ITTO Workshops Proceedings, May 9
th
, 2007. Bogor, West Java
77 tumbuh pada ketinggian 100-600 mdpl dengan tingkat kerapatan 4-8 pohonha.
Masa pembungaan mampu terjadi sepanjang tahun tergantung lokasi dan iklim. Waktu pemunculan bunga bervariasi tergantung lokasi, seperti pada bulan
Agustus-September di Palembang, bulan Juli di Jambi, bulan Juni, Agustus, November dan Desember di Belitung, bulan Oktober dan Nopember di
Kalimantan Selatan. Waktu dari mulai berbunga sampai dengan kemasakan biji dapat terjadi dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 3 bulan. Irawan dan
Gruber 2003 melaporkan bahwa di Jambi, ulin tumbuh berasosiasi dengan lebih seratus jenis pohon lainnya seperti Palaquium hasseltii, Ochanostachys
amentaceae dan Shorea spp. Irawan 2005 juga melaporkan bahwa di Jambi ulin tumbuh terpisah di
berbagai wilayah propinsi, terutama di hutan alam Senami yang memiliki luas 15.500 ha. Hutan Lindung Durian Luncuk I dan Durian Luncuk II yang juga
merupakan habitat alami ulin memiliki luas 30,3 dan 44,5 ha, selanjutnya hutan lindung ini ditunjuk sebagai wilayah khusus untuk konservasi ulin di Jambi
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 34kpts-II1987.
II. ARTI PENTING DAN STATUS BIOLOGI
Ulin merupakan jenis kayu yang pemanfaatannya banyak disukai baik untuk keperluan lokal maupun untuk keperluan perdagangan. Karakteristik kayu ulin
yang sangat menarik adalah karena kayu ini tahan terhadap serangan rayap dan berbagai jenis insek dan jamur pelapuk yang biasanya merupakan
persoalan di negara-negara tropis. Penelitian Wong et al. 1996 pada uji ketahanan jamur pelapuk kayu menunjukkan bahwa kayu ulin sangat resisten
terhadap serangan jamur tersebut. Kayu ulin pada tingkat pancang di Sarawak menunjukkan bahwa hanya permukaan saja yang mengalami biodeteriorasi
setelah mengalami kotak dengan tanah selama 20 tahun. Martawijaya et al. 1989 dalam Irawan 2005 menyebutkan bahwa karakteristik fisik dari E.
zwageri sangat bagus. Kekuatan dan ketahanan kayu jenis ini masuk ke dalam kelas satu serta berat jenis yang tinggi dengan nilai 0,88-1,19. Oleh karena
karakteristik inilah maka permintaan terhadap kayu ulin di pasar Indonesia sangat tinggi, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi berat.
Keberadaan ulin di hutan alam semakin menurun. Over eksploitasi yang diperburuk dengan maraknya kegiatan pembukaan lahan merupakan alasan
utama semakin menurunnya keberadaan jenis lambat tumbuh ini. Di Sumatera sendiri, jenis ini hampir semuanya telah rusak WWF dan IUCN 1994-1995.
Ulin merupakan jenis yang dilindungi total di Indonesia, tidak ada ijin ekspor yang diterbitkan dan pelarangan diberlakukan untuk pemanenan dibawah
pohon berdiameter kurang dari 60 cm. Partomihardjo 1987 menyatakan bahwa pengaturan eksploitasi dan kriteria-kriteria penebangan yang lebih baik
sangatlah dibutuhkan dalam pelestarian jenis ini. Ulin oleh IUCN 2003 telah dimasukan dalam kategori Vulnerable dan telah direvisi untuk dimasukkan
dalam Appendix II CITES.
ITTO Workshops Proceedings, May 9
th
, 2007. Bogor, West Java
78
III. KERAGAMAN GENETIK DAN UPAYA KONSERVASI