PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA BERDASARKAN ANALISIS CAMPUR KODE PADA PENUTUR BAHASA BATAK ANGKOLA DI SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Dina Syahfitri. NIM 8146191004. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Berdasarkan Analisis Campur Kode Pada Penutur Bahasa Batak Angkola Di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, (2) kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. (3) keefektipan bahan ajar Bahasa Indonesia itu terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia uji siswa yang melakukan campur kode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan sepuluh langkah pelaksanaan mengacu pada teori Borg dan Gall. Metode penelitian terdiri dari: (1) validasi ahli materi pelajaran, (2) validasi ahli desain pembelajaran, (3) Uji coba perorangan, (4) Uji coba kelompok kecil, dan (5) uji coba lapangan terbatas; dan menghitung nilai materi menulis karangan narasi yang dikembangkan.

Subjek uji coba terdiri dari tiga ahli materi pelajaran bahasa Indonesia, tiga ahli desain pembelajaran, empat sisswa untuk uji coba perorangan, sepuluh siswa untuk uji kelompok kecil dan 40 siswa untuk uji lapangan terbatas. Data-data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan dengan angket dan dianalisis dengan teks analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode yang dikembangkan pada materi karangan narasi untuk siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan memenuhi syarat dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan rata 82,42 pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan rata-rata 83,56% pada kriteria sangat baik, aspek bahasa dengan rata-rata-rata-rata 85,19% pada kriteria sangat baik, dan validasi ahli desain dengan rata-rata 88,71% pada kriteria sangat baik.

Penggunaan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan lebih tinggi dengan rata-rata 75,38 dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan modul.


(5)

ABSTRACT

Dina Syahfitri. NIM 8146191004. Teaching Material Development of Indonesian Based Analysis of Mixed Code In Speakers Batak Angkola In SMP Negeri 1 Padangsidimpuan

This study aims to determine: (1) development of teaching materials Indonesian learning essay writing narrative based on the analysis of code-mixing students of class VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, (2) the ability of essay writing narrative seventh grade students of SMP Negeri 1 Padangsidimpuan using teaching materials developed. (3) The effectiveness of teaching materials it towards learning Indonesian students who did not mix test code. This study research design and development with a ten-step implementation refers to the theories Borg and Gall. The research method consists of: (1) validation of subject matter experts, (2) validation expert instructional design, (3) Trial individual, (4) Trial small groups, and (5) limited field trial; and calculate the value of the materials developed narrative essay writing.

Subject trial consists of three subject matter experts Indonesian, three instructional design experts, four students for individual testing, ten students for small group test and 40 students for confined field trials. The data about the quality of the products of this development are collected by questionnaire and analyzed by quantitative descriptive analysis of the text. The results showed that the product of teaching materials Indonesian learning essay writing narrative based on the analysis of mixed code developed on the material composition of narrative for the seventh grade students of SMP Negeri 1 Padangsidimpuan qualified and fit for use based on the expert validation material includes feasibility content with an average of 82, 42 on the criteria very well, feasibility of presenting with an average of 83.56% on the criteria very well, aspects of language with an average of 85.19% on the criteria very well, and validation of design experts with an average of 88.71% on criteria very good.

The use of instructional materials for learning Indonesian write a narrative essay based on the analysis of code-mixing more effective in improving student learning outcomes, as reflected in student learning outcomes that learned to use teaching materials developed higher with an average of 75.38 from student learning outcomes that learned with using modules.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, atas berkah dan karunia-Nya sehingga tesis saya yang berjudul "Pengembangan

Bahan Ajar Bahasa Indonesia Berdasarkan Analisis Campur Kode Pada

Penutur Bahasa Batak Angkola di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan” dapat

diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Mutsyuhito Solin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan kepada Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga kepada ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., Bapak Dr. M. Oky Fardian Gafary, S.Sos, M.Hum., dan Bapak Dr. Abdurrahman Adisaputera, M.Hum., selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran-saran demi penyempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta pada pejabat di jajaran civitas akademika Unimed.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta para Asisten Direktur, beserta semua staf


(7)

3. Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bapak Dr. Abdurrahman Adisahputra, M.Hum., selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan seluruh Bapak Ibu dosen yang telah memberikan motivasi serta membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

5. Bapak Drs. Ibnu Hajar, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Padangsidimpuan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan.

6. Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D., Bapak Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd., ibu Prof. Dr. Tiur Asih Siburian, M.Pd., ibu Nurhalimah, S.Pd., dan ibu Mawati, S.Pd., selaku validator yang telah mengoreksi, menilai, dan memberikan saran perbaikan terhadap bahan ajar yang penulis susun.

7. Teristimewa kepada orang tua tercinta Murhanuddin Siregar., dan Nurhalimah, S.Pd., yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, menyekolahkan, serta memberikan semangat dan doa kepada penulis.

8. Keluarga Tercinta Nenek Hj. Syafiah Lubis, Tulang Arman Efendi Lubis, udak Drs. Aswan Lubis, M.Pd., serta Nantulang Ermina Wati Lubis atas segala motivasi, doa, perhatian serta dukungan moril dan material yang senantiasa diberikan dengan tulus dan penuh kasih sayang kepada penulis, 9. Sahabat-sahabat tercinta Veni Hardianti, SKM., Futri Kesuma Wardani,

S.Pd., Putri Ramadhani Irsan, SKM., M.Kes., Dini Syakina, SH., dan Rahmat Nasution, SH., atas doa, dukungan yang diberikan selama proses penyelesaian tesis ini,


(8)

10. untuk yang spesial yang setia memberikan dukungan dan kasih sayang Bripda Dedi Kurnia

9. Sahabat seperjuangan Risky Erillia, M.Pd., Ridwan Syahputra, M.Pd., Viktor Risman Zega, M.Pd, dan abanganda Suriyanto Fajar, M.Pd., serta seluruh rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana angkatan II reguler A Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah memberikan bantuan baik materil maupun moril kepada penulis.

Kirannya seluruh perhatian, kebaikan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan dan semoga diberkahi oleh Allah Swt. Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah berpikir bagi pembaca.

Medan, Februari 2017 Penulis,


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis ... 15

2.2 Interferensi ... 15

2.2.1 Tataran Interferensi Bahasa ... 19

2.2.2 Jenis-jenis Interferensi ... 21

2.2.3 Latar Belakang Interferensi ... 21

2.3 Campur Kode... 24

2.3.1 Konsep Campur Kode ... 24

2.3.2 Pengertian Campur Kode ... 26

2.3.3 Pengertian Campur Code Menurut Para Ahli... 28

2.3.4 Jenis – Jenis Campur Kode... 30

2.3.5 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode ... 35

2.4 Karangan ... 37

2.5 Bahan Ajar... 39

2.6 Kerangka Konseptual... 45

2.7 Penelitian yang Relevan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 49

3.2 Definisi Operasional ... 52

3.3 Prosedur Penelitian ... 53

3.3.1 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 53

3.3.2 Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia ... 56

3.3.3 Standarisasi Bahan Ajar yang Dikembangkan ... 56

3.3.4 Uji coba Bahan Ajar yang Dikembangkan ... 56

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 57


(11)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.1.1 Hasil Pengembangan Bahan Ajar ... 61

4.2 Penyajian Data Hasil Penelitian Pengembangan ... 62

4.2.1 Data Hasil Validasi Tim Ahli Materi ... 63

4.2.2 Data Hasil Validasi Tim Ahli Desain... 66

4.2.3 Hasil Penilaian Modul oleh Guru Bahasa Indonesia .... 69

4.2.4 Hasil Respon Modul Uji Coba Perorangan ... 70

4.2.5 Hasil Respon Modul Uji Coba Kelompok Kecil ... 71

4.2.6 Hasil Respon Modul Uji Coba Kelompok Lapangan Terbatas... 73

4.3 Analisis Data Produk ... 74

4.3.1 Analisis Data Hasil Penilaian oleh Ahli Materi... 75

4.3.2 Analisis Data Hasil Penilaian oleh Ahli Desain ... 78

4.3.3 Analisis Data Penilaian dari Guru ... 79

4.3.4 Analisis Data Hasil Uji Coba Perorangan ... 79

4.3.5 Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ... 80

4.3.6 Analisis Data Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas ... 81

4.4 Revisi Produk ... 82

4.4.1 Revisi Pertama ... 82

4.4.2 Revisi Kedua... 83

4.4.3 Revisi Ketiga ... 83

4.4.4 Revisi Keempat... 84

4.4.5 Revisi Kelima ... 84

4.5 Hasil Kemampuan Menulis Karangan Narasi ... 84

4.5.1 Deskripsi Data Penelitian ... 86

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian... 90

4.7 Keterbatasan Penelitian... 92

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 94

5.2 Implikasi... 95

5.3 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Penggunaan Campur Kode (Dwibahasa) yang terjadi ... 10 Gambar 2.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan... 55 Gambar 4.1 Persentase Rata-rata pada Kelayakan Isi Materi Modul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 72 Gambar 4.2 Persentase Rata-Rata pada Kelayakan Penyajian Modul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 74 Gambar 4.3 Persentase Rata-rata pada Penilaian Bahasa Materi Modul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 75 Gambar 4.4 Persentase Rata-rata pada Kelayakan Desainmodul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 77 Gambar 4.5 Persentase Uji Coba Perorangan Terhadap Modul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 79 Gambar 4.6 Persentase Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Modul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 80 Gambar 4.7. Persentase Uji Coba Lapangan Terbatas Terhadap Modul

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 83 Gambar 4.8 Histogram Frekuensi Nilai Pretes Hasil Belajar Menulis

Karangan Narasi Sebelum Menggunakan Bahan Ajar ... 87 Gambar 4.9 Histogram Frekuensi Nilai Postes Hasil Belajar Menulis


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Validasi dan Penilaian Ahli Materi Pembelajaran ... 55 Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Validasi dan Penilaian Ahli Media

Pembelajaran ... 55 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa ... 56 Tabel 3.4 Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi dengan Jenis Skala

Likert Beserta Skornya ... 56 Tabel 3.5 Persentase Kriteria Kesesuaian Indikator pada Modul Paragraf

Argumentasi Berbasis Masalah yang telah dikembangkan 57

Tabel 4.1. Data Analisis Kebutuhan ... 58 Tabel 4.2. Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Karangan Narasi

Berdasarkan Analisis Campur Kode untuk Kelayakan Isi ... 60 Tabel 4.3. Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Karangan Narasi

Berdasarkan Analisis Campur Kode untuk Kelayakan Penyajian ... 61 Tabel 4.4. Penilaian Ahli Materi ModulPembelajaran Menulis Karangan

Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode untuk Aspek Bahasa ... 62 Tabel 4.5. Saran dari Validator Ahli Materi ... 63 Tabel 4.6. Skor Penilaian Ahli Media Pembelajaran Menulis Karangan

Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 63 Tabel 4.7. Saran dari Validator Ahli Desain ... 65 Tabel 4.8. Data Tanggapan Guru Bahasa Indonesia terhadap Modul

Karangan Narasi ... 66 Tabel 4.9. Data Respon Siswa dari Uji Coba Perorangan (4 siswa)

terhadap Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 67 Tabel 4.10. Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Kecil (10 siswa)

terhadap Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 68 Tabel 4.11. Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Lapangan

Terbatas (40siswa) terhadap Modul Karangan Narasi ... 70 Tabel 4.12. Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Kelayakan Isi .... 72 Tabel 4.13. Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Kelayakan

Penyajian ... 73 Tabel 4.14. Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Penilaian

Bahasa ... 75 Tabel 4.15. Persentase Penilaian dari Ahli Desain ... 76 Tabel 4.16. Persentase Perolehan Skor Uji Coba Perorangan terhadap

Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 78 Tabel 4.17. Persentase Perolehan Skor Uji Coba Kelompok Kecil terhadap

Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 80


(14)

Tabel 4.18. Persentase Perolehan Skor Uji Coba Lapangan Terbatas terhadap Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 81 Tabel 4.19. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Pretes dan Postes pada Materi

Karangan Narasi siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan ... 85 Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Hasil Belajar Menulis

Karangan Narasi Sebelum Menggunakan Bahan Ajar ... 86 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Nilai Postes Hasil Belajar Menulis

Karangan Narasi Argumentasi Sesudah Menggunakan Bahan Ajar ... 88


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran ... 99

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 102

Lampiran 3 : Angket Respon Siswa ... 107

Lampiran 4 : Lampiran Tanggapan Guru Terhadap Modul ... 109

Lampiran 5 : Lembar Validasi oleh Ahli Materi ... 111

Lampiran 6 : Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode untuk Kelayakan Penyajian ... 113

Lampiran 7 : Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode untuk Kelayakan Penyajian ... 114

Lampiran 8 : Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 115

Lampiran 9 : Skor Penilaian Ahli Media Pembelajaran menulis Karangan Narasi Berdasarkan analisis Campur Kode ... 116

Lampiran 10 : Data Tanggapan Guru Bahasa Indonesia terhadap Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 117

Lampiran 11 : Data Respon Siswa dari Uji Coba Perorangan (4 siswa) terhadap Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 118

Lampiran 12 : Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Kecil (10 siswa) terhadap Modul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Analisis Campur Kode ... 119

Lampiran 13 : Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Lapangan Terbatas (40 siswa) terhadap Modul Paragraf Argumentasi Berbasis Masalah ... 120

Lampiran 14 : Data Nilai Siswa ... 122


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai

kelompok etnik. Kelompok etnik tersebut masing-masing mempunyai kebudayaan

dan bahasa yang berbeda. Dalam keragaman etnik ini, pada umumnya masyarakat

di Indonesia memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih, yakni

bahasa Indonesia (selanjutnya disebut BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

daerah (BD) sebagai bahasa ibu. Masyarakat Indonesia akan menggunakan BI

ketika berkomunikasi dengan penutur etnik lain dan akan menggunakan bahasa

daerahnya ketika berkomunikasi dengan penutur intraetniknya.

Penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan

orang lain secara bergantian secara sosiolinguistik disebut sebagai bilingualisme.

Sementara itu, seseorang yang menguasai lebih dari satu bahasa disebut penutur

bilingual atau multilingual. Istilah bilingualisme diungkapkan Nababan sebagai

suatu kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain

sedangkan bilingualitas adalah kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk

menggunakan dua bahasa (1984: 27-29).

Dalam komunikasi yang terjadi di antara etnik yang beragam di Indonesia,

bahasa yang selalu digunakan sehari-hari adalah BI yang merupakan bahasa

nasional. BI digunakan di kantor, di pasar, di sekolah, di tempat-tempat umum,

dan bahkan sering sekali juga dipakai di lingkungan rumah atau pada ranah


(17)

2

Dalam peristiwa kontak bahasa pada masyarakat bilingual sering terdapat

peristiwa-peristiwa kebahasaan yang merupakan objek kajian sosiolinguistik

antara lain alih kode (

codeswitching

),

campur kode (

code-mixing

), dan interferensi (

interference

). Alih kode dan campur

kode merupakan gejala dalam bahasa yang memang tidak dapat dihindari oleh

penutur bilingual. Alih kode yang merupakan peralihan dari kode yang satu ke

kode yang lain adalah gejala pemakaian bahasa karena perubahan situasi,

sementara campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling

memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara

konsisten.

Dalam peristiwa campur kode maupun alih kode ketika terjadi kontak

bahasa di antara penutur bilingual, kemungkinan terjadinya interferensi dalam

bahasa selalu ada (Budiarsa, 2006). Kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat

bilingual menyebabkan munculnya gejala interferensi, yaitu penyimpangan dalam

bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi. Salah satu penyebab terjadinya

interferensi adalah kecenderungan penutur bilingual dalam memasukkan

unsur-unsur sistem kedua bahasa yang dikuasainya ketika berbahasa. Hal seperti itu

memang tidak dapat dihindarkan karena bagi masyarakat bilingual seperti

masyarakat Indonesia, salah satu dampak dari percampuran bahasa ketika

berinteraksi sering terjadi suatu gejala dalam bahasa yang salah satunya disebut

interferensi bahasa sehingga ranah bahasa tidak memiliki hubungan yang jelas

dengan penggunaan bahasa.


(18)

3

Penguasaan penutur bahasa terhadap lebih dari satu bahasa memungkinkan

terjadinya penyimpangan norma-norma ataupun kaidah-kaidah bahasa yang dapat

terjadi mulai dari tataran fonologi, leksikal sampai ke tataran sintaksis. Misalnya,

penutur bahasa Indonesia yang berbahasa Inggris mengucapkan fonem /p/ bahasa

Inggris pada kata-kata <Peter> dan <petrol>

menjadi [pεtə

] dan

[pεtrol] padahal

menurut kaidah pengucapan bahasa Inggris, kata-kata tersebut seharusnya

diucapkan dengan menggunakan aspirasi yang cara pelafalannya adalah [phit

ə

]

dan [ph

εtrol]. Penyimpangan realisasi bunyi aspirasi seperti itu pernah diteliti oleh

Budiarsa (2006) dalam disertasinya yang mengkaji penutur multilingual bahasa

Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Bali yang bekerja sebagai karyawan di

hotel-hotel di Bali. Para penutur multilingual di hotel tersebut cenderung

melafalkan konsonan bahasa Inggris beraspirasi

[

ph

, t

h

, k

h

] menjadi bunyi tanpa aspirasi. Penyimpangan itu disebabkan para

penutur tersebut dipengaruhi BI yang tidak mengenal bunyi-bunyi aspirasi seperti

dalam bahasa Inggris.

Penyimpangan realisasi bahasa diduga juga akan ditemukan dalam

masyarakat Padangidimpuan yang pada umumnya merupakan penutur bilingual.

Salah satu etnik di kota Padangsidimpuan adalah etnik Batak Angkola yang hidup

berdampingan dengan masyarakat etnik batak toba, batak mandailing, Jawa, Cina

dan Nias. Masyarakat etnik itu merupakan salah satu masyarakat pendatang

(perantau) di Padangsidimpuan yang berasal dari daerah Tapanuli di Sumatera

Utara dan Mandailing. Seperti halnya masyarakat etnik lainnya, etnik Batak

Angkola memiliki bahasa daerah, yaitu bahasa Batak Angkola (selanjutnya


(19)

4

disingkat BA). Hidup berdampingan dengan penutur etnik lain di kota

Padangsidimpuan menyebabkan penutur BA dituntut untuk menggunakan BI agar

dapat berkomunikasi dengan masyarakat etnik lain di sekitarnya, meskipun pada

saat lainnya penutur BA terlihat masih menggunakan bahasa daerahnya untuk

berkomunikasi dengan penutur BA lainnya.

Sebagai salah satu bahasa daerah dari berbagai bahasa daerah yang

terdapat di Padangsidimpuan, BA memiliki pola ataupun kaidah-kaidah tersendiri

dalam sistem bahasanya, misalnya pada aspek sintaksis, kalimat BA memiliki

pola Verba-Objek-Subjek (VOS), seperti dalam kalimat berikut.

(1)

Mambaca buku do ia di jolo ni bagas

V O T S K

membaca buku dia di depan rumah

‘Dia membaca buku di depan rumah’ .

Pada kalimat (1) dapat dilihat bahwa verba

mambaca

‘membaca’ mendahului

objek

buku

‘buku’ yang di ikuti oleh partikel pemarkah topik (T)

do

, kemudian

diikuti subjek

ia

‘dia’

dan keterangan

di jolo ni bagas

‘di depan rumah’. Pola

sintaksis BA tersebut berbeda

dengan BI yang berpola kalimat S – V – O , seperti

dalam kalimat berikut.

(2)

Kami memancing ikan di sungai.

S V O K

Kalimat BI tersebut dapat dianalisis menjadi S (kami) -V (memancing) - O (ikan),

dan K (di kolam).

Dari segi fonologis, apabila ditinjau dari cara pelafalannya, BA juga

memiliki kaidah yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan karena tidak

semua fonem atau bunyi dilafalkan seperti yang tertera dalam tulisannya. Banyak


(20)

5

didapati asimilasi di antara suku kata yang satu dengan suku kata yang lain atau

antara kata yang satu dengan kata yang lain. Kata

somba

‘sembah’ akan dilafalkan

seBagai [sombah],

ende

‘lagu’ dilafalkan sebagai [ende] dengan pola. Hal yang

sama terdapat juga dalam persandingan antarkata, misalnya,

paingot hami

‘ingatkan kami’ yang pelafalannya adalah [pahingot hami]. Terlihat bahwa dalam

deretan kata tersebut terdapat perubahan bunyi fonem yang disebut asimilasi

bunyi.

Keberadaan penutur etnik BA di Padangsidimpuan yang bilingual dan

hidup berdampingan dengan berbagai etnik dan penutur bahasa yang berbeda

sebagaimana telah disebutkan tadi diasumsikan mengalami fenomena interferensi

yaitu adanya kecenderungan penutur BA di Padangsidimpuan untuk memasukkan

unsur-unsur BI saat bertutur dalam BA.

Tidak dapat dipungkiri bahwa BI mengambil peranan yang sangat luas

dalam kegiatan sehari hari masyarakat Padangsidimpuan, termasuk pada

masyarakat BA sehingga diasumsikan bahwa mulai terjadi pergeseran bahasa BA

di Padngsidimpuan karena penutur BA terlihat sering menggunakan BA daripada

bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan sesama penutur BA. Kalau pun

penutur tersebut menggunakan BA, mereka cenderung memasukkan unsur-unsur

BI di dalam tuturannya. Apabila suatu bahasa yang biasa digunakan untuk

berkomunikasi dalam suatu masyarakat mulai ditinggalkan penuturnya dan

menggantikannya dengan bahasa yang lebih dominan, maka ada kecenderungan

akan terjadi pergeseran bahasa. Sebagaimana diungkapkan Siregar (1998:3)

“bahwa apabila bahasa yang biasa digunakan untuk fungsi tertentu sudah mulai


(21)

6

ditinggalkan oleh suatu masyarakat bahasa, maka ada kemungkinan terjadi

pergeseran bahasa (

language shift

) dalam masyarakat itu”.

Penggunaan bahasa BA oleh masyarakat itu sendiri dapat dibagi dalam

tiga bagian yaitu penggunaan bahasa (1) dalam kehidupan sehari-hari: dalam

keluarga, lingkungan sekolah, antartetangga sesuku, antarteman sesuku, (2) dalam

upacara adat: perkawinan, kelahiran, kematian, dan (3) dalam berkhotbah, saat

berdoa, meyampaikan pengumuman, dan sebagainya. Akan tetapi, apabila

diperhatikan, penggunaan bahasa BA oleh masyarakat BA di Padangsidimpuan di

dalam ketiga ranah pemakaian tersebut, mereka cenderung memasukkan

unsur-unsur BI.

Selanjutnya, pada umumnya masyarakat di Padangsidimpuan menguasi

bahasa daerah batak angkola sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia

sebagai bahasa kedua. Di samping kedua bahasa tersebut. Masyarakat di

Padangsidimpuan seperti itu pada umumnya adalah masyarakat yang tinggal di

daerah.

Bahasa batak angkola sebagai bahasa ibu masyarakat Padangsidimpuan,

dipakai secara luas sebagai alat komunikasi dalam berbagai kehidupan di

Padangsidimpuan, seperti hubungan dalam rumah tangga dan di luar rumah

(sekolah dan kehidupan sehari-hari).

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antara dua atau lebih

penutur sehingga dapat dipahami oleh lawan tutur. Menurut Hunt (dalam

Rosyada, 2004:84), ada beberapa unsur pokok komunikasi, antara lain: pesan,

sasaran komunikasi, sumber dan media. Dalam konteks komunikasi di ruang


(22)

7

kelas, pesan yang disampaikan adalah materi pembelajaran itu sendiri yang

disertai instruksi-instruksi untuk pelaksanaan proses belajar mengajar, tugas-tugas

dan rencana-rencana kegiatan terkait lawan tutur dan sumber pesan adalah guru

sebagai pengajar. Sementara itu yang menjadi media komunikasi adalah bahasa

yang digunakan.

Dalam interaksi belajar-mengajar selama proses belajar berlangsung,

bahasa memegang peran penting, karena bahasa merupakan alat interaksi. Dengan

bahasa, siswa bisa mengerti apa yang disampaikan oleh guru, atau sebaliknya

siswa sulit mengerti, karena penggunaan bahasa tersebut tidak benar. Penggunaan

bahasa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan lawan tutur kita dalam

mengartikan pesan tutur. Pemilihan bahasa tersebut sangat bergantung kepada

situasi tutur, situasi saat mengadakan tuturan, topik pembicaraan, dan lain-lain.

Pada proses belajar-mengajar berbicara bahasa batak angkola, seharusnya

guru dan siswa menggunakan bahasa Indonesia. Pada kenyataannya, guru dan

siswa sering menyisipkan unsur bahasa batak angkola dalam tuturannya, hal ini

dikarenakan guru dan siswa merupakan masyarakat yang dwibahasa bahkan

multibahasa. Bahasa yang digunakan pada proses belajar-mengajar berbicara

bahasa batak angkola di kelas saat proses belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia

di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan. Hal ini dikarenakan siswa dan guru

sama-sama menguasai bahasa lebih dari satu bahasa. Penguasaan bahasa lebih dari satu

sangat berpeluang terjadinya fenomena kebahasaan yang disebut campur kode.

Campur kode pada proses belajar-mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia ini

terjadi karena penutur ingin menyampaikan pesan kepada lawan tuturnya. Agar


(23)

8

pesan tersebut bisa diterima oleh lawan tutur maka digunakanlah pilihan kata yang

pas. Pilihan kata tersebut bisa saja berasal dari bahasa lain, seperti Bahasa

Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran campur kode menduduki peranan

penting dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara. Untuk itu para guru

hendaknya memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa dalam berbicara agar

setelah terjun di masyarakat siswa tidak mengalami kesulitan atau keraguan dalam

berbicara. Selama ini dalam berbicara, khususnya berbicara didalam kelas

menceritakan pengalama pribadi siswa cendurung menggunakan dwibahasa

(campur kode).

Hal ini didukung berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMP

Negeri 1 Padangsidimpuan pada tanggal 22 Februari 2016 di kelas VII dan

berdasarkan hasil wawancara bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia, bahwa

dalam proses belajar mengajar siswa sering menggunakan dwibahasa (campur

kode). Adapun kekurangmampuan siswa dalam berbicara dapat dilihat dari

penggunaan kata dalam berbicara baik dengan teman 1 kelas maupun dengan

guru. Penyebab dari kekurangmampuan siswa dalam berbicara adalah siswa

sering menggunakan bahasa batak angkola dengan bahasa Indonesia secara

bersamaan makanya terjadinya dwibahasa (campur kode).

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa penggunaan campur kode

(dwibahasa) yang terjadi di Padangsidimpuan.


(24)

9

Tabel 1.1 Penggunaan Campur Kode (Dwibahasa) yang Terjadi di

Padangsidimpuan

NO

KALIMAT

PENGUNAAN CAMPUR

KODE

PENGGUNAAN

BAHASA INDONESIA

1.

Senang

1.

kami ke pasar

manabusi baju.

2.

Besok mau ro nenek

ku dari Medan

3.

Tadi ditabusi

ayakku samaku

sepeda baru.

1.

Senang kali saya

rasa, nanti saya

mau pergi ke

pasar membeli

baju.

2.

Besok nenek saya

mau datang dari

Medan

3.

Tadi ayah saya

membelikan

sepada baru pada

saya.

2.

Sedih

1.

Pigi umakku sama

kakak ku ke aek

sijorni marmayam,

tinggal aku.

2.

Hilang epengku

ditakko si dodi dari

tasku.

3.

Sendiri aku pulang

sekolah, inggak di

alap ayak ku aku.

1.

Mama dan kakak

saya pergi ke aek

si jorni dan saya

tinggal.

2.

Uang saya hilang

dari dalam tas

dicuri si dodi.

3.

Saya pulang

sekolah sendiri

tidak dijemput

ayah saya.

3.

Sakit

1.

Ibu bolehnya aku

permisi mulak, sakit

ipon ku.

2.

Ayah marun aku,

jadi enggak usah

sekolah dulu aku.

3.

Atcitan kepalaku

karena mandi hujan

semalam

1.

Ibu saya boleh

permisi pulang,

gigi saya sakit.

2.

Ayah aku sakit,

jadi aku tidak

usah masuk

sekolah dulu.

3.

Sakit sekali

kelapa saya

karena mandi

hujan semalam.

4.

Makan

1.

Pulang sekolah

mangan-mangan

kita dirumah si Rita

ya.

1.

Pulang sekolah

kita

makan-makan di rumah

Rita ya.


(25)

10

5.

Berduka cita

1.

Tadi malam ayah si

Parlan maninggal

karena sakit

jantung.

1.

Tadi malam ayah

si Parlan

meninggal karena

sakit jantung.

6.

Pesan

1.

Ulang lupa oban

epengmu so tu pasar

ita.

1.

Jangan lupa bawa

uangmu biar ke

pasar kita.

7.

Nasihat

1.

Jangan tinggalkon

sumbayangmu dah

butet.

1.

Jangan

tinggalkan sholat

mu ya butet.

8.

Marah

1.

Mangamuk ayakku

sama ku semalam

karna lama aku

pulang.

1.

Semalam ayah

saya marah

karena saya lama

pulang.

9.

Pikiran

1.

Jangan kau pikirkon

hobar si Santi, nanti

sakit hati mu.

1.

Kamu jangan

dipikirkan kali

kata-kata si Santi,

nanti kamu sakit

hati.

10.

Pendapat

1.

Manurut ku jangan

kita tuduh dia, ntah

bukan dia

panakkonya.

1.

Menurut saya

jangan kita tuduh

dia, manatau

bukan dia

pencurinya.

Berdasarkan paparan hasil pengamatan di atas dan dari hasil penelitian

yang pernah dilakukan terhadap penutur BA di Padangsidimpuan, peneliti tertarik

untuk mengkaji kembali bagaimana sebenarnya BA di Padangsidimpuan yang

sekarang digunakan penutur BA mengingat semakin meluasnya penggunaan BI di

tengah masyarakat bilingual di kota Padangsidimpuan. Di samping itu kajian ini

juga ingin mengetahui bagaimana sikap bahasa masyarakat penutur BA di

Padangsidimpuan terhadap BA untuk lebih mendapatkan gambaran apakah

memang mulai ada pergeseran sikap terhadap BA atau apakah BA masih tetap

bertahan sebagai bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat BA walaupun

mereka berada di perantauan.


(26)

11

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasi masalah yaitu permasalahan dalam pembelajaran pemahaman

berbicara Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan

menggunakan kata dan kalimat yang efektif berdasarkan analisis campur kode

disebabkan yang pertama oleh faktor siswa, yaitu (1) pada umumnya siswa kurang

mengkuasai penggunaan bahasa Indonesia, (2) sedikitnya pemberdaharaan kata

bahasa Indonesia siswa, (3) siswa cenderung menggunaan bahasa batak angkola

dan bahasa indonesia atau dwibahasa (campur kode) secara bersamaan, (4)

Banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacara yang ditulis siswa, (5)

Ditemukan penggunaan bahasa daerah dalam karangan siswa

Kedua adalah faktor guru, yaitu (1) kurangnya kreativitas guru dalam

menyajikan dan mengembangkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia, (2) guru

masih bertindak sebagai sumber utama pemberi informasi tanpa mengajak siswa

untuk berusaha mencari informasi sendiri.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian ini

pada pengembangan materi Menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan

memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar

untuk kelas

VII yang akan dikembangkan berdasarkan analisis campur kode. Hal ini

disebabkan siswa cenderung menggunakan dwibahasa (campur kode).

Pengembangan materi fokus pada penggunaan dwibahasa (campur kode) yang

terjadi pada siswa-siswi di SMP Negeri 1 Padangsidipuan. Melalui materi campur


(27)

12

siswa-siswi untuk menumbuhkembangkan penggunaan bahasa Indonesia yang ada

di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan. Selain itu, siswa dapat memperoleh

pengetahuan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah maka rumusan masalahnya adalah:

1.

Bagaimanakah pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk

pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan?

2.

Bagaimanakah kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Padangsidimpuan dengan menggunakan bahan ajar yang

dikembangkan?

3.

Bagaimanakah keefektipan bahan ajar Bahasa Indonesia itu terhadap

pembelajaran Bahasa Indonesia uji siswa yang melakukan campur kode?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji, maka tujuan penelitian ini

yaitu:

1.

Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk

pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuan.


(28)

13

2.

Untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Padangsidimpuan dengan menggunakan bahan ajar yang

dikembangkan.

3.

Untuk mengetahui keefektipan bahan ajar Bahasa Indonesia itu terhadap

pembelajaran Bahasa Indonesia uji siswa yang melakukan campur kode.

1.6

Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

secara teoretis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini antara lain adalah:

1.

Bahan ajar yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

positif dalam dunia pendidikan,

2.

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelola,

pengembang, lembaga pendidikan, dan peneliti selanjutnya yang ingin

mengkaji dan mengembangkan secara mendalam tentang pengembangan

bahan ajar bahasa Indonesia, dan

3.

Membantu memahami tentang pengembangan bahan ajar bahasan indonesia.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah bahan ajar yang dikembangkan

daat digunakan sebagai:

1.

Sebagai sumber belajar mandiri, sehingga diharapkan mampu meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa,

2.

Bahan ajar yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sarana utama maupun

sarana pendamping dalam menyampaikan mata pelajaran Bahasa Indonesia

mengenai campur kode, dan,


(29)

14

3.

Penyampaian pembelajaran yang disajikan lebih menarik dan memperjelas

pemahaman konsep campur kode sehingga dapat menarik perhatian siswa

dalam belajar.


(30)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil, dan pembahasan dalam penelitian

pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis

karangan narasi berdasarkan analisis campur kode siswa kelas VII SMP Negeri 1

Padangsidimpuanyang dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pola bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan

narasi berdasarkan analisis campur kode siswa kelas VII SMP Negeri 1

Padangsidimpuanmemiliki persentase 86,18% dengan kriteria sangat baik.

2. Produk bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan

narasi berdasarkan analisis campur kode yang dikembangkan pada materi

karangan narasi untuk siswa kelas VIISMP Negeri 1 Padangsidimpuan

memenuhi syarat dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli materi

meliputi kelayakan isi dengan rata-rata 82,42 pada kriteria sangat baik,

kelayakan penyajian dengan rata-rata 83,56% pada kriteria sangat baik, aspek

bahasa dengan rata-rata 85,19% pada kriteria sangat baik, dan validasi ahli

desain dengan rata-rata 88,71% pada kriteria sangat baik.

3. Penggunaan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis

karangan narasi berdasarkan analisis campur kode lebih efektif meningkatkan

hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan hasil belajar siswa yang


(31)

95

dibelajarkanmenggunakan bahan ajar yang dikembangkan lebih tinggi dengan

rata-rata 75,38 dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan

menggunakan buku teks.

5.2. Implikasi

Berdasarkan simpulan dan temuan pada penelitian pengembangan bahan

ajarBahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan

analisis campur kode yang telah teruji memiliki implikasi yang tinggi digunakan

oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun implikasi yang

dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan akan memberi sumbangan praktis terutama

dalam pelaksanaan proses pembelajaran bagu guru, dimana bahan ajar ini

sebagai bahan ajar tambahan untuk memberikan kemudan dalam

menyampaikan materi yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar juga akan

menjadi lebih menarik dan menyenangkan terhadap siswa di sekolah.

2. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan bahan ajar berupa modul karangan narasi.

3. Bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sarana untuk

membantu atau memudahkan siswa untuk memahami materi karangan narasi,

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


(32)

96

5.3. Saran

Berdsarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada simpulan dari hasil

penelitian pengembangan bahan ajar ini, berikut diajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi

berdasarkan analisis campur kode ini, agar dapat digunakan dalam proses

pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi

pembelajaran, dan mampu mengaitkan pembelajaran yang diperoleh dengan

kehidupan sehari-hari.

2. Mengingat hasil penelitian pengembangan bahanajar ini masih

memungkinkan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu terkendali,

maka perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih

banyak dan luas.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad S & Hendri.2015.

Mudah Menguasai Bahasa Indonesia

. Bandung: Yrama

Widya.

Belawati, T. 2003.

Pengembangan Bahan Ajar

. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dalman. 2014.

Keterampilan Menulis

. Jakarta: Rajawali Pers.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.2008.

Panduan

Pengembangan Bahan Ajar

. Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Atas. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014.

Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif

Edisi Revisi

. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatikhah dan Izzati. 2015.

Pengembangan Modul PembelajaranMatematika

Bermuatan EmotionQuotient Pada Pokok BahasanHimpunan

.

JunalEduMa Vol. 4 (2):46-61.

Gani, Ramlan A. 2014.

Suka Berbahasa Indonesia

. Jakarta: Referensi.

Haryati, dkk.(2013).

Pengembangan Bahan Ajar Keterampilan Berbahasa

Indonesia untuk Siswa SMA Kelas X

. Tekno-Pedagogi. Vol 3 (2):

35-41.

Hikmat & Solihati. 2013.

Bahasa Indonesia (Untuk Mahasiswa S1 &

Pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi, dan Umum)

. Jakarta: Grasindo.

Keraf, Gorys. 2007.

Argumentasi dan Narasi

. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Kosasih, E. 2003.

Kompetensi Ketatabahasaan dankesusastraan Cermat

Berbahasa Indonesia

. Bandung: CV. Yrama Widya.

Lubis, dkk. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berbantuan Peta Pikiran Pada Materi Menulis Makalah Siswa Kelas

XI SMA/MA.

Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran.

Februari

2015 Volume 2 (1): 16-28.


(34)

Majid, Abdul. 2011.

Perencanaan Pembelajaran Mengambangkan Standar

Kompetensi Guru

. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013.

Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi

. Yogyakarta: BPFE.

Nurwanti, dkk. 2015.

Pengembangan Modul Bahasa Indonesia Berbasis Life

Skills untuk Kelas X SMK Di Kota Metro

. J-Simbol (Bahasa, Sastra,

dan Pembelajarannya. 2015 (1): 1-10.

Panjaitan, Berkat. 2015.

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Suhu

dan Kalor Berbasis Inkuiri Di SMA Primbana Medan

. Tesis, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standard Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru. 2007. Jakarta: Depdiknas

PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005.

Jakarta. Depdiknas.

Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Prosesuntuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan.

Prastowo, Andi. 2012.

Pengembangan Sumber Belajar

. Yogyakarta: Pedagogia.

Pujawan, dkk. 2014.

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks Anekdot dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta Didik Kelas X SMA

Negeri 2 Semarapura

. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha.

Volume 3 (1): 1-12.

Purwanto, dkk. 2007.

Pengembangan Modul

. Departemen Pendidikan Nasional;

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan.

Roselina.2014.

Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan

Pendekatan Stilistik untuk Siswa SMA

.LINGUA, Jurnal Bahasa dan

Sastra. Volume 15 (1): 44-53.


(35)

Shoimin, Aris. 2014.

68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013

.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sirait, Jeliana V. 2015.

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Fluida

Dinamis Berbasis Scientific Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar

. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sugiyono. 2013.

Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D

. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2015.

Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development/R&D)

. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2010.

Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM

.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanto.2012.

Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional

.

Yogyakarta: Multi Pressindo.

Tampubolon.2015.

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri Pada

Materi Fluida Statis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

. Tesis,

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Trianto. 2011.

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

. Jakarta: Kencana.


(1)

94 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil, dan pembahasan dalam penelitian pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuanyang dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pola bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode siswa kelas VII SMP Negeri 1 Padangsidimpuanmemiliki persentase 86,18% dengan kriteria sangat baik. 2. Produk bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan

narasi berdasarkan analisis campur kode yang dikembangkan pada materi karangan narasi untuk siswa kelas VIISMP Negeri 1 Padangsidimpuan memenuhi syarat dan layak digunakan berdasarkan validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan rata-rata 82,42 pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan rata-rata 83,56% pada kriteria sangat baik, aspek bahasa dengan rata-rata 85,19% pada kriteria sangat baik, dan validasi ahli desain dengan rata-rata 88,71% pada kriteria sangat baik.

3. Penggunaan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan hasil belajar siswa yang


(2)

95

dibelajarkanmenggunakan bahan ajar yang dikembangkan lebih tinggi dengan rata-rata 75,38 dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan buku teks.

5.2. Implikasi

Berdasarkan simpulan dan temuan pada penelitian pengembangan bahan ajarBahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode yang telah teruji memiliki implikasi yang tinggi digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun implikasi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan akan memberi sumbangan praktis terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran bagu guru, dimana bahan ajar ini sebagai bahan ajar tambahan untuk memberikan kemudan dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar juga akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan terhadap siswa di sekolah.

2. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar berupa modul karangan narasi.

3. Bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu atau memudahkan siswa untuk memahami materi karangan narasi, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


(3)

96

5.3. Saran

Berdsarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada simpulan dari hasil penelitian pengembangan bahan ajar ini, berikut diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bahan ajar Bahasa Indonesia untuk pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan analisis campur kode ini, agar dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran, dan mampu mengaitkan pembelajaran yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari.

2. Mengingat hasil penelitian pengembangan bahanajar ini masih memungkinkan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu terkendali, maka perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih banyak dan luas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad S & Hendri.2015.Mudah Menguasai Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Belawati, T. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.2008.Panduan

Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Atas. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif

Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatikhah dan Izzati. 2015. Pengembangan Modul PembelajaranMatematika

Bermuatan EmotionQuotient Pada Pokok BahasanHimpunan.

JunalEduMa Vol. 4 (2):46-61.

Gani, Ramlan A. 2014. Suka Berbahasa Indonesia. Jakarta: Referensi.

Haryati, dkk.(2013). Pengembangan Bahan Ajar Keterampilan Berbahasa

Indonesia untuk Siswa SMA Kelas X. Tekno-Pedagogi. Vol 3 (2):

35-41.

Hikmat & Solihati. 2013. Bahasa Indonesia (Untuk Mahasiswa S1 &

Pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi, dan Umum). Jakarta: Grasindo.

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, E. 2003.Kompetensi Ketatabahasaan dankesusastraan Cermat

Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Yrama Widya.

Lubis, dkk. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbantuan Peta Pikiran Pada Materi Menulis Makalah Siswa Kelas XI SMA/MA. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran. Februari 2015 Volume 2 (1): 16-28.


(5)

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengambangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Nurwanti, dkk. 2015. Pengembangan Modul Bahasa Indonesia Berbasis Life

Skills untuk Kelas X SMK Di Kota Metro. J-Simbol (Bahasa, Sastra,

dan Pembelajarannya. 2015 (1): 1-10.

Panjaitan, Berkat. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Suhu

dan Kalor Berbasis Inkuiri Di SMA Primbana Medan. Tesis, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 2007. Jakarta: Depdiknas

PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta. Depdiknas.

Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Prosesuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Prastowo, Andi. 2012. Pengembangan Sumber Belajar. Yogyakarta: Pedagogia. Pujawan, dkk. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks Anekdot dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta Didik Kelas X SMA

Negeri 2 Semarapura. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha.

Volume 3 (1): 1-12.

Purwanto, dkk. 2007. Pengembangan Modul. Departemen Pendidikan Nasional; Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan.

Roselina.2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan

Pendekatan Stilistik untuk Siswa SMA.LINGUA, Jurnal Bahasa dan

Sastra. Volume 15 (1): 44-53.

Rumsan. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


(6)

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sirait, Jeliana V. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Fluida Dinamis Berbasis Scientific Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development/R&D). Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanto.2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Tampubolon.2015. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri Pada

Materi Fluida Statis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis,

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan