PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Megister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
ZAKIYATUNNUR NIM: 8116171023
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i ABSTRAK
ZAKIYATUNNUR. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa, (2) Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan (3) Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Jenis pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan model 4-D (Four D Model) yang dikemukakan Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang telah dimodifikasi terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pendefenisian (define), tahap perancangan (design) dan tahap pengembangan (develop). Dalam penelitian ini disusun perangkat pembelajaran dan instrumen yaitu: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku pegangan guru dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS), tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan angket respon siswa yang sudah divalidasi oleh para ahli. Perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik dibatasi pada buku pegangan guru dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Ujicoba dilakukan pada siswa
kelas VII SMP NEGERI 29 Medan. Sampel diambil dari kelas VII-6 dan VII-7
sebanyak 38 orang. Teknik analisis data dalam pengembangan perangkat pembelajaran digunakan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) terhadap kemampuan komunikasi matematis disimpulkan berdasarkan pada: (a) ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 86,84% dan (b) ketercapaian indikator berada pada kriteria batasan keefektifan; (2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) yaitu diketahui dari rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada ujicoba I yaitu 0,61 meningkat menjadi 0,65 pada ujicoba II dan (3) Respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik adalah positif.
Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Pendekatan Matematika Realistik (PMR), Komunikasi Matematis.
(7)
ii ABSTRACT
ZAKIYATUNNUR. The Development of device Learning Using Mathematical Realistic Approach to Improve The Students Ability In Mathematical Communication. The Thesis. Medan: Graduate Program of the State University of Medan (UNIMED), 2013.
The purpose of this study is: (1) to find out the effectiveness of device learning was developed using a mathematical realistic approach (2) to know the improvement students mathematical communication skills using mathematical realistic approach and (3) to know the response of students in learning using mathematical realistic approach. The type of development that is done is the development of 4-D model (Four D Model) expressed Thiagarajan, Semmel and Semmel that is modified consists of three stages, namely define stage (define), design stage (design) and development stage (develop). In this research consist of : lesson plan, the handbook of teacher and student activity sheets. In this research arranged device learning and instruments, that is: lesson plan, teachers learning
handbook and students sheet activities, the tests ability of student’s mathematical
communication and questionnaire students response which is already validated by experts. Device learning using realistic approach learning mathematics separated by handbook teachers and students sheet activities. Try out conducted on VII grade student of SMPN 29 Medan. The samples taken from 6 and VII-7 about 38 people. The analysis technique of learning data that is used is statistical analysis descriptive technique. The result of research showed that: (1) The effectiveness of a device learning which developed by using learning mathematics realistic approach toward the ability of mathematical communication inferred based on: (a) completeness of student lesson stated at the criteria of the completeness 86,84 % and (b) the reach of indicator is on the criteria of limitation effectiveness on the criteria ketercapaian indicators are effectiveness; (2) The improvement of students ability mathematical communication of to learning device developed using Mathematical approach is Realistic that is known from an average improvement of mathematical communication ability of students on the first try out 0,61 increase become 0,65 in the second try out, and (3) Response of students toward learning activities and components using math in realistic approach is positive.
Key words: The Development of device Learning, Mathematical Realistic Approach, Mathematic Communication.
(8)
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”. Shalawat beriring salam penulis sanjungkan keharibaan Nabi besar Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh
gelar Master Pendidikan (M.Pd) di Program Studi Pendidikan Matematika
Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Tesis ini menelaah efektivitas pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR), peningkatan kemampuan
komunikasi matematis terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan pendekatan matematika realistik dan respon siswa terhadap
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik. Dalam proses mulai
dari penulisan tesis ini, pembuatan instrumen, penyusunan perangkat
pembelajaran dan seminar proposal, serta rangkaian ujicoba, penulis mendapat
banyak bantuan, bimbingan, nasihat, dorongan, saran dan kritik yang sangat
berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang
(9)
iv
dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini.
Teristimewa kepada:
1. Kepada Ayahanda tercinta Drs. Syarmadan Batubara, ibunda Emmi
Suryani Rangkuti, Muhammad Rais, S.Pd, Fuad Yasir, Ummi Zaimah,
dan keluarga besar penulis. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
telah memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, motivasi, doa dan
nasehatnya yang menyejukkan hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr.Hasratuddin, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Dr.
Izwita Dewi, M. Pd selaku Dosen Pembimbing II. Untuk membimbing
dan mengarahkan penulis. Sumbangan pikiran yang amat berharga
sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan kritis
guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas cakrawala
berpikir penulis dalam penyusunan tesis ini. Juga untuk dorongan
beliau agar penulis segera menyelesaikan studi secepatnya.
3. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana
UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada
penulis menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Edi Syaputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang
sangat berharga bagi penulis.
5. Bapak Dr. Edi Syaputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Bapak
(10)
v
banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam
penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah menuangkan ilmu
yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan.
7. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Pd selaku Staf Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarcana UNIMED yang telah
memberikan semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis
ini.
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 29 Medan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
9. Sahabat-sahabatku serta rekan-rekan satu angkatan 2011 dari Program
Studi Pendidikan Matematika dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memotivasi
penulis dalam menyelasaikan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini benar-benar bermanfaat kepada penulis
maupun rekan-rekan lain terutama bagi rekan guru. Semoga Allah SWT selalu
memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Medan, September 2013
Penulis
(11)
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 14
1.3. Batasan Masalah ... 15
1.4. Rumusan Masalah ... 15
1.5. Tujuan Penelitian... 16
1.6. Manfaat Penelitian... 17
1.7. Defenisi Operasional ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20
2.1. Perangkat Pembelajaran ... 20
2.2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 30
2.3. Respon Siswa ... 35
2.4. Model Penelitian Pengembangan ... 35
2.5. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 39
2.6. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 42
2.7. Pendekatan Pembelajaran Matematika... 45
2.8. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) ... 49
2.8.1. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik ... 51
2.8.2. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik ... 52
2.8.3. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan PMR ... 56
2.9. Beberapa Teori Yang Terkait Dengan PMR ... 59
2.10. Penelitian Yang Relevan ... 62
2.11. Kerangka Konseptual ... 66
BAB III METODE PENELITIAN ... 71
3.1. Jenis Penelitian ... 71
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 71
3.3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 72
3.4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 79
3.5. Teknik Analisis Data ... 86
3.6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91
4.1.Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 91
4.1.1.Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 91
(12)
vii
4.1.3.Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop)) ... 103
a. Hasil Validasi Ahli ... 103
b. Simulasi ... 104
c. Ujicoba ... 104
1. Ujicoba I ... 104
2. Ujicoba II ... 116
4.2.Pembahasan Hasil Penelitian ... 128
4.3.Keterbatasan Penelitian ... 138
BAB. V SIMPULAN DAN SARAN ... 140
5.1. Simpulan... 140
5.2. Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 142
(13)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Pendekatan Pembelajaran Dalam Matematika ... 48
Tabel 3.1. Indikator/Aspek Yang Diamati Pada Respon Siswa
Terhadap KegiatanPembelajara ... 86
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 90
Tabel 4.1. Media dan Alat Peraga Pembelajaran Materi Persegi
Panjang, Persegi, Jajargenjang, Trapesium Kelas VII ... 98
Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Ujicoba I ... 105 Tabel 4.3. Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Hasil Pretes Ujicoba I ... 106
Tabel 4.4. Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Hasil Postes Ujicoba I ... 106
Tabel 4.5. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Komunikasi
Matematis Pada Ujicoba I ... 108
Tabel 4.6. Ketercapaian Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 109
Tabel 4.7. Gain Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi
Matematis Ujicoba I ... 111 Tabel 4.8. Rata-Rata Setiap Aspek Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Ujicoba I ... 112
Tabel 4.9. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat Dan
Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik ... 114 Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Ujicoba II ... 117 Tabel 4.11. Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Hasil Pretes Ujicoba II ... 117
Tabel 4.12. Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Hasil Postes Ujicoba II ... 118
Tabel 4.13. Tingkat Ketuntasan Kemampuan Komunikasi
Matematis Pada Ujicoba II ... 119 Tabel 4.14. Perbandingan Hasil Ketuntasan Klasikal Pada Hasil
Postes Ujicoba I dan Ujicoba II ... 121 Tabel 4.15. Ketercapaian Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematis Pada Ujicoba II ... 121 Tabel 4.16. Gain Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi
Matematis Ujicoba II ... 123 Tabel 4.17. Gain Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi
Matematis Ujicoba I dan Ujicoba II ... 124
Tabel 4.18. Rata-Rata Setiap Aspek Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Ujicoba II. ... 124
Tabel 4.19. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat Dan Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik ... 127 Tabel 4.20. Peningkatan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis,
(14)
ix
(15)
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Alternatif Jawaban Soal Komunikasi ... 7
Gambar 1.2. Jawaban Siswa Soal Komunikasi ... 8
Gambar 3.1. Modifikasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Dari Model 4-D ... 73
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Pada
Hasil Postes Ujicoba I ... 107
Gambar 4.2. Persentase Ketuntasan Kemampuan Komunikasi
Matematis Pada Hasil Pretes dan Postes Ujicoba I ... 108
Gambar 4.3. Ketercapaian Indikator Pretes dan Postes Pada
Ujicoba I ... 110
Gambar 4.4. Rata-Rata Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Ujicoba I ... 113
Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Pada
Hasil Postes Ujicoba II ... 118
Gambar 4.6. Persentase Ketuntasan Kemampuan Komunikasi
Matematis Pada Hasil Pretes dan Postes Ujicoba II .... 119
Gambar 4.7. Ketercapaian Indikator Pretes dan Postes Pada
Ujicoba II ... 122
Gambar 4.8. Rata-Rata Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Ujicoba II ... 125
Gambar 4.9. Rata-Rata Postes Setip Aspek Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 126
Gambar 4.10. Peningkatan Nilai Rata-Rata Pretes dan Postes
Ujicoba I dan Ujicoba II ... 133 Gambar 4.11. Diagram Persentase Respon Siswa Terhadap
Komponen Dan Kegiatan Pembelajaran Untuk Setiap
(16)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Isi Halaman A. Lampiran A:
A1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik ... 147
A2 Lembar Aktivitas Siswa ... 172 A3 Buku Pegangan Guru ... 197 B. Lampiran B:
B1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 248
B2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 249
B3 Pedoman Pembrian Skor Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 252
B4 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .. 253
B5 Lembar Angket Respon Siswa ... 257
C. Lampiran C
C1 Hasil Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen
Penelitian ... 258
C2 Data Skor Simulasi Kemampuan Komunuikasi Matematis ... 269
C3 Analisis Data Simulasi Kemampuan Komunikasi Matematis .. 270
D. Lampiran D
D1 Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Pada
Ujicoba I dan Ujicoba II ... 280
D2 Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi
berdasarkan Pencapaian Indikator Pada Ujicoba I dan Ujicoba II 284
D3 Skor Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pada
Ujicoba I dan Ujicoba II ... 288
D4 Hasil Angket Respon Siswa Ujicoba I dan Ujicoba II... 292
E. Lampiran E
E1 Dokumentasi Penelitian ... 294 E2 Daftar Riwayat Hidup ... 298
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan. Kualitas
pendidikan suatu bangsa mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Pendidikan
dapat menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang handal dan mempunyai
keahlian serta keterampilan sehingga dapat mempercepat pembangunan bangsa
Indonesia. Tanpa pendidikan, suatu bangsa tidak dapat mengalami perubahan dan
kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan harus dipersiapkan sebagai bekal
kehidupan di masa yang akan datang.
Masalah pendidikan erat kaitannya dengan masalah pembelajaran.
Pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam pelaksanaan pendidikan
sehingga kualitas pendidikan erat hubungannya dengan kualitas pembelajaran.
Upaya-upaya guru dalam memberdayakan berbagai variabel pembelajaran
merupakan hal penting dalam keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang
direncanakan. Pada kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) (Permendiknas No 22, 23 dan 24 tahun 2006), memuat
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), yang mana baik SKL
maupun SI mengutamakan kompetensi siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum
KTSP tersebut yaitu guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dituntut
mempunyai kemampuan mengelola dan mengembangkan bahan ajar sebagai salah
satu sumber belajar. Hal ini diperkuat dengan peraturan pemerintah nomor 19
(18)
2
mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007
tentang standar proses yang antara lain diharapkan guru dapat mengembangkan
bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Guru dituntut kreatif dalam
mengembangkan bahan ajar yang menarik dan beragam serta memilih suatu
model atau pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif
dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Pengembangan bahan ajar merupakan
tanggung jawab guru di sekolah, karena dengan kreativitas guru dalam
mengembangkan bahan ajar akan menghasilkan kegiatan pembelajaran yang
bermakna.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran merupakan
pemegang peranan yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai desainer
pembelajaran. Gurulah yang mengarahkan bagaimana proses pembelajaran itu
dilaksanakan sehingga diharapkan guru dapat membuat suatu pembelajaran
menjadi lebih efektif dan menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan
akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari materi
tersebut dengan kata lain siswa mempunyai respon positif terhadap pelajaran yang
disampaikan. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, guru diberi
tuntutan dalam mempersiapkan desain pembelajaran yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar (Lembar Aktivitas Siswa (LAS),
buku ajar dan lain-lain).
Bahan ajar merupakan komponen terpenting yang harus dipersiapkan guru
(19)
3
komponen-komponen lain yang dapat menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran. National Center for Vocational Education Research Ltd/National
Center for Competency Based Training (Bandono, 2009) bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Adapun fungsi
bahan ajar adalah adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar
siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara optimal Anonim (Ababil, 2012).
Sedangkan menurut Furqon (Ababil, 2012) bahan ajar berfungsi sebagai
berikut:
(1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada siswanya; (2) Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya; (3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran; (4) Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar, (5) Membantu siswa dalam proses belajar; (6) Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran; (7) Untuk menciptakan lingkungan/suasana balajar yang kondusif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
bahan-bahan atau materi kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan
sesuatu yang harus diperhatikan sebagai bagian pokok yang berhubungan dengan
materi pembelajaran. Bahan ajar hendaknya tidak hanya memberikan materi
secara instan, tetapi mampu menggiring siswa kepada kemampuan untuk mengerti
konsep yang dipelajari sehingga belajar siswa menjadi lebih bermakna. Bahan ajar
(20)
4
membuat siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah kontekstual
tersebut.
Dalam mengembangkan bahan ajar sudah selayaknya merupakan
kemampuan yang harus terus menerus ditingkatkan oleh setiap guru. Jika seorang
guru tidak memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang bervariasi
maka guru akan terjebak pada situasi pembelajaran yang monoton dan cenderung
membosankan bagi siswa. Berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum (Balitbang, 2007), diantaranya guru masih sulit
menjabarkan Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) menjadi materi
pokok dan bahan ajar, pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada buku
pegangan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih konvensional dengan
metode kurang bervariasi. Kebiasaan menggunakan buku pegangan mata
pelajaran matematika mengakibatkan guru mengalami kesulitan atau tidak
terbiasa menyusun materi dan bahan ajar sendiri. Selain itu, berdasarkan
pengamatan yang diperoleh ditempat penelitian guru kurang mempersiapkan
perangkat pembelajaran meliputi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan buku
pegangan guru, maupun desain pembelajaran yang menarik sehingga
pembelajaran yang berlangsung kurang efektif dan cenderung bersifat
pembelajaran biasa (konvensional).
Padahal tuntunan KTSP menghendaki kemampuan guru menjabarkan SK
dan KD menjadi materi pokok dan bahan ajar, artinya guru diharapkan kreatif
memilih dan menyusun materi berdasarkan SK dan KD yang relevan. Haggarty
dan Keynes (Muchayat, 2011) menjelaskan bahwa dalam rangka memperbaiki
(21)
5
memperbaiki pemahaman guru, siswa, bahan yang digunakan untuk pembelajaran
dan interaksi antara mereka. Supaya proses pembelajaran mencapai tujuan
pembelajaran, disamping perlu adanya pemilihan pendekatan pembelajaran yang
sesuai, juga diperlukan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang
sesuai pula dengan pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan. Dalam
pengembangan perangkat pembelajaran, penyusunan bahan ajar matematika
hendaknya berdasarkan pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi matematika. Siswa akan lebih memahami materi matematika
apabila melakukan aktivitas atau kegiatan dalam pembelajaran. Dengan demikian,
penyediaan buku yang selain sesuai dengan kemampuan dan potensi siswa, juga
harus sesuai dengan tujuan kurikulum yang berlaku.
Dalam kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) pembelajaran matematika
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh. (5) Mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
(6) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
(22)
6
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas siswa dituntut
memiliki kemampuan diantaranya kemampuan komunikasi matematika.
Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam
pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan karena melalui komunikasi
matematis baik lisan maupun tulisan dapat membawa siswa pada pemahaman
yang mendalam tentang matematika. Cockroft (Shadiq, 2004:19) menyatakan
bahwa: ”We believe that all these perceptions of the usefulness of mathematics
arise from the fact that mathematics provides a means of communication which is powerful, concise, and unambiguous.” Pernyataan ini menunjukkan tentang
perlunya siswa belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan
alat komunikasi yang sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan.
National Council Teaching Mathematics (NCTM, 2000) komunikasi
adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Sehingga
dengan komunikasi matematis seseorang akan dapat mengungkapkan gagasan,
temuan atau bahkan perasaan siswa terhadap orang lain. Selanjutnya Greenes dan
Sculman (Dewi, 2008:42) mengatakan bahwa komunikasi matematika penting
bagi siswa untuk merumuskan konsep dan strategi matematika, modal
keberhasilan bagi siswa untuk pendekatan dan penyelesaian dalam
mengeksplorasi dan investigasi matematika, dan wadah untuk berkomunikasi
dengan temannya, mengumpulkan informasi, berbagi pikiran dan penemuan,
evaluasi dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematika siswa memegang peran penting dan perlu ditingkatkan di dalam
(23)
7
Gambar pemandangan diwarnai oleh Ade dan Fany. Ade mewarnai 28 nya.
Sedangkan fany mewarnai 58 nya. Berapa bagian gambar pemandangan itu yang
belum diwarnai Ade dan Fany? Perlihatkan cara menghitungnya!
komunikasi matematis siswa jarang mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar
siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban
siswa, ataupun meminta siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan
gagasannya. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa terungkap
dalam penelitian Suryadi (Saragih, 2007) yang menemukan bahwa siswa kelas 2
SMP di kota dan kabupaten Bandung mengalami kesulitan mengajukan
argumentasi serta menemukan pola dan pengajuan bentuk umumnya. Diperkuat
oleh Ansari (2009:62) dalam hasil observasi lapangan yang dilakukan terhadap
siswa kelas X di beberapa SMA Negeri di NAD menunjukkan bahwa rata-rata
siswa kurang terampil dalam berkomunikasi untuk menyampaikan informasi,
seperti menyampaikan ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan
atau pendapat orang lain.
Rendahnya komunikasi matematis siswa terlihat dari studi pendahuluan
yang peneliti lakukan (28 November 2012) terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Medan. Adapun soal tes yang
diberikan sebagai berikut:
Sumber soal: Ansari (2009:99)
Adapun alternatif jawaban dari permasalahan yang diberikan yaitu:
(24)
8
Hasil kerja siswa dapat dilihat dari jawaban salah seorang siswa pada
gambar di bawah ini:
Gambar 1.2. Jawaban Siswa Soal Komunikasi
Dari masalah di atas hasilnya menunjukkan bahwa siswa masih belum
mampu dalam mengkomunikasikan maksud dari soal yang diberikan, siswa
cenderung menjawab soal dengan langsung menggunakan perhitungan tanpa
memunculkan ide atau gagasan dalam bentuk gambar, akibatnya siswa banyak
salah dalam menyelesaikan soal. Siswa yang mengikuti tes adalah 35 orang,
terlihat bahwa 8 siswa benar dalam menyatakan ide matematikanya dalam bentuk
gambar namun sebagian sulit mengemukakan ide matematikanya secara tulisan,
22 siswa sulit memahami maksud soal, mengemukakan ide matematikanya secara
tertulis dan tidak membuat gambar/ilustrasi bentuk pecahan yang disajikan dalam
soal, sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan masalah dalam soal.
Ini menunjukkan adanya suatu masalah komunikasi matematis di dalam diri
siswa.
Hal ini juga diperkuat dari hasil laporan TIMSS (Suryadi, 2000)
menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika
sangat jauh di bawah negara-negara lain. Sebagai contoh permasalahan
Siswa kurang memahami maksud soal.
Siswa tidak dapat
menyatakan ide matematika dalam bentuk gambar.
Siswa hanya sebagian kecil dapat menuliskan ide matematika ke dalam argumen sendiri
(25)
9
matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa
Indonesia yang berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh dibawah negara
seperti Singapura, Korea dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.
Pada dasarnya rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa serta
kurangnya keterlibatan (respon) siswa dalam proses pembelajaran tidak terlepas
dari cara guru menyampaikan materi dan perangkat pembelajaran yang digunakan
belum memadai. Arends (Trianto, 2011:7) mengatakan bahwa: “Guru menuntut
siswa untuk menyelesaikan masalah tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa
seharusnya menyelesaikan masalah”. Wahyudin (Napitupulu, 2008:26)
mengatakan pada umumnya para guru matematika hampir selalu menggunakan
metode ceramah dan ekspositori. Wahyudin lebih lanjut mengatakan dalam
penyampaian pengertian, defenisi, rumus, atau teorema para guru matematika
seringkali tidak pernah mengajak anak untuk mencoba menganalisis secara
mendalam tentang obyek tersebut sehingga anak kurang mantap menguasainya.
Hal ini diperkuat oleh laporan Shadiq (Napitupulu, 2008:26) yang
menyatakan penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan
keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada
penekanan untuk konteks matematika sehari-hari, berkomunikasi secara
matematik, dan bernalar secara matematik. Dengan kata lain, guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika yang akan menjadi milik siswa. Dengan kondisi yang demikian,
kemampuan komunikasi matematis siswa kurang berkembang sehingga proses
penyelesaian jawaban siswa terhadap permasalahan yang diajukan oleh gurupun
(26)
10
matematik siswa di kelas antara lain karena: (a) dalam mengajar guru sering
mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (b) siswa belajar
dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik, kemudian
guru mencoba memecahkannya sendiri; (c) pada saat mengajar matematika, guru
langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian
contoh, dan soal untuk latihan.
Pembelajaran seperti pola di atas adalah pembelajaran konvensional,
pembelajaran yang didominasi oleh guru, lebih menekankan pada latihan
mengerjakan soal dengan mengulang prosedur, menggunakan rumus atau
algoritma tertentu, tidak mendukung pada keterampilan berpikir tingkat tinggi
dalam memecahkan masalah dan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran seperti ini menimbulkan konsekuensi
yang berdampak negatif kepada siswa. Pertama, siswa kurang aktif dan pola
pembelajaran ini kurang menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang
mengundang sikap kritis Sumarmo (Ansari, 2009:3). Kedua, jika siswa diberi
soal yang beda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus
memulai dari mana mereka bekerja Metters ( Ansari, 2009:3).
Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Sullivan (Ansari, 2009:3)
mengatakan bahwa:
Peran dan tugas guru sekarang adalah memberi kesempatan belajar maksimal pada siswa dengan jalan (1) melibatkannya secara aktif dalam eksplorasi matematika; (2) mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada mereka; (3) mendorong agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi; (4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; (5) memberi kebebasan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengar ide temannya.
(27)
11
Silver dan Smith (Ansari, 2009:4) mengutarakan pula bahwa tugas guru
adalah: (1) melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika; (2) mengatur
aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi; (3)
membantu siswa memahami ide matematika dan memonitor pemahaman mereka.
Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pentingnya komunikasi
matematis siswa perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat
mengakomodasi peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap
matematika. Dalam menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematis
siswa diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mampu
menumbuhkan komunikasi matematis siswa yang bertolak pada pembelajaran
konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme menunjang keterlibatan siswa,
pembelajaran yang membuat siswa aktif dan melibatkan siswa dalam lingkungan
sekitar yang sifatnya realistik atau nyata. Menurut Riyanto (2010:144) tujuan
pembelajaran konstruktivisme ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu
menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam
konteks nyata yang mendorong sibelajar untuk berfikir dan berfikir ulang lalu
mendemonstrasikannya. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk
meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan
kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan (Sanjaya, 2011:242).
Menurut Joyce (2011:14) Sikap konstruktivis adalah bahwa pengetahuan
tidak sekedar ditransmisikan oleh guru atau orang tua, tetapi mau tidak mau harus
(28)
12
lingkungan pendidikan. Pembelajaran konstruktivisme menempatkan siswa pada
peranan utama dalam proses belajar (student centered). Peranan guru lebih
bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu berinovasi dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Inovasi guru tersebut misalnya dalam hal
pemilihan pendekatan pembelajaran.
Salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan prinsip
konstruktivisme ialah Pendekatan Matematika Realistik (PMR). PMR sejalan
dengan prinsip konstruktivisme yang berfokus pada aktivitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan. PMR sangat tepat dan menguntungkan bagi siswa
dikarenakan PMR menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal (starting
point) pembelajaran, kemudian siswa melakukan matematisasi horizontal dan
matematisasi vertikal. Pendekatan ini menuntut keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan PMR, siswa mempelajari ide-ide dan konsep-konsep
matematika melalui permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan lingkungan
siswa atau mengacu pada situasi masalah yang nyata dalam pikiran siswa
sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika,
menyelesaikan masalah menurut idenya dan dapat mengkomunikasikannya. Hal
ini sejalan dengan Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) yang menekankan
penggunaan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dalam
memulai kegiatan pembelajaran matematika. Selanjutnya, secara bertahap siswa
dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika.
Penerapan PMR memberikan harapan untuk meningkatkan hasil belajar
(29)
13
Turmudi (Tim MKPBM, 2001:131) pembelajaran matematika berdasarkan
pendekatan realistik telah mengubah sikap siswa menjadi lebih tertarik terhadap
matematika dan pada umumnya siswa menyenangi matematika dengan
pendekatan pembelajaran yang diberikan dengan alasan cara belajarnya berbeda
dari biasanya, pertanyaannya menantang, adanya
pertanyaan-pertanyaan tambahan sehingga menambah wawasan, lebih mudah mempelajarinya
karena persoalannya menyangkut kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
(Hasratuddin, 2002) hasil belajar siswa dengan pendekatan matematika realistik
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran matematika secara konvensional
dalam pembelajaran matematika unit geometri. Begitu juga dengan (Fauzi, 2002)
hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika realistik lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika secara konvensional. Selanjutnya Saragih (2007) menemukan bahwa
kemampuan berpikir logis dan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP
yang diajarkan dengan PMR ternyata lebih baik dibandingkan siswa SMP yang
diajarkan dengan pembelajaran matematika secara biasa.
Untuk bisa menarapkan pembelajaran menggunakan pendekatan
matematika realistik dengan baik, maka diperlukan adanya perangkat
pembelajaran yang baik yang telah disusun sebelumnya oleh guru. Hal Ini sesuai
dengan pendapat Suparno (1997) mengemukakan bahwa: “Sebelum guru
mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang
akan diajarkan, mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan,
mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar,
(30)
14
pengetahuan awal siswa”, semuanya ini yang akan terurai pelaksanaanya di dalam
perangkat pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan perangkat pembelajaran
menggunakan pendekatan matematika realistik dapat menjadi alternatif dalam
pembelajaran yang baik. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik diperlukan perangkat
pembelajaran yang sesuai. Seiring dengan itu perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan matematika realistik belum banyak dikembangkan dan di
tempat penelitian yang peneliti lakukan, belum tersedia perangkat pembelajaran
yang sesuai dengan pendekatan matematika realistik. Oleh sebab itu, penulis
tertarik untuk mengembangkan suatu perangkat pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik di SMP dengan judul: “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Guru mengalami kesulitan atau tidak terbiasa menyusun materi dan bahan ajar
sendiri.
2. Guru kurang mempersiapkan perangkat pembelajaran matematika dengan baik
sehingga pembelajaran belum efektif.
3. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
(31)
15
5. Pembelajaran kurang membangkitkan aktivitas siswa, interaksi siswa, dan
konstruksi pengetahuan oleh siswa.
6. Pembelajaran yang berlangsung cenderung bersifat pembelajaran biasa
(konvensional) dan belum menggunakan Pendekatan Matematika Realistik
(PMR).
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan di atas
maka yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
dibatasi pada Buku Pegangan Guru (BPG) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS).
2. Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan matematika
realistik.
1.4. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah “bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa”. Dari permasalahan tersebut dapat dirinci menjadi beberapa
(32)
16
1. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap
perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik (PMR)?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika Realistik
(PMR)?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan matematika
realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Adapun
tujuan khusus penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik (PMR).
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika
(33)
17
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran. Manfaat
yang diperoleh sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dengan pengembangan perangkat pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan matematika realistik diharapkan terbina sikap belajar
yang positif dan kreatif serta dapat meningkatkan efektivitas matematika siswa
dan sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika dan secara khusus memperbaiki hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi dalam menentukan alternatif
pendekatan pembelajaran matematika.
3. Bagi kepala sekolah, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan atau bahan
rujukan untuk menerapkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dalam
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.
4. Bagi Peneliti, dapat menambah khasanah pengetahuan bagi diri sendiri,
terutama mengenai perkembangan serta kebutuhan siswa, sehingga dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dan dapat dijadikan
sebagai bahan acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran melalui
pendekatan matematika realistik lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi.
5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca maupun penulis lain
(34)
18
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap variabel
yang digunakan dalam penelitian, berikut dikemukakan definisi operasional dari
masing-masing variabel tersebut:
1. Perangkat pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
adalah sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan guru dan siswa
melakukan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu buku pegangan
guru dan lembar aktivitas siswa.
2. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang memiliki karakteristik yaitu menggunakan
masalah kontekstual, menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa,
interaktif dan adanya keterkaitan.
3. Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah keahlian siswa secara tertulis
menjawab masalah komunikasi siswa yang akan diukur melalui kemampuan
siswa dalam: (1) menyatakan ide matematika dalam bentuk gambar, (2)
menginterpresikan gambar ke dalam model matematika, (3) menuliskan ide
matematika ke dalam argumen sendiri.
4. Efektivitas pembelajaran adalah seberapa besar ketercapaian rencana setelah
menyelesaikan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran ini ditentukan
berdasarkan ketercapaian ketuntasan klasikal dan ketercapaian indikator.
5. Respon siswa terhadap pembelajaran adalah pendapat senang/tidak senang dan
baru/tidak baru terhadap komponen pembelajaran yang dikembangkan,
(35)
19
berikutnya, pendapat siswa tentang kejelasan bahasa yang digunakan dan
pendapat siswa tentang menarik/tidak penampilan (tulisan, ilustrasi, gambar,
(36)
140
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan
pendekatan matematika realistik terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa disimpulkan berdasarkan pada: (i) ketuntasan belajar siswa secara
klasikal sebesar 86,84% (ii) ketercapaian indikator: efektif.
2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) yaitu diketahui dari rata-rata peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa pada ujicoba I yaitu 0,61 meningkat menjadi 0,65
pada ujicoba II. Aspek kemampuan komunikasi matematis yang paling tinggi
peningkatannya adalah pada aspek menulis.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) positif
yaitu di atas 80 %.
(37)
141
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik yang diterapkan pada kegiatan
pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk
itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1.Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai pada tahap
pengembangan, belum diimplementasikan secara luas di sekolah-sekolah.
Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik dalam berbagai materi pokok bahasan
pelajaran matematika dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para
guru dan peneliti untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran
menggunakan pendekatan matematika realistik ini pada ruang lingkup yang
lebih luas di sekolah-sekolah.
2.Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik pada pokok bahasan yang lain pada pelajaran
matematika atau pada mata pelajaran yang sesuai (seperti: fisika, kimia,
biologi) dapat merancang/mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran
yang diperlukan dengan memperhatikan komponen-komponen pendekatan
(38)
142
DAFTAR PUSTAKA
Ababil. (2012). Fungsi Bahan Ajar. (Online). Tersedia
http://resistsulthan19.wordpress.com/2012/05/31/fungi-bahan-ajar/ (Diakses 18 januari 2013)
Adi. (2010). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. (Online). Tersedia http://adikasimbar.wordpress.com/2010/08/31/pedoman-umum
pengembangan-bahan-ajar/. (Diakses 18 Januari 2013).
Ansari, B.I. (2009). Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi). Banda Aceh. Yayasan Pena.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi Aksara.
Asmin. (2007). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan
Kendala yang Muncul di Lapangan. (online). http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/asmin.htm. (Diakses 18 Januari 2013).
Balitbang. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. (Online).Tersedia:http://www.puskur.net/download/prod2007/50_Kajian% 20Kebijakan%20Kurikulum%20Matematika.pdf (Diakses 18 januari 2013)
Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. (Online). Tersedia:
http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. (Diakses 18 Januari 2013).
Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8:
Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan
Publishing Company.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
de Lange, J. (1987). Mathematics, Insight and Meaning. Utrecht: The Netherlands: OW & OC.
Depdiknas. (2004). Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan Kurikulum.Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Pemerintah RI.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, 24,
Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
(39)
143
________. (2006). Pengembangan Bahan Ujian dan Analisis Hasil Ujian. Materi
Presentasi Sosialisasi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
________. (2006). Panduan Pengembangan silabus Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dewi, I. (2008). Membaca Pikiran Siswa Dalam Pembelajaran Matematik. Medan: Paradigma Vol 1 No.1 Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unimed.
Fauzi, A. (2002). Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan
Pembagian di Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program
Pasca Sarjana IKIP Surabaya.
Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education.
Freudenthal institute, Utrecht. CD-β Press: The Netherlands.
Hadi, S. (2005). Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Penerbit Tulip.
Hake. (1999). Analyzing Change/Gain Score. (Online). (http//physics.indiana,
edu/sdi/analyzingchange-gain.pdf). (Diakses 18 Januari 2013).
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasratuddin. (2002). Pembelajaran Matematika Unit Geometri Dengan
Pendekatan Realistik di SLTP 6. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana
IKIP Surabaya.
Joyce. B, Marsha Weil dan Emily Calhoun. (2011). Model of Teaching
(Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusmaydi. (2010). Pembelajaran Matematika Realistic untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Masguru online. (2013). Hakikat Bahan Ajar. (Online).
http://masguruonline.wordpress.com/2013/05/21/hakikat-bahan-ajar/#more-126 (Diakses 2 juli 2013).
Muchayat. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan
Strategi Ideal Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter.
Semarang: Jurnal PP Volume 1, No 2.
Muliana. (2012). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) Terhadap Kemampuan Pemecahan Maslah Dan Komunikasi Matematik Siswa Di Sekolah Menengah Pertama.
(40)
144
Napitupulu, E.E. (2008). Mengembangkan Kemampuan Menalar dan
Memecahkan masalah melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
Medan: Paradigma Vol 1 No.1 Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unimed.
Nurkancana, W dan Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation
Standards for School Mathematics. Reston VA: The National Council of
Teachers of Mathematics Inc.
_________________________________. (2000). Principles and standards for
school mathematics. Reston, VA: NCTM.
Pannen, P dan Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Ditjen Dikti Diknas.
Pasaribu, F. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik, Medan. Tesis PPs UNIMED. Tidak diterbitkan
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreaftif Membuat Bahan Ajar Inovatif . Jogjakarta: Diva Press.
Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana.
Rudol, B. M. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Formal dalam
Pembelajaran Matematika SMP Dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Medan: Tesis PPs UNIMED. Tidak diterbitkan.
Russefendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Safari, (2004). Teknik Analisis Butir Soal Instrument Tes dan Nontes dengan
Manual dan Kalkulator. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(41)
145
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi
Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. Bandung: Pendidikan Matematika UPI.
Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi . Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar tgl 16 s/d 19 Agustus 2004. Yogyakarta: Depdiknas.
Shafridla. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis
Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis. Medan: UNIMED.
Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: UNESA.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryadi, D. (2000). Penigkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SLTP Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Tesis. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI
Bandung.
Syofian. (2011). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres.
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Penerbit JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Ubudiyah. S. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah siswa Kelas V MIN Pada Pokok Bahasan Pecahan. Tesis. Medan: UNIMED.
Wahyuni. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistuk. Medan: Pendidikan Matematika UNIMED.
(42)
146
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Windayana, H. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Logis, Kreatif, dan Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Bandung:
(1)
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1.Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai pada tahap pengembangan, belum diimplementasikan secara luas di sekolah-sekolah. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik dalam berbagai materi pokok bahasan pelajaran matematika dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik ini pada ruang lingkup yang lebih luas di sekolah-sekolah.
2.Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik pada pokok bahasan yang lain pada pelajaran matematika atau pada mata pelajaran yang sesuai (seperti: fisika, kimia, biologi) dapat merancang/mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran yang diperlukan dengan memperhatikan komponen-komponen pendekatan pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ababil. (2012). Fungsi Bahan Ajar. (Online). Tersedia http://resistsulthan19.wordpress.com/2012/05/31/fungi-bahan-ajar/
(Diakses 18 januari 2013)
Adi. (2010). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. (Online). Tersedia http://adikasimbar.wordpress.com/2010/08/31/pedoman-umum
pengembangan-bahan-ajar/. (Diakses 18 Januari 2013).
Ansari, B.I. (2009). Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi). Banda Aceh. Yayasan Pena.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi Aksara. Asmin. (2007). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan
Kendala yang Muncul di Lapangan. (online).
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/asmin.htm. (Diakses 18 Januari 2013).
Balitbang. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. (Online).Tersedia:http://www.puskur.net/download/prod2007/50_Kajian% 20Kebijakan%20Kurikulum%20Matematika.pdf (Diakses 18 januari 2013)
Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. (Online). Tersedia: http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php.
(Diakses 18 Januari 2013).
Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. de Lange, J. (1987). Mathematics, Insight and Meaning. Utrecht: The
Netherlands: OW & OC.
Depdiknas. (2004). Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan Kurikulum.Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Pemerintah RI.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, 24, Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
(3)
________. (2006). Pengembangan Bahan Ujian dan Analisis Hasil Ujian. Materi Presentasi Sosialisasi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. ________. (2006). Panduan Pengembangan silabus Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dewi, I. (2008). Membaca Pikiran Siswa Dalam Pembelajaran Matematik. Medan: Paradigma Vol 1 No.1 Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unimed.
Fauzi, A. (2002). Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian di Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pasca Sarjana IKIP Surabaya.
Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Freudenthal institute, Utrecht. CD-β Press: The Netherlands.
Hadi, S. (2005). Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Penerbit Tulip.
Hake. (1999). Analyzing Change/Gain Score. (Online). (http//physics.indiana, edu/sdi/analyzingchange-gain.pdf). (Diakses 18 Januari 2013).
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hasratuddin. (2002). Pembelajaran Matematika Unit Geometri Dengan
Pendekatan Realistik di SLTP 6. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana IKIP Surabaya.
Joyce. B, Marsha Weil dan Emily Calhoun. (2011). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusmaydi. (2010). Pembelajaran Matematika Realistic untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Masguru online. (2013). Hakikat Bahan Ajar. (Online).
http://masguruonline.wordpress.com/2013/05/21/hakikat-bahan-ajar/#more-126 (Diakses 2 juli 2013).
Muchayat. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Ideal Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Semarang: Jurnal PP Volume 1, No 2.
Muliana. (2012). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Terhadap Kemampuan Pemecahan Maslah Dan Komunikasi Matematik Siswa Di Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Medan: UNIMED.
(4)
Napitupulu, E.E. (2008). Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan masalah melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Medan: Paradigma Vol 1 No.1 Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unimed.
Nurkancana, W dan Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston VA: The National Council of Teachers of Mathematics Inc.
_________________________________. (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: NCTM.
Pannen, P dan Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Ditjen Dikti Diknas.
Pasaribu, F. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik, Medan. Tesis PPs UNIMED. Tidak diterbitkan Prastowo, A. (2011). Panduan Kreaftif Membuat Bahan Ajar Inovatif . Jogjakarta:
Diva Press.
Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Rudol, B. M. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Formal dalam Pembelajaran Matematika SMP Dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Medan: Tesis PPs UNIMED. Tidak diterbitkan. Russefendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Safari, (2004). Teknik Analisis Butir Soal Instrument Tes dan Nontes dengan Manual dan Kalkulator. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(5)
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. Bandung: Pendidikan Matematika UPI. Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi . Makalah
disajikan pada Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar tgl 16 s/d 19 Agustus 2004. Yogyakarta: Depdiknas.
Shafridla. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis. Medan: UNIMED. Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: UNESA. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryadi, D. (2000). Penigkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Tesis. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI Bandung.
Syofian. (2011). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres. Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Penerbit JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Ubudiyah. S. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah siswa Kelas V MIN Pada Pokok Bahasan Pecahan. Tesis. Medan: UNIMED.
Wahyuni. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistuk. Medan: Pendidikan Matematika UNIMED.
(6)
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Windayana, H. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Logis, Kreatif, dan Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Bandung: Portal Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.