Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional Terhadap Permintaan Pariwisata Di Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA DI INDONESIA

IKA FAUZIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional terhadap Permintaan Pariwisata di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Ika Fauziah


(4)

ABSTRAK

IKA FAUZIAH. Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional terhadap Permintaan Pariwisata di Indonesia. Dibimbing oleh SAHARA.

Peningkatan aktivitas perdagangan akan mendorong pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan disuatu negara. Akan tetapi, tren pertumbuhan nilai perdagangan di Indonesia tidak sejalan dengan tren pertumbuhan jumlah kunjungan wisata dari beberapa negara asal wisatawan yang datang ke Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata dan pengaruh perdagangan internasional terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Metode yang digunakan adalah analisis panel data dengan model gravity periode 2003-2013 dengan cross section meliputi 10 negara asal wisatawan yang melakukan kunjungan pariwisata ke Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia secara signifikan adalah jarak ekonomi, GDP (Gross Domestic Product), harga relatif, jumlah kunjungan wisatawan tahun sebelumnya dan nilai perdagangan antara Indonesia dengan negara asal. Perdagangan internasional berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia, sehingga pemerintah dan para pengambil kebijakan hendaknya lebih fokus dalam meningkatkan promosi pariwisata serta kegiatan ekspor kepada negara-negara dengan GDP tinggi, dan meningkatkan strategi pemasaran pariwisata yang murah dan berkualitas tinggi.

Kata kunci: ekspor, gravity, impor, panel data, pariwisata

ABSTRACT

IKA FAUZIAH. The Impact Analysis of International Trade on Tourism Demand in Indonesia . Supervised by SAHARA.

Trading activity improvement will drive growth in number of tourist arrivals in a country. On the other hand, the trend of growth of the trade value in Indonesia is not in line with the trend of growth in number of tourists from several countries of origin of tourists coming to Indonesia. This research aims to analyze the determinant of tourism demand and to examine the impact of international trade on tourism in Indonesia. This research uses a panel data analysis with gravity model periode 2003-2013, with cross section including 10 countries of origin of tourists visited to Indonesia. The results shows that the factors affect tourism demand in Indonesia are economic distance, GDP, relative price, the number of tourists visiting the previous year and trade value between Indonesia and partner countries. International trade positively affects on demand tourism in Indonesia. Therefore, the governments and policy makers should be more focused to increase tourism promotion as well as export activities on countries with higher GDP, and increase tourism marketing strategy with lower price and high quality. Keywords : exports, gravity,imports, panel data, tourism


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENGARUH PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA DI INDONESIA

IKA FAUZIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

(8)

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini ialah pariwisata, dengan judul Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional terhadap Permintaan Pariwisata di Indonesia. Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, dalam bimbingan dan doanya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, H. Oji Daroji (Ayah) dan Hj. Eti Mahyati (Ibu), atas doa, dukungan moral, dan materi bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Kepada Jamilah (kakak), Kaspin (kakak ipar) dan kepada Iim Abdurrohim (paman), serta seluruh keluarga besar yang memberikan bantuan, semangat dan dukungan tanpa henti.

2. Dr. Sahara, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan saran, kritik, arahan, dukungan, waktu, kesabaran, ilmu dan pengalaman yang sangat berharga, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr selaku dosen penguji dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan saran, kritikan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh dosen khususnya dosen Ilmu Ekonomi IPB yang telah memberikan ilmu serta pengalaman selama penulis menjadi mahasiswi.

5. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Badan Pusat Statistik Indonesia atas dukungannya memberikan bantuan dalam proses pencarian data yang dibutuhkan penulis.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan, Oktavina Widya, Rusy Laytifah, Annisa Meidianty, Siti Fajriah, Nurul R Lubis, Isti Ramadhani, Azka Azifah, Diah Fitriani, Dian Asti, serta teman-teman IE 48 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih banyak atas kenangan indah dan bantuannya selama ini. 7. Sahabat sekaligus keluarga kedua selama di Bogor, Ika Sartika, Erlin Riska,

Dena Nadya, Annisa Pratiwi, dan Anisa Kartika, atas kebersamaannya, bantuan, semangat, dan motivasinya.

8. Sahabat satu bimbingan Claudia, Sendy, Zahrina, Mutiara Shinta, Ghina, dan Vita, yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

METODE 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Pengolahan dan Analisis Data 16

Definisi Operasional Variabel 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Gambaran Umum 19

Estimasi Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pariwisata di Indonesia 25 Analisis Faktor yang Memengaruhi Permintaaan Pariwisata di Indonesia 27 Analisis Pengaruh Perdagangan Internasional terhadap Permintaan

Pariwisata di Indonesia 29

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 35


(11)

DAFTAR TABEL

1 Produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2011-2013 (miliar rupiah) 1

2 Jenis dan sumber data penelitian 16

3 Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia berdasarkan negara

asal tahun 2010-2013 (jiwa) 20

4 Struktur pengeluaran wisatawan mancanegara menurut produk barang dan jasa yang dikonsumsi tahun 2012 (miliar rupiah) 21 5 Perkembangan persentase nilai ekspor Indonesia dengan

negara-negara asal wisatawan tahun 2010-2013 (persen) 22 6 Perkembangan persentase nilai impor Indonesia dengan negara-negara

asal wisatawan tahun 2010-2013 (persen) 22

7 Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor tahun 2004-2013

(persen) 23

8 Struktur pengeluaran pemerintah untuk promosi dan pembiayaan

sektor pariwisata tahun 2012 (miliar rupiah) 24

9 Hasil Uji Chow dan Uji Hausman 25

10 Hasil estimasi dengan model FEM 26

11 Hasil Uji Normalitas 27

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tahun

2005-2014 (juta jiwa) 3

2 Pertumbuhan jumlah wisatawan asing ke Indonesia tahun 2008-2013

(persen) 4

3 Contoh Kurva Permintaan 8

4 Kerangka Pemikiran Penelitian 14

5 Pertumbuhan nilai perdagangan dan pertumbuhan jumlah wisman

total (persen) 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertumbuhan nilai perdagangan internasional dan jumlah kunjungan wisatawan asing masing-masing negara ke Indonesia Tahun

2011-2013 35


(12)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Globalisasi telah memudahkan setiap negara untuk melakukan kerja sama dengan negara lain, salah satunya melalui aktivitas perdagangan internasional. Adanya perbedaan sumber daya alam, sumber daya modal, tenaga kerja, teknologi, dan harga mendorong terjadinya perdagangan internasional. Keterbukaan ekonomi di antara negara-negara yang terlibat perdagangan membuat arus barang, jasa, keuangan, maupun teknologi, menjadi berkembang, sehingga keunggulan dan keterbatasan suatu negara dapat disalurkan dan dipenuhi oleh negara lainnya. Aktivitas perdagangan internasional dapat dilakukan melalui kegiatan ekspor dan impor barang maupun jasa antar negara. Salah satu komoditas ekspor dalam perdagangan tersebut adalah kegiatan pariwisata, dalam hal ini pariwisata internasional.

Pariwisata internasional merupakan komponen dari perdagangan internasional yang berdampak terhadap perekonomian. Menurut WTO (World Trade Organization) dan IMF (International Monetary Fund), pariwisata internasional merupakan pendapatan ekspor terbaik di dunia. Pariwisata adalah salah satu industri yang tumbuh cepat dan memegang peranan penting dalam aktivitas ekonomi bagi beberapa negara berkembang maupun negara maju. Hal ini membuat pariwisata dijadikan sebagai suatu alat yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi globalisasi dan melanjutkan pembangunan nasional (Bouzahzah dan Menyari 2013). Pariwisata sebagai salah satu sektor utama dalam globalisasi dan aktivitas perdagangan, menjadi sumber pendapatan terbesar dunia dari hasil pendapatan devisa, serta sebagai sumber pendapatan bagi beberapa negara berkembang.

Selama delapan tahun terakhir, pertumbuhan pariwisata tertinggi di dunia berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional pun semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya kontribusi dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran (yang disumbang dari pendapatan pariwisata) terhadap PDB seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2011-2013 (miliar rupiah)

Lapangan Usaha

Tahun

2011 2012 2013

Nilai PDB (miliar rupiah) Share (%) Nilai PDB (miliar rupiah) Share (%) Nilai PDB (miliar rupiah) Share (%) Industri

Pengolahan 633.781,9 25,71 670.190,6 25,59 707.481,7 25,54

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

437.472,9 17,75 473.152,6 18,06 501.040,6 18,09

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

315.036,8 12,78 328.279,7 12,53 339.560,8 12,26


(14)

2

Kontribusi dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan dari tahun 2011 sampai tahun 2013, dengan nilai sebesar 501 miliar rupiah atau sebesar 18.09 persen pada tahun 2013. Nilai kontribusi yang besar tersebut disebabkan oleh perkembangan kepariwisataan sebagai sumber pendapatan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (Utama 2006) yang semakin tinggi. Selain itu, pariwisata telah dapat memberikan sumbangan nyata dalam menambah pendapatan devisa, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat di daerah, serta memperkenalkan Indonesia di negara luar. Posisi pariwisata sebagai penyumbang devisa di Indonesia meningkat dari peringkat lima pada tahun 2012 menjadi peringkat empat pada tahun 2013 dan 2014 dengan penghasilan devisa sebesar 8 milyar USD pada tahun 2014 (Kemenparekraf 2014). Hal ini pun menjadikan bidang kepariwisataan di Indonesia memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata dunia merupakan kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kelebihan yang dimiliki Indonesia dengan posisi geografis yang terletak di daerah khatulistiwa dengan iklim tropisnya, menjadikan alam Indonesia memiliki keunikan dan keindahan baik di darat maupun di laut yang potensial untuk dijadikan kegiatan wisata. Selain itu, keadaan alam, flora, dan fauna, serta kekayaan seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Republik Tahun 1945. Hal tersebut menjadi potensi tersendiri bagi Indonesia dalam pengembangan pariwisata (UU No. 10 Tahun 2009). Wilayah dan letak Indonesia yang strategis yaitu berada diantara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, semakin memperkuat bukti bahwa Indonesia dapat dijadikan sebagai pusat kepariwisataan di kawasan ini.

Pariwisata menjadi sebuah sektor yang mampu meningkatkan produktivitas barang dan jasa di daerah tempat wisata (DTW). Industri pendukung pariwisata seperti industri perhotelan, makanan, kerajinan tangan, dan transportasi turut berkembang seiring meningkatnya kedatangan wisatawan ke DTW (Nurjaya 2014). Pertumbuhan pariwisata di Indonesia sendiri dapat dilihat melalui perkembangan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.


(15)

3

Sumber : BPS dan Kementerian Pariwisata 2014

Gambar 1 Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tahun 2005-2014 (juta jiwa)

Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang ditunjukkan pada Gambar 1 mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan pariwisata di Indonesia. Peningkatan terhadap permintaan pariwisata lebih jauh akan berdampak terhadap perkembangan jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, listrik dan air bersih di sejumlah daerah tujuan wisata. Adanya dampak multiplier tersebut membuat peningkatan permintaan terhadap pariwisata berpengaruh pada perkembangan sektor domestik lain, seperti perdagangan, kerajinan, hotel, dan restoran. Jumlah kedatangan wisatawan asing ke Indonesia menjadi faktor penting bagi para pengambil kebijakan dalam rangka mengembangkan kegiatan pariwisata. Oleh sebab itu, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata sebagai representasi dari jumlah kedatangan wisata di Indonesia menjadi penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Menurut United Nation World Tourism Organization (UNWTO), terdapat keterkaitan erat antara kemiskinan dengan pariwisata, dimana kemajuan pariwisata mengangkat kesejahteraan satu dari sepuluh penduduk sebuah negara. Hal ini semakin memperkuat peran pariwisata di sebuah negara. Indonesia sebagai negara dengan potensi pariwisata yang melimpah lebih diuntungkan karena pariwisata membuka kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi di sekitar lokasi wisata, seperti penyediaan fasilitas hotel, restoran, jasa transportasi dan akomodasi, serta pengelolaan objek dan daya tarik wisata. Adanya fasilitas yang lengkap akibat penciptaan lapangan usaha dari masyarakat lokal pun dapat menarik wisatawan lebih banyak untuk

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4

JU M L A H KEDA T A NG A N W IS M A N (JU T A (JIW A ) TAHUN


(16)

4

datang ke tempat wisata, sehingga akhirnya memengaruhi pertumbuhan pariwisata di Indonesia.

Sumber: Kementerian Pariwisata 2014

Gambar 2 Pertumbuhan jumlah wisatawan asing ke Indonesia tahun 2008-2013 (persen)

Peningkatan jumlah wisatawan asing, yang merupakan indikasi semakin meningkatnya permintaan pariwisata di Indonesia ternyata tidak diimbangi dengan pertumbuhannya yang cenderung fluktuatif. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa ditahun 2008 ke tahun 2009, pertumbuhan wisatawan asing ke Indonesia menurun dari 13.24 persen menjadi 1.43 persen. Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa Bom Mega Kuningan di Jakarta pada tahun 2009. Adanya kejadian tersebut mengakibatkan respon dari beberapa negara untuk mengeluarkan peringatan perjalanan bagi masyarakatnya, terutama di Australia dan Britania Raya. Pertumbuhan meningkat kembali ditahun 2010 menjadi 10.74 persen karena keberhasilan program Tahun Kunjungan Indonesia yang telah diadakan semenjak pemerintahan orde baru, dan program Visit Indonesia yang mulai diberlakukan pada tahun tersebut.

Penurunan terjadi lagi pada tahun 2011 dan tahun 2012 menjadi 5.16 persen. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi yang tidak stabil akibat krisis ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, serta adanya instabilitas politik dengan berbagai demonstrasi. Adanya pergantian sejumlah pemimpin di Afrika Utara, Afrika Timur, dan Afrika Tengah, serta bencana alam yang terjadi disejumlah wilayah di dunia, seperti Jepang dan Thailand membuat perjalanan wisata masyarakat negara tersebut terhenti. Di samping itu, kondisi pariwisata di Indonesia pada tahun 2011 dan 2012 juga sedang tidak stabil, karena adanya pergantian menteri pariwisata yang berdampak pada menurunnya kinerja kepariwisataan di Indonesia. Pada tahun 2013, pertumbuhan kembali meningkat menjadi 9.42 persen, hal ini karena pemerintah melalui Kementerian Pariwisata melaksanakan program Wisata Bahari yang berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing di tahun 2013.

Kondisi pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan asing yang terus mengalami fluktuasi setiap tahunnya mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah

13.24

1.43

10.74

9.24

5.16

9.42

2008 2009 2010 2011 2012 2013

L

aju

Per

tumbuha

n (

%

)


(17)

5 wisatawan asing belum sepenuhnya mampu memengaruhi perekonomian secara optimal. Hal ini terkait dengan pengeluaran wisatawan asing yang berkontribusi terhadap penerimaan sektor pariwisata. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan permintaan pariwisata di Indonesia.

Berikutnya, keterbukaan ekonomi Indonesia dengan beberapa negara menciptakan aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara-negara tersebut. Menurut penelitian Gallego et al (2011), bahwa aktivitas perdagangan akan meningkatkan permintaan pariwisata disuatu negara. Perdagangan internasional bukan hanya membutuhkan perjalanan bisnis, tetapi juga memengaruhi perjalanan bisnis. Transaksi yang dilakukan dari perdagangan internasional bisa menciptakan ketertarikan diantara masyarakat terhadap produk yang dihasilkan negara asal dan meningkatkan kunjungan internasional. Perdagangan internasional menyediakan barang-barang maupun jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata, sehingga mendukung adanya pertumbuhan pariwisata. Intensitas perdagangan internasional yang tinggi akan meningkatkan ketersediaan barang dan jasa di tempat wisata yang biasa dikonsumsi turis di negara asal.

Berdasarkan penelitian Gallego et al (2011), peningkatan jumlah wisatawan asing ke Indonesia bisa disebut sebagai dampak dari adanya perdagangan internasional antara Indonesia dengan negara asal wisatawan. Peningkatan jumlah wisatawan seharusnya berkembang seiring dengan perkembangan nilai perdagangan itu sendiri. Akan tetapi, tren pertumbuhan nilai perdagangan di Indonesia tidak sejalan dengan tren pertumbuhan jumlah kunjungan wisatanya, untuk beberapa negara asal wisatawan. Pada beberapa negara, ketika tren pertumbuhan nilai perdagangan yang dilakukan dengan Indonesia mengalami peningkatan, tren pertumbuhan jumlah kunjungan wisata ke Indonesia justru menurun, dan sebaliknya (Lampiran 1). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Faktor apakah yang mendorong permintaan pariwisata di Indonesia? 2. Bagaimanakah dampak aktivitas perdagangan internasional terhadap

permintaan pariwisata di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia.

2. Menganalisis dampak dari kegiatan perdagangan internasional terhadap permintaan pariwisata di Indonesia.


(18)

6

Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, diharapkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Diantaranya manfaat sebagai berikut:

1. Bagi para pengambil kebijakan di pemerintah pusat maupun daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta pertimbangan dalam merencanakan dan mengembangkan perekonomian di Indonesia, dan di wilayah-wilayah provinsi khususnya di bidang pariwisata.

2. Bagi pelaku sektor pariwisata, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dalam membuat konsep atau strategi dalam pengembangan pariwisata.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baik secara umum maupun khusus mengenai kondisi kepariwisataan Indonesia dan hubungannya dengan perdagangan internasional. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lanjutan.

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan penulis tentang pariwisata dan hubungannya dengan ilmu ekonomi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia, dan menganalisis dampak dari adanya aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia dengan negara asal wisatawan terhadap permintaan pariwisata. Individu yang masuk kedalam penelitian ini adalah negara-negara asal wisatawan yang melakukan kunjungan wisata ke Indonesia, sekaligus melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan Indonesia. Negara-negara tersebut meliputi Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Jepang, Republik Korea, Australia, Jerman, dan Italia. Periode 2003 sampai dengan tahun 2013 digunakan sebagai waktu pengamatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan bagian dari ilmu ekonomi khususnya ekonomi internasional yang mempelajari atau menganalisis tentang transaksi dan permasalahan perdagangan internasional (ekspor-impor) dan kerja sama antar negara. Menurut Salvatore (2013) perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya dasar dari perdagangan tersebut, yaitu adanya keunggulan absolut dan keunggulan komparatif di negara-negara yang melakukan perdagangan internasional. Menurut teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam


(19)

7 Smith, bahwa ketika sebuah negara lebih efisien (atau memiliki keunggulan absolut) dalam memproduksi satu komoditas tetapi kurang efisien (atau memiliki kerugian absolut) dibandingkan negara lain dalam memproduksi komoditas kedua, maka kedua negara tersebut masih dapat melakukan spesialisasi dengan cara memproduksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut tersebut, dan bertransaksi dengan negara lain untuk komoditas yang memiliki kerugian absolut tersebut. Dalam proses ini, sumber daya yang digunakan menjadi lebih efisien dan output yang dihasilkan akan meningkat.

Di samping itu, David Ricardo mengemukakan teori keunggulan komparatif sebagai dasar adanya perdagangan internasional. Menurut teori ini, sekalipun suatu negara kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi dua komoditas, masih terdapat basis untuk mendapatkan keuntungan perdagangan. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas dengan kerugian absolut yang lebih kecil (komoditas keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas dengan kerugian absolut yang lebih besar (komoditas kerugian komparatif). Asumsi teori ini diantaranya: hanya terdapat dua negara dan dua komoditas, adanya perdagangan bebas, mobilitas tenaga kerja sempurna, biaya produksi konstan, tidak ada biaya transportasi, tidak ada perubahan teknologi, dan teori nilai tenaga kerja.

Teori Permintaan Permintaan : Keinginan dan Kebutuhan

Pengertian kuantitas yang diminta menurut Mankiw (2007) adalah sejumlah barang dimana konsumen akan dan mampu melakukan pembelian terhadap barang tersebut. Salah satu hal yang penting dalam memengaruhi kuantitas yang diminta adalah harga barang tersebut. Sementara itu, hukum permintaan menyebutkan bahwa kuantitas barang yang diminta akan turun ketika harga dari suatu barang naik. Artinya, terdapat hubungan negatif antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut.

Kurva Permintaan

Kurva permintaan menunjukkan seberapa banyak konsumen akan membeli suatu barang pada beberapa tingkatan harga, sementara faktor lain dianggap konstan. Kurva permintaan ini mengacu pada keseluruhan hubungan antara harga dan kuantitas. Kurva permintaan digambarkan dengan asumsi bahwa setiap faktor, kecuali harga komoditi itu sendiri, dipertahankan konstan. Kurva permintaan melandai ke bawah karena pada saat harga meningkat, jumlah barang yang diminta akan berkurang (Gambar 3).


(20)

8

Sumber : Gorman 2009

Gambar 3 Contoh Kurva Permintaan

Berdasarkan pada Gambar 3, Gorman (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkatan harga barang, maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit, ceteris paribus. Perubahan harga pada komoditas yang bersangkutan, akan menimbulkan pergerakan disepanjang kurva permintaan (D). Sementara itu, sebuah perubahan dalam keseluruhan permintaan menunjukkan pergeseran dalam permintaan, ke atas atau ke bawah. Artinya, bahwa ada satu atau lebih faktor yang dapat menyebabkan keseluruhan kurva permintaan bergeser ke kanan (atas) atau ke kiri (bawah). Perubahan pada setiap variabel yang sebelumnya dipertahankan konstan akan menggeser kurva permintaan itu ke posisi yang baru, dari Dke D1

atau dari D ke D2, sebagai contoh pada Gambar 3. Adapun faktor-faktor yang

dapat menyebabkan pergeseran kurva permintaan tersebut antara lain : 1. Preferensi

2. Populasi

3. Harga barang dan jasa lain 4. Pendapatan

5. Persepsi akan harga dimasa depan

Mankiw (2007) juga mendefinisikan kurva permintaan sebagai kurva yang menunjukkan bagaimana jumlah suatu barang yang diminta bergantung pada harga barang tersebut. Hal-hal yang menentukan seberapa banyak jumlah barang yang ingin dibeli konsumen, antara lain pendapatan, harga barang substitusi dan komplementer, selera dan harapan konsumen, serta jumlah pembeli. Jika salah satu dari faktor-faktor tersebut berubah, maka kurva permintaan akan bergeser (Mankiw 2007). Perubahan dalam jumlah kuantitas yang diminta, akan membuat pergerakan disepanjang kurva permintaan. Hal tersebut disebabkan karena adanya perubahan harga pada barang tersebut. Sementara itu, pergeseran pada kurva permintaan baik ke kiri maupun ke kanan, disebabkan oleh faktor selain harga barang itu sendiri.


(21)

9 Berdasarkan teori-teori tersebut, apabila dikaitkan dengan penelitian ini, pariwisata dikatakan sebagai suatu komoditas yang dikonsumsi masyarakat baik secara fisik maupun non fisik. Artinya, permintaan pariwisata sebagai komoditas, berdasarkan teori-teori di atas ditentukan oleh perubahan harga, pendapatan masyarakat dalam hal ini GDP per kapita negara, dan populasi. Sementara itu, faktor lain yang memengaruhi seseorang mengkonsumsi pariwisata akan dijelaskan pada sub bab pariwisata.

Pariwisata Pengertian Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, kegiatan bisnis maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Pitana 2009). Menurut World Tourism Organization

(WTO), pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenag-senang, bisnis, dan lainnya.

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Selain itu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha lainnya. Ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:

1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas. 2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan

merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, 1995).

Faktor Ekonomi yang Memengaruhi Seseorang Melakukan Perjalanan Wisata

Mak (2003) menyebutkan bahwa secara ekonomi, faktor penting yang memengaruhi permintaan seseorang untuk melakukan perjalanan (dalam hal ini wisata), diantaranya faktor harga dan pendapatan. Hal ini karena dalam melakukan perjalanan wisata, seseorang juga mengeluarkan biaya, seperti penginapan, transportasi, dan biaya di tempat wisatanya sendiri. Pilihan terakhir


(22)

10

para turis menentukan perjalanan wisata adalah dengan membandingkan beberapa harga yang ditawarkan di beberapa tempat destinasi pariwisata, dan mereka cenderung lebih memilih tempat wisata dengan harga yang lebih murah. Misalnya dengan membandingkan biaya transportasi yang harus dikeluarkan, dan harga barang-barang yang dijual di tempat wisata, seperti harga akomodasi hotel di tempat tersebut. Selain dua faktor tersebut, faktor yang juga berperan penting dalam permintaan perjalanan wisata adalah faktor geografi, keamanan, dan keselamatan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam penelitian ini dimasukkan variabel jarak ekonomi, yang diperhitungkan dari jarak geografi dengan GDP per kapita negara asal wisatawan, untuk melihat pengaruhnya terhadap permintaan pariwisata di Indonesia.

The World Tourism Organization telah mengidentifikasi bahwa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap permintaan pariwisata adalah inovasi teknologi, pembangunan infrastruktur, pekerja yang memiliki kemampuan dan pengalaman kerja yang baik, dan pertumbuhan produk di tempat wisata. Vanhove (2005) juga menyebutkan faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata selain harga dan pendapatan, yaitu waktu, nilai tukar, nilai tukar riil, demografi, geografi, sosial dan budaya.

Peran Pariwisata Bagi Perekonomian

Bagaimana pentingnya pariwisata sebagai suatu industri perlu dikembangkan pada suatu negara. Wahab dalam Yoeti (2008) mengatakan bahwa pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pariwisata mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional, misalnya:

a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional sekalipun.

b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata seperti: Transportation, Accommodation (Hotel, Motel, Holiday Village, dan

Camping Sites) yang akhirnya menciptakan permintaan baru seperti: Tourist Transportation, Hotel Equipment (Life, Escalator, China ware, Linens, dan

Furnitures).

c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lain-lain karena semakin banyaknya orang-orang melakukan perjalanan pariwisata.

d. Meningkatkan permintaan terhadap: Handicrafts, Souvenir Goods, dan Art Painting.

e. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman, seperti: Ukiran Jepara, Patung Bali, Keramik Kasongan Yogyakarta, Batik Pekalongan, Sulaman Tasikmalaya, Dodol Garut, Kerajinan Pandai Sikek, atau Sate Madura.

f. Meningkatnya perolehan devisa negara, sehingga dapat mengurangi beban defisit neraca pembayaran.

g. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional.


(23)

11 h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh

pembangunan.

i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan wisatawan (Tourist Receiving Countries).

j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan.

Dampak pariwisata terhadap perekonomian muncul sebagai akibat dari adanya hubungan permintaan dan penawaran dalam industri, hal ini disebabkan oleh munculnya pola pengeluaran dari pengunjung wisata, dan investasi yang dihasilkan oleh adanya transaksi pariwisata tersebut sehingga pada akhirnya akan menimbulkan adanya perubahan struktur ekonomi suatu negara (Singagerda et al

2013). Adanya dampak positif dari pariwisata terhadap perekonomian, membuat penelitian tentang pariwisata khususnya tentang permintaan pariwisata menjadi penting untuk dilakukan.

Hubungan Perdagangan Internasional dengan Permintaan Pariwisata

Berdasarkan Gallego et al (2011), pengaruh dari adanya perdagangan internasional terhadap permintaan pariwisata dapat dilihat dari beberapa aspek. Salah satunya adalah pertumbuhan pariwisata di tempat wisata akan meningkatkan kegiatan impor mereka, yang dicerminkan pada neraca perdagangan. Kedatangan turis secara umum akan meningkatkan informasi dan bisa membangun citra yang baik terhadap tempat wisata tersebut kepada masyarakat di negara asal mereka. Di samping itu, hubungan antara perdagangan internasional dan permintaan pariwisata dapat dilihat sejak adanya perjalanan bisnis yang dilakukan untuk memelihara perdagangan internasional suatu barang ataupun jasa. Adanya hubungan antara perdagangan internasional dengan permintaan pariwisata tersebut, membuat variabel nilai perdagangan dimasukkan kedalam model penelitian ini. Tujuannya adalah melihat dampak dari perdagangan internasional dengan kondisi di Indonesia, apakah sesuai atau tidak dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui apakah kebenaran penelitian sebelumnya dapat berlaku atau tidak di Indonesia.

Model Gravity

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisa perdagangan bilateral antarnegara adalah model data panel dengan pendekatan gravity. Model ini merupakan adaptasi dari model gravitasi yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton, dan berkembang sesuai dengan kebutuhannya dalam berbagai disiplin ilmu. Pada disiplin ilmu ekonomi, model ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Jan Timbergen pada 1962 dan digunakan sebagai alat analisis perdagangan internasional antarnegara.

Pada konteks perdagangan, model gravity menyatakan bahwa intensitas perdagangan antarnegara berhubungan secara positif dengan pendapatan nasional masing- masing negara, dan berhubungan terbalik dengan jarak antar keduanya (Yuniarti 2007).


(24)

12

Penelitian Terdahulu

Hafiz et al (2011) menganalisis tentang perdagangan dan permintaan pariwisata di Malaysia. Pariwisata yang merupakan bagian dari aktivitas perdagangan, menjadi sumber pendapatan devisa paling besar di Malaysia. Studi ini secara spesifik menggunakan model permintaan pariwisata di Malaysia dan estimasi menggunakan data kunjungan turis tahun 1997-2008. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa perdagangan internasional, populasi, pendapatan, harga pariwisata, dan jarak geografi antara Malaysia dengan negara-negara Asia merupakan faktor penting dalam permintaan pariwisata. Secara jelas juga ditunjukkan bahwa permintaan pariwisata memiliki hubungan yang relatif signifikan dengan perdagangan. Pada studi ini, estimasi dampak faktor sosiogeografi di negara-negara tujuan penelitian pada pariwisata dengan menggunakan model gravity.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurjaya (2014) menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian negara-negara ASEAN beserta negara Cina, India, Jepang, dan Korea Selatan (ASEAN +4). Perkembangan sektor pariwisata di negara-negara ASEAN +4 tersebut mengalami fluktuasi. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pariwisata terhadap perekonomian, dan faktor-faktor yang memengaruhi kedatangan wisatawan di negara-negara ASEAN +4. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis panel statis selama periode 2005-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan, investasi sektor pariwisata, dan total belanja pemerintah berpengaruh terhadap peningkatan PDB rill perkapita. Akan tetapi, tingkat korupsi berpengaruh negatif terhadap PDB rill perkapita. Penelitian ini juga menemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan kedatangan wisatawan ke negara-negara ASEAN +4 diantaranya adalah pelayanan publik, total perdagangan, harapan hidup dan PDB di negara tersebut. Sementara itu, faktor harga berpengaruh negatif terhadap kedatangan wisatawan ke kawasan ini.

Deluna dan Jeon (2014) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata internasional untuk negara Filipina, dengan menggunakan pendekatan model gravity. Penelitian ini menggunakan estimasi model REM sebagai model terbaik, dengan data periode 2001 sampai 2012. Faktor-faktor tersebut adalah pendapatan, ukuran pasar, dan jarak. Harga relatif juga diidentifikasi dengan menghitung biaya hidup dan harga barang dan jasa di Filipina serta harga pariwisata di tempat pesaing, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Hasil menunjukkan bahwa jumlah kedatangan turis berhubungan positif secara signifikan dengan pendapatan negara asal. Harga relatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Filipina. Selain itu, faktor dari transportasi, yakni penerbangan langsung dari negara asal wisatawan berpengaruh secara signifikan untuk meningkatkan permintaan pariwisata di Filipina.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Naude dan Saayman (2005) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kedatangan turis di Afrika, dengan pendekatan analisis regresi panel data. Penelitian ini menggunakan data pada periode 1996 sampai 2000 untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi permintaan turis di 43 negara wilayah Afrika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik, infrastruktur pariwisata, pemasaran dan


(25)

13 informasi, serta tingkat pertumbuhan di tempat wisata merupakan kunci faktor-faktor yang memengaruhi perjalanan ke Afrika. Faktor-faktor-faktor seperti pendapatan negara, harga relatif, dan biaya perjalanan, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kedatangan turis di Afrika. Rekomendasi dari penelitian ini adalah meningkatkan stabilitas politik dan ketersediaan akses dan jumlah infrastruktur pariwisata di Afrika.

Singagerda et al (2013) telah melakukan penelitian mengenai analisis aliran investasi dan perdagangan pariwisata Indonesia. Model yang digunakan adalah gravity model (pendekatan gravity). Berdasarkan model aliran investasi pariwisata Indonesia, hasil menunjukkan bahwa secara umum dalam kurun waktu 23 tahun (periode tahun 1990-2012) besarnya aliran investasi yang masuk (inward) ke Indonesia dipengaruhi oleh faktor populasi negara asal wisman dan jarak yang ditempuh dari negara asal wisman ke Indonesia.

Besarnya aliran ekspor barang dan jasa pariwisata Indonesia dipengaruhi oleh variabel jarak, harga pariwisata Indonesia di negara asal wisman, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing asal wisman, populasi, dan ekspor pariwisata tahun sebelumnya. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan besarnya pengaruh 92.7 persen, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian seperti faktor harga pariwisata negara pesaing, promosi, tenaga kerja, dan teknologi.

Berdasarkan model aliran impor barang dan jasa pariwisata Indonesia, secara umum dari hasil statistik diperoleh hubungan antara besarnya nilai impor barang dan jasa pariwisata Indonesia terhadap variabel independen adalah sebesar 96 persen dan sisanya yaitu sebesar 4 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini seperti faktor tarif. Sementara itu, dalam model aliran permintaan pariwisata Indonesia dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel permintaan pariwisata oleh variabel-variabel independen, GDP Indonesia, GDP negara asal wisman, harga pariwisata Indonesia, harga pariwisata negara-negara pesaing yaitu negara-negara ASEAN, dan konsumsi pariwisata oleh para wisman di Indonesia sebagai variabel-variabel yang signifikan pada taraf nyata sebesar 0.05 persen dengan besarnya pengaruh adalah sebesar 93.2 persen dan sisanya yaitu sebesar 6.8 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian misalnya faktor promosi pariwisata.

Kerangka Pemikiran

Adanya globalisasi membuat suatu negara dapat melakukan kerjasama dengan negara lain. Salah satu kerjasama yang dilakukan adalah melalui perdagangan internasional. Aktivitas perdagangan internasional dapat dilihat melalui kegiatan ekspor dan impor dengan negara lain. Pariwisata sebagai salah satu pendapatan ekspor, merupakan bagian yang penting dalam perdagangan internasional. Beberapa studi menyebutkan, peningkatan nilai perdagangan dapat meningkatkan permintaan pariwisata di suatu negara. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa tren pertumbuhan nilai perdagangan Indonesia dengan beberapa negara asal wisatawan asing yang melakukan kunjungan ke Indonesia tidak sejalan dengan tren pertumbuhan jumlah kunjungan wisatanya. Oleh sebab


(26)

14

itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia, agar kebijakan yang dibuat tepat dan sesuai bagi perkembangan pariwisata di Indonesia. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk mengetahui dampak dari aktivitas perdagangan internasional terhadap permintaan pariwisata, karena tren pertumbuhan nilai perdagangan Indonesia sendiri tidak sejalan dengan tren pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan asing dari beberapa negara. Adapun analisis yang dilakukan yaitu dengan melihat faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia, dan dampak dari perdagangan internasional terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam membuat kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah khususnya dibidang pariwisata.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Globalisasi

Perdagangan Internasional Pariwisata Permintaan Pariwisata

Dampak Nilai Perdagangan terhadap Permintaan Pariwisata Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Permintaan Pariwisata

Tren Pertumbuhan


(27)

15

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Jarak ekonomi diduga berpengaruh negatif secara sginifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Peningkatan jarak ekonomi akan menurunkan keinginan masyarakat negara lain untuk melakukan kunjungan wisata ke Indonesia, sehingga hal ini akan berdampak terhadap penurunan permintaan pariwisata di Indonesia.

2. Gross Domestic Product (GDP) negara-negara asal wisatawan diduga berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Semakin tinggi GDP suatu negara, maka kemampuan masyarakat negara tersebut untuk mengkonsumsi barang atau jasa semakin besar, dalam hal ini menikmati kegiatan pariwisata. Pada akhirnya permintaan akan pariwisata juga akan semakin meningkat.

3. Populasi negara-negara asal wisatawan diduga berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Semakin tinggi jumlah penduduk negara asal, maka permintaan pariwisata juga akan semakin tinggi. Hal ini terkait dengan semakin besarnya jumlah penduduk suatu negara, maka kebutuhan mengkonsumsi barang (menikmati pariwisata) juga akan semakin besar, sehingga jumlah permintaan pun akan semakin banyak.

4. Harga relatif antara Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan diduga berpengaruh negatif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Sesuai dengan hukum permintaan barang dan jasa, maka permintaan pariwisata pun akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Semakin tinggi harga pariwisata, maka semakin kecil keinginan untuk menikmati kegiatan pariwisata, sehingga semakin sedikit pula permintaan pariwisata tersebut.

5. Jumlah kunjungan wisatawan asing tahun sebelumnya diduga akan berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Setiap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tahun sebelumnya akan meningkatkan permintaan pariwisata di Indonesia. Hal ini terkait dengan kecenderungan wisatawan asing dalam memperhatikan kondisi pariwisata di Indonesia. Artinya, jika jumlah kunjungan wisata tahun sebelumnya banyak, maka mengindikasikan pariwisata di Indonesia layak untuk dikunjungi, sehingga meningkatkan ketertarikan wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia, dan meningkatkan permintaan pariwisata di Indonesia.

6. Nilai perdagangan diduga berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Hal ini disebabkan perdagangan internasional telah memudahkan suatu negara melakukan kegiatan ekspor maupun impor ke negara luar, sehingga masyarakat akan terbiasa mengenali produk dari negara luar. Hal tersebut akan menunjukkan ketertarikan masyarakat tersebut untuk melakukan kunjungan ke Indonesia, sehingga permintaan akan pariwisata juga akan meningkat.


(28)

16

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data panel (pooled data), yaitu gabungan data deret waktu time series dan data cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2003 sampai dengan 2013. Adapun data cross section yang digunakan adalah data 10 negara asal wisatawan yang melakukan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Data yang diperoleh merupakan data dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi atau dalam file digital, dan data yang diperoleh melalui media elektronik (internet). Data dalam penelitian ini diperoleh dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Badan Pusat Statistik (BPS), serta beberapa literatur terkait informasi negara-negara di dunia yang diperoleh melalui laporan tahunan dari World Economic Forum (WEF),

World Bank, World Tourism Organization, jurnal, skripsi, buku-buku maupun artikel yang berasal dari internet.

Tabel 2 Jenis dan sumber data penelitian

No. Jenis Data Sumber Satuan

1. GDP perkapita atas dasar harga konstan tahun 2005

World Bank US $

2. Jumlah kunjungan wisatawan asing Kemenparekraf Jiwa

3. Populasi negara asal wisatawan asing World Bank Jiwa

4. Nilai ekspor dan impor Indonesia BPS Juta US

$

5. Jarak geografis CEPII Km

6. IHK World Bank

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif disusun berdasarkan data sekunder, jurnal, artikel, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan. Sementara itu, untuk metode kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan analisis data panel dengan model gravity

dilakukan dengan bantuan program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2013. Model Gravity

Model gravity merupakan alat analisis untuk pendekatan ex-post yang digunakan dalam mengukur dampak perdagangan internasional dalam permintaan pariwisata di sebuah negara. Variabel independen yang digunakan dalam rancangan model yakni jumlah kunjungan wisatawan asing dari negara luar ke Indonesia yang merepresentasikan permintaan pariwisata. Variabel bebas dalam penelitian ini mencakup jarak ekonomi bilateral antara Indonesia dengan negara


(29)

17 asal wisatawan, GDP perkapita atas dasar harga konstan tahun 2005 negara asal wisatawan, populasi negara asal wisatawan, harga relatif Indonesia dengan negara asal wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan asing pada tahun sebelumnya, dan nilai perdagangan antara Indonesia dengan negara asal wisatawan. Periode waktu data yang digunakan dari tahun 2003 sampai tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan satu model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata dari negara-negara asing ke Indonesia. Sementara itu, untuk menjawab tujuan kedua digunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan melihat hasil analisis yang diperoleh dan disesuaikan dengan fakta dan data-data yang ada. Selanjutnya, model yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Hafiz et al (2011) dan Singagerda et al (2011), yang dibuat dalam logaritma natural, dirumuskan sebagai berikut :

�� � = + �� � �+ ��� �+ �� �+ �� �

+ �� �− + �� � �+ � �

Keterangan :

TOURijt = Jumlah kunjungan pariwisata dari negara asing j pada tahun t di Indonesia

(Jiwa)

EDISTijt =

Jarak ekonomi Indonesia dengan negara j pada tahun t

(Km)

GDPjt = GDP perkapita atas dasar harga konstan tahun 2005 negara j pada tahun t

(US $)

POPjt = Populasi negara asal j pada tahun t (Jiwa)

RPijt = Harga relatif antara Indonesia dengan dengan negara j pada tahun t

TOURj(t-1) = Jumlah kunjungan pariwisata dari negara asing j pada

tahun t-1 di Indonesia

(Jiwa)

TRADEijt = Nilai perdagangan Indonesia dengan negara asal j pada tahun t

(Juta US $)

β = Intersep

α1-α6 = Slope

εijt = Error

i = Indonesia

j = Negara-negara asal wisatawan

t = Tahun ke-t

Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jumlah kunjungan pariwisata (TOUR) adalah total jumlah wisatawan asing melakukan kunjungan ke Indonesia, yang dikategorikan menurut negara asal mereka.

2. Jarak ekonomi (EDIST) menurut Li et al (2008), merupakan hasil kali antara jarak geografi dikali dengan GDP negara asal, dibagi dengan total GDP seluruh negara pada tahun tertentu.


(30)

18

Jarak ekonomi merupakan variabel yang mewakili biaya transportasi, yang diperoleh dari rumus Li et al (2008) yaitu :

Jarak Eko�o�i = Jarak geografi x GDP∑ GDP

=

Keterangan :

j : Negara asal wisatawan yang termasuk kedalam penelitian i : Indonesia

3. Gross Domestic Product (GDP) perkapita atas dasar harga konstan merupakan jumlah pendapatan rata-rata penduduk dari suatu negara pada periode tertentu. 4. Populasi (POP) yaitu jumlah penduduk di negara asal wisatawan dalam satu

tahun.

5. Harga relatif (RP) menggambarkan biaya hidup wisatawan di Indonesia, harga relatif dihitung melalui indeks harga konsumen untuk mengukur harga barang dan jasa yang dibeli konsumen (dalam hal ini biaya hidup relatif di Indonesia dibandingkan dengan hidup di negara asal wisatawan). Perhitungan harga relatif berdasarkan Hafiz et al (2011) yaitu sebagai berikut:

RP = CPICPI

Keterangan :

CPIit : Indeks harga konsumen (IHK) Indonesia pada tahun ke-t

CPIjt : Indeks harga konsumen (IHK) negara j pada tahun ke-t

6. Jumlah kunjungan wisatawan asing tahun sebelumnya merupakan data total jumlah wisatawan asing yang melakukan kunjungan wisata ke Indonesia pada tahun sebelumnya, yang dikategorikan menurut negara asal mereka. Penambahan variabel ini mengacu pada penelitian Singagerda et al (2013) yang menambahkan variabel dependen tahun sebelumnya sebagai variabel bebas dalam model yang digunakan.

7. Nilai perdagangan merupakan representasi dari aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan. Mengacu pada Hafiz et al (2011), untuk mencari nilai perdagangan internasional menggunakan rumus sebagai berikut.

Log ��� = Nilai Ekspor + Nilai I�porGDP + GDP … a

Berdasarkan definisi secara matematika, bahwa logaritma (log) merupakan invers atau kebalikan dari perpangkatan atau eksponen. Jika ada bentuk logaritma sebagai berikut :

alog

m = n. ... (b)


(31)

19

an = m ... (c)

Secara umum, log x berarti 10log x, yang artinya logaritma berbasis 10.

Akan tetapi, sebagian besar penulisan basis 10 tidak dicantumkan. Oleh sebab itu, persamaan (a) di atas berarti :

10log trade = N a +N a I G P + G P

sehingga, dari definisi logaritma, maka dapat diperoleh nilai trade, dengan cara mentransformasikan kembali bentuk logaritma pada persamaan (a) kedalam bentuk pangkat seperti pada persamaan (c), dan akhirnya diperoleh nilai trade

sebagai berikut :

Trade =

N a +N a I

G P + G P ... (d)

Keterangan : i : Indonesia

j : Negara asal wisatawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Indonesia merupakan suatu wilayah yang kaya akan berbagai tempat tujuan wisata. Jenis tempat tujuan wisata yang terdapat di Indonesia diantaranya wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata kuliner, wisata sejarah, dan wisata belanja. Potensi dan peluang pariwisata di Indonesia didukung oleh kondisi-kondisi alam seperti letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan disekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur, dan berbagai flora dan fauna yang memperkaya isi daratan dan lautannya. Keindahan alam dan beragam jenis wisata yang ditawarkan menjadi daya tarik wisatawan asing dari negara-negara lain untuk berkunjung ke Indonesia. Hal ini menjadi keuntungan bagi Indonesia karena dengan banyaknya kunjungan wisatawan, maka akan berdampak pada perekonomian di Indonesia yang ikut berkembang. Perkembangan jumlah kunjungan wisata ke Indonesia pada periode 2010 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.


(32)

20

Tabel 3 Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia berdasarkan negara asal tahun 2010-2013 (jiwa)

No. Negara

Tahun

2011 Share

(%) 2012

Share

(%) 2013

Share

(%)

1. Brunei

Darussalam 48 193 0.63 27 734 0.34 23 309 0.26

2. Malaysia 1 302 237 17.02 1 335 431 16.60 1 430 989 16.26

3. Filipina 223 779 2.93 229 806 2.86 246 497 2.80

4 Singapura 1 505 588 19.68 1 565 478 19.46 1 634 149 18.57

5. Thailand 141 771 1.85 149 760 1.86 141 349 1.61

6. Jepang 412 623 5.39 450 687 5.60 491 574 5.58

7. Republik

Korea 306 061 4.00 311 618 3.87 343 627 3.90

8. Australia 931 109 12.17 961 595 11.95 997 984 11.34

9. Jerman 145 160 1.90 148 146 1.84 168 110 1.91

10. Italia 46 145 0.60 48 382 0.60 63.043 0.72

Sumber : Kementerian Pariwisata 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2013 mengalami fluktuasi. Sementara itu, pertumbuhannya cenderung terus mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan tren pertumbuhan pariwisata keseluruhan yang juga cenderung menurun dari tahun 2011 sampai tahun 2013 (Gambar 2). Berdasarkan Tabel 3, beberapa negara yang jumlah kunjungannya terus mengalami peningkatan, diantaranya Malaysia, Filipina, Singapura, Australia, dan Italia. Negara lain yang mengalami fluktuasi jumlah kunjungan wisata ke Indonesia, diantaranya Brunei Darussalam, Thailand, Jepang, Republik Korea, dan Jerman. Jumlah kunjungan wisata terbesar diperoleh dari wisatawan asing yang berasal dari Singapura dan Malaysia. Kedekatan geografis menjadi faktor utama bagi negara Malaysia dan Singapura untuk melakukan kunjungan wisata ke Indonesia. Bagi Malaysia, peningkatan jumlah kunjungan wisata yang dilakukan ke Indonesia juga disebabkan oleh faktor hubungan sejarah maupun karena berasal dari sesama rumpun melayu.

Meningkatnya jumlah wisatawan dari beberapa negara memberikan dampak bagi pertumbuhan industri pariwisata, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dari sisi penyediaaan produk jasa pariwisata, terdapat berbagai aktivitas seperti hotel, restoran, transportasi, agen perjalanan, rekreasi dan hiburan, objek wisata, serta kegiatan penunjang seperti persewaan, money changer, pusat industri kerajinan, pusat pertokoan, dan termasuk juga penyediaan layanan pemerintah dalam hal keimigrasian, kepabeanan, informasi pariwisata, dan keamanan (Kemenparekraf 2014). Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat output yang dihasilkan masyarakat di sektor pariwisata, yaitu melalui kontribusi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Indonesia (Nurjaya 2014).

Pengeluaran wisatawan menjadi salah satu hal penting dalam kegiatan pariwisata. Pengeluaran wisatawan akan berdampak pada pendapatan masyarakat disekitar tempat wisata. Apabila pengeluaran wisatawan meningkat, maka pendapatan juga akan meningkat, sehingga masyarakat tersebut akan


(33)

21 meningkatkan output barang atau jasa yang diproduksi. Berikut ini adalah struktur pengeluaran wisatawan di Indonesia pada tahun 2012.

Tabel 4 Struktur pengeluaran wisatawan mancanegara menurut produk barang dan jasa yang dikonsumsi tahun 2012 (miliar rupiah)

Jenis Produk Jumlah Share (%)

Hotel dan akomodasi 42 700 48 48.62

Restoran dan sejenisnya 15 021.07 17.10

Angkutan domestik 7 447.07 8.48

Biro perjalanan, operator, dan pramuwisata 2 234.93 2.54 Jasa seni budaya, rekreasi, dan hiburan 4 291.71 4.89

Jasa pariwisata lainnya 630.19 0.72

Souvenir 7 408.26 8.43

Kesehatan dan kecantikan 1 622.17 1.85

Produk industri non makanan 5 237.18 5.96

Produk pertanian 1 240.73 1.41

Sumber : Kementerian Pariwisata 2014

Pengeluaran terbesar wisatawan asing di Indonesia adalah untuk hotel dan akomodasi yaitu sebesar 48.62 persen dari total pengeluaran, diikuti pengeluaran untuk restoran dan angkutan domestik masing-masing 17.10 persen dan 8.48 persen. Sementara itu, proporsi pengeluaran wisatawan asing yang terkecil adalah untuk konsumsi jasa pariwisata lainnya yang hanya 0.72 persen dari total pengeluaran. Proporsi pengeluaran wisatawan asing untuk kesehatan dan kecantikan pun hanya bernilai 1.85 persen. Hal ini karena Indonesia belum bisa menjadi daerah tujuan wisata kesehatan seperti Malaysia dan Singapura, sehingga wisatawan yang datang ke Indonesia dengan tujuan kesehatan dan kecantikan juga masih sedikit.

Perkembangan Aktivitas Perdagangan Internasional Antara Indonesia dengan Negara-Negara Asal Wisatawan

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, pentingnya pariwisata bagi perekonomian, didasarkan pada jumlah kedatangan wisatawan asing, yang merepresentasikan permintaan pariwisata di Indonesia. Permintaan tersebut sebagai akibat adanya aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan. Selain itu, adanya perdagangan dapat meningkatkan permintaan pariwisata di Indonesia. Oleh sebab itu, penting untuk melihat kondisi perkembangan nilai perdagangan (ekspor-impor) antara Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan tersebut.


(34)

22

Tabel 5 Perkembangan persentase nilai ekspor Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan tahun 2010-2013 (persen)

No. Negara Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Brunei Darussalam 0.03 0.04 0.04 0.06

2. Malaysia 5.93 5.40 5.93 5.84

3. Filipina 2.01 1.81 1.95 2.09

4. Singapura 8.69 9.06 9.01 9.14

5. Thailand 2.89 2.89 3.49 3.32

6. Jepang 16.34 16.56 15.85 14.83

7. Republik Korea 7.96 8.05 7.92 6.25

8. Australia 3.53 2.41 2.30 1.63

9. Jerman 2.09 1.51 1.51 1.29

10. Italia 2.00 1.11 1.12 2.03

Sumber : BPS 2014

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa perkembangan proporsi nilai ekspor yang dilakukan Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan cenderung berfluktuatif. Persentase nilai ekspor terbesar berasal dari Negara Jepang dan diikuti Singapura, yaitu masing-masing sebesar 14.83 dan 9.14 persen dari total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2013. Hal ini karena Jepang dan Singapura merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Selain itu, investor terbesar di Indonesia berasal dari Singapura dan Jepang, sehingga Indonesia dengan kedua negara tersebut merupakan partner dagang yang strategis. Bagi negara Singapura sendiri, selain karena pangsa pasar yang potensial, kedekatan jarak geografis yang menguntungkan antara Indonesia dengan Singapura dalam menghemat biaya transaksi, sehingga barang maupun jasa dari Indonesia lebih banyak diekspor ke negara tersebut. Sementara itu, persentase nilai ekspor terendah berasal dari Brunei Darussalam, yaitu sebesar 0.06 persen. Hal ini karena kegiatan perdagangan yang dilakukan Indonesia dengan Brunei Darusalam belum terlalu efektif, terutama karena sistem labelisasi halal untuk makanan impor yang ketat di negara ini, membuat eksportir Indonesia sulit memasarkan suatu produk ke negara tersebut.

Tabel 6 Perkembangan persentase nilai impor Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan tahun 2010-2013 (persen)

No. Negara Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Brunei Darussalam 0.49 0.57 0.21 0.34

2. Malaysia 6.37 5.86 6.38 7.13

3. Filipina 0.52 0.48 0.41 0.41

4. Singapura 14.91 14.63 13.60 13.70

5. Thailand 5.50 5.86 5.96 5.73

6. Jepang 12.50 10.95 11.87 10.33

7. Republik Korea 5.67 7.32 6.24 6.21

8. Australia 3.02 2.91 2.76 2.69

9. Jerman 2.21 1.91 2.18 2.37

10. Italia 0.67 0.68 0.79 0.90


(35)

23 Seperti halnya perkembangan persentase nilai ekspor keseluruhan, Tabel 6 menunjukkan proporsi nilai impor terbesar yang juga berasal dari Negara Singapura yaitu sebesar 13.7 persen, kemudian diikuti dengan Negara Jepang sebesar 10.33 persen dari total nilai impor Indonesia pada tahun 2013. Hal ini disebabkan adanya hubungan kerja sama yang baik diantara Indonesia dengan kedua negara tersebut, sehingga Indonesia dijadikan sebagai negara yang dipercaya untuk memasarkan produk dari kedua negara tersebut. Misalnya, kerja sama terkait bantuan pembangunan tingkat pemerintah, Indonesia mendapatkan sumber bantuan terbesar dari Jepang. Sementara itu, kerja sama yang dilakukan dengan Singapura, terkait dibidang kesehatan, pertahanan, dan lingkungan hidup. Tingginya proporsi nilai perdagangan juga disebabkan pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia, karena masyarakat Indonesia termasuk masyarakat konsumtif. Seperti halnya dengan proporsi nilai ekspor, kontribusi nilai impor paling rendah juga berasal dari Negara Brunei Darussalam. Hal ini karena adanya kendala dalam hal transportasi darat, dan kesulitan dalam memperoleh produk dari Brunei Darussalam. Kesulitan dalam mendapatkan informasi untuk mengakses pasar di negara tersebut, juga semakin membuat nilai impor perdagangan dengan Brunei Darussalam semakin rendah.

Berdasarkan Tabel 5 dan 6, dengan melihat proporsi nilai ekspor dan impor, Negara Jepang dan Singapura merupakan negara yang paling banyak melakukan aktivitas perdagangan internasional dengan Indonesia. Akan tetapi, jika dilihat dari rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor selama 10 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan nilai ekspor-impor Jepang dan Singapura masih berada di bawah Brunei Darussalam (Tabel 7).

Tabel 7 Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor tahun 2004-2013 (persen)

No. Negara Rata-rata Pertumbuhan Tahun 2004-2013

Ekspor Impor

1 Brunei Darussalam 16.32 36.39

2 Malaysia 14.16 27.89

3 Filipina 12.52 17.92

4 Singapura 12.28 20.94

5 Thailand 12.94 17.99

6 Jepang 7.54 19.73

7 Korea 11.58 26.42

8 Australia 10.39 9.48

9 Jerman 6.23 12.13

10 Italia 11.05 15.61

Sumber : BPS 2014, diolah

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor terbesar adalah Brunei Darussalam. Padahal proporsi nilai ekspor dan impor negara tersebut paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah berupaya meningkatkan kegiatan ekspor dan impor dengan Brunei Darussalam dalam 10 tahun terakhir, terutama dalam kegiatan mengimpor minyak dari Brunei Darussalam, karena kebutuhan minyak di dalam negeri semakin tinggi. Disamping itu, fakta bahwa rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor Negara Jepang dan Singapura masih kecil, karena barang-barang yang diekspor didominasi oleh barang-barang mentah berbasis sumber daya alam, yang perubahan jumlah kebutuhannya tidak terlalu besar. Hal ini perlu mendapat


(36)

24

perhatian lagi dari pemerintah, karena melihat proporsi nilai ekspor dan impor kedua negara tersebut paling besar, sehingga penting dalam sumber pendapatan negara. Oleh sebab itu, kegiatan perdagangan khususnya diantara Negara Jepang dan Singapura hendaknya perlu ditingkatkan kembali.

Struktur Pengeluaran Pemerintah untuk Promosi Pariwisata

Berbagai upaya terencana dan terintegrasi diperlukan dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan asing maupun wisatawan nusantara di Indonesia. Salah satu cara untuk memperkenalkan citra dan potensi pariwisata Indonesia adalah dengan melakukan promosi secara intensif baik di dalam maupun di luar negeri.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan Kementerian Pariwisata Indonesia, bahwa sektor pariwisata sangat sensitif terhadap isu perubahan dan kejadian luar biasa, sehingga upaya untuk membangun opini yang lebih baik tentang Indonesia, baik sosial maupun politik sangat penting dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membangun informasi yang lebih proporsional mengenai situasi dan kondisi yang sebenarnya, sekaligus memperkenalkan budaya bangsa dan sumber daya pariwisata lainnya. Pelaksanaan kegiatan tersebut tentunya membutuhkan biaya yang perlu diperhitungkan. Oleh sebab itu, pemerintah mengalokasikan anggarannya untuk sejumlah kegiatan yang mendukung pengembangan pariwisata. Pengeluaran pemerintah yang dimaksud mencakup pengeluaran untuk kegiatan promosi pariwisata, perencanaan dan koordinasi pembangunan pariwisata, penyusunan statistik dan informasi pariwisata, penelitian dan pengembangan pariwisata, penyelenggaraan dan pelayanan informasi pariwisata, keamanan dan perlindungan pariwisata, serta pengawasan dan pengaturan (Tabel 8).

Tabel 8 Struktur pengeluaran pemerintah untuk promosi dan pembiayaan sektor pariwisata tahun 2012 (miliar rupiah)

Jenis Aktivitas Pemerintah Distribusi

(%)

Pusat Daerah Jumlah

Promosi pariwisata 528.79 671.26 1 200.05 17.62

Rencana dan koordinasi

pembangunan pariwisata 735.52 1 010.97 1 746.49 25.65

Penyusunan statistik dan informasi

pariwisata 506.47 623.80 1 130.28 16.60

Penelitian dan pengembangan 586.55 785.53 1 372.08 20.15

Penyelenggaraan dan pelayanan

informasi pariwisata 285.15 353.47 638.62 9.38

Pengamanan dan perlindungan

wisatawan 119.29 118.15 237.44 3.49

Pengawasan dan pengaturan 129.83 138.32 268.15 3.94

Lainnya 107.41 108.89 216.30 3.18

Jumlah 2 999.01 3 810.40 6 809.41 100.00

Distribusi (%) 44.04 55.96 100.00

Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2013

Tabel 8 memperlihatkan pengeluaran pemerintah yang berhubungan dengan promosi dan pembinaan pariwisata pada tahun 2012 sebesar Rp 6.81 triliun,


(37)

25 dengan komposisi 55.96 persen atau 3.81 triliun rupiah dikeluarkan oleh pemerintah daerah sedangkan sisanya sebesar 3.00 triliun rupiah dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Pengeluaran untuk perencanaan dan koordinasi pengembangan pariwisata merupakan pengeluaran terbesar dengan porsi 25.65 persen dari total pengeluaran atau sebesar 1.75 triliun rupiah, diikuti oleh pengeluaran dibidang penelitian dan pengembangan pariwisata sebesar 20.15 persen. Sementara itu, pengeluaran untuk promosi pariwisata sebesar 17.62 persen atau 1.20 triliun rupiah. Pengeluaran yang cukup rendah adalah untuk pengamanan dan perlindungan wisatawan yaitu sebesar 3.49 persen. Hal ini disebabkan karena komponen tersebut telah banyak dilakukan oleh pihak swasta.

Estimasi Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pariwisata di Indonesia

Pada bagian ini akan dibahas faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia, dengan menggunakan analisis panel data. Model yang digunakan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mohd Hafiz et al (2011). Permintaan pariwisata yang direpresentasikan oleh jumlah kedatangan turis asing ke Indonesia, dianalisis dengan variabel-variabel seperti jarak ekonomi, Gross Domestic Product (GDP), populasi negara-negara asal wisatawan asing yang termasuk dalam penelitian, harga relatif antara Indonesia dengan negara asal wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan pada tahun sebelumnya, dan aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan yang termasuk dalam penelitian.

Pemilihan Model

Tahap awal metode analisis data panel adalah mengestimasi model untuk mendapatkan pendekatan model terbaik yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Estimasi model pada data panel dilakukan dengan memilih satu diantara tiga pendekatan yaitu

Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model

(REM). Penentuan estimasi terbaik dilakukan melalui Uji Chow ( Likelihood-Ratio) dan Uji Hausman.

Tabel 9 Hasil Uji Chow dan Uji Hausman

Uji Model Terbaik Nilai Probabilitas Hasil Hipotesis

Uji Chow 0.002 Tolak H0, maka FEM

Uji Hausman 0.015 Tolak H0, maka FEM

Uji Chow digunakan untuk memilih pendekatan model terbaik diantara pendekatan PLS dan pendekatan FEM, dengan cara melihat nilai probabilitas pada hasil estimasi yang dilakukan. Apabila nilai probabilitas kurang dari taraf nyata

(α) yang digunakan, maka dapat dipastikan pendekatan model FEM yang dipiih (Firdaus 2011). Hasil Uji Chow pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0.002 kurang dari taraf nyata (α) yang digunakan (5%). Dengan demikian, cukup bukti untuk melakukan penolakan H0, artinya

pendekatan model FEM lebih baik digunakan dibandingkan dengan pendekatan model PLS. Seperti halnya halnya dengan Uji Chow, hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa nilai probabilitas bernilai 0.015 lebih kecil dari taraf nyata


(38)

26

(α) yang digunakan (5%). Dengan demikian, cukup bukti untuk melakukan penolakan H0, sehingga pendekatan model FEM lebih baik digunakan

dibandingkan dengan pendekatan model REM.

Tabel 10 Hasil estimasi dengan pendekatan model FEM

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

LN_EDIST -2.065*** -3.394 0.001

LN_GDP 1.505*** 5.183 0.000

LN_POP 0.333 1.253 0.213

LN_RP -0.364** -2.411 0.018

LN_TOUR(-1) 0.691*** 20.882 0.000

LN_TRADE 0.040** 2.090 0.039

C -5.158 -1.370 0.174

Weighted Statistics

R-squared 0.989 Durbin-Watson stat 1.881

F-statistic 504.458 Sum squared resid 3.148

Prob(F-statistic) 0.000

Unweighted Statistics

Sum squared resid 3.571

Keterangan : ***Signifikan pada taraf nyata 1%; **Signifikan pada taraf nyata 5%

Hasil estimasi pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi model FEM sebesar 0.989. Hasil ini menjelaskan bahwa 98.9 persen keragaman permintaan pariwisata di Indonesia dapat dijelaskan oleh model. Sedangkan, 1.1 persen lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Adapun faktor lain yang mungkin memengaruhi permintaan pariwisata ini diantaranya investasi negara-negara asal wisatawan, harga relatif pariwisata negara pesaing serta nilai tukar riil antara Indonesia dengan negara-negara asal wisatawan tersebut.

Nilai probabilitas F-statistik yang ditunjukkan pada Tabel 10 adalah 0.000.

Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan taraf nyata (α) yang digunakan, yaitu lebih kecil dari lima persen. Hasil ini menunjukkan bahwa jarak ekonomi, GDP dan populasi negara asal wisatawan, harga relatif antara Indonesia dengan negara asal wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan pada tahun sebelumnya, serta aktivitas perdagangan, secara bersama memengaruhi permintaan pariwisata di Indonesia dengan tingkat kepercayaan sebesar 98 persen.

Uji Asumsi

Setelah melakukan estimasi pada variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, dilakukan pengujian asumsi, agar model yang digunakan terbebas dari pelanggaran-pelanggaran asumsi yang bisa terjadi, dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque Bera dan nilai probabilitas pada hasil estimasi model. Tabel 11 menunjukkan hasil yang diperoleh dalam uji normalitas model FEM. Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai probabilitas sebesar 0.099 atau lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan sebesar lima persen. Begitu pula dengan nilai Jarque Bera sebesar 4.618 yang


(39)

27 lebih besar dari taraf nyata lima persen. Artinya, kondisi tersebut menandakan bahwa cukup bukti untuk mengatakan bahwa error yang terdapat pada model telah terdistribusikan secara normal.

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas Nilai Keterangan

Jarque Bera 4.618 Lebih besar dari taraf nyata 5%

Probabillity 0.099 Lebih besar dari taraf nyata 5% b. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi lain yang tidak boleh dilanggar dalam suatu model adalah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Sum squared resid Weighted yang nilainya harus lebih kecil dari nilai Sum squared resid Unweighted. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Sum squared resid Weighted sebesar 3.148 lebih kecil dari Sum squared resid Unweighted sebesar 3.571. Artinya, model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinieritas

Suatu model yang baik adalah tidak terdapat hubungan linier sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika terdapat hubungan tersebut, dapat dikatakan peubah-peubah bebas tersebut berkolinieritas ganda sempurna (perfect multicollinearity). Uji multikolinieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar variabel bebas. Keberadaan multikolinieritas dapat dilihat beradasarkan hasil uji korelasi antar variabel bebas (Lampiran 2 Hasil Estimasi Nomor 6). Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar variabel bebas yang dapat dilihat berdasarkan nilai masing-masing variabel bebas yang lebih kecil dari nilai koefisien determinasi sebesar 0.989. Maka model ini terbebas dari gejala multikolinearitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar

error pada periode waktu yang berbeda pada model. Hasil pengujian ini dilihat dengan menggunakan selang nilai antara 1.55 sampai dengan 2.46. Jika nilai

Durbin Watson (DW) berada diantara selang angka tersebut, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari gejala autokorelasi. Nilai DW hasil estimasi pada Tabel 10 yaitu sebesar 1.881, artinya sudah tidak terdapat gejala autokorelasi pada model tersebut.

Analisis Faktor yang Memengaruhi Permintaaan Pariwisata di Indonesia

Variabel jarak ekonomi yang dilambangkan dengan EDIST pada model, menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.001, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif secara signifikan terhadap permintaan pariwisata di Indonesia. Setiap peningkatan jarak ekonomi sebesar satu persen, maka permintaan akan pariwisata di Indonesia akan menurun sebesar 2.065 persen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Hafiz et al (2011)


(1)

37

7.

Republik Korea

8.

Australia

9.

Jerman

-0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

2011 2012 2013

L aj u P er tu m b u h an ( % )

Pertumbuhan nilai perdagangan Pertumbuhan jumlah wisatawan

-0,1 -0,05 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

2011 2012 2013

L aj u P er tu m b u h an ( %)

Pertumbuhan nilai perdagangan Pertumbuhan jumlah wisatawan

-0,02 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16

2011 2012 2013

L aj u P er tu m b u h an ( %)


(2)

38

10.

Italia

-0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4

2011 2012 2013

L

aj

u

P

er

tu

m

b

u

h

an

(

%)


(3)

39

Lampiran 2 Hasil Estimasi

1.

UJI CHOW

Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 3.129956 (9,84) 0.0027

2.

UJI HAUSMAN

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 15.768676 6 0.0151

3.

HASIL ESTIMASI REM

Dependent Variable: LN_TOUR

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/06/15 Time: 21:26

Sample (adjusted): 2004 2013 Periods included: 10

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 100

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LN_EDIST -0.041637 0.068924 -0.604099 0.5472

LN_GDP 0.036320 0.098800 0.367611 0.7140

LN_POPULASI 0.020640 0.034821 0.592751 0.5548

LN_RP -0.026516 0.175622 -0.150982 0.8803

LN_TOUR(-1) 0.972051 0.026613 36.52519 0.0000

LN_TRADE -0.005857 0.019235 -0.304489 0.7614

C -0.047183 0.899848 -0.052435 0.9583

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.202629 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.977600 Mean dependent var 12.23910


(4)

40

S.E. of regression 0.211908 Sum squared resid 4.176170

F-statistic 676.4692 Durbin-Watson stat 1.965110

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.977600 Mean dependent var 12.23910

Sum squared resid 4.176170 Durbin-Watson stat 1.965110

4.

HASIL ESTIMASI FEM

Dependent Variable: LN_TOUR

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 06/06/15 Time: 21:27

Sample (adjusted): 2004 2013 Periods included: 10

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 100

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LN_EDIST -2.065489 0.608489 -3.394454 0.0011

LN_GDP 1.505744 0.290460 5.183989 0.0000

LN_POPULASI 0.333115 0.265823 1.253143 0.2136

LN_RP -0.364609 0.151197 -2.411483 0.0181

LN_TOUR(-1) 0.691614 0.033119 20.88274 0.0000

LN_TRADE 0.040116 0.019188 2.090693 0.0396

C -5.158986 3.764335 -1.370491 0.1742

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.989021 Mean dependent var 17.25106

Adjusted R-squared 0.987060 S.D. dependent var 8.245611

S.E. of regression 0.193602 Sum squared resid 3.148452

F-statistic 504.4584 Durbin-Watson stat 1.881263

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.980842 Mean dependent var 12.23910


(5)

41

5.

UJI NORMALITAS

6. UJI MULTIKOLINEARITAS

LN_TOUR LN_EDIST LN_GDP LN_POPULASI LN_RP LN_TOUR(-1) LN_TRADE LN_TOUR 1.000000 -0.087593 0.087628 0.261689 0.030384 0.988505 0.345180 LN_EDIST -0.087593 1.000000 0.877492 0.018949 0.170892 -0.070506 -0.632987 LN_GDP 0.087628 0.877492 1.000000 -0.331281 0.213322 0.107781 -0.587404 LN_POPULASI 0.261689 0.018949 -0.331281 1.000000 -0.057635 0.256496 0.361681 LN_RP 0.030384 0.170892 0.213322 -0.057635 1.000000 0.038351 0.135205 LN_TOUR(-1) 0.988505 -0.070506 0.107781 0.256496 0.038351 1.000000 0.337982 LN_TRADE 0.345180 -0.632987 -0.587404 0.361681 0.135205 0.337982 1.000000

0 2 4 6 8 10

-0.50 -0.25 0.00 0.25

Series: Standardized Residuals Sample 2004 2013

Observations 100 Mean 3.80e-17 Median 0.018647 Maximum 0.408317 Minimum -0.528585 Std. Dev. 0.178333 Skewness -0.449632 Kurtosis 3.547469 Jarque-Bera 4.618322 Probability 0.099345


(6)

42

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 29 April 1993 dari ayah Oji

Daroji dan Ibu Eti Mahyati. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan di SDN Karya Utama Pamanukan pada tahun 1999.

Setelah lulus dari SD pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan sekolah

menengah pertama di SMPN 1 Pamanukan dan lulus pada tahun 2008.

Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan menengah atas di SMAN 1

Pamanukan selama 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai

mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor melalui jalur

undangan SNMPTN. Penulis pun mendapat bantuan Beasiswa Bidikmisi dari

Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti).

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah mengikuti kegiatan pekan

kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan (PKM-K) pada tahun 2012. Selain

itu, penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan di lingkup

fakultas, diantaranya sebagai anggota Divisi Humas (hubungan masyarakat)

kegiatan Bakti Sosial Ilmu Ekonomi 48 tahun 2012, Divisi Kominfo (komunikasi

dan informasi) kegiatan Bina Desa FEM tahun 2013, dan Divisi Konsumsi

kegiatan

Economic Contest

tahun 2013.