Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif pada air dan kemudian akan digantikan dengan ion
hidrogen. 4.
Resin anion Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif
dan ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengan kandungan Total Dissolved Solid TDS kurang
dari 8 ppm dan silika kurang dari 0,1 ppm. Setelah mengalami beberapa tahap pemurnian, air demineralisata
dialirkan ke ruangan-ruangan produksi dan laboratorium untuk digunakan.
b. Air Suling
Instalasi air suling merupakan kelanjutan dari instalasi air demineralisata yang dihubungkan dengan alat pemproses
aquadest, dengan alat ini dihasilkan air suling.
3. Boiler Steam
Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata yang diberi tekanan melalui pompa air masuk ke dalam tangki
stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan
alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang
membutuhkannya.
4. Udara bertekanan
Universitas Sumatera Utara
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch.
Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer, mine line filter, mist separator dan micro mist separator. Instalasi kompresor ini
digunakan hanya pada peralatan yang memerlukan udara bertekanan.
5. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL
Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari
lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah
padat dan limbah cair. Pada produksi obat non betalaktam, pengolahan limbah padat
dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana limbah berupa debu disedot dari ruang produksi dengan blower kemudian
dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah dengan
air washer. Sedangkan limbah cair produksi non betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL.
Pada produksi betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah padat debu-debu disedot oleh
blower dari ruangan yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian
disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi
Universitas Sumatera Utara
dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin betalaktam dengan menggunakan larutan NaOH
0,1N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, lalu kembali dinetralkan dengan pemberian HCl. Sedangkan limbah cair
produksi Betalaktam ditampung lalu mengalami proses destruksi. Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam dialirkan ke IPAL
untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah menggunakan cara fisika, kimia dan
mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan
menambahkan koagulan PAC Poly Alumunium Chloride pada bak koagulan dan flokulan polimer anionik pada bak flokulasi. Cara
mikrobiologi dilakukan pada bak aerasi dengan cara mengembangbiakkan bakteri aerob di dalamnya agar dapat
menghancurkan zat-zat organik. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk
bakteri. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa tahap sebagai berikut dapat dilihat pada lampiran 18, halaman 88:
a. Bak penampungan awal
Air limbah yang masuk dari produksi Betalaktam dari bak destruksi maupun Non Betalaktam, laboratorium akan
ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak ini. Dari bak ini air mengalir ke bak pengendapan Sedimentasi pertama.
b. Bak sedimentasi pertama
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini terjadi pengendapan kembali, didalam bak ini terdapat sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga
reaksi pengendapan berlangsung lama. Air limbah dari bak ini mengalir ke bak ekualisasi.
c. Bak ekualisasi
Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu pada jam
kerja dan di luar jam kerja. Bak ini juga disertai dengan pengaduk untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak
mengendap. d.
Bak aerasi Aeration Tank Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan
pompa secara kontinu. Di dalam bak ini terdapat bakteri aerob yang berguna untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak ini
dilengkapi dengan aerator untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu di dalam bak ini terdapat pengaduk yang
berfungsi untuk mengaduk air limbah sehingga bakteri menyebar merata dan menjaga agar keseluruhan air limbah
mengalami kontak langsung dengan bakteri. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk ureaNPK sebagai
nutrisi untuk bakteri. e.
Bak sedimentasi keduabak clarifier
Universitas Sumatera Utara
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak clarifier. Dalam bak ini hanya terjadi proses pengendapan. Bak berbentuk
kerucut di bagian bawah untuk menampung endapan. f.
Bak koagulasi Air dari bak clarifier masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam
bak ini ditambahkan koagulan PAC Poly Aluminium Chloride dengan menggunakan dozing pump yang disertai dengan
pengaduk. Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai
bak penampung koagulan. g.
Bak flokulasi Dari bak koagulasi air dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi
untuk mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak ini ditambahkan polimer anionik sebagai flokulan dengan
konsentrasi 1 kg polianionik dalam 1000 L air. Pada bak flokulasi, air yang sudah jernih mengalir ke bak kontrol melalui
bidang yang miring ke satu arah untuk menahan endapan dan partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak
flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak kontrol, sedangkan endapan yang
masih terbawa akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi ketiga yang merupakan bak pengendapan akhir.
h. Bak sedimentasi ketiga bak pengendapan akhir
Universitas Sumatera Utara
1 Dari bak flokulasi, air yang masih mengandung endapan
dialirkan ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian bawah bak. Pada bak ini diberi karung
yang berfungsi sebagai penyaring untuk menampung endapan, sedangkan air yang lebih jernih masuk ke dalam
bak penampung cairan. 2
Bak penampung cairan Dari bak ini air yang kemungkinan masih mengandung
endapan dialirkan ke bak sedimentasi kedua untuk dilakukan pengolahan kembali sampai limbah tersebut
benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya. i.
Bak bidang miring Bak bidang miring merupakan bagian dari bak flokulasi. Bak
bidang miring ini menahan endapan dan partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang
miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan
masuk ke bak sedimentasi ketiga bak pengendapan akhir. j.
Bak kontrol Air yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan
sebagai kontrol biologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar COD Chemical Oxygen Demand, BOD Biological Oxygen
Demand dan TDS Total Dissolve Solid dari air yang terdapat
Universitas Sumatera Utara
dalam bak kontrol ini, jika hasilnya memenuhi persyaratan maka air dapat dibuang ke saluran pembuangan akhir.
6. Air Handling System AHS