ANALISIS CAMPUR KODE (CODE MIXING) DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH MASYARAKAT PENUTUR BAHASA MELAYU KUALUH KABUPATEN LABUHANBATU UTARA.

(1)

ANALISIS CAMPUR KODE (CODE MIXING) DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH MASYARAKAT PENUTUR BAHASA

MELAYU KUALUH KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

Nurhida Yati NIM 062222710038

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2011


(2)

ABSTRAK

Nurhida Yati, NIM 062222710038, Analisis Campur Kode (Code Mixing) dalam Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Masyarakat Penutur Bahasa Melayu Kualuh Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menemukan wujud campur kode bahasa Melayu Kualuh di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Sumber data penelitian ini ditemukan dari wacana tutur campur kode bahasa Melayu Kualuh yang diperoleh melalui peristiwa keseharian yang ditemukan terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara. Penelitian ini difokuskan pada analisis bentuk campur kode bahasa Melayu Kualuh. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu dengan cara menjelaskan dan menggambarkan wujud pilihan campur kode bahasa Melayu Kualuh. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah melakukan rekaman peristiwa tutur di masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara, selanjutnya hasil rekaman akan dideskripsikan dalam bentuk wacana tulisan dan penyebaran data kuesioner pada responden sebanyak 40 orang. Setelah itu data akan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi relatif P = F/N × 100%. Di mana P adalah persentase pengguna bahasa, F adalah jumlah pengguna bahasa dan N adalah jumlah seluruh responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud campur kode bahasa Melayu Kualuh adalah dalam bentuk serpihan (pieces) kata. Kecenderungan masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian akan tetapi peranan bahasa Melayu Kualuh juga sangat dominan mempengaruhi bahasa masyarakat setempat.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul Analisis Campur Kode (Code Mixing) dalam Penggunaan Bahasa

Indonesia oleh Masyarakat Penutur Bahasa Melayu Kualuh Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moril maupun spirituil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Firman dan Ibunda Waginem tercinta, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis.

2. Alm. Bapak Suardi S. Waluyo, Alm. Uwak Tubi S. Waluyo dan nenek Sawen. 3. Kakak, abang dan adik tercinta.

4. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 5. Prof. Dr. Khairil Ansari, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

beserta seluruh stafnya.

6. Dr. Rosmawaty, M. Pd. Selaku ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. 7. Drs. Malan Lubis, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberi bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Drs. T.R Pangaribuan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(4)

9. Drs. Tingkos Sinurat, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

10.Drs. Basyaruddin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

11.Dra. Mursini, M. Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

12.Seluruh Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. 13.Bapak Syarifuddin Pasaribu selaku Lurah Gunting Saga.

14.Teman-teman di jurusan Sastra Indonesia 2006 atas kebersamaan dan dukungan semangat untuk persahabatan selama ini.

15.Seluruh sahabat-sahabat yang selalu memberi semangat yang namanya tidak dapat dituliskan satu per satu.

Mudah-mudahan semua jasa dan dukungan yang kalian berikan kepada penulis menjadi amal sholeh buat kalian semua. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam kajian bidang kebahasaan.

Medan, April 2011 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoritis ... 9

1. Pengertian Analisis... 9

2. Pengertian Campur Kode ... 10

3. Faktor Penyebab dan Tujuan Melakukan Campur Kode ... 14

3.1 Penutur dan Pribadi Penutur... 14

3.2 Mitra Bicara ... 15


(6)

3.4 Modus Pembicaraan ... 16

3.5 Topik Pembicaraan... 16

3.6 Fungsi dan Tujuan ... 17

3.7 Ragam dan Tingkat Tutur Berbicara ... 17

4. Campur Kode dalam Tingkat Tutur Percakapan ... 17

5. Latar Belakang Campur Kode ... 21

5.1 Alasan Akademik ... 22

5.2 Gengsi ... 22

5.2 Keterbatasan Penguasaan Kode ... 22

5.3 Penggunaan Istilah yang Lebih Mudah ... 24

5.4 Peta Lokasi Labuhanbatu Utara ... 25

B. Kerangka konseptual ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 27

D. Alat Pengumpul Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 30


(7)

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Penyajian Data Rekaman ... 31

1.1 Data Rekaman ... 31

2. Penyajian Data Kuesioner ... 44

2.1 Data Karakteristik Responden... 44

2.2 Data jawaban kuesioner responden ... 47

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. ... Kesi mpulan ... 55

B. ... Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Bahasa Melayu Kualuh dan Bahasa Indonesia ... 5

Tabel 2.1 Perbandingan Bahasa Melayu Kualuh dan Bahasa Indonesia ... 20

Tabel 4.1 Perbandingan Bahasa Melayu Kualuh dan Bahasa Indonesia ... 36

Tabel 4.2 Perbandingan Bahasa Melayu Kualuh dan Bahasa Indonesia ... 41

Tabel 4.3 Perbandingan Bahasa Melayu Kualuh dan Bahasa Indonesia ... 44

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 45

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 46

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 47

Tabel 4.7 Berdasarkan Lamanya Tinggal di Labuhanbatu Utara ... 48

Tabel 4.8 Mahir Berbahasa Indonesia ... 49

Tabel 4.9 Bahasa dalam Keluarga ... 50

Tabel 4.10 Bahasa dalam Pergaulan ... 51

Tabel 4.11 Bahasa dengan Rekan Kerja ... 52


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dijumpai di mana-mana. Kehidupan manusia normal tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran kita, mejembatani hubungan kita dengan orang lain. Perangkat pengetahuan manusia yang demikian banyak juga tersimpan dan disebarluaskan melalui bahasa. Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian pentingnya. Dalam proses bahasa sebagai alat komunikasi, tanpa disadari banyak terjadi fenomena-fenomena yang terjadi pada peristiwa komunikasi yang melahirkan keunikan tersendiri dari tiap-tiap bahasa yang ada di dunia ini. Maka lahirlah bermacam-macam disiplin ilmu linguistik yang dikembangkan oleh para ahli linguistik. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa linguistik menjadi salah satu disiplin ilmu yang memiliki peran sangat penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan di dunia ini.

Mengkaji tentang linguistik merupakan hal yang menarik. Ketertarikan itu karena bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan, tentunya melahirkan keanekaragaman bahasa. Hal ini mendorong penulis untuk mengkaji salah satu bidang kebahasaan yang mengarah pada sosiolinguistik pada analisis campur kode (code mixing) dalam penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat penutur

bahasa Melayu Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara.

Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) adalah wilayah otonomi daerah yang masih dalam tahap perkembangan pembangunan dengan ibu kota Aek


(10)

Kanopan. Dengan luas 344,51 km² jumlah penduduk 51.039 jiwa (2001) dengan kepadatan 148 jiwa/km² desa/kelurahan Damuli Pekan,

Damuli Kebun, Hasang, Bandar Durian, Sei Dua-Dua, Siranggong. Masyarakat wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara adalah komunitas masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa diantaranya adalah Batak, Jawa, Aceh dan Melayu. Salah satu hal menarik dari daerah ini adalah mengenai bahasa. Bahasa yang digunakan masyarakat pada umumnya adalah bahasa Melayu Kualuh yang bersumber dari masyarakat pesisir sungai Gunting Saga. Bahasa Melayu Kualuh digunakan sebagai bahasa komunikasi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dalam aktivitas keseharian. Dan bahasa Melayu Kualuh sangat mendominasi sebagai bahasa pengantar dalam aktivitas keseharian masyarakat Labuhanbatu Utara yang digunakan oleh hampir seluruh suku bangsa yang ada di wilayah tersebut.

Dapat dilihat di sini, bahwasannya wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara adalah kawasan dengan masyarakat yang majemuk dan dapat dikatakan sebagai pusat berbagai kegiatan ekonomi, sosial, pendidikan dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Kemajemukan itu semakin dipacu dan ditopang oleh kenyataan selalu bertemu dan berinteraksinya warga masyarakat itu dengan warga dari masyarakat lain dalam wahana kegiatan. Dalam bidang bahasa, kenyataan itu membawa akibat semakin bervariasinya kode-kode yang dimiliki dan dikuasai oleh angggota masyarakat itu.

Multilingual wajar terjadi pada daerah yang multikultural. Proses ini terjadi karena faktor kebiasaan, di mana satu bahasa sangat mendominasi bahasa


(11)

lainnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan proses komunikasi dan penguasaan sebuah bahasa. Begitu juga halnya dengan masyarakat wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara yang merupakan daerah multikultural dan akhirnya keragaman budaya itu saling mempengaruhi baik dalam hal adat istiadat maupun bahasa. Namun diantara keragaman tersebut, hal yang paling mendominasi pengaruhnya adalah dibidang kebahasaan. Di mana bahasa Melayu Kualuh menjadi bahasa pengantar yang baik dalam proses komunikasi masyarakat wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara, khususnya di wilayah pesisir sungai Gunting Saga yang merupakan asal bahasa Melayu Kualuh ada.

Campur kode (code mixing) adalah penggunaan unsur-unsur bahasa, dari

satu bahasa melalui ujaran khusus ke dalam bahasa yang lain. Jadi bisa dikatakan juga pencampuran lebih dari satu bahasa dalam proses komunikasi.

Hal ini juga dinyatakan (Beardsmore dalam Nababan, 1982: 40) bahwasannya campur kode (code mixing) adalah:

“campur kode atau interferensi mengacu pada penggunaan unsur formal kode bahasa seperti fonem, morfem, kata, frase, kalimat dalam suatu konteks dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain”

Bentuk bahasa Melayu Kualuh memiliki kekhasan tersendiri dari bentuk-bentuk bahasa Melayu di kawasan Nusantara yang tersebar di seluruh Indonesia. Yaitu ciri khasnya dalam bentuk dialek banyak menggunakan unsur ‘o’ dan pengucapan huruf ‘r’ menjadi ‘kh’ dalam bidang fonologi. Sebagai contoh, di sini penulis menggambarkan dalam salah satu bentuk percakapan campur kode berikut:


(12)

Tanya: ngapain nenek di situ?

Jawab: golek-golek poning kali kepalaku, entah konapo bisa begini. habis

pulang ngaji tadi!

Tabel 1.1

Perbandingan Bahasa Melayu Kualuh dan Bahasa Indonesia

NO BAHASA MELAYU KUALUH ARTI DALAM BAHASA INDONESIA 1 Golek-golek Santai sambil tidur-tiduran

2 Poning Sakit kepala

3 Konapo Kenapa

Potongan singkat percakapan di atas menunjukan bahwa terdapat campur kode dalam kalimat-kalimat jawaban tersebut. Dalam hal ini, proses komunikasi oleh komunikan seolah terjadi karena faktor sosial dan tingkat pendidikan. Faktor sosial tampak dari tingkat usia di mana komunikan adalah seseorang yang telah lanjut usia (nenek). Tentunya hal tersebut sangat mempengaruhi akan penguasaan bahasa dan tingkat keterbatasan bahasa yang dimiliki atau disebut setting sosial .

Selain itu, adanya setting kultural, dalam hal ini komunikan adalah masyarakat

budaya yang tentunya memiliki ciri khas bahasa daerah yang sangat berpengaruh dalam proses komunikasi. Peristiwa ini merupakan konteks situasi, yakni suasana yang mewadahi kode itu sendiri. Suasana yang dimaksud mencakup dua hal yakni setting sosial dan setting kultural (Rahardi dalam Nababan, 2001:2).

Selaras dengan pernyataan di atas, maka penulis di sini akan mencoba untuk mengkaji salah satu hal unik di wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara, dalam hal ini di bidang kebahasaan yaitu mengenai kajian sosiolinguistik yang


(13)

berfokus pada analisis campur kode (code mixing) dalam penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat penutur bahasa Melayu Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang dipilih haruslah tepat dengan penelitian. Dalam penelitian banyak masalah yang timbul seperti yang dikatakan (Wahyu dalam Bogdan dan Taylor, 1992:42) bahwa:

“waktu melakukan identifikasi masalah akan dijumpai lebih dari satu masalah yang dianggap penting untuk ditelitih. Pilihlah masalah tersebut yang dianggap relevan, tepat dan mempunyai pengaruh. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan secara eksplisit (tegas dan jelas) dalam urutan yang sesuai dengan intensitas atau efek yang berantai pengaruhnya, dari pengaruh yang sangat tinggi terhadap topik penelitian sampai pada pengaruh relative kecil”.

1. menjelaskan fenomena campur kode yang terjadi pada masyarakat tutur wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. menjelaskan faktor penyebab terjadinya campur kode pada masyarakat tutur wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara.

3. menjelaskan wujud pilihan campur kode pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dan berfokus pada satu tujuan. Oleh karena itu, dalam hal penelitian ini hanya dibatasi pada analisis campur kode (code mixing) dalam

penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat penutur bahasa Melayu Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara.


(14)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. bagaimana fenomena campur kode yang terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara?

2. apa faktor penyebab terjadinya campur kode yang terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara?

3. bagaimana wujud pilihan campur kode yang terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara?

E. Tujuan Penelitian

1. mendeskripsikan wujud pilihan bahasa campur kode (code mixing) pada

masyarakat tutur wilayah Kabupaten LabuhanBatu Utara.

2. Menentukan faktor-faktor yang menybabkan terjadinya pilihan bahasa campur kode (code mixing) pada masyarakat tutur wilayah Kabupaten

LabuhanBatu Utara.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan khususnya bagi para peneliti yang akan mengkaji bagaimana peristiwa linguistik yang berasal dari multikultural untuk mengembangkan teori kebahasaan dalam hal ini pada kajian sosiolinguistik tentang campur kode (code mixing) bahasa


(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Dari data kuesioner sebanyak 40 responden menunjukkan suku Batak adalah suku mayoritas di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara sebanyak 18 responden dengan pesentase 45% sedangkan suku Melayu sebanyak 9 responden dengan persentase 22,5%. Walaupun demikian hal ini tidak mempegaruhi penggunaan bahasa Melayu Kualuh.

(2) Responden cenderung kurang mahir menggunakan bahasa Melayu Kualuh, sebanyak 17 responden menyatakan hal demikian dengan persentase 42,5%. Hal ini dipengaruhi penggunaan bahasa dalam keluarga sebanyak 19 responden memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam keluarga dengan persentase 47,5%. Sedangakan bahasa dalam pergaulan dan rekan kerja, data kuesioner menunjukkan persamaan nilai, 25 responden memilih bahasa Indonesia dalam pergaualn dan dengan rekan kerja dengan persentase 62,5%.

(3) Tingkat penggunaan bahasa Melayu Kualuh mempengaruhi keemahiran penggunaan bahasa tersebut. Data menunjukkan bahwa 20 responden hanya terkadang menggunakan bahasa Melayu Kualuh dengan persentase 50% dari total responden 40 orang. Maka hanya 17 responden mahir menggunakan bahasa Melayu Kualuh dengan persentase 42,5% sedangkan


(16)

responden yang kurang mahir menggunakan bahasa Melayu Kualuh sebanyak 18 responden dengan persentase 45%. Hal ini juga dikarenakan tingkat penggunaan bahasa Melayu Kualuh tersebut, hanya 16 responden yang sering menggunakan bahasa Melayu Kualuh dengan persentase 40%. (4) Wujud campur kode bahasa Melayu Kualuh ditemukan dalam bentuk

serpihan (pieces) kata.

(5) Faktor utama masyarakat wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara khususnya daerah pesisir sungai Gunting Saga menggunakan bahasa Melayu Kualuh karena bahasa Melayu Kualuh adalah bahasa yang dominan dalam hal penggunaannya dalam kehidupan sosial.

(6) Alasan utama masyarakat Labuhanbatu Utara khususnya wilyah pesisir sungai Gunting Saga menggunakan bahasa Melayu Kualuh sebab bahasa tersebut mudah dipelajari umumnya hanya mengubah bentuk bahasa Indonesia /a/ menjadi /o/.

B. Saran

Adapun saran yang ingin dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bahasa daerah merupakan warisan budaya yang tetap harus dilestarikan dan digunakan oleh generasi ke generasi selanjutnya agar tidak punah. Sebab bahasa daerah merupakan kekayaan yang bernilai tinggi. Dan keunikan yang ditemukan dari daerah multikultural dalam hal ini di kabupaten Labuhanbatu Utara tepatnya wilayah pesisir sungai Gunting


(17)

Saga yang melahirkan peristiwa campur kode merupakan hal tetap harus di jaga dan dilestarikan.

(2) Penilitian bahasa seperti ini adalah penelitian yang sangat bernilai khususnya untuk memperkaya kajian dalam bidang kebahasaan sosiolinguistik. Dan diharapkan kepada rekan-rekan sesama mahasiswa agar lebih meningkatkan kajian di bidang kebahasaan khususnya kajian sosiolinguistik tentang campur kode.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adiel. 2009. Alih Kode, Campur Kode dan Interferensi.

( http://adiel87.blogspot.com/2009/11/alih-kode-campur-kode-dan-interferensi.html//. Diakses 22 Mei 2010.

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Bogdan, R Dan Taylor S.J. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif.

Terjemahan A. Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa, Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

_________ . 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

_________ . 2003. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustine. 1995. “Sosiolinguistik, Perkenalan Awal”. Jakarta: Rineka Cipta.

Harimurti, Kridalaksana. 2001. ”Kamus Linguistik”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Kushartanti dan Untung Yuwono. 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka

Nababan, PJW. 1984, ”Sosiolinguistik”. Jakarta:PT Gramedia.

Ohiwutun, Paul. 1997. Sosiolinguistik, Memahami Bahasa dalam Konteks

Masyarakat dan Budaya. Jakarta: Visipro Devisi dari Kesaint Blanc.

Surwandi, Sarwiji. 2008. Serbalinguistik, Mengupas pelbagai Praktik Bahasa.

Surakarta:UNS Press.

Sastra, Anak. 2009. Alih Kode dan Campur Kode

http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html//. Diakses 22 Mei 2010).


(1)

berfokus pada analisis campur kode (code mixing) dalam penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat penutur bahasa Melayu Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang dipilih haruslah tepat dengan penelitian. Dalam penelitian banyak masalah yang timbul seperti yang dikatakan (Wahyu dalam Bogdan dan Taylor, 1992:42) bahwa:

“waktu melakukan identifikasi masalah akan dijumpai lebih dari satu masalah yang dianggap penting untuk ditelitih. Pilihlah masalah tersebut yang dianggap relevan, tepat dan mempunyai pengaruh. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan secara eksplisit (tegas dan jelas) dalam urutan yang sesuai dengan intensitas atau efek yang berantai pengaruhnya, dari pengaruh yang sangat tinggi terhadap topik penelitian sampai pada pengaruh relative kecil”.

1. menjelaskan fenomena campur kode yang terjadi pada masyarakat tutur wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. menjelaskan faktor penyebab terjadinya campur kode pada masyarakat tutur wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara.

3. menjelaskan wujud pilihan campur kode pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dan berfokus pada satu tujuan. Oleh karena itu, dalam hal penelitian ini hanya dibatasi pada analisis campur kode (code mixing) dalam penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat penutur bahasa Melayu Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara.


(2)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. bagaimana fenomena campur kode yang terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara?

2. apa faktor penyebab terjadinya campur kode yang terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara?

3. bagaimana wujud pilihan campur kode yang terjadi pada masyarakat kabupaten Labuhanbatu Utara?

E. Tujuan Penelitian

1. mendeskripsikan wujud pilihan bahasa campur kode (code mixing) pada masyarakat tutur wilayah Kabupaten LabuhanBatu Utara.

2. Menentukan faktor-faktor yang menybabkan terjadinya pilihan bahasa campur kode (code mixing) pada masyarakat tutur wilayah Kabupaten LabuhanBatu Utara.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan khususnya bagi para peneliti yang akan mengkaji bagaimana peristiwa linguistik yang berasal dari multikultural untuk mengembangkan teori kebahasaan dalam hal ini pada kajian sosiolinguistik tentang campur kode (code mixing) bahasa Melayu Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Dari data kuesioner sebanyak 40 responden menunjukkan suku Batak adalah suku mayoritas di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara sebanyak 18 responden dengan pesentase 45% sedangkan suku Melayu sebanyak 9 responden dengan persentase 22,5%. Walaupun demikian hal ini tidak mempegaruhi penggunaan bahasa Melayu Kualuh.

(2) Responden cenderung kurang mahir menggunakan bahasa Melayu Kualuh, sebanyak 17 responden menyatakan hal demikian dengan persentase 42,5%. Hal ini dipengaruhi penggunaan bahasa dalam keluarga sebanyak 19 responden memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam keluarga dengan persentase 47,5%. Sedangakan bahasa dalam pergaulan dan rekan kerja, data kuesioner menunjukkan persamaan nilai, 25 responden memilih bahasa Indonesia dalam pergaualn dan dengan rekan kerja dengan persentase 62,5%.

(3) Tingkat penggunaan bahasa Melayu Kualuh mempengaruhi keemahiran penggunaan bahasa tersebut. Data menunjukkan bahwa 20 responden hanya terkadang menggunakan bahasa Melayu Kualuh dengan persentase 50% dari total responden 40 orang. Maka hanya 17 responden mahir menggunakan bahasa Melayu Kualuh dengan persentase 42,5% sedangkan


(4)

responden yang kurang mahir menggunakan bahasa Melayu Kualuh sebanyak 18 responden dengan persentase 45%. Hal ini juga dikarenakan tingkat penggunaan bahasa Melayu Kualuh tersebut, hanya 16 responden yang sering menggunakan bahasa Melayu Kualuh dengan persentase 40%. (4) Wujud campur kode bahasa Melayu Kualuh ditemukan dalam bentuk

serpihan (pieces) kata.

(5) Faktor utama masyarakat wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara khususnya daerah pesisir sungai Gunting Saga menggunakan bahasa Melayu Kualuh karena bahasa Melayu Kualuh adalah bahasa yang dominan dalam hal penggunaannya dalam kehidupan sosial.

(6) Alasan utama masyarakat Labuhanbatu Utara khususnya wilyah pesisir sungai Gunting Saga menggunakan bahasa Melayu Kualuh sebab bahasa tersebut mudah dipelajari umumnya hanya mengubah bentuk bahasa Indonesia /a/ menjadi /o/.

B. Saran

Adapun saran yang ingin dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bahasa daerah merupakan warisan budaya yang tetap harus dilestarikan dan digunakan oleh generasi ke generasi selanjutnya agar tidak punah. Sebab bahasa daerah merupakan kekayaan yang bernilai tinggi. Dan keunikan yang ditemukan dari daerah multikultural dalam hal ini di kabupaten Labuhanbatu Utara tepatnya wilayah pesisir sungai Gunting


(5)

Saga yang melahirkan peristiwa campur kode merupakan hal tetap harus di jaga dan dilestarikan.

(2) Penilitian bahasa seperti ini adalah penelitian yang sangat bernilai khususnya untuk memperkaya kajian dalam bidang kebahasaan sosiolinguistik. Dan diharapkan kepada rekan-rekan sesama mahasiswa agar lebih meningkatkan kajian di bidang kebahasaan khususnya kajian sosiolinguistik tentang campur kode.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adiel. 2009. Alih Kode, Campur Kode dan Interferensi.

(http://adiel87.blogspot.com/2009/11/alih-kode-campur-kode-dan-interferensi.html//. Diakses 22 Mei 2010.

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Bogdan, R Dan Taylor S.J. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Terjemahan A. Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa, Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

_________ . 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

_________ . 2003. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustine. 1995. “Sosiolinguistik, Perkenalan Awal”. Jakarta: Rineka Cipta.

Harimurti, Kridalaksana. 2001. ”Kamus Linguistik”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Kushartanti dan Untung Yuwono. 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka

Nababan, PJW. 1984, ”Sosiolinguistik”. Jakarta: PT Gramedia.

Ohiwutun, Paul. 1997. Sosiolinguistik, Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Budaya. Jakarta: Visipro Devisi dari Kesaint Blanc.

Surwandi, Sarwiji. 2008. Serbalinguistik, Mengupas pelbagai Praktik Bahasa. Surakarta:UNS Press.

Sastra, Anak. 2009. Alih Kode dan Campur Kode

http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html//. Diakses 22 Mei 2010).