PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI SMP N 4 PADANGSIDIMPUAN.
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY
MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK
DI SMP N 4 PADANGSIDIMPUAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Dwi Putria Nasution
Nim: 8146171019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
DWI PUTRIA NASUTION. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Selfefficacy Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistik di SMP N 4
Padangsidimpuan. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Medan. 2016.
Kata Kunci: Pendekatan Realistik, Kemampuan Komunikasi Matematis dan
efficacy
Self-
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajar dengan pendekatan realistik lebih baik daripada kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa, (2) Peningkatan
self-efficacy siswa yang diajar dengan Pendekatan realistik lebih baik daripada selfefficacy siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (3) Interaksi antara pembelajaran
dengan gender terhadap kemampuan komunikasi matematis, (4) Interaksi antara
pembelajaran dengan gender terhadap self-efficacy siswa, (5) Respon siswa terhadap
matematika dengan menggunakan pendekatan realistik. Penelitian ini merupakan
penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 1
Padangsidimpuan. Dan dipilih secara acak dua kelas. Kelas eksperimen diberi perlakuan
pendekatan realistik dan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa. Instrumen yang
digunakan terdiri dari: tes kemampuan komunikasi matematis dan angket self-efficacy.
Analisis data dilakukan dengan uji ANAVA 2 jalur. Berdasarkan hasil analisis tersebut
diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajar dengan pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa, (2) Peningkatan self-efficacy matematis siswa yang
diajar dengan pendekatan realistik lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa, (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (4) Tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan self-efficacy
matematis siswa, (5) Respon siswa terhadap matematika setelah belajar dengan
pendekatan realistik adalah positif.
i
ABSTRACT
DWI PUTRIA NASUTION. The Increasing of Mathematical Communication
Ability and Self-efficacy of Mathematics Using Realistic Approach in SMP N 4
of Padangsidimpuan. Thesis. Post Graduate Program, State University of
Medan, 2015.
Key word: Realistic Approach, mathematical communication ability, self-efficacy.
This research aimed to: (1) Knowing the increasing of student’s mathematical
communication ability who got realistic approaching are better than the students with
ordinary mathematics learning, (2) Knowing the increasing of student’s self-efficacy
of mathematics who got realistic approaching are better than the students with
ordinary mathematical learning, (3) Knowing the interaction between learning models
used and gender toward the increasing of student’s mathematical communication
ability. (4) Knowing the interaction between learning models used and gender
toward the increasing of student’s self-efficacy (5) Respons of students about
mathematics by using realistic approach. This research is a semi eksperiment
research. The population of this research are all of students of SMP N 4
Padangsidimpuan. Data analisys was done using bivariate correlation and two paths
ANOVA tes. Based on those analisys, the researcher acquires the results. (1) The
increasing of student’s mathematical communication ability who got realistic
approaching are better than the students with ordinary mathematics learning (2) The
increasing of student’s self-efficacy who got realistic approaching are better than the
students with ordinary mathematics learning, (3) There is no interaction between
learning models used and gender toward the increasing of student’s mathematical
communication ability (4) There is no interaction between learning models used and
gender toward the increasing of student’s self-efficacy, (5) Respons of students about
mathematics by using realistic approach is positive.
ii
KATA PENGANTAR
ﻩﻝﻝﺍ ﺍﻝﺭﺡﻡﻥ ﺍﻝﺭﺡﻱﻡ
Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah
SWT atas limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga proposal yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Matematis Siswa
Melalui Pendekatan Realistik Di SMP N 4 Padangsidimpuan” dapat terselesaikan
dengan baik. Proposal ini disususn dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Edi Syahputra, M. Pd selaku Ketua Prodi dan Dr. Mulyono, M.Si selaku
sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
2. Prof. Dr. Hasratuddin, M. Pd selaku pembimbing I yang ditengah-tengah
kesibukannya masih meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan
dengan sabar terhadap segala permasalahan dan kendala yang dihadapi penulis,
selalu memotivasi penulis sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik. Penulis
salut pada bapak yang selalu ramah kepada siapapun dan berharap bisa seperti
bapak nantinya.
3. Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk
secepatnya menyelesaikan tugas akhir ini di sela-sela kegiatan padatnya.
iii
4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., bapak Dr. Abil Mansyur, M. Si., ibu Dr. Izwita
Dewi, M. Pd selaku penguji yang telah memberikan masukan kepada peneliti
dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Dapot Tua Manullang, M. Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNIMED.
6. Bapak Direktur, Asisten Direktur I dan II serta seluruh Staf Program Pascasarjana
UNIMED yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak/ Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang sangat
berharga bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan selama mengikuti
perkuliahan dan saat penulisan proposal ini.
8. Bapak
Drs.
Ramadan,
SH.,
M.Pd
selaku
kepala
sekolah
SMPN
4
Padangsidimpuan, Bapak P. Harahap, ibu Farida Hanum, S.Pd dan ibu Ribut
Irianningsih, S. Pd (guru SMPN 4 Padangsidimpuan) serta siswa yang terlibat
dalam penelitian ini.
9. Ayahanda H. Ahmad Ashari Nasution, S. Sos dan ibunda tercinta Hj. Tuti Aryani
yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang setulusnya, perhatian dan
selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi secepatnya.
10. Kakanda Ika Suryani Nasution, Amd. Keb, Adinda Septi Nopita Nasution S.St,
dan Sri Anggraeni Nasution yang senantiasa memotivasi penulis untuk
menyelesaikan studi. Kedua keponakan penulis, Ringga Surya Pratama dan Rifat
Ahmad Alfarizi.
11. Rekan-rekan senasib DIKMAT A4 terutama Mega Multina, M.Pd , Fitri Ayunita,
M.Pd, Anim, S.Si., M.Pd (nama tersingkat di dunia), rekan-rekan di luar
iv
DIKMAT A4, Yessi Jurnala, S.Pd, Mutia Sari, S.Pd, Yunita, M. Pd, Ikral
Nasution, M. Pd, Apriadani, S.Pd dan Nur Asyiah, S.Pd (teman sekampuang) dan
seluruh penghuni kos 52 yang senantiasa menghibur penulis saat berduka dan
selalu memotivasi. Semoga persahabatan kita abadi!
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan do’a bapak/ibu, saudara/saudari,
kiranya kita tetap dalam lindungan Allah SWT. Semoga proposal tesis ini bermanfaat
dalam perkembangan dunia pendidikan, terutama pendidikan matematika. Penulis
menyadari proposal ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharap
sumbangsih berupa saran atau kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
proposal tesis ini.
Medan,
Maret 2016
Penulis,
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………….
ABSTRACT ………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
………………………………………..
DAFTAR ISI
………………………………………………..
DAFTAR TABEL ………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR
………………………………………..
i
ii
iii
vi
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………
B. Identifikasi Masalah
…………………………………………
C. Batasan Masalah
………………………….………………
D. Rumusan Masalah
………………….………………………
E. Tujuan Penelitian
………….………………………………
F. Manfaat Penelitian
.…………………………………………
1
11
11
11
12
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi
……..………….…………………………
B. Kemampuan Komunikasi
…………………………………...
C. Kemampuan Komunikasi Matematis
……………………………
D. Self-Efficacy
……………………….………………………….
E. Pendekatan Realistik
……………..….……..………………….
1. Prinsip RME …………………………………………………….
2. Karakteristik RME …………………………………………….
F. Pembelajaran Biasa
…………………………………………….
G. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran RME
dengan Pembelajaran Biasa
…………………………………….
H. Gender
…………………………………………………………….
I. Teori Belajar yang Relevan
…………………………………….
J. Interaksi
……………………………………………………
K. Respon Siswa
…………………………………………………….
L. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………….
M. Kerangka Konseptual
…………………………………………….
1. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
yang Memperoleh Pembelajaran RME Lebih Tinggi
daripada Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Biasa
………….………………………….
2. Penigkatan Self-Efficacy Siswa yang
Memperoleh Pembelajaran RME Lebih
vi
14
15
17
22
26
29
31
35
38
38
40
43
43
44
45
45
Baik daripada Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Biasa ……………………………………….....
3. Tidak Terdapat Interaksi antara Pendekatan
Pembelajaran dan Gender (Laki-laki dan Perempuan)
Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa …………………..
4. Tidak terdapat Interaksi antara Pendekatan
Pembelajaran dan Gender (Laki-laki dan Perempuan)
Terhadap Sef-Efficacy Siswa …………………………………..
5. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
dengan Menggunakan RME …………………………………..
N. Hipotesis Penelitian
………………………………..…………
47
48
49
50
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………
B. Tempat Penelitian
……………………………………………
C. Populasi dan Sampel
……………………………………………
1. Populasi Penelitian ……………………………………………
2. Sampel Penelitian
……………………………………………
D. Desain Penelitian ……………………………………………………
E. Defenisi Operasional
……………………………………………
F. Variabel Penelitian
……………………………………………
1. Variabel Bebas
……………………………………………
2. Variabel Terikat
……………………………………………
G. Instrumen Penelitian
……………………………………………
1. Tes Kemampuan Komunikasi
……………………………
2. Angket Self-Efficacy ……………………………………………
H. Uji Coba Instrumen
……………………………………………
1. Hasil Validasi Para Ahli terhadap
Perangkat Pembelajaran
……………………………………
2. Hasil Validasi Para Ahli terhadap Instrumen ……………………
3. Uji Coba Perangkat Pembelajaran ……………………………
a. Validitas Tes
……………………………………………
b. Realiabilitas
……………………………………………
I. Prosedur Penelitian
……………………………………………
1. Tahap Persiapan
……………………………………………
2. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………
3. Tahap Analisis Data ……………………………………………
a. Uji Normalitas
……………………………………………
b. Uji Homogenitas ……………………………………………
c. Menghitung Gain Ternormalisasi
……………………
d. Uji Hipotesis Statistik
……………………………………
vii
52
52
52
53
53
53
54
56
56
56
57
57
58
59
59
59
60
60
61
62
62
63
64
64
65
65
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
……………………………………
1. Pelaksanaan Pretes ……………………………………………
2. Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………………
3. Pelaksanaan Postes ……………………………………………
B. Analisis Hasil Penelitian ……………………………………………
1. Analisis Hasil Tes Komunikasi Matematis Siswa ……………
2. Analisis Hasil Self-efficacy Siswa
……………………………
C. Pembahasan Hasil Penelitian
……………………………………
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………
69
69
71
72
74
75
83
91
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
……………………………………………………
B. Saran
……………………………………………………………
101
103
Daftar Pustaka
105
……………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Realistik
…………………………..
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Biasa
….……………………….
Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Biasa dengan
Pendekatan Realistik
………………………………….
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
………………………………….
Tabel 3.2 Tabel Weiner
………………………………………….
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
….
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis
………………………………….
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Self-efficacy
………………………….
Tabel 3.6 Skor Alternatif Jawaban Angket Self-efficacy
………….
Tabel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli
….
Tabel 3.9 Tabel Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis
dan Jenis Uji Statistik
………………………………….
Tabel 4.1 Deskripsi Pretes Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran
………....
Tabel 4.2 Deskripsi Pretes Self-efficacy Siswa
Berdasarkan Pembelajaran
…………………………
Tabel 4.3 Deskripsi Postes Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ………………….………………………
Tabel 4.4 Deskripsi Postes Self-efficacy Siswa
Berdasarkan Pembelajaran
………………………….
Tabel 4.5 Deskripsi Data N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kedua Kelompok Pemnelajaran
Untuk Kedua Kelompok
………………………….
Tabel 4.6 Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis Untuk Setiap Indikator
………………….
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa
………………………….
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa ………………………….
Tabel 4.9 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur
…………………………
Tabel 4.10 Deskripsi Data N-Gain self-efficacy Kedua Kelompok
Pembelajaran untuk Kategori Gender
…..……………
Tabel 4.11 Data Peningkatan Self-efficacy untuk Setiap Indikator …
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Self-efficacy Siswa …
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Self-efficacy Siswa …
Tabel 4.14 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur
………………………....
ix
33
34
38
54
56
57
57
58
59
59
68
69
70
73
74
76
77
79
80
80
84
85
87
88
88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
………………………………….
Gambar 4.1 Peningkatan N-Gain Kemampuan Matematis
Berdasarkan Kategori Gender ………………………….
Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis untuk Setiap Indikator
………………….
Gambar 4.3 Interaksi antara Pembelajaran dengan Gender Terhadap
Peningkatan Komunikasi Matematis Siswa
………….
Gambar 4.4 Peningkatan N-Gain Self-efficacy Berdasarkan Gender ..
Gambar 4.5 Peningkatan Self-efficacy untuk Setiap Indikator
…
Gambar 4.6 Interaksi antara Pembelajaran dengan Gender terhadap
Peningkatan Self-efficacy Siswa
…………………
x
63
76
78
83
84
86
90
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting.
Sesuai dengan pendapat Trianto (2011), pendidikan merupakan salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Kualitas
pendidikan suatu bangsa mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Tanpa
pendidikan suatu bangsa tidak akan mengalami perubahan dan kemajuan.
Pendidikan erat kaitannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah. Pembelajaran merupakan satu unsur terpenting dalam pelaksaan
pendidikan. Oleh karena itu kualitas pendidikan erat hubungannya dengan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah terdiri dari berbagai
ilmu yang dibagi melalui mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki peranan
masing-masing dalam mengembangkan potensi siswa. Salah satu mata pelajaran
penting untuk diajarkan di sekolah adalah matematika.
Matematika dengan berbagai peranannya menjadikannya sebagai ilmu
yang sangat penting, salah satu peranan matematika adalah sebagai alat berpikir
untuk menghantarkan siswa memahami dan memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan konsep matematika yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika merupakan subjek ideal yang mampu mengembangkan
proses berpikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan awal (pendidikan
dasar), pendidikan menengah, pendidikan lanjutan bahkan sampai di bangku
perkuliahan. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,
1
2
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar Isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
kemampuan bekerjasama.
Adapun tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan
menengah menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang modelmatematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari uraian di atas jelas terlihat matematika sangat penting dan menjadi
fokus dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya sehari-hari. Maka cara membelajarkan siswa terhadap matematika
tidak cukup hanya mengenalkan defenisi, memberikan contoh dan memberikan
latihan untuk mengukur kemampuannya.
Ada dua masalah utama dalam pendidikan matematika di Indonesia yaitu
rendahnya prestasi siswa serta kurangnya minat mereka dalam belajar
matematika. Hal ini mengakibatkan prestasi siswa Indonesia saat ini masih rendah
dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil survey TIMSS 2011 (Mullis &
Martin, 2012) menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dari 42 negara peserta,
3
dengan nilai 386. Kemudian hasil dari PISA (Gurria, 2014) pada tahun 2012,
menempatkan siswa Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara peserta.
Indonesia masih jauh 12 peringkat di bawah Malaysia.
Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran yang
diharapkan adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal
melalui mengamati (menyimak, melihat, membaca, mendengar), bertanya,
bernalar, menyaji dan menyimpulkan (komunikasi) (Kemendikbud, 2013). Proses
kegiatan mengamati, bertanya, bernalar, menyajikan dan menyimpulkan disebut
dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) pembelajaran. Dalam proses
kegiatan tersebut diperlukan kemampuan komunikasi. Komunikasi bisa
membantu peserta didik tentang konsep matematika ketika mereka menyatakan
situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan
verbal.
Hal ini dapat kita lihat saat berlangsungnya diskusi dalam kelas, dengan
kemampuan komunikasi peserta didik diharapkan bisa menyampaikan ide
kreatifnya, menjelaskan, mendengar, menggambarkan, menanyakan, dan bekerja
sama sehingga mereka dapat memahami matematika lebih mendalam. Melalui
diskusi dapat dilihat peserta didik belajar berkomunikasi dan mengkontruksikan
sendiri pengetahuan mereka. Dengan kemampuan komunikasi dan pemahaman
yang mendalam, siswa akan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari sehingga
mereka lebih kritis dan mandiri.
Selain digunakan dalam pembelajaran, komunikasi tetap terus digunakan
walaupun telah lulus dari bangku sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Shadiq
(2004) bahwa komunikasi tetap digunakan peserta didik baik ketika mereka duduk
4
di bangku sekolah/universitas ataupun setelah mereka meninggalkan bangku
sekolah untuk bekerja. Hal ini berarti komunikasi sangat penting dalam kehidupan
peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah.
Linquist (Izzati, 2010) berpendapat bahwa jika kita sependapat bahwa
matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa
terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi belajar,mengajar dan mengakses matematika. Jadi jelaslah
bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang
harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar dan
mengakses matematika.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematik memegang peranan penting serta perlu ditingkatkan dalam
pembelajaran matematika. Beberapa indikator komunikasi matematika yang
diukur dalam penelitian ini yaitu, menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam
bahasa matematika, menginterpretasikan gambar ke dalam model matematika dan
menjelaskan prosedur penyelesaian.
Berikut salah satu bukti rendahnya kemampuan komunikasi siswa di SMP
Negeri 4 padangsidimpuan. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 13
November 2015. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu guru
SMP. Sang guru mengatakan masih banyak siswa yang belum bisa mengubah
pernyataan ke dalam model matematika, kurang memahami gambar dan
menuangkannya dalam bahasa matematika.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhaedi (2012)
yang menyatakan ada siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah tetapi
5
tidak paham
menyatakanya dalam bahasa matematika. Selain kemampuan
komunikasi yang perlu dikembangkan juga adalah sikap (dalam ranah afektif)
sebagaimana yang termuat dalam Permendikbud nomor 54 (Kemendikbud 2013)
Standar Kemampuan Kelulusan (SKL) peserta didik harus memiliki perilaku yang
mencerminkan
sikap
berakhlak
mulia,
berilmu,
percaya
diri
dan
bertanggungjawab dalam berintegrasi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Dari SKL tersebut salah
satu sikap yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika adalah
percaya diri (self efficacy).
Self-efficacy adalah salah satu sikap percaya diri yang merupakan aspek
psikologis yang berperan terhadap keberhasilan seorang peserta didik dalam
menyelesaikan tugas yang baik. Hal ini senada dengan pendapat Mukhid (2009)
bahwa sefl-efficacy (kepercayaan diri) berpengaruh terhadap keberhasilan siswa,
contoh jika kepercayaan dirinya tinggi maka kecemasannya rendah sebaliknya
jika kepercayaan dirinya rendah maka tingkat kecemasannya pun akan tinggi.
Sefl-efficacy merupakan kepercayaan diri seseorang yang dapat dilihat berbagai
aspek yang akan diambil dari dimensi self-efficacy tersebut, yakni (1) Level (2)
Strength (3) Generality.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika
SMP, ditemukan bahwa peserta didik masih enggan atau tidak percaya diri untuk
bertanya tentang materi yang belum mereka pahami. Mereka mungkin takut guru
marah atau takut ditertawakan oleh teman. Peserta didik juga tidak percaya diri
untuk menyampaikan ide atau pendapat dalam forum diskusi. Keadaan tersebut
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Sejalan dengan penelitian yang
6
dilakukan
Kurniawati
(2014),
yang mengatakan,
hampir
semua
siswa
menunjukkan raut muka tegang saat soal pretes dibagikan dan hampir semua
siswa menutup lembar jawaban saat peneliti ingin melihat jawaban mereka.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa
adalah pendekatan atau metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.
Selama ini kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran secara biasa dimana
guru merupakan satu-satunya sebagai sumber ilmu dan sumber belajar yang
bertindak otoriter dan mendominasi kelas tanpa melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Siswa harus duduk tertib mendengarkan dengan
seksama dan berusaha meniru cara guru menyelesaikan masalah atau
membuktikan dalil.
Hasratuddin (2010) menyatakan bahwa “pembelajaran yang berlangsung
pada umumnya bersifat satu arah dan kurang melibatkan interaksi dan aktifitas
mental siswa. Guru lebih aktif memberikan informasi atau menjelaskan materi
yang diikuti dengan menuliskan rumus dan pemberian contoh yang dikerjakan
bersama siswa dengan dominasi guru, kemudian diakhiri dengan pemberian
latihan”.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan biasa cenderung kurang
memberikan kesempatan yang cukup untuk menanamkan dan melatih kemampuan
matematis yang dibutuhkan siswa seperti kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis. Menurut Baroody (Sabri, 2010) pada pembelajaran
matematika dengan pendekatan biasa, kemampuan komunikasi matematis siswa
masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada pembelajaran biasa, guru hanya menggunakan metode ceramah dan
menulis, tanpa mengajak siswa aktif. Sebagaimana pendapat Izzati (2010),
“beberapa sekolah yang dikunjungi menunjukkan bahwa adanya kecenderungan
guru-guru matematika dalam mengajar menggunakan metode chalk and talk
7
(ceramah dan menulis di papan tulis). Padahal metode itu cocok digunakan untuk
menginformasikan kepada siswa tujuan pembelajaran dan sejarah matematika.”
Guru hanya menuntut siswa untuk menghafal defenisi, konsep matematika
dan cara mengerjakan soal tanpa memahami darimana konsep itu berasal,
sehingga siswa mudah melupakannya. Sebagaimana menurut Izzati (2010), guru
hanya memfokuskan siswa untuk mengingat “cara-cara” yang mereka ajarkan
dalam menyelesaikan soal dari menstimulasi siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan sendiri, sehingga siswa tak mampu membolak-balik rumus dan
menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru.
Lemahnya proses pengajaran matematika di sekolah-sekolah menimbulkan
masalah pembelajaran kepada siswa, seperti kurangnya minat siswa dalam
pelajaran matematika, yang akhirnya berdampak pada rendahnya kemampuan
siswa secara umum dan khususnya kemampuan komunikasi matematis. Respon
siswa pada matematika menjadi negatif karena mereka menganggap bahwa
matematika itu membosankankan, membingungkan dan merupakan pelajaran
yang sulit. Sebagaimana pendapat Abdurrahman (2012) dari berbagai studi yang
diajarkan di sekolah, matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit
oleh para siswa. Sejalan dengan pendapat Hasratuddin (2010), beberapa siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak menarik minat siswa,
menakutkan, cemas, dan merasa khawatir saat belajar matematika di sekolah, dan
siswa cenderung berpikir atau berperasaan tidak baik terhadap matematika.
Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika
sekolah tersebut, terutama yang berkaitan dengan pentingnya pengembangan selfefficacy dan kemampuan komunikasi matematis, serta kemampuan matematis
8
lainnya, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi
peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut.
Berbagai macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam
upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan komunikasi dan selfefficacy tersebut, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan
akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang
berlaku pada saat ini adalah pendekatan realistik. Pendekatan ini merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang membawa peserta didik pada masalah nyata
(kontekstual), menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa, interaktif,
dan menggunakan keterkaitan.
Dalam pendekatan realistik, materi yang disajikan guru diangkat dari
peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diberi kebebasan menafsirkan
dan mengemukakan gagasan mereka mengenai bentuk-bentuk kalimat matematika
yang mereka temukan sendiri. Dengan demikian pembelajaran menjadi terpusat
pada siswa dan juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa itu
sendiri.
Sejalan dengan pendapat Freudenthal
(Zulkardi, 2002) bahwa
matematika adalah kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa
untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang dia
perlukan. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan
berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan
cara mereka sendiri.
Menurut Zulkardi (2002) alasan digunakannya pendekatan realistik di
sekolah karena matematika dapat digunakan di berbagai keadaan, digunakan oleh
manusia pada setiap kegiatan baik pola pikir maupun matematika itu sendiri, dan
9
siswa yang bersekolah itu mempunyai kemampuan yang beragam. Sedangkan
menurut Suherman (2001) pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik
sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi lebih positif dalam
belajar matematika.
Pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
realistik
sangat
memperhatikan kondisi lokal (terkait budaya, lingkungan atau konteks) sehingga
siswa tidak takut lagi mengutarakan ide-idenya, berani memberikan penyelesaian
masalah yang berbeda dari teman-temannya dan tumbuh kreatifitasnya dalam
menyelesaikan masalah.
Menurut penelitian terdahulu, faktor lain yang mempengaruhi kemampuan
komunikasi dan self-efficacy siswa adalah gender. Banyak penelitian yang
mengatakan bahwa gender dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena secara
psikologis laki-laki dan perempuan mempunyai banyak perbedaan, terkait minat,
bakat, motivasi, intelegensi dan kematangan. Maccoby dan Jacklin (Dewi dan
Idrus,1999) mengatakan bahwa laki-laki lebih baik di bidang matematika dan
tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran sedangkan perempuan lebih baik
dalam hal yang berkaitan dengan masalah verbal (bahasa). Perempuan juga lebih
dekat pada masalah kehidupan yang praktis konkret, sedang laki-laki lebih tertarik
pada hal yang abstrak.
Hal senada juga diungkapkan oleh Locke (Nuryoto, 1998) yang menyatakan
bahwa perempuan merupakan sub ordinasi dari laki-laki, maka perempuan diduga
mempunyai akademis lebih rendah dari laki-laki. Kemampuan matematika lakilaki lebih baik dari perempuan. Perempuan lemah dalam persoalan yang berkaitan
dengan yang abstrak sehingga dianggap lemah dalam mempelajari matematika.
10
Sehingga perlu dilakukan penelitian apakah gender mempengaruhi kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Tidak hanya kemampuan komunikasi, bahkan self-efficacy pun dipengaruhi
oleh gender. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Hackett, 1985 (Pajeras, 2003)
yang menyatakan bahwa self-efficacy siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa
perempuan. Hal senada juga ditemukan Pajeras (2003) bahwa anak perempuan
memiliki self-efficacy yang lebih rendah dibanding anak laki-laki. Dari beberapa
pendapat di atas ditemukan bahwa laki-laki memiliki tingkat self-efficacy yang
lebih tinggi dibanding perempuan.
Interaksi yaitu pengaruh bersama antara dua faktor atau lebih dalam
meningkatkan sesuatu. Faktor pembelajaran dan gender akan disandingkan,
apakah akan mengakibatkan perubahan pada kemampuan komunikasi siswa dan
self-efficacy siswa yang rendah baik itu laki-laki maupun perempuan menjadi
lebih baik.
Dari beberapa penelitian di atas, diperoleh bahwa ada perbedaan
kemampuan laki-laki dan perempuan walaupun metode atau pendekatan
pembelajaran yang dilakukan tidak berbeda. Begitu juga tingkat self-efficacy
siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan walaupun tidak ada
perlakuan istimewa guru pada salah satu jenis gender. Maka perlu diteliti apakah
ada interaksi antara pembelajaran yang digunakan guru dengan gender terhadap
kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa.
Adapun judul dalam penelitian ini adalah
Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pendekatan Realistik
di SMP Negeri 4 Padangsidimpuan..
11
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi siswa masih rendah
2. Self-efficacy siswa masih rendah
3. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit
4. Guru masih menggunakan metode ceramah dan menulis
5. Pembelajaran masih berpusat pada guru
6. Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran
7. Kemampuan komunikasi matematis siswa laki-laki dan perempuan berbeda
walaupun model yang digunakan tidak berbeda.
8. Respon siswa pada matematika negatif
C.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dari permasalahan dalam pembelajaran
matematika seperti yang telah diidentifikasikan di atas, maka penelitian ini perlu
dibatasi agar lebih terarah dan terfokus pada permasalahan yang mendasar.
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan peningkatan kemampuan komunikasi
dan self-efficacy siswa dengan pendekatan realistik, respon siswa terhadap
pembelajaran.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka rumusan
dari penelitian ini adalah:
12
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diajar dengan
pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran
biasa?
2. Apakah peningkatan
self-efficacy siswa yang diajar dengan pendekatan
realistik lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap
peningkatan kemampuan komunikasi siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap
peningkatan self-efficacy siswa?
5. Bagaimana respon siswa terhadap matematika dengan pendekatan realistik?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah
dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis bahwa peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diberi
pembelajaran pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi
pembelajaran biasa.
2. Menganalisis bahwa peningkatan self-efficacy siswa yang diberi pembelajaran
realistik lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
gender terhadap peningkatan kemampuan komunikasi siswa.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
gender terhadap peningkatan self-efficacy siswa.
5. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap matematika dengan
pendekatan realistik.
13
F.
Manfaat Penelitian
1) Bagi siswa
Mendapat pengalaman yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga
siswa lebih aktif dalam pembelajarannya dan dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis dan self-efficacy nya dalam pembelajaran yang pada
gilirannya akan membawa pengaruh positif yaitu meningkatnya hasil belajar
matematika siswa.
2) Bagi guru
a. Menjadi acuan pengembangan dan alternatif untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy dengan pendekatan
realistik terutama dalam pelajaran matematika sehingga guru dapat
merancang suatu rencana pembelajaran yang berintegrasi sehingga belajar
akan lebih baik jika siswa menemukan sendiri apa yang menjadi
kebutuhannya.
b. Memberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran matematika untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
3) Bagi peneliti
Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mengembangkan pendekatan
pembelajaran yang tepat, guna membantu meningkatkan kemampuan
matematis siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab
sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang berkaitan dengan kemampuan
komunikasi matematis dan self-efficacy siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:
1.
Peningkatan
kemampuan komunikasi
matematis
siswa
yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, dengan nilai
signifikan 0,000 < 0,05. Secara rinci peningkatan setiap indikator adalah sebagai
berikut:
a. Peningkatan kemampuan menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam
model matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,71 dengan kategori tinggi
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,51 dengan kategori sedang.
b. Peningkatan kemampuan menginterpretasikan gambar ke dalam pernyataan
matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,73 dengan kategori tinggi
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,54 dengan kategori sedang.
c. Peningkatan kemampuan menyatakan ide matematika ke dalam gambar pada
kelas eksperimen sebesar 0,76 dengan kategori tinggi sedangkan kelas
kontrol sebesar 0,45 dengan kategori sedang.
101
102
d. Peningkatan kemampuan menyelesaikan prosedur penyelesaian pada kelas
eksperimen sebesar 0,73 dengan kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 0,58 dengan kategori sedang.
Dari empat indikator tersebut, kemampuan menyatakan ide matematika ke
dalam gambar memiliki peningkatan yang lebih tinggi. Ini dikarenakan
kalimat dalam soal sangat jelas, sehingga siswa mudah memahami dan
menggambarkannya.
2. Peningkatan self-efficacy matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan
pendekatan realistik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa
yang mendapat pembelajaran biasa, dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Secara
rinci peningkatan setiap indikator adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan indikator level pada kelas eksperimen sebesar 0,55 dengan
kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,28 dengan kategori
rendah.
b. Peningkatan indikator generality pada kelas eksperimen sebesar 0,57 dengan
kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,29 dengan kategori
rendah.
c. Peningkatan indikator strength pada kelas eksperimen sebesar 0,64 dengan
kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,38 dengan kategori
sedang.
3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan realistik dan
pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara
103
pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (lakilaki dan wanita) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Perbedaan
peningkatan komunikasi matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran
yang digunakan bukan karena gender siswa.
4.
Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan realistik dan
pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) terhadap peningkatan
self-efficacy matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara
pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (lakilaki dan wanita) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang
signifikan terhadap peningkatan self-efficacy matematis. Perbedaan peningkatan
self-efficacy matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan
bukan karena gender siswa.
5.
Respon siswa terhadap matematika dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan realistik adalah senang. Kebanyakan siswa baik laki-laki maupun
wanita menyukai pembelajaran dengan pendekatan realistik, karena masalah
yang disajiakan adalah masalah yang real, dekat dengan kehidupan mereka
sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka berikut beberapa saran yang perlu
mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap peggunaan
pendekatan realistik ini dalam pembelajaran.
104
1. Untuk guru matematika
Pendekatan realistik pada pembelajaran matematika yang menekankan pada
kemampuan komunikasi matematis siswa baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif. Peran guru
sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan, antara lain kemampuan
memandu diskusi di kelas, serta kemampuan mengarahkan siswa membuat
kesimpulan, kemampuan menguasai materi sebagai syarat mutlak yang wajib dimiliki
2. Untuk siswa
Seharusnya siswa dibelajarkan dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa sehingga siswa bisa lebih kreatif, mandiri dan tidak bergantung pada guru.
3. Untuk lembaga terkait
Pembelajaran dengan pendekatan realistik masih sangat asing bagi guru
maupun siswa terutama di daerah. Oleh karena itu perlu disosialisasikan ke sekolahsekolah dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya
kemampuan komunikasi siswa dan self-efficacy siswa yang berimbas pada
peningkatan prestasi siswa.
4. Kepada peneliti berikutnya
Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti berharap pada indikator menuliskan
informasi ke dalam model matematika perlu adanya suatu usaha latihan terencana
agar siswa dapat terbiasa membuat model matematika. Serta melengkapi penelitian
nantinya dengan doing math,lainnya seperti kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan penalaran, dan sebagainya yang belum terjangkau pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ansari, B. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan: Konsep
dan Aplikasi. Banda Aceh: yayasan PeNA.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. San Diego: Academic Press.
---------------. 2003. Negative Self-Efficacy and Goal Effects Revisited. Jurnal, Vol.
88 No. 1.
Darkasyi, Muhammad. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada
Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik.
Dewi, F. dan Idrus. 1999. Konstruksi Gender dalam Budaya. Jurnal, tersedia online.
Dickhauser, O. 2006. Gender Differences in Young Children’s Math Ability
Attribution. Jurnal, Vol. 48 No. 1.
Gurria, Al. 2014. PISA 2012 Result in Focus. OECD.
Hadi, S. 2012. Mathematics Education Reform Movement in Indonesia. Seoul:
International Congress on Mathematical Education.
Handayani, A. 2014. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi Siswa Kelas VII
MTsN Lubuk Buaya PadangTahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 3 No. 2.
Hasratuddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui
Pendekatan Matematika Realistic. FMIPA Unimed. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 4 No. 2.
------------. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika?. Medan: Perdana Publishing.
105
106
Hendriana, H. & Somarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:
PT Refika Aditama.
Izzati, N. dan Didi Suryadi. 2010. Komunikasi Matematis dan Matematika Realistik.
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, ISBN: 978-979-16353-5-6.
Kemendikbud. 2013. Implementasi
Pendidikan dan Kebudayaan
Kurikulum
2013.
Jakarta:
Kementerian
------------------, 2013. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan nomor 54
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah .
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Marlina. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP
dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik
Matematika, Vol. 1 No. 1. ISSN: 2355-4185.
Mukhid, A. 2009. SELF-EFFICACY (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan
Implikasinya terhadap Pendidikan). Tadris, Volume 4. Nomor 1.
Mullis & Martin. 2012. TIMSS 2011 International Result in Mathematics. Boston:
International Study Center.
Nuryoto, S. 1998. Perbedaan Prestasi Akademik antara Laki-laki dan Perempuan
Studi di Daerah Yogyakarta. Jurnal Psikologi, No. 2. ISSN: 0215-8884.
Pajeras, F. 2003. Self- Efficacy Belief, Motivation, and Achievement in Writing: a
Reviewof The Literature. Atlanta: Emory University.
Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Standar Isi.
tentang
Prastiti, T. 2007. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran RME dan Pengetahuan Awal
Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematika Siswa
SMP Kelas VII. Didaktika, Vol. 2 No. 1 Maret 2007: 199-215.
Rudiono, T. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis RME
Berorientasi Terciptanya Berfikir Tingkat Tinggi Materi Perbandingan Kelas
VII. Pancaran, Vol. 4 No. 1.
Sadewi, A. 2012. Meningkatkan Self-Efficacy Pelajaran Matematika Melalui
Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling Simbolik. Indonesian Journal
of Guidance and Counseling, ISSN: 2252-6374.
107
Saragih, S dan Rahmiyana. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, No. 2.
Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Shofiah, V. dan Raudatussalamah. 2014. Self-Efficacy dan Self-Regulation Sebagai
Unsur Penting dalam Pendidikan Berkarakter (Aplikasi Pembelajaran
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf). Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, Vol. 17 No. 2.
Suhaedi, D. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, ISBN: 978-979 16353-8-7.
Suherman, E. 2001. Common Text Book – Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : JICA.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif:Konsep, Landasan,
dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Udousoro. 2011. The Effects of Gender and Mathematics Ability on Academic
Performance of Students in Chemistry. Nigeria. Indexed African
Journals Online, Vol. 5(4) No. 21 ISSN: 2070—0083.
Walpole, R. E. 1997. Pengantar Statistik. Jakarta: IKAPI.
Zaduqisti, E. 2009. Stereotipe Peran Gender dalam Pendidikan Anak. Pekalongan.
Muwazah, Vol. 1 No. 1.
Zulkardi. 2002. Developing A Learning Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian Students Theachers. Ducth. De grad van doctor
aan de Universiteit Twente, op gezag van de rector magnificus, prof. dr. F.A.
van Vught, volgens besluit van het College voor Promoties in het openbaar
te verdedigen op woensdag 18 December 2002.
-------------. 2010. How to Design Mathematics Lessons Based on Realistic Approach.
www. Reocities.com/ratuilma/rme.html.
MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK
DI SMP N 4 PADANGSIDIMPUAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Dwi Putria Nasution
Nim: 8146171019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
DWI PUTRIA NASUTION. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Selfefficacy Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistik di SMP N 4
Padangsidimpuan. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Medan. 2016.
Kata Kunci: Pendekatan Realistik, Kemampuan Komunikasi Matematis dan
efficacy
Self-
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajar dengan pendekatan realistik lebih baik daripada kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa, (2) Peningkatan
self-efficacy siswa yang diajar dengan Pendekatan realistik lebih baik daripada selfefficacy siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (3) Interaksi antara pembelajaran
dengan gender terhadap kemampuan komunikasi matematis, (4) Interaksi antara
pembelajaran dengan gender terhadap self-efficacy siswa, (5) Respon siswa terhadap
matematika dengan menggunakan pendekatan realistik. Penelitian ini merupakan
penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 1
Padangsidimpuan. Dan dipilih secara acak dua kelas. Kelas eksperimen diberi perlakuan
pendekatan realistik dan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa. Instrumen yang
digunakan terdiri dari: tes kemampuan komunikasi matematis dan angket self-efficacy.
Analisis data dilakukan dengan uji ANAVA 2 jalur. Berdasarkan hasil analisis tersebut
diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajar dengan pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa, (2) Peningkatan self-efficacy matematis siswa yang
diajar dengan pendekatan realistik lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa, (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (4) Tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan self-efficacy
matematis siswa, (5) Respon siswa terhadap matematika setelah belajar dengan
pendekatan realistik adalah positif.
i
ABSTRACT
DWI PUTRIA NASUTION. The Increasing of Mathematical Communication
Ability and Self-efficacy of Mathematics Using Realistic Approach in SMP N 4
of Padangsidimpuan. Thesis. Post Graduate Program, State University of
Medan, 2015.
Key word: Realistic Approach, mathematical communication ability, self-efficacy.
This research aimed to: (1) Knowing the increasing of student’s mathematical
communication ability who got realistic approaching are better than the students with
ordinary mathematics learning, (2) Knowing the increasing of student’s self-efficacy
of mathematics who got realistic approaching are better than the students with
ordinary mathematical learning, (3) Knowing the interaction between learning models
used and gender toward the increasing of student’s mathematical communication
ability. (4) Knowing the interaction between learning models used and gender
toward the increasing of student’s self-efficacy (5) Respons of students about
mathematics by using realistic approach. This research is a semi eksperiment
research. The population of this research are all of students of SMP N 4
Padangsidimpuan. Data analisys was done using bivariate correlation and two paths
ANOVA tes. Based on those analisys, the researcher acquires the results. (1) The
increasing of student’s mathematical communication ability who got realistic
approaching are better than the students with ordinary mathematics learning (2) The
increasing of student’s self-efficacy who got realistic approaching are better than the
students with ordinary mathematics learning, (3) There is no interaction between
learning models used and gender toward the increasing of student’s mathematical
communication ability (4) There is no interaction between learning models used and
gender toward the increasing of student’s self-efficacy, (5) Respons of students about
mathematics by using realistic approach is positive.
ii
KATA PENGANTAR
ﻩﻝﻝﺍ ﺍﻝﺭﺡﻡﻥ ﺍﻝﺭﺡﻱﻡ
Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah
SWT atas limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga proposal yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Matematis Siswa
Melalui Pendekatan Realistik Di SMP N 4 Padangsidimpuan” dapat terselesaikan
dengan baik. Proposal ini disususn dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Edi Syahputra, M. Pd selaku Ketua Prodi dan Dr. Mulyono, M.Si selaku
sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
2. Prof. Dr. Hasratuddin, M. Pd selaku pembimbing I yang ditengah-tengah
kesibukannya masih meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan
dengan sabar terhadap segala permasalahan dan kendala yang dihadapi penulis,
selalu memotivasi penulis sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik. Penulis
salut pada bapak yang selalu ramah kepada siapapun dan berharap bisa seperti
bapak nantinya.
3. Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk
secepatnya menyelesaikan tugas akhir ini di sela-sela kegiatan padatnya.
iii
4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., bapak Dr. Abil Mansyur, M. Si., ibu Dr. Izwita
Dewi, M. Pd selaku penguji yang telah memberikan masukan kepada peneliti
dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Dapot Tua Manullang, M. Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNIMED.
6. Bapak Direktur, Asisten Direktur I dan II serta seluruh Staf Program Pascasarjana
UNIMED yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak/ Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang sangat
berharga bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan selama mengikuti
perkuliahan dan saat penulisan proposal ini.
8. Bapak
Drs.
Ramadan,
SH.,
M.Pd
selaku
kepala
sekolah
SMPN
4
Padangsidimpuan, Bapak P. Harahap, ibu Farida Hanum, S.Pd dan ibu Ribut
Irianningsih, S. Pd (guru SMPN 4 Padangsidimpuan) serta siswa yang terlibat
dalam penelitian ini.
9. Ayahanda H. Ahmad Ashari Nasution, S. Sos dan ibunda tercinta Hj. Tuti Aryani
yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang setulusnya, perhatian dan
selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi secepatnya.
10. Kakanda Ika Suryani Nasution, Amd. Keb, Adinda Septi Nopita Nasution S.St,
dan Sri Anggraeni Nasution yang senantiasa memotivasi penulis untuk
menyelesaikan studi. Kedua keponakan penulis, Ringga Surya Pratama dan Rifat
Ahmad Alfarizi.
11. Rekan-rekan senasib DIKMAT A4 terutama Mega Multina, M.Pd , Fitri Ayunita,
M.Pd, Anim, S.Si., M.Pd (nama tersingkat di dunia), rekan-rekan di luar
iv
DIKMAT A4, Yessi Jurnala, S.Pd, Mutia Sari, S.Pd, Yunita, M. Pd, Ikral
Nasution, M. Pd, Apriadani, S.Pd dan Nur Asyiah, S.Pd (teman sekampuang) dan
seluruh penghuni kos 52 yang senantiasa menghibur penulis saat berduka dan
selalu memotivasi. Semoga persahabatan kita abadi!
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan do’a bapak/ibu, saudara/saudari,
kiranya kita tetap dalam lindungan Allah SWT. Semoga proposal tesis ini bermanfaat
dalam perkembangan dunia pendidikan, terutama pendidikan matematika. Penulis
menyadari proposal ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharap
sumbangsih berupa saran atau kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
proposal tesis ini.
Medan,
Maret 2016
Penulis,
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………….
ABSTRACT ………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
………………………………………..
DAFTAR ISI
………………………………………………..
DAFTAR TABEL ………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR
………………………………………..
i
ii
iii
vi
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………
B. Identifikasi Masalah
…………………………………………
C. Batasan Masalah
………………………….………………
D. Rumusan Masalah
………………….………………………
E. Tujuan Penelitian
………….………………………………
F. Manfaat Penelitian
.…………………………………………
1
11
11
11
12
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi
……..………….…………………………
B. Kemampuan Komunikasi
…………………………………...
C. Kemampuan Komunikasi Matematis
……………………………
D. Self-Efficacy
……………………….………………………….
E. Pendekatan Realistik
……………..….……..………………….
1. Prinsip RME …………………………………………………….
2. Karakteristik RME …………………………………………….
F. Pembelajaran Biasa
…………………………………………….
G. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran RME
dengan Pembelajaran Biasa
…………………………………….
H. Gender
…………………………………………………………….
I. Teori Belajar yang Relevan
…………………………………….
J. Interaksi
……………………………………………………
K. Respon Siswa
…………………………………………………….
L. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………….
M. Kerangka Konseptual
…………………………………………….
1. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
yang Memperoleh Pembelajaran RME Lebih Tinggi
daripada Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Biasa
………….………………………….
2. Penigkatan Self-Efficacy Siswa yang
Memperoleh Pembelajaran RME Lebih
vi
14
15
17
22
26
29
31
35
38
38
40
43
43
44
45
45
Baik daripada Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Biasa ……………………………………….....
3. Tidak Terdapat Interaksi antara Pendekatan
Pembelajaran dan Gender (Laki-laki dan Perempuan)
Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa …………………..
4. Tidak terdapat Interaksi antara Pendekatan
Pembelajaran dan Gender (Laki-laki dan Perempuan)
Terhadap Sef-Efficacy Siswa …………………………………..
5. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
dengan Menggunakan RME …………………………………..
N. Hipotesis Penelitian
………………………………..…………
47
48
49
50
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………
B. Tempat Penelitian
……………………………………………
C. Populasi dan Sampel
……………………………………………
1. Populasi Penelitian ……………………………………………
2. Sampel Penelitian
……………………………………………
D. Desain Penelitian ……………………………………………………
E. Defenisi Operasional
……………………………………………
F. Variabel Penelitian
……………………………………………
1. Variabel Bebas
……………………………………………
2. Variabel Terikat
……………………………………………
G. Instrumen Penelitian
……………………………………………
1. Tes Kemampuan Komunikasi
……………………………
2. Angket Self-Efficacy ……………………………………………
H. Uji Coba Instrumen
……………………………………………
1. Hasil Validasi Para Ahli terhadap
Perangkat Pembelajaran
……………………………………
2. Hasil Validasi Para Ahli terhadap Instrumen ……………………
3. Uji Coba Perangkat Pembelajaran ……………………………
a. Validitas Tes
……………………………………………
b. Realiabilitas
……………………………………………
I. Prosedur Penelitian
……………………………………………
1. Tahap Persiapan
……………………………………………
2. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………
3. Tahap Analisis Data ……………………………………………
a. Uji Normalitas
……………………………………………
b. Uji Homogenitas ……………………………………………
c. Menghitung Gain Ternormalisasi
……………………
d. Uji Hipotesis Statistik
……………………………………
vii
52
52
52
53
53
53
54
56
56
56
57
57
58
59
59
59
60
60
61
62
62
63
64
64
65
65
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
……………………………………
1. Pelaksanaan Pretes ……………………………………………
2. Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………………
3. Pelaksanaan Postes ……………………………………………
B. Analisis Hasil Penelitian ……………………………………………
1. Analisis Hasil Tes Komunikasi Matematis Siswa ……………
2. Analisis Hasil Self-efficacy Siswa
……………………………
C. Pembahasan Hasil Penelitian
……………………………………
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………
69
69
71
72
74
75
83
91
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
……………………………………………………
B. Saran
……………………………………………………………
101
103
Daftar Pustaka
105
……………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Realistik
…………………………..
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Biasa
….……………………….
Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Biasa dengan
Pendekatan Realistik
………………………………….
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
………………………………….
Tabel 3.2 Tabel Weiner
………………………………………….
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
….
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis
………………………………….
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Self-efficacy
………………………….
Tabel 3.6 Skor Alternatif Jawaban Angket Self-efficacy
………….
Tabel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli
….
Tabel 3.9 Tabel Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis
dan Jenis Uji Statistik
………………………………….
Tabel 4.1 Deskripsi Pretes Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran
………....
Tabel 4.2 Deskripsi Pretes Self-efficacy Siswa
Berdasarkan Pembelajaran
…………………………
Tabel 4.3 Deskripsi Postes Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ………………….………………………
Tabel 4.4 Deskripsi Postes Self-efficacy Siswa
Berdasarkan Pembelajaran
………………………….
Tabel 4.5 Deskripsi Data N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kedua Kelompok Pemnelajaran
Untuk Kedua Kelompok
………………………….
Tabel 4.6 Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis Untuk Setiap Indikator
………………….
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa
………………………….
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa ………………………….
Tabel 4.9 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur
…………………………
Tabel 4.10 Deskripsi Data N-Gain self-efficacy Kedua Kelompok
Pembelajaran untuk Kategori Gender
…..……………
Tabel 4.11 Data Peningkatan Self-efficacy untuk Setiap Indikator …
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Self-efficacy Siswa …
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Self-efficacy Siswa …
Tabel 4.14 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur
………………………....
ix
33
34
38
54
56
57
57
58
59
59
68
69
70
73
74
76
77
79
80
80
84
85
87
88
88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
………………………………….
Gambar 4.1 Peningkatan N-Gain Kemampuan Matematis
Berdasarkan Kategori Gender ………………………….
Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis untuk Setiap Indikator
………………….
Gambar 4.3 Interaksi antara Pembelajaran dengan Gender Terhadap
Peningkatan Komunikasi Matematis Siswa
………….
Gambar 4.4 Peningkatan N-Gain Self-efficacy Berdasarkan Gender ..
Gambar 4.5 Peningkatan Self-efficacy untuk Setiap Indikator
…
Gambar 4.6 Interaksi antara Pembelajaran dengan Gender terhadap
Peningkatan Self-efficacy Siswa
…………………
x
63
76
78
83
84
86
90
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting.
Sesuai dengan pendapat Trianto (2011), pendidikan merupakan salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Kualitas
pendidikan suatu bangsa mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Tanpa
pendidikan suatu bangsa tidak akan mengalami perubahan dan kemajuan.
Pendidikan erat kaitannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah. Pembelajaran merupakan satu unsur terpenting dalam pelaksaan
pendidikan. Oleh karena itu kualitas pendidikan erat hubungannya dengan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah terdiri dari berbagai
ilmu yang dibagi melalui mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki peranan
masing-masing dalam mengembangkan potensi siswa. Salah satu mata pelajaran
penting untuk diajarkan di sekolah adalah matematika.
Matematika dengan berbagai peranannya menjadikannya sebagai ilmu
yang sangat penting, salah satu peranan matematika adalah sebagai alat berpikir
untuk menghantarkan siswa memahami dan memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan konsep matematika yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika merupakan subjek ideal yang mampu mengembangkan
proses berpikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan awal (pendidikan
dasar), pendidikan menengah, pendidikan lanjutan bahkan sampai di bangku
perkuliahan. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah,
1
2
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar Isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
kemampuan bekerjasama.
Adapun tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan
menengah menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang modelmatematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari uraian di atas jelas terlihat matematika sangat penting dan menjadi
fokus dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya sehari-hari. Maka cara membelajarkan siswa terhadap matematika
tidak cukup hanya mengenalkan defenisi, memberikan contoh dan memberikan
latihan untuk mengukur kemampuannya.
Ada dua masalah utama dalam pendidikan matematika di Indonesia yaitu
rendahnya prestasi siswa serta kurangnya minat mereka dalam belajar
matematika. Hal ini mengakibatkan prestasi siswa Indonesia saat ini masih rendah
dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil survey TIMSS 2011 (Mullis &
Martin, 2012) menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dari 42 negara peserta,
3
dengan nilai 386. Kemudian hasil dari PISA (Gurria, 2014) pada tahun 2012,
menempatkan siswa Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara peserta.
Indonesia masih jauh 12 peringkat di bawah Malaysia.
Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran yang
diharapkan adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal
melalui mengamati (menyimak, melihat, membaca, mendengar), bertanya,
bernalar, menyaji dan menyimpulkan (komunikasi) (Kemendikbud, 2013). Proses
kegiatan mengamati, bertanya, bernalar, menyajikan dan menyimpulkan disebut
dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) pembelajaran. Dalam proses
kegiatan tersebut diperlukan kemampuan komunikasi. Komunikasi bisa
membantu peserta didik tentang konsep matematika ketika mereka menyatakan
situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan
verbal.
Hal ini dapat kita lihat saat berlangsungnya diskusi dalam kelas, dengan
kemampuan komunikasi peserta didik diharapkan bisa menyampaikan ide
kreatifnya, menjelaskan, mendengar, menggambarkan, menanyakan, dan bekerja
sama sehingga mereka dapat memahami matematika lebih mendalam. Melalui
diskusi dapat dilihat peserta didik belajar berkomunikasi dan mengkontruksikan
sendiri pengetahuan mereka. Dengan kemampuan komunikasi dan pemahaman
yang mendalam, siswa akan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari sehingga
mereka lebih kritis dan mandiri.
Selain digunakan dalam pembelajaran, komunikasi tetap terus digunakan
walaupun telah lulus dari bangku sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Shadiq
(2004) bahwa komunikasi tetap digunakan peserta didik baik ketika mereka duduk
4
di bangku sekolah/universitas ataupun setelah mereka meninggalkan bangku
sekolah untuk bekerja. Hal ini berarti komunikasi sangat penting dalam kehidupan
peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah.
Linquist (Izzati, 2010) berpendapat bahwa jika kita sependapat bahwa
matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa
terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi belajar,mengajar dan mengakses matematika. Jadi jelaslah
bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang
harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar dan
mengakses matematika.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematik memegang peranan penting serta perlu ditingkatkan dalam
pembelajaran matematika. Beberapa indikator komunikasi matematika yang
diukur dalam penelitian ini yaitu, menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam
bahasa matematika, menginterpretasikan gambar ke dalam model matematika dan
menjelaskan prosedur penyelesaian.
Berikut salah satu bukti rendahnya kemampuan komunikasi siswa di SMP
Negeri 4 padangsidimpuan. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 13
November 2015. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu guru
SMP. Sang guru mengatakan masih banyak siswa yang belum bisa mengubah
pernyataan ke dalam model matematika, kurang memahami gambar dan
menuangkannya dalam bahasa matematika.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhaedi (2012)
yang menyatakan ada siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah tetapi
5
tidak paham
menyatakanya dalam bahasa matematika. Selain kemampuan
komunikasi yang perlu dikembangkan juga adalah sikap (dalam ranah afektif)
sebagaimana yang termuat dalam Permendikbud nomor 54 (Kemendikbud 2013)
Standar Kemampuan Kelulusan (SKL) peserta didik harus memiliki perilaku yang
mencerminkan
sikap
berakhlak
mulia,
berilmu,
percaya
diri
dan
bertanggungjawab dalam berintegrasi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Dari SKL tersebut salah
satu sikap yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika adalah
percaya diri (self efficacy).
Self-efficacy adalah salah satu sikap percaya diri yang merupakan aspek
psikologis yang berperan terhadap keberhasilan seorang peserta didik dalam
menyelesaikan tugas yang baik. Hal ini senada dengan pendapat Mukhid (2009)
bahwa sefl-efficacy (kepercayaan diri) berpengaruh terhadap keberhasilan siswa,
contoh jika kepercayaan dirinya tinggi maka kecemasannya rendah sebaliknya
jika kepercayaan dirinya rendah maka tingkat kecemasannya pun akan tinggi.
Sefl-efficacy merupakan kepercayaan diri seseorang yang dapat dilihat berbagai
aspek yang akan diambil dari dimensi self-efficacy tersebut, yakni (1) Level (2)
Strength (3) Generality.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika
SMP, ditemukan bahwa peserta didik masih enggan atau tidak percaya diri untuk
bertanya tentang materi yang belum mereka pahami. Mereka mungkin takut guru
marah atau takut ditertawakan oleh teman. Peserta didik juga tidak percaya diri
untuk menyampaikan ide atau pendapat dalam forum diskusi. Keadaan tersebut
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Sejalan dengan penelitian yang
6
dilakukan
Kurniawati
(2014),
yang mengatakan,
hampir
semua
siswa
menunjukkan raut muka tegang saat soal pretes dibagikan dan hampir semua
siswa menutup lembar jawaban saat peneliti ingin melihat jawaban mereka.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa
adalah pendekatan atau metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.
Selama ini kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran secara biasa dimana
guru merupakan satu-satunya sebagai sumber ilmu dan sumber belajar yang
bertindak otoriter dan mendominasi kelas tanpa melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Siswa harus duduk tertib mendengarkan dengan
seksama dan berusaha meniru cara guru menyelesaikan masalah atau
membuktikan dalil.
Hasratuddin (2010) menyatakan bahwa “pembelajaran yang berlangsung
pada umumnya bersifat satu arah dan kurang melibatkan interaksi dan aktifitas
mental siswa. Guru lebih aktif memberikan informasi atau menjelaskan materi
yang diikuti dengan menuliskan rumus dan pemberian contoh yang dikerjakan
bersama siswa dengan dominasi guru, kemudian diakhiri dengan pemberian
latihan”.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan biasa cenderung kurang
memberikan kesempatan yang cukup untuk menanamkan dan melatih kemampuan
matematis yang dibutuhkan siswa seperti kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis. Menurut Baroody (Sabri, 2010) pada pembelajaran
matematika dengan pendekatan biasa, kemampuan komunikasi matematis siswa
masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada pembelajaran biasa, guru hanya menggunakan metode ceramah dan
menulis, tanpa mengajak siswa aktif. Sebagaimana pendapat Izzati (2010),
“beberapa sekolah yang dikunjungi menunjukkan bahwa adanya kecenderungan
guru-guru matematika dalam mengajar menggunakan metode chalk and talk
7
(ceramah dan menulis di papan tulis). Padahal metode itu cocok digunakan untuk
menginformasikan kepada siswa tujuan pembelajaran dan sejarah matematika.”
Guru hanya menuntut siswa untuk menghafal defenisi, konsep matematika
dan cara mengerjakan soal tanpa memahami darimana konsep itu berasal,
sehingga siswa mudah melupakannya. Sebagaimana menurut Izzati (2010), guru
hanya memfokuskan siswa untuk mengingat “cara-cara” yang mereka ajarkan
dalam menyelesaikan soal dari menstimulasi siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan sendiri, sehingga siswa tak mampu membolak-balik rumus dan
menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru.
Lemahnya proses pengajaran matematika di sekolah-sekolah menimbulkan
masalah pembelajaran kepada siswa, seperti kurangnya minat siswa dalam
pelajaran matematika, yang akhirnya berdampak pada rendahnya kemampuan
siswa secara umum dan khususnya kemampuan komunikasi matematis. Respon
siswa pada matematika menjadi negatif karena mereka menganggap bahwa
matematika itu membosankankan, membingungkan dan merupakan pelajaran
yang sulit. Sebagaimana pendapat Abdurrahman (2012) dari berbagai studi yang
diajarkan di sekolah, matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit
oleh para siswa. Sejalan dengan pendapat Hasratuddin (2010), beberapa siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak menarik minat siswa,
menakutkan, cemas, dan merasa khawatir saat belajar matematika di sekolah, dan
siswa cenderung berpikir atau berperasaan tidak baik terhadap matematika.
Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika
sekolah tersebut, terutama yang berkaitan dengan pentingnya pengembangan selfefficacy dan kemampuan komunikasi matematis, serta kemampuan matematis
8
lainnya, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi
peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut.
Berbagai macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam
upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan komunikasi dan selfefficacy tersebut, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan
akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang
berlaku pada saat ini adalah pendekatan realistik. Pendekatan ini merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang membawa peserta didik pada masalah nyata
(kontekstual), menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa, interaktif,
dan menggunakan keterkaitan.
Dalam pendekatan realistik, materi yang disajikan guru diangkat dari
peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diberi kebebasan menafsirkan
dan mengemukakan gagasan mereka mengenai bentuk-bentuk kalimat matematika
yang mereka temukan sendiri. Dengan demikian pembelajaran menjadi terpusat
pada siswa dan juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa itu
sendiri.
Sejalan dengan pendapat Freudenthal
(Zulkardi, 2002) bahwa
matematika adalah kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa
untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang dia
perlukan. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan
berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan
cara mereka sendiri.
Menurut Zulkardi (2002) alasan digunakannya pendekatan realistik di
sekolah karena matematika dapat digunakan di berbagai keadaan, digunakan oleh
manusia pada setiap kegiatan baik pola pikir maupun matematika itu sendiri, dan
9
siswa yang bersekolah itu mempunyai kemampuan yang beragam. Sedangkan
menurut Suherman (2001) pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik
sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi lebih positif dalam
belajar matematika.
Pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
realistik
sangat
memperhatikan kondisi lokal (terkait budaya, lingkungan atau konteks) sehingga
siswa tidak takut lagi mengutarakan ide-idenya, berani memberikan penyelesaian
masalah yang berbeda dari teman-temannya dan tumbuh kreatifitasnya dalam
menyelesaikan masalah.
Menurut penelitian terdahulu, faktor lain yang mempengaruhi kemampuan
komunikasi dan self-efficacy siswa adalah gender. Banyak penelitian yang
mengatakan bahwa gender dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena secara
psikologis laki-laki dan perempuan mempunyai banyak perbedaan, terkait minat,
bakat, motivasi, intelegensi dan kematangan. Maccoby dan Jacklin (Dewi dan
Idrus,1999) mengatakan bahwa laki-laki lebih baik di bidang matematika dan
tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran sedangkan perempuan lebih baik
dalam hal yang berkaitan dengan masalah verbal (bahasa). Perempuan juga lebih
dekat pada masalah kehidupan yang praktis konkret, sedang laki-laki lebih tertarik
pada hal yang abstrak.
Hal senada juga diungkapkan oleh Locke (Nuryoto, 1998) yang menyatakan
bahwa perempuan merupakan sub ordinasi dari laki-laki, maka perempuan diduga
mempunyai akademis lebih rendah dari laki-laki. Kemampuan matematika lakilaki lebih baik dari perempuan. Perempuan lemah dalam persoalan yang berkaitan
dengan yang abstrak sehingga dianggap lemah dalam mempelajari matematika.
10
Sehingga perlu dilakukan penelitian apakah gender mempengaruhi kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Tidak hanya kemampuan komunikasi, bahkan self-efficacy pun dipengaruhi
oleh gender. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Hackett, 1985 (Pajeras, 2003)
yang menyatakan bahwa self-efficacy siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa
perempuan. Hal senada juga ditemukan Pajeras (2003) bahwa anak perempuan
memiliki self-efficacy yang lebih rendah dibanding anak laki-laki. Dari beberapa
pendapat di atas ditemukan bahwa laki-laki memiliki tingkat self-efficacy yang
lebih tinggi dibanding perempuan.
Interaksi yaitu pengaruh bersama antara dua faktor atau lebih dalam
meningkatkan sesuatu. Faktor pembelajaran dan gender akan disandingkan,
apakah akan mengakibatkan perubahan pada kemampuan komunikasi siswa dan
self-efficacy siswa yang rendah baik itu laki-laki maupun perempuan menjadi
lebih baik.
Dari beberapa penelitian di atas, diperoleh bahwa ada perbedaan
kemampuan laki-laki dan perempuan walaupun metode atau pendekatan
pembelajaran yang dilakukan tidak berbeda. Begitu juga tingkat self-efficacy
siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan walaupun tidak ada
perlakuan istimewa guru pada salah satu jenis gender. Maka perlu diteliti apakah
ada interaksi antara pembelajaran yang digunakan guru dengan gender terhadap
kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa.
Adapun judul dalam penelitian ini adalah
Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pendekatan Realistik
di SMP Negeri 4 Padangsidimpuan..
11
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi siswa masih rendah
2. Self-efficacy siswa masih rendah
3. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit
4. Guru masih menggunakan metode ceramah dan menulis
5. Pembelajaran masih berpusat pada guru
6. Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran
7. Kemampuan komunikasi matematis siswa laki-laki dan perempuan berbeda
walaupun model yang digunakan tidak berbeda.
8. Respon siswa pada matematika negatif
C.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dari permasalahan dalam pembelajaran
matematika seperti yang telah diidentifikasikan di atas, maka penelitian ini perlu
dibatasi agar lebih terarah dan terfokus pada permasalahan yang mendasar.
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan peningkatan kemampuan komunikasi
dan self-efficacy siswa dengan pendekatan realistik, respon siswa terhadap
pembelajaran.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka rumusan
dari penelitian ini adalah:
12
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diajar dengan
pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran
biasa?
2. Apakah peningkatan
self-efficacy siswa yang diajar dengan pendekatan
realistik lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap
peningkatan kemampuan komunikasi siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap
peningkatan self-efficacy siswa?
5. Bagaimana respon siswa terhadap matematika dengan pendekatan realistik?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah
dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis bahwa peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diberi
pembelajaran pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi
pembelajaran biasa.
2. Menganalisis bahwa peningkatan self-efficacy siswa yang diberi pembelajaran
realistik lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
gender terhadap peningkatan kemampuan komunikasi siswa.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
gender terhadap peningkatan self-efficacy siswa.
5. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap matematika dengan
pendekatan realistik.
13
F.
Manfaat Penelitian
1) Bagi siswa
Mendapat pengalaman yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga
siswa lebih aktif dalam pembelajarannya dan dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis dan self-efficacy nya dalam pembelajaran yang pada
gilirannya akan membawa pengaruh positif yaitu meningkatnya hasil belajar
matematika siswa.
2) Bagi guru
a. Menjadi acuan pengembangan dan alternatif untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy dengan pendekatan
realistik terutama dalam pelajaran matematika sehingga guru dapat
merancang suatu rencana pembelajaran yang berintegrasi sehingga belajar
akan lebih baik jika siswa menemukan sendiri apa yang menjadi
kebutuhannya.
b. Memberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran matematika untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
3) Bagi peneliti
Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mengembangkan pendekatan
pembelajaran yang tepat, guna membantu meningkatkan kemampuan
matematis siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab
sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang berkaitan dengan kemampuan
komunikasi matematis dan self-efficacy siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:
1.
Peningkatan
kemampuan komunikasi
matematis
siswa
yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, dengan nilai
signifikan 0,000 < 0,05. Secara rinci peningkatan setiap indikator adalah sebagai
berikut:
a. Peningkatan kemampuan menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam
model matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,71 dengan kategori tinggi
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,51 dengan kategori sedang.
b. Peningkatan kemampuan menginterpretasikan gambar ke dalam pernyataan
matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,73 dengan kategori tinggi
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,54 dengan kategori sedang.
c. Peningkatan kemampuan menyatakan ide matematika ke dalam gambar pada
kelas eksperimen sebesar 0,76 dengan kategori tinggi sedangkan kelas
kontrol sebesar 0,45 dengan kategori sedang.
101
102
d. Peningkatan kemampuan menyelesaikan prosedur penyelesaian pada kelas
eksperimen sebesar 0,73 dengan kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 0,58 dengan kategori sedang.
Dari empat indikator tersebut, kemampuan menyatakan ide matematika ke
dalam gambar memiliki peningkatan yang lebih tinggi. Ini dikarenakan
kalimat dalam soal sangat jelas, sehingga siswa mudah memahami dan
menggambarkannya.
2. Peningkatan self-efficacy matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan
pendekatan realistik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa
yang mendapat pembelajaran biasa, dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Secara
rinci peningkatan setiap indikator adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan indikator level pada kelas eksperimen sebesar 0,55 dengan
kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,28 dengan kategori
rendah.
b. Peningkatan indikator generality pada kelas eksperimen sebesar 0,57 dengan
kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,29 dengan kategori
rendah.
c. Peningkatan indikator strength pada kelas eksperimen sebesar 0,64 dengan
kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,38 dengan kategori
sedang.
3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan realistik dan
pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara
103
pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (lakilaki dan wanita) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Perbedaan
peningkatan komunikasi matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran
yang digunakan bukan karena gender siswa.
4.
Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan realistik dan
pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) terhadap peningkatan
self-efficacy matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara
pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (lakilaki dan wanita) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang
signifikan terhadap peningkatan self-efficacy matematis. Perbedaan peningkatan
self-efficacy matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan
bukan karena gender siswa.
5.
Respon siswa terhadap matematika dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan realistik adalah senang. Kebanyakan siswa baik laki-laki maupun
wanita menyukai pembelajaran dengan pendekatan realistik, karena masalah
yang disajiakan adalah masalah yang real, dekat dengan kehidupan mereka
sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka berikut beberapa saran yang perlu
mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap peggunaan
pendekatan realistik ini dalam pembelajaran.
104
1. Untuk guru matematika
Pendekatan realistik pada pembelajaran matematika yang menekankan pada
kemampuan komunikasi matematis siswa baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif. Peran guru
sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan, antara lain kemampuan
memandu diskusi di kelas, serta kemampuan mengarahkan siswa membuat
kesimpulan, kemampuan menguasai materi sebagai syarat mutlak yang wajib dimiliki
2. Untuk siswa
Seharusnya siswa dibelajarkan dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa sehingga siswa bisa lebih kreatif, mandiri dan tidak bergantung pada guru.
3. Untuk lembaga terkait
Pembelajaran dengan pendekatan realistik masih sangat asing bagi guru
maupun siswa terutama di daerah. Oleh karena itu perlu disosialisasikan ke sekolahsekolah dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya
kemampuan komunikasi siswa dan self-efficacy siswa yang berimbas pada
peningkatan prestasi siswa.
4. Kepada peneliti berikutnya
Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti berharap pada indikator menuliskan
informasi ke dalam model matematika perlu adanya suatu usaha latihan terencana
agar siswa dapat terbiasa membuat model matematika. Serta melengkapi penelitian
nantinya dengan doing math,lainnya seperti kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan penalaran, dan sebagainya yang belum terjangkau pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ansari, B. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan: Konsep
dan Aplikasi. Banda Aceh: yayasan PeNA.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. San Diego: Academic Press.
---------------. 2003. Negative Self-Efficacy and Goal Effects Revisited. Jurnal, Vol.
88 No. 1.
Darkasyi, Muhammad. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada
Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik.
Dewi, F. dan Idrus. 1999. Konstruksi Gender dalam Budaya. Jurnal, tersedia online.
Dickhauser, O. 2006. Gender Differences in Young Children’s Math Ability
Attribution. Jurnal, Vol. 48 No. 1.
Gurria, Al. 2014. PISA 2012 Result in Focus. OECD.
Hadi, S. 2012. Mathematics Education Reform Movement in Indonesia. Seoul:
International Congress on Mathematical Education.
Handayani, A. 2014. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi Siswa Kelas VII
MTsN Lubuk Buaya PadangTahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 3 No. 2.
Hasratuddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui
Pendekatan Matematika Realistic. FMIPA Unimed. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 4 No. 2.
------------. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika?. Medan: Perdana Publishing.
105
106
Hendriana, H. & Somarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:
PT Refika Aditama.
Izzati, N. dan Didi Suryadi. 2010. Komunikasi Matematis dan Matematika Realistik.
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, ISBN: 978-979-16353-5-6.
Kemendikbud. 2013. Implementasi
Pendidikan dan Kebudayaan
Kurikulum
2013.
Jakarta:
Kementerian
------------------, 2013. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan nomor 54
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah .
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Marlina. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP
dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik
Matematika, Vol. 1 No. 1. ISSN: 2355-4185.
Mukhid, A. 2009. SELF-EFFICACY (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan
Implikasinya terhadap Pendidikan). Tadris, Volume 4. Nomor 1.
Mullis & Martin. 2012. TIMSS 2011 International Result in Mathematics. Boston:
International Study Center.
Nuryoto, S. 1998. Perbedaan Prestasi Akademik antara Laki-laki dan Perempuan
Studi di Daerah Yogyakarta. Jurnal Psikologi, No. 2. ISSN: 0215-8884.
Pajeras, F. 2003. Self- Efficacy Belief, Motivation, and Achievement in Writing: a
Reviewof The Literature. Atlanta: Emory University.
Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Standar Isi.
tentang
Prastiti, T. 2007. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran RME dan Pengetahuan Awal
Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematika Siswa
SMP Kelas VII. Didaktika, Vol. 2 No. 1 Maret 2007: 199-215.
Rudiono, T. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis RME
Berorientasi Terciptanya Berfikir Tingkat Tinggi Materi Perbandingan Kelas
VII. Pancaran, Vol. 4 No. 1.
Sadewi, A. 2012. Meningkatkan Self-Efficacy Pelajaran Matematika Melalui
Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling Simbolik. Indonesian Journal
of Guidance and Counseling, ISSN: 2252-6374.
107
Saragih, S dan Rahmiyana. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, No. 2.
Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Shofiah, V. dan Raudatussalamah. 2014. Self-Efficacy dan Self-Regulation Sebagai
Unsur Penting dalam Pendidikan Berkarakter (Aplikasi Pembelajaran
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf). Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, Vol. 17 No. 2.
Suhaedi, D. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, ISBN: 978-979 16353-8-7.
Suherman, E. 2001. Common Text Book – Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : JICA.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif:Konsep, Landasan,
dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Udousoro. 2011. The Effects of Gender and Mathematics Ability on Academic
Performance of Students in Chemistry. Nigeria. Indexed African
Journals Online, Vol. 5(4) No. 21 ISSN: 2070—0083.
Walpole, R. E. 1997. Pengantar Statistik. Jakarta: IKAPI.
Zaduqisti, E. 2009. Stereotipe Peran Gender dalam Pendidikan Anak. Pekalongan.
Muwazah, Vol. 1 No. 1.
Zulkardi. 2002. Developing A Learning Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian Students Theachers. Ducth. De grad van doctor
aan de Universiteit Twente, op gezag van de rector magnificus, prof. dr. F.A.
van Vught, volgens besluit van het College voor Promoties in het openbaar
te verdedigen op woensdag 18 December 2002.
-------------. 2010. How to Design Mathematics Lessons Based on Realistic Approach.
www. Reocities.com/ratuilma/rme.html.