EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat.

Tanpa mengenyam pendidikan sama sekali, mustahil

manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan
bahagia sesuai dengan pandangan hidup mereka. Pendidikan juga merupakan proses
interaksi antar individu maupun individu dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku pada individu yang bersangkutan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan
yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan
serta memiliki sifat yang benar. Pendidikan yang berhasil adalah usaha yang berhasil
membawa anak didik pada tujuan yang diharapkan.


Proses interaksi antar invidu dalam pendidikan dapat terjadi di dalam maupun di luar
sekolah. Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah
kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi perkembangan peserta didik.

Jika proses pembelajaran berjalan

dengan baik maka peserta didik akan merasa nyaman dan aktif selama proses

2
pembelajaran. Sebaliknya, proses pembelajaran yang monoton cenderung membuat
peserta didik menjadi bosan dan pasif. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu
dilakukan secara optimal pada semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran
matematika.

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena itu

matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
matematika perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan
usia dini hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu, banyak siswa yang secara sadar
mengakui pentingnya matematika, bahkan para orang tua sering memaksa mereka
untuk mengikuti pelajaran tambahan.

Ini membuat anak merasa terpaksa mem-

pelajari matematika, sehingga kurang tertarik dengan matematika. Akibatnya anak
akan kesulitan memahami dan menguasai matematika.

Matematika pada hakekatnya memiliki objek kajian yang abstrak dan sepenuhnya
menggunakan pola pikir deduktif. Mata pelajaran matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
menggunakan ketajaman penalaran untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari.
Sasaran dari pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan lebih memahami
keterkaitan antara topik dalam matematika serta manfaat bagi bidang lain. Untuk
menguasai materi pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi
diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat, salah satunya
yaitu memiliki pemahaman konsep yang baik sehingga memudahkan siswa dalam
menerima materi selanjutnya.


3
Dalam pembelajaran, pemahaman konsep merupakan faktor yang sangat penting,
karena pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan
masalah pembelajaran yang merupakan alat untuk mengukur sejauh mana
penguasaan materi yang diajarkan. Untuk mencapai pemahaman konsep yang baik
diperlukan suasana belajar yang tepat, agar siswa senantiasa meningkatkan aktivitas
belajarnya. Proses pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat meningkat.

Uno (2006:125) mengungkapkan bahwa untuk mempelajari matematika hendaknya
berprinsip pada: (1) Materi matematika disusun menurut urutan tertentu atau tiap
topik matematika berdasarkan subtopik tertentu; (2) Seorang siswa dapat memahami
suatu topik matematika jika ia telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya, (3) Perbedaan kemampuan antarsiswa dalam mempelajari atau memahami
suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh
perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya; (4) Penguasaan topik baru oleh siswa
tergantung pada penguasaan topik sebelumnya. Hal ini berarti bahwa pemahaman
suatu konsep matematika sangat diperlukan siswa untuk dapat memahami materi
pembelajaran matematika berikutnya dengan baik.


Kesulitan penguasaan matematika membuat peranan guru sangat penting dalam dunia
pendidikan. Hal ini karena guru berhubungan langsung dengan para siswa. Guru
harus bisa merencanakan suatu pembelajaran matematika yang menarik, efektif, dan
bermakna. Ketika merencanakan pembelajaran, penting untuk merancang bagaimana
siswa akan berpartisipasi dalam belajar.

4
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini,
siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka lebih tertarik dalam
pembelajaran dan memahami satu sama lain. Salah satu model pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa, memanfaatkan
seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran
kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan
dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, salah satunya Student Teams
Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana yang mana siswa ditempatkan dalam tim belajar

heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang beranggotakan
tiga sampai enam orang. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam
tim, selanjutnya diadakan kuis untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut.

Hasil wawancara terhadap beberapa guru SMK di Bandar Lampung, dapat terlihat
beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika pada siswa SMK di Bandar
Lampung yang masih mendapat pembelajaran konvensional, khususnya menurut guru
matematika di SMKN 1 Bandar Lampung pembelajaran kooperatif tipe STAD belum
pernah diterapkan pada pembelajaran matematika di kelas XPM. Oleh karena itu,
maka perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif

5
tipe STAD dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas XPM
semester ganjil SMKN 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “ Apakah penerapan model pembelajarn kooperatif tipe STAD efektif

digunakan dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa ?”
Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan sebagai berikut: Apakah
rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

1.

Bagi peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah
pengalaman dan pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD serta sebagai acuan atau refrensi untuk
peneliti lain pada penelitian yang sejenis.


6
2.

Bagi guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

3.

Bagi siswa, menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama,
meningkatkan daya tarik siswa terhadap matematika, dan dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.


Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif
apabila rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada rata-rata pemahaman
konsep matematis siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional.

2.

Pemahaman konsep matematis adalah pengertian abstrak yang memungkinkan
kita untuk mengelompokkan objek atau kejadian dan menerangkan apakah objek
atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.
Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

7
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.
3.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok
kecil (4 sampai 5 orang ) yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran dikelas. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari 5
kompone utama,yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian
skor individu dan penghargaan kelompok.

4. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran satu arah yang berpusat
kepada guru dan siswa cendrung bekerja secara mandiri dalam menyelesaikan
suatu masalah dalam sebuah pembelajaran.

8

II

TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan
sasarannya.

Sutikno (2005:24) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar
dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila
tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584), efektif didefinisikan dengan “ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)”. Efektivitas merujuk pada kemampuan
untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau
hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya
fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna. Efektivitas
dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

sasarannya. Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif

9
jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta
didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal
ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar
bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif,
dan terarah pada tujuan dan pembentukkan kompetensi peserta didik. Efektivitas
dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan
sasarannya. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari
pembelajaran tersebut tercapai.

Lebih lanjut, Satria (2005) menyatakan bahwa

efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam
hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus
yang telah dicanangkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.

Dalam penelitian ini, efektivitas dikatakan tercapai bila rata-rata

peningkatan pemahaman konsep pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik
daripada rata-rata peningkatan pemahaman konsep pada pembelajaran konvensional.

2. Belajar

Pengertian belajar menurut pendapat para ahli pendidikan seperti pendapat Hamalik
(2004: 28) yang mengatakan,”belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungannya. ”

10
Mustaqim dan Wahib (1991:62) berpendapat bahwa belajar merupakan proses
perubahan baik lahir maupun batin, tidak hanya perubahan tingkah laku yang tampak
melainkan juga perubahan yang tidak tampak dan perubahan itu adalah perubahan
yang positif bukan negatif.

Perubahan positif yang dimaksud adalah perubahan

menuju ke arah kemajuan atau perbaikan, sedangkan perubahan negatif merupakan
perubahan yang menuju ke arah kemunduran.
Abdurrahman (2003: 28) mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses
seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut
dengan hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah seluruh
aktivitas baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku positif
yang terjadi melalui proses interaksi dengan lingkungannya .

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pengertian pembelajaran kooperatif berdasarkan pendapat ahli pendidikan seperti Lie,
(2002:2) mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif harus mengarahkan siswa untuk
belajar dalam kelompok, yang mana guru sebagai fasilitator harus mampu
mengondisikan siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok masing-masing.

11
Hal ini sesuai dengan Slavin (2008:284) yang mengatakan
Pembelajaran kooperatif mengondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil,
dimana mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran,
menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok
tersebut mencapai hasil belajar yang tinggi.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah dalam memahami konsepkonsep yang dianggap sukar dengan cara mendiskusikan konsep tersebut dengan
teman kelompoknya.

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai enam orang
yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuan dan jenis kelamin. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan
materi yang sedang dipelajari.

Slavin (2008 : 143) mengatakan bahwa dalam

STAD, siswa dibagi menjadi

kelompok heterogen yang terdiri dari tiga sampai empat siswa. Teknik instruksional
model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima langkah yaitu:
1. Presentasi.

Materi

dipresentasikan secara khusus di depan kelas, biasanya

dengan menggunakan pendekatan konvensional seperti ceramah, diskusi atau
video. Siswa harus memperhatikan dengan baik selama presentasi kelas karena
akan membantu siswa dalam tes.
2. Team work. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan
yang akan dipelajari siswa.

Mereka dimotivasi atau didorong untuk saling

membantu satu sama lain dan menyakinkan bahwa setiap siswa harus memahami

12
materi.

Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang

konsep, dan menjawab pertanyaan.
3. Kuis/tes. Pada akhir periode belajar, siswa diberikan kuis berdasarkan pada
materi mingguan secara individual dan tanpa saling membantu satu dengan yang
lainnya.
4. Poin perkembangan individu. Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor tes
awal, kemudian siswa diberi skor untuk tes akhir. Poin peningkatan individu
diberikan berdasarkan selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal. Dalam
hal ini para siswa yang meraih prestasi rendah bisa memberikan kontribusi
sebanyak mungkin pada tota nilai kelompok, seperti halnya para siswa yang lebih
kemampuannya lebih tinggi.
5. Penghargaan kelompok.

Setelah poin peningkatan individu diperoleh,

penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan individu.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.
Metode mengajar yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran konvensional
adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang
biasa (tradisional) dipakai guru pada pembelajaran matematika. Menurut Suyitno
(2004:4), metode ekspositori adalah cara penyampaian materi pelajaran dari seorang
guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Hal ini berarti kegiatan

13
guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa
yang disampaikan guru.

Menurut Hannafin (dalam Juliantara, 2009) sumber belajar dalam pembelajaran
konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan
penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses
belajar siswa. Oleh karena itu, sumber belajar (informasi) harus tersusun secara
sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil ke keseluruhan dan
biasanya bersifat deduktif. Oleh sebab itu, apa yang terjadi selama pembelajaran jauh
dari upaya-upaya untuk terjadinya pemahaman. Siswa dituntut untuk menunjukkan
kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai
prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.
Artinya bahwa siswa yang telah mempelajari pengetahuan dasar tertentu, maka siswa
diharapakan akan dapat menggabungkan sub-sub pengetahuan tersebut untuk
menampilkan prilaku (hasil) belajar yang lebih kompleks.

5. Pemahaman Konsep

Dalam kamus Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan
konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu
ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau
kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu
rancangan atau ide abstrak.

14
Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada
siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa
dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis
juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru,
sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.
Hal ini sesuai dengan Carpenter (dalam Bennu, 2010) yang menyatakan “salah satu
ide yang diterima secara luas dalam pendidikan matematika adalah bahwa siswa
harus memahami matematika.”
Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu
pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional
(relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar
tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi.
Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut
bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah
sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Berkenaan dengan hal tersebut,

Dimyati (2006: 3) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri

15
dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan
puncak dari proses belajar.

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM
(dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria
yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan
contoh, menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep,
mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna
dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat
yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsepkonsep.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman
konsep.

Untuk menilai pemahaman konsep matematika dapat dilakukan dengan

memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep matematika. Adapun
indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah :
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep.

16
B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas X Pm SMKN 1 Bandar
Lampung ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu
variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (X). Sedangkan pemahaman konsep matematis
siswa sebagai variabel terikat (Y).

Pemahaman konsep merupakan modal penting bagi siswa untuk dapat menerapkan
matematika dalam kehidupannya, sehingga manfaat pelajaran matematika benarbenar dapat dirasakan siswa.

Oleh karena itu, rendahnya pemahaman konsep

matematis siswa merupakan permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius
dari guru.

Permasalahan ini dapat terjadi karena proses pembelajaran yang

berlangsung selama ini terpusat pada guru sehingga selama pembelajaran matematika
hanya terjadi komunikasi satu arah yang menyebabkan siswa mengalami kejenuhan
dan pasif selama pembelajaran.
Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilakukan beberapa
hal, salah satunya adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat dapat mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran yang dipilih hendaklah yang dapat menarik minat dan menumbuhkan
semangat belajar siswa sehingga siswa aktif, kreatif, serta dapat memahami konsep
matematika dengan baik.

17
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk
berperan aktif menyelesaikan masalah yang ada di kelompoknya secara bersamasama. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga mengajarkan keterampilan bekerja
sama dalam kelompok.

Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif selama kegiatan pembelajaran,
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, berpikir kritis, serta memberikan
efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar individu.

Model pembelajaran kooperatif ini mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajara. Pola interaksi yang
bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi siswa
untuk memperoleh kenyamanan dalam mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya.

Hal ini dimungkinkan karena siswa akan merasa lebih nyaman jika

mengemukakan pikirannya melalui diskusi dengan teman dibanding dengan guru,
sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran akan lebih baik, hal ini dapat
berimplikasi pada hasil belajar yang diperoleh siswa akan menjadi lebih baik

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran
yang mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok heterogen berdasarkan tingkat
kemampuan akademik dan jenis kelamin untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, guru
mengawali pembelajaran dengan mempresentasikan materi secara singkat. Kemudian
siswa bekerja dengan kelompok STADnya. Di dalam kelompok STAD masingmasing, siswa dituntut untuk saling membantu, mendiskusikan, dan berargumentasi

18
guna mengembangkan pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup adanya
kesenjangan dalam pemahaman materi masing-masing, sehingga menerapkan model
pembelajaran kooperatif akan lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, setelah pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe STAD diharapkan pemahaman konsep siswa dapat meningkat.
Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu siswa dalam memperoleh
hasil belajar yang baik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi
pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe
STAD tidak diperhatikan.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Hipotesis Umum
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dalam meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
2) Hipotesis Kerja
Rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih

dari rata-rata peningkatan

19
pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Rineka Cipta. Jakarta
Bennu. 2010. Pemahaman Konsep. [on line]. Tersedia: http://sudarmanbennu. blogspot. com/2010/02/pemahaman-konsep.html. (01 Desember
2012)
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djarwanto. 1985. Statistika nonparametrik. Yogyakarta : BPFE
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia:
http://herdy07. wordpress.com/. (28 Agustus 2011)
Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia:
http://www.kompasiana.com/ikpj. 27 Agustus 2012
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [on line]. Tersedia:
http://hafismuaddab. wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/.
(26 Desember 2012)
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Mustaqim dan Wahib, Abdul. 1991. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta.
Jakarta
Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar
Lampung). Unila. Bandar Lampung

Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Nusa Media. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Sutikno, M. Sobry.2005. Pembelajaran Efektif.NTP Pres.Mataram.
Suyitno. 2004. Menjelajahi Pembelajaran Inovatif. Mass Media Buana
Pustaka: Sidoarjo.
Uno, Hamzah. B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII.2 Semester Ganjil SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Genap SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 12 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 14 48

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161