PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF
EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

DEWI LESTARI
NIM : 8146171016

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016


ABSTRAK

DEWI LESTARI. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Self
Efficacy Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Dan Pembelajaran Konvensional. Tesis. Medan: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, 2016.
Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Pembelajaran Konvensional,
Komunikasi Matematis, dan Self Efficacy
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi
matematis antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik dengan siswa yang diajarkan secara konvensional,
(2) Mengetahui perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan siswa yang diajarkan secara
konvensional, (3) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa,
(4) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal
matematika terhadap self efficacy siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi
eksperimen. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa SMP Kelas
VII Swasta Asuhan Jaya T.A. 2015/2016, dengan pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak dua kelas VII yang homogen

berjumlah 64 siswa. Analisis data dilakukan dengan Anava dua jalur. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik dengan siswa yang diajarkan secara konvensional, (2)
Terdapat perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik dengan siswa yang diajarkan secara
konvensional, (3) Terdapat interaksi antara pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik dan kemampuan awal matematika terhadap kemampuan komunikasi
matematis, (4) Terdapat interaksi antara pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik dan kemampuan awal matematika terhadap self efficacy siswa.

i

ABSTRACT

DEWI LESTARI. Difference Communications Ability Mathematical and Self
Efficacy Students with Using Realistic Mathematics Education and Conventional
Learning Approach. A Thesis: Medan: Postgraduate Program, State University of
Medan, 2016.
Keywords: Realistic Mathematics Education, and Conventional Learning,

Communications Mathematical, and Self Efficacy
The purpose of this study are to: (1) Determine the difference of student’s
mathematical communication ability between realistic mathematics education and
conventional learning, (2) Determine the difference of student’s self efficacy
between realistic mathematics education and conventional learning, (3) Determine
the interaction between the learning model and initial ability of mathematical for
the sudent’s mathematical communication ability, (4) Determine the interaction
between the learning model and initial ability of mathematical for the sudent’s
mathematical self efficacy. This study is a quasi-experimental research. The
population in this study consisted of all students of seventh grade in SMP Swasta
Asuhan Jaya, by taking samples with purposive sampling method of two classes
totaling 64 students. The analysis data was analyzed using Anova two lanes. The
results showed that The results of this study indicate that (1) There is the
difference of student’s mathematical communication ability between realistic
mathematics education and conventional learning, (2) There is the difference of
student’s self efficacy between realistic mathematics education and conventional
learning, (3) the interaction between the learning model and initial ability of
mathematical for the sudent’s mathematical communication ability, (4) There is
the interaction between the learning model and initial ability of mathematical for
the sudent’s mathematical self efficacy.


ii

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan
anugerah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus
dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan
yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.
Tesis ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis
dan Self Efficacy Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik dan Pembelajaran Konvensional” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika.
Ucapan terima kasih dan penghargaan ditujukan khusus kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Pd selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi
Pendidikan Matematika.

2.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Edy Surya, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis
dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

3.

Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., dan
Ibu Dra. Ida Karnasih, M. Sc., Ed., Ph.D. selaku narasumber yang telah
banyak

memberikan

saran


dan

kritik

yang

membangun

penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.

dalam

iv

4.

Direktur, Asisten I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang
telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan
tesis ini.


5.

Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
yang bermakna selama menjalani pendidikan.

6.

Teristimewa

kepada kedua orang tua saya, Rudi Setiawan dan Sutriani,

S.Pd., serta suami saya Ahmad Surya Amzai Marpaumg, yang telah
memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam
setiap langkah penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan telah memberi
dukungan moril bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.
7.

Dan kepada seluruh keluarga besar dan teman-teman yang tidak bisa penulis

ucapkan satu persatu.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Mungkin masih
terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis
mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan,
Penulis

Desember 2016

Dewi Lestari

DAFTAR ISI

halaman
ABSTRAK .........................................................................................................i
ABSTRACT ........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI. .....................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 12
1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................... 12
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................... 13
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 13
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 14
1.7 Definisi Operasional ...................................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ............................................................. 18
2.2 Self Efficacy ................................................................................................... 23
2.3 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ............................................... 27
2.3.1 Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik ................................ 29
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik ......... 34
2.4 Pembelajaran Konvensional .......................................................................... 36
2.4.1 Karakteristik Model Pembelajaran Konvensional.............................. 37

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional .................. 38
2.5 Teori Belajar yang Mendasari Pendekatan Matematika Realistik .................. 39
2.6 Kemampuan Awal Matematis Siswa ............................................................. 43
2.7 Hasil Penelitian Relevan ................................................................................ 44
2.8 Kerangka Konseptual ..................................................................................... 46
2.9 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 53
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 53
3.3 Variabel Penelitian ......................................................................................... 54
3.4 Desain Penelitian ........................................................................................... 56
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 57
3.5.1 Tes Kemampuan Awal Matematika ....................................................... 57
3.5.2 Komunikasi Matematis .......................................................................... 58
3.5.3 Angket Self Efficacy ............................................................................... 60
3.5.4 Uji Coba Instrumen ............................................................................... 62
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 68
3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 78

v


vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Data ..................................................................................... 81
4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ................81
4.1.2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa… ................85
4.1.3 Hasil Tes Self Efficacy Siswa….. .....................................................92
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian. ......................................................................98
4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa…….. ..........................98
4.2.2 Self Efficacy. ....................................................................................100
4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan
Awal Matematika Siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa. ............................................................................101
4.2.4 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan
Awal Matematika Siswa Terhadap Self Efficacy Siswa. .................102
4.2.5 Keterbatasan Penelitian. ..................................................................104
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Simpulan ......................................................................................................107
5.2. Implikasi .......................................................................................................107
5.3. Saran .............................................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...111

vi

DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis .................................... 23
Tabel 2.2 Sintaks Implementasi Pendekatan Matematika Realistik ..................... 33
Tabel 2.3 Sintaks Strategi Pembelajaran Konvensional ....................................... 38
Tabel 2.4 Tingkatan Perkembangan Kognitif Anak ............................................. 42
Tabel 3.1 Sampel Penelitian .................................................................................. 54
Tabel 3.2 Desain Penelitian................................................................................... 56
Tabel 3.3 Tabel Weiner Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat
dan Kontrol ........................................................................................... 56
Tabel 3.4 Kriteria Pengelompokkan KAM ........................................................... 58
Tabel 3.5 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM .................................... 58
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematis ..................................... 59
Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis .......... 60
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Self Efficacy Siswa ................................ 61
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal ................................................... 66
Tabel 3.10 Tabel Anava Dua Jalur ........................................................................ 74
Tabel 3.12 Keterkaitan Hipotesis Penelitian dan Jenis Uji Statistik yang
Digunakan ........................................................................................... 77
Tabel 4.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa.................................. 82
Tabel 4.2 Hasil uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ................ 83
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ............ 84
Tabel 4.4 Sebaran Sampel Penelitian .................................................................... 85
Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Tiap Kelas
Sampel.................................................................................................... 86
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Postest Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa ..................................................................................................... 88
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ................................................................................... 89
Tabel 4.8 Hasil Uji ANAVA ................................................................................ 90
Tabel 4.9 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Kemampuan
Komunikasi Metematis ......................................................................... 91
Tabel 4.10 Deskripsi Angket Self Efficacy Siswa Berdasarkan Pembelajaran .... 93
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor Angket Self Efficacy Siswa ...................... 94
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Self Efficacy Siswa ................... 95
Tabel 4.13 Hasil Uji ANAVA Self Efficacy Siswa ............................................... 96
Tabel 4.14 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Self
Efficacy Siswa .................................................................................... 97
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan
Komunikasi Matematis dan Self Efficacy Siswa ................................. 103

vii

DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1.1 Jawaban Siswa pada Kemampuan Komunikasi Matematis .............. 5
Gambar 1.2 Jawaban Siswa pada Kemampuan Komunikasi Matematis .............. 6
Gambar 1.3 Soal Trapesium.................................................................................. 6
Gambar 1.4 Jawaban Siswa pada soal Trapesium ................................................ 6
Gambar 3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian .......................................................... 80
Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Awal Matematika ............................................. 82
Gambar 4.2 Kemampuan Komunikasi Siswa Perindiaktor pada Kelas
Eksperimen ........................................................................................ 85
Gambar 4.3 Kemampuan Komunikasi Siswa Perindikator pada Kelas Kontrol .. 86
Gambar 4.4 Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................................. 87
Gambar 4.5 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ..................................... 91
Gambar 4.6 Hasil Tes Self Efficacy Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .............................................................................................. 92
Gambar 4.7 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Self
Efficacy Siswa ................................................................................... 98

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki agar
dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga dijadikan sarana untuk membentuk pribadi
yang berkarakter dan masih menjadi prioritas utama bagi masyarakat Indonesia
demi menunjang karir dan memperoleh kehidupan layak di masa mendatang,
sehingga tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menyelesaikan studinya hingga
jenjang yang tinggi. Banyak ilmu pengetahuan yang diberikan selama pendidikan
yang dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi, termasuk di dalamnya ilmu
matematika.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi.
Penerapan matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dapat
dikaitkan dengan ilmu pengetahuan lain, maupun dapat membentuk konsep
pemikiran yang menuntut sikap logis, rasional, kritis, kreatif, cermat, efisien dan
efektif. Untuk itu, matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi salah satu
otoritas utama dalam pendidikan, sehingga pada kegiatan Ujian Nasional segala
tingkatan, matematika merupakan mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah menurut Puskur (2002) yaitu untuk mempersiapkan siswa

2

agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan
di dunia yang selalu berkembang melalui tindakan atas dasar pemikiran logis,
rasional, kritis, cermat dan efektif.
Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding
lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Ternyata prestasi belajar matematika
siswa di Indonesia masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMMS yang
diselenggarakan pada tahun 2003 (Mullis, 2004), skor siswa-siswa SMP kelas 2 di
bidang matematika berada di bawah rata-rata internasional (urutan ke 38 dari 49
negara peserta). Posisi itu jauh di bawah Malaysia yang berada di urutan 12 atau
bahkan Singapura yang berjaya di urutan pertama.
Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan sekolah
menengah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) adalah
menjadikan siswa memiliki kemampuan penataan nalar, pembentukan sikap,
kemampuan pemecahan masalah, mengkomunikasikan ide-ide dan keterampilan
menerapkan matematika. Hal ini sejalan dengan lima tujuan umum pembelajaran
matematika yang dirumuskan oleh National Council of Teacher of Mathematics
(2000)

antara

lain:

(1)

belajar

untuk

berkomunikasi

(mathematical

communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); (3) belajar
untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk
mengaitkan ide (mathematical connections); (5) pembentukan sikap positif
terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics).
Semua tujuan pendidikan matematika tersebut merupakan langkah awal
untuk merancang pembelajaran yang baik agar mampu dilaksanakan dalam
lingkungan pendidikan sehingga tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai dan

3

menghasilkan sumber daya manusia yang kelak mampu berkompeten dengan
dunia luar. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika
adalah kemampuan komunikasi matematis.
Menurut Turmudi (Marlina, 2014), komunikasi adalah bagian esensial
dari matematika dan pendidikan matematika karena komunikasi merupakan cara
berbagi gagasan dan klarifikasi pemahaman. Komunikasi dalam matematika
merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki siswa dan guru selama
belajar, mengajar, dan mengevaluasi matematika agar siswa memiliki kemampuan
untuk mengaplikasikan dan mengekspresikan pemahaman tentang konsep dan
proses matematika yang mereka pelajari. Baroody (Ansari, 2009) menyebutkan
sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi matematika perlu
dikembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya
matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat
untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan,
tetapi matematika juga merupakan suatu alat yang sangat penting untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua,
mathematics learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa
dan juga komunikasi antar guru dan siswa.
Hal yang sejalan juga dikemukakan oleh Asikin, dkk. (2013) yang
menyatakan kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu peristiwa
dialog/saling berhubungan yang terjadi di dalam lingkungan kelas, dimana terjadi
perpindahan pesan dari satu orang ke orang lain. Pesan ini berisi tentang materi
matematika yang dipelajari di kelas dan pelaku komunikasi dialog di lingkungan

4

kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pemindahan pesan tersebut dapat
secara lisan maupun tulisan baik antara guru dengan siswa, ataupun siswa dengan
siswa lainnya. Asikin, dkk. (2013) juga menjelaskan bahwa kemampuan
komunikasi matematis pada siswa juga merupakan sentral dalam pembelajaran
matematika. Hal ini disebabkan karena kemampuan komunikasi matematis tidak
hanya dapat dikaitkan dengan pemahaman matematika, namun juga sangat terkait
dengan kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan pemecahan masalah
juga mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pengorganisasian data,
dan komunikasi. Sejalan dengan hal ini, NCTM (1989) mengemukakan bahwa
kemampuan komunikasi dan representasi dapat mendorong siswa pada
pemahaman yang mendalam tentang pemecahan masalah.
Pentingnya kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika
juga dikemukakan oleh Fachrurazi (2011), yang menyatakan bahwa komunikasi
matematis dapat merefleksikan pemahaman matematis dan merupakan bagian
dari daya matematis. Siswa-siswa yang mempelajari matematika seakan-akan
berbicara dan menuliskan apa yang sedang mereka kerjakan. Mereka dilibatkan
secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk
memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain, dalam
berbagai ide, strategi dan solusi. Fachrurazi juga menyatakan bahwa menulis
mengenai matematika dapat mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan
mereka dan mengklarifikasikan ide-ide untuk mereka sendiri.
Namun,

pentingnya

kemampuan

komunikasi

matematis

dalam

pembelajaran matematika tidak sejalan dengan fakta yang ditemukan di lapangan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Swasta

5

Asuhan Raya Medan, diberikan beberapa tes soal kemampuan komunikasi
matematis siswa untuk melihat bagaimana kemampuan awal siswa. Siswa
diberikan soal sebagai berikut: “Sebuah kebun cabai berbentuk persegi panjang
dengan ukuran panjang kebun adalah 20 m dan lebar kebun adalah 5 m lebih
pendek dari panjang kebun. Gambarkanlah sketsa kebun tersebut dan tentukan
berapa lebar dan luas kebun tersebut.” Dari 30 siswa yang diberikan tes tersebut,
hanya 12 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar. Salah satu jawaban
siswa dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1 Jawaban Siswa
Ada beberapa siswa yang menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
jawaban yang sama, yaitu lebarnya adalah 5m. Dari jawaban siswa tersebut dapat
dilihat bahwa siswa belum memenuhi indikator komunikasi, yaitu menyatakan
ide-ide matematika dalam bentuk gambar. Hal ini dikarenakan siswa tidak
memahami permasalahan yang diberikan, sehingga lebar kebun yang diberikan
tidak sesuai dengan jawaban yang diinginkan dan jawaban hasil akhir mengenai
luas kebun juga menjadi salah.
Ada juga pendapat lain dari jawaban siswa yang dapat dilihat pada
gambar 1.2 berikut:

6

Gambar 1.2 Jawaban Siswa
Dari gambar 1.2 terlihat jawaban yang diberikan siswa lebih buruk dari
gambar 1.1. Selain tidak memahami permasalahan yang diberikan, siswa bahkan
tidak memahami sama sekali konsep luas sebuah bangun datar.
Soal berikutnya diberikan sebuah gambar trapesium ABCD dan siswa
diminta untuk menghitung keliling trapesium. Soal tersebut dapat dilihat pada
gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Soal Trapesium

Gambar 1.4 Jawaban Siswa
Dari jawaban salah satu siswa pada gambar 1.4 dapat dilihat bahwa siswa
belum memenuhi indikator komunikasi yaitu menginterpretasikan gambar ke
dalam model matematika. Hal ini dikarenakan siswa tidak memahami konsep

7

keliling sebuah bangun datar. Dari soal tersebut hanya diperoleh 10 siswa yang
mampu menjawab dengan benar.
Berdasarkan gambar-gambar yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di lapangan masih rendah. Hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan dengan
hasil akhir yang tidak sesuai. Jawaban yang diberikan siswa pada observasi awal
ini juga belum mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang baik. Masih terdapat
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa terhadap perhitungan luas dan keliling
bangun datar segiempat. Siswa masih kurang memahami mengenai konsep luas
dan keliling bangun segiempat.
Selain pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematis
yang termasuk dalam ranah kognitif dalam pembelajaran matematika, ranah
afektif juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Hal ini dimuat dalam
Permendikbud nomor 54 (Kemendikbud, 2013) mengenai Standar Kemampuan
Lulusan (SKL), dimana peserta didik harus memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap berakhlak mulia, berilmu, percaya diri dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaanya. Dalam hal ini salah satu sikap yang perlu
dikembangkan adalah rasa percaya diri.
Salah satu sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika yang ikut
berperan terhadap keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas dengan
baik adalah Self Efficacy. Downing (2009) menyatakan bahwa self efficacy
memberikan

pengaruh

terhadap

keberhasilan

siswa,

misalkan

tingkat

kecemasannya tinggi maka akan rendah harapan keberhasilan sedangkan jika

8

tingkat kepercayaan tinggi maka akan tinggi pula harapan untuk berhasil. Cervone
dan Peake (Arsanti, 2009) juga berpendapat sama bahwa self efficacy akan
berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Sejalan dengan hal tersebut, Hamidah
(2010) mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai self efficacy yang tinggi
menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha,sedangkan individu yang
memiliki self efficacy yang rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya
kemampuan.
La moma (2014) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan
self efficacy matematis siswa, guru sebagai salah satu komponen dalam sistem
pembelajaran harus mampu mengembangkan tidak hanya pada ranah kognitif dan
ranah psikomotor semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan
keterampilan, melainkan juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini, siswa
harus ditumbuhkan rasa percaya dirinya (self efficacy) sehingga menjadi manusia
yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian yang
mantap dan mandiri, manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan
intelektual, yang mengenal dirinya, mengendalikan dirinya dengan konsisten, dan
memiliki rasa empati serta memiliki kepekaan terhadap permasalahan yang
dihadapi baik dalam dirinya maupun dengan orang lain.
Dewanto (2008) mendefinisikan bahwa self efficacy merupakan perilaku
afektif perasaan, kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap kemampuan
dirinya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bandura (Noer, 2012) yang
mendefinisikan self efficacy sebagai pertimbangan seseorang tentang kemampuan
dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang diinginkan atau ditentukan, yang
akan memperngaruhi tindakan selanjutnya.

9

Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan selalu mencoba
berbagai macam alternatif cara yang mungkin dan siap menghadapi kendala
maupun kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins (Arsanti, 2009) yang
menjelaskan bahwa self efficacy merupakan kepercayaan seseorang terhadap
kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik. Semakin seseorang
mempunyai self efficacy yang tinggi, maka individu tersebut semakin mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi terhadap kemampuannya untuk dapat menyelesaikan
tugas dengan baik dan sebaliknya.
Berdasakan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
self efficacy juga merupakan hal penting yang perlu dikembangakan pada diri
peserta didik dalam pembelajaran matematika, karena self efficacy mampu
memberikan rasa kepercayaan dan keyakinan pada kemampuan yang dimiliki.
Namun pentingnya self efficacy pada diri peserta didik masih sering diabaikan
dalam pembelajaran matematika kini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Pajares dan Miller (Michaelides, 2008) terdapat siswa yang mengatakan yakin
mampu menyelesaikan soal – soal pemecahan masalah namun ketika ditanya
apakah ada solusi lain untuk menyelesaikan masalah ini mereka hanya diam. Hal
ini menunjukkan bahwa keyakinan akan kemampuannya (self-efficacy) dalam
memberikan solusi pada pemecahan masalah belum terbukti.
Bandura (Hergenhahn dan Olson, 2008) menjelaskan tentang perceived
self-efficacy (anggapan tentang kecakapan diri) berperan besar dalam perilaku
yang diatur sendiri. Hal ini dijelaskan bahwa siswa yang merasa berkemampuan
tinggi tetapi tidak diikuti oleh kerja keras untuk mencapainya masih sebatas
perceived belum pada tahap real self-efficacy. Bandura (Hergenhahn dan Olson,

10

2008) menyatakan bahwa real self-efficacy yaitu keyakinan seseorang akan
kemampuannya dan mampu dilakukan, hal ini berhubungan dengan persepsi
tentang kecakapan diri atau mungkin juga tidak. Pajares dan Miller (Michaelides,
2008) menunjukkan bahwa self-efficacy mampu memprediksi dengan baik pada
kemampuan pemecahan masalah dibanding dengan aspek – aspek lainnya.
Pendekatan pembelajaran yang diperlukan agar kemampuan komunikasi
matematis dan self efficacy siswa dapat berkembang adalah menggunakan
pendekatan yang membuat pembelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran yang
bermakna dalam matematika merupakan pembelajaran dimana siswa mampu
menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan, keterampilan apa yang
digunakan dan akhirnya mampu menyelesaikan masalah yang diberikan. Salah
satu

pendekatan

pembelajaran

matematika

yang

mampu

menciptakan

pembelajaran menjadi lebih bermakna adalah Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) yang memiliki karakteristik dan prinsip yang memungkinkan
siswa dapat berkembang secara optimal, seperti kebebasan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya. Dengan menerapkan pendekatan matematika
realistik dapat menekankan pada keaktifan siswa untuk mengembangkan potensi
secara maksimal melalui pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna
(Muhlisin, dkk. 2013).
Menurut Soviawati (2011) pembelajaran matematika realistik pada
dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik
untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Yang
dimaksud realistik yaitu hal-hal yang nyata atau konkret yang dapat dipahami atau

11

diamati siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik.
Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut Soedjadi (Saleh, 2012) menyatakan bahwa Pendidikan
matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas yaitu hal-hal yang
nyata atau konkret dan dapat diamati secara langsung sesuai dengan lingkungan
tempat siswa berada. Sedangkan menurut Suharta (Saleh, 2012) menyatakan
bahwa

Matematika

Realistik

(MR)

merupakan

salah

satu

pendekatan

pembelajaran matematika yang berorientasi pada pematematisasian pengalaman
sehari-hari (mathematize everyday experience) dan menerapkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari (everydaying mathematics)”.
Menurut Marpaung (2001), Pembelajaran Matematika Realistik dilandasi
oleh pandangan bahwa siswa harus aktif, tidak boleh pasif. Siswa harus aktif
mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika. Siswa didorong dan diberi
kebebasan untuk mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah
menurut idenya, mengkomunikasikannya, dan pada saatnya belajar dari temannya
sendiri.
Dari uraian di atas, jelas bahwa dalam Pembelajaran Matematika
Realistik merupakan pembelajaran yang tidak dimulai dari definisi, teorema atau
sifat-sifat melainkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui
penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran.
Siswa diharapkan mampu mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya
baik dalam verbal maupun non verbal. Pengungkapan ide dengan bahasa sendiri

12

baik secara verbal maupun non verbal, yang mudah dipahami oleh orang lain,
secara tidak langsung juga menuntut siswa untuk memiliki rasa percaya diri akan
kemampuan yang dimiliki untuk menyampaikan pendapat atau gagasannya
terhadap suatu hal. Dari pemaparan permasalahan dan fakta yang telah
dikemukakan, Pendidikan Matematika Realistik digunakan peneliti untuk melihat
perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa.

1.2.

Identifikasi Masalah
Dengan menggunakan acuan pada latar belakang yang telah dipaparkan

di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1) Kualitas pendidikan matematika Indonesia masih rendah dibandingkan
dengan negara lain.
2) Komunikasi

matematis

siswa

untuk

menyelesaikan permasalahan

matematika masih rendah.
3) Terdapat kesalahan-kesalahan pada proses jawaban siswa dalam
menyelesaikan permasalahan matematika
4) Rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
5) Model pembelajaran matematika yang digunakan belum meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
6) Pembelajaran matematika yang bermakna belum diterapkan secara
maksimal.

1.3.

Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti

membatasi permasalahan dalam penelitian ini pada:

13

1) Komunikasi

matematis

siswa

untuk

menyelesaikan

permasalahan

matematika masih rendah.
2) Rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
3) Model pembelajaran matematika yang digunakan belum meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.

1.4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi masalah utama dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara
siswa yang diajarkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik dengan siswa yang diajarkan secara konvensional?
2) Apakah terdapat perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan
dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan siswa yang
diajarkan secara konvensional?
3) Apakah terdapat
kemampuan awal

interaksi antara
matematika

pendekatan

terhadap

pembelajaran

kemampuan

dan

komunikasi

matematis siswa?
4) Apakah terdapat

interaksi antara

pendekatan

pembelajaran

dan

kemampuan awal matematika terhadap self efficacy siswa?

1.5.

Tujuan Penelitian
Dengan berpedoman pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :
1) Mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematik antara siswa

14

yang diajarkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
dengan siswa yang diajarkan secara konvensional.
2) Mengetahui perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan siswa yang
diajarkan secara konvensional.
3) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
4) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika terhadap self efficacy siswa.

1.6.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini diperuntukkan

bagi siswa, guru, sekolah dan bagi penulis sendiri, yang antara lain:
1. Bagi Siswa
a.

mengetahui penerapan matematika dalam kehidupan nyata;

b.

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran matematika;

c.

meningkatkan sikap

self

efficacy

siswa

dalam pembelajaran

matematika.
2. Bagi Guru
a.

meningkatkan pengetahuan guru mengenai kemampuan komunikasi
matematis siswa;

b.

meningkatkan pengetahuan guru mengenai sikap self efficacy siswa;

15

c.

memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar tentang
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi siswa;

d.

memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar tentang
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap self efficacy
siswa;

e.

memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar
mengenai pendekatan matematika realistik.

3. Bagi Pengelola Sekolah
a.

secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar
mengajar;

b.

dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu
pendidikan sekolah khususnya dalam belajar matematika.

4. Bagi Penulis
a.

dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan
sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran
dengan pendekatan matematika realistik;

b.

dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan
sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama peningkatan
sikap self efficacy siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik;

1.7.

Definisi Operasional
Untuk menghidari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

16

yang terdapat dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut:
1) Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan komunikasi
secara tulisan atau tertulis yang diukur berdasarkan kemampuan siswa
dalam menjawab tes kemampuan komunikasi matematis berbentuk uraian
yang terdiri dari tiga kemampuan: (a) Menyatakan ide-ide matematika
dalam bentuk gambar, (b) Menginterpretasikan gambar ke model
matematika, (c) Menyatakan ide matematika ke dalam argumen sendiri.
2) Self efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan akan kemampuan diri
sendiri yang diukur melalui kemampuan dalam memikirkan strategi dalam
menghadapi kesulitan, strategi dalam menghindari persoalan yang sudah di
luar batas kemampuan, kemampuan menyelesaikan masalah yang berbedabeda, keyakinan dengan kemampuan diri dan tidak mudah putus asa.
Adapun pengukuran self efficacy siswa dapat dilihat melalui 3 dimensi,
yaitu : (a) level, meliputi keyakinan individu atas kemampuan terhadap
tingkat kesulitan tugas, dan Pemilihan tingkah laku berdasarkan hambatan
atau tingkat kesulitan suatu tugas atau aktivitas; (b) strength, meliputi
tingkat

kekuatan

kemampuannya;

keyakinan
(c)

atau

generality,

penghargaan

individu

meliputi keyakinan

terhadap

individu

akan

kemampuan melaksanakan tugas di berbagai aktivitas.
3) Pendekatan Matematika Realistik (PMR) merupakan pembelajaran yang
menekankan permasalahan pada kehidupan sehari-hari, dimana langkahlangkah pembelajarannya antara lain: (1) memberikan masalah yang
kontekstual,

(2)

menyelesaikan

masalah

yang

kontekstual,

(3)

17

membandingkan jawaban, (4) menyimpulkan.
4) Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh
guru

di sekolah,

seperti strategi ekspositori

yang

meliputi:

(1)

mempersiapkan siswa (persiapan), (2) menyampaikan materi pelajaran
(penyajian), (3) menghubungkan materi dengan pengalaman (korelasi), (4)
memahami inti sari materi pelajaran (menyimpulkan), (5) mengaplikasikan
materi.
5) Kemampuan Awal Matematika merupakan pengetahuan yang dimiliki siswa
sebelum suatu metode pembelajaran diberikan.

Kemampuan awal

matematika merupakan pondasi dan dasar pijakan untuk pembentukan
konsep baru dalam pembelajaran.
6) Interaksi merupakan suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih
objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah
ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah
pada sebab akibat.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan yang
berkaitan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan
pembelajaran konvensional, kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy
siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis yang diajar dengan
pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran
konvensinal.
2. Terdapat perbedaan self efficacy yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
matematika realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional.
3. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal
matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
4. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal
matematika terhadap self efficacy siswa.
5.2 Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada
kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa melalui pendekatan
pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional.
Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa
yang diajar dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan

107

108

pembelajaran

konvensional.

Ditinjau

dari

interaksi

antara

pendekatan

pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa, hasilnya dapat dilihat
dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas eksperimen dan
siswa kelas kontrol dengan kategori KAM siswa.
Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari
pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika
realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional antara lain :
1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan dilapangan terlihat bahwa
kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa masih kurang
memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu memperoleh
soal-soal yang langsung dalam bentuk model matematika, sehingga ketika
diminta untuk untuk memunculkan ide mereka sendiri siswa masih merasa
sulit. Ditinjau ke indikator-indikator kemampuan komunikasi dan self efficacy
siswa dalam menarik kesimpulan masih kurang.
2. Pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran
konvensional dapat diterapkan pada kategori KAM (Tinggi, Sedang dan
Rendah) pada kemampuan komunikasi dan self efficacy siswa. Adapun
pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran
konvensional mendapatkan keuntungan lebih besar terhadap siswa dengan
kategori KAM tinggi.

5.3 Saran
Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional ini
masih merupakan langkah awal dari upaya meningkatkan kompetensi dari

109

guru, maupun kompetensi siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan
temuan dan kesimpulan dari studi ini dipandang perlu agar rekomendasirekomendasi.

Berdasarkan

implikasi

dari

hasil

penelitian,

maka

disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian ini. Saran tersebut sebagai berikut:
1. Kepada Guru
Pendekatan

pembelajaran

matematika

realistik

dan

pendekatan

pembelajaran konvensional pada kemampuan komunikasi matematis dan self
efficacy siswa dapat diperluas penggunaannya. Oleh karena itu hendaknya
pendekatan pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan yang
membuat siswa terlatih dalam menyelesaikan masalah melalui proses
komunikasi dan self efficacy. Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh
sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta
kemampuan dalam menyimpulkan. Disamping itu kemampuan menguasai bahan
ajar sebagai syarat yang harus dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan
implementasi pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan
pembelajaran konvensional diperlukan bahan ajar yang lebih menarik. Selain itu
LAS dan tes yang dirancang oleh guru harus menarik agar siswa dapat menguasai
bahan ajar oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru
dalam membuat LAS dan tes.
2. Kepada lembaga terkait
Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan
pendekatan pembelajaran konvensional, masih sangat asing bagi guru dan
siswa terutama pada guru dan siswa di daerah, oleh karena itu perlu

110

disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan

belajar

siswa,

khususnya

meningkatkan

kemampuan

komunikasi dan self efficacy siswa yang tentunya akan berimplikasi pada
meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat
dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum
terjangkau saat ini, misalnya : a) Penelitian ini hanya pada satu materi pokok
yaitu bangun datar segi empat kelas VII dan terbatas pada kemampuan
komunikasi matematis dan self efficacy siswa oleh karena itu disarankan kepada
peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada materi pokok dan kemampuan
matematis yang lain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika
realistik; (b) Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat
dilengkapi dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang
lain yaitu kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, koneksi, dan representasi
matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat sekolah yang
belum terjangkau oleh peneliti saat ini.

111

DAFTAR PUSTAKA
Anisa, W. N. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Matematika Realistik untuk
Siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. [Online] Jurnal Pendidikan dan
Keguruan
Vol.
1
No.
1,
2014,
artikel
8.
(pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article, diakses 20 Agustus 2015)
Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh:
PENA.
Arends, R. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asikin, M. Iwan, J. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP
Dalam Setting Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education.
[Online] Unnes Journal of Mathematics Education Research 2 (1) (2013).
ISSN 2252-6455. (journal.unnes.ac.id, diakses 20 Agustus 2015).
Bandura, A. 1995. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.
Freeman and Company.
Cohen, H., & Stemmer, B. 2007. Consciousness and Cognition: Fragments of
Mind and Brain. United States: Elsevier.
Darkasyi, M., Johar, R., Ahmad, A. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum
Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. [Online] Jurnal
Didaktika Matematika ISSN: 2355-4185 Vol. 1, No. 1, April 2014.
(www.jurnal.unsyiah.ac.id, diakses 25 September 2015)
De Lange. 1987. Mathematics Insight And Meaning. Utrecht.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum,
Balitbang Depdiknas.
------------. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Dupri, Abduljabar, B. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gender
Terhadap Kepedulian Sosial Siswa pada Pembelajaran Pendidikan
Jasmani. [Online] Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengarajaran,
Vol. 2 No. 1, Maret 2015. (ejournal.sps.upi.edu/index.php/edusentris/article,
diakses 20 Agustus 2015)

112

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI [Online]. Edisi Khusus No. 1, Agustus
2011. ISSN: 1442-565X. (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, diakses
17 Februari 2015).
Fauzi. A. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan
Pembagian Di SD. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Tidak
diterbitkan.
Freudenthal, H. 1991. Revisiting Mathematics Education. Dordrecht: Reidel
Publishing.
Gravenmeijer, K.P.E. 1994. Developing Realistic Mathematics Education.
Technicpress. Culemborg. Utrecht: CD-8.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Tulip Banjarmasin.
Hamidah. 2010. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kem