ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA, PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA.

(1)

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA,

PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

TETTY TIURMA ULI SIPAHUTAR

NIM : 8146161011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2017


(2)

ABSTRAK

TETTY TIURMA ULI SIPAHUTAR. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata, Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk mempercepat perubahan struktur perekonomian nasional menuju perekonomian yang seimbang dan dinamis. Pendapatan devisa dari pariwisata memiliki peranan yang cukup penting dalam struktur penerimaan devisa nasional, terutama bila dibandingkan dengan devisa yang berasal dari kegiatan ekspor barang dan tidak terlepas dan berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar (exchange rate). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang meliputi devisa pariwisata, nilai tukar, net ekspor yang berperan terhadap pertumbuhan produk domestik bruto di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series selama periode 1998 hingga 2014. Metode penelitian empiris ini menggunakan analisis regresi variabel dummy dengan pendekatan kuantitatif menggunakan estimasi model koreksi kesalahan (Error Correction Model) Domowitz-Elbadawi dan kointegrasi

Engle-Granger untuk melihat hubungan antara jangka panjang dan jangka pendek pada produk domestik bruto di makroekonomi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan: (i) dalam jangka panjang bahwa variabel devisa pariwisata dan ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan. Variabel dummy dan nilai tukar berpengaruh positif dan tidak signifikan. (ii) dalam jangka pendek bahwa variabel devisa pariwisata dan ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan. Variabel nilai tukar dan dummy berpengaruh positif dan tidak signifikan. (iii) dari hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel yang diteliti dapat menjelaskan dalam jangka panjang dan jangka pendek yang sama dengan 94.01 persen, sedangkan 5.99 persen sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model (yang tidak diteliti).

Kata kunci: Devisa Pariwisata, Nilai Tukar Rupiah, Net Ekspor, PDB, Kointegrasi Engle-Granger, Regres Dummy, ECM Domowitz–El badawi


(3)

ABSTRACT

TETTY TIURMA ULI SIPAHUTAR. Analysis of the Influence of The Tourism Sector, The Trade to Economic Growth in Indonesia

High economic growth is needed to accelerate changes in the national economic structure towards a balanced and dynamic economy. Foreign exchange earnings from tourism has an important role in the structure of the national foreign exchange earnings, especially when compared to the foreign exchange derived from exports of goods and couldn’t be separated and the effect on changes in exchange rates (exchange rate). This study aims to identify and analyze the effect of economic growth in Indonesia which include tourism foreign exchange, exchange rates, net exports that contribute to the growth of gross domestic product in Indonesia. The data used in this research is secondary data in the form of time series data for the period 1998 to 2014. The empirical research method using a dummy variable regression analysis with quantitative approach using model estimation error correction (Error Correction Model) Domowitz-Elbadawi and Engle-Granger cointegration for see the relationship between long-term and short-term macroeconomic gross domestic product in Indonesia. The results showed some conclusions: (i) in the long term that the variables of tourism foreign exchange and net exports positive and significant impact. Dummy variables and the exchange rate and no significant positive effect. (ii) in the short term that the variables of tourism foreign exchange and net exports positive and significant impact. And a dummy variable exchange rate and no significant positive effect. (iii) of the coefficient of determination (R2) showed that the variables studied could explain the long-term and short-term equal to 94.01 percent, while the remaining 5.99 percent is explained by variables out of models (which was not studied).

Keywords: Foreign Tourist, Exchange Rate, Net Exports, GDP, Engle - Granger Cointegration, Regression Dummy, ECM Domowitz-El Badawi


(4)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 14

2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) ... 14

2.1.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 16

2.1.2 Devisa Pariwisata... 20

2.1.3 Nilai Tukar ... 23

2.1.4 Ekspor Neto... 28

2.1.4.1 Teori Perdagangan Internasional ... 32

2.2 Penelitian Terdahulu... 36

2.3 Kerangka Pemikiran ... 42

2.4 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 45

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4 Model Analisis Data ... 46

3.5 Teknik Analisis Data ... 48

3.5.1 Pengujian Stasioneritas (Unit Root Test) ... 48

3.5.2 Penentuan Panjang Lag Optimal (Lagh Length)... 50

3.5.3 Pengujian Kointegrasi ... 51

3.5.4 Pengujian Estimasi dengan Variabel Dummy... 52

3.5.5 Error Correction Model (ECM) Domowitz- El Badawi... 53

3.6 Operasional Variabel ... 54

3.7 Pengujian Asumsi Ekonometrika ... 56

3.8 Pengujian Hipotesis ... 59


(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 62

4.1.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 62

4.1.2 Perkembangan Devisa Pariwisata ... 67

4.1.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar ... 69

4.1.4 Perkembangan Net Ekspor ... 73

4.1.5 Hasil Pengujian Stasioner Data (Hasil Uji Akar Unit).... 76

4.1.6 Hasil Pengujian Panjang Lag-Length Optimal... 78

4.1.7 Hasil Uji Kointegrasi ... 79

4.1.8 Hasil Regresi ECM Domowitz-El Badawi ... 80

4.1.9 Hasil Pengujian Asumsi Klasik... 82

4.1.9.1 Hasil Uji Normalitas ... 82

4.1.9.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 83

4.1.9.3 Hasil Uji Autokorelasi... 84

4.1.10 Hasil Pengujian Hipotesis ... 84

4.1.10.1 Hasil Uji t-statistik ... 84

4.1.10.2 Hasil Uji f-statistik ... 85

4.1.10.3 Hasil Uji R2... 85

4.2 Pembahasan Penelitian... 86

4.2.1 Variabel Devisa Pariwisata ... 86

4.2.2 Variabel Nilai Tukar Rupiah ... 88

4.2.3 Variabel Net Ekspor ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN... 102


(6)

v ii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1Hasil Uji Akar ... 76

Tabel 4.2Hasil Uji Derajat Integrasi ... 77

Tabel 4.3 Hasil Penentuan Lag-Legth Optimal... 78

Tabel 4.4 Hasil Uji Kointegrasi Engle Granger ... 79

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Regres ECM Domowitz-El Badawi ... 81


(7)

v iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 PerkembanganProduk Domestik Bruto Negara-negara ASEAN ... 4

Gambar 1.2 Perkembangan Penerimaan Devisa Pariwisata dibanding dengan Komiditi Ekspor lainnya ... 7

Gambar 1.3 PerkembanganDevisa Pariwisata, Nilai Tukar ... 9

Gambar 1.4 Neraca Perdangangan Indonesia... 11

Gambar 2.1 Efek Import terhadap Produksi, Konsumsi dan Harga ... 36

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 3.1 Proses Penentuan Model... 48

Gambar 4.1 Perkembangan PDB di Indonesia ... 63

Gambar 4.2 Perkembangan Devisa Pariwisata di Indonesia ... 68

Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia ... 70


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran :

1. Data Penelitian ... 102

2. Data Penelitian Lanjutan... 103

3. Hasil Uji Stasioneritas Data (Uji Akar Unit) ... 104

4. Hasil Derajat Integrasi (First Difference) ... 106

5. Hasil Penentuan Lag Optimal (Lag-Length)... 108

6. Hasil Uji Kointegrasi ... 109

7. Hasil Uji Regresi Variabel Boneka (Dummy Variabel)... 110

8. Hasil Estimasi Model ECM Domowitz-El Badawi ... 111

9. Hasil Uji Normalitas ... 112

10. Hasil Uji Autokorelasi-Serial Correlation LM Test... 113

11. Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Tesis ... 114

12. Surat Undangan Seminar Proposal Tesis... 115

13. Surat Undangan Ujian Tesis ... 116

14. Riwayat Hidup ... 117


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin pariwisata atau kausalitas timbal balik lainnya. Perdagangan tidak hanya pertukaran barang dan jasa lintas batas, tetapi juga memberikan gerakan pada transfer teknologi, akumulasi fisik dan modal. Pariwisata telah dianggap sebagai produk ekspor (layanan) dari perdagangan internasional sejak jangka pengeluaran wisata dihitung sebagai pendapatan ekspor. Pengembangan industri pariwisata akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini sekarang dianggap sebagai alat yang efisien untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari negara tuan rumah.

Williams (1991) menyatakan bahwa selama enam dekade terakhir, pariwisata telah mengalami ekspansi dan telah menjadi sumber signifikan dari output ekonomi global. Pariwisata telah menjadi salah satu industri yang paling cepat berkembang dalam perekonomian dunia dengan negara-negara, dan masyarakat pendanaan dewan pariwisata, untuk mempromosikan lokasi mereka dan menarik investor lebih lanjut. Pariwisata telah muncul sejak Perang Dunia II dan menjadi salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata internasional telah berkembang pesat selama dua dekade terakhir dan saat ini pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan paling cepat berkembang di dunia.


(10)

2

UNWTO (2011) pariwisata terdiri dari kegiatan orang-orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan biasa selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lain Menurut catatan World Tourism Organization (UNWTO), badan PBB yang mengkhususkan diri dalam topik dan statistik pariwisata terkait, pariwisata telah terus berkembang sejak tahun 1950-an, di seluruh dunia, dan karena itu telah menjadi salah satu pilar utama untuk kemajuan sosial dan ekonomi. Gerakan pariwisata mulai mendapatkan momentum pada 1980-an seiring dengan gerakan pariwisata dunia. Setelah tahun 1980-an, pariwisata dianggap sebagai kekuatan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan karenanya sumber daya ekonomi dialokasikan ke pariwisata. Pertengahan abad ke-19 jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena butuh waktu lama dan biaya besar, keamanan kurang terjamin, dan sarananya masih sederhana. Tetapi sesudah Revolusi Industri keadaan itu berubah, tidak hanya golongan elit saja yang bisa berpariwisata tapi kelas menengah juga. Hal ini ditunjang juga oleh adanya kereta api. Pada abad ke-20 terutama setelah perang dunia II kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan peledakan pariwisata. Pariwisata dunia pulih kuat pada 2010 bahkan melebihi harapan. Kedatangan para wisatawan tumbuh 6,7 persen pada 2010 terhadap penurunan 4,0 persen pada tahun sebelumnya, tahun paling terpukul oleh krisis ekonomi global.

Perkembangan terakhir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (package tour). Pada abad ke-21, globalisasi kapitalisme, pergerakan populasi dan kemajuan transportasi dan teknologi komunikasi telah membantu


(11)

3

mengembangkan sektor perjalanan dan pariwisata menjadi salah satu yang terbesar di dunia (Lee, Brahmasrene 2013)

Keinginan wisatawan untuk berwisata bukan menjadi hal yang sulit untuk sekarang ini. Semakin maraknya promosi objek wisata dan semakin murahnya jasa penunjangnya baik akomodasi dan transportasi, menjadikan wisata sebagai salah satu kebutuhan primer penduduk sekarang ini. Dewasa ini pertumbuhan kontemporer pariwisata merupakan konsekuensi bertahap peningkatan kekayaan dalam masyarakat dan ketersediaan yang lebih besar dari barang dan jasa yang dulunya dianggap mewah, terbatas hanya dapat dinikmati oleh orang-orang relatif kaya dan memiliki banyak waktu luang, kini telah menjadi cara hidup, dan kebiasaan konsumsi bagi banyak orang yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi di dunia maju dan berkembang.

Kepariwisataan Indonesia adalah pariwisata yang berbasis alam dan budaya. Letak geografis Indonesia yang diapit 2 benua (Asia dan Australia) menjadi lokasi yang strategis bagi para wisatawan mancanegara untuk berlibur. Ditambah lagi rendahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing tentu menambah daya tarik sektor pariwisata Indonesia. Dengan adanya potensi sektor pariwisata di Indonesia, hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional baik dalam bentuk devisa asing maupun perputaran uang di dalam negeri.

Tingkat pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, pendapatan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan kemajuan teknologi komunikasi dalam dasawarsa terakhir, telah mendorong industri pariwisata dunia berkembang


(12)

4

dengan pesat. Perkembangan industri pariwisata dunia yang cerah juga dialami oleh industri pariwisata ASEAN yang telah berperan sebagai salah satu sektor penting perekonomian Negara-negara ASEAN. Hal itu tercermin dalam perkembangan Produk Domestik Bruto Negara-negara ASEAN dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini :

Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai edisi, data diolah

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2012

Sebagaimana terlihat dalam Grafik 1.1, Singapura adalah Negara tujuan perjalanan yang terkenal, mendorong kepentingannya dalam industri pariwisata Negara itu dengan mempromosikan dirinya sebagai hubungan pariwisata kesehatan sekitar 200.000 warga asing mencari perawatan kesehatan di Negara ini setiap tahun, dan layanan kesehatan Singapura menargetkan satu juta pasien asing setiap tahunnya mulai 2012 dan memperoleh pendapatan sebesar USD 3 miliar.

Pemerintah Filipina menganggarkan satu milyar Peso (US dolar 214 juta) untuk sektor pariwisata tahun 2013 atau sekitar dua kali lipat anggaran tahun sebelumnya.


(13)

5

Pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi di Thailand ditargetkan di atas 5 persen per tahun. Namun, Thailand mampu dengan cepat pulih dari krisis yang di sebagian negara lain masih sulit diatasi dengan mengembangkan industri pariwisata sebagai sektor andalan utama penghasil devisa dan pendapatan negara. Kontribusi sektor pariwisata Thailand mencapai sekitar 50 persen dari total pendapatan negara.

Malaysia, yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Malaysia Tourism Transformation Plan di tahun 2020 ditargetkan 36 juta turis asing masuk dengan pemasukan negara sebesar 168 milyar Ringgit. Dan pariwisata Indonesia sangat prospektif untuk dijual ke wisatawan dalam negeri maupun luar negeri namun masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pariwisata saat ini cuma 9 persen. Malaysia sudah mencapai 15 persen, sedangkan Thailand mencapai 20 persen. Ini menunjukkan pembangunan industri pariwisata di Indonesia belum dilakukan dengan baik. Meskipun peringkat pariwisata Indonesia pada tahun 2015 sudah meningkat dari peringkat 70 ke 50, namun masih banyak yang perlu dibenahi dari industri pariwisata Indonesia. Pada 2019, Pariwisata ditargetkan sektor pariwisata dapat menyumbang 15 persen dari total PDB atau setara dengan capaian sektor pariwisata Malaysia saat ini. Untuk mencapai target ini, kebijakan bebas visa dianggap menjadi syarat mutlak yang harus segera dikeluarkan oleh pemerintah.

Pendapatan devisa dari pariwisata memiliki peranan yang cukup penting dalam struktur penerimaan devisa nasional melalui wisatawan mancanegara (wisman), memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan


(14)

6

dan pengembangan Negara maju terutama bila dibandingkan dengan devisa yang berasal dari kegiatan ekspor barang lainnya. Ekspor juga merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomiannya.

Ekspor Indonesia pada periode 1970-1980 didominasi oleh komoditas minyak dan gas bumi yang selalu menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Periode tersebut sering dikenal dengan istilah oil boom. Harga minyak yang tinggi menyebabkan aliran devisa dari ekspor minyak meningkat pesat, tetapi seperti yang diketahui bahwa minyak dan gas bumi serta komoditi ekspor lainnya merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan suatu saat akan habis dan berpotensi pula merusak lingkungan dengan berbagai pencemaran yang ditimbulkan dari proses produksinya. Penghasil devisa dari sektor pariwisata berbeda dengan yang diterima dari sektor lainnya. Dalam kegiatan ekspor penerimaan devisa diperoleh dengan mengirimkan barang-barang atau komoditi ekspor lainnya ke luar negeri. Akan tetapi dalam industri pariwisata, komoditi yang dijual tidak bergerak melainkan pembelinya yang datang menikmati produk yang ditawarkan. Makin banyak wisatawan yang datang, secara teoritis akan meningkatkan penerimaan devisa negara. Sebagai pembayaran barang ekspor, eksportir menerima uang dalam bentuk rupiah atau mata uang asing. Banyaknya mata uang asing yang masuk akan menentukan besarnya aliran devisa. Sampai saat ini Indonesia terus-menerus menggalakkan


(15)

7

komoditas ekspor terutama dari sektor nonmigas. Untuk ekspor migas, penerimaan devisa dipengaruhi fluktuasi harga migas di pasar internasional.

Sebagai gambaran, bagaimana peringkat pariwisata dibandingkan komoditi lain dan berapa besarnya devisa yang diperoleh negara Indonesia dari sektor pariwisata, berikut data penerimaan devisa pariwisata, sebagaimana tercantum pada Grafik 1.2 di bawah ini.

Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai edisi, data diolah

Gambar 1.2 Grafik Perkembangan Penerimaan Devisa Pariwisata Dibanding dengan Komoditi Ekspor Lainnya di Indonesia Tahun 2009-2013

Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini, walaupun sektor pariwisata belum berhasil menjadi penyumbang devisa terbesar dibanding sektor-sektor lain ternyata pariwisata memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa Indonesia pada urutan keempat pada tahun 2013, setelah minyak dan gas (migas), minyak kelapa sawit, dan karet olahan. Jika dibandingkan dengan devisa yang dihasilkan urutan dari komoditi utama lainnya yaitu (1) minyak dan gas bumi, (2) minyak kelapa sawit, (3) karet olahan, (4) pariwisata, (5) pakaian jadi, (6) alat


(16)

8

listrik, (7) tekstil, (8) makanan olahan, (9) kertas dan barang dari kertas, (10) bahan kimia, dan (11) kayu olahan bahan kimia. Pendapatan devisa dari pariwisata memiliki peranan yang cukup penting dalam struktur penerimaan devisa nasional, terutama bila dibandingkan dengan devisa yang berasal dari kegiatan ekspor barang lainnya. Bila dicermati perkembangannya setiap tahun sejak tahun 2009 sampai 2013, meskipun tidak terlalu besar, namun pendapatan devisa dari pariwisata menunjukkan prubahan yang cukup berarti.

Dengan mengemas paket wisata secara menarik, wisatawan mancanegara diharapkan tidak hanya datang ke satu tempat wisata, tetapi juga singgah ke beberapa lokasi. Perlu dicatat untuk mengetahui bahwa devisa penting dalam keputusan wisatawan untuk mengkonsumsi di negara tuan rumah. Tambahan devisa dari sektor pariwisata selama ini turut mendukung penguatan cadangan devisa. Posisi cadangan devisa yang kuat pada gilirannya akan mendorong penguatan (apresiasi) nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama terhadap US dolar (Nizar, 2012). Oleh karena itu faktor-faktor penentu utama pariwisata adalah pendapatan dari wisatawan asal, harga relatif dari negara tuan rumah, biaya hidup dari negara tuan rumah yang diukur dengan tingkat relatif nilai tukar atau kurs dari negara tuan rumah, perdagangan internasional yang diukur dengan jumlah ekspor dan impor sebagai rasio PDB, dan biaya transportasi atau jarak antara negara-negara tuan rumah dan asal (Gray, 1966; Lim, 1997).

Sejak 14 Agustus 1997 sistem nilai tukar yang dianut oleh Indonesia adalah free floating exchange rate yang berarti bahwa nilai tukar rupiah akan terbentuk dan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar atau berdasarkan hukum permintaan dan penawaran di pasar. Indonesia yang menganut sistem


(17)

9

devisa bebas dan sistem nilai tukar mengambang menyebabkan nilai tukar rupiah akan sangat bergantung pada mekanisme pasar. Nilai tukar rupiah pada suatu saat tertentu mencerminkan titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Peningkatan permintaan terhadap rupiah akan dapat menyebabkan nilai tukar rupiah meningkat dan sebaliknya peningkatan permintaan terhadap mata uang negara lain akan menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.

Dampak pariwisata terhadap perekonomian melalui pengeluaran turis berbeda (sebagian besar non-diperdagangkan) barang dan jasa (Hazari dan SGRO, 1995: 243). Dengan demikian, pengeluaran wisatawan dapat dianggap sebagai arus masuk devisa yang dapat menyebabkan apresiasi nilai tukar maka pengurangan harga domestik ekspor, yang bertindak sebagai disinsentif bagi eksportir, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Travel and Tourism Council berbagai edisi, data diolah

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Devisa Pariwisata di Indonesia & Nilai Tukar Rupiah terhadap US$ Tahun 2009-2013

Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 sektor pariwisata Indonesia berada di posisi 30 besar di tingkat global dan dapat menjadi penghasil devisa


(18)

10

utama bagi Negara. Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional meningkat secara signifikan dari 2009 hingga 2013. Devisa tersebut antara lain diperoleh dari kedatangan wisatawan mancanegara yang ditargetkan mencapai 20 juta orang, serta wisatawan Nusantara sebanyak 275 juta pergerakan. Kondisi ekstrim yang dapat menggambarkan bentuk hubungan yang tidak ideal antara devisa pariwisata dan nilai tukar, yaitu: Pertama, ketika devisa pariwisata mengalami peningkatan, nilai tukar Rupiah terhadap US dolar menunjukkan kecenderungan yang melemah (depresiasi). Hal ini dapat dilihat misalnya pada tahun 2009 dan 2013. Sebaliknya, Kedua, ketika devisa pariwisata mengalami kenaikan, nilai tukar Rupiah terhadap US dolar menguat (apresiasi). Hal ini dapat dilihat pada kondisi tahun 2010, 2011, 2012. Bentuk hubungan yang tidak ideal dan ekstrim tersebut menarik untuk dikaji lebih lanjut, dengan mencoba mengelaborasi bagaimana pengaruh devisa pariwisata yang masuk ke Indonesia terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah.

Pariwisata telah menjadi salah satu sumber utama pendapatan di neraca pembayaran dari banyak negara. Bahkan, di beberapa negara kecil yang sangat bergantung pada pariwisata. Pariwisata dapat dianggap sebagai faktor penentu dalam defisit perdagangan, atau sebagai sektor yang membuat kontribusi yang menentukan terhadap keseimbangan. Keragaman pendekatan ini menyoroti hubungan yang erat antara dua variabel. Hubungan ini merupakan faktor penting dalam analisis dampak pariwisata pada tingkat GDP dan pertumbuhan, karena impor dapat dianggap sebagai kebocoran sistem. Peningkatan wisatawan internasional dapat menyebabkan peningkatan perdagangan internasional dalam hal permintaan impor barang dan jasa asing serta peningkatan pendapatan melalui ekspor membawa devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor barang setengah


(19)

11

jadi dan modal untuk memproduksi barang dan jasa, yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara-negara (McKinnon, 1964).

Pariwisata telah dianggap sebagai produk ekspor (layanan) dari perdagangan internasional karena istilah pengeluaran wisata dihitung sebagai pendapatan ekspor. Frankel dan Romer (1986), Krueger (1997), percaya bahwa perdagangan mampu meningkatkan akumulasi modal melalui memacu modal fisik dan manusia. Selain itu, negara-negara yang memiliki peluang besar oleh keterbukaan dalam perdagangan internasional akan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan muncul untuk pertumbuhan yang lebih cepat. Negara-negara yang menyadari prospek perdagangan internasional telah membangun atau bergabung dalam zona perdagangan bebas untuk memperluas integrasi, liberalisasi tarif dan hambatan eliminasi. Sehubungan dengan bentuk-bentuk perdagangan internasional, pariwisata telah terbukti konsisten dan signifikan dalam pertumbuhan (Tse, 2001).

Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai edisi, data diolah

Gambar 1.4 Grafik Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2009-2013


(20)

12

Defisit neraca perdagangan Indonesia yang terakhir terjadi pada tahun 1961 terjadi kembali pada tahun 2012 dan 2013 terlihat pada gambar 1.4. Upaya untuk mengatasi defisit ini pastilah diperlukan antara lain dengan upaya meningkatkan penerimaan devisa ekspor. Pariwisata sebagai salah satu komoditas ekspor utama non-migas yang tidak stabil merupakan komoditas yang dapat diandalkan untuk menyembuhkan Indonesia dari defisit neraca perdagangan. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus terhadap industri pariwisata sebagai salah satu sektor andalan penerimaan devisa ekspor Indonesia.

Berdasarkan uraian dan grafik diatas, maka penulis tertarik untuk membuat kajian mengenai pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang dibuktikan dengan empiris dalam sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata, Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang diuraikan maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Berapa besar pengaruh Devisa Pariwisata, Nilai Tukar Rupiah, Ekspor Neto, dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Devisa Pariwisata,


(21)

13

Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Ekspor Neto dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran, yaitu:

a. Secara Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang dapat memberikan sumbangan untuk menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pengaruh sektor pariwisata, perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui penerapan ilmu dan teori yang penulis peroleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya.

b. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan kajian penelitian lebih lanjut serta memiliki kegunaan dalam memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain sebagai sumber pembanding dalam penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi terhadap model Error Correction Model Domowitz-El Badawi mengenai pengaruh dari variabel-variabel independen seperti Devisa Pariwisata, Nilai Tukar (Kurs), dan Net Ekspor terhadap variabel dependen Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 1998-2014, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari beberapa variabel bebas yang dicoba dan dimasukkan dalam persamaan produk domestik bruto di Indonesia dengan menggunakan model Error Correction Model Domowitz-El Badawi yaitu Devisa Pariwisata, Nilai Tukar (Kurs), dan Net Ekspor. Dalam jangka panjang terdapat 2 (dua) variabel yang signifikan yaitu Devisa Pariwisata (DEV) dan Ekspor neto (NEX), sedangkan dalam jangka pendek, juga terdapat 2 (dua) variabel yakni Devisa Pariwisata (DEV) dan Ekspor neto (NEX). Maka, dapat disimpulkan bahwa variabel Devisa Parwisata (DEV) dan Ekspor Neto (NEX) baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hal ini menambah pendapatan Produk Domestik Bruto di Indonesia.

2. Variabel-variabel independen lainnya seperti nilai tukar (Kurs) terhadap variabel dependen produk domestik bruto (Y) di Indonesia dalam jangka panjang variabel nilai tukar (KURS) berpengaruh negatif dan tidak


(23)

signifikan, sedangkan dalam jangka pendek berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel produk domestik bruto (Y).

3. Dari nilai koefisien determinasi (R2) pada hasil estimasi model Error Correction Model Domowitz-El Badawi dapat dijelaskan bahwa variasi variabel produk domestik bruto (Y) dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek mampu dijelaskan oleh variabel-variabel devisa pariwisata (DEV), nilai tukar (KURS), ekspor neto (NEX) di Indonesia sebesar 0.940140 atau sebesar 94.01 persen. Sedangkan sisanya sebesar 5.99 persen variasi perubahan produk domestik bruto di Indonesia dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian.

5.1. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi, sebagai berikut :

1. Pemerintah perlu mengintegrasikan kebijakan peningkatan pariwisata dan devisa nasional dengan kebijakan nilai tukar agar nilai tukar Rupiah tetap kompetitif dan kebijakan peningkatan perdagangan internasional dalam upaya mendorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara.

2. Pemerintah diharapkan menjaga kestabilan variabel-variabel makroekonomi sebagai upaya dalam peningkatan produk domestik bruto di Indonesia. Khususnya variabel devisa pariwisata, nilai tukar (kurs) dan net ekspor yang secara signifikan dapat mempengaruhi produk domestik bruto di Indonesia.


(24)

faktor lain yang berkaitan dengan produk domestic bruto yang belum tercakup dalam penelitian ini dengan memperbaiki tahapan-tahapan metode ini atau mengkombinasikannya dengan metode lain sehingga menunjukkan hasil yang lebih optimal.


(1)

11

jadi dan modal untuk memproduksi barang dan jasa, yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara-negara (McKinnon, 1964).

Pariwisata telah dianggap sebagai produk ekspor (layanan) dari perdagangan internasional karena istilah pengeluaran wisata dihitung sebagai pendapatan ekspor. Frankel dan Romer (1986), Krueger (1997), percaya bahwa perdagangan mampu meningkatkan akumulasi modal melalui memacu modal fisik dan manusia. Selain itu, negara-negara yang memiliki peluang besar oleh keterbukaan dalam perdagangan internasional akan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan muncul untuk pertumbuhan yang lebih cepat. Negara-negara yang menyadari prospek perdagangan internasional telah membangun atau bergabung dalam zona perdagangan bebas untuk memperluas integrasi, liberalisasi tarif dan hambatan eliminasi. Sehubungan dengan bentuk-bentuk perdagangan internasional, pariwisata telah terbukti konsisten dan signifikan dalam pertumbuhan (Tse, 2001).

Sumber: Badan Pusat Statistik, berbagai edisi, data diolah

Gambar 1.4 Grafik Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2009-2013


(2)

12

Defisit neraca perdagangan Indonesia yang terakhir terjadi pada tahun 1961 terjadi kembali pada tahun 2012 dan 2013 terlihat pada gambar 1.4. Upaya untuk mengatasi defisit ini pastilah diperlukan antara lain dengan upaya meningkatkan penerimaan devisa ekspor. Pariwisata sebagai salah satu komoditas ekspor utama non-migas yang tidak stabil merupakan komoditas yang dapat diandalkan untuk menyembuhkan Indonesia dari defisit neraca perdagangan. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus terhadap industri pariwisata sebagai salah satu sektor andalan penerimaan devisa ekspor Indonesia.

Berdasarkan uraian dan grafik diatas, maka penulis tertarik untuk membuat kajian mengenai pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang dibuktikan dengan empiris dalam sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata, Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang diuraikan maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Berapa besar pengaruh Devisa Pariwisata, Nilai Tukar Rupiah, Ekspor Neto, dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Devisa Pariwisata,


(3)

13

Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Ekspor Neto dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran, yaitu:

a. Secara Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang dapat memberikan sumbangan untuk menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pengaruh sektor pariwisata, perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui penerapan ilmu dan teori yang penulis peroleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya.

b. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan kajian penelitian lebih lanjut serta memiliki kegunaan dalam memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain sebagai sumber pembanding dalam penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi terhadap model Error Correction Model

Domowitz-El Badawi mengenai pengaruh dari variabel-variabel independen

seperti Devisa Pariwisata, Nilai Tukar (Kurs), dan Net Ekspor terhadap variabel dependen Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 1998-2014, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari beberapa variabel bebas yang dicoba dan dimasukkan dalam persamaan produk domestik bruto di Indonesia dengan menggunakan model Error Correction Model Domowitz-El Badawi yaitu Devisa Pariwisata, Nilai Tukar (Kurs), dan Net Ekspor. Dalam jangka panjang terdapat 2 (dua) variabel yang signifikan yaitu Devisa Pariwisata (DEV) dan Ekspor neto (NEX), sedangkan dalam jangka pendek, juga terdapat 2 (dua) variabel yakni Devisa Pariwisata (DEV) dan Ekspor neto (NEX). Maka, dapat disimpulkan bahwa variabel Devisa Parwisata (DEV) dan Ekspor Neto (NEX) baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hal ini menambah pendapatan Produk Domestik Bruto di Indonesia.

2. Variabel-variabel independen lainnya seperti nilai tukar (Kurs) terhadap variabel dependen produk domestik bruto (Y) di Indonesia dalam jangka panjang variabel nilai tukar (KURS) berpengaruh negatif dan tidak


(5)

signifikan, sedangkan dalam jangka pendek berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel produk domestik bruto (Y).

3. Dari nilai koefisien determinasi (R2) pada hasil estimasi model Error

Correction Model Domowitz-El Badawi dapat dijelaskan bahwa variasi

variabel produk domestik bruto (Y) dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek mampu dijelaskan oleh variabel-variabel devisa pariwisata (DEV), nilai tukar (KURS), ekspor neto (NEX) di Indonesia sebesar 0.940140 atau sebesar 94.01 persen. Sedangkan sisanya sebesar 5.99 persen variasi perubahan produk domestik bruto di Indonesia dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian.

5.1. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi, sebagai berikut :

1. Pemerintah perlu mengintegrasikan kebijakan peningkatan pariwisata dan devisa nasional dengan kebijakan nilai tukar agar nilai tukar Rupiah tetap kompetitif dan kebijakan peningkatan perdagangan internasional dalam upaya mendorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara.

2. Pemerintah diharapkan menjaga kestabilan variabel-variabel makroekonomi sebagai upaya dalam peningkatan produk domestik bruto di Indonesia. Khususnya variabel devisa pariwisata, nilai tukar (kurs) dan net ekspor yang secara signifikan dapat mempengaruhi produk domestik bruto di Indonesia.


(6)

faktor lain yang berkaitan dengan produk domestic bruto yang belum tercakup dalam penelitian ini dengan memperbaiki tahapan-tahapan metode ini atau mengkombinasikannya dengan metode lain sehingga menunjukkan hasil yang lebih optimal.