ANALISIS PERDAGANGAN LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

RIAN TRI TEGUH SANTOSO

0611010104 / FE / IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Disusun Oleh : Rian Tri Teguh Santoso

0611010104 / FE / IE telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal 22 Oktober 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Niniek Imaningsih,MP Dr. Hj. Sri Muljaningsih, SE. MP

Sekretaris

H. Suwarno, SE. ME

Anggota

Dra. Ec. Niniek Imaningsih,MP

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389


(3)

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “ANALISIS PERDAGANGAN LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan


(4)

3. Bapak Drs. EC. Marseto, D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Oktober 2010

Peneliti


(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1...Latar Belakang ... 1

1.2...Peru musan Masalah ... 5

1.3...Tujua n Penelitian ... 5

1.4...Manf aat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1...Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.1.1...Perbe daan Dengan Peneliti Terdahulu ... 10


(7)

2.2.1...Pertu mbuhan Ekonomi ... 11 2.2.1.1...Fakto

r Pertumbuhan Ekonomi ... 14 2.2.1.2...Ukur

an Pertumbuhan Ekonomi ... 16 2.2.1.3...Teori

Pertumbuhan Ekonomi ... 18 2.2.2...Peng

ertian Perdagangan ... 23 2.2.2.1...Perda

gangan Internasional... 24 2.2.2.2...Teori

Perdagangan Internasional... 28 2.2.3...Impo

r ... 33 2.2.3.1...Bara

ng Modal... 34 2.2.3.2...Hubu

ngan Impor Barang Modal Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi... 36


(8)

2.2.4.1...Tujua n Ekspor... 37 2.2.4.2...Manf

aat Ekspor ... 38 2.2.4.3...Cara

Ekspor... 39 2.2.4.4...Strate

gi Ekspor... 40 2.2.4.5...Hubu

ngan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 41 2.2.5...Inves

tasi... 42 2.2.5.1...Teori

Investasi ... 43 2.2.5.2...Maca

m-Macam Investasi... 47 2.2.5.3...Fakto

r Yang Menentukan Investasi ... 49


(9)

... 51 2.2.6...Tena

ga Kerja... 51 2.2.6.1...Peng

ertian Angkatan Kerja... 52 2.2.6.2...Peng

ertian Bukan Angkatan Kerja ... 53 2.2.6.3...Perm

intaan Tenaga Kerja... 56 2.2.6.4...Pena

waran Tenaga Kerja... 57 2.2.6.5...Hubu

ngan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 60 2.2.7...Kurs

Valuta Asing ... 60 2.2.7.1...Peng

ertian Tentang Nilai Valuta dan Pasar Valuta Asing ... 61


(10)

Uang... 63 2.2.7.3...Siste

m Kurs Tetap ... 65 2.2.7.4...Siste

m Kurs Mengambang ... 66 2.2.7.5...Siste

m Kurs Mengambang Terkendali ... 66 2.2.7.6...Teori

Purchasing Power Parity ... 68 2.2.7.7...Pena

waran dan Permintaan Valuta Asing ... 68 2.2.7.8...

Jenis-Jenis Transaksi Valuta Asing ... 69 2.2.7.9...Hubu

ngan Kurs Valuta Asing Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi... 70 2.3...Kera

ngka Pikir ... 70 2.4...Hipot

esis ... 74 BAB III METODE PENELITIAN


(11)

3.2...Tekni k Penentuan Data ... 77 3.3...Jenis

dan Sumber Data ... 77 3.3.1...Jenis

Data... 77 3.3.2...Sumb

er Data... 77 3.4...Tekni

k Pengumpulan Data ... 77 3.5...Tekni

k Analisis dan Uji Hipotesis ... 78 3.5.1...Tekni

k Analisis ... 78 3.5.2...Uji

Hipotesis ... 80 3.6...Uji

Asumsi Klasik ... 84 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1...Desk ripsi Hasil Penelitian ... 89


(12)

4.1.2...Perke mbangan Import Barang Modal ... 90 4.1.3...Perke

mbangan Ekspor ... 91 4.1.4...Perke

mbangan Investasi Penanaman Modal Asing ... 92 4.1.5...Perke

mbangan Tenaga Kerja ... 93 4.1.6...Perke

mbangan Kurs Valuta Asing... 94 4.2...Hasil

Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE/Best Linear Unbiased

Estimator) ... 96 4.3.1...Anali

sis Dan Pengujian Hipotesis ... 100 4.3.2...Uji

Hipotesis Secara Simultan ... 102 4.3.3...Uji

Hipotesis Secara Parsial... 103 4.3...Pemb

ahasan ... 111


(13)

mpulan ... 115 5.2...Saran

... 116 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(14)

Gambar 1 : Kurva Teori Permintaan ... 26

Gambar 2 : Kurva Penawaran ... 28

Gambar 3 : Fungsi Impor ... 34

Gambar 4 : Kurva PPF (Production Possibilities Frontier) ... 36

Gambar 5 : Hubungan MEI (Marginal Efficiency of Investment) dan Investasi... 46

Gambar 6 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 55

Gambar 7 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja... 57

Gambar 8 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja ... 58

Gambar 9 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja ... 59

Gambar 10 : Sistem Kurs Tetap ... 65

Gambar 11 : Sistem Kurs Mengambang Terkendali... 67

Gambar 12 : Kerangka Pikir Analisis Perdagangan Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ... 73

Gambar 13 : Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Simultan ... 81

Gambar 14 : Kurva Distribusi Penerimaan/Penolakan Hipotesisi Secara Parsial ... 83

Gambar 15 : Kurva Durbin – Watson ... 85

Gambar 16 : Kurva Statistik Durbin – Watson ... 97


(15)

Gambar 18 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Impor Barang Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 105 Gambar 19 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Ekspor

terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 106 Gambar 20 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Investasi

terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 107 Gambar 21 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial FaktorTenaga

Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 109 Gambar 22 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial FaktorKurs Valuta

Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 110


(16)

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson ... 86 Tabel 2 : Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Tahun 1994 – 2008 ... 90 Tabel 3 : Perkembangan Impor Barang Modal Indonesia

Tahun 1994 – 2008 ... 91 Tabel 4 : Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1994 – 2008... 92 Tabel 5 : Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing Tahun

1998 – 2008... 93 Tabel 6 : Perkembangan Tenaga Kerja Tahun 1998 – 2008 ... 94 Tabel 7 : Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1998 – 2008... 95 Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman

Korelasi ... 99 Tabel 9 : Analisis Varian (ANOVA)... 102

Tabel 10 : Hasil Analisis Variabel Impor Barang Modal, Ekspor, Investasi, Tenaga Kerja dan Kurs Valuta Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 104


(17)

Lampiran 1 : Data Input Analisis Perdagangan Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Descriptive Statistic, Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)  Lampiran 3 : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Coefficients,

Correlations) 

Lampiran 4 : Tabel Pengujian Nilai F  Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t 

Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai Durbin – Watson


(18)

xvi Oleh :

RIAN TRI TEGUH SANTOSO

ABSTRAKSI

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah adalah kebijaksanaan yang harus dapat mengatasi masalah perekonomian secara keseluruhan. Di satu pihak dapat meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa guna membiayai impor. Impor meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan sehingga memacu perekonomian. Di sisi lain juga merupakan alat yang ampuh untuk mempertahankan nilai tukar (kurs) yang kompetitif guna menunjang ekspor serta dapat mengatasi masalah di bidang ketenagakerjaan. Atas dasar penelitian terdahulu yang telah meneliti Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Y), maka penelitian kali ini menggunakan indikator tentang perdagangan luar negeri dengan variabel Impor Barang Modal (X1), Ekspor (X2), Investasi (X3), Tenaga kerja (X4) dan Kurs Valuta Asing (X5).

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994 – 2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas import barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta asing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan secara parsial variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta asing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Impor Barang Modal, Ekspor, Investasi, Jumlah Tenaga Kerja dan Kurs Valuta Asing.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang berkeadilan dan sejahtera sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam memenuhi kebutuhan akan pembangunan nasional maka diperlukan sumber daya yang handal serta memiliki keahlian dan kemampuan teknologi tinggi. Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi sudah tentu memerlukan biaya yang cukup besar. Maka cara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi itu adalah dengan berusaha meningkatkan investasi. (Adrian, 2008 : 2)

Pertumbuhan ekonomi tidak bisa lepas dari modal atau tenaga kerja dan teknologi. Penyediaan sumber daya modal sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Sumber dana ini diwujudkan dalam bentuk penanaman modal (Investasi). Hal ini sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, maupun kesempatan kerja. Dana investasi dapat diperoleh dari pemerintah, masyarakat (swasta), pinjaman luar negeri serta investasi swasta asing. (Sukirno, 2002 : 351)


(20)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam kisaran angka 4% - 6% selama kurun waktu antara tahun 2000 – 2008. Di tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga angka pertumbuhan ekonomi berada pada angka -13,13. Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran angka 4,78%. Kemudian di tahun 2004, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka 5,83%. Pada tahun 2005, mengalami kenaikan yang tidak terlalu menggembirakan, terjadi kenaikan sebesar 0,01% menjadi sebesar 5,84%. Untuk tahun selanjutnya 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan menjadi 5,80%. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan menjadi 5,84%. (Badan Pusat Statistik, 2008 : 182)

Investasi merupakan faktor penting dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka sangat diperlukan kegiatan – kegiatan proses produksi (barang dan jasa) di semua sektor – sektor ekonomi, yang akan terciptanya kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi akan tercipta. (Tambunan, 2001 : 40)

Kestabilan ekonomi akan mendorong kemajuan perdagangan luar negeri dan meningkatkan daya saing eksport serta produksi dalam negeri terhadap barang import. Dengan demikian akan meningkatkan


(21)

kemampuan suatu negara untuk mengimport berbagai barang kebutuhan, misalnya barang modal, dan bahan baku atau penolong, yang pada akhirnya nanti akan timbul kemungkinan berkembangnya inovasi – inovasi teknologi baru yang dapat mengakibatkan jumlah, kualitas, dan jenis barang yang mampu dihasilkan akan meningkat, sehingga akan mempengaruhi komposisi perdagangan internasional suatu negara. (Narzeki, 2005 : 1)

Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia memerlukan dua faktor penting, yaitu modal dan tenaga ahli. Tersedianya modal saja tidak cukup untuk meningkatkan perekonomian. Dengan kata lain diperlukan adanya tenaga kerja yang terdidik, ahli dan terampil dalam melakukan proses produksi. Tenaga kerja yang terdidik, ahli dan terampil ini memerlukan pendidikan. Perkembangan pendidikan merupakan suatu langkah yang harus dilaksanakan pada waktu usaha pembangunan dimulai. Selain itu masalah pengembangan pengusaha juga penting. Menurut Schumpeter bahwa golongan pengusaha sangat penting dalam menentukan sampai mana perkembangan ekonomi akan tercapai. Mereka adalah golongan peminjam atau mengumpulkan modal atau dana sendiri yang akan mengembangkan kegiatan proses produksinya. (Sukirno, 2004 : 439)

Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian karena memiliki wewenang sebagai regulator (pengatur atau pengendali). Meskipun pemerintah sebagai regulator, pemerintah


(22)

tidak dapat bertindak semena – mena, karena bila pemerintah tidak pandai menarik investor maka pertumbuhan ekonomi akan lambat dan lapangan kerja akan tidak bertambah melebihi pertambahan angkatan kerja. Selain itu pemerintah sebagai stimulator, dana yang dimiliki pemerintah dapat digunakan sebagai stimulan untuk mengarahkan investasi swasta atau masyarakat umum ke arah yang diinginkan pemerintah baik dari sudut jenis kegiatan maupun lokasinya. (Tarigan, 2005 : 32).

Kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah adalah kebijaksanaan yang harus dapat mengatasi masalah perekonomian secara keseluruhan. Di satu pihak dapat meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa guna membiayai impor serta pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri, dan di lain pihak dapat menekan laju inflasi. Penekanan laju inflasi diarahkan untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat, terutama golongan mayoritas yang banyak mengkonsumsi keperluan bahan pokok, tetapi di sisi lain juga merupakan alat yang ampuh untuk mempertahankan nilai tukar (kurs) yang kompetitif guna menunjang eksport serta dapat mengatasi masalah di bidang ketenagakerjaan. (Adhitya, 2007 : 5)

Dari uraian yang telah disampaikan, dapat terlihat bahwa impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta asing merupakan indikasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dapat terwujud oleh peranan berbagai unsur pendukung


(23)

yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengamati masalah pertumbuhan ekonomi dan mengkaji lebih dalam lagi tentang :

“Analisis Perdagangan Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah faktor impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta asing secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

b. Variabel bebas manakah yang memberi pengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah faktor – faktor tingkat impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta sing berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(24)

b. Untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap neraca perdagangan di Indonesia serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perkembangan perekonomian dalam serta berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah


(25)

yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya terjun ke masyarakat.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil – hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian ini dilakukan atas dasar atau mengacu pada penelitian – penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan permasalahan yang sedikit berbeda, adapun penelitian tersebut antara lain :

1. Jumami (2004), skripsi dengan judul “Analisis Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur”, hasil penelitian secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas Investasi (X1), Ekspor (X2), Pengeluaran

Pemerintah Daerah (X3), Inflasi (X4) terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Jawa Timur (Y). Secara parsial, variabel Investasi (X1)

dan Pengeluaran Pemerintah Daerah (X3) tidak berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur. Sedangkan variabel Ekspor (X2)

dan Inflasi (X4) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Jawa Timur (Y).

2. Narzeki (2005), skripsi dengan judul “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur”. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis bahwa secara simultan ketiga variabel bebas mempunyai pengaruh yang nyata terhadap


(27)

Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur (Y). Pengujian secara parsial

diperoleh variabel X1 (Ekspor) memberikan pengaruh yang nyata

terhadap variabel terikat (Y). Untuk X2 (Investasi) memberikan

pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat (Y). Dan untuk X3

(inflasi) memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat (Y).

3. Wicaksono (2008), skripsi dengan judul “Analisis Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur”, hasil penelitiannya bahwa dari hasil uji hipotesis adalah bahwa secara simultan variabel investasi (X1), tenaga kerja (X2), nilai produksi

(X3), perusahaan besar (X4), dan tabungan pemerintah (X5)

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sedangkan secara parsial dapat diketahui bahwa variabel bebas jumlah investasi (X1) dan variabel tabungan pemerintah daerah (X5)

berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur. Sedangkan untuk variabel tenaga kerja (X2) dan nilai

produksi (X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan

ekonomi Jawa Timur.

4. Wiyono (2005 : 1), Jurnal Ekonomi dengan judul “Mengungkap

Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam Lima Tahun Terakhir”. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan berpijak pada teori Harod-Domar dan Solow-Swan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir sektor


(28)

industri pengolahan (yang bersifat padat modal dan teknologi tinggi) merupakan penyumbang terbesar atas pertumbuhan ekonomi diikuti sektor keuangan dan jasa-jasa serta sektor pertanian. Begitu pula belanja konsumsi swasta menyumbang terbesar dari sisi pengeluaran daripada pembentukan modal tetap domestik (investasi). Pertumbuhan ekonomi ternyata juga banyak didorong oleh faktor eksternal yang terlihat pada tinginya kandungan impor yang digunakan oleh sektor industri dalam proses produksinya.

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Perdagangan Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Y), sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Impor Barang Modal (X1), Ekspor (X2),


(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyelesaian kelembagaan dan ideologi yang dibutuhkan. (Jhingan, 2001 : 72)

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki tiga komponen, yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkat secara

terus menerus persediaan barang.

b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan

ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang pada pemerintah.

c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisiensi memerlukan adanya

penyelesaian di bidang kelembagaan dan ideologi dengan inovasi yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. (Jhingan, 2001 : 73)

Pengertian pertumbuhan ekonomi menurut Iskandar Putong (2003 : 252) adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu.


(30)

Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Dan angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk prosentase dan bernilai positif, tetapi mungkin juga bernilai yang disebabkan adanya penurunan yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sedangkan menurut Sukirno (2002 : 10) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dan dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor – faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Investasi akan menambah jumlah barang modal karena disebabkan teknologi yang digunakan berkembang. Akan tetapi perkembangan atau kemampuan untuk dapat memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor – faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Karena pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.


(31)

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam jangka waktu yang cukup lama output perkapitanya menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk menarik. Pertumbuhan ekonomi mempunyai ciri – ciri di mana proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu ekonomi dan non ekonomi, yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah modal usaha, sumber daya alam, teknologi dan lain sebagainya. Sedangkan faktor non ekonomi adalah seperti lembaga sosial, kondisi politik dan nilai moral dalam suatu bangsa.

Menurut Kuznet (dalam Jhingan, 2001 : 7) ada enam karakteristik dalam proses pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Tingginya tingkat pertimbangan output (penghasilan) perkapita dan jumlah penduduk.

2. Tingginya tingkat penambahan jumlah produktivitas, terutama

produktivitas kerja.

3. Tingginya tingkat infragmasi struktur ekonomi (prasarana). 4. Tingginya tingkat transformasi sosial, politik dan ideologi.

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk

ke segala pelosok dunia guna mendapatkan prasarana dan bahan baku.

6. Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada tiga segitiga populasi


(32)

Keenamnya saling memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya nanti dapat menhasilkan penemuan-penemuan baru guna mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

2.2.1.1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2003 : 92) beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah :

1. Akumulasi modal

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan untuk memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari atau di masa yang akan datang. Pengadaan pabrik baru, mesin – mesin, peralatan dan bahan baku yang meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu negara (yakni, total nilai riil “netto” atas seluruh barang modal produktif secara fisik sehingga akan memungkinkan peningkatan output di masa – masa mendatang.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.


(33)

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi (technology progress) merupakan

sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Kemajuan teknologi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

a. Kemajuan teknologi yang netral (neutral technology progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana seperti pembagian tenaga kerja yang mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat adalah contohnya. Ditinjau dari sudut analisis output, secara konseptual sama artinya dengan teknologi yang mampu melipatgandakan semua input produktif.

b. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving

technological progress). Kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan peralatan modern lainnya.

c. Kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving


(34)

negara – negara berkembang yang murah, efisien, dan padat karya (hemat modal) atau teknologi tepat guna merupakan salah satu unsur terpenting dalam strategi pembangunan dalam jangka panjang yang berorientasi pada perluasan penyedian lapangan kerja.

2.2.1.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Untuk menentukan Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t (sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dikalikan 100 % atau dengan rumus persamaan sebagai berikut :

Gt = PNB rt - PNB rt-1 X 100 % ... (Ritonga, 2003 : 159).

PNB rt-1

Dimana :

Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t

PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t PNB rt-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1


(35)

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain :

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB) saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).


(36)

2.2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Jika diamati, banyak teori tentang beberapa faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi selalu berorientasi pada mekanisme yang terjadi di negara yang sudah maju pada jamannya (khususnya teori klasik yang dipelopori oleh Adam Smith), namun suatu pengecualian pada tahun 1950-an, pada umumnya teori neo klasik sudah mengarah pada mekanisme ekonomi di negara yang sedang berkembang. Secara berurutan teori tentang pertumbuhan ekonomi dimulai dari teori klasik, teori Harrod-Domar, WW. Rostow.

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis dibedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan, yaitu :

a. Pertumbuhan output total

Unsur pokok dari sistem produksi di suatu negara ada tiga, yaitu : sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), jumlah penduduk dan stok barang modal yang tersedia, dengan penunjang penting proses akumulasi modal yaitu : makin meluasnya pasar (ekspor) dan adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

b. Pertumbuhan penduduk

Penduduk meningkat jika tingkat upah untuk hidup tinggi. Tingkat upah ditentukan oleh kenaikan permintaan dan


(37)

penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output masyarakat. (Arsyad, 1998 : 49 – 51)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod – Domar

Syarat untuk menciptakan pertumbuhan teguh yang dikemukakan oleh Harrod – Domar. Ada dua hal yang perlu diketahui :

a. Pertambahan kapasitas barang modal tergantung dua faktor,

yaitu rasio modal produksi (bernilai COR), investasi yang dilakukan (bernilai I), pertumbuhan kapasitas barang modal (∆c)

b. Pertambahan pendapatan nasional (∆Y) yang sama dengan

pertambahan kapasitas barang modal (∆c). Teori Harrod –

Domar adalah perluasan dari analisis Keynes. Dengan demikian, teori berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun berikut akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan cukup besar sehingga tercapai keadaan :

Agar bisa tumbuh, maka perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebagian dari GNP. Lebih banyak yang dapat ditabung dan kemudian ditanamkan maka akan lebih cepat lagi perekonomian itu tumbuh. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan

∆c = 1/COR 


(38)

yang dapat dicapai pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung pada produktivitas investasi tersebut. Produktivitas investasi adalah banyaknya tambahan output yang didapat dari suatu unit investasi. (Todaro, 1994 : 65 – 66)

Teori Harrod – Domar mencoba menelaah syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dan mantap (Steady Growth). (Arsyad. 1998 : 58)

Istilah pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan pembangunan ekonomi seiring dan secara bergantian dengan maksud yang sama, terutama dalam pembicaraan mengenai masalah yang berkaitan dengan ekonomi. Dikatakan ada pertumbuhan ekonomi apabila terdapat lebih banyak output yang dihasilkan, sedangkan untuk pembangunan ekonomi tidak hanya menyangkut output yang dihasilkan, tetapi juga perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak dan bervariasi. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi. (Sukirno, 2000 : 433)

3. Teori Pertumbuhan WW. Rostow

Dalam menganalisa teori tentang tahap – tahap pertumbuhan ekonomi, Rostow menitik beratkan pada pembahasan peranan bebrapa faktor tertentu yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi


(39)

dan ciri – ciri perubahan yang tercipta dalam tiap – tiap tahap pembangunan pada suatu masyarakat. Analisa Rostow didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental bukan saja pada corak ekonomi tetapi juga pada kehidupan politik dan hubungan sosial dalam masyarakat. (Sukirno, 2001 : 102)

Tahap – tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow (Sukirno, 2001 : 103) ada lima tahap, yaitu :

1. Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Menurut Rostow, masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi prouksi yang terbatas, didasarkan pada teknologi, ilmu pengetahuan dan sifat masyarakat seperti sebelum masa Newton. Yang disebut sebelum Newton adalah suatu masyarakat yang masih menggunakan cara – cara memproduksi relatif primitif dan dipengaruhi oleh kebiasaan yang berlaku turun temurun. Tahap masyarakat tradisional menunjukkan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas karena sebagian besar dari sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian.

2. Tahap Prasyarat untuk Lepas Landas (The Preconditions for Take Off)


(40)

Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada saat masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang.

3. Tahap Lepas Landas

Permulaan dari lepas landas berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasaran – pasaran baru. Ciri – ciri tahap ini adalah :

a. Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang

produktif.

b. Berlakunya perkembangan dari sektor industri dengan

tingkat laju perkembangan yang tinggi.

c. Terciptanya suatu rangaka dasar politik, sosial dan

institusional.

4. Tahap Gerakan Ke Arah Kedewasaan (The Drive To Maturity)

Gerakan ke arah kedewasaan adalah suatu masyarakatnya sedang secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. Ciri – ciri tahap ini adalah :

a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri semakin penting sedangkan sektor pertanian menurun.


(41)

b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan.

Peranan manajer profesional semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha atau pemilik.

c. Kritik – kritik terhadap industrialisasi mulai muncul

sebagai akibat dari ketidak puasan terhadap dampak industrialisasi

5. Tahap Konsumsi Tinggi (The Age of High Mass-Consumption)

Tahap konsumsi tinggi adalah perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pada masa konsumsi tinggi tujuan dari negara adalah :

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh kepada negara lain.

b. Meningkatkan kemakmuran yang merata pada

penduduknya dengan cara mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata.

c. Mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat (Sukirno,

1999 : 103)

2.2.2. Pengertian Perdagangan

Fenomena transaksi dan pertukaran sudah merupakan komponene dasar bagi kegiatan manusia di seluruh dunia. Sekalipun di desa – desa yang sangat terpencil, secara teratur orang – orang bertemu di


(42)

pasar – pasar desa untuk tukar menukar barang, kadangkala dengan uang, tetapi pada umumnya dengan barang lainnya melalui transaksi barter yang sederhana.

Mengapa orang berdagang? Pada dasarnya karena dimungkinkan untuk mendapatkan keuntungan. Karena masing – masing orang mempunyai kemampuan dan sumber daya yang berlainan. Dan mungkin saja juga perlu menggunakan dalam proporsi yang berbeda. Keinginan yang beraneka ragam, sebagaimana kemampuan fisik dan keuangan, membuka kemungkinan perdagangan yang menguntungkan. (Todaro, 2000 : 16)

2.2.2.1. Perdagangan Internasional

Karena dengan adanya Perdagangan Internasional maka mobilitas dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dapat dengan cepat dijual dan digunakan oleh konsumen yang ada di negara lain.

Sedangkan menurut Samuelson (2003 : 570) Perdagangan Internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar negeri (foreign trade) akan mengembangkan kemungkinan konsumsi suatu bangsa. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibanding yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan pada keadaan swasembada tanpa perdagangan luar negeri.


(43)

A. Pengertian Teori Permintaan

Permintaan akan suatu jenis barang ialah jumlah barang itu yang membeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu pula (Rosyidi, 2002 : 239) hubungan antar harga (price) dan jumlah terjadi karena suatu ketentuan bahwa jumlah barang yang diminta merupakan fungsi daripada harga dan bukan sebaliknya. Secara teknik hubungan seperti ini dapat ditulis sebagai berikut :

Q = F (D) ...(Rosyidi, 2002 : 241) Keterangan :

Q = Jumlah barang D = Permintaan

Gambar 1 : Kurva Teori Permintaan

Sumber : Rosyidi. 2002. Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Rajawali, Jakarta hal 242.

Harga

P1 P P2

Q1 Q Q2 Permintaan


(44)

Kurva permintaan itu berbentuk turun miring ke kanan

bawah (Down Word Sloping to The Right). Dengan bentuk

condong ke kanan bawah karena adanya hubungan yang berlawanan arah antara P (harga) dan Q (jumlah). Apabila harga naik dari OP ke OP1 maka akan menyebabkan turunnya jumlah barang yang diminta dari OQ ke OQ1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Samuelson (dalam Rosyidi, 2002 : 242) yang

menyatakan tentang hukum permintaan yang menurun (The Law of

Diminishing Demand) yang berfungsi “Apabila suatu barang dinaikkan maka semakin berkuranglah jumlah yang diminta”.

B. Pengertian Teori Penawaran

Dalam usaha untuk meningkatkan perdagangan Internasional dasar yang digunakan dalam terori penawaran, pengertian penawaran adalah keingininan seorang penjual dalam menawarkan atau menjual sejumlah barang yang dihasilkan dalam berbagai tingkat harga yang ditentukan. Penawaran merupakan fungsi produksi dan harga dapat disimpulkan sebagai berikut : P = F {Pr2,H}...(Gujarati, 1998 : 31)

Keterangan : P = Penawaran Pr = Produksi H = Harga Barang


(45)

Menurut (Sadono Sukirno, 2002 : 61), hukum penawaran adalah makin tinggi harga suatu barang maka makin tinggi pula barang tersebut ditawarkan oleh para penjual sebaliknya makin rendah harga suatu barang semakin sedikit pula barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual.

Gambar 2 : Kurva Penawaran

Sumber : Rosyidi, 2002, Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, halaman 295.

Di samping harga yang dapat mempengaruhi penawaran, faktor produksi adalah faktor-faktor yang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang melalui suatu proses produksi. Semakin banyak barang yang dihasilkan (titik D ke titik E) sehingga dapat meningkatkan penawaran sehingga harga (titik B ke titik C) dan sebaliknya semakin sedikit atau langka faktor produksi yang digunakan maka semakin sedikit pula jumlah barang yang

Harga C B

0 S

A1

A2

E


(46)

dihasilkan sehingga dapat mengurangi penawaran dari titik A2 ke titik A1.

2.2.2.2. Teori Perdagangan Internasional

Teori Perdagangan Internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional (garis from trade). Beberapa teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional pada dasarnya adalah sebagai berikut :

A. Teori Klasik

a. Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage : Adam Smith)

Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labour theory of value).


(47)

b. Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage : Mill)

Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang

memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor

barang yang memiliki comparative advantage, yaitu suatu

barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar.

c. Biaya Relatif (Comparative Cost : David Ricardo)

Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya tentang suatu nilai atau value. Menurut Ricardo, nilai atau value sesuatu barang tergantung dari banyaknya barang tersebut (labour cost value theory).

Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki comparative cost terkecil.

Dengan demikian prinsip comparative cost Ricardo

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jika a1 dan b1 adalah unit labour cost untuk barang A dan B di negara I, dan a2 dan b2 adalah unit labour cost di negara II, maka negara I akan mengekspor barang A dan impor barang B jika :

a1 / b1 < a2 / b2 atau, a1 / b1 < b1 / b2


(48)

Artinya sebelum berdagang barang A relatif lebih murah di negara I dan barang B lebih murah di negara II. (Nopirin, 2002 : 14)

B. Teori Hecksher – Ohlin (H-O)

Teori Hecksher dan Ohlin (H – O) disebut juga teori proporsi faktor (factor proportion) atau ketersediann faktor (faktor endowment). Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa perdagangan internasional, misalnya terjadi antara negara A dan negara B karena ooportunity cost yang berbeda antara kedua negara tersebut. Perbedaan ongkos relatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (misalnya tenaga kerja, modal, tanah, dan bahan baku) yang dimiliki negara tersebut. Dan

dikarenakan faktor endowment-nya berbeda. Maka sesuai dengan

hukum pasar, harga dari faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda.

Intensitas pemakaian faktor produksi adalah rasio faktor produksi terhadap output. Tingkat intensitas faktor produksi dapat diukur secara kuantitatif dengan cara menganalisis fungsi produksi yang diestimasi sebelumnya dari barang yang ebrsangkutan.

Sesuai dengan dasar pemikiran teori Hecksher dan Ohlin (H – O) struktur perdagangan luar negeri suatu negara tergantung


(49)

pada factor endowment dan factor intensity dan juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. (Tambunan, 2001 : 124)

C. Teori Ishikawa

Ishikawa menciptakan sebuah alat yang dinamakan diagram “cause-effect” atau diagram tulang ikan (fish bone) yang digunakan dalam penanggulangan dan peningkatan mutu.

Dia juga yang menciptakan konsep bahwa konsumen adalah hal utama dalam penentuan mutu dan ternyata bahwa konsumen adalah juga berlaku terhadap langkah berikutnya dari sebuah line produksi.

Selain itu dia mengemukakan mengenai keterlibatan karyawan dalam masalah mutu bukan hanya terbatas untuk menghasilkan. Namun juga dalam menganalisa, menanggulangi, memecahkan, dan menerapkannya secara bersama melalui konsep

Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle).

(http://www.scribd.com/doc/920490/QUALITY-COURSE-part1) Menurut ISO 9000:2000, mutu adalah derajat/tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan. Karakteristik disini berarti hal-hal yang dimiliki produk, antara lain :

1. Karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal, biological) seperti handphone, mobil, rumah, dll.


(50)

2. Karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan). Ini biasanya produk yang berupa jasa seperti di rumah sakit atau asuransi perbankan.

3. Karakteristik sensorik (bau, rasa) seperti minuman dan

makanan.

Paradigma konsumen tentang mutu itu sendiri tidak pernah sama persis. Sebagai contoh, di Indonesia kualitas suatu produk didasarkan pada merk dan harga. Harga menjadi faktor utama dalam menentukan pembelian suatu produk. Di sini kita bisa menganalisis bahwa konsumen Indonesia cenderung lebih memperhatikan pembuatan produk tersebut selama dalam proses produksi sehingga menimbulkan persepsi yang salah terhadap mutu tersebut, sehingga konsumen Indonesia selalu menarik kesimpulan bahwa harga tinggi identik dengan mutu yang tinggi pula.

Padahal sebenarnya harga adalah fungsi dari biaya, marjinal laba, dan kekuatan pasar. Barang yang bermutu tinggi adalah barang yang memiliki spesifikasi tinggi seperti material nomor satu, teknologi yang tinggi, dll. Dan hal-hal tersebut justru menyebabkan inefisiensi yang tinggi pula, ini sering terjadi pada produk Amerika Serikat. (http:ireztia.wordpress.com/2008/09/19 /perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/)


(51)

2.2.3. Import

Menurut Michael B. Smith menyebutkan import adalah memasukkan barang dan jasa ke pasar negara untuk dikonsumsi. Pertukaran perdagangan merupakan kegiatan importir melalui perbatasan (pabean) untuk mendapatkan kualitas barang dan jasa yang bagus dari pada produk dalam negara. (Smith, 1999 : 57)

Import merupakan aliran keluar dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Oleh karena itu, pendapatan yang ditimbulkan karena proses produksi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri. Atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan atau pembelian barang dari luar negeri. Impor tidak hanya tergantung dari pendapatan. Faktor lain juga mempengaruhi, seperti misalnya daya saing produksi dalam negeri, selera dan sebagainya. (Sukirno, 1994 : 372)

Import adalah pemasukan komoditi dari luar Indonesia ke dalam Indonesia. Untuk melakukan pemasukan komoditi dari luar Indonesia dalam peredaran barang harus dilakukan menurut prosedur yang digariskan oleh pemerintah melalui peraturan yang dikeluarkan. (Halwani, 2005 : 469)

Jadi kesimpulannya adalah impor merupakan perdagangan dengan memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean dalam negeri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di negara


(52)

pengimpor. Dimana impor tergantung kepada pendapatan nasional dan hubungan antara keduanya bersifat positif (searah).

Gambar 3 : Fungsi Impor

Sumber : Sadono, 2002, Makro ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hubungan tersebut akan terwujud atau tidak, masih tergantung kepada kesanggupan penduduk negara itu membayar impor tersebut. Ini berarti bahwa besarnya impor lebih dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional dari pada oleh kemampuan barang-barang luar negeri untuk bersaing dengan barang-barang produksi dalam negeri. Oleh sebab itu dalam analisis makro ekonomi dianggap impor mempunyai ciri-ciri seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3, yaitu makin besar tingkat pendapatan nasional, makin besar pula nilai impor.

2.2.4. Barang Modal

Faktor-faktor produksi menururt Samuelson (1993 : 317) dibagi menjadi tiga kategori yaitu : tanah, tenaga kerja dan modal. Dua yang

Pengurangan Impor Kenaikan Impor

Pendapatan Nasional 0

M1

M2

M0

i m p o r t


(53)

pertama disebut faktor produksi primer atau orisinil, karena tersedia sebelum produksi terjadi. Terhadap keduanya kita menambahkan suatu faktor produksi yang diprosduksi, yaitu modal atau barang modal. Nama atau sebutan bagi faktor produksi ini menurut Rosyidi (1999 : 57) adalah real capital goods (barang-barang modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa. Inilah yang biasa disebut sebagai barang-barang investasi. Termasuk barang-barang modal itu misalnya adalah mesin-mesin, pabrik-pabrik, jalan-jalan raya, pembangkit tenaga listrik, gudang serta peralatan – peralatannya.

Gambar 4 : Kurva PPF (Production Possibilities Frontier)

Sumber : William, 2001. Pendekatan Ekonomi Mikro, Salemba Empat, Jakarta, halaman 31.

Pada gambar Production Possibilities Frontier, titik G

menunjukkan kombinasi produksi bila sumber daya tidak digunakan H

T a k t e r c a p a i A B C D E 5 0 4 8 4 3 3 4 2 0

1 0 2 0 3 0 4 0 5 0

i n e f i s i e G

B a r a n g k a p i t a l ( j u t a u n i t p e r t a h u n ) B a r a n g k o n s u ms i

( j u t a u n i t p e r t a h u n )


(54)

secara penuh atau tidak efisien. Perhatikan bahwa titik C dapat menghasilkan barang konsumsi lebih banyak dibandingkan titik G, dengan jumlah barang kapital yang sama. Setiap titik sepanjang Production Possibilities Frontier menghasilkan barang konsumsi dan barang kapital yang lebih banyak dari pada G. Jadi titik G adalah tidak efisien (inefisien), dengan menggunakan sumber daya secara efisien atau dengan menggunakan sumber daya yang sebelumnya belum digunakan, perekonomian dapat menghasilkan paling tidak lebih banyak barang yang satu tanpa harus mengurangi produksi jenis barang yang lain.

Titik-titik di luar Production Possibilities Frontier, seperti H dalam gambar menunjukkan kombinasi yang tidak mungkin dicapai, atas dasar sumber daya dan teknologi yang ada. Jadi Production Possibilities Frontier tidak hanya mencerminkan kombinasi produksi yang efisien tetapi juga menunjukkan batas antara kombinasi yang tidak efisien (di dalam kurva) dan kombinasi yang tidak mungkin (di luar kurva). (William, 2001 : 31)

2.2.5.1. Hubungan Import Barang Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan nasionalnya. Artinya semakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula kemampuan bangsa tersebut untuk mengimport barang dan jasa. Tapi hubungan impor dengan pendapatan nasional itu tidaklah berupa hubungan proporsional, dimana tidak dapat


(55)

ditarik kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua kali lipat misalnya, maka impor pun menjadi dua kali lipat.

Dengan kata lain, apabila impor meningkat maka jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan akan meningkat juga. Sehingga pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi Nasional.

2.2.5. Ekspor

Menurut pasal 1 ayat 9, Bab 1 UU No. 32/1964, ekspor adalah pengiriman komoditi ke luar wilayah Indonesia dari peredaran. Berdasarkan ketentuan di atas bahwa hal ini berarti ekspor dapat dilakukan oleh suatu badan atau perorangan dalam bentuk barang-barang ke luar negeri untuk diperdagangkan (Halwani, 2005 : 468).

2.2.8.1. Tujuan Ekspor

Adapun tujuan dilakukannya ekspor adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan keuntungan atau laba perusahaan melalui

perluasan pasar serta memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba).

2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar

domestik (membuka pasar ekspor).

3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity)


(56)

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat.

5. Dapat menghasilkan devisa atau valuta asing ang diperlukan

untuk membiayai pembelian-pembelian (impor) di luar negeri

guna memenuhi kebutuhan rakyat dan pembangunan bangsa.(Halwani, 2005 : 468).

2.2.8.2. Manfaat Ekspor

Dalam hal ini manfaat ekspor adalah :

1. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global,

sehingga memungkinkan produksi optimal dan dapat mengoptimalkan laba.

2. Dapat memanfaatkan ”idle capacity” dari kapasitas terpasang suatu industri pada saat pasaran dalam negeri melemah sehingga dapat mencegah pengangguran, modal dan tenaga kerja atau untuk mengisi kebutuhan musiman.

3. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di dalam pasar internasional

sehingga akan sangat menolong tingkat efisiensi, inovasi, produktivitas, pengembangan dan restrukturisasi tekhnologi yang dikarenakan dapat bersaing di area internasional.

4. Status sosial pengusaha tinggi karena dapat menjadi anggota dari

club bisnis yang terpandang di dunia seperti ceo’s club, rotary club, dan iyon’s club.


(57)

5. Lebih dapat menikmati fasilitas dan insentif yang diberikan oleh pemerintah terhadap komoditi ekspor seperti fasilitas promosi, kredit, draw back system.

Manfaat bagi Pemerintah antara lain:

1. Meningkatkan devisa negara yang akan memperlancar arus barang

ekspor dan roda pemerintah.

2. Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya

alam, tenaga kerja dan industri.

3. Lebih mudah mendapatkan hutang luar negeri. (Amir, 1995: 48).

2.2.8.3. Cara Ekspor

Menurut (Amir, 1995 : 49) pelaksanaan ekspor luar negeri dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Ekspor Biasa

Adalah dengan cara barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi permintaan yang dibutuhkan importir luar negeri setelah terjadi kesepakatan jual – beli sesuai peraturan devisa dan eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai kurs valas yang telah ditetapkan yang berpatokan pada Bank Indonesia.


(58)

2. Barter

Adalah suatu cara perdagangan dengan melihat kebutuhan dalam negeri dan mengekspor barang ke luar negeri dengan sistem pembayaran tidak dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk barang yang dijual di dalam negeri dan menghasilkan uang dalam mata uang domestik.

3. Konsinyasi

Adalah dengan cara pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual dan hasil penjualannya diberlakukan sama dengan hasil biasa. Sehingga dalam hal ini sistem pertukaran barang dengan yang lainnya seperti dalam barter dan bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti ekspor biasa. Dalam hal pengiriman barang dengan sistem konsinyasi adalah belum adanya pembeli tertentu atau dapat juga dengan sistem pelelangan (Komoditas Exchange).

2.2.8.4. Strategi Ekspor

Strategi ekspor pada umumnya (Four Generic International

Strategic) adalah :

1. Dynamic High Technology Strategy (DHTS), yaitu strategi yang dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader melalui inovasi teknologi yang tepat dan dilakukan secara


(59)

terus menerus dengan memberikan perhatian dan prioritas yang tinggi dan melakukan Strategi partnership.

2. Low of Stable Technology Strategy (LSTS), yaitu strategi yang

memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market

leader karena kemampuan memelihara brand identity economic of

scale, manufacturing know how, standar produksi, dan penyediaan suku cadang yang terdapat secara global.

3. Advanced Management Skill Strategy (AMSS), yaitu strategi yang

memberikan peluang kepada perusahaan menjadi market leader

karena kemampuan managemen yang tepat, khususnya dalam hal pemasaran dan koordinasi.

4. Production Market Rationalization Strategy (PMRS), yaitu strategi

yang memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market

leader karena kemampuannya menekan biaya produksi melalui pendekatan lokasi. (Halwani, 2005 : 347).

2.2.8.5. Hubungan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ekspor merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang biasanya menganjurkan Negara untuk menjalankan strategi yang bertumpu pada upaya promosi ekspor yang merupakan kebijaksanaan suatu Negara untuk meningkatkan wilayah pasar ekspor. Ekspor adalah kegiatan memasok pelanggan dari luar negeri dengan produk atau barang yang berasal dari negeri kita sendiri. Apabila ekspor mengalami kenaikan


(60)

maka Produk Domestik Bruto juga naik sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ikut naik.

2.2.6. Investasi

Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal” investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi (Rosyidi, 1999: 158).

Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1999: 46).

Investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai


(61)

penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investor (atau pembentukan modal atau penanaman modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan

peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan

kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan

mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2001: 107).

Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai usaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

2.2.6.1. Teori Investasi

Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor


(62)

terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko (2000 : 84) terdapat 2 teori, yaitu:

A. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari

investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima


(63)

setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya

ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

B. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.

Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu (Suparmoko, 2000: 84):

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang


(64)

Gambar 5 : Hubungan MEI dan Investasi

Sumber : Sukirno, 1995. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Halaman : 112.

Untuk memperjelas arti konsep efisiensi modal marginal dapat di jelaskan berikut, sumbu tegak menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva marjinal efficiency of capital di tunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal sebesar R0 dan investasi adalah Io. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi,dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan sebanyak 10. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan pengambilan modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1 dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang

Tingkat

Pengembalian Modal A

B

C

MEI R0

R1

R3


(65)

menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih diperlukan modal sebanyak I2.

2.2.6.2. Macam-Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( investasi otonomi ) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbas adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan


(66)

peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri,

sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.

Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor

produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber-

sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. (Rosyidi, 1994 : 161).


(67)

2.2.6.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan Investasi

1. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.

2. Tingkat bunga

Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi beroperasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

3. Perubahan dan perkembangan teknologi

Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain, maka hal demikian itu ditanamkan guna mengadakan


(68)

pembaharuan. Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha.

4. Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan-perubahannya Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir-akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya, apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga rendah.

5. Keuntungan yang dicapai perusahaan

Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan investasi adalah keuntungan yang diperolehnya. Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya investasi yang akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau keuntungan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. (Rosyidi, 2002: 165).


(69)

2.2.6.4. Hubungan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Investasi merupakan suatu factor penting dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka sangat diperlukan kegiatan-kegiatan proses produksi (barang dan jasa) di semua sector-sektor ekonomi.

Dengan adanya kegiatan produksi, maka akan terciptanya kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya akan meningkatkan permintaan di pasar. Pasar berkembang dan berarti volume kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan dalam negeri meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi akan tercipta.

2.2.7. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain. Batas usia yang dianut oleh negara Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. (Dumairy, 1997 : 74).

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk

mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran


(70)

berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

2.2.7.1. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan

bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan

kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat

dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak

memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 2002 : 67).


(71)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.

2.2.7.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya

sekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang

mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah. c. Golongan lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan

sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.


(72)

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-milah tenaga kerja seperti ini disebut

pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang

diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO). (Dumairy, 1997 : 74).

Gambar 6 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Angkatan 

Kerja

Bukan Angkatan  Kerja

Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus 

Rumah 

Tangga

Penerima 

Pendapatan

Bekerja Penuh

½ Pengangguran

Kentara (jam  kerja sedikit)

Tidak Kentara

Produktivitas  Rendah

Penghasilan 


(73)

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).


(74)

2.2.7.3. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).

Gambar 7 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.

Upah

W1

W

W2

0 A N B Penempatan

D

VMPPL


(75)

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value

marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan.

Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya

dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari

tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga

ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P

sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.7.4. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 1998 : 22).


(76)

Gambar 8 : Kurva Penawaran Tenaga kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka

jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan

naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang

sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1.

Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,

yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan

tetap tidak berubah pada Pe = 1.0 Upah

W2

W1

0 N1 Tenaga Kerja

Ns (Pe = 2.0) Ns (Pe = 1.0)


(1)

peraturan pemerintah untuk mengatasi atau mengawasi barang modal seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, alat-alat berat, beras, terigu, kacang kedelai, buah-buahan, daging dan susu yang masuk di mana jumlah dan pemanfaatan impor barang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan dan kalau dibiarkan akan menjadi kendala bagi produksi dalam negeri di mana impor akan menjadi pesaing dan menurunkan produksi dalam negeri. Tetapi menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

2. Berdasarkan pengujian teori yang telah dilakukan, dibuktikan dengan pengujian bahwa ekspor tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih relatif lemahnya daya saing komoditas ekspor Indonesia karena tingkat mutu belum sesuai dengan standar internasional. Ini sejalan dengan jurnal ekonomi dari Irham Lihan dan Yogi (2003) bahwa sektor ekspor tidak berpengaruh terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dengan hasil analisis menunjukkan bahwa peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB di Indonesia.

3. Berdasarkan pengujian teori yang telah dilakukan, dibuktikan dengan pengujian bahwa investasi tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dikuatkan oleh jurnal ekonomi dari Manoarfo (2001 : 1) “Pengaruh Investasi Dan


(2)

Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia” dengan hasil analisis bahwa secara parsial variabel Investasi tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan dalam regulasi. Dalam hal regulasi, yang paling sulit adalah pembebasan lahan. Yang kedua, tentang permasalahan proses yang harus dilalui para investor. Misalnya ada investor yang tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, tapi investor tersebut tidak tahu harus datang kemana, apakah ke Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan, atau Kementerian Perhubungan atau ke lembaga yang terkait lainnya. Terlebih lagi kalau mereka berinvestasi di daerah, proses perizinannya sangat berbelit, apakah kepada Gubernur, Bupati, Camat. Selanjutnya ketiga adalah mengenai peran pemerintah dalam setiap proyek yang dijalankan pihak swasta. Dalam setiap proyek yang akan dibangun, peran pemerintah sangatlah kurang. Hal ini menyebabkan proyek tersebut tidak berjalan atau terkesan maju-mundur. Sehingga terjadi gangguan dalam proses produksi yang membuat nilai produksi menurun dan berakibat pada pertumbuhan ekonomi.

4. Berdasarkan pengujian teori yang telah dilakukan, dibuktikan dengan pengujian bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dikuatkan oleh jurnal ekonomi dari Wicaksono (2008 : 1) dengan hasil uji analisis secara


(3)

parsial bahwa tenaga kerja dan nilai produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan yang berakibat terhadap rendahnya mutu Sumber Daya Manusia. Sebagai akibatnya hasil produksi yang dihasilkan juga kurang bersaing dengan pasar internasional.

5. Berdasarkan pengujian teori yang telah dilakukan, dibuktikan dengan pengujian bahwa kurs valuta asing tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini sesuai dengan jurnal dari Kustituanto dan Istiqomah (1999 : 1) dengan hasil analisis dan pengujian hipotesis bahwa secara parsial Kurs Valuta Asing tidak mempunyai hubingan yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kestabilan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan mempengaruhi turunnya investasi. Hal ini disebabkan pemerintah di dalam mengambil kebijaksanaan moneter, mungkin juga adanya kondisi politik, keamanan, ekonomi di Indonesia yang dianggap tidak aman oleh pihak investor.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Import Barang Modal (X1), Ekspor (X2), Investasi (X3), Tenaga Kerja (X4), dan Kurs Valuta Asing (X5) terhadap variabel terikatnya Pertumbuhan Ekonomi (Y) bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas (X) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

2. Pengujian secara parsial atau individu Impor Barang Modal (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Bahwa secara parsial Impor Barang Modal (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

3. Pengujian secara parsial atau individu Ekspor (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui secara parsial Ekspor (X2) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

4. Pengujian secara parsial atau individu Investasi (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui Investasi (X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).


(5)

5. Pengujian secara parsial atau individu Tenaga Kerja (X4) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui bahwa secara parsial Tenaga Kerja (X4) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

6. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valuta Asing (X5) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Diketahui bahwa secara parsial Kurs Valuta Asing (X5) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah memberikan kebijakan untuk meningkatkan upaya penarikan investasi asing ke Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan proses pengurusan izin - izin dan adanya ketergantungan koordinasi antar departemen melalui pemotongan jalur birokrasi, serta diterapkannya insentif perpajakan yang transparan dalam bentuk keringanan pajak berupa pengurangan bahkan penghapusan membayar pajak dalam masa tertentu (Tax Holiday) bagi perusahaan - perusahaan asing yang masih baru untuk beberapa bulan. 2. Agar pengalokasian bantuan luar negeri optimal, maka perlu


(6)

luar negeri serta peran pengawasan baik oleh institusi yang berwenang maupun oleh rakyat melalui wakil – wakilnya perlu ditingkatkan. 3. Pemerintah dan masyarakat perlu menyediakan lingkungan yang

kondusif bagi pengembangan industri manufaktur baik bagi skala besar, sedang, kecil dan mikro.

4. Peningkatan produktivitas pekerja perlu dilakukan agar pendapatan pekerja dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan demand terhadap produk manufaktur Indonesia dengan syarat peningkatan pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi produk manufaktur lokal.