PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DIKELAS X TKJ SMK NEGERI 2 SEI RAMPAH TAHUN AJARAN 2015/2016.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
SISWA DI KELAS X TKJ SMK N 2 SEI RAMPAH T . A 2015 - 2016

Oleh :
Riski Setia Ayu
NIM. 4121111023
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan Kasih Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu dan
rencana yang diharapkan.
Skripsi berjudul ” Penerapan Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe
Bamboo Dancing Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa di Kelas X TKJ SMK N 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2015/2016 ”, disusun
untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri
Medan
2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri
Medan
3. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika

4. Bapak Drs.Zul Amry, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
5. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian
sampai dengan selesainya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr.Edy Surya, M.Si dan bapak
Prof.Dr Mukhtar, M.Pd yang telah banyak memberikan masukan dan saransaran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Prof. Dr Edy Syahputra, M.Pd selaku pembimbing Akademik
8. Kepada seluruh bapak ibu Dosen beserta staf pegawai jurusan Matematika
FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

v

9. Kepala Sekolah SMK N 2 Sei Rampah Bapak Suparto S.Pd dan Ibu Riana
S.Si guru Matematika SMK N 2 Sei Rampah yang telah banyak membantu
selama penelitian ini.
10. Teristimewa untuk kedua orangtuaku Kasiwan dan Jumisri serta saudarasaudara Mustika Sari, Nurmeni, Abdan Syakur dan Hafiz Hadiansyah,
terimakasih atas dukungan, kerja keras, kasih sayang dan doa-doa yang
diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi saya ini.

11. Sahabat-sahabatku yang tak terlupakan Dwi Ayu, Whyta Leli P.Damanik,
Putri Rahmi, Diamony, Febriayanti, Nanda Aulia Putri, dan Uje terimakasih
untuk dukungan dan semangatnya.
12. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Matematika kelas C 2012.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Harapan dari penulis agar
kiranya skripsi ini bermanfaat memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan,

Agustus 2016

Penulis,

Riski Setia Ayu
NIM 4121111023

vi


DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata pengantar

iv


Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN

1


1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Identifikasi Masalah

9

1.3 Batasan Masalah

9

1.4 Rumusan Masalah

10

1.5 Tujuan Penelitian

10


1.6 Manfaat Penelitian

11

1.7 Defenisi Operasional

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

13

2.1 Kerangka Teoritis

13

2.1.1 Komunikasi Matematika

13


2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

20

2.1.3 Model Pembelajaran Bamboo Dancing

22

2.1.4 Teori Belajar Pendukung Model Bamboo Dancing

25

2.1.5 Program Linier

28

2.1.5.1 Konsep Dasar Program Linier

28


2.1.5.2 Pertidaksamaan Linier Dua Variabel

29

2.1.5.3 Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel

32

vii

2.1.5.4 Model Matematika Program Linier

34

2.1.5.5 Menentukan Fungsi Objektif dan Kendala

35

2.1.5.5 Model Matematika Dari Masalah Program Linier


36

2.1.5.5 Menentukan Nilai Optimum Dari Fungsi Tujuan

38

2.2 Kerangka Konseptual

41

2.3 Penelitian yang Relevan

42

BAB III METODE PENELITIAN

43

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


43

3.1.1 Lokasi Penelitian

43

3.1.2 Waktu Penelitian

43

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

43

3.2.1 Subjek Penelitian

43

3.2.2 Objek Penelitian

43

3.3 Jenis Penelitian

43

3.4 Prosedur Penelitian

44

3.5 Alat Pengumpul Data

48

3.5.1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika

48

3.5.2 Observasi

50

3.6 Teknik Analisis Data

50

3.6.1 Reduksi Data

50

3.6.2 Paparan Data

51

3.6.3 Penarikan Kesimpulan
53
3.6.3 Kriteria Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika 53
3.6.5 Indikator Keberhasilan Penelitian
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

55
55
55

4.1.1.1 Permasalahan I

55

4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I

58

4.1.1.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I

60

viii

4.1.1.4 Tahap Observasi I

62

4.1.1.5 Analisis Data I

65

4.1.1.5.1 Paparan Data
4.1.1.5.1.1 Analisis Data Tindakan Guru

65
65

4.1.1.5.1.2 Aanalisi Data Hasil Observasi
Siswa

66

4.1.1.5.1.3 Analisis Data Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I
4.1.1.6 Refleksi I

67
70

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

73

4.1.2.1 Permasalahan II

73

4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II

74

4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II

76

4.1.2.4 Tahap Observasi II

78

4.1.2.5 Analisis Data II

81

4.1.2.5.1 Paparan Data
4.1.2.5.1.1 Analisis Data Tindakan Guru

81
81

4.1.2.5.1.2 Aanalisi Data Hasil Observasi
Siswa

82

4.1.2.5.1.3 Analisis Data Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I
4.1.2.6 Refleksi II

83
86

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3 Temuan Penelitian

88
92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

93

5.1 Kesimpulan

93

5.2 Saran

94

DAFTAR PUSTAKA

96

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Beberapa jawaban siswa pada tes kemampuan awal

4

2.1 Bagan Komunikasi

13

2.2 Bagan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

23

2.3 Grafik Daerah Penyelesaian Pertidaksamaan Linier

30

2.4 Grafik dari pertidaksamaan

32

2.5 Grafik Daerah pertidaksamaan linier dua variabel

33

2.6 Grafik Daerah Sistem Pertidaksamaan linier dua variabel

33

2.7 Grafik Daerah Sistem Pertidaksamaan linier dua variabel

40

4.1 Diagram Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 56
4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per
Indikator Pada Tes Awal

57

4.3 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada
Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

68

4.4 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per
Indikator Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

70

4.5 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

84

4.6 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per
Indikator Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

86

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

21

2.2 Bentuk Program Linier

29

2.3 Bentuk–Bentuk Pertidaksamaan dan Daerah yang Memenuhi

34

2.4 Bentuk Program Linier

36

2.5 Bentuk Program Linier

36

2.6 Bentuk Program Linier

40

3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

48

3.2 Penilaian Komunikasi

50

3.3 Kategori Kemampuan Komunikasi Matematika

51

3.4 Kriteria Hasil Observasi

53

4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Siswa

55

4.2 Deskripsi Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator
4.3 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan

56

Komunikasi Matematika I

68

4.4 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
Siswa Per Indikator

69

4.5 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika II
4.15 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
Siswa Per Indikator
4.16 Perbandingan Rata – Rata Nilai Kemampuan Komunikasi
Matematika I dan Kemampuan Komunikasi Matematika II

84
85
89

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I)

98

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I)

104

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II)

111

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II)

118

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I ( LAS I)

125

Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS I

128

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa II ( LAS II)

139

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian LAS II

135

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa III ( LAS III)

139

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS III

143

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa IV ( LAS IV)

147

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS IV

153

Lampiran 13 Kisi – Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 158
Lampiran 14 Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika

159

Lampiran 15 Alternatif Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika

160

Lampiran 16 Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika

181

Lampiran 17 Kisi – Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

164

Lampiran 18 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

165

Lampiran 19 Alternatif Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

166

Lampiran 20 Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

170

Lampiran 21 Kisi – Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

173

Lampiran 22 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

174

Lampiran 23 Alternatif Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

176

Lampiran 24 Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

183

Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematika I

186

Lampiran 26 Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematika II

187

Lampiran 27 Lembar Observasi Guru Siklus I

188

Lampiran 28 Lembar Observasi Guru Siklus II

191

xii

Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

194

Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

196

Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematika

198

Lampiran 32 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 202
Lampiran 33 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 204
Lampiran 34 Dokumentasi

206

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan
tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan
suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai
dengan proses yang telah dilalui. Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.
Seperti yang diungkapkan Trianto (2014:1) bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi
pusat perhatian diberbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu
yang memiliki peranan penting dalam menunjang kemajuan IPTEK, sehingga
matematika juga perlu diajarkan melalui proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat Ansari (2009:1) bahwa:
“Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk
berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat
dari berbagai belahan dunia, namun disisi lain untuk mempelajari
keseluruhan informasi mengenai IPTEK tersebut diperlukan
kemampuan yang memadai bahkan lebih agar cara mendapatkannya,
memilih yang sesuai dengan budaya kita, bahkan mengolah kembali
informasi tersebut menjadi suatu kenyataan. Untuk merealisasikan
kenyataan diatas, perlu ada SDM yang handal dan mampu bersaing
secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high
order thinking) yaitu berfikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan
bekerja sama secara proaktif. Cara berfikir ini dapat dikembangkan
melalui belajar matematika”.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hudojo (2005:37) yang
mengatakan bahwa Matematika adalah salah satu alat untuk mengembangkan
cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan

2

sehari–hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika
perlu dibekalkan pada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK.
Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya
untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya
budaya ilmu pengetahuan dan tegnologi(IPTEK). Persoalan belajar sebagai
budaya yang akan dikembangkan tidak bisa dipisahkan dengan yang belajar
maupun yang membelajarkan. Sementara dalam pengembangannya budaya
belajar di Indonesia belum maksimal sehingga kemampuan matematika masih
sangat rendah yang mengakibatkan Indonesia masih tertinggal kualitas
pendidikannya dengan negara lain. Menurut Mullis (dalam Ansari, 2009:1) hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator hasil belajar, antara lain dalam
Ujian Nasional (UN), temuan sejumlah penelitian, dan kontes internasional
matematika seperti yang dilaporkan oleh The Third International Mathematics
and Science Study.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi matematika
khususnya komunikasi matematika siswa, salah satunya seperti proses
pembelajaran dimana pembelajaran masih didominasi guru yang dilaksanakan
secara konvensional seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (dalam
Ansari, 2009:2) bahwa:
“merosotnya pemahaman matematika siswa dikelas antara lain:
(a)dalam mengajar guru sering mencocokkan pada siswa
bagaimana menyelesaikan soal;(b)siswa belajar dengan cara
mendengar dan menonton guru maelakukan matematik, kemudian
guru mencoba memecahkannya sendiri;(c)pada saat mengajar
matematika, guru langsung menjelaskan tofik yang akan dipelajari
dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan”.
Kemudian menurut Slameto (2013:65) bahwa:“ Guru biasa mengajar
dengan metode ceramah. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya
mencatat saja”. Hal tersebut membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk
menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat mereka karena suasana kelas yang
didominasi oleh guru. Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan
komunikasi matematika siswa dalam penyampaian pemikiran tentang gagasan
dan ide matematikanya dalam menyelesaikan masalah matematika. Pada

3

akhirnya salah satu pembelajaran matematika terabaikan dan proses
komunikasi pada saat pembelajaran hanya bersifat satu arah, sehingga
pembelajaran yang bersifat konvensional tidak menstimulasi siswa untuk
menggunakan kemampuan komunikasi mereka secara tertulis maupun lisan.
Dari tes kemampuan awal yang dilakukan penulis pada tanggal 15
Desember 2015 dengan pokok bahasan Pertidaksamaan dan Persamaan Linier
Dua Variabel sebagai materi prasyarat pada Program Linier di SMK N 2 Sei
Rampah di kelas X TKJ tahun ajaran 2015/2016, penulis menemukan beberapa
fakta. Diberikan beberapa soal untuk mengukur komunikasi matematika siswa
antara lain:

4

Gambar 1 . 1. Beberapa jawaban siswa pada tes kemampuan awal
Dari gambar 1.1 terlihat bahwa siswa tidak mampu menjelaskan
mengapa dikatakan pertidaksamaansamaan linier dua variabel, tidak mampu
membuat grafik dari sutau persamaan dan tidak mampu menyatakan
permasalahan matematika kedalam model matematika. Untuk siswa yang tidak
mampu menjelaskan mengapa dikatakan pertidaksamaan linier dua variabel,
terdapat 29 siswa dari 46 siswa kelas X TKJ(63,04%). Untuk siswa yang tidak
mampu membuat grafik dari sutau persamaan terdapat 36 siswa dari 46 siswa
kelas X TKJ(78,26%). Untuk siswa yang tidak mampu menyatakan
permasalahan matematika kedalam model matematika terdapat 28 siswa dari
46 siswa kelas X TKJ(60,87%).
Untuk persentase kemampuan secara klasikal, diperoleh hasil bahwa 5
orang siswa memiliki kemampuan komunikasi
%), 7 orang pada kategori rendah (
kategori sangat rendah

dalam kategori sedang
, dan 34 orang dalam

. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa

kemampuan komunikasi matematika kelas X TKJ masih rendah karena hanya
5 orang (10,87%

) yang memiliki kemampuan komunikasi

dalam

kategori sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto(2011:241)bahwa jika
persentase kemampuan komunikasi matematika siswa

maka kelas

belum memiliki kemampuan komunikasi matematika dengan kriteria baik.
Dari hasil observasi yang dilakukan dan hasil pengamatan selama ppl,
pembelajaran

yang

dilakukan

konvensional

yaitu:langsung

masih

berorientasi

menjelaskan

tofik

pada

yang

pembelajaran

akan

dipelajari

5

dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan. Selain itu
pembelajaran kooperatif belum pernah diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di SMK N 2 Sei Rampah. Hasil ujian matematika juga selalu rendah.
Hal ini juga diungkapan salah seorang guru matematika yang bernama Riana
S. Si saat observasi pada tanggal 15 Desember 2015 di SMK N 2 Sei Rampah,
beliau mengatakan bahwa :
“Pembelajaran kooperatif belum pernah diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar karena belum paham mengenai model–model
pembelajaran yang ada. Hasil ujian matematika siswa juga masih
rendah, khususnya pada pokok bahasan Program Linier. Siswa
selalu mengalami kesulitan dalam menentukan daerah himpunan
penyelesaian dan menentukan model matematika Program Linier.
Selain itu, siswa juga sulit untuk mengungkapkan ide atau
memberikan penjelasan dari suatu permasalahan yang ada”.
Pada saat observasi wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa
di kelas X TKJ. Salah seorang siswa kelas X TKJ yang bernama Nina Rizki
saat observasi pada tanggal 15 Desember 2015 di SMK N 2 Sei Rampah
memberikan pendapat bahwa :
“Pelajaran matematika itu sangat sulit dan membosankan. Matematika
merupakan mata pelajaran yang kurang disukai karena banyak
berhitung dan harus menghapal rumus. Guru mengajarkan
matematika selalu monoton dan jarang memberikan kesempatan
siswa untuk aktif bertanya karena guru hanya mencatat pelajaran
dipapan tulis kemudian mengerjakan latihan sehingga kami masih
kurang paham dengan pelajaran yang diberikan”.
Berdasarkan keterangan diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa:
kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah;pembelajaran
kooperatif belum pernah dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar;model
pembelajaran yang diterapkan masih berorientasi pada pembelajaran
konvensional;hasil ujian matematika masih rendah khususnya pada pokok
bahasan Program Linier;matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap
sulit dan membosankan;guru mengajarkan matematika selalu monoton dan
jarang memberikan kesempatan siswa untuk aktif bertanya.

6

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Menurut Begle
(dalam Hudojo, 2012:38) Sasaran atau obyek penelaahan matematika adalah
fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dalam pembelajaran matematika, seorang
siswa yang sudah memiliki kemampuan pemahaman matematika dituntut
untuk bisa mengkomunikasikannya agar pemahamannya tersebut bisa
dimengerti oleh orang lain. Komunikasi matematik baik sebagai aktivitas
sosial (talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) adalah
kemampuan

yang

mendapat

rekomendasi

para

pakar

agar

terus

ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Shield dan Swinso (dalam Ansari,
2009:4) mengemukakan bahwa menulis dalam matematika dapat membantu
merealisasikan satu tujuan pembelajran, yaitu pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang dipelajari. Bahkan Within dan Whitin (dalam Ansari,
2009:5) menyebutkan pengembangan kemampuan personal siswa mengenai
talking dan writing merupakan tujuan yang sangat penting dalam memasuki
abad ke-21. Kemudian menurut Broody (dalam Ansari, 2009:4) yang
menyebutkan bahwa:
“ Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam
matematika perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa.
Pertama, mathematics as languange, artinya matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk
menemukan pola, meneyelesaikan masalah atau mengambil
kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang
berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat
dan cermat. Kedua mathematics learning as social activity, artinya
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika,
matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga
komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian
terpenting untuk memepercepat pemahaman matematika siswa”.
Jadi, komunikasi matematika perlu dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya disekolah masih banyak ditemukan
siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika yang rendah
khususnya di kelas X TKJ SMK N 2 Sei Rampah. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa adalah menerapkan

7

model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja sama secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut para ahli pembelajaran
kooperatif dapat meningkatakan kinerja siswa dalam tugas–tugas akademik,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan membantu
siswa mengembangkan kemampuan komunikasinya. Seperti menurut Johnson
& Johnson (dalam Trianto, 2014:109) tujuan pokok pembelajaran kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Bamboo
Dancing. Menurut Istarani(2012:198) langkah–langkah Model pembelajaran
Bamboo Dancing adalah:
“ Guru membagi kelas menjadi 2 atau 4 kelompok besar. Jika dalam
satu kelas terdapat 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri dari
20 orang. Kemudian diatur sedemikian rupa pada tiap kelompok
besar yaitu 10 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10
orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan
demikian didalam tiap – tiap kelompok besar mereka saling
berpasangan. Pasangan ini disebut pasangan awal. Setelah itu
dibagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau
dibahas.Usai diskusi, 20 orang dari tiap kelompok besar yang
berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah
jarum jam. Dengan cara ini tiap – tiap peserta didik akan mendapat
pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya.
Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap – tiap peserta
didik kembali ke pasangan awal”.
Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing

dalam pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan Program
Linier akan melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dalam pembelajaran
sehingga

peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam

memahami ide–ide matematika baik secara lisan maupun tulisan dapat lebih
mudah dan terarah. Dengan demikian kompetensi yang diharapkan dengan
mempelajari Program Linier akan tercapai. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan Huda (2014:250) bahwa salah satu keunggulan model kooperatif
Bamboo Dancing adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa

8

untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan komunikasi.
Sejalan dengan uraian diatas, salah satu penelitian yang menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing memberikan
pengaruh yang baik terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa yaitu
penelitian yang dilakukan Elfina pada tahun 2014 terhadap SMP Harapan 2
Medan. Judul penelitin ini adalah Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematika Siswa
Pada Pokok Bahasan Teorema Phytagoras Kelas VIII SMP Harapan 2 Medan.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori pada
pokok bahasan teorema Phytagoras kelas VIII Harapan 2 Medan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimana
(Elfina, 2014:62).
Dari uraian diatas terlihat bahwa ada hal – hal yang sulit
dikomunikasikan pada materi Program Linier. Mencermati kembali Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Permendiknas Nomor

23 Tahun 2006) siswa

dituntut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa secara tidak langsung harus
dapat mengkomunikasikan pengetahuan baik secara tulisan maupun lisan.
Menurut Cob (dalam Umar, 2012:4) dengan mengkomunikasikan pengetahuan
yang dimiliki siswa, dapat terjadi renegoisasi antar siswa, guru hanya berperan
sebagai “filter”. Dengan demikian, Program Linier perlu dibahas untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menerapkan
model Bamboo Dancing sebagai salah satu solusinya. Dengan menerapkan
model Bamboo Dancing diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa pada materi program linier.
Berdasarkan

uraian

diatas,

peneliti

tertarik

untuk

mencoba

mengadakan penelitian yang diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif

9

dalam pembelajaran matematika. Penelitian yang dilakukan dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di
Kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2015–2016.”

1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, masalah yang dapat teridentifikasi yaitu :
1. Pengembangan budaya belajar diIndonesia belum maksimal sehingga
kemampuan matematika masih sangat rendah yang mengakibatkan
Indonesia masih tertinggal kualitas pendidikannya dengan negara lain.
2. Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X TKJ SMK N 2 Sei
Rampah masih rendah.
3. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas X TKJ
SMK N 2 Sei Rampah masih berorientasi pada pembelajaran konvensional
sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
4. Siswa kelas X TKJ SMK N 2 Sei Rampah masih menganggap bahwa
matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan.
5. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas X TKJ SMK N 2 Sei
Rampah masih kurang memberikan kesempatan siswa untuk aktif bertanya
sehingga siswa tersebut masih kurang paham dengan pelajaran yang
diberikan.

1.3. Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah,
agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah
yang ingin dicari penyelesaiannya. Berkaitan dengan lokasi penelitian,
penelitian ini terbatas pada kelas X TKJ di SMK N 2 Sei Rampah dan meneliti
permasalahan yaitu : Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X TKJ
di SMK N 2 Sei Rampah pada materi Program Linier masih rendah, sehingga
menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika dan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing belum dipahami dan

10

dilaksanakan oleh guru SMK N 2 Sei Rampah. Hal ini dapat dilihat dari
kebanyakan guru melakukan proses pembelajaran dengan cara konvensional
yang sejalan dengan hasil wawancara dengan salah seorang guru
matematikanya.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
pada pokok bahasan program linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei
Rampah ?
2. Bagaimana aktifitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing pada pokok bahasan program linier di
kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah ?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing pada
pokok bahasan Program Linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah?

1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing

dalam

meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika siswa pada pokok bahasan program linier di kelas X TKJ SMK
Negeri 2 Sei Rampah.
2. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa ketika diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing pada pokok bahasan
program linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
pada pokok bahasan Program Linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei
Rampah.

11

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Bagi calon guru dapat menjadi masukan untuk menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika dan sebagai bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi guru khususnya guru bidang studi matematika dapat menjadi bahan
masukan

untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing sebagai salah satu alternatif pemilihan metode dalam
proses belajar mengajar disekolah.
3. Bagi kepala sekolah dapat menjadi informasi untuk memberikan arahan
kepada guru–guru agar sesuai gaya mengajarnya dengan modal pengetahuan
yang dimiliki siswa.
4. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika
untuk meningkatkan aktivitas, prestasi, dan kemampuan komunikasi
matematika siswa.

1.7. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiaran mengenai beberapa istilah
yang digunakan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang
dimaksud yaitu:
1. Tari Bambu merupakan strategi kooperatif yang dikembangkan oleh
Anita Lie dari strategi Inside Outside Circle. Dinamakan tari bambu
karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip
seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina
yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam model ini
tiap–tiap kelompok yang berdiri berjajar saling berhadapan itu
bergeser posisi mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap – tiap
peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi
yang berbeda, demikian seterusnya. Pergeseran arah jarum jam
berhenti ketika tiap – tiap peserta didik kembali kepasangan awal.

12

2. komunikasi matematika adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang siswa dalam mempresentasikan, membaca dan menulis
permasalahan/solusi matematika kedalam gambar, tabel dan secara
aljabar serta mampu menyatakan suatu konsep dan solusi matematika
dengan bahasa dan simbol matematika dengan tepat.

93

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada bab IV maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
adalah :
a. Mengelompokkan siswa berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi
matematika I.
b. Memaksimalkan diskusi kelompok dengan pengawasan yang lebih pada
kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi.
c. Memberikan LAS kepada siswa yang dikerjakan secara berpasangan
dengan pasangan awalnya.
d. Memberi nilai tambah dan hadiah bagi siswa yang aktif.
2. Aktivitas siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing adalah :
a. Perhatian siswa ketika guru memberi penjelasan mengalami perubahan
kearah yang lebih baik. Tidak ada lagi siswa yang berbicara dibelakang
karena guru tidak lagi terfokus pada papan tulis saat menjelaskan.
b. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan kearah yang
lebih baik. Sudah banyak siswa yang berani untuk bertanya karena guru
memberikan nilai tambah dan hadiah bagi semua siswa yang aktif.
c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan LAS mengalami perubahan kearah
yang lebih baik. Banyak siswa yang mengerjakan LAS dengan baik
karena mereka telah aktif dalam diskusi kelompoknya dan LAS
dikerjakan secara berpasangan.
d. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Siswa aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena satu anggota
kelompok yang nilainya bagus membantu temannya dalam berdiskusi.

94

e. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil
diskusinya mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Siswa
memperhatikan dengan baik karena kelompok penyaji atau guru
menunjuk siswa secara bebas yang akan memberikan tanggapan.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dapat
meningkatkan kemampuan komunkasi matematika siswa. Hal ini dapat
dilihat dari :
a. Nilai rata – rata tes kemampuan awal secara keseluruhan 48,91 setelah
diberikan tindakan pada tes kemampuan komunikasi matematika I
menjadi 64,95 dan pada tes kemampuan komunikasi matematika II
menjadi 81,16.
b. Persentase kemampuan komunikasi siswa pada tes kemampuan awal
dengan

kategori

keseluruhan

minimal

sedang

(nilainya



65)

secara

% yaitu sebanyak 10 orang setelah diberikan tindakan

pada tes kemampuan komunikasi matematika I menjadi 63,04% yaitu
sebanyak 29 orang dan pada tes kemampuan komunikasi matematika II
menjadi 86,96% yaitu sebanyak 40 orang.

5.2 Saran
Adapun saran – saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah:
1. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini disarankan agar peneliti membagi berdasarkan
kemampuan heterogen anak.
2. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan
yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk dalam kelompok
jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi tersebut ikut terlibat
sehingga akan membuat siswa jadi lebih aktif dalam pembelajara dan
memudahkan guru dalam penguasaan kelas.

95

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini disarankan agar peneliti memberikan LAS yang
dikerjakan secara berpasangan atau berdiskusi.

96

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B., (2009), Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, PeNA, Banda
Aceh.
Asmani, Jamal M., (2011), Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Laksana,
Yogyakarta
Asmin, dan Mansyur, A., (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar
dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa, Medan.
Elfina, H., (2014), Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Koopertif Tipe
Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok
Bahasan Teorema Phytagoras Kelas VIII Harapan 2 Medan., Skripsi,
FMIPA, Unimed, Medan.
Fauzi, A., (2014), Peningkataan Kemampuan Bernalar Matematika Melalui
Pendekatan Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Dengan Bantuan LKS Bagi
Siswa Kelas VIII B SMP Tawangsari, Univertsitas Muhammadiah,
Surakarta.
Huda, M., (2014), Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis
dan Paradigmati, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
UM Press, Malang.
Husna, Ikhsan, M., dan Fatimah, S., (2013), Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS), dalam
Jurnal Peluang Vol 1 No 2, ISSN 2302-5158 .
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovati, CV ISCOM, Medan.
Kunandar, (2012), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Purwanto, Ngalim, (2014), Prisip – Pinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Rosda, Jakarta.
Riyanto,T., (2002), Pembelajaran Sebagai Suatu Bimbingan Pribadi, Grasindo,
Jakarta.
Rusman,
(2011), Model – Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.

97

Trianto, (2011), Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, Grasindo,
Jakarta.
Trianto, (2014), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Umar, W., (2012), Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam
Pembelajaran Matematika, dalam Jurnal Vol 1 No 1.
Universitas Negeri Medan, (2015), Buku Petunjuk Program Pengalaman
Lapangan Terpadu Program S1 Pendidikan, Unimed.
Wirodikromo, S., (2007), Matematika untuk SMK Kelas X, Erlangga, Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 2 DAWARBLANDONG MOJOKERTO TAHUN AJARAN 2013-2014

0 5 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 KARANGAN TRENGGALEK

0 5 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN TLOGOMAS 2 MALANG

4 25 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN LOWOKWARU 3 MALANG

1 9 20

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X API 1 SMK NEGERI 1 SUKORAMBI TAHUN AJARAN 2011/2012

0 6 16

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

0 8 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 NGLIPAR TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14