PERBEDAAN HASIL BELAJAR STATISTIKA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN TPS PADA SISWA KELAS X SMK TI AR-RAHMAN MEDAN T.A. 2014/2015.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR STATISTIKA ANTARA
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
DENGAN TPS PADA SISWA KELAS X SMK TI
AR-RAHMAN MEDAN T.A. 2014/2015
Oleh :
Poppy Amalia
NIM 4111111015
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Perbedaan Hasil Belajar
Statistika Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada
siswa Kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015”, yang disusun untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan
Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika S-1.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara
lain:
1. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing Skripsi peneliti
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan,
bimbingan, dan berbagi ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, Bapak Pardomuan NJM Sinambela, S.Pd,
M.Pd dan Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, sebagai Dosen Penguji yang
telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
3. Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd, sebagai dosen Penasehat Akademik
(PA) yang selalu membantu penulis dan memberikan arahan serta
dukungan terhadap penulis.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta staf pegawai jurusan matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku ketua
jurusan matematika.
5.
Bapak Drs.Sukardi, sebagai Kepala Sekolah SMK-TI Ar-Rahman yang
telah mengijinkan peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut serta Bapak Nurwan S.Pd sebagai guru bidang studi matematika
di SMK-TI Ar-Rahman yang telah banyak membantu penulis dalam
melakukan penelitian ini.
v
6. Teristimewa peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. Sukardi dan Ibunda Herawati
yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis baik dalam
segi moril maupun material serta sanggup berkorban apa saja demi penulis
dan juga merupakan dua sosok yang menjadi motivasi bagi penulis.
7.
Untuk adek tersayang Guntoro Urbaningrum dan Ghalih Khairullah untuk
pengertian, kesabaran, semangat yang diberikan dan kasih sayangnya.
8. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, 5 orang asing yang memutuskan
untuk bersama dan mencintai layaknya saudara, Intan Kurniati, Khairun
Nisak Nasution, Eka Rezki Nopianty, Layla Fadhillah, dan Rukiah
Harahap.
9. Kepada seluruh sahabat matematika Dik-C 2011 yang sangat luar biasa,
terima kasih untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa
menyenangkan, untuk petualangan bersama yang telah kita lewati serta
untuk suka dan duka yang tercipta.
10. Kepada seluruh teman-teman matematika stambuk 2011 yang telah pernah
berbagi cerita dan membekaskan kenangan.
11. Untuk sahabatku yang menyatukan diri dari suatu tempat les ketika SMA
Pratiwi Habibi, Yogi Pratama, Syafrin dan Satria terima kasih untuk
support, kecerewatan dan canda tawa yang telah dilewati bersama.
Demikianlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak
tercantum dalam ucapan ini. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan
dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis
mempersembahkan karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua
dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Medan,
Juni 2015
Penulis,
Poppy Amalia
NIM 4111111015
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR STATISTIKA ANTARA
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
DENGAN TPS PADA SISWA KELAS X SMK TI
AR-RAHMAN MEDAN T.A 2014/2015
Poppy Amalia (NIM 4111111015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa hasil belajar statistika
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada
TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X Semester II SMK TI Ar-Rahman yang terdiri dari 6 kelas
dengan jumlah keseluruhan siswa 210 orang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara simple random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas
secara acak yaitu kelas X Mesin-1 sebagai kelas eksperimen A yang berjumlah 30
orang dan kelas X Mesin-3 sebagai kelas eksperimen B yang berjumlah 33 orang.
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil
belajar yang telah divalidasi dalam bentuk uraian dengan jumlah 5 soal. Dari hasil
penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen A dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas eksperimen B dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS diperoleh nilai rata-rata postes kelas eksperimen
A
dengan standar deviasi
dan nilai rata-rata postes kelas
eksperimen B adalah 26 dengan standar deviasi
. Hasil uji t pihak
kanan dengan dk = 61 dan = 0,05, diperoleh thitung = 3,32447 dan ttabel = 1,67078
sehingga thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan
bahwa hasil belajar statistika antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT
lebih baik daripada TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A
2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
11
2.1.1. Pengertian Belajar
11
2.1.2. Hasil Belajar
12
2.1.3. Pembelajaran Matematika
13
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
15
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered head Together (NHT)20
2.1.5.1.Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT
2.1.5.2.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
21
vii
Tipe NHT
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
2.1.6.1. Langkah-langkah Pembelajaran TPS
26
27
28
2.1.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS
31
2.2. Materi Ajar
32
2.3. Teori Yang Mendukung
39
2.4. Penelitian Yang Relevan
41
2.5. Kerangka Konseptual
42
2.6. Hipotesis
46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
47
3.1.1. Lokasi Penelitian
47
3.1.2. Waktu Penelitian
47
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
47
3.2.1. Populasi Penelitian
47
3.2.2. Sampel Penelitian
47
3.3.
Variabel Penelitian
47
3.4.
Definisi Operasional Variabel
48
3.5.
Jenis dan Desain Penelitian
49
3.5.1. Jenis Penelitian
49
3.5.2. Desain Penelitian
49
3.6.
Prosedur Penelitian
50
3.7.
Alat Pengumpulan Data
52
3.7.1. Tes
52
3.8. Teknik Analisis data
3.8.1. Menghitung Rata-rata Skor
53
54
viii
3.8.2. Menghitung Standar Deviasi
54
3.8.3. Uji Normalitas
55
3.9.4. Uji Homogenitas
56
3.9.5. Uji Hipotesis
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deksripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
62
62
4.1.1.1. Analisis Statistik Deksriptif Tes Hasil Belajar Siswa
63
4.1.1.2. Analisis Statistik Inferensial Tes Hasil Belajar Siswa
65
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
70
5.2. Saran
70
DAFTAR PUSTAKA
71
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Contoh Diagram Lambang
32
Gambar 2.2. Diagram Batang Frekuensi Jenis Kendaraan
33
Gambar 2.3. Diagram Garis Penjualan Mobil Setiap Tahunnya
34
Gambar 2.4. Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Siswa
35
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual
44
Gambar 3.1. Rangkaian Prosedur Penelitian
52
Gambar 4.1. Histogram Selisih Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen A 63
Gambar 4.2. Histogram Selisih Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen B 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen A
74
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen B
87
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I Kelas Eksperimen A
99
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II Kelas Eksperimen A
103
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I Kelas Eksperimen B
106
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II Kelas Eksperimen B
110
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LAS I
113
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS II
116
Lampiran 9. Kisi-Kisi Pretest
118
Lampiran 10. Soal Pretes
119
Lampiran 11.Pedoman Penskoran Pretes
124
Lampiran 12. Lembar Validitas Soal Pretes
128
Lampiran 13. Kisi-Kisi Postes
130
Lampiran 14. Soal Postest
131
Lampiran 15 Pedoman Penskoran Postes
136
Lampiran 16 Lembar Validitas Soal Postes
140
Lampiran 17 Data Hasil Selisih Pretes dan Postes
142
Lampiran 18 Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Variansi Peningkatan
(Selisih Postes dan Pretes) Nilai Siswa.
146
Lampiran 19 Uji Normalitas Selisih Data Pretes dan Postes
148
Lampiran 20 Uji Homogenitas Selisih Data Pretes dan Postes
153
Lampiran 21 Uji Hipotesis
154
Lampiran 22 Lembar Pengamatan Penilaian Sikap
156
Lampiran 23 Lembar Pengamatan Penilaian Keterampilan
160
Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
163
Lampiran 25 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
164
Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
165
Lampiran 27 Dokumentasi
167
Lampiran 28 Surat Persetujuan Dosen PS
174
Lampiran 29 Surat Izin Penelitian dari Universitas Negeri Medan
175
xii
Lampiran 30 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di SMK
Ar-Rahman
Lampiran 31 Keterangan Jadwal Penelitian
176
177
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena dengan adanya pendidikan dapat
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
juga merupakan faktor pendukung dalam perkembangan dan persaingan dalam
berbagai bidang. Seperti halnya yang diungkapkan Trianto (2009: 1) bahwa :
“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya”.
Namun permasalahannya kualitas pendidikan di Indonesia masih
mengalami
kemunduran,
seperti
yang
dikutip
dari
harian
kompas
(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indone
sia.Menurun, 2011) mengenai indeks pendidikan di Indonesia berdasarkan data
dari Educational For All (EFA), "indeks pembangunan pendidikan untuk semua
atau education for all di Indonesia menurun. Jika pada tahun 2010 lalu Indonesia
berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69". Ini menunjukkan
bahwa mutu pendidikan Indonesia yang belum mampu lepas dari urutan penghuni
bawah.
Salah satu pendidikan yang dianggap penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan matematika.
Pendidikan matematika mempunyai peranan bagi setiap individu untuk melatih
kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemauan bekerja sama
yang efektif. Cara berfikir seperti ini yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan matematika karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan
yang kuat dan jelas antara yang satu dengan yang lainnya, serta memerlukan pola
pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini sesuai dengan banyaknya
pendapat yang telah disumbangkan matematika untuk kemajuan peradaban
manusia.
2
Sebagaimana
yang
diungkapkan
oleh
Erlangga
(dalam
http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan.html/, 2006) bahwa:
"Matematika sebagai ilmu dasar, memegang peranan yang cukup penting
dalam bidang ilmu terapan. Setelah sukses diterapkan dalam bidang
astronomi dan mekanika, matematika telah berkembang menjadi alat
analisis yang penting dalam bidang fisika dan juga engineering. Dengan
demikian matematika telah menjadi komponen esensial dalam kegiatan
hidup".
Matematika adalah mata pelajaran yang dapat mengekspresikan setiap
hubungan dari berbagai ilmu lain. Menurut Johnson dan Myklebust (dalam
Abdurrahman, 2012:202) menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Sejalan dengan hal tersebut Cokroft (dalam Abdurrahman, 2009: 253)
mengemukakan bahwa:
"Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat; (4)
Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan
masalah yang menantang".
Matematika disadari sangat penting peranannya, oleh karena itu pelajaran
matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari pendidikan dasar
hingga keperguruan tinggi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Abdurrahman
(2012: 204) bahwa: "Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh
semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga perguruan tinggi". Meskipun
matematika memiliki peranan penting, namun itu tidak sebanding dengan hasil
belajar matematika siswa seperti yang diungkapkan Rahmat Hidayat (dalam
http://mametoisme.blogspot.com,
2011),
mengenai
peringkat
matematika
Indonesia dalam hasil penelitian tim Programme of International Student
Assesment (PISA) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dari
41 negara dalam kategori literatur matematika. Hal ini ditandai oleh data Trends
3
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003 menunjukkan
bahwa prestasi siswa Indonesia (Rata-rata: 411) agak jauh di bawah Malaysia
(Rata-rata: 508) dan Singapura (Rata-rata: 605). Pada Skala Matematika TIMSS –
Benchmark Internasional menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada skala
rendah (peringkat bawah), Malaysia pada skala antara menengah dan tinggi (di
peringkat tengah), dan Singapura berada pada skala lanjut (peringkat atas).
Namun siswa Indonesia (169 jam di Kelas 8) lebih banyak menggunakan waktu
dibandingkan siswa Malaysia (120 jam di Kelas 8) dan Singapura (112 jam di
Kelas 8).
Hal
yang
senada
juga
diungkapkan
oleh
Soekisno
(dalam
http://kimfipa.unnes.ac.id/, 2009):
"Hasil tes diagnostik yang dilakukan Suryanto dan Somerset di 16 sekolah
menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil
tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil dari TIMSSThird-International Mathematics and Science Study menunjukkan
Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38
negara".
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
paling sulit, baik tingkat pendidikan sekolah dasar sampai dengan perguruan
tinggi. Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar matematika yang dicapai
siswa. Menurut Abdurrahman (2012: 205) bahwa: ”Pembelajaran mata pelajaran
matematika di Indonesia masih lemah, pengajaran terfokus pada aspek penemuan
dan eksplorasi lalu mengabaikan aspek psikologi pelajar”. Hal ini dapat
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa pada matematika tentu dipengaruhi banyak
faktor. Namun secara garis besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah
faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Sedangkan faktor internal
adalah kemauan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat disebabkan kurangnya pemahaman
4
siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematika yang dipandang
merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Sedangkan faktor lain
yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
belajar matematika adalah pemilihan model pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang tepat akan dapat mengatasi kejenuhan dalam menerima
pelajaran matematika. Seperti yang dikatakan oleh Trianto (2009: 12) bahwa :
Model-model pembelajaran inovatif-progesif merupakan konsep belajar
yang melatih guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif, diharapkan
siswa dapat memahami konsep dari materi pelajaran. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dengan begitu proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMK TI Ar-Rahman
Medan, pada tanggal 19 Januari 2015 dengan nara sumber Bapak Nurwan selaku
guru matematika. Dari hasil wawancara beliau mengungkapkan bahwa Pelajaran
matematika dianggap sulit oleh siswa. Hal ini terlihat pada kepasifan siswa ketika
pelajaran berlangsung sekitar 70%, berarti hanya ada 30% siswa yang aktif.
Kepasifan siswa tersebut terlihat dari perolehan hasil ujian siswa yang masih
sangat rendah. Diperoleh hasil belajar statistika pada tahun sebelumnya ketika
ulangan harian, di kelas X Mesin 1 hanya ada 4 siswa yang lulus, di kelas X
Mesin 2 hanya ada 2 siswa yang lulus dan di kelas X Mesin 3 hanya ada 9 siswa
yang lulus melewati nilai kkm.
Selain hasil belajar yang masih rendah, kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal berbentuk cerita juga sangat rendah. Menurut bapak
Nurwan siswa dapat menerapkan rumus tetapi kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal berbentuk cerita. Hal ini menandakan bahwa tingkat kemampuan
kognitif siswa masih pada tingkat pemahaman. Padahal untuk tingkat sekolah
5
menengah atas seharusnya siswa sudah menguasai sekurang-kurangnya sampai
tingkat analisis. Disamping itu, menurut bapak Nurwan telah dilakukan upaya
untuk mengatasinya seperti dengan memotivasi siswa sebelum pelajaran
berlangsung akan tetapi, hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Selain itu model pembelajaran penemuan terbimbing dan kooperatif
tipe Jigsaw pernah diterapkan di dalam kelas, namun kurang efektif dalam
meningkatkan hasil belajar. Ketika pada proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran penemuan terbimbing, siswa hanya berperan sebagai
informasi dan solusi dari masalah datang dari guru, dengan begitu proses
penyelesaian pemecahan masalah sangat tergantung dari guru itu sendiri.
Sedangkan ketika menggunakan model Jigsaw tidak berjalan dengan baik karena,
siswa lebih banyak yang diam duduk di dalam kelompok dan tidak ikut untuk
berdikusi sedangkan ini menuntut siswa untuk aktif dan memahami materi
bagiannya masing-masing untuk didiskusikan kembali ke kelompok asalnya.
Sehingga model pembelajaran kembali ke pembelajaran langsung berupa
menyampaikan materi lewat ceramah, latihan dan memberikan tugas-tugas.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran. Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu
solusinya adalah, guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang memerlukan
keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya selama proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis (Trianto 2009:59). Pada kelompok kooperatif ini,
siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif tidak menggantikan
pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih pada menggantikan pengaturan
tempat duduk yang individual, cara belajar yang individual, dan dorongan yang
6
individual. Seperti yang diungkapkan Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2009:
57).:
"Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa
untuk meningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun kelompok".
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
selama ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan
yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 17) bahwa:
"Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk
melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi
atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini,
sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka".
Selanjutnya
Usman
H.B
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/viewArticle/582,
(dalam
2008)
juga
mengungkapkan bahwa:
"Model pembelajaran yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktivitas
matematika adalah model pembelajaran kooperatif".
Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Diantaranya adalah, model pembelajaran kooperatif tipe tipe Numbered Head
Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
yang masih dalam satu pendekatan struktural.
Menurut Sanjaya dalam (Restiyani, 2013: 3) bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan teknik yang baik
dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berpikir kritis karena siswa
diberikan kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan masalah dengan
kerjasama kelompok sehingga mereka lebih mudah memahami materi. Model
7
pembelajaran ini merupakan sebuah varian diskusi kelompok dengan ciri khasnya
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang mewakili kelompoknya itu. Cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa sehingga sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Struktur
kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi dan usaha individual, lebih
menunjang komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi diantara
siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, lebih banyak
bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa, perasaan terlibat yang
lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling
mempercayai diantara para siswa.
Selain model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT),
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
adalah model kooperatif tipe Think Pair share (TPS). Pembelajaran kooperatif
tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpasangan dan
memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan Frank Lyman (dalam Trianto,
2009: 81) bahwa:
"Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu."
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS merupakan dua model
pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa
pada matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorong
kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari penjelasan di atas, kedua model memiliki beberapa persamaan
menyebabkan peneliti ingin melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari
8
kedua model yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi statistika. Selain dari alasan itu
peneliti tertarik meneliti kedua model diatas karena peneliti ingin melihat tipe
mana yang lebih baik diajarkan pada materi statistika.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya oleh Dewi Suryani Purba,
"Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model kooperatif tipe
TPS dengan model kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan lingkaran kelas VIII
SMP Swasta Salsabilina T.A 2011/2012", diperoleh hasil penelitian hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen I yang diajarkan dengan menggunakan kooperatif
tipe TPS diperoleh rata-rata pretest sebesar 3,625 dan rata-rata postest sebesar 7,9.
Sedangkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen II yang diajar dengan
menggunakan kooperatif tipe NHT diperoleh rata-rata pretest sebesar 3,8 dan ratarata postest sebesar 8,425. Maka dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model kooperatif tipe TPS. Dari hasil penelitian oleh Ulfa Nida Hasibuan
"Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi
operasi hitung bentuk aljabar di kelas VIII SMPN 5 Binjai", diperoleh rata-rata
pretest untuk kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif tipe NHT
sebesar 40,83 dan kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe TPS
sebesar 40,67. Rata-rata postest untuk kelas eksperimen yang menggunakan
model kooperatif tipe NHT
sebesar 81,17 dan kelas eksperimen yang
menggunakan model kooperatif tipe TPS sebesar 74,83. Maka dapat disimpulkan
dari penelitian ini, bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS. Dan dari hasil
penelitian oleh Yuswaiti, dkk " Perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas
VIII MTS Pekan Tebih yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS". Diperoleh hasil rata-rata
9
postes di kelas eksperimen pertama yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebesar 85,4 dan di kelas eksperimen ke dua yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebesar 75,3. Maka dapat
disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen pertama yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar kelas eksperimen kedua yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Dari hasil pemaparan tiga penelitian sebelumnya diatas, membuat peneliti
berasumsi bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif NHT
lebih baik dibandingkan dengan model kooperatif TPS. Sehingga untuk lebih
mengetahui keefektifan kedua model tersebut peneliti mencoba untuk melakukan
penelitian di SMK TI Ar-Rahman Medan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul "Perbedaan Hasil Belajar Statistika
Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada Siswa
Kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015".
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar statistika siswa masih rendah.
2. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk cerita.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus
statistika.
4. Ketidaktepatan guru dalam memilih model pembelajaran.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, perbedaan hasil belajar statistika
antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada siswa kelas X
SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015.
10
1.4.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,
apakah hasil belajar statistika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih baik daripada TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman
Medan?
1.5.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk
menunjukkan bahwa hasil belajar statistika dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada TPS pada siswa kelas X
SMK TI Ar-Rahman Medan.
1.6.
1.
Manfaat Penelitian
Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada pokok bahasan statistika.
2.
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Bagi kepala sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
rangka perbaikan kualitas pembelajaran dengan siswa.
4.
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah pada
masa yang akan datang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman
dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa berturut-turut adalah 38,367 dan 26. Hal
ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu
3,32447 > 1,67078.
5.2 Saran
1. Kepada peneliti selanjutnya agar memberikan pengarahan terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling
berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan
pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru.
2. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memotivasi siswa agar tidak malumalu dalam melakukan presentasi serta membantu kelompok yang
mengalami kesulitan dalam melakukan presentasi dan memotivasi siswa
untuk berani mengeluarkan pendapat dan bertanya dengan memberikan
penghargaan berupa pujian kepada siswa yang berani mengeluarkan
pendapat dan bertanya.
3. Kepada guru ataupun peneliti selanjutnya sebaiknya terlebih dahulu
mengarahkan siswa untuk membaca langkah-langkah pada lembar
kegiatan siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Jakarta:
Rineka Cipta.
Armanto, D. Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan. (online). Tersedia:
http://p4mriunimed.wordpress.com/ (diakses 20 Januari 2015).
Arnita. (2013). Pengantar Statistika. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Definisi Hasil Belajar. (online). Tersedia:
http://buku.infogue.com/ (diakses 19 Januari 2015).
Erlangga.
(2006).
Peranan
Matematika.
(online).
Tersedia: http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan.html/ (diakses 19
Januari 2015).
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
(2011). Pedoman penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA Unimed. Medan: FMIPA UNIMED.
Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, M.I. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Dengan Menggunakan LAS Pada
Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII
MTs.N Binanga Tahun Ajaran 2011/ 2012. Medan: Skripsi Universitas
Negeri Medan.
Hasibuan, U.N. (2011).Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan
Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Tipe Think
Pair Share (TPS) Pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar Di Kelas
VIII SMPN 5 Binjai. Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan.
Hidayat, R. (2011). Permasalahan dalam pendidikan. (online). Tersedia:
http://mametoisme.blogspot.com/2011/12/permasalahan-pokok-dalampendidikan.html. (diakses 19 Januari 2015).
Herdy. (2009). Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT). (online).
Tersedia:
https://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/modelpembelajaran-nht-numbered-head-together/ (diakses 19 Januari 2015)
Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok,
Bandung: Alfabeta.
72
Kompas.
(2011).
Pendidikan
Indonesia.
(online).
Tersedia:
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidika
n.Indonesia.Menurun (diakses 19 januari 2015)
Mahmudin.
(2009).
Think
Pair
Share.
(online).
Tersedia:
http://mahmudin04.wordpress.com/ (diakses 20 Januari 2015).
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purba, D.S. (2011). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan
Model Kooperatif Tipe TPS Dengan Model Kooperatif Tipe NHT Pada
Pokok Bahsan Lingkaran Kelas VIII SMP SWASTA SALSABILINA T.A
2011/2012. Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan.
Restiyani, D. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik. Tasikmalaya: Skripsi Universitas
Siliwangi
Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Siregar, E. dan Hartini Nara. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Slavin, R.E. (2014). Cooperative Learning: theory, research, and practice
(terjemahan). Bandung: Nusa Media
Soekisno. (2009). Matematika. (online). Tersedia: http://kimfipa.unnes.ac.id/.
(diakses 20 Januari 2015).
Sudjana. (2009). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukino. (2004). Matematika Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sulistyo.
(2007).
Uji
non-parametrik.
(online).
Tersedia:
http://sulistyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33609/07nonpar.pd
f (diakses 1April 2015).
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Massmedia Buana
Pustaka.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
73
______. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Usman. (2008). Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa tentang Konsep Limit
melalui Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Ilmu Pendidikan, Malang:
Universitas Negeri Malang.
Yuswaiti. (2014). Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTS
Pekan Tebih Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Dengan Model Pembelajaran Koopertif
Tipe Think Pair Share (TPS), (online). Tersedia: http://ejournal.upp.ac.id/index.php/mtkfkip/article/view/275 (diakses 1 April
2015).
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
DENGAN TPS PADA SISWA KELAS X SMK TI
AR-RAHMAN MEDAN T.A. 2014/2015
Oleh :
Poppy Amalia
NIM 4111111015
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
i
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Perbedaan Hasil Belajar
Statistika Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada
siswa Kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015”, yang disusun untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan
Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika S-1.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara
lain:
1. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing Skripsi peneliti
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan,
bimbingan, dan berbagi ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, Bapak Pardomuan NJM Sinambela, S.Pd,
M.Pd dan Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, sebagai Dosen Penguji yang
telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
3. Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd, sebagai dosen Penasehat Akademik
(PA) yang selalu membantu penulis dan memberikan arahan serta
dukungan terhadap penulis.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta staf pegawai jurusan matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku ketua
jurusan matematika.
5.
Bapak Drs.Sukardi, sebagai Kepala Sekolah SMK-TI Ar-Rahman yang
telah mengijinkan peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut serta Bapak Nurwan S.Pd sebagai guru bidang studi matematika
di SMK-TI Ar-Rahman yang telah banyak membantu penulis dalam
melakukan penelitian ini.
v
6. Teristimewa peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. Sukardi dan Ibunda Herawati
yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis baik dalam
segi moril maupun material serta sanggup berkorban apa saja demi penulis
dan juga merupakan dua sosok yang menjadi motivasi bagi penulis.
7.
Untuk adek tersayang Guntoro Urbaningrum dan Ghalih Khairullah untuk
pengertian, kesabaran, semangat yang diberikan dan kasih sayangnya.
8. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, 5 orang asing yang memutuskan
untuk bersama dan mencintai layaknya saudara, Intan Kurniati, Khairun
Nisak Nasution, Eka Rezki Nopianty, Layla Fadhillah, dan Rukiah
Harahap.
9. Kepada seluruh sahabat matematika Dik-C 2011 yang sangat luar biasa,
terima kasih untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa
menyenangkan, untuk petualangan bersama yang telah kita lewati serta
untuk suka dan duka yang tercipta.
10. Kepada seluruh teman-teman matematika stambuk 2011 yang telah pernah
berbagi cerita dan membekaskan kenangan.
11. Untuk sahabatku yang menyatukan diri dari suatu tempat les ketika SMA
Pratiwi Habibi, Yogi Pratama, Syafrin dan Satria terima kasih untuk
support, kecerewatan dan canda tawa yang telah dilewati bersama.
Demikianlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak
tercantum dalam ucapan ini. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan
dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis
mempersembahkan karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua
dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Medan,
Juni 2015
Penulis,
Poppy Amalia
NIM 4111111015
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR STATISTIKA ANTARA
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
DENGAN TPS PADA SISWA KELAS X SMK TI
AR-RAHMAN MEDAN T.A 2014/2015
Poppy Amalia (NIM 4111111015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa hasil belajar statistika
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada
TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X Semester II SMK TI Ar-Rahman yang terdiri dari 6 kelas
dengan jumlah keseluruhan siswa 210 orang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara simple random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas
secara acak yaitu kelas X Mesin-1 sebagai kelas eksperimen A yang berjumlah 30
orang dan kelas X Mesin-3 sebagai kelas eksperimen B yang berjumlah 33 orang.
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil
belajar yang telah divalidasi dalam bentuk uraian dengan jumlah 5 soal. Dari hasil
penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen A dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas eksperimen B dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS diperoleh nilai rata-rata postes kelas eksperimen
A
dengan standar deviasi
dan nilai rata-rata postes kelas
eksperimen B adalah 26 dengan standar deviasi
. Hasil uji t pihak
kanan dengan dk = 61 dan = 0,05, diperoleh thitung = 3,32447 dan ttabel = 1,67078
sehingga thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan
bahwa hasil belajar statistika antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT
lebih baik daripada TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A
2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
11
2.1.1. Pengertian Belajar
11
2.1.2. Hasil Belajar
12
2.1.3. Pembelajaran Matematika
13
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
15
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered head Together (NHT)20
2.1.5.1.Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT
2.1.5.2.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
21
vii
Tipe NHT
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
2.1.6.1. Langkah-langkah Pembelajaran TPS
26
27
28
2.1.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS
31
2.2. Materi Ajar
32
2.3. Teori Yang Mendukung
39
2.4. Penelitian Yang Relevan
41
2.5. Kerangka Konseptual
42
2.6. Hipotesis
46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
47
3.1.1. Lokasi Penelitian
47
3.1.2. Waktu Penelitian
47
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
47
3.2.1. Populasi Penelitian
47
3.2.2. Sampel Penelitian
47
3.3.
Variabel Penelitian
47
3.4.
Definisi Operasional Variabel
48
3.5.
Jenis dan Desain Penelitian
49
3.5.1. Jenis Penelitian
49
3.5.2. Desain Penelitian
49
3.6.
Prosedur Penelitian
50
3.7.
Alat Pengumpulan Data
52
3.7.1. Tes
52
3.8. Teknik Analisis data
3.8.1. Menghitung Rata-rata Skor
53
54
viii
3.8.2. Menghitung Standar Deviasi
54
3.8.3. Uji Normalitas
55
3.9.4. Uji Homogenitas
56
3.9.5. Uji Hipotesis
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deksripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
62
62
4.1.1.1. Analisis Statistik Deksriptif Tes Hasil Belajar Siswa
63
4.1.1.2. Analisis Statistik Inferensial Tes Hasil Belajar Siswa
65
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
70
5.2. Saran
70
DAFTAR PUSTAKA
71
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Contoh Diagram Lambang
32
Gambar 2.2. Diagram Batang Frekuensi Jenis Kendaraan
33
Gambar 2.3. Diagram Garis Penjualan Mobil Setiap Tahunnya
34
Gambar 2.4. Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Siswa
35
Gambar 2.5. Kerangka Konseptual
44
Gambar 3.1. Rangkaian Prosedur Penelitian
52
Gambar 4.1. Histogram Selisih Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen A 63
Gambar 4.2. Histogram Selisih Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen B 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen A
74
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen B
87
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I Kelas Eksperimen A
99
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II Kelas Eksperimen A
103
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I Kelas Eksperimen B
106
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II Kelas Eksperimen B
110
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LAS I
113
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS II
116
Lampiran 9. Kisi-Kisi Pretest
118
Lampiran 10. Soal Pretes
119
Lampiran 11.Pedoman Penskoran Pretes
124
Lampiran 12. Lembar Validitas Soal Pretes
128
Lampiran 13. Kisi-Kisi Postes
130
Lampiran 14. Soal Postest
131
Lampiran 15 Pedoman Penskoran Postes
136
Lampiran 16 Lembar Validitas Soal Postes
140
Lampiran 17 Data Hasil Selisih Pretes dan Postes
142
Lampiran 18 Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Variansi Peningkatan
(Selisih Postes dan Pretes) Nilai Siswa.
146
Lampiran 19 Uji Normalitas Selisih Data Pretes dan Postes
148
Lampiran 20 Uji Homogenitas Selisih Data Pretes dan Postes
153
Lampiran 21 Uji Hipotesis
154
Lampiran 22 Lembar Pengamatan Penilaian Sikap
156
Lampiran 23 Lembar Pengamatan Penilaian Keterampilan
160
Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
163
Lampiran 25 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
164
Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
165
Lampiran 27 Dokumentasi
167
Lampiran 28 Surat Persetujuan Dosen PS
174
Lampiran 29 Surat Izin Penelitian dari Universitas Negeri Medan
175
xii
Lampiran 30 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di SMK
Ar-Rahman
Lampiran 31 Keterangan Jadwal Penelitian
176
177
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena dengan adanya pendidikan dapat
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
juga merupakan faktor pendukung dalam perkembangan dan persaingan dalam
berbagai bidang. Seperti halnya yang diungkapkan Trianto (2009: 1) bahwa :
“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya”.
Namun permasalahannya kualitas pendidikan di Indonesia masih
mengalami
kemunduran,
seperti
yang
dikutip
dari
harian
kompas
(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indone
sia.Menurun, 2011) mengenai indeks pendidikan di Indonesia berdasarkan data
dari Educational For All (EFA), "indeks pembangunan pendidikan untuk semua
atau education for all di Indonesia menurun. Jika pada tahun 2010 lalu Indonesia
berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69". Ini menunjukkan
bahwa mutu pendidikan Indonesia yang belum mampu lepas dari urutan penghuni
bawah.
Salah satu pendidikan yang dianggap penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan matematika.
Pendidikan matematika mempunyai peranan bagi setiap individu untuk melatih
kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis, kreatif dan kemauan bekerja sama
yang efektif. Cara berfikir seperti ini yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan matematika karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan
yang kuat dan jelas antara yang satu dengan yang lainnya, serta memerlukan pola
pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini sesuai dengan banyaknya
pendapat yang telah disumbangkan matematika untuk kemajuan peradaban
manusia.
2
Sebagaimana
yang
diungkapkan
oleh
Erlangga
(dalam
http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan.html/, 2006) bahwa:
"Matematika sebagai ilmu dasar, memegang peranan yang cukup penting
dalam bidang ilmu terapan. Setelah sukses diterapkan dalam bidang
astronomi dan mekanika, matematika telah berkembang menjadi alat
analisis yang penting dalam bidang fisika dan juga engineering. Dengan
demikian matematika telah menjadi komponen esensial dalam kegiatan
hidup".
Matematika adalah mata pelajaran yang dapat mengekspresikan setiap
hubungan dari berbagai ilmu lain. Menurut Johnson dan Myklebust (dalam
Abdurrahman, 2012:202) menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Sejalan dengan hal tersebut Cokroft (dalam Abdurrahman, 2009: 253)
mengemukakan bahwa:
"Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat; (4)
Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan
masalah yang menantang".
Matematika disadari sangat penting peranannya, oleh karena itu pelajaran
matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari pendidikan dasar
hingga keperguruan tinggi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Abdurrahman
(2012: 204) bahwa: "Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh
semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga perguruan tinggi". Meskipun
matematika memiliki peranan penting, namun itu tidak sebanding dengan hasil
belajar matematika siswa seperti yang diungkapkan Rahmat Hidayat (dalam
http://mametoisme.blogspot.com,
2011),
mengenai
peringkat
matematika
Indonesia dalam hasil penelitian tim Programme of International Student
Assesment (PISA) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dari
41 negara dalam kategori literatur matematika. Hal ini ditandai oleh data Trends
3
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003 menunjukkan
bahwa prestasi siswa Indonesia (Rata-rata: 411) agak jauh di bawah Malaysia
(Rata-rata: 508) dan Singapura (Rata-rata: 605). Pada Skala Matematika TIMSS –
Benchmark Internasional menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada skala
rendah (peringkat bawah), Malaysia pada skala antara menengah dan tinggi (di
peringkat tengah), dan Singapura berada pada skala lanjut (peringkat atas).
Namun siswa Indonesia (169 jam di Kelas 8) lebih banyak menggunakan waktu
dibandingkan siswa Malaysia (120 jam di Kelas 8) dan Singapura (112 jam di
Kelas 8).
Hal
yang
senada
juga
diungkapkan
oleh
Soekisno
(dalam
http://kimfipa.unnes.ac.id/, 2009):
"Hasil tes diagnostik yang dilakukan Suryanto dan Somerset di 16 sekolah
menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil
tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil dari TIMSSThird-International Mathematics and Science Study menunjukkan
Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38
negara".
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
paling sulit, baik tingkat pendidikan sekolah dasar sampai dengan perguruan
tinggi. Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar matematika yang dicapai
siswa. Menurut Abdurrahman (2012: 205) bahwa: ”Pembelajaran mata pelajaran
matematika di Indonesia masih lemah, pengajaran terfokus pada aspek penemuan
dan eksplorasi lalu mengabaikan aspek psikologi pelajar”. Hal ini dapat
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa pada matematika tentu dipengaruhi banyak
faktor. Namun secara garis besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah
faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Sedangkan faktor internal
adalah kemauan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat disebabkan kurangnya pemahaman
4
siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematika yang dipandang
merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Sedangkan faktor lain
yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
belajar matematika adalah pemilihan model pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang tepat akan dapat mengatasi kejenuhan dalam menerima
pelajaran matematika. Seperti yang dikatakan oleh Trianto (2009: 12) bahwa :
Model-model pembelajaran inovatif-progesif merupakan konsep belajar
yang melatih guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif, diharapkan
siswa dapat memahami konsep dari materi pelajaran. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dengan begitu proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMK TI Ar-Rahman
Medan, pada tanggal 19 Januari 2015 dengan nara sumber Bapak Nurwan selaku
guru matematika. Dari hasil wawancara beliau mengungkapkan bahwa Pelajaran
matematika dianggap sulit oleh siswa. Hal ini terlihat pada kepasifan siswa ketika
pelajaran berlangsung sekitar 70%, berarti hanya ada 30% siswa yang aktif.
Kepasifan siswa tersebut terlihat dari perolehan hasil ujian siswa yang masih
sangat rendah. Diperoleh hasil belajar statistika pada tahun sebelumnya ketika
ulangan harian, di kelas X Mesin 1 hanya ada 4 siswa yang lulus, di kelas X
Mesin 2 hanya ada 2 siswa yang lulus dan di kelas X Mesin 3 hanya ada 9 siswa
yang lulus melewati nilai kkm.
Selain hasil belajar yang masih rendah, kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal berbentuk cerita juga sangat rendah. Menurut bapak
Nurwan siswa dapat menerapkan rumus tetapi kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal berbentuk cerita. Hal ini menandakan bahwa tingkat kemampuan
kognitif siswa masih pada tingkat pemahaman. Padahal untuk tingkat sekolah
5
menengah atas seharusnya siswa sudah menguasai sekurang-kurangnya sampai
tingkat analisis. Disamping itu, menurut bapak Nurwan telah dilakukan upaya
untuk mengatasinya seperti dengan memotivasi siswa sebelum pelajaran
berlangsung akan tetapi, hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Selain itu model pembelajaran penemuan terbimbing dan kooperatif
tipe Jigsaw pernah diterapkan di dalam kelas, namun kurang efektif dalam
meningkatkan hasil belajar. Ketika pada proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran penemuan terbimbing, siswa hanya berperan sebagai
informasi dan solusi dari masalah datang dari guru, dengan begitu proses
penyelesaian pemecahan masalah sangat tergantung dari guru itu sendiri.
Sedangkan ketika menggunakan model Jigsaw tidak berjalan dengan baik karena,
siswa lebih banyak yang diam duduk di dalam kelompok dan tidak ikut untuk
berdikusi sedangkan ini menuntut siswa untuk aktif dan memahami materi
bagiannya masing-masing untuk didiskusikan kembali ke kelompok asalnya.
Sehingga model pembelajaran kembali ke pembelajaran langsung berupa
menyampaikan materi lewat ceramah, latihan dan memberikan tugas-tugas.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran. Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu
solusinya adalah, guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang memerlukan
keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat mengembangkan kemampuan
berfikirnya selama proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis (Trianto 2009:59). Pada kelompok kooperatif ini,
siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif tidak menggantikan
pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih pada menggantikan pengaturan
tempat duduk yang individual, cara belajar yang individual, dan dorongan yang
6
individual. Seperti yang diungkapkan Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2009:
57).:
"Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa
untuk meningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun kelompok".
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
selama ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan
yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 17) bahwa:
"Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk
melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi
atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini,
sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka".
Selanjutnya
Usman
H.B
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/viewArticle/582,
(dalam
2008)
juga
mengungkapkan bahwa:
"Model pembelajaran yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktivitas
matematika adalah model pembelajaran kooperatif".
Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Diantaranya adalah, model pembelajaran kooperatif tipe tipe Numbered Head
Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
yang masih dalam satu pendekatan struktural.
Menurut Sanjaya dalam (Restiyani, 2013: 3) bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan teknik yang baik
dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berpikir kritis karena siswa
diberikan kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan masalah dengan
kerjasama kelompok sehingga mereka lebih mudah memahami materi. Model
7
pembelajaran ini merupakan sebuah varian diskusi kelompok dengan ciri khasnya
adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang mewakili kelompoknya itu. Cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa sehingga sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Struktur
kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi dan usaha individual, lebih
menunjang komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi diantara
siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, lebih banyak
bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa, perasaan terlibat yang
lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling
mempercayai diantara para siswa.
Selain model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT),
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
adalah model kooperatif tipe Think Pair share (TPS). Pembelajaran kooperatif
tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpasangan dan
memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan Frank Lyman (dalam Trianto,
2009: 81) bahwa:
"Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu."
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS merupakan dua model
pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa
pada matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorong
kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari penjelasan di atas, kedua model memiliki beberapa persamaan
menyebabkan peneliti ingin melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari
8
kedua model yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi statistika. Selain dari alasan itu
peneliti tertarik meneliti kedua model diatas karena peneliti ingin melihat tipe
mana yang lebih baik diajarkan pada materi statistika.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya oleh Dewi Suryani Purba,
"Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model kooperatif tipe
TPS dengan model kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan lingkaran kelas VIII
SMP Swasta Salsabilina T.A 2011/2012", diperoleh hasil penelitian hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen I yang diajarkan dengan menggunakan kooperatif
tipe TPS diperoleh rata-rata pretest sebesar 3,625 dan rata-rata postest sebesar 7,9.
Sedangkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen II yang diajar dengan
menggunakan kooperatif tipe NHT diperoleh rata-rata pretest sebesar 3,8 dan ratarata postest sebesar 8,425. Maka dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model kooperatif tipe TPS. Dari hasil penelitian oleh Ulfa Nida Hasibuan
"Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi
operasi hitung bentuk aljabar di kelas VIII SMPN 5 Binjai", diperoleh rata-rata
pretest untuk kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif tipe NHT
sebesar 40,83 dan kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe TPS
sebesar 40,67. Rata-rata postest untuk kelas eksperimen yang menggunakan
model kooperatif tipe NHT
sebesar 81,17 dan kelas eksperimen yang
menggunakan model kooperatif tipe TPS sebesar 74,83. Maka dapat disimpulkan
dari penelitian ini, bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS. Dan dari hasil
penelitian oleh Yuswaiti, dkk " Perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas
VIII MTS Pekan Tebih yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS". Diperoleh hasil rata-rata
9
postes di kelas eksperimen pertama yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebesar 85,4 dan di kelas eksperimen ke dua yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebesar 75,3. Maka dapat
disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen pertama yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar kelas eksperimen kedua yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Dari hasil pemaparan tiga penelitian sebelumnya diatas, membuat peneliti
berasumsi bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif NHT
lebih baik dibandingkan dengan model kooperatif TPS. Sehingga untuk lebih
mengetahui keefektifan kedua model tersebut peneliti mencoba untuk melakukan
penelitian di SMK TI Ar-Rahman Medan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul "Perbedaan Hasil Belajar Statistika
Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan TPS Pada Siswa
Kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015".
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar statistika siswa masih rendah.
2. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk cerita.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan rumus-rumus
statistika.
4. Ketidaktepatan guru dalam memilih model pembelajaran.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, perbedaan hasil belajar statistika
antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada siswa kelas X
SMK TI Ar-Rahman Medan T.A 2014/2015.
10
1.4.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,
apakah hasil belajar statistika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih baik daripada TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman
Medan?
1.5.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk
menunjukkan bahwa hasil belajar statistika dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada TPS pada siswa kelas X
SMK TI Ar-Rahman Medan.
1.6.
1.
Manfaat Penelitian
Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada pokok bahasan statistika.
2.
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Bagi kepala sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
rangka perbaikan kualitas pembelajaran dengan siswa.
4.
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah pada
masa yang akan datang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman
dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa berturut-turut adalah 38,367 dan 26. Hal
ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu
3,32447 > 1,67078.
5.2 Saran
1. Kepada peneliti selanjutnya agar memberikan pengarahan terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling
berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan
pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru.
2. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memotivasi siswa agar tidak malumalu dalam melakukan presentasi serta membantu kelompok yang
mengalami kesulitan dalam melakukan presentasi dan memotivasi siswa
untuk berani mengeluarkan pendapat dan bertanya dengan memberikan
penghargaan berupa pujian kepada siswa yang berani mengeluarkan
pendapat dan bertanya.
3. Kepada guru ataupun peneliti selanjutnya sebaiknya terlebih dahulu
mengarahkan siswa untuk membaca langkah-langkah pada lembar
kegiatan siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Jakarta:
Rineka Cipta.
Armanto, D. Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan. (online). Tersedia:
http://p4mriunimed.wordpress.com/ (diakses 20 Januari 2015).
Arnita. (2013). Pengantar Statistika. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Definisi Hasil Belajar. (online). Tersedia:
http://buku.infogue.com/ (diakses 19 Januari 2015).
Erlangga.
(2006).
Peranan
Matematika.
(online).
Tersedia: http://www.erlangga.co.id/artikel/pendidikan.html/ (diakses 19
Januari 2015).
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
(2011). Pedoman penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA Unimed. Medan: FMIPA UNIMED.
Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, M.I. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Dengan Menggunakan LAS Pada
Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas VIII
MTs.N Binanga Tahun Ajaran 2011/ 2012. Medan: Skripsi Universitas
Negeri Medan.
Hasibuan, U.N. (2011).Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan
Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Tipe Think
Pair Share (TPS) Pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar Di Kelas
VIII SMPN 5 Binjai. Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan.
Hidayat, R. (2011). Permasalahan dalam pendidikan. (online). Tersedia:
http://mametoisme.blogspot.com/2011/12/permasalahan-pokok-dalampendidikan.html. (diakses 19 Januari 2015).
Herdy. (2009). Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT). (online).
Tersedia:
https://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/modelpembelajaran-nht-numbered-head-together/ (diakses 19 Januari 2015)
Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektifitas pembelajaran Kelompok,
Bandung: Alfabeta.
72
Kompas.
(2011).
Pendidikan
Indonesia.
(online).
Tersedia:
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidika
n.Indonesia.Menurun (diakses 19 januari 2015)
Mahmudin.
(2009).
Think
Pair
Share.
(online).
Tersedia:
http://mahmudin04.wordpress.com/ (diakses 20 Januari 2015).
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purba, D.S. (2011). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan
Model Kooperatif Tipe TPS Dengan Model Kooperatif Tipe NHT Pada
Pokok Bahsan Lingkaran Kelas VIII SMP SWASTA SALSABILINA T.A
2011/2012. Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan.
Restiyani, D. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik. Tasikmalaya: Skripsi Universitas
Siliwangi
Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Siregar, E. dan Hartini Nara. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Slavin, R.E. (2014). Cooperative Learning: theory, research, and practice
(terjemahan). Bandung: Nusa Media
Soekisno. (2009). Matematika. (online). Tersedia: http://kimfipa.unnes.ac.id/.
(diakses 20 Januari 2015).
Sudjana. (2009). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukino. (2004). Matematika Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sulistyo.
(2007).
Uji
non-parametrik.
(online).
Tersedia:
http://sulistyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33609/07nonpar.pd
f (diakses 1April 2015).
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Massmedia Buana
Pustaka.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
73
______. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Usman. (2008). Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa tentang Konsep Limit
melalui Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Ilmu Pendidikan, Malang:
Universitas Negeri Malang.
Yuswaiti. (2014). Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTS
Pekan Tebih Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Dengan Model Pembelajaran Koopertif
Tipe Think Pair Share (TPS), (online). Tersedia: http://ejournal.upp.ac.id/index.php/mtkfkip/article/view/275 (diakses 1 April
2015).