PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI DENGAN INKUIRI TERBIMBING

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF

TIPE GRUP INVESTIGASI DENGAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh Intan Ferlina

Penelitian ini membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui, (1) perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup

investigasi (GI) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing; (2) hasil belajar fisika siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMAN 12 Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X pada semester genap sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas X5 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) dan kelas X7 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.Pemilihan kelas sampel menggunakan teknik purposive samplingyaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih sampel adalah berdasar hasil belajar siswa yang sama atau setara antara dua kelas yang menjadi sampel.


(2)

Hasil yang diperoleh penelitian yang dilakukan adalah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.Rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa antara kelas yang

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI). Dengan nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas inkuiri terbimbing 67,333 sedangkan pada kelas grup investigasi (GI) 49,857. Dari perbedaan hasil rata-rata belajar siswa terlihat bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI)


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran langsung, sehingga masih diperoleh hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan pada mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang hasil belajarnya belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Pada SMA 12 ini pembelajaran Fisika masih berjalan secara monoton dan membosankan, siswa belum dibiasakan untuk aktif dalam pembelajaran dan melakukan kerjasama sesama siswa, proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru yang aktif memberikan materi. Penyampaian materi di kelas menggunakan metode ceramah atau menggunakan model pembelajaran langsung (DI), demonstrasi dan tanya jawab hanya berlangsung secara cepat didalam kelas, siswa tidak diberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan ke sesama dan memecahkan masalah secara mandiri. Siswa hanya menerima materi kemudian diberi contoh soal dan mengerjakan latihan, siswa belum diberi kesempatan untuk bisa mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara mandiri dengan berpikir dan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru yang aktif memberikan materi, bukan pada siswa yang


(4)

aktif belajar untuk memperoleh pengetahuan yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan, sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan.

Fisika adalah salah mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa, kebanyakan dari mereka memperoleh hasil belajar yang rendah untuk mata pelajaran ini. Sebab banyak menggunakan rumus yang matematis dan penguasaan konsep serta proses pembelajaran yang berlangsung secara monoton sehingga siswa merasa jenuh dengan pelajaran fisika. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 12 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata ulangan semester ganjil siswa kelas X5 dan kelas X7 masih belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), standar ketuntasan belajar fisika yang ditetapkan sekolah adalah 67,00. Informasi yang diperoleh dari guru fisika SMA Negeri 12 Bandar Lampung, siswa kelas X5berjumlah 35 siswa dengan 13 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan, hanya 2 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar.

Sedangkan siswa kelas X7berjumlah 32 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan, hanya 10 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan, masih banyak siswa yang belum mendapatkan

ketuntasan dalam belajar. Meskipun telah ditetapkan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang rendah.

Proses berfikir dan berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran fisika masih kurang serta rendahnya pemahaman konsep fisika siswa dan keaktifan siswa


(5)

dalam memecahkan masalah secara mandiri dikarenakan guru masih menggunakan proses pembelajaran yang bersifat pembelajaran langsung sehingga proses pembelajaran fisika berjalan monoton dan membosankan. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan meninggalkan kesan bahwa belajar fisika itu sangat membosankan, dan sulit. Untuk menghindari kejenuhan, guru sebagai penyampai pesan pembelajaran harus mempunyai keterampilan dan strategi pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan tidak terkesan monoton dan membosankan sehingga dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran fisika dapat memberikan variasi dalam pembelajaran fisika dan memperbanyak aktivitas siswa bekerjasama dengan teman dalam menemukan pengetahuan baru dan memecahkan masalah secara mandiri, guru sebagai fasilitator atau tempat bertanya, mengarahkan dan menguatkan setiap pendapat-pendapat baru serta meluruskan suatu pemikiran yang salah.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran fisika antara lain model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) dan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat berinteraksi dan bekerjasama di dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada dengan efektif dalam masing-masing kelompok.


(6)

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation (GI).

Group Investigation (GI)adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan pembelajaran yaitu dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). (Kunandar, 2007: 344)

Langkah-langkah dalam menerapkan ModelPembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)menurut Slavin (2005: 218)

1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu

kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain (seleksi topik).

4. Melakukan investigasi (mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan).

5. Menyiapkan hasil pembahasan (laporan akhir) dan mempresentasikan laporan akhir.

6. Evaluasi.

Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan model

pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak aktif belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah secara mandiri. Salah satu tipe Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(7)

Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.

Langkah-langkah dalam menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011:172), sebagai berikut:

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah. 2. Membuat hipotesis

3. Merancang percobaan

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh data. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data

6. Membuat kesimpulan

Dari kedua model pembelajaran ini masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi memiliki langkah-langkah pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok kecil, sehingga semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi ada juga model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai teknik belajar untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar. Inkuiri terbimbing merupakan salah satu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk


(8)

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing mendidik siswa untuk berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan

pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat memacu keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator dan sedikit membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan agar merangsang pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah dan memperoleh data.

Untuk menemukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran fisika dan dapat memperoleh hasil belajar yang

diharapkan, penulis melakukan penelitian dengan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut di kelas penelitian dan melihat hasil belajar yang didapat siswa dengan model kooperatif tipe grup investigasi dan inkuiri terbimbing serta membandingkannya. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar yang diperoleh dan efektif digunakan sebagai proses pembelajaran fisika.

Berdasarkan latar belakang diatas, telah diadakan penelitian yang

membandingkan model pembelajaran Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa dengan judul untuk melakukan penelitian yang berjudul

Belajar Fisika Siswa antara Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan Inkuiri Terbimbing


(9)

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

2. Manakah yang lebih tinggi hasil belajar fisika siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara kelas yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

2. Hasil belajar fisika siswa yang lebih tinggi antara kelas yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan alternatif model pembelajaran yang bervariasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktifitas siswa dan mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa.


(10)

2. Sebagai kontribusi positif dalam pemilihan model belajar yang sesuai dengan pembelajaran fisika.

3. Dapat menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa dan sebagai wawasan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka ruang lingkup penelitian secara jelas memiliki batasan sebagai berikut:

1. Perbandingan hasil belajar adalah perbandingan hasil belajar fisika siswa ranah kognitif yang dilakukan pada kelas X5SMAN 12 Bandar Lampung (untuk model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI)) dan kelas X7(untuk model pembelajaran inkuiri terbimbing).

2. Pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) adalah pembelajaran dengan beberapa kelompok yang heterogen dan beranggotakan 2-6 siswa, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok.

Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan

laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

3. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan berkelompok yang heterogen dengan anggota disesuaikan dengan

banyaknya siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari enam tahap, yaitu ), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis,


(11)

merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. 4. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa setelah

mempelajari fisika yang ditunjuk dengan nilai tes hasil belajar. 5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor.

6. Penelitian ini membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI) dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(12)

A. Tinjauan Pustaka 2.1.Belajar

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli psikologi pendidikan. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hal dari interaksi dengan lingkungannya. Tentang pengertian belajar sebagai suatu proses perubahan dikemukakan oleh Djamarah (2002: 11) yang mengemukakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan.

Menurut Piaget dalam Rusman (2011: 202) belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada peristiwa tersebut.


(13)

Sardiman menyatakan pengertian belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku. Sardiman (2005: 20) menyatakan:

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkain kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara tingkah laku yang baru berkat

Sementara itu, menurut Slavin dalam Trianto (2011: 16) berpendapat bahwa:

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan

perkembangan sangat erat kaitannya.

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perolehan tingkah laku yang baik secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

Anthony Robbins dalam Trianto (2011: 15) sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru

Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang ada dalam diri individu sehingga mengarah pada penguasaan


(14)

keterampilan, kecakapan, kemahiran, pengetahuan baru dan sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang adiptif dan progresif dan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada menjadi pengetahuan yang baru.

2.2.Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.

Setelah mengalami suatu proses belajar, maka seseorang akan memperoleh suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini berupa terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

Klasifikasi belajar seperti di atas, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan


(15)

proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang

dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku seperti yang dikemukakan Slameto (2003: 4):

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku

Menurut Hamalik (2004: 30):

Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut.

Menurut (Hamalik, 2004: 30) aspek-aspek tersebut adalah:

1. Pengetahuan. 2. Pengertian. 3. Kebiasaan.


(16)

4. Keterampilan. 5. Apresiasi. 6. Emosional. 7. Hubungan Sosial. 8. Jasmani.

9. Etis atau budi pekerti. 10. Sikap.

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar.

b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus bias mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 10) juga menyatakan pengertian hasil belajar:

Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 11) menyatakan: Kapabilitas tersebut berupa :

1. Informasi verbal, adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bantuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2. Keterampilan intelektual, adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.


(17)

3. Strategi kognitif, adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik, adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:

a) Kognitif Domain :Knowledge(pengetahuan, ingatan),

comprehension(pemahaman, menjelaskan,meringkas),analysis (menguraikan, menentukan hubungan),synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation(menilai),application(menerapkan).

b) Affective Domain :Receiving(sikap menerima),responding (member respon),Valuing(menilai),organization(organisasi), characterization(karakterisasi).

c) Psychomotor Domain :initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Hasil belajar seseorang dapat diketahui dengan cara memberikan tes pada akhir pembelajaran, seperti tes akhir, tes formatif, dan tes sumatif yang dapat menunjukkan secara langsung sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2008: 57)


(18)

bahwa nilai yang diperoleh waktu ulangan bukanlah menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan hasil belajar.

Mengukur hasil belajar dengan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 200):

luasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar

Banyak keuntungan yang didapatkan dengan melakukan penilaian hasil belajar, baik keuntungan bagi murid sendiri maupun bagi guru. Dengan menilai hasil atau kemajuan muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha murid saja, tetapi juga menilai hasil usaha sendiri.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 200) mengemukakan tentang tujuan evaluasi belajar:

Tujuan utama evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami seseorang setelah mengalami proses belajar yang dapat diukur dengan evaluasi.

2.3.Model Pembelajaran Inkuiri

Salah satu model pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai model yang cukup efektif adalah model inkuiri. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan


(19)

dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.

Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. (Kourilsky, dalam Hamalik, 2004: 220).

Gulo dalam Trianto (2011: 166) menyatakan:

Strategi inkuiri bearti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sitematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat.

Menurut Trianto (2011: 166) sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah:

(1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Inkuiri merupakan salah satu model belajar mengajar yang menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah berdasarkan fakta dan observasi.

Roestiyah (2008: 75) menyatakan:

Inkuiri adalah cara guru mengajar yang pelaksanaanya guru memberi tugas meneliti sesuatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi


(20)

tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugas di dalam kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, lalu dibuat laporan yang tersusun dengan baik.

Menurut Sanjaya (2009: 196) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri:

1. Srategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikiir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai

bagian dari proses mental.

Peranan guru dalam pembelajaran dengan model inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).

Pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Gulo dalam Trianto (2011: 169) adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan Pertanyaan Atau Permasalahan. 2. Merumuskan Hipotesis.

3. Mengumpulkan Data. 4. Analisis Data.


(21)

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2009: 208-209) sebagai berikut:

1) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

2) SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka inkuiri dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang dapat memecahkan suatu permasalahan, dimana siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar dan peranan guru sebagai pembimbing dan fasilisator.


(22)

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

mengarahkan pada suatu diskusi. Pada model pembelajaran ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan dengan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individu agar mampu

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Langkah-merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, (6) mengambil

Enam langkah pada inkuri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan

petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok. Bimbingan yang diberikan kepada siswa dikurangi sedikit demi sedikit seiring bertambahnya pengalaman siswa dengan pembelajaransecara inkuiri.


(23)

pada penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 172), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.

Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase

Ke

-Indikator Peran Guru

1 Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan di tuliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.

2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.

3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan.Guru membimbing siswa dalam menentukan langkah-langkah percobaan. 4 Melakukan percobaan

untuk memperoleh data.

Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan.

5 Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh.

Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 172)

Menurut Suryosubroto (2002: 201), beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu:

(1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persedian dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, (2)


(24)

membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang - kadang kegagalan, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan, (4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan, (5) siswa terlibat dalam belajar sehingga termotivasi dalam belajar, (6) model ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipassi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui.

Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa artinya, siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan atau dipilih oleh guru.

Menurut Suryosubroto (2002: 201), beberapa kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu:

Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: (1) dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini, (2) pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu, (3) harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka inkuiri terbimbing merupakan suatu proses pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Pada model pembelajaran ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan dengan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individu agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.


(25)

2.5.Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif tidak sama sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Pengertian pembelajaran kooperatif sebagai suatu metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mempelajari materi pelajaran dikemukakan oleh Lie (2007: 31) yang menyatakan:

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Falsafah yang mendasari metode pembelajaran kooperatif adalah falsafahhomo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.

Menurut Rusman (2011: 202):

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat hiterogen.

Model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan penghargaan. Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada ide bahwa orang dapat belajar dengan baik jika mempunyai teman belajar.

Model pembelajaran kooperatif akan menciptakan suasana kompetisi di dalam belajar. Setiap kelompok tentunya ingin menjadi yang terbaik diantara


(26)

dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar Model pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian asal-asalan.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. (Eggen and Kauchak, dalam Trianto (2011: 58).

Menurut Sanjaya (2009: 241) bahwa ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

(1) Adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasiliator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide- ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Rusman (2011: 201-202).


(27)

Model pembelajaran kooperatif dilakukan melalui enam langkah atau fase, seperti yang terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Enam Langkah atau fase dalam Model pembelajaran kooperatif

Langkah / Fase Kegiatan Gurru

a. Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

b. Fase 2

Menyajikan Informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan.

c. Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar agar melakukan transisis secara efisien.

d. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas meraka.

e. Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. f. Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu dan kelompok.

Ibrahim,dkk dalam Trianto (2011: 67)

Menurut Abdulhak dalam Rusman (2011: 203):

Model pembelajaran kooperatif dilaksanakan melaluisharingproses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.

Dalam pembelajarn kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,dan siswa dengan siswa. Model pembelajaran kooperatif adalah strategi

pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Nurulhayati dalam Rusman (2011: 203).


(28)

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, tiap tipe memiliki perbedaan dalam hakikat pembelajaran, bentuk kerja sama, peranan dan komunikasi antar sisiwa serta peranan guru. Beberapa tipe model

pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan seperti (1)Jigsaw(2) Student Teams Ahcievement Divisors (STAD)(3)Group Investigationdan (4) Structural ApproachmeliputiThink Pair Share (TPS)danNumbered Head Together (NHT).Trianto (2011: 67).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri sehingga siswa dapat berinteraksi di dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling bertanggung jawab dalam menyelesaaikan tugas-tugas yang ada dengan efektif dalam masing-masing kelompok.

2.6.Model Pembelajaran Kooperatif tipe Grup Investigasi (GI)

Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan

pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Burns, et al.dalam Rusman (2011: 220).


(29)

Menurut Slavin dalam Rusman (2011: 221), strategi belajar koopertif GI sangatlah ideal dalam pembelajaran IPA. Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya.

Implementasi strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah, yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama;

komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi); (2) merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki; bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi); (3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide- ide); (4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan danbagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi); (5) mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian


(30)

pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas); (6) evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman efektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pemahaman konsep dan berpikir kritis). Rusman (2011: 222).

Di dalam implementasinya model pembelajaran kooperatif tipegroup investigation, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

mpok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan la

Menurut Slavin (2005: 218) bahwa dalamgroup investigation, para murid bekerja melalui enam tahap, yaitu:

1) Tahap 1 : Mengedentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

2) Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari. 3) Tahap 3 : Melaksanakan investigasi.

4) Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir. 5) Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir.

6) Tahap 6 : Evaluasi.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi adalah pembelajaran yang dalam implementasinya tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok


(31)

dengan anggota 2-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

B. Kerangka Pemikiran

p

Pembelajaran merupakan pemberian bekal kepada siswa tersebut mampu untuk menghadapi dan mendapatkan pemecahan masalah dalam persoalan hidupnya. Pada proses perkembangannya pembelajaran merupakan

pengembangan kemampuan siswa, karena siswa diharapkan lebih banyak bekerja dengan kemampuan yang dimilikinya dibantu dengan arahan yang diberikan oleh pendidik. Kegiatan untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran, yaitu peningkatan hasil belajar yang optimal, diperlukan interaksi timbal balik yang positif antara guru dengan siswa melalui model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang akan disampaikan. Interaksi yang baik ini juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak membosankan dan memicu aktivitas siswa yang terus-menerus sehingga hasil belajarnya dapat ditingkatkan dengan baik. Fisika sebagai pelajaran yang dianggap sulit dalam proses penalaran dan aplikasinya menuntut guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika.


(32)

Pembelajaran yang berlangsung di SMA N 12 Bandar Lampung berpusat pada guru sehingga guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Sebagai ciri pembelajaran konvensioal, guru yang mempresentasikan materi selanjutnya siswa diberi latihan sehingga siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran menggunakan keterlibatan aktif siswa secara langsung seperti mendorong siswa mengungkapkan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan membimbing, eksperimen menggunakan media yang secara langsung digunakan oleh siswa, dan melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran serta berbagi

pengetahuan dengan sesama, siswa akan memperoleh keuntungan jika

mendengarkan ceramah.

Model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menggunakan keaktifan siswa. Pada model pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama secara berkelompok dalam menyelesaikan tugas.

Menurut Rusman (2011: 202):

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat hiterogen.

Sedangkan pada pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,


(33)

mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.

Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban- jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. (Kourilsky, dalam Hamalik, 2004: 220).

Model pembelajaran secara berkelompok misalnya pembelajaran kooperatif yang terdiri dari berbagai tipe, salah satunya tipe Grup Investigasi (GI) dan model pembelajaran inkuiri salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Kedua model pembelajaran ini dapat mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria tertentu atau secara heterogen sehingga menyebabkan interaksi yang positif antara siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 2-6 orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, saling bekerja sama dan membantu dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan ini akan mendorong siswa untuk berperan aktif dalm proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi mengarahkan siswa untuk mencapai keberhasilannya sendiri dan juga membantu teman sesama anggota kelompok untuk bertanggung jawab atas keberhasilan kelompok mereka.


(34)

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi siswa yang memiliki kemampuan yang tidak terlalu baik terhadap suatu konsep akan dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dalam konsep tersebut, dengan demikian penguasaan anggota kelompok diharapkan tidak terlalu berbeda. Apabila proses ini sering diterapkan dapat diperoleh hasil belajar yang baik.

Proses pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang menekankan para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih terarah dari pada model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi.

Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok, meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. Bimbingan yang diberikan kepada siswa dikurangi sedikit demi sedikit seiring bertambahnya pengalaman siswa dengan pembelajaran secara inkuiri (penemuan). Dengan proses yang telah dikemukakan, dan kelebihan yang dimiliki model pembelajaran inkuiri


(35)

pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi yang diterapkan dalam waktu bersamaan.

Berikut ini dibuat diagram kerangka pemikiran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerangka pemikiran diatas:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

X1 : Model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI).

X2 : Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Y1 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Grup Investigasi (GI).

Y2 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian A. Anggapan Dasar

Anggapan dasar pada penelitian ini adalah:

1. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.

X

1

X

2

Y

1

Y

2


(36)

2. Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis Umum:

1. Ada perbedaan hasil belajar aspek kognitif antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, dan siswa yang diberi model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi.


(37)

X1 O1 X2 O2

III.METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada studi eksperimen dengan menggunakan desainOne-Shot Case Study. Dengan pemberian perlakuan, kemudian diberikan soal ujian. Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran tehadap keterampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan dua kelas eksperimen sebagai sampel penelitian. Pada penelitian ini siswa yang menjadi sampel penelitian dianggap memiliki kemampuan yang relatif sama dan siswa mendapatkan materi pelajaran yang sama. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

Berikut adalah gambar desain penelitian yang akan digunakan:

Gambar 3.1. Desain eksperimenOne-Shot Case Study Keterangan :


(38)

X1: Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi. X2: Perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

O1: Nilai observasi hasil perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi.

O2: Nilai observasi hasil perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing

(Sugiyono, 2010: 110)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2011/2012 di SMA Negeri 12 Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada semester genap Tahun Ajaran 2011/ 2012 yang terdiri atas 10 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 350 orang.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive samplingyaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010:124). Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih sampel adalah berdasar prestasi hasil belajar siswa dengan melihat


(39)

prestasi yang sama atau setara antara dua kelas yang akan menjadi sampel sehingga dipilih sampel dalam penelitian ini adalah kelas X5kelompok eksperimen 1 dan kelas X7sebagai kelompok eksperimen 2.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipegrup investigasi(X1) dan model pembelajaran inkuiri terbimbing(X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaran kooperatif tipegrup investigasi(Y1)

dan hasil belajar fisika siswa pada model pembelajaraninkuiri terbimbing(Y2)

E. Instrumen Penelitian

Alat-alat atau teknik yang digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengambil data pada penelitian ini adalah:

1. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada akhir

pembelajaran berupa soal uraian hasil belajar kognitif siswa pada saat ujian akhir atau ujian blok.

2. LembarKerja Kelompok (LKK) digunakan untuk membantu guru dalam pembelajaran.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.


(40)

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) } (Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

Masrun dalam Sugiyono (2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item-total correlation


(41)

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

=

1 1 Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model yang diukur berdasarkan skala 0 sampai 1.

Menurut Arikunto (2008: 110), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut.


(42)

Tabel 3.1. Indeks Reliabilitas

No Indesks reliabilitas Kriteria

1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat reliabel 2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Reliabel 3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup reliabel 4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Agak reliabel 5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 Kurang reliabel

(Arikunto, 2008: 110)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor ujian akhir atau ujian blok.

Tabel 3.2. Data Kemampuan Hasil Belajar Siswa (test)

No. Soal

Rata-rata hasil belajar siswa (Grup Investigasi)

Rata-rata hasil belajar siswa (Inkuiri Terbimbing) Nilai

Terendah

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

1 5 15 0 15


(43)

3 0 15 0 20

4 0 20 0 20

5 0 20 20 20

Jumlah 15 85 40 90

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor hasil ujian observasi. Peningkatan skor hasil belajar merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup investigasi dan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Setelah mengikuti tes hasil belajar, siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b) Nilai hasil belajar siswa adalah:

Nilai hasil belajar siswa per tes = jumlah setiap nilai skor yang diperoleh dari setiap soal.

c) Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus: Rata-rata hasil belajar siswa=


(44)

Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245) yaitu:

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H

: data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji

homogenitas ini menggunakan uji Bartlett, adapun langkah-langkahnya: 1) Menghitung variansi gabungan dari semua sampel dengan


(45)

1 1 2 2 i i i n s n s

2) Menghitung variansi masing-masing kelompok data, kemudian menghitung harga F dengan rumus:

2 2 2 1 s s F Keterangan: F= uji F

s12= variansi data hasil belajar kelas Grup Investigasi

s22= variansi data hasil belajar kelas Inkuiri Terbimbing

3) Bandingkan harga F yang diperoleh melalui perhitungan dengan harga F yang diperoleh dari tabel distribusi F dengan derajat kebebasas (dk) = (n1-1, n2-1). JikaFhitung< Ftabel berarti data kelas

sampel mempunyai variansi yang homogen, sebaliknya jika Fhitung

>Ftabel berarti data kelas sampel tidak homogen.

Untuk memudahkan perhitungan maka juga dibantu dengan menggunakan software SPSS.

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah sampel tidak homogen.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah sampel homogen.


(46)

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Rumus perhitunganIndependent Sample T Testadalah sebagai berikut:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel


(47)

maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel

b. HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika niaiSig. (2-tailed) maka HOditerima.

b. Jika niaiSig. (2-tailed) maka HOditolak.

(Priyatno, 2010: 32-41)

1) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(48)

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO


(49)

xvi

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran ... 34 3.1. Desain EksperimenOne_Shot Case Study ... 36 4.1. Grafik Rata-rata Hasil Belajar per Kelas Eksperimen ... 65


(50)

xii Halaman

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 12

3. Model Pembelajaran Inkuiri ... 17

4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 20

5. Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) ... 27

B. Kerangka Pemikiran ... 30

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 38


(51)

xiii H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 48 a. Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen I ... 49 b. Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen II... 51 1. Hasil Uji Penelitian...

a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas (a) Uji Validitas

(b) Uji Reliabilitas b. Hasil Uji Normalitas c. Hasil Uji Homogenitas

d. Hasil Uji Independent Sample t-test B. Pembahasan

1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang disebabkan oleh Perbedaan Model Pembelajaran

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Silabus . 74

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 78 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .. 91 4. Pemetaan Kisi-kisi Tes Produk ... 103 5. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian .... 108 6. Rubrikasi Penilaian Hasil Belajar Siswa 110

7. LP 1 : Produk 115

8. Kunci LP 1 : Produk 117


(52)

xiv 11. LP 4 :

12.

13. Lembar Kerja Kelompok Suhu, Pemuaian dan Perubahan Wujud

Zat Kelas Grup Investigasi 128

14. Lembar Kerja Kelompok Perpindahan Kalor Kelas Grup

Investigasi 146

15. Lembar Kerja Kelompok Suhu, Pemuaian dan Perubahan Wujud

Zat Kelas Inkuiri Terbimbing ... 159 16. Lembar Kerja Kelompok Perpindahan Kalor Kelas Inkuiri

Terbimbing

17. Kunci Lembar Kerja Kelompok Suhu, Pemuaian dan Perubahan

Wujud Zat Kelas Grup Investigasi . 192 18. Kunci Lembar Kerja Kelompok Perpindahan Kalor Kelas Grup

Investigasi

19. Kunci Kerja Kelompok Suhu, Pemuaian dan Perubahan Wujud

Zat Kelas Inkuiri Terbimbing 224

20. Kunci Kerja Kelompok Suhu Perpindahan Kalor Kelas Inkuiri Terbimbing

21. Uji Validitas S 260

22. ... 263

23. Uji Normalitas 264

24. 66

25. Uji Hipotesis 267

26. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X-5 (Grup Investigasi) 268 27. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X-7 (Inkuiri Terbimbing) 270 28. Diagram Kerangka Pikir

29. Daftar Nama Kelompok Kelas X-5 (Grup Investigasi) 273 30. Daftar Nama Kelompok Kelas X-7 (Inkuiri Terbimbing) 274 31. Surat Izin Penelitian Penadahuluan (Observasi 275 32. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Penadahuluan

33. Surat Izin Penelitian 7


(53)

(54)

xv

Tabel Halaman

3.1. Indeks Realibilitas... 41

3.2. Data Kemampuan Hasil Belajar Siswa (test)... 42

4.1. Hasil Uji Validitas... 58

4.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 59

4.3. Hasil Uji Normalitas ... 60

4.4. Hasil Uji Homogenitas... 62


(55)

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI DENGAN

INKUIRI TERBIMBING

(Skripsi)

Oleh

INTAN FERLINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(56)

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI DENGAN

INKUIRI TERBIMBING Oleh

INTAN FERLINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(57)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

Sekretaris : Drs. Nengah Maharta, M.Si

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(58)

FISIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI DENGAN INKUIRI TERBIMBING

Nama Mahasiswa : Intan Ferlina Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022028 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si Drs. Nengah Maharta, M.Si

NIP. 19600821 198503 1 004 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.


(59)

selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan (QS. Al-Insyiroh: 6-8)

Gagal melakukan hal-hal besar itu lebih terhormat dari pada berhasil melakukan hal-hal kecil, karena orang yang gagal melakukan hal-hal yang besar

sudah pasti berhasil melakukan hal-hal kecil (Mario Teguh)

Jangan menyerah sebelum mencoba, karena disetiap kegagalan adalah awal dari keberhasilan yang tertunda dan ingatlah mukjizat ALLAH itu nyata


(60)

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan lembaran-lembaran sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Amir Hamzah. M dan Ibu Tambun Mas. S.Pd. tercinta, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan

keberhasilanku, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak dan adik-adik Amrina Octaviana, Dian Novita, Enda Faksi Jaya, Afri Lidya dan Muhammad Thareq

motivasi, dukungan dan doa bagi penulis.

3. Seseorang yang insya allah menjadi teman sejatiku. 4. Almamater tercinta Universitas Lampung.


(61)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 04 Februari 1990 anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Amir Hamzah. M dan Ibu Tambun Mas, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Shandy Putra Telkom Tanjung Agung. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Tanjung Agung, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 12 Bandar Lampung hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Perintis 1 Bandar

Lampung, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Panca Jaya Kabupaten Mesuji. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian di SMA Negeri 12 Bandar Lampung.


(62)

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya

mem-berikan bimbingan, saran dan motivasi.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Hi. Jalaluddin Syarif, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 12 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(63)

jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan PPL.

10. Bapak Bilal Yuli Triyadi, S.Pd., selaku Guru Pamong dan murid-murid kelas VIIIAdan VIIIB SMP Negeri 1 Panca Jaya atas bantuan dan kerjasamanya. 11. Ibu Dra. Sri Adiningsih,selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas X5dan X7

SMA Negeri 12 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

12. Papa dan Mamaku tercinta, inspirator terbesar dalam hidupku, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini. Juga Kakak, adik-adik, dan ponakanku tercinta Pun, Susi, Abang, Kak Lidya, dan Adik Thareq, Bilal, Adelia dan Dafi semoga saya bisa menjadi tante, adik dan kakak yang baik untuk kalian

13. Teman seperjuanganku di P. Fisika 8:, Yesica, Leni, Ewo, Larno, Khusnul, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desti, Destiana, Dewi, Dian, Eka, Eva, Fitri, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Humairoh, Hervin, Marfiana, Meita, Nova, Nurul, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, Wina, Selly, Rofa, Indah, Uji, Nando, Yeni, dan Yuniar atas bantuan dan kebersamaannya.

14. Sahabat seperjuangan tercinta: Yesica, Leni, Desti, dan Rofha , atas kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan di saat penulis galau dan putus asa. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya. 15. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika yang tidak bisa disebutkan

satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu. 16. Mesuji Ria Reni, Ana, Lina, Inggrit, Sarra, Ari, Edi,

Radit, dan Warlan atas persahabatan dan kebersamaan kita selama 3 bulan melaksanakan PPL di SMP Negeri 1 Panca Jaya. Semoga tali persahabatan ini tetap terjaga selamanya.


(64)

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Oktober 2012 Penulis


(65)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Intan Ferlina

NPM : 0853022028

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. P. Buru Gg. Karmila No. 05 Way Halim Permai, Bandarlampung

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan,

Intan Ferlina NPM. 0853022028


(66)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada kelas grup

investigasi rata-rata hasil belajar siswa sebesar 49,857 dan pada kelas inkuiri terbimbing rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,333.

2. Hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan hasil belajar fisika siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI).


(67)

Berdasarkan teori-teori yang melandasi operasional penelitian dan hasil

pengamatan serta temuan selama proses penelitian dilaksanakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk pengaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing,

harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan efektif.

3. Sebaiknya guru mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan selama proses belajar mengajar dilaksanakan dan guru hendaknya benar-benar

mengarahkan siswa untuk aktif pada pelaksanaan tiap fase-fase

pembelajaran dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing,karena jika fase ini berjalan dengan baik, pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.


(1)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya

mem-berikan bimbingan, saran dan motivasi.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Hi. Jalaluddin Syarif, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 12 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(2)

9. Bapak Tutiyono, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Panca Jaya beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan PPL.

10. Bapak Bilal Yuli Triyadi, S.Pd., selaku Guru Pamong dan murid-murid kelas VIIIAdan VIIIB SMP Negeri 1 Panca Jaya atas bantuan dan kerjasamanya.

11. Ibu Dra. Sri Adiningsih,selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas X5dan X7

SMA Negeri 12 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

12. Papa dan Mamaku tercinta, inspirator terbesar dalam hidupku, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini. Juga Kakak, adik-adik, dan ponakanku tercinta Pun, Susi, Abang, Kak Lidya, dan Adik Thareq, Bilal, Adelia dan Dafi semoga saya bisa menjadi tante, adik dan kakak yang baik untuk kalian

13. Teman seperjuanganku di P. Fisika 8:, Yesica, Leni, Ewo, Larno, Khusnul, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desti, Destiana, Dewi, Dian, Eka, Eva, Fitri, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Humairoh, Hervin, Marfiana, Meita, Nova, Nurul, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, Wina, Selly, Rofa, Indah, Uji, Nando, Yeni, dan Yuniar atas bantuan dan kebersamaannya.

14. Sahabat seperjuangan tercinta: Yesica, Leni, Desti, dan Rofha , atas kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan di saat penulis galau dan putus asa. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya. 15. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika yang tidak bisa disebutkan

satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu. 16. Mesuji Ria Reni, Ana, Lina, Inggrit, Sarra, Ari, Edi,

Radit, dan Warlan atas persahabatan dan kebersamaan kita selama 3 bulan melaksanakan PPL di SMP Negeri 1 Panca Jaya. Semoga tali persahabatan ini tetap terjaga selamanya.


(3)

17. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Oktober 2012 Penulis


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Intan Ferlina

NPM : 0853022028 Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. P. Buru Gg. Karmila No. 05 Way Halim Permai, Bandarlampung

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan,

Intan Ferlina NPM. 0853022028


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada kelas grup

investigasi rata-rata hasil belajar siswa sebesar 49,857 dan pada kelas inkuiri terbimbing rata-rata hasil belajar siswa sebesar 67,333.

2. Hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan hasil belajar fisika siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (GI).


(6)

70 Berdasarkan teori-teori yang melandasi operasional penelitian dan hasil

pengamatan serta temuan selama proses penelitian dilaksanakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk pengaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing,

harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan efektif.

3. Sebaiknya guru mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan selama proses belajar mengajar dilaksanakan dan guru hendaknya benar-benar

mengarahkan siswa untuk aktif pada pelaksanaan tiap fase-fase

pembelajaran dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing,karena jika fase ini berjalan dengan baik, pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.