PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DENGAN TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT)

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK

PAIR SHARE) DENGAN TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT)

Oleh

ANITA SOFYAN N

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 13 Bandar Lampung diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas X pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia pada tahun pelajaran 2010/2011 masih belum mencapai standar ketuntasan belajar yang ditetapkan. Pembelajaran yang digunakan masih menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah dan pemberian tugas/ latihan soal. Hal tersebut belum membimbing siswa untuk lebih memahami konsep hukum-hukum dasar kimia serta melatih kemandirian belajarnya. Oleh karena itu, dirancang pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT. Tujuan penelitian ini adalah menentukan perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT pada siswa serta menentukan rata-rata penguasaan konsep yang lebih tinggi antara kedua pembelajaran tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang siswa kelas X2 sebagai kelas eksperimen I dan 37 orang siswa kelas X6 sebagai kelas eksperimen II dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan


(2)

desain non equivalent pretest posttest control group desaign. Hasil dari

penelitian ini adalah 1) ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe TPS, 2) rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari tipe TPS

Pembelajaran kooperatif tipe TGT membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran karena terdapat turnamen dalam tahapannya, namun diperlukan pengelolaan waktu yang efektif agar dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan pada pembelajaran tipe TPS dengan tahap think-pair-share-nya dan waktu yang memadai, ternyata belum cukup meningkatkan penguasaan konsep siswa secara keseluruhan.

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT, penguasaan konsep, hukum-hukum dasar kimia.


(3)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS... 13

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT... 18

D. Penguasaan Konsep ... 24

E. Hukum-Hukum Dasar Kimia ... 26

F. Anggapan Dasar ... 28

G. Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30


(4)

vi

C. Jenis dan Variabel Penelitian... 31

D. Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Pelaksanaan Penelitian ... 32

G. Hipotesis Statistik ... 34

H. Teknik Analisi Data ... 35

1. Analisis Instrumen... 35

a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 35

b. Daya Beda ... 37

c. Tingkat Kesukaran ... 38

2. Analisis Data Penelitian ... 39

a. Indeks Gain ... 39

b. Uji Normalitas ... 39

c. Uji Homogenitas ... 40

d. Pengujian Hipotesis ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 45

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 46

4. Daya Beda Butir Soal ... 47

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Hipotesis ... 51

C. Pembahasan ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(5)

vii LAMPIRAN

1. Silabus ... 66

2. RPP 1 Kelas TPS ... 70

3. RPP 2 Kelas TPS ... 74

4. RPP 3 Kelas TPS ... 79

5. RPP 4 Kelas TPS ... 83

6. RPP 1 Kelas TGT ... 88

7. RPP 2 Kelas TGT ... 93

8. RPP 3 Kelas TGT ... 97

9. RPP 4 Kelas TGT... 102

10.Kuis Turnament... 108

11.Kunci Jawaban Kuis Turnamen... 110

12.LKS 1 Kelas TPS dan TGT ... 111

13.LKS 2 Kelas TPS dan TGT ... 117

14.LKS 3 Kelas TPS dan TGT ... 123

15.LKS 4 Kelas TPS dan TGT ... 128

16.Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test... 135

17.Soal Pre Test ... 138

18.Soal Post Test ... 142

19.Kunci Jawaban Soal Pre Test ... 146

20.Kunci Jawaban Soal Post Test ... 147

21.Hasil Analisis Butir Soal ... 148

22.Hasil Uji Reabilitas Soal... 154

23.Hasil Uji Validitas Soal ... 156

24.Hasil UJi Normalitas Data ... 157

25.Hasil UJi Homogenitas Data ... 158

26.Hasil UJi Hipotesis 1 ... 159


(6)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Fase dalam model pembelajaran kooperatif... 12

2. Peringkat perolehan poin dalam suatu meja terdiri dari 4 siswa... 21

3. Peringkat perolehan poin dalam suatu meja terdiri dari 3 siswa... 21

4. Kriteria penghargaan kelompok... 22

5. Desain Penelitian ... 30

6. Makna validitas butir soal... 36

7. Makna reliabilitas butir soal... 37

8. Kategori tingkat kesukaran... 39

9. Hasil uji validitas soal pilihan jamak.. ... 44

10. Hasil uji reliabilitas soal pilihan jamak ... 45

11. Hasil uji tingkat kesukaran butir soal pilihan jamak ... 46

12. Hasil uji daya beda butir soal pilihan jamak ... 47

13. Nilai penguasaan konsep siswa ... 48

14. Data penguasaan konsep siswa... 49

15. Uji normalitas ... 50

16. Uji homogenitas ... 51

17. Uji kesamaan dua rata-rata ... 51


(7)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pembagian kelompok diskusi dengan teknik TPS ... 15

2. Pembagian kelompok diskusi pada tahap thinking ... 16

3. Pembagian kelompok diskusi pada tahap pairing ... 16

4. Pembagian kelompok diskusi pada tahap sharing ... 16

5. Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan ... 20

6. Alur penelitian ... 33

7. Grafik nilai rata-rata pretes dan postes... 54


(8)

M OTTO

“Jagalah A llah, niscaya engkau akan bersama- N ya. Kenalilah A llah di waktu lapang, niscaya ia mengenalimu di waktu susah. Ketahuilah bahwa segala perbuatan salahmu

belum tentu mencelakaimu dan musibah yang menimpamu belum tentu akibat kesalahanmu. Ketahuilah bahwa kemenangan beserta kesabaran,

kebahagiaan beserta kedukaan, dan setiap kesulitan ada kemudahan” ( A l H adits)

“Barang siapa yang membebaskan orang mukmin dari kesempitan dunia, maka A llah akan membebaskannya dari kesempitan di hari kiamat dan barang siapa memberi

kemudahan orang yang mengalami kesulitan maka A llah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat.

( H R. M uslim)

“Kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia, maka tolonglah saudaramu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai keperluan

maka persingkatlah penyelesaiannya.” ( H asan A l Banna)

”Berusaha bukan semampu kita, tapi seoptimal mungkin. Kelelahan dan pengorbanan dalam suatu usaha adalah suatu kepastian. M aka, niatkan seluruh aktivitas kita

untuk beribadah kepada A llah agar kelelahan itu tak sia- sia.” ( A nita Sofyan N uriasari)


(9)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK

PAIR SHARE) DENGAN TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

ANITA SOFYAN N

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(10)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK

PAIR SHARE) DENGAN TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandar Lampung)

Oleh

ANITA SOFYAN N

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(11)

Judul Skripsi : PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA ANTARA MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DENGAN TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT)

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : Anita Sofyan N Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023014 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan MENYETUJUI,

1.Komisi Pembimbing

Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si.

NIP 19710819 199903 2 001 NIP 19650717 199003 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. ________________

Sekretaris: : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(13)

PERS EMBAHAN

Puji sy uk ur k ehadirat Allah SWT y ang selalu memberik an

limpahan rahmat dan k arunia-Ny a. Dengan k erendahan hati

k upersembahk an lembaran-lembaran sederhana ini k epada:

¯

Teristimewa untuk bapak dan ibu terci nta...

Terimak asih, k arena selalu mendoak ank u, memberik an cinta

dan k asih say angny a sebagai motivasi k eberhasilank u. Jerih

pay ah dan k erja k eras k alian tidak ak an terlupak an dan

semoga Allah swt membalas semua pengorbanan k alian.

¯

Murobbiy ahk u beserta para sahabat perjuangan

Terima k asih atas inspirasi dan semangat

y ang telah k alian berik an.

¯

Unit Kegiatan Mahasiswa Fak ultas Forum Pengk ajian dan

Pembinaan Islam (UKMF FPPI FKIP UNILA) sebagai awal mula

wadah pembentuk pribadi k u menjadi jauh lebih baik .


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gaya Baru VII, Seputih Surabaya, Lampung Tengah pada tanggal 6 Maret 1988, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Wanuri, A.Ma.Pd dan Ibu Ngatiyem, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisiyah Gaya baru II pada tahun 1992 dan dilanjutkan pada tingkat selanjutnya di SD Negeri Gaya Baru VII pada tahun 1994. Tahun 2000 diterima di SMP Negeri 1 Seputih Surabaya. Tahun 2003 masuk SMA Negeri 1 Kotagajah yang diselesaikan tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

Penulis pernah menjadi asisten dosen pada praktikum Kimia Dasar. Selain itu penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke PDAM Way Rilau pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Natar, Lampung Selatan. Selama menjadi mahasiswa penulis juga sangat aktif dalam organisasi, terutama di Forum Pengkajian dan Pembinaan Islam (FPPI) FKIP UNILA, Bimbingan Belajar Qur’an (BBQ UNILA), dan Bina Rohani Islam Mahasiswa (BIROHMAH) UNILA.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan Pengua-saan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) dan Tipe TGT (Team Game Tournament) ”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembahas atas segala masukan,

bimbingan, dan saran yang diberikan.

7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung. 8. Ibu Dra. Umiyati Murni, selaku guru mitra beserta siswa kelas X2 dan X6


(16)

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang tak kenal lelah berjuang dan berdoa untukku, beserta adik-adikku, Andika Sofyan A. dan Ibnu Sofyan P. atas keceriaan, kebersamaan, semangat dan doa kalian.

10.Para murobbiyah yang senantiasa membimbing dan memotivasi spiritualku bersama saudari-saudari tercinta yang sejak dulu, sekarang dan insyaallah selamanya, Jazakumullah khoiron katsiron.

11.Sahabat-sahabat terbaikku, Yani, Devi, Risa, Luthfie, Dian, Adhie, Yuli, Zahroh, Nuro, Dedev, Desti, mbak Hip, Lidya, dan mbak Tia, atas bantuan, motivasi, perhatian dan kasih sayang yang kalian berikan.

12.Segenap anggota keluarga besar Pendidikan Kimia FKIP Unila atas bantuan, masukan, saran, dan semangat yang kalian berikan.

13.Teman-teman seperjuangan di seluruh fakultas serta keluarga besar FPPI FKIP UNILA (khususnya jajaran presidium dan pimpinan), atas persaudaraan dan pelajaran paling berharga yang telah kita dapatkan bersama. Terima kasih telah memberi arti perjuangan.

14.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 7 Mei 2012 Penulis


(17)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Anita Sofyan N

NPM : 0613023014

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 7 Mei 2012 Yang Menyatakan,

Anita Sofyan N NPM 0613023014


(18)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran ini mengkaji ilmu alam melalui konsep secara sistematis dan fakta yang diperoleh melalui proses penemuan. Selain itu, kimia menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar secara ilmiah.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan hasil revisi dari kurikulum sebelumnya. Berdasarkan KTSP kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik standar kompetensi, kompetensi dasar, serta potensi peserta didik, daerah dan lingkungan. Untuk mencapai kompetensi tersebut, guru dituntut untuk pandai memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan materi pembelajaran yang akan di-berikan. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran kimia materi pokok hukum-hukum dasar kimia pada kelas X semester ganjil. Standar kompetensi yang harus


(19)

2 dimiliki siswa adalah mendeskripsikan hukum-hukum dasar kimia dan

penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri). Sedangkan kompetensi dasarnya adalah membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru bidang studi kimia kelas X di SMAN 13 Bandar Lampung didapatkan nilai rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia pada tahun pelajaran

2010/2011 adalah 67,66 dengan presentase kelulusan sebesar 53,62 %. Sedangkan standar ketuntasan belajar yang ditetapkan di SMA tersebut yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Sehingga bisa dikatakan bahwa siswa tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar. Pembelajaran kimia yang biasa dilakukan di sekolah tersebut adalah metode ceramah dan pemberian tugas/ latihan soal.

Dengan metode ini, siswa belum sepenuhnya dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia. Pembelajaran tersebut mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, karena siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam menemukan konsep

.

Artinya pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru dan belum sesuai dengan kurikulum kimia berdasarkan KTSP yang meng-harapkan siswa memiliki berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains yang mengacu pada student centered (berpusat pada siswa) serta mengajak siswa untuk mengamati langsung fenomena yang terjadi pada proses pembelajaran.


(20)

3 Pembelajaran kimia mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan

berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Dengan ini, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis dan analitis sehingga siswa mampu menjelaskan hubungan antarvariabel, melaksanakan penyelidikan atau eksperimen untuk pengumpulan data, menyajikan hasil eksperimen, memproses dan menganalisis data, serta membahas, menyimpulkan, menerapkan konsep, dan mengomunikasikan secara tertulis maupun lisan.

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit dalam penerapan-nya. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk belajar dalam sebuah kelompok kecil (4-5 orang) yang heterogen dalam kemampuan akademik dan jenis kelamin. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama atau bertukar pendapat dengan pasangannya. Meskipun siswa belajar dalam sebuah kelompok, namun kebiasaan siswa mengandalkan siswa lain dalam kelompoknya tidak mungkin terjadi karena setiap siswa memiliki tanggung jawabnya sendiri. Hal ini

dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif siswa harus mampu menerapkan lima unsur penting, yaitu (1) saling ketergantungan positif, dimana sebuah tim membutuhkan saling ketergantungan dengan individu lain; (2) interaksi langsung, yaitu saling membantu dalam memecahkan masalah dan memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota; (3) tanggung jawab individu dan kelompok, yaitu tanggung jawab seorang siswa tidak boleh dilebihkan dari yang lain dan tidak ada siswa yang menumpang ataupun bermalas-malasan; (4) keterampilan


(21)

4 interpersonal dan kelompok kecil, dimana hal ini dapat meningkatkan kerjasama tim, mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun

kepercayaan, komunikasi, dan keterampilan; (5) serta proses kerja kelompok, yaitu memberikan umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi mereka dalam tim. Model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa dan keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. (Lie, 2008 : 31)

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe pembelajaran. Sebagai contoh, dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dibagi dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang yang terdiri dari 2 pasangan. Setiap pasang anggota kelompok akan membahas masalah yang berbeda.

Kemudian masing-masing anggota dalam pasangan tersebut bertukar pasangan untuk bertukar informasi tentang masalah yang telah mereka diskusikan

sebelumnya. Setelah setiap anggota mengetahui semua masalah dari pasangannya, mereka kembali kepada pasangan awalnya masing-masing. Kemudian semua anggota kelompok mendiskusikan semua masalah untuk menemukan

penyelesainnya dan menarik kesimpulan dari masalah-masalah tersebut. Cara seperti ini menuntut tanggung jawab masing-masing siswa lebih besar dan kesempatan untuk mengandalkan siswa lain dapat dihindari.

Prosedur pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktivitas siswa yang tidak relevan, serta dapat memunculkan kemampuan atau keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk


(22)

5 berpikir secara terstruktur dalam diskusi dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. Tipe lain yang dapat digunakan selain TPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan akademis dan jenis kelamin yang berbeda. Dimana 1 orang dengan tingkat kemampuan tinggi, 2 orang dengan tingkat

kemampuan sedang, dan 1 orang dengan tingkat kemampuan rendah. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada materi pokok

sebelumnya.

Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut pada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan

akademik berupa turnamen.

Dalam turnamen, siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan wakil dari

kelompoknya masing-masing. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja


(23)

6 turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam turnamen dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu

kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim.

Melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT diharapkan siswa akan dapat : (1) meningkatkan keberanian untuk mengemukakan pendapat, menanggapi pendapat temannya, dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi kelompok, (2) terlatih untuk berkompetisi dalam turnamen, (3) terpacu untuk menunjukkan kemampuannya selama proses pembelajaran, dan (4) memotivasi aktivitas individu masing-masing untuk meningkatkan prestasinya dalam proses pembela-jaran dengan adanya pengakuan atau penghargaan yang diberikan oleh guru. Sebagai pendidik, sudah tentu seorang guru menginginkan anak didiknya memiliki prestasi pendidikan yang tinggi. Hal itu bisa dilihat dari

ketercapaian penguasaan konsep atau nilai hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat dan menarik sebagai salah satu alternatif inovasi dalam perkembangan kualitas pendidikan.

Peningkatan penguasaan konsep siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dari uraian di atas mengenai pembelajaran kooperatif, 2 tipe model pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan yaitu Cooperative Learning tipe TPS (Think Pair Share)


(24)

7 tersebut. Namun, perlu diketahui juga perbedaan penguasaan konsep antara kedua tipe pembelajaran kooperatif tersebut untuk melihat perbandingannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010) pada materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas X5 SMAN 4 Bandar Lampung, menun-jukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game

Tournament) dapat meningkatkan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa. Peneliti lain adalah Febrian (2011) yang melakukan penelitian di SMA Gajah Mada Bandar Lampung kelas X2 dan melaporkan bahwa pada pembelajaran dengan tipe TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan rata-rata persentase aktivitas on task siswa dan penguasaan konsep hidrokarbon.

Dengan latar belakang dan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) dengan Tipe TGT (Team Game Tournament)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung?


(25)

8 2. Manakah rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia yang lebih

tinggi antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas XSMAN 13 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan:

1. Perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

2. Rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

2. Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memudahkan guru kimia kelas X SMAN 13 Bandar Lampung dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep materi.


(26)

9 3. Memberi sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan

perbaikan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa, khususnya pembelajaran kimia di SMAN 13 Bandar Lampung E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Sampel penelitian adalah kelas X2 dan X6 SMAN 13 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

2. Materi pokok pada penelitian adalah hukum-hukum dasar kimia, meliputi hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap (hukum Proust), hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan volum (hukum Gay-Lussac), dan hipotesis Avogadro 3. Penguasaan konsep adalah kemampuan menguasai materi konsep

hukum-hukum dasar kimia yang diukur melalui tes penguasaan konsep pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) sebagai hasil dalam proses pembelajaran. 4. Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) memiliki tahapan

thinking (berpikir), kemudian pairing (berpasangan), dan terakhir sharing

(berbagi) dimana siswa diminta berbagi hasil diskusinya dengan seluruh kelas.

5. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) memiliki tahapan penyajian kelas, pengelompokan siswa secara homogen, kemudian turnamen dan pemberian penghargaan


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Model

pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003:5) :

Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan bersama. Hal ini senada dengan pendapat Lie (2008:12) yang menyatakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem

pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan-keterampilan kooperatif.


(28)

11 Keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:

Keterampilan kooperatif tingkat awal

Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; ( b) mengungkapkan

ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan

mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi

Meskipun model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya siswa belajar dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur menurut Lie (2008:31) yaitu “(1) Saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok”. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan


(29)

12 dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, sehinggga kemungkinan hasil belajar pun akan meningkat.

Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Nurhadi, dkk 2004):

1. Siswa bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk menguasai materi-materi

2. Kelompok dibuat berdasarkan prestasi tinggi, sedang dan rendah bila memungkinkan, kelompok meliputi suatu ras, kebudayaan, dan campuran jenis kelamin dari siswa-siswa.

3. Sistem berhadiah diberikan kepada kelompok yang lebih berorientasi dari pada orientasi secara individual

Model pembelajaran kooperatif menyandarkan pada kerja kelompok kecil, berbeda dengan pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui 6 fase seperti yang terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Fase dalam model pembelajaran kooperatif.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat


(30)

13

Fase Kegiatan Guru

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar

Fase 6

Memberi Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok (Arends,1997:113)

Menurut Johnson dan Johnson,1989 (dalam Lie,2008:7), suasana belajar

Cooperative Learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, serta menciptakan hubungan positif antar siswa satu sama lain sehingga menimbulkan sikap saling menghormati dan saling peduli satu sama lain. Dengan demikian aktivitas siswa selama proses pembelajaran akan meningkat sehingga penguasaan konsep yang dimiliki siswa pun akan meningkat.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland. Menurut Nurhadi, dkk (2004:23) Think Pair Share (TPS) merupakan struktur pembelajaran yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa.


(31)

14

Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. TPS dapat dilaksanakan di berbagai kalangan siswa.

Prinsip kerja dari TPS adalah sebagai berikut : 1. Saling ketergantungan positif

Para siswa mampu belajar dari pasangan masing-masing 2. Tanggung jawab individu

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Kesempatan yang sama bagi tiap siswa

Masing-masing siswa mempunyai suatu kesempatan sama untuk berbagi (mengemukakan pendapat) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas. 4. Interaksi bersama

Siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi.

Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan TPS pada proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk

memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri. 2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk


(32)

15 diharapkan siswa dapat berbagi jawaban atau berbagi ide dengan

pasangannya untuk kemudian didiskusikan. 3. Sharing (berbagi)

Pada tahap ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O

kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O

Gambar 1. Pembagian kelompok diskusi dengan teknik TPS Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS antara lain sebagai berikut :

1. Pendahuluan

a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

b. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau ingatan. 2. Kegiatan inti

a. Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademik.


(33)

16 b. Guru membagi LKS dengan tipe yang berbeda (A dan B).

c. Guru membagi anggota masing-masing kelompok mejadi 2 pasang, dimana setiap pasang membahas masalah yang berbeda.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 A A A A A A A A A A

B B B B B B B B B B kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10 A A A A A A A A A A

B B B B B B B B B B Gambar 2. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Thinking

d. Guru meminta siswa untuk bertukar pasangan dalam kelompok masing-masing.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B

kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10 A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B Gambar 3. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Pairing

e. Guru meminta siswa kembali berkumpul dengan seluruh anggota kelompoknya.

kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 A A A A A A A A A A

B B B B B B B B B B kelompok 6 kelompok 7 kelompok 8 kelompok 9 kelompok 10 A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B Gambar 4. Pembagian kelompok diskusi pada tahap Sharing


(34)

17 f. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka dalam LKS.

g. Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. h. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari diskusi. i. Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi.

j. Guru bersama siswa membahas soal. 3. Penutup

Siswa mengumpulkan LKS, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari.

Prosedur pelaksaan TPS tersebut dapat membatasi aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan kemampuan atau keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi.

Kelebihan dan kekurangan tipe TPS menurut Lie (2008:46) adalah :

1) meningkatkan partisipasi; 2) cocok untuk tugas sederhana; 3) lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok; 4) interaksi lebih mudah; 5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Sedangkan kekurangan tipe TPS adalah : 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor; 2) lebih sedikit ide yang muncul; 3) jika ada perselisihan, tidak ada penengah.


(35)

18 B. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTGT (Team Games Tournament)

Model pembelajaran tipe Team Game Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Komponen utama dalam model pembelajaran tipe Team Game Tournament (TGT) sebagai berikut :

a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyajikan apersepsi materi yang dapat membangun konsep belajar siswa yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada tahap ini, terjadi interaksi siswa dengan guru karena tentu saja siswa belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran. Siswa harus benar-benar memahami materi yang ada karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan

menentukan skor kelompok. b. Pembentukan kelompok (team)

Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.


(36)

19 dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi

kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Setelah guru menjelaskan materi, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok. Dalam mengerjakan lembar kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama, saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

c. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada tiap akhir pertemuan. Turnamen

dilaksanakan setelah siswa melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu dirombak kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok disatukan dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4. Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2001:263) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki prestasi tinggi (pintar) dan rendah.


(37)

20 Kelompok A

Kelompok B Kelompok C

Gambar 5. Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab pertanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu

kemenangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah, siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat

pertandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam

kelompok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2 (high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini

A1 A2 A3 A4

pintar sedang sedang rendah

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4

B1 B2 B3 B4

pintar sedang sedang rendah

C1 C2 C3 C4


(38)

21 Tabel 2. Peringkat perolehan poin dalam suatu meja terdiri dari empat siswa

Tingkatan Pemain Tidak ada seri Tingkat 1-2 seri Tingkat 2-3 seri Tingkat 3-4 seri Tingkat 1-2-3 seri Tingkat 2-3-4 seri Tingkat 1-2-3-4 seri 1-2 seri 3-4 seri top

scorer 60 50 60 60 50 60 40 50

high middle

scorer

40 50 40 40 50 30 40 50

low middle

scorer

30 30 40 30 50 30 40 30

low

scorer 20 20 20 30 20 30 40 30

(Slavin, 1995:90)

Tabel 3. Peringkat perolehan poin dalam suatu meja terdiri dari tiga siswa Tingkatan Pemain Tidak ada seri Tingkat 1-2 seri Tingkat 2-3 seri Tingkat 1-2-3 seri

top scorer 60 50 60 40

middle scorer 40 50 30 40

low scorer 20 20 30 40

(Slavin, 1995:90)

Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan perolehan poin pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen). d. Team recognize (penghargaan kelompok)

Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap anggota kelompok heterogen semula. Untuk menentukan point kelompok digunakan rumus:

Nk = jumlah poin setiap anggota kelompok jumlah anggota


(39)

22 Nk = poin peningkatan kelompok

(Slavin, 1995: 82)

Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan yaitu.

Tabel 4. Kriteria penghargaan kelompok

Kriteria Predikat Kelompok Nk < 15

15≤ Nk ≤25 Nk > 25

tim cukup bagus tim bagus tim sangat bagus

Penghargaan pada kelompok terdiri atas tiga tingkat sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:

a. Tim sangat bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok lebih besar dari 25.

b. Tim bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok antara 15 sampai 25.

c. Tim cukup bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok kurang dari 15.

Kelompok dengan perolehan poin tertinggi dijadikan sebagai juara pertama, tertinggi kedua sebagai juara kedua dan tertinggi ketiga sebagai juara ketiga. Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGTada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:


(40)

23 1. Pendahuluan

a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

b. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau ingatan.

2. Kegiatan inti : Turnamen

a. Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan akademik. b. Guru membagi LKS.

c. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka dalam LKS.

d. Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

e. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari diskusi.

f. Mengerjakan soal evaluasi. g. Membahas soal.

h. Siswa dikelompokkan secara homogen berdasarkan nilai ujian sebelumnya.

i. Guru memberitahukan aturan permainan dan membagi kartu soal dan jawaban.

j. Turnamen diberikan di akhir pertemuan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Meja turnamen 1 diisi empat siswa yang memiliki prestasi tinggi sebelumnya, meja turnamen 2 diisi siswa yang memiliki prestasi sedang sebelumnya, dan


(41)

24 seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja ”naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi misalnya dari meja 8 ke meja 7.

3. Penutup

Siswa mengumpulkan LKS, kemudian guru menuntun siswa untuk menyimpulkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari. 1. Menentukan skor kelompok

Guru menghitung skor kelompok berdasarkan skor turnamen anggota kelompok dan mempersiapkan sertifikat atau penghargaan lainnya untuk kelompok berprestasi tertinggi.

2. Penghargaan kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatan penghargaan.

D. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep menekankan siswa berkembang dalam ranah kognitif. Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan


(42)

25 berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat

ditingkatkan lebih maksimal.

Menurut Sagala (2003), definisi konsep adalah:

Buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.

Pembelajaran kooperatif akan membantu mengembangkan keterampilan sosial melalui interaksi kooperatif di antara siswa dan membantu pembelajaran akademis mereka. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep materi. Penguasaan konsep siswa terhadap suatu materi akan meningkat apabila siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran TGT, menuntut penguasaan konsep baik secara individu maupun kelompok. Penguasaan konsep kelompok dilihat dari hasil turnamen. Dalam turnamen, setiap siswa memperoleh nilai individu, nilai tersebut kemudian


(43)

26 disumbangkan sebagai nilai kelompok. Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa dilihat dari hasil pretest dan posttest. (Purwanto, 2004:108).

E. Hukum-Hukum Dasar Kimia

1. Hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier)

Dalam suatu reaksi kimia yang berlangsung dalam wadah tertutup sedemikian sehingga tidak ada materi yang dapat masuk atau keluar, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Fakta bahwa massa zat-zat kekal, pada awalnya belum diketahui karena keterlibatan gas dalam reaksi belum dipahami, baru sekitar abad 18 para ahli mulai memahaminya. Antoine Lavoisier (1743-1794) yang percaya pentingnya pengamatan kuantitatif, berhasil menjelaskan

keterlibatan gas dalam reaksi kimia.

Dari hasil eksperimen Lavoisier menemukan bahwa di dalam suatu reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat-zat. Berdasarkan hal ini, ia merumuskan hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier) yang berbunyi “di dalam suatu reaksi kimia, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama” (Johari dan Rachmawati, 2006) .

2. Hukum perbandingan tetap (hukum Proust)

Di akhir abad 18, Lavoisier dan para ilmuwan lainnya mengamati bahwa banyak zat tersusun dari dua atau lebih unsur berbeda jenis. Zat yang kemudian dikenal sebagai senyawa ini memiliki unsur-unsur dengan perbandingan yang tetap,


(44)

ter-27 lepas darimana senyawa tersebut berasal, apakah dibuat, atau terdapat di alam. Di tahun 1799, Joseph Proust (1754-1826) berupaya membuktikan keberlakuan fenomena ini secara umum. Salah satu eksperimen yang dilakukannnya adalah mereaksikan unsur hidrogen dan unsur oksigen. Proust menemukan bahwa unsur oksigen selalu bereaksi membentuk senyawa air dengan perbandingan massa yang tetap, yakni 1 : 8. Kemudian ia merumuskan hukum yang dikenal sebagai Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), yang berbunyi “ perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap” (Johari dan Rachmawati, 2006) .

3. Hukum perbandingan berganda (hukum Dalton)

Hukum Proust dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk unsur-unsur yang dapat membentuk lebih dari 1 jenis senyawa. Salah seorang diantaranya adalah John Dalton (1766-1844). Dalton mengamati adanya keteraturan yang terkait pada perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa. Berdasarkan hasil pengamatannya, Dalton dalam Johari dan Rachmawati (2006) merumuskan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton) yang berbunyi:

Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa, dan jika massa-massa salah satu unsur dalam senyawa-senyawa tersebut sama, sedangkan massa-massa unsur lainnya berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat sederhana.

4. Hukum perbandingan volum (hukum Gay Lussac) dan hipotesis Avogadro Kimiawan Inggris, Henry Cavendish (1731-1810) menemukan fakta bahwa pada pembentukan air perbandingan volume gas hidrogen dan gas oksigen adalah 2 : 1.


(45)

28 Tertarik dengan hasil percobaan Cavendis, kimiawan Perancis, Gay Lussac

melakukan percobaan yang sangat teliti dan membenarkan hasil percobaan Cavendish.

Dari hasil pengamatannya, pada tahun 1808 Gay-Lussac merumuskan hukum perbandingan volum (hukum Gay Lussac) yang berbunyi “ pada suhu dan tekaan yang sama, volum gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat

sederhana” (Johari dan Rachmawati, 2006) .

Penelitian mengenai perbandingan volume gas terus berlanjut. Pada tahun 1811 fisikawan Italia, Amadeo Avogadro berpendapat bahwa unsur-unsur itu tidak harus merupakan atom-atom bebas, tetapi dapat berupa gabungan dari atom-atom yang sama membentuk molekul. Ia lalu mengajukan hipotesisnya yang dikenal sebagai hipotesis Avogadro, yang berbunyi “ pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas akan mengandung jumlah molekul yang sama pula” (Johari dan Rachmawati, 2006).

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Perbedaan penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.


(46)

29 3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep

hukum-hukum dasar kimia siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Jika kedua kelas diberi model pembelajaran yang berbeda maka akan diperoleh nilai rata-rata penguasaan konsep yang berbeda pula.


(47)

30

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling. Artinya sampel diambil dari populasi dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu atas dasar kemampuan awal siswa yang sama. Dimana siswa tersebut memiliki kendala aktivitas belajar yang kurang baik selama proses pembelajaran yang berakibat pada penguasaan konsep siswa yang kurang optimal. Sehingga didapatkan kelas X2 sebagai kelas eksperimen I yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran tipe TPS dan X6 sebagai kelas eksperimen II yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran tipe TGT. Sampel yang diambil sebanyak 72 siswa dari keseluruhan jumlah populasi penelitian.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain non equivalent pretest-posttest control group design yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen I dan eksperimen II. Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:


(48)

31

Tabel 4. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen I O1 X1 O2

Kelas eksperimen II O1 X2 O2

Dengan keterangan O1 adalah pretes yang diberikan sebelum perlakuan, O2 adalah postes yang diberikan setelah perlakuan. X1 adalah pembelajaran tipe TPS dan X2 adalah pembelajaran tipe TGT.

C. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan desain non equivalent pretest-posttest control group design. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Se-bagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu pembe-lajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.


(49)

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode tes, yaitu untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif. Data hasil tes tersebut digunakan untuk analisis pengujian hipotesis.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal pretes dan postes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia. Dalam pelaksanaannya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan soal yang sama. Soal pretes dan postes yang digunakan adalah soal pilihan jamak yang terdiri dari 20 soal. Soal tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh data kuantitatif penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan maka instrumen yang digunakan harus valid, daya pembeda tidak jelek dan reliabel. Soal pretes dan postes yang digunakan dalam penelitian ini pernah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran oleh Eko Apriyanto (Pendidikan Kimia 2006) di SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Kemudian dalam penelitian ini dilakukan kembali uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal-soal tersebut.


(50)

33

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:

Gambar 6. Alur penelitian

Keterangan :

1. Melakukan observasi di kelas X SMAN 13 Bandar Lampung. 2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Mempersiapkan instrumen. 4. Validasi instrumen.

Observasi pendahuluan

Mempersiapkan instrumen Menentukan populasi

dan sampel

Kelas eksperimen I Pretest Kelas eksperimen II

Posttest kooperatif tipe TGT Pembelajaran

Pembelajaran kooperatif tipe TPS

Analisis data Kesimpulan Validasi instrumen


(51)

34

5. Melaksanakan pretest di kedua kelas.

6. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan model pembelajaran yang berbeda.

7. Pelaksanaan posttest di kedua kelas. 8. Menganalisis data.

9. Penarikan kesimpulan. 10.Penulisan laporan penelitian.

G. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Hipotesis pertama :

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

H0 : µ1 = µ2

H1 : ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

H1: µ1≠ µ2

Jika dalam pengujian statistik ternyata terima Ho, maka pengujian dilanjutkan dengan hipotesis berikut:


(52)

35

Hipotesis kedua:

H0 : rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa antara pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih rendah atau sama dengan tipe TPS. H0 : µ1 ≤ µ2

H1 : rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa antara pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari tipe TPS.

H0 : µ1 > µ2 Keterangan:

µ1 : Rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS

µ2 : Rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis instrumen

a. Validitas dan reliabilitas instrumen

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka dilakukan pengujian terhadap butir soal pretest dan postest yang akan digunakan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat meng-ungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk variabel penguasaan konsep siswa dihitung validitas butir soal atau validitas item. Dalam hal ini


(53)

36

dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pilih program SPSS 16.0.

2) Siapkan variabel yang akan digunakan, dan menuliskan pada layar variabel (Variable View) yaitu nomor soal.

3) Memasukkan skor setiap siswa sesuai variabelnya pada layar data (Data View). 4) Klik menu Analyze.

5) Pilih menu scale, reliability analysis.

6) Pada bagian statistic aktifkan kotak cek item, scale, dan scaleif item delete.

7) Klik continue lalu Ok.

8) Pada output, bagian item-totalstatistic pada kolom Corrected Item Total Correlation , nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai korelasi butir-butir per-tanyaan terhadap skor totalnya. Nilai r hitung tersebut dibandingkan dengan r tabel. Pengambilan kesimpulannya jika nilai r hitung > dari nilai r tabel maka butir tersebut dinyatakan valid.

9) Untuk menentukan reliabilitas dilihat dari nilai alpha, jika nilai alpha lebih besar dari r tabel maka bisa dikatakan reliabel.

Sebagai acuan validitas dapat dilihat dari tabel 3.2 untuk kriteria valid atau tidak valid untuk masing-masing butir soal yang akan digunakan.

Tabel 6. Makna validitas butir soal

Angka Korelasi Makna

> 0,30 valid (diterima) 0,10 – 0,30 tidak valid (direvisi)


(54)

37

∑A-∑B n

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen yang akan digunakan sudah baik. Sesuatu instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Kriteria dari hasil uji reliabilitas untuk masing-masing butir soal dapat dilihat keterangannya seperti pada tabel 3.3. Tabel 7. Makna reliabilitas butir soal

Angka korelasi Makna

1,000 sempurna

0,900 – 0,999 sangat tinggi 0,700 – 0,899 tinggi 0,400 – 0,699 sedang 0,200 – 0,399 rendah

< 0, 199 tidak ada korelasi

b. Daya beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

D = indeks daya pembeda

∑A = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas ∑B = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah n = jumlah peserta tes kelompok atas atau kelompok bawah


(55)

38

-1.00 0.00 1.00 Daya pembeda Daya pembeda Daya pembeda

Negatif Rendah Tinggi (positif)

Untuk menentukan kelompok atas dengan kelompok bawah yaitu dengan membagi kelas menjadi tiga bagian berdasarkan nilai yang diperoleh. Klasifikasi daya pembeda soal:

D < 0,00 : tidak baik. 0,00 < D ≤ 0,20 : jelek 0,20 < D ≤ 0,40 : cukup 0,40 < D ≤ 0,70 : baik 0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali (Arikunto, 2001)

c. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan menggunkan rumus:

N

x

p

=

S

Keterangan:

p = tingkat kesukaran

x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar N = jumlah peserta tes


(56)

39

Tabel 8. Kategori tingkat kesukaran Nilai p Kategori P < 0,3 sukar

0,3 ≤ p ≤ 0,7 sedang

p > 0,7 mudah

2. Analisis data penelitian

a. Indeks gain

Perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus indeks gain (g) menurut formula Hake (Loranz, 2008:2) adalah sebagai berikut:

indeks gain ( g) = ( skor postes−skor pr etes) ( skor maksimum ideal − skor pr etes)

Kriteria interpertasi indeks gain yaitu: g > 0,7 (indeks gain tinggi)

0,3 < g < 0,7 (indeks gain sedang) g < 0,3 (indeks gain rendah)

b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal


(57)

40

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

1) Buka lembar kerja/file input normalitas.

2) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Descriptive Statistic

Explore.

3) Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independentlist. 4) Pada display, pilih plots.

5) Pada box plots beri tanda pada factor levels together, pada descriptive beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik ok.

6) Terima H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai sig.> 0.05 dan tolak H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai sig. ≤ 0.05. (Nurgiantoro dkk, 2002:118)

c. Uji homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

1) Buka lembar kerja/file input normalitas.

2) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.


(58)

41

3) Masukkan variabel indeks gain ke dalam dependentlist dan variabel kelas ke dalam factor list.

4) Pada options, pilih homogenity of variance test. 5) Klik continue, klik ok.

6) Terima H0 jika nilai sig.> 0,05 dan tolak H0 jika nilai sig. ≤ 0,05. (Pratisto, 2004:71)

d. Pengujian hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005). Dalam penelitian ini digunakan uji-t dengan program SPSS 16.0.

1) Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

a) Rumusan hipotesis

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

H1 : ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.


(59)

42

b) Langkah statistik

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja/file input normalitas.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

3. Masukkan variabel indeks gain ke dalam test variable dan variabel kelas ke dalam grouping variable.

4. Klik continue, klik ok. c) Kriteria uji

Kriteria ujinya adalah terima H0 jika F hitung < F tabel dan tolak H0 jika sebaliknya.

2) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung. a) Rumusan hipotesis

H0 : rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih rendah atau sama dengan tipe TPS. H1 : rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari tipe TPS. b) Langkah uji

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja/file input normalitas.


(60)

43

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means

Independent-sample t test.

3. Masukkan variabel indeks gainke dalam test variable dan variabel kelas ke dalam grouping variable.

4. Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2. 5. Klik continue, klik ok.

c) Kriteria uji

Kriteria ujinya adalah tolak H0 jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel dan terima H0 jika sebaliknya.


(61)

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT 2. Rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari tipe TPS.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT sebaiknya

memperhatikan alokasi waktu, karena model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam tahap pembelajaran di setiap fasenya, begitu juga pada tahap persiapannya.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya dilakukan

pengontrolan yang efektif terhadap seluruh siswa agar lebih aktif dalam setiap tahapannya sehingga siswa dapat lebih menguasai konsep dengan baik.


(62)

62

3. Perlu dilakukan penekanan konsep materi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT agar siswa tidak hanya tertarik dan semangat pada permainan dan

reward yang diberikan, tapi juga karena memang benar-benar menguasai konsep dengan baik.

4. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada tahap pengelompokan homogen perlu dilakukan pembagian kelompok minimal 3 kelompok dan sebaiknya menggunakan soal turnamen dengan tingkat ranah kognitif yang lebih tinggi serta variasi soal yang lebih banyak.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, E. 2010. Perbandingan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia Antara Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis

Keterampilan Generik Sains Dengan Metode Tanya Jawab Konvensional.

(Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc. Graw Hill Companies. USA

Arikunto. S. 2001. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta.

Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Febrian, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas On Task dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Feri, J. H. 2011. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Handayani, N. 2010. Upaya Meningkatan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Redoks dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament).

(Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Hassoubah, Z. 2008. Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritis. Nuansa : Bandung Johari, J.M.C dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA Untuk Kelas X. esis.

Jakarta.


(64)

64

Loranz. 2008. Gain Score. http://www.tmcc.edu/vp/acstu/assesment/downloads/ document/report/arsip/dosiplin/0708/SLOAPHI/disiplin/rep0707.pdf.

Nurgiantoro. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gajah Mada University Pers. Yogyakarta.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. UM Press. Malang.

Pidekso, A. 2009. SPSS 16.0 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer dan Penerbit Andi. Yogyakarta.

Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi Statistika dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purwanto, N. 2007. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Jakarta. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Teory, Research, and Practise. Allyn

Balcon. Boston.

Sudarmo, U. 2006. Kimia Kelas X. Yudhistira. Jakarta. Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


(1)

b) Langkah statistik

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja/file input normalitas.

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

3. Masukkan variabel indeks gain ke dalam test variable dan variabel kelas ke dalam grouping variable.

4. Klik continue, klik ok. c) Kriteria uji

Kriteria ujinya adalah terima H0 jika F hitung < F tabel dan tolak H0 jika sebaliknya.

2) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung. a) Rumusan hipotesis

H0 : rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih rendah atau sama dengan tipe TPS. H1 : rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari tipe TPS. b) Langkah uji

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja/file input normalitas.


(2)

43

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means Independent-sample t test.

3. Masukkan variabel indeks gainke dalam test variable dan variabel kelas ke dalam grouping variable.

4. Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2. 5. Klik continue, klik ok.

c) Kriteria uji

Kriteria ujinya adalah tolak H0 jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel dan terima H0 jika sebaliknya.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan nilai rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tipe TGT 2. Rata-rata penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari tipe TPS.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TGT sebaiknya

memperhatikan alokasi waktu, karena model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam tahap pembelajaran di setiap fasenya, begitu juga pada tahap persiapannya.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya dilakukan

pengontrolan yang efektif terhadap seluruh siswa agar lebih aktif dalam setiap tahapannya sehingga siswa dapat lebih menguasai konsep dengan baik.


(4)

62

3. Perlu dilakukan penekanan konsep materi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT agar siswa tidak hanya tertarik dan semangat pada permainan dan reward yang diberikan, tapi juga karena memang benar-benar menguasai konsep dengan baik.

4. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada tahap pengelompokan homogen perlu dilakukan pembagian kelompok minimal 3 kelompok dan sebaiknya menggunakan soal turnamen dengan tingkat ranah kognitif yang lebih tinggi serta variasi soal yang lebih banyak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, E. 2010. Perbandingan Penguasaan Konsep Hukum-hukum Dasar Kimia Antara Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis

Keterampilan Generik Sains Dengan Metode Tanya Jawab Konvensional.

(Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc. Graw Hill Companies. USA

Arikunto. S. 2001. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. As’ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta.

Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Febrian, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas On Task dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Feri, J. H. 2011. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Hukum-Hukum Dasar Kimia. (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Handayani, N. 2010. Upaya Meningkatan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Redoks dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament).

(Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Hassoubah, Z. 2008. Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritis. Nuansa : Bandung Johari, J.M.C dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA Untuk Kelas X. esis.

Jakarta.


(6)

64

Loranz. 2008. Gain Score. http://www.tmcc.edu/vp/acstu/assesment/downloads/ document/report/arsip/dosiplin/0708/SLOAPHI/disiplin/rep0707.pdf.

Nurgiantoro. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gajah Mada University Pers. Yogyakarta.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. UM Press. Malang.

Pidekso, A. 2009. SPSS 16.0 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer dan Penerbit Andi. Yogyakarta.

Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi Statistika dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purwanto, N. 2007. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Jakarta. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Teory, Research, and Practise. Allyn

Balcon. Boston.

Sudarmo, U. 2006. Kimia Kelas X. Yudhistira. Jakarta. Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

0 2 58

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI PESERTA DIDIK DI SMAN 7 MATARAM TAHUN AJARAN 20152016

0 0 13