180 .032 .223 .402* .446**

Sig. (2-tailed) .018 .022 .000 . .471 .519 .309 .859 .205 .018 .008

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Toleransi Correlation

Coefficient .203 .631

** .546** .128 1.000 .472** .567** .508** .518** .436** .531**

Sig. (2-tailed) .249 .000 .001 .471 . .005 .000 .002 .002 .010 .001

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Keuletan Correlation

Coefficient .200 .615

** .584** .114 .472** 1.000 .674** .600** .606** .657** .617**

Sig. (2-tailed) .258 .000 .000 .519 .005 . .000 .000 .000 .000 .000


(2)

Rasa Kesungguhan Correlation

Coefficient .168 .675

** .657** .180 .567** .674** 1.000 .460** .850** .706** .724**

Sig. (2-tailed) .343 .000 .000 .309 .000 .000 . .006 .000 .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Tenang Correlation

Coefficient .256 .374

* .345* .032 .508** .600** .460** 1.000 .441** .412* .482**

Sig. (2-tailed) .144 .029 .046 .859 .002 .000 .006 . .009 .016 .004

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Terarah Correlation

Coefficient .326 .623

** .594** .223 .518** .606** .850** .441** 1.000 .613** .770**

Sig. (2-tailed) .060 .000 .000 .205 .002 .000 .000 .009 . .000 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Tanggap dan Terampil Correlation

Coefficient .275 .664

** .753** .402* .436** .657** .706** .412* .613** 1.000 .747**

Sig. (2-tailed) .115 .000 .000 .018 .010 .000 .000 .016 .000 . .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Cakap dan Luwes Correlation

Coefficient .303 .792

** .724** .446** .531** .617** .724** .482** .770** .747** 1.000

Sig. (2-tailed) .081 .000 .000 .008 .001 .000 .000 .004 .000 .000 .

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(3)

Lampiran 6.

Hasil Uji Korelasi

Rank Spearman

untuk Hubungan Faktor Kelompok dengan Gaya Kepemimpinan

Correlations

Direktif Suportif Partisipatif

Achievement - Oriented Jenis Kelompok Tujuan Kelompok Struktur Kelompok Umur Petani Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Masa Keanggotaan Spearman's rho Direktif Correlation

Coefficient 1.000 .242 .324 .404

* -.091 -.034 .496** -.121 .026 .055 .121

Sig. (2-tailed) . .168 .062 .018 .608 .849 .003 .495 .884 .758 .497

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Suportif Correlation

Coefficient .242 1.000 .803

** .391* -.177 .284 .576** -.378* -.013 .163 -.040

Sig. (2-tailed) .168 . .000 .022 .316 .103 .000 .028 .944 .357 .823

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Partisipatif Correlation

Coefficient .324 .803

** 1.000 .608** -.233 .347* .606** -.374* .153 .143 .088

Sig. (2-tailed) .062 .000 . .000 .185 .044 .000 .029 .387 .420 .622

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Achievement - Oriented

Correlation

Coefficient .404

* .391* .608** 1.000 -.119 .229 .207 -.207 .137 .158 .127

Sig. (2-tailed) .018 .022 .000 . .504 .194 .240 .240 .439 .372 .475

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Jenis Kelompok Correlation

Coefficient -.091 -.177 -.233 -.119 1.000 -.521

** -.240 -.006 -.143 -.433* -.283

Sig. (2-tailed) .608 .316 .185 .504 . .002 .171 .973 .418 .011 .105

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Tujuan Kelompok

Correlation

Coefficient -.034 .284 .347

* .229 -.521** 1.000 .405* -.209 .450** .423* .118

Sig. (2-tailed) .849 .103 .044 .194 .002 . .018 .236 .008 .013 .508


(4)

Struktur Kelompok

Correlation

Coefficient .496

** .576** .606** .207 -.240 .405* 1.000 -.449** .222 -.083 -.101

Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .240 .171 .018 . .008 .207 .642 .569

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Umur Petani Correlation

Coefficient -.121 -.378

* -.374* -.207 -.006 -.209 -.449** 1.000 -.436* .086 .512**

Sig. (2-tailed) .495 .028 .029 .240 .973 .236 .008 . .010 .629 .002

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Pendidikan Formal

Correlation

Coefficient .026 -.013 .153 .137 -.143 .450

** .222 -.436* 1.000 .132 -.124

Sig. (2-tailed) .884 .944 .387 .439 .418 .008 .207 .010 . .457 .483

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Pendidikan Non Formal

Correlation

Coefficient .055 .163 .143 .158 -.433

* .423* -.083 .086 .132 1.000 -.006

Sig. (2-tailed) .758 .357 .420 .372 .011 .013 .642 .629 .457 . .972

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Masa Keanggotaan

Correlation

Coefficient .121 -.040 .088 .127 -.283 .118 -.101 .512

** -.124 -.006 1.000

Sig. (2-tailed) .497 .823 .622 .475 .105 .508 .569 .002 .483 .972 .

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(5)

Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi

Rank Spearman

untuk Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Kelompok

Correlations

Direktif Suportif Partisipatif

Achievement - Oriented

Perubahan Perilaku

Perubahan Produktivitas

Wawasan Keanggotaan

Tingkat Keberhasilan

Anggota

Moral Kelompok Spearman's rho Direktif Correlation Coefficient 1.000 .242 .324 .404* .114 -.084 .456** .357* .148

Sig. (2-tailed) . .168 .062 .018 .522 .636 .007 .038 .403

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Suportif Correlation Coefficient .242 1.000 .803** .391* .098 -.009 .566** .493** .439**

Sig. (2-tailed) .168 . .000 .022 .580 .960 .000 .003 .009

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Partisipatif Correlation Coefficient .324 .803** 1.000 .608** .202 .151 .497** .563** .428*

Sig. (2-tailed) .062 .000 . .000 .253 .394 .003 .001 .012

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Achievement - Oriented Correlation Coefficient .404* .391* .608** 1.000 .227 .165 .352* .403* .307

Sig. (2-tailed) .018 .022 .000 . .196 .352 .041 .018 .077

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Perubahan Perilaku Correlation Coefficient .114 .098 .202 .227 1.000 .222 .416* .318 .343*

Sig. (2-tailed) .522 .580 .253 .196 . .208 .014 .067 .047

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Perubahan Produktivitas Correlation Coefficient -.084 -.009 .151 .165 .222 1.000 .231 .306 .602**

Sig. (2-tailed) .636 .960 .394 .352 .208 . .188 .078 .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Wawasan Keanggotaan Correlation Coefficient .456** .566** .497** .352* .416* .231 1.000 .663** .664**

Sig. (2-tailed) .007 .000 .003 .041 .014 .188 . .000 .000


(6)

Tingkat Keberhasilan Anggota

Correlation Coefficient .357* .493** .563** .403* .318 .306 .663** 1.000 .570**

Sig. (2-tailed) .038 .003 .001 .018 .067 .078 .000 . .000

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Moral Kelompok Correlation Coefficient .148 .439** .428* .307 .343* .602** .664** .570** 1.000

Sig. (2-tailed) .403 .009 .012 .077 .047 .000 .000 .000 .

N 34 34 34 34 34 34 34 34 34

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Dokumen yang terkait

Analisis tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

1 11 124

Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Partisipasinya sebagai Anggota Kelompok Tani. Kasus pada Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

0 9 89

Analisis Tingkat Partisipasi dan Loyalitas Anggota Pada Kelompok Tani Hurip Dengan Pendekatan Participatory Action Research /PAR (Kasus Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

0 8 10

Studi kelayakan bisnis tanaman buah jambu kristal pada kelompok tani desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

9 47 64

Analisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 12 227

Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus : Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat)

5 20 77

Analisis Pemasaran Ubi Jalar (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

9 46 125

Partisipasi Dan Perubahan Perilaku Anggota Kelompok Wanita Tani Di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

0 2 1

Kepemimpinan Kontaktani dalam Meningkatkan Efektivitas Kelompok Tani : Kasus pada Kelompok Tani di Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 5 107

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

0 0 91