RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN SATU PASS, Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

(1)

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN SATU PASS,

SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh:

SAKA SAPUTRA NIM : D 200 12 0019

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

EALAMAN PERSETUJUAN

RANCANG BANGAN HEAT EXCHANGER TUBE FIN SATU P.,{S,X SEELL TIGA P,4,sS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

PUBLIKASIILMIAH

SAKASAPUTRA D 200 12 0019

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Sartono Putro. Ir,. MT,

,t


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

RANCANG BANGIIN HEAT EXCHANGER TUBE FIN SATU P,4S,S, SHELL TIGA P,4SS TINTUK MESIN PENGERING E1\{PON-EMPON

SAKA SAPUTRA D 200 12 0019

1.

Telah dipertahankan di depan I)ewan Penguji Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Kamis, 13 April 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji:

Sartono Putro, Ir,, MT.

(Ketua Dewan Penguji) Subroto,

Ir. MT.

(Anggota I Dewan Penguji) Sunardi Wiyono, Ir., MT.

(Anggota

II

Dewan Penguji) Oleh:


(4)

PERNYATAAN

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah

ini tidak

terdapat

karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesa{anaan disuatu

perguuan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah dihrlis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pemyataan saya diatas maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

SAKA SAPUTRA D 200 12 0019 Surakarta, 15 April 2017

Penulis

$s,


(5)

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS,

SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

Abstrak

Heat Exchanger atau penukar kalor adalah alat yang berfungsi menukar kalor antara dua fluida yang berbeda temperatur tanpa mencampurkan kedua fluida tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi debit pada Heat Exchanger tube fin satu pass shell tiga pass untuk pengeringan kunir. Dengan variasi debit 0,026, 0,028, dan 0,030 m3/s. Cara kerja dari heat exchanger ini adalah : pertama, fluida dingin berupa udara dari blower mengalir masuk ke dalam Heat Exchanger. Kedua, fluida dingin akan menerima kalor dari fluida panas yang mengalir dalam shell yang sebelumnya dipanaskan oleh kompor didalam heat exhanger, dan setelah itu fluida dingin tersebut keluar dari heat exchanger dan masuk ke dalam mesin pengering empon-empon. Hasil kalor yang optimal didapatkan pada variasi debit fluida dingin 0,030 m3/s. Jadi disimpulkan bahwa semakin besar debit fluida dingin maka perubahan temperatur dan kalor debit fluida dingin semakin besar.

Kata kunci : Alat Penukar Kalor,Debit , Kalor, fluida

Abtract

Head exchanger is a tool for exchange the head between two different fluids temperature witthout mixing it. The aim of this research is to know the influence of debit variety in one heat exchanger tube fine pass three pass for turmeric drying by 0,026; 0,028; and 0,030 m3/s debit variety.The steps of heat exchanger are : firstl, cold fluid that form as air from the blower flo int the heat exchanger. secondly, the cold fuids will get heat from the hot fluids, that flow in shell has been heated before by the stove in heat exchanger, and then the cold fluids out of the heat exchanger and entry the herbs and spices drying machine.Optimum heat result gotten in 0,030 m3/s cold fluds debit variety. The conclusion is greater cold fluids debit rate, the temperature exchange and cold fluids debit ht will be greater also.

Keywords : Heat Exchanger, Debit, Heat, Fluid

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Di industri Indonesia terdapat banyak UKM. Salah satunya UKM yang bergerak di bidang obat-obatan yang berbahan empon-empon. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak obat tradisional yang dibuat menjadi serbuk kering agar menjadi lebih praktis dan awet.


(6)

2

Pada salah satu prosesnya, sebelum dijadikan serbuk terdapat proses pengeringan yaitu dengan mengurangi kadar air dari empon-empon itu sendiri.

Pengeringan alamiah memanfaatkan sinar matahari untuk mengeringkan empon-empon dan pada proses alami ini sangat bergantung dengan cuaca, sedangkan empon-empon pada saat cuaca mendung atau hujan pengeringannya jadi terkendala, maka empon-empon tidak bisa kering dan diproses ke tahap selanjutnya. Sehingga pada musim hujan menjadi suatu kendala dalam proses ini. Sedangkan pengeringan non alamiah dengan cara menggunakan menggunakan mesin, sehingga proses pengeringan lebih cepat dan tidak ada kendala cuaca.

Mesin pengering yang digunakan untuk mengeringkan bahan basah tersebut adalah heat exchanger, dengan cara mengalirkan udara panas secara berkelanjutan. Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi menukar kalor antara dua fluida yang berbeda temperatur tanpa mencampurkan kedua fluida tersebut. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan kalor dari dua fluida yang bersuhu berbeda. Dalam perkembangannya heat exchanger mengalami perubahan bentuk yang sesuai dengan fungsi kerjanya. Bentuk heat exchanger yang sering digunakan ialah shell and tube. Dengan berbagai pertimbangan bentuk ini dinilai memiliki banyak keuntungan baik dari segi fabrikasi, biaya, hingga unjuk kerja.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Mendapatkan desain dan kontruksi Heat Exchanger shell and tube fin untuk pengeringan empon-empon.

Mengetahui pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap perubahan massa kunir.

Mengetahui pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap temperatur


(7)

Mengetahui pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap kalor yang diiterima fluida dingin (qc).

Mengetahui pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap efisiensi heat exchanger

1.3.Batasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini, yaitu :

Mesin pengering Empon-empon,Variasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah debit fluida dingin 0.026, 0,028, 0,030 (m3/s),Bahan yang digunakan adalah kunir sebanyak 1 kg,Indikator penelitian adalah variasi debit fluida dingin terhadap hasil penelitian, Menggunakan blower sentrifugal, Jumlah tube 8 dan pada setiap tube terdapat 6 fin, Pengujian yang dilakukan dalam peneltian ini adalah satu kali pada setiap varisi debitnya.

2. METODE PENELITIAN 2.1.Alat dan Bahan

Gambar 1. Alat penelitian


(8)

4 1. Mesin pengering empon-empon 2. Heat Exchanger

3. Thermocouple 4 (Tho)

4. Blower

5. Thermocouple 1 (Tci)

6. Thermoreader

7. Thermocouple 3 (Thi) 8. Kompor

9. Thermocouple 2 (Tco)

10. Motor 11.Gear Reducer

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Udara, Kunyit dan gas LPG

= Aliran fluida dingin = Aliran fluida panas


(9)

2.2.Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian 2.3.Tahapan Penelitian

Sebelum pengujian yaitu menyiapkan bahan-bahan seperti kunyit, gas LPG, serta memasang regulator pada tabung gas, merangkai thermocouple kemudian pasangkan ke heat exhanger dan menyiapkan stopkontak yang nantinya untuk menyalakan motor listrik.

Memastikan atau mengecek instalasi semua sudah terpasang terpasang dengan benar dan bahan sudah siap selanjutnya mengatur tutupan pada blower sebagai variasi debit.

Memasukkan 1 kg kunyit ke mesin pengering menyalakan kemudian nyalakan kompor untuk memanaskan heat exchanger selama 10 menit. Menyalakan blower, thermocouple, mesin pengering selama 30 menit.


(10)

6

Mencatat temperatur pada thermocouple setiap 10 menit sekali dalam waktu 30 menit.

Mematikan blower, kompor dan mesin pengering empon-empon secar bersamaan, kemudian mengambil kunyit.

Menimbang kunyit dengan timbangan digital, dan menimbang tabung gas LPG denga timbangan analog, kemudian hitung selisih massa kunir dan tabung sebelum dan sesudah pengujian.

Dinginkan Alat hingga suhu normal.

Lakukan pengujian seperti diatas dengan variasi debit yang berbeda.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian

Tabel 1 Hasil penelitian

Peng-ujian

Qc Tci Tco Thi Tho ∆Tc ∆Th

m3/s (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) 1 0,026 25,1 95,6 1064,7 64,5 70,5 1000,2 2 0,028 24,2 98,6 1057,7 72,6 74,4 985,1 3 0,030 23,7 101,8 1052,2 76,8 78,1 975,4

Pengujian

ṁlpg x 10-4 Mi kunyit Me kunyit ∆m kunyit

(Kg/s) (g) (g) (g)

1 1,25 1000 836 164

2 1,25 1000 817 183

3 1,25 1000 807 193

Tabel 2 Hasil perhitungan

Peng-ujian

qc ṁh x 10-3 Cc Ch qmax

m3/s (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) 1 1989,729 1,68 28,224 1,990 2068,80 0,96 2 2249,856 1,93 30,231 2,283 2359,69 0,95 3 2519,194 2,18 32,250 2,582 2655,81 0,95

Peng-ujian

Cmin/Cmax NTU U Rec Nuc

(W/m2K)

1 0,7 3,2 289,454 99029,742 198,771 2 0,8 3,3 332,202 106051,061 209,968 3 0,8 3,3 375,670 112670,389 220,389


(11)

Peng-ujian

hc qlpg

(w/m2K) (W) (%) 1 252,981 6269 31,74 2 267,232 6269 35,88 3 280,495 6269 40,18

3.2. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Perubahan Temperatur Fluida Dingin

Gambar 4. Pengaruh variasi debit fluida dingi terhadap perubahan temperatur fluida dingin (∆Tc)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap perubahan temperatur dingin, hasil perubahan temperatur pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil perubahan temperatur fluida dingin 70,5 °C, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil perubahan temperatur fluida dingin adalah 74,4 °C, Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil perubahan temperatur fluida dingin sebesar 78,1 °C. Dari diagram di atas didapatkan perubahan temperatur fluida dingin terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan perubahan temperautur fluida dingin sebesar 78,1 °C.

70,5

74,4 78,1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0,026 0,028 0,03

Debit fluida dingin (m3/s)

P erub ah an T empe rat ur ∆T c ( ° C)


(12)

8

3.3. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Kalor yang Diterima Fluida Dingin

Gambar 5. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap kalor yang diterima fluida dingin (qc)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap kalor yang diterima fluida dingin, hasil kalor yang diterima fluida dingin pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil kalor yang diterima fluida dingin 1989,729 W, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil kalor yang diterima fluida dingin adalah 2249,856 W, Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil kalor yang diterima fluida dingin sebesar 2519,194 W. Dari diagram diatas didapatkan kalor yang diterima fluida dingin terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan kalor yang diterima fluida dingin sebesar 2519,194 W.

1989,729

2249,856

2519,194

1500 1700 1900 2100 2300 2500 2700

0,026 0,028 0,03

K

alor

y

an

g

dit

eri

ma

q

c

(

W)


(13)

3.4. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Koefisien Perpindahan Kalor Total

Gambar 6. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor total (U)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor total, hasil koefisien perpindahan kalor total pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil koefisien perpindahan kalor total 289,454 W/m2K, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil koefisien perpindahan kalor total adalah 332,202 W/m2K, Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil koefisien perpindahan kalor total sebesar 375,670 W/m2K. Dari diagram di atas didapatkan koefisien perpindahan kalor total terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan koefisien perpindahan kalor total sebesar 375,670 W/m2K.

289,454 332,202 375,670 0 50 100 150 200 250 300 350 400

0,026 0,028 0,03

Debit fluida dingin (m3/s)

K oe fi sien pe rpi nd ah an ka lor total U ( W/ K )


(14)

10

3.5. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Koefisien Perpindahan Kalor Fluida Dingin

Gambar 7. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap Perpindahan kalor fluida dingin (hc)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor fluida dingin, hasil koefisien perpindahan kalor total pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil koefisien perpindahan kalor fluida dingin 252,981 W/m2K, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil koefisien perpindahan kalor fluida dingin adalah 267,232 W/m2K Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s didapat koefisien perpindahan kalor fluida dingin sebesar 280,495 W/m2K. Dari diagram di atas didapatkan koefisien perpindahan kalor total terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan koefisien perpindahan kalor fluida dingin sebesar 280,495 W/m2K.

252,981 267,232 280,495 235 240 245 250 255 260 265 270 275 280 285

0,026 0,028 0,03

Debit fluida dingin (m3/s)

K oe fi sien pe rpi nd ah an ka lor fl uida dingin h c ( W/ K )


(15)

3.6. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Efisiensi Heat Exchanger

Gambar 8. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap efisiensi ( )

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap efisiensi Heat Exchanger, hasil efisiensi Heat Exchanger pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil efisiensi Heat Exchanger 31,74 %, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil efisiensi Heat Exchanger adalah 35,88 % , Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil efisiensi Heat Exchanger sebesar 40,18 %. Dari diagram di atas didapatkan efisiensi Heat Exchanger terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan efisiensi Heat Exchanger sebesar 40,18 %.

31,74 35,88

40,18

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0,026 0,028 0,03

Debit fluida dingin (m3/s)

efi

siensi

(%


(16)

12

3.7. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Perubahan Massa Kunyit

Gambar 9. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap perubahan massa kunyit (∆mkunyit)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap perubahan massa kunyit, hasil perubahan massa kunyit pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil perubahan massa kunyit 164 g, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan perubahan massa kunyit adalah 183 g, Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil perubahan massa kunyit sebesar 193 g. Dari diagram di atas didapatkan perubahan massa kunyit terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan perubahan massa kunyit sebesar 193 g.

164

183

193

145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

0,026 0,028 0,03

Debit fluida dingin (m3/s)

Perub

ah

an

massa

ku

nir

m

k

uni

r


(17)

4. PENUTUP

4.1. Keesimpulan

Desain dan Kontruksi Heat Exchanger Tube fin satu pass, shell tiga pass menggunakan bahan plat besi dengan tebal 2 mmdengan ukuran panjang 1048 mm, tinggi 210 mm, lebar 206 mm dengan jumlah tube 8 dengan diameter 18 mm dengan tebal 2 mm dan panjang 800 mm, dengan fin berjumlah 48 dengan ukuran diameter dalam 22 mm, diameter luar 32 mm dan tebal 2 mm.

Semakin besar debit fluida dingin maka perubahan temperatur fluida dingin semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, perubahan temperatur fluida dingin yang dihasilkan 70,5 oC, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, perubahan temperatur fluida dingin yang dihasilkan 74,4 oC, dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, perubahan temperatur fluida dingin yang dihasilkan 78,1 oC.

Semakin besar debit fluida dingin maka kalor yang diterima fluida dingin semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, kalor yang diterima fluida dingin sebesar 1989,729 W, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, kalor yang diterima fluida dingin sebesar 2249,856 W dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, kalor yang diterima fluida dingin sebesar 2519,194 W.

Semakin besar debit fluida dingin maka koefisien perpindahan kalor total semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, koefisien perpindahan kalor total sebesar 289,454 W/m2K, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, koefisien perpindahan kalor total sebesar 332,202 W/m2K, dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, koefisien perpindahan kalor total sebesar 375,670 W/m2K.

Semakin besar debit fluida dingin maka perubahan massa kunyit semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, perubahan massa kunyit sebesar 164 g, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, perubahan massa


(18)

14

kunyit sebesar 183 g, dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, perubahan massa kunyit sebesar 193 g.

4.2. Saran

Temperatur pembakaran harus dijaga supaya stabil, karena bila temperatur berubah maka kapasitas fluida panas yang dihasilkan juga akan berubah.

Pada pengujian selanjutnya peneliti dapat meningkatkan effisiensi heat exchanger dengan cara memberi isolator pada dindingnya, agar kalor yang dihasilkan pada gas LPG tidak banyak terbuang ke ruangan.

PERSANTUNAN

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA sehingga penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Tugas Akhir berjudul “Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-empon”, dapat terselesaikan atas dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan keikhlasan hati ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D., Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tri Widodo Besar Riyadi, ST., MSc., Ph.D., Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sartono Purto Ir., MT. Dosen pembimbing yang banyak memberikan ilmu, waktu, dorongan serta arahan dalam proses bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Agus Hariyanto Ir., MT., Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi selama masa kuliah. Semua pihak yang telah membantu semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua.


(19)

DAFTAR PUSATAKA

Ahmad. Wafi B, (2012). Rancang Bangun Heat Exchanger Shell and Tube Single Phase”. Skripsi. Fakultas Teknik Pertanian Universitas Diponegoro.

Anggraini Handoyo Ekadewi, (2000) Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell and Tube Heat Exchanger, Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Surabaya.

Angraini Handoyo Ekadewi, (2000) “Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap

Efektivitas Plat Heat Exchanger”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen

Petra.

Cengel, Y. A. (2003).”Heat Transfer”.Mc. Graw Hill New York

Kanginan, Marthen. (2007). “Seribu Pena FISIKA”. Jakarta: Erlangga.

Mukherjee Rajiv (1998).”Effectifity Design Shell and Tube Heat

Exchanger”.Chem Eng Progress.

Peter (2013). “Hairpin Heat Exchanger. From www.lv-soft.com

Wahyudi Didik, (2000).”Optimasi Heat Exchanger Tabung Konsentris”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Surabaya.

Yopi Handoyo, Ahsan ( 2012). “Analisis Kinerja Alat Penukar Kalor Jenis Shell

and Tube Pendingin Aliran Air pada PLTA Jatiluhur”. Skripsi. Fakultas

Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Bekasi.

Zainiudin, (2008) “Studi Eksperimental Efektivitas Alat Penukar Kalor Shell

and Tube dengan Memanfaatkan Gas Buang Mesin Diesel Sebagai


(1)

3.5. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Koefisien Perpindahan Kalor Fluida Dingin

Gambar 7. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap Perpindahan kalor fluida dingin (hc)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor fluida dingin, hasil koefisien perpindahan kalor total pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil koefisien perpindahan kalor fluida dingin 252,981 W/m2K, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil koefisien perpindahan kalor fluida dingin adalah 267,232 W/m2K Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s didapat koefisien perpindahan kalor fluida dingin sebesar 280,495 W/m2K. Dari diagram di atas didapatkan koefisien perpindahan kalor total terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan koefisien perpindahan kalor fluida dingin sebesar 280,495 W/m2K.

252,981

267,232

280,495

235 240 245 250 255 260 265 270 275 280 285

0,026 0,028 0,03 Debit fluida dingin (m3/s)

K

oe

fi

sien

pe

rpi

nd

ah

an

ka

lor

fl

uida

dingin

h

c

(

W/

K


(2)

3.6. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Efisiensi Heat Exchanger

Gambar 8. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap efisiensi ( ) Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap efisiensi Heat Exchanger, hasil efisiensi Heat Exchanger pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil efisiensi Heat Exchanger 31,74 %, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan hasil efisiensi Heat Exchanger adalah 35,88 % , Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil efisiensi Heat Exchanger sebesar 40,18 %. Dari diagram di atas didapatkan efisiensi Heat Exchanger terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan efisiensi Heat Exchanger sebesar 40,18 %.

31,74 35,88

40,18

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0,026 0,028 0,03 Debit fluida dingin (m3/s)

efi

siensi

(%


(3)

3.7. Pengaruh Variasi Debit Fluida Dingin Terhadap Perubahan Massa Kunyit

Gambar 9. Pengaruh variasi debit fluida dingin terhadap perubahan massa kunyit (∆mkunyit)

Pada gambar di atas menunjukan pengaruh debit fluida dingin terhadap perubahan massa kunyit, hasil perubahan massa kunyit pada debit fluida dingin 0,026 m3/s dengan hasil perubahan massa kunyit 164 g, sedangkan pada debit fluida dingin 0,028 m3/s didapatkan perubahan massa kunyit adalah 183 g, Dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s dengan hasil perubahan massa kunyit sebesar 193 g. Dari diagram di atas didapatkan perubahan massa kunyit terbesar pada debit 0,030 m3/s dengan perubahan massa kunyit sebesar 193 g.

164

183

193

145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

0,026 0,028 0,03

Debit fluida dingin (m3/s)

Perub

ah

an

massa

ku

nir

m

k

uni

r


(4)

4. PENUTUP

4.1. Keesimpulan

Desain dan Kontruksi Heat Exchanger Tube fin satu pass, shell tiga pass

menggunakan bahan plat besi dengan tebal 2 mmdengan ukuran panjang 1048 mm, tinggi 210 mm, lebar 206 mm dengan jumlah tube 8 dengan diameter 18 mm dengan tebal 2 mm dan panjang 800 mm, dengan fin

berjumlah 48 dengan ukuran diameter dalam 22 mm, diameter luar 32 mm dan tebal 2 mm.

Semakin besar debit fluida dingin maka perubahan temperatur fluida dingin semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, perubahan temperatur fluida dingin yang dihasilkan 70,5 oC, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, perubahan temperatur fluida dingin yang dihasilkan 74,4 oC, dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, perubahan temperatur fluida dingin yang dihasilkan 78,1 oC.

Semakin besar debit fluida dingin maka kalor yang diterima fluida dingin semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, kalor yang diterima fluida dingin sebesar 1989,729 W, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, kalor yang diterima fluida dingin sebesar 2249,856 W dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, kalor yang diterima fluida dingin sebesar 2519,194 W.

Semakin besar debit fluida dingin maka koefisien perpindahan kalor total semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, koefisien perpindahan kalor total sebesar 289,454 W/m2K, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, koefisien perpindahan kalor total sebesar 332,202 W/m2K, dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, koefisien perpindahan kalor total sebesar 375,670 W/m2K.

Semakin besar debit fluida dingin maka perubahan massa kunyit semakin besar. Pada debit fluida dingin 0,026 m3/s, perubahan massa kunyit sebesar 164 g, pada debit fluida dingin 0,028 m3/s, perubahan massa


(5)

kunyit sebesar 183 g, dan pada debit fluida dingin 0,030 m3/s, perubahan massa kunyit sebesar 193 g.

4.2. Saran

Temperatur pembakaran harus dijaga supaya stabil, karena bila temperatur berubah maka kapasitas fluida panas yang dihasilkan juga akan berubah.

Pada pengujian selanjutnya peneliti dapat meningkatkan effisiensi heat exchanger dengan cara memberi isolator pada dindingnya, agar kalor yang dihasilkan pada gas LPG tidak banyak terbuang ke ruangan.

PERSANTUNAN

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA sehingga penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Tugas Akhir berjudul “Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin

Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-empon”, dapat terselesaikan atas dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan keikhlasan hati ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D., Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tri Widodo Besar Riyadi, ST., MSc., Ph.D., Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sartono Purto Ir., MT. Dosen pembimbing yang banyak memberikan ilmu, waktu, dorongan serta arahan dalam proses bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Agus Hariyanto Ir., MT., Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi selama masa kuliah. Semua pihak yang telah membantu semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua.


(6)

DAFTAR PUSATAKA

Ahmad. Wafi B, (2012). Rancang Bangun Heat Exchanger Shell and Tube Single Phase”. Skripsi. Fakultas Teknik Pertanian Universitas Diponegoro.

Anggraini Handoyo Ekadewi, (2000) Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell and Tube Heat Exchanger, Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Surabaya.

Angraini Handoyo Ekadewi, (2000) “Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plat Heat Exchanger”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra.

Cengel, Y. A. (2003).”Heat Transfer”.Mc. Graw Hill New York

Kanginan, Marthen. (2007). “Seribu Pena FISIKA”. Jakarta: Erlangga.

Mukherjee Rajiv (1998).”Effectifity Design Shell and Tube Heat Exchanger”.Chem Eng Progress.

Peter (2013). “Hairpin Heat Exchanger. From www.lv-soft.com

Wahyudi Didik, (2000).”Optimasi Heat Exchanger Tabung Konsentris”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Surabaya.

Yopi Handoyo, Ahsan ( 2012). “Analisis Kinerja Alat Penukar Kalor Jenis Shell

and Tube Pendingin Aliran Air pada PLTA Jatiluhur”. Skripsi. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Bekasi.

Zainiudin, (2008) “Studi Eksperimental Efektivitas Alat Penukar Kalor Shell and Tube dengan Memanfaatkan Gas Buang Mesin Diesel Sebagai Pemanas Air”. Tesis. Universitas Sumatra Utara.


Dokumen yang terkait

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN TIGA PASS, Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Non Fin Tiga Pass, Shell Satu Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 3 19

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Non Fin Tiga Pass, Shell Satu Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 3 18

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN SATU Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 2 19

PENDAHULUAN Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 2 4

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Tiga Pass Shell Satu Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 3 18

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Tiga Pass Shell Satu Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

3 11 19

PENDAHULUAN Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Fin Tiga Pass Shell Satu Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 2 4

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Non Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 3 17

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Non Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 2 18

PENDAHULUAN Rancang Bangun Heat Exchanger Tube Non Fin Satu Pass, Shell Tiga Pass Untuk Mesin Pengering Empon-Empon.

0 2 4