PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP LHOKSEUMAWE.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY

MATEMATIS SISWA DI SMP LHOKSEUMAWE

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

YESSI JURNALA Nim : 8146171089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

YESSI JURNALA. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan

Self-Efficacy Siswa SMP Lhokseumawe. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik; 2) mendeskripsikan peningkatan self-efficacy matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik; 3) mengembangkan model pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa yang efektif; 4) menemukan pendekatan realistik yang efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa; 5) mendeskripsikan respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian model pengembangan Plomp, yang dikemukakan oleh Plomp. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar validasi, tes kemampuan komunikasi matematis dan angket self-efficacy. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik telah memenuhi kualitas valid, praktis dan efektif. Adapun tahap-tahap dalam pengembangan model ini adalah tahap investigasi awal, tahap desain, tahap realisasi, dan tahap tes, evaluasi dan revisi. Adapun sintaks model pembelajaran berbasis pendekatan realistik adalah (1) memahami masalah kontekstual, (2) menjelaskan masalah kontekstual, (3) menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan media/alat peraga goeboard, (4) membandingkan/mendiskusikan jawaban dengan menggunakan media/alat peraga goeboard, (5) menyimpulkan.

Kata kunci: Pengembangan Model Pembelajaran, Model Plomp, berbasis Pendekatan Realistik, Komunikasi Matematis dan self-efficacy.


(7)

ii

ABSTRACT

YESSI JURNALA.Developing a Realistic Approach Based Learning Model to Improve Communication Skills and Self-Efficacy Mathematical Junior High School Students Lhokseumawe. Thesis. Mathematics Education Graduate University of Medan. 2016.

This study aimed to: 1) describe the mathematical communication skills of students through realistic approach based learning model; 2) describe an increase in self-efficacy mathematical models based learning students through realistic approach; 3) develop a model of realistic approach to improve communication skills and self-efficacy students' mathematical effective; 4) finding realistic approaches that are effective in improving communication skills and self-efficacy students' mathematical; 5) The students' response to the development of realistic approach based learning model that was developed to improve communication skills and self-efficacy mathematical students. This type of research is research Plomp development model, proposed by Plomp. Data collection techniques using sheet validation, test mathematical communication skills and self-efficacy questionnaire. The results showed a realistic approach based learning model has met the quality valid, practical and effective. The stages in the development of this model is the initial investigation phase, the design phase, the realization phase, and the phase of the test, evaluation and revision. The syntax-based learning model realistic approach is : (1) understand the contextual problem, (2) explain the contextual problem, (3) complete the contextual problems with using the media/props goeboard, (4) compare/discuss the answer by using media/props goeboard, (5) concludes.

Keywords: Learning Model Development, Model Plomp, based Realistic Approach, Mathematical Communication and self-efficacy


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP Lhokseumawe”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Teristimewa kepada kepada kedua orang tua saya Ayahanda dan Ibunda serta adik-adikku tersayang yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, nasihat, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materi yang tak terhingga.

2. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini sampai dengan selesai.


(9)

iv

3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Dr. Zul Amry, M.Si, Ph.D serta Bapak Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku

ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta serta Bapak Hendrik selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan, nasihat serta semangat yang sangat berharga bagi penulis.

5. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala SMP Negeri 5 Lhokseumawe yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Rekan-rekan tercinta dari keluarga besar Dikmat A-3 stambuk 2014 serta semua pihak dari rekan-rekan satu angkatan Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat, bantuan, motivasi serta dorongan dalam penyelesaian tesis ini. 8. Teman-teman seperjuangan Kak Mega Multina, Kak Dwi Putria Nst, Fitri

Ayunita, Mutia Sari, Mutia, Aisyah, Apriadani Harahap, Nova Juniati, Anim, Nur Asiyah Nst Mahrani Aufa,Yusi Sabrida, Arif Aulia Rahman, Martunisa dan Muhammad Ahyar.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga


(10)

v

dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 16

1.3 Batasan Masalah... 16

1.4 Rumusan Masalah ... 17

1.5 Tujuan Penelitian ... 17

1.6 Manfaat Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 20

2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 20

2.1.2 Self-Efficacy ... 24

2.1.3 Pendekatan Realistik ... 29

2.1.4 Karakteristik Pendekatan Realistik ... 32

2.1.5 Sintaks Pendekatan Realistik ... 34

2.1.6 Prinsip Pendekatan Realistik ... 36

2.1.7 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Realistik ... 39

2.2 Respon Siswa ... 44

2.3 Kualitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 45

2.4 Model Pengembangan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik .... 50

2.5 Deskripsi Rancangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 53


(12)

2.7 Kerangka Konseptual ... 61

2.8 Pertanyaan Penelitian ... 69

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 71

3.2 Lokasi dan Waktu ... 71

3.3 Populasi dan Sampel ... 71

3.4 Definisi Operasional ... 71

3.5 Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik.. ... 73

3.6 Instrumen Penelitian ... 83

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 92

3.8 Teknik Analisis Data ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 106

4.1.1 Deskripsi Tahap Model Pengembangan Pembelajaran Pendekatan Realistik ... 107

4.1.1.1 Tahap I Investigasi Awal ... 107

4.1.1.2 Tahap II Perancangan Produk... 108

4.1.1.3 Tahap III Realisasi/Kontruksi ... 114

4.1.1.4 Tahap IV Tes, Evaluasi dan Revisi ... 114

4.1.2 Deskripsi Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik yang dikembangkan ... 126

4.1.2.1 Analisis Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Uji Coba I ... 126

4.1.2.2 Analisis Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Uji Coba II... 132

4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik yang Dikembangkan ... 139

4.1.4 Deskripsi Peningkatan Self-efficacy Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 142


(13)

4.2 Analisis Kesalahan Jawaban Siswa ... 144 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 150

4.3.1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Pengembangan

model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Pada Siswa .... 150 4.3.2 Peningkatan Self-efficacy dalam Pengembangan Model

Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Pada Siswa ... 152 4.3.3 Keefektifan Pendekatan Realistik yang Dikembangkan

dalam Menningkatan Kemampuan Komunikasi dan

Self-Efficacy Matematis Siswa ... 154 4.3.4 Model Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistik

yang Efektif Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan

Self-Efficacy Matematis Siswa ... 157 4.3.5 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Realistik ... 160 4.4Keterbatasan Penelitian ... 162

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 163 5.2 Saran ... 164


(14)

DAFTAR TABEL

Isi Hal

Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Realistik ... 34

Tabel 2.2 Criteria for High Quality Interventions ... 49

Tabel 3.1 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 86

Tabel 3.2 Kriteria Proses Penskoran Self-Efficacy Matematis ... 87

Tabel 3.3 Data Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 92

Tabel 3.4 Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 93

Tabel 3.5 Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 93

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 96

Tabel 3.7 Interprestasi Validitas Tes ... 97

Tabel 3.8 Interprestasi Reliabilitas instrumen Tes ... 99

Tabel 4.1 Model Pembelajaran Yang Divalidasi ... 115

Tabel 4.2 Revisi Model Pembelajaran Uji Coba 1 ... 115

Tabel 4.3 Revisi Model Pembelajaran Uji Coba 2 ... 116

Tabel 4.4 Hasil Validasi Rencana Pealksanaan Pembelajaran... 116

Tabel 4.5 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 118

Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen ... 120

Tabel 4.7 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 121

Tabel 4.8 Validitas Butir Soal Tes Self-Efficacy ... 122

Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Uji Coba I ... 127

Tabel 4.10 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 127

Tabel 4.11 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 128

Tabel 4.12 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhdap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba I ... 130

Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 133 Tabel 4.14 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa


(15)

Hasil Posttest Uji Coba II ... 133 Tabel 4.15 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Pada Uji Coba II ... 134 Tabel 4.16 Ketercapiana Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba II ... 136 Tabel 4.17 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 140 Tabel 4.18 Rata-rata Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Untuk Setiap Indikator ... 141 Tabel 4.19 Deskripsi Hasil Angket Self-Efficacy Siswa ... 142


(16)

DAFTAR GAMBAR

Isi Hal

Gambar 1.1 Proses Jawaban TKKM ... 5

Gambar 1.1 Proses Jawaban Self-efficacy ... 9

Gambar 2.1 Model Perancangan Pendidikan Adaptasi Dari Plomp ... 52

Gambar 3.1 Tahapan dan Alur Kegiatan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 82

Gambar 4.1 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 113

Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 128

Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Klasikal Komunikasi Matematis Hasil Posttest Pada Uji Coba I ... 129

Gambar 4.4 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba I ... 130

Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Pada Uji Coba II ... 134

Gambar 4.6 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 135

Gambar 4.7 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba II ... 137

Gambar 4.8 Rata-rata Hasil Posttest Uji Coba I dan Uji Coba II ... 140

Gambar 4.9 Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Untuk Setiap Indikator ... 140

Gambar 4.9 Rata-rata Self-Efficacy Siswa Untuk Setiap Indikator... 141

Gambar 4.10 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba I ... 145

Gambar 4.11 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba II ... 145

Gambar 4.12 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 2 Uji Coba I ... 146

Gambar 4.13 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 2 Uji Coba II ... 146

Gambar 4.14 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 3 Uji Coba I ... 147


(17)

Gambar 4.18 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba I ... 149 Gambar 4.19 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba II ... 149


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling besar peranannya dalam kelangsungan hidup manusia dan perkembangan suatu bangsa, karena pendidikan menentukan maju mundurnya pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari seseorang, baik pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat membentuk kepribadian manusia sehingga memungkinkan manusia itu tumbuh berkembang. Menyadari akan pentingnya pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pendidikan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dimana terjadi interaksi dalam mentransfer sejumlah pengetahuan kepada siswa yang mengandung nilai, sikap serta keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani para perserta didiknya melakukan kegiatan belajar dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan belajar peserta didik tersebut dengan prosedur yang ditentukan.


(19)

2

Pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari peran semua pihak, khususnya guru. Guru merupakan komponen yang sangat penting. Sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru. Oleh karena itu, upaya pendidikan yang berkualitas seharusnya dimulai dari pembenahan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru akan memilih metode pembelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai secara efektif. Penggunaan metode pembelajaran dalam menyajikan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Untuk tercapainya pelaksanaan pembelajaran disekolah harus didukung oleh sarana yang memadai, disamping itu juga sangat dibutuhkan kecakapan guru dalam menjelaskan pelajaran agar mudah dimengerti oleh siswa, sehingga kesulitan siswa dalam proses pembelajaran dapat teratasi dan siswa menjadi lebih aktif.

Pengembangan metode pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Namun kenyataannya tidak semua guru mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika. Pengajaran matematika yang selama ini diajarkan hanya ditekankan pada keterampilan siswa dalam menyelesaikan dan mengerjakan soal-soal matematika. Matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan atau sains membutuhkan penalaran, pengertian, pemahaman dan aplikasi yang tinggi sehingga matematika itu perlu disajikan dengan cara yang dapat membawa murid kearah belajar bermakna.


(20)

3

Matematika penting dipelajari, karena dengan belajar matematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. National Council of Teachers of Mathematics / NCTM (2000) merumuskan lima tujuan umum pembelajaran matematika yang dikenal dengan kemampuan matematis (mathematical power) yaitu : 1) kemampuan pemecahan masalah (problem solving), 2) kemampuan penalaran (reasoning), 3) kemampuan komunikasi (communication), 4) kemampuan koneksi (connection), 5) kemampuan representasi (representation). Berdasarkan NCTM diatas, jelas bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang perlu mendapat perhatian dari setiap guru dan peneliti dalam meningkatkannya. Untuk mendapatkan daya matematika itu sendiri sebagai alat penyelesaian permasalahan dalam kehidupan nyata, kita belajar matematika sebagai suatu wahana yang memfasilitasi kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan peningkatan kepercayaan diri dalam bermatematika.

Tujuan mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa jenjang sekolah dasar dan menengah mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari masalah, sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau dimanfaatkan. Kesulitan memahami konsep akademik dan kesulitan dalam menghubungkan antar konsep matematika disebabkan karena minimnya kemampuan komunikasi secara matematis.


(21)

4

Pada umumnya di sekolah menengah tingkat pertama pembelajaran dikelas masih menggunakan pembelajaran secara konvensional. Pembelajaran yang menekankan pada kemampuan untuk menghafal konsep yang disampaikan oleh guru, siswa hanya menerima informasi dan pengetahuan tersebut dari guru. Hal tersebut menyebabkan siswa bersikap pasif dalam pembelajaran sehingga kemampuan komunikasi matematika menjadi tidak berkembang. Menurut Asikin (Muhammad Darkasyi, 2014) komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas, komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat secara tertulis maupun lisan yang disampaikan guru kepada peserta didik untuk saling komunikasi, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan sebaliknya jika komunikasi antara siswa dengan guru tidak berjalan dengan baik maka akan rendahnya kemampuan komunikasi matematik.

Dalam penelitian Sinurat (2015) menyimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi saat ini adalah siswa tidak mampu mengkomunikasikan maksud dari masalah. Hal ini dikarenakan siswa terpaku dengan angka-angka, sehingga bila suatu permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah yang terbentuk simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu menyelesaikannya. Dalam hal ini kemampuan komunikasi matematik siswa masih sangat perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dalam penyajian materi geometri (transformasi) tersebut membutuhkan media visual bahkan audio-visual agar lebih menarik dan pesan yang akan disampaikan mudah dipahami oleh siswa.


(22)

5

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis dialami siswa di SMP Negeri 5 Lhokseumawe, dari soal yang diberikan yaitu terdapat 5 titik yaitu

(1, 4), (3 ,2), (−3,6), (−7 ,−3) dan �(6 −5). Tentukan koordinat atau absis pada masing titik., Tentukan koordinat atau ordinat pada masing-masing titik, dan Gambarlah kelima titik tersebut pada bidang kartesius sesuai dengan absis dan ordinatnya ?

Melalui situasi yang ada dalam masalah diatas, diharapkan siwa dapat menginterpretasikan serta mengevalusi ide-ide dan informasi matematika, kemudian menyatakan situasi yang ada dalam permasalahan ke dalam model matematika, dan selanjutnya menggambarkan penyelesaian tersebut.

Dari penelitian survey awal penelitian, peneliti mendapatkan jawaban soal tersebut dari siswa seperti pada gambar 1.1.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, hasil jawaban siswa salah karena siswa tidak mampu membuat gambar dari soal yang dipaparkan. Siswa sulit

Siswa belum dapat menyatakan situasi ke dalam bentuk gambar.

Jawaban siswa salah. Dalam hal ini siswa

belum mampu

membuat ke dalam bentuk gambar


(23)

6

memahami soal tersebut dan membuat soal ke dalam bentuk gambar, ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal, akibatnya kemampuan komunikasi matematika siswa rendah. Dari 25 siswa hanya 5 (20%) orang yang menjawab benar dan lengkap, 8 (32%) orang menjawab benar tapi tidak lengkap, 10 (40%) orang yang menjawab salah dan 2 (8%) orang yang tidak menjawab. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap soal yang diberikan masih rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shimada (Muhammad Darkasyi, 2014) memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa, sehingga siswa sangat pasif. Sedangkan peserta didik masih cenderung terlalu pasif menerima materi dari guru, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah dalam proses komunikasi matematis dan disebabkan guru masih cenderung aktif, dengan metode ceramah menyampaikan materi kepada para peserta didik sehingga siswa dalam mengkomunikasi matematis masih sangat kurang. Kemampuan komunikasi dapat terbentuk ketika pengetahuan dibangun dengan dasar dan adanya keterkaitan dengan kehidupan nyata atau konteks kehidupan nyata. Konteks kehidupan nyata dapat memberikan stimulus untuk menghubungkan apa yang dipikirkan dengan kenyataan yang ada sehingga dapat digunakan untuk memahami suatu permasalahan. Dengan demikian, kemampuan komunikasi harus dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar matematika.

Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasi dan berfikir matematikanya baik secara


(24)

7

lisan maupun tulisan, disamping itu respon atau komunikasi antar siswa dapat terjadi dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah dipelajari. Hal yang sama juga tertuang dalam tujuan yang dirumuskan National Council of Teacher of Mathematics (2000). Standar komunikasi menitikberatkan pada pentingnya berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Belajar berkomunikasi dapat membantu perkembangan interaksi dan mengungkapkan ide-ide di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana aktif.

Komunikasi dapat membantu siswa mengenai konsep matematika baru ketika memerankan situasi, menggambarkan, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal serta menggunakan diagram, menulis dan menggunakan simbol matematika. Sedangkan menurut Baroody (Ansari 2009) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa yaitu : (1) mathematics as language dan (2) mathematics learning as social activity. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly dan sebagai aktivitas sosial seperti halnya interaksi antar siswa, komunikasi guru dengan siswa merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika untuk nuturing children’s mathematics potential.

Menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi matematik maka perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang dapat mendorong siswa untuk melatihkan kemampuan komunikasi.


(25)

8

Kemampuan komunikasi matematis akan berperan efektif manakala guru mengkondisikan siswa agar mendengarkan secara aktif (listen actively) sebagaimana mereka berbicara. Oleh karena itu perubahan pandangan belajar dari guru mengajar ke siswa, belajar sudah harus menjadi fokus utama dalam setiap kegiatan pembelajaran matematika.

Selain pentingnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran, diperlukan juga mengembangkan self-efficacy siswa. self-efficacy adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai beberapa hasil. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy merupakan suatu faktor penentuan pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam menggunakan berbagai kesulitan dan reaksi-reaksi emosional yang dialami. self-efficacy dapat dikembangkan dari diri siswa dalam pelajaran matematika melalui empat sumber, yaitu (1) pengalaman kinerja; (2) pengalaman orang lain; (3) aspek dukungan langsung/sosial; dan (4) aspek psikoligi dan afektif.

Dalam (Liu, 2009; Pajares & Miller, (1994), Self-efficacy matematika adalah keyakinan akan kemampuan untuk belajar di sekolah. Ini merupakan keyakinan siswa yang mengadopsi pada perilaku tertentu yang akan menghasilkan siswa berprestasi di kelas pada pelajaran matematika. Keyakinan ini adalah ditunjukkan untuk memprediksi kinerja matematika yang lebih baik dari pada kepercayaan yang lain terkait membangun keyakinan matematika. Beberapa peneliti (Bouffard-Boachard, 1989, Larson, Piersal,Imao, dan Allen, 1990, dan Schunk, 1981, 1987) menemukan bahwa self-efficacy memberi peranan yang besar terhadap pencapaian kemampuan matematis tingkat tinggi pada mahasiswa.


(26)

9

Untuk mengembangkan kemampuan self-efficacy matematis siswa, guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran dapat mengembangkan tidak hanya pada ranah kognitif dan ranah psikomotor semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan keterampilan, melainkan juga ranah ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus ditumbuhkan rasa percaya dirinya (self-efficacy) sehingga menjadi mengenal dirinya sendiri yakni kepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, mengendalikan dirinya dengan konsisten, dan memiliki rasa empati serta memiliki kepekaan terhadap permasalahan yang dihadapi baik dalam dirinya maupun dengan orang lain.

Dalam penelitian Syafrida Hanum Pulungan (2015) mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan di MTSN Kualuh Hulu dan informasi dari guru-guru bahwa mereka enggan dan malu bertanya tentang materi yang belum di pahami, apalagi memberi tanggapan atau jawaban. Mereka takut salah dan jadi bahan tertawaan teman-temannya. Mereka kurang memiliki percaya diri untuk mengungkapkan ide atau pertanyaan kepada orang lain. Keadaan demikian sangat mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru-guru matematika di sekolah jarang memberikan perhatian yang proposional dalam meningkatkan self-efficacy matematis siswa.


(27)

10

Berdasarkan hasil tes tersebut rendahnya self-efficacy matematis juga dialami pada siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe dari kusioner angket self-efficacy yang diberikan kepada siswa. Hasil tes tersebut rendahnya self-efficacy matemati dapat dilihat dari 22 butir soal pada angket yang memuat 4 indikator self-efficacy matematis diberikan kepada 20 orang siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Secara rinci pencapaian hasil angket self-efficacy pada indikator pengalaman yang telah dilalui 11(50%), indikator pengalaman orang lain 12(55%), indikator persuasi sosial 6(30%), indikator keadaan fisiologis dan emosi 9(45%). Berdasarkan hasil tersebut, jika acuan batas pencapaian 65% maka self-efficacy siswa masih berada di bawah batas pencapaian minimal dengan kata lain self-efficacy matematis siswa masih rendah.

Melalui situasi yang ada dalam masalah di atas, faktor permasalahan yang terjadi pada model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik partisipasi siswa dalam pembelajaran serta lingkungan belajar yang tidak konduksif. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran matematika yang dipandang tepat sehingga dapat meningkatkan self-efficacy matematis siswa tersebut. Self-efficacy diperlukan oleh individu ketika menghadapi tugas-tugas, dihadapkan pada sumber informasi yang banyak, mungkin relevan atau tidak relevan dengan kebutuhan dan tujuan individu yang bersangkutan. Pada kondisi seperti itu individu tersebut harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi intrinsik, menganalisis kebutuhan dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi penyelesaian masalah, menyeleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi diri (memberi respons positif atau negatif dan umpan balik).


(28)

11

Pada umumnya siswa mengetahui bahwa kedudukan matematika dalam dunia pendidikan sangat besar manfaatnya. Namun ironisnya siswa menganggap bahwa pelajaran matematika itu tidak menarik, sulit serta membosankan. Hal ini dikarenakan siswa merasa jenuh dengan metode atau pendekatan yang diterapkan selama ini. Guru yang kurang tepat dalam menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran sehingga guru masih banyak menggunakan metode atau pendekatan mengajar yang konvensional dalam mengajar sehingga sistem belajarnya hanya berlangsung satu arah saja yaitu penyampaian informasi dari guru ke siswa, sehingga banyak siswa yang jenuh dalam menerima materinya.

Pada proses pembelajaran dengan menggunakan secara konvensional tidak hanya menimbulkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis tetapi rendahnya self-efficacy siswa. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran ini, guru tidak menuntut siswa untuk berusaha memilih strategi dalam proses pembelajaran dan berupaya untuk memeriksa kembali terhadap hasil/tugas yang telah dikerjakan. Guru hanya memberikan tugas, kemudian memeriksa hasil tugas siswa sesuai dengan aturan dan prosedur yang biasa diberikannya. Dapat kita temukan bahwa konsekuensi dari pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran secara konvensional yaitu rendahnya kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa. Disinilah dibutuhkannya peran guru adalah sebagai motivator yang memiliki tanggung jawab membangun motivasi siswa untuk belajar, menstimulus dan memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas, kreatifitas dan komunikasi, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu dapat tercapai.


(29)

12

Respon berasal dari kata respone, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan. Respon siswa menurut Hamalik (Misliani, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, 2015), “respon merupakan gerakan-gerakan yang terkoordinasi oleh persepsi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa luar dalam lingkungan sekitar”. Sedangkan menurut Marsiyah (Misliani, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, 2015), untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu dapat melalui angket, karena angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden dan juga mengenai pendapat atau sikapnya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, respon didefinisikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban. Menurut Ismail (Misliani, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, 2015) seseorang dikatakan memberikan respon yang positif bagi seseorang tersebut sesuatu itu menarik.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa respon siswa adalah tanggapan, jawaban dan reaksi yang diberikan siswa terhadap suatu keadaan tertentu baik keadaan biasa yang diterimanya maupun keadaan yang baru diperolehnya. Jadi respon siswa adalah tanggapan, jawaban dan reaksi yang diberikan siswa terhadap suatu keadaan tertentu baik keadaan yang biasa diterimanya maupun keadaan yang baru diperolehnya.

Untuk dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis, maka perlu dengan menerapkan suatu model atau pendekatan pembelajaran menerapkan metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi pembelajaran, tujuan pendidikan, tingkat kematangan siswa, situasi, fasilitas dan kemampuan profesionalnya guru. Salah satu metode atau pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan keleluasan siswa untuk pemecahan masalah siswa adalah melalui Pendekatan Realistik. Pendekatan realistik merupakan


(30)

13

pendekatan pembelajaran matematika yang mengacu pada realistic mathematics education (RME) yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui efektivitas matematisasi horizontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Kata “realistik” merupakan salah satu pendekatan dari klasifikasi Suherman (2001) yang dikemukakan oleh Traffers (1987), yang membedakan empat pendekatan dalam pendidikan matematika, yaitu : a) Pendekatan mekanistik, b) Pendekatan emperistik, c) Pendekatan strukturalistik, dan d) Pendekatan realistic.

Namun perlu diingat bahwa masalah konstekstual yang diungkapkan tidak selalu berasal dari kehidupan sehari-hari, bisa juga dari konteks yang dapat diimajinasikan dalam pikiran siswa. Dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik materi pelajaran disajikan melalui konteks kehidupan dan dapat diimajinasikan para siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna serta menyenangkan. Sehubungan dengan hal-hal diatas, sudah semestinya diupayakan berbagai alternatif dan inovasi dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran dengan mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan menarik sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari pelajaran matematika dengan kata lain siswa akan mempunyai respon positif terhadap pembelajaran yang disampaikan. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2013) kreativitas dalam mengembangkan sumber belajar sangat penting, bukan karena keterbatasan fasilitas dapat juga diperlukan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan metode dan stategi pembelajaran yang digunakan.


(31)

14

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Rusman (2013) mengatakan bahwa proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya membuat perencanaan yang baik, guru dan siswa memerlukan pedoman berupa model pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan media/alat peraga

geoboard yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Disamping itu

penggunaan model dan perangkat pembelajaran yang tidak sesuai dengan kondisi sekolah, karakteristik siswa serta desain perangkat pembelajaran yang tidak sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk menghasilkan model pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan pembelajaran matematika serta sesuai dengan kondisi lingkungan siswa, dapat kita temukan melalui penelitian dan pengembangan.

Kebijakan pengembangan kurikulum dengan tujuan kompetensi lulusan merupakan salah satu solusi dalam memecahkan persoalan kualitas pendidikan (pendidikan matematika) yang masih rendah. Kompetensi yang harus dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika adalah pengetahuan dan keterampilan bermatematika ditinjau dari kemampuan logika berpikir, kemampuan berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi secara matematis, dan kemampuan transfer ilmu matematika oleh siswa dalam memecahkan masalah kehidupan. Pola atau model pembelajaran matematika yang bagaimana sehingga relevan, efektif,


(32)

15

dan efisien dengan menggunakan pendekatan realistik. Disamping sesuai dengan karakteristik matematika, diperlukan pola pembelajaran matematika berdasarkan masalah kontekstual ke dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan dan penerapan model berbasis pendekatan realistik merupakan suatu upaya perbaikan efektifitas dan efisiensi pendidikan dan diharapkan dapat menumbuhkembangkan self-efficacy dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, dimana kemampuan komunikasi menyelesaikan masalah secara nyata dengan simbol-simbol, diagram, tabel dan lain-lain, sedangkan pendekatan realistik mengaitkan dengan kehidupan nyata.

Peneliti lebih memilih pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik, karena dalam pendekatan realistik siswa langsung diarahkan ke dalam kehidupan nyata atau masalah kontekstual sehingga siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami masalah nyata dan siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Oleh karena itu, Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik sangat cocok diterapkan di sekolah. Karena dengan menerapkan Pendekatan Realistik, siswa akan menjadi lebih aktif, kreatif, dan tidak jenuh pada saat proses pembelajaran. Sehingga peneliti tertarik dan ingin membuat sebuah penelitian dengan judul, “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP Lhokseumawe”.


(33)

16

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat diidentifikasi

berbagai permasalahan diantaranya sebagai berikut : a. Kemampuan komunikasi siswa rendah.

b. Kemampuan self-efficacy matematis siwa rendah.

c. Pembelajaran yang masih didominasi pendekatan biasa yang bersifat teacher centered

d. Belum menggunakan pendekatan realistik. e. Pembelajaran masih bersifat satu arah.

f. Respon siswa dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah. g. Model/pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru dikelas tidak

melibatkan siswa aktif.

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, agar penelitian ini dapat dilakukan lebih terfokus maka penulis membatasi masalah pada:

1. Model/pendekatan pembelajaran yang digunakan saat ini belum memenuhi kriteria model/pendekatan pembelajaran yang baik. Maka dalam penelitian ini akan dikembangkan tahapan model/pendekatan pembelajaran berbasis pendekatan realistik meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar aktivitas siswa (LAS) serta tes kemampuan komunikasi matematis. 2. Kemampuan komunikasi siswa rendah.

3. Kemampuan self-efficacy matematis siwa rendah.


(34)

17

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi dalam pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa ?

2. Bagaimana peningkatan self-efficacy dalam pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa ?

3. Bagaimana keefektifan pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ? 4. Bagaimana model pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik

yang efektif meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ?

5. Bagaimana respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum untuk menghasilkan langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan realistik di SMP Lhokseumawe. Sedangkan secara khusus, penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa. 2. Mendeskripsikan peningkatan self-efficacy matematis siswa melalui model


(35)

18

3. Mendeskripsikan keefektifan pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis pada siswa.

4. Menemukan pendekatan realistik yang efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa.

5. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di kelas, khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Manfaat yang mungkin diperoleh antara lain:

1. Penelitian ini memberikan konstribusi terhadap pengembangan teori pembelajaran berupa sebuah model pembelajaran yang relevan.

2. Produk pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik diharapkan dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran di berbagai jenjang pendidikan di sekolah.

3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis.

4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai evaluasi diri tentang kemampuan komunikasi dan self-efficacy


(36)

19

matematis siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang khususnya di bidang pendidikan matematika.

5. Sebagai masukan kepada guru-guru tentang alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas.


(37)

163

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan adalah rata-rata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I sebesar 77,17 meningkat menjadi 80 pada uji coba II. Rata-rata peningkatan setiap indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dari uji coba I ke uji coba II.

2. Peningkatan self-efficacy siswa menggunakan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan adalah rata-rata pencapaian self-efficacy siswa pada uji coba I sebesar 47,17 meningkat menjadi 70,29 pada uji coba II. Rata-rata peningkatan setiap indikator self-efficacy siswa dari uji coba I ke uji coba II.

3. Pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan pada uji cioba I belum efektif karena masih terdapat beberapa indikator keefektifan yang belum tercapai seperti hasil posttest kemampuan komunikasi pada uji coba I belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal dan ketercapaian tujuan pembelajaran belum mencapai kriteria yang ditentukan, sedangkan indikator keefektifan yang tercapai adalah respon siswa positif terhadap pembelajaran dan materi yang dipelajari. Pada uji coba II telah memenuhi


(38)

164

kriteria efektif ditunjukkan oleh ketuntasan klasikal siswa terpenuhi, ketercapaian tujuan pembelajaran dan respon siswa terhadap tahapan model pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif.

4. Tahapan pendekatan realistik yang efektif adalah tahap memahami masalah kontekstual, tahap menjelasakan masalah kontekstual, tahap menyelesaiakan masalah kontekstual dengan menggunakan media/alat peraga geoboard, tahap membandingkan/mendiskusikan jawaban dengan menggunakan media/ alat peraga geoboard dan tahap menyimpulkan.

5. Berdasarkan hasil wawancara pada uji coba I dan II respon siswa terhadap model pembelajaran, komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

6. Berdasarkan pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan model Plomp yang telah dimodifikasi, dihasilkan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang valid. Perangkat pembelajaran dalam model tersebut terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) yang dapat dilihat pada lampiran.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang dihasilkan masih perlu diujicobakan di sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh model pembelajaran yang benar-benar berkualitas.


(39)

165

2. Para guru agar dapat menggunakan instrumen dan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai alternatif pembelajaran khususnya pada materi transformasi.

3. Bagi guru atau pihak lain yang ingin mengembangkan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada materi pokok matematika yang lain atau pada mata pelajaran yang lain dapat merancang/mengembangkan model pembelajaran dengan memperhatikan tahapan model pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan serta meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.

4. Bagi guru hendaknya sering melatih siswa dalam mengkomunikasi dan mempresentasikan hasil jawaban.

5. Siswa disarankan untuk mengikuti dengan baik setiap proses pembelajaran dan sebagian besar siswa masih kurang dalam menyampaikan pendapat/idenya kepada teman/guru. Hal ini perlu ditindaklanjuti baik oleh peneliti selanjutnya maupun oleh guru yang akan melaksanakan pendekatan realistik untuk mempelajari bagaimana memotivasi siswa untuk berani berbicara di depan kelas.


(1)

17

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi dalam pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa ?

2. Bagaimana peningkatan self-efficacy dalam pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa ?

3. Bagaimana keefektifan pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ? 4. Bagaimana model pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik

yang efektif meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ?

5. Bagaimana respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum untuk menghasilkan langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan realistik di SMP Lhokseumawe. Sedangkan secara khusus, penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa. 2. Mendeskripsikan peningkatan self-efficacy matematis siswa melalui model


(2)

3. Mendeskripsikan keefektifan pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis pada siswa.

4. Menemukan pendekatan realistik yang efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa.

5. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di kelas, khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Manfaat yang mungkin diperoleh antara lain:

1. Penelitian ini memberikan konstribusi terhadap pengembangan teori pembelajaran berupa sebuah model pembelajaran yang relevan.

2. Produk pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik diharapkan dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran di berbagai jenjang pendidikan di sekolah.

3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis.

4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai evaluasi diri tentang kemampuan komunikasi dan self-efficacy


(3)

19

matematis siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang khususnya di bidang pendidikan matematika.

5. Sebagai masukan kepada guru-guru tentang alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas.


(4)

163 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model

pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan adalah rata-rata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I sebesar 77,17 meningkat menjadi 80 pada uji coba II. Rata-rata peningkatan setiap indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dari uji coba I ke uji coba II.

2. Peningkatan self-efficacy siswa menggunakan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan adalah rata-rata pencapaian

self-efficacy siswa pada uji coba I sebesar 47,17 meningkat menjadi 70,29 pada

uji coba II. Rata-rata peningkatan setiap indikator self-efficacy siswa dari uji coba I ke uji coba II.

3. Pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan pada uji cioba I belum efektif karena masih terdapat beberapa indikator keefektifan yang belum tercapai seperti hasil posttest kemampuan komunikasi pada uji coba I belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal dan ketercapaian tujuan pembelajaran belum mencapai kriteria yang ditentukan, sedangkan indikator keefektifan yang tercapai adalah respon siswa positif terhadap pembelajaran dan materi yang dipelajari. Pada uji coba II telah memenuhi


(5)

164

kriteria efektif ditunjukkan oleh ketuntasan klasikal siswa terpenuhi, ketercapaian tujuan pembelajaran dan respon siswa terhadap tahapan model pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif.

4. Tahapan pendekatan realistik yang efektif adalah tahap memahami masalah kontekstual, tahap menjelasakan masalah kontekstual, tahap menyelesaiakan masalah kontekstual dengan menggunakan media/alat peraga geoboard, tahap membandingkan/mendiskusikan jawaban dengan menggunakan media/ alat peraga geoboard dan tahap menyimpulkan.

5. Berdasarkan hasil wawancara pada uji coba I dan II respon siswa terhadap model pembelajaran, komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

6. Berdasarkan pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan

model Plomp yang telah dimodifikasi, dihasilkan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang valid. Perangkat pembelajaran dalam model tersebut terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) yang dapat dilihat pada lampiran.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang dihasilkan masih perlu diujicobakan di sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh model pembelajaran yang benar-benar berkualitas.


(6)

2. Para guru agar dapat menggunakan instrumen dan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai alternatif pembelajaran khususnya pada materi transformasi.

3. Bagi guru atau pihak lain yang ingin mengembangkan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada materi pokok matematika yang lain atau pada mata pelajaran yang lain dapat merancang/mengembangkan model pembelajaran dengan memperhatikan tahapan model pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan serta meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.

4. Bagi guru hendaknya sering melatih siswa dalam mengkomunikasi dan mempresentasikan hasil jawaban.

5. Siswa disarankan untuk mengikuti dengan baik setiap proses pembelajaran

dan sebagian besar siswa masih kurang dalam menyampaikan

pendapat/idenya kepada teman/guru. Hal ini perlu ditindaklanjuti baik oleh peneliti selanjutnya maupun oleh guru yang akan melaksanakan pendekatan realistik untuk mempelajari bagaimana memotivasi siswa untuk berani berbicara di depan kelas.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI ADAN SELF EFFICACY MATEMATIKA SISWA SMP SWASTA JOSUA MEDAN.

1 9 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP NEGERI KOTA BINJAI.

4 19 39

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

0 2 38

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI SMP N 4 PADANGSIDIMPUAN.

0 3 35

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMPN 3 LANGSA.

0 3 39

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS EDUTAINMENT DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 BERINGIN.

0 3 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 15 MEDAN.

0 2 44

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA SMA KOTA PADANGSIDIMPUAN.

0 2 41

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 3 42

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI SMP N 4 PADANGSIDIMPUAN

3 17 11