BAHAN ADHESIF TOTAL ETCHING

BAB 3 BAHAN ADHESIF TOTAL ETCHING

Bahan adhesif total etching merupakan sistem adhesif yang melakukan proses irigasi etsa sebelum aplikasi bonding. Sistem ini menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara bahan restorasi dan permukaan gigi. 6,8,9

3.1 Komposisi dan Sifat Bahan

Bahan adhesif total etching pertama kali digunakan di negara Jepang. Perbedaan bahan ini dengan bahan adhesif self etching terletak pada prosedur irigasi. Bahan adhesif total etching melakukan prosedur irigasi etsa, sedangkan bahan adhesif self etching tidak melakukan. Bahan adhesif total etching terdiri dari tiga komposisi bahan yakni bahan etsa, primer dan bonding. Bahan etsa berupa asam fosfat dengan konsentrasi antara 30 – 70 yang diaplikasikan pada enamel dan dentin. 6 Bahan ini dapat melarutkan smear layer dan permukaan enamel atau dentin. 9 Bahan primer yang terdiri dari etanol, aseton, and air berfungsi untuk mencegah jaringan kolagen dentin kolaps Gambar 2 dan membantu pembentukan hybrid layer. 8,10 Sedangkan bahan bonding berfungsi untuk membentuk resin tag yakni ikatan antara bahan adhesif dan permukaan gigi yang dietsa. Pada total etch memiliki komposisi utama berupa bahan etsa phosphoric acid 32-37, citric acid 10, Calcium chloride 20, Oxalic acidAlumunium nitrate. Bahan primer berupa NTG-GMABPDM, HEMAGPDM 4-METAMMA, 11,6 Universitas Sumatera Utara Glutaraldehyde. Bahan bonding berupa Bis-GMATEGMA, dan pelarut berupa acetone, ethanolair. Bahan adhesif total etching terdiri dari tiga komponen dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu: 1. Bahan Etsa Bahan etsa berupa bahan asam inorganik kuat dengan konsentrasi yang rendah contoh: asam fosfor 30 – 70 atau asam nitrat. Bahan ini berfungsi untuk memodifikasi atau menyingkirkan smear layer, melakukan demineralisasi dentin peritubular dan intertubular. 3 2. Bahan Primer. Bahan primer yang digunakan berupa bahan monomer bifungsional yang tercampur pada bahan pelarut yang mudah menguap seperti aseton atau alkohol, seperti HEMA Hydroxyethyl methacrylate, NMSA NMSA N- methacryloyl-5-aminosalicylic acid, NPG N-phenylglycine, PMDM Pyromellitic diethylmethacrylate, dan 4-META 4-methacryloxyethyl trimellitate anhydride. Bahan ini berfungsi untuk menghubungkan dentin yang bersifat hidrofilik dengan bahan adhesif resin yang hidrofobik, menginfiltrasi dentin peritubular dan intertubular yang telah mengalami demineralisasi serta meningkatkan ikatan terhadap resin dengan membentuk lapisan pada permukaan dentin yang basah 3 3. Bahan bonding. . Bahan bonding yang digunakan merupakan bahan resin tanpa filler yang juga terdiri dari beberapa komponen bahan primer seperti HEMA untuk Universitas Sumatera Utara meningkatkan kekuatan ikatan bahan adhesif. Bahan ini berfungsi untuk membentuk zona interdifusi resin-dentin melalui ikatan dengan monomer- monomer yang terdapat pada bahan primer, lapisan ini sering juga disebut sebagai lapisan hibrid, ketebalannya mulai dari 1 - 5 μm, membentuk resin tag yang menutupi tubulus-tubulus dentin, menyediakan lapisan methacrylate yang nantinya akan berikatan dengan resin komposit 3 . Berdasarkan komposisi bahan yang terdapat pada sistem adhesif maka sistem adhesif ini memiliki sifat bahan berupa : Kekuatan ikatan Bond strength. Sebagian besar bahan bonding memiliki kekuatan ikatan pada enamel dan dentin superfisial sebesar 15 sampai dengan 35 MPa. Sedangkan ikatan yang terjadi pada dentin yang lebih dalam lebih kecil dibandingkan dengan ikatan yang terbentuk pada dentin superfisial. 16 Ketahanan terhadap fatigue fatigue strength. Kegagalan yang terjadi pada sistem adhesif akibat fatigue yang terjadi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan ikatan sampai dengan 50 meskipun load yang diberikan hanya 1000 cycle. Sifat biologis. Bahan pelarut dan monomer yang digunakan memiliki sifat yang iritattif terhadap kulit. Bahan tertentu seperti HEMA, merupakan bahan monomer yang tidak biokompatibel. Bahan ini dapat menyebabkan reaksi sistemik maupun lokal pada dokter gigi dan perawat gigi. Dengan demikian maka dokter gigi maupun perawat gigi harus mewaspadai dan menggunakan pelindung agar tidak terpapar oleh bahan tersebut secara berulang-ulang yaitu dengan cara menggunakan sarung tangan, mengganti sarung tangan yang telah terkena bahan adhesif, mencegah 16 Universitas Sumatera Utara pemakaian bahan sampai berlebihan, menutup botol kemasan dengan rapat, dan mencegah bahan adhesif tersebut menguap. 16 Keberhasilan klinis. Keberhasilan pemakaian bahan adhesif secara klinis dapat dievaluasi berdasarkan hasil restorasi yang dilakukan, seperti adanya sensitivitas paska pemakaian bahan adhesif, adanya pembentukan stain pada permuakaan interfasial bahan adhesif, karies skunder dan retensi serta fraktur yang terjadi mulai dari pemasangan sampai dengan 18 bulan. Uji klinis ini dilakukan untuk mengetahui retensi bahan adhesif dalam jangka pendek dan kerapatan penutupan bahan adhesif. Gambar 2. Permukaan dentin setelah dilakukan prosedur etsa Col = jaringan kolagen yang terkena bahan etsa. 16 Hampir semua bahan adhesif yang ada memiliki keberhasilan pemakaian secara klinis yang cukup baik. Ketahanan pemakaian bahan adhesif pada praktek klinis sebesar 40 bila dibandingkan hasil uji klinis yang pernah dilakukan. Ikatan antara bahan restorasi dan permukaan gigi yang dihasilkan bahan adhesif total etching lebih kuat dibandingkan dengan sistem adhesif self etching. Hal 6 3.2 Mekanisme Ikatan Universitas Sumatera Utara ini dikarenakan bahan etsa akan melarutkan smear layer yang terbentuk dan proses irigasi akan menyingkirkan smear layer tersebut. Smear layer merupakan lapisan yang berasal dari debris-debris setelah dilakukan preparasi gigi. Selain melarutkan smear layer, bahan etsa juga melarutkan sekitar 10 μm permukaan enamel dan membuat lapisan poreus dengan kedalaman 5 μm hingga 50 μm. 7,12 Sehingga bahan adhesif dapat melakukan penetrasi ke tubulus dentin dengan baik Gambar 3. Pada penelitian in vitro, kekuatan ikatan yang didapatkan dengan menggunakan bahan adhesif total etching bervariasi antara 17 – 30 MPa. 4,6 Ikatan yang terbentuk pada bahan adhesif dan permukaan enameldentin terjadi jika terdapat ikatan molekul antara bahan adhesif dan substrat gigi yang berkontak dengan rapat. Bahan adhesif dapat berikatan dengan substrat gigi secara mekanik, fisik, atau kimia, dan biasanya ikatan yang terbentuk merupakan kombinasi dari ketiga bentuk ikatan tersebut. 13 Ikatan mekanis merupakan bentuk ikatan yang paling sederhana, ikatan ini terbentuk karena adanya permukaan yang tidak rata pada permukaan gigi. Pit dan fisur yang terdapat pada gigi juga dapat memberikan ikatan mekanis terhadap bahan adhesif karena adanya undercut pada pit dan fisur tersebut. Pada bagian enamel ataupun dentin yang telah mengalami demineralisasi juga terdapat celah-celah mikro dan bahan adhesif akan mempenetrasi ke dalam celah tersebut, setelah bahan adhesif mengeras maka akan terbentuk ikatan mekanis antara bahan adhesif dengan celah- celah mikro tersebut. Tingkat penetrasi yang terjadi tergantung pada tekanan yang digunakan pada saat aplikasi bahan adhesif dan juga sifat bahan adhesif itu sendiri. Penetrasi bahan adhesif juga dipengaruhi oleh adanya cairan, udara ataupun smear Universitas Sumatera Utara layer yang terdapat pada celah-celah yang ada. Cairan, udara ataupun smear layer akan mempengaruhi jumlah bahan adhesif yang dapat berkontak dengan substrat gigi. Dengan demikian pada kondisi seperti ini maka kondisi permukaan gigi yang lembab akan berpengaruh buruk terhadp makroretensi yang terbentuk. 13 Selanjutnya, jika dua permukaan bahan berkontak dengan rapat maka, bentuk ikatan kedua yang dapat terjadi adalah ikatan fisik yang terjadi karena adanya interaksi dipole muatan molekul yang berbeda antara molekul-molekul yang memiliki polaritas yang berbeda. Ikatan tarik menarik antara kedua molekul yang terjadi bisa sangat kecil, meskipun molekul-molekul yang ada memiliki muatan molekul atau memilki polaritas yang cukup besar. Besarnya energi pada ikatan yang terbentuk, kurang dari 0,2 eV. Ikatan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan ikatan kovalen dan ion yang besarnya dapat mencapai 2,0 - 6,0 eV. 13 Tipe ikatan ini terjadi dengan sangat cepat karena ikatan ini terbentuk tanpa perlu adanya energi aktivasi dan bersifat reversible karena molekul tersebut tetap mengalami perubahan secara kimia pada permukaan substrat gigi. Bentuk ikatan ini tidak dapat diharapkan untuk ikatan yang permanen. 13 Ikatan lainnya yang juga terjadi pada bahan adhesif adalah ikatan kimia, ikatan ini didapatkan jika molekul-molekul yang terdapat pada bahan adhesif terlepas dan berikatan dengan komponen molekul bahan lainnya, sehingga terbentuk ikatan secara kovalen maupun ion, ikatan ini merupakan bentuk ikatan yang paling kuat. Adanya pertukaran ion antara dua atom yang terdapat pada suatu ikatan kimia membuat ikatan ini berbeda dengan bentuk ikatan fisik sebelumnya. Bahan adhesif harus berikatan dengan kuat secara kimia untuk mendapatkan ikatan yang kuat, Universitas Sumatera Utara dengan demikian maka diperlukan adanya komponen reaktif antara kedua permukaan yang ada baik itu pada permukaan substrat gigi dan pada lapisan bahan adhesif. Ikatan kovalen yang terbentuk biasnya terjadi antara bahan adhesif dengan adanya isocyanate yang bersifat reaktif, terhadap permukaan polimerik substrat gigi yang mengandung gugus hidroksil dan juga gugus amino. 13 Gambar 3. Gambaran ikatan bahan adesif total etching dan permukaan gigi. Pada sistem adhesif total etch, permukaan enamel yang mengalami demineralisasi akibat pemberian bahan etsa akan membentuk retensi mekanis dengan bahan adhesif yang diberikan. a. Diawali dari prosedur aplikasi bahan etsa selama 15 hingga 20 detik. 6 3.3 Cara Manipulasi Cara manipulasi bahan adhesif total etching , sebagai berikut: b. Setelah prosedur etsa, dilakukan prosedur irigasi dengan air. Universitas Sumatera Utara c. Dalam keadaan lembab, bahan primer diaplikasikan. Pada tipe light cure, dilakukan proses penyinaran selama 15 detik. Sedangkan pada tipe dual cure, dibiarkan selama 20 detik. d. Kemudian bahan bonding diaplikasikan. Pada tipe light cure, dilakukan proses penyinaran selama 20 detik. Sedangkan pada tipe dual cure, dibiarkan selama 30 detik. 3.4 Keuntungan dan Kerugian Kelebihan bahan adhesif total etching adalah ikatan antara permukaan gigi dan bahan restorasi yang dihasilkan cukup kuat. Hal ini dikarenakan, hybrid layer yang terbentuk lebih tebal dibandingkan dengan bahan adhesif self etching. Namun, pada pertengahan tahun 1970-an beberapa peneliti menduga bahwa aplikasi bahan asam pada dentin dapat menyebabkan respon inflamasi pada pulpa. Berdasarkan hipotesa ini, asam dinyatakan sebagai bahan yang menjadi kontraindikasi untuk diaplikasikan langsung pada dentin. 6 Selain itu, waktu kerja pengaplikasian bahan adhesif total etching lebih lama dibandingkan dengan bahan adhesif self etching sehingga efektifitas kerja menjadi berkurang. 2 3.5 Contoh Produk Tabel di bawah ini akan menjelaskan contoh-contoh produk bahan adhesif total etching, komposisi dan pabrikannya. 6,8 Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Contoh produk bahan adhesif total etching, komposisi dan pabrikannya. NO 6 NAMA PRODUK KOMPOSISI PABRIKAN 1 Dentastic uno Asam fosfat 38 , PMGDM, monomer proprietary, aseton. Pulpdent 2 Easy Bond Asam sitrat 10 , ferric chloride 3 , monomer dimetachrylate, META, HEMA, aseton. Parkell 3 Excite Asam fosfat 37 , HEMA, etanol 25 , monomer phosphonate Ivoclar Vivadent 4 Gluma Comfort Bond Asam fosfat 20 , HEMA, META, hacrylate, glutardehyde, aseton, asam polikarboksilat met Heraeus Kulzer 5 One Coat Bond Asam fosfat 15 , HEMA, UDMA, gliserol methacrylate, polialkenoate methacrylate, air 15 . Coltene Whaledent 6 One Step Asam fosfat 32 , Bis-GMA, BPDM, HEMA, aseton. Bisco Inc 7 OptiBond Solo Asam fosfat 37,5 , Bis-GMA, GPDM, HEMA, sodium hexafluorosilicate, etanol, Kerr Universitas Sumatera Utara 8 Prime Bond NT Asam fosfat 34 , PENTA, UDMA, silica nanofiller, aseton. Dentsply 9 Single Bond Asam fosfat 35 , Bis-GMA, HEMA, dimethacrylates, asam polialkenoat, water, etanol. 3M ESPE 10 Tenure Oulk with Fluoride Asam fosfat 37 , resin dimethacrylate, HEMA, PMDM, fluoride, aseton. Den-Mat Corp Universitas Sumatera Utara

BAB 4 BAHAN ADHESIF SELF ETCHING