Keterangan Yijk : Nilai pengamatan karena faktor populasi pada taraf ke i, faktor
konsentrasi Erwinia ke j, faktor cara inokulasi ke k dan ulangan ke l µ
: Nilai rataan umum αi
: Pengaruh perlakuan populasi pada taraf ke i βj
: Pengaruh perlakuan konsentrasi Erwinia carotovora ke j τk
: Pengaruh cara inokulasi ke k αβij : Pengaruh interaksi antara faktor populasi dan faktor konsentrasi Erwinia
carotovora ατik : Pengaruh interaksi antara faktor populasi dan faktor cara inokulasi
βτjk : Pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi bakteri Erwinia carotovora
dan cara inokulasi αβτijk: Pengaruh interaksi antara faktor populasi, faktor konsentrasi bakteri
Erwinia carotovora dan faktor cara inokulasi.
εijkl : Pengaruh acak dari faktor populasi pada taraf ke I, faktor konsentrasi Erwinia carotovora
pada taraf ke j, faktor cara inokulasi pada taraf ke k dan ulangan ke l
Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan uji F melalui analisis ragam ANOVA dengan uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5.
Pelaksanaan 1.
Persiapan Tanaman
Tanaman Phalaenopsis in vitro yang digunakan adalah yang telah berumur delapan bulan sejak biji disemai, minimal memiliki dua daun panjang sekitar 2.5
cm yang telah membuka sempurna dan dalam kondisi sehat. Setiap botol dipilih 3-7 tanaman, kemudian setiap tanaman yang digunakan diberi tanda dengan
menggunakan spidol pada botol.
2. Persiapan Inokulum
Isolat biakan murni Erwinia carotovora yang digunakan berasal dari koleksi Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias, Deptan
Segunung, Cianjur Jawa Barat. Isolat bakteri asal dengan konsentrasi 10
10
cfuml
yang telah tersedia kemudian sebagian diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi 10
9
cfuml. Pengenceran untuk mendapatkan konsentrasi 10
9
cfuml, dilakukan dengan cara mengambil 10 ml isolat bakteri asal diencerkan hingga 100 ml
menggunakan aquades seteril di dalam gelas gelas ukur. Konsentrasi inokulum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10
9
cfuml dan 10
10
3. Perlakuan
cfuml.
Tanaman anggrek yang telah dsiapkan kemudian diinokulasi bakteri Erwinia carotovora
dengan cara 1 Melukai bagian daun setiap helai daun ditusuk sebanyak tiga tusukan menggunakan jarum yang telah dicelupkan pada
bakteri Erwinia carotovora dan 2 Membasahi daun anggrek sebanyak 1 ml dengan bakteri Erwinia carotovora menggunakan pipet, kedua perlakuan ini
dilakukan di dalam kotak tanam.
4. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap hari setelah inokulasi selama 10 hari. Anggrek yang telah diinokulasi diamati perkembangan serangan bakteri pada daun dengan
mengamati gejalanya busuk lunak yang berwarna coklat kehitaman dan agak basahagak berlendir pada daun yang terserang. Peubah yang diamati meliputi :
1 Masa inkubasi yaitu selang waktu dari awal inokulasi hingga timbulnya gejala pada anggrek ,
2 Lebar serangan yaitu persentase luas daun yang terserang terhadap lebar setiap daun, dan
3 Persentase tanaman anggrek yang terserang Erwinia carotovora yaitu jumlah anggrek yang terserang setelah 10 hari pengamatan. Intensitas serangan
penyakit busuk lunak dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Norman et al.
dalam Balithi 2006:
� =
∑��� ���
Dimana ; I
: Intensitas serangan N
: Jumlah daun total n
: Jumlah daun terserang pada tiap nilai sekala v
: Nilai skala untuk setiap daun Z
: Nilai skala tertinggi. ∑
: Jumlah nilai skala pada setiap daun selama masa inkubasi Penentuan nilai skala v sebagai berikut ;
Nilai : Tanpa gejala
1 : Bercak kecil pada luasan 1 dari luas daun
3 : Bercak 2 - 10 dari luas daun
5 : Bercak agak meluas 11 - 25 dari luas daun
7 : Bercak meluas 26 - 50 dari luas daun
9 : Bercak melebar 50 dari luas daun
Cara pengamatan yaitu : 1.
Melihat apakah terdapat gejala atau tidak, hal ini untuk menentukan nilai skala 0 tanpa gejala dan skala 1 Bercak kecil pada luasan 1
dari luas daun. 2.
Apabila terdapat gejala dan gejala tersebut meluas, maka persentase tingkat serangan diukur dengan cara membandingkan luasan serangan
dengan luas daun yaitu ; a.
Menentukan nilai skala 3 Bercak 2 - 10 dari luas daun : Luas daun seolah-olah dibagi 10 bagian yang sama, kemudian satu
bagian luasan tersebut dibandingkan dengan luasan serangan, apakah serangan mencapai luasan tersebut atau tidak, jika luas
serangan melebihi maka serangan termasuk pada skala 5, b.
Menentukan nilai skala 5 Bercak 11 - 25 dari luas daun : Luas daun seolah-olah dibagi 4 bagian yang sama, kemudian satu
bagian luasan tersebut dibandingkan dengan luasan serangan, apakah serangan mencapai luasan tersebut atau tidak, jika luas
serangan melebihi maka serangan termasuk pada skala 7,
c. Menentukan nilai skala 7 Bercak 26 - 50 dari luas daun :
Luas daun seolah-olah dibagi 2 bagian yang sama, kemudian satu bagian luasan tersebut dibandingkan dengan luasan serangan,
apakah serangan mencapai luasan tersebut atau tidak, jika luas serangan melebihi maka serangan termasuk pada skala 9,
d. Menentukan nilai skala 9 Bercak 50 dari luas daun : Luas
daun seolah-olah dibagi 2 bagian yang sama, kemudian satu bagian luasan tersebut dibandingkan dengan luasan serangan, luas
serangan tersebut harus telah melebihi setengah bagian daun. Selanjutnya berdasarkan intensitas serangan tersebut, tingkat ketahanan
Phalaenopsis terhadap penyakit busuk lunak ditentukan berdasarkan kriteria yang
dikemukakan oleh Handayani 2004 dalam Balithi 2006 Tabel 1. Tabel 1 klasifikasi ketahanan tanaman terhadap intensitas serangan penyakit
Intensitas Serangan Penyakit I Klasifikasi Ketahanan
Imun 0 x
≤ 10 Resisten
10 x ≤ 20
Agak Resisten 20 x
≤ 40 Agak Rentan
40 x ≤ 60
Rentan 60 x
Sangat Rentan Menurut Sinaga 2006 tanaman dikategorikan imun apabila tanaman
bebas dari infeksi, dalam hal ini hubungan patogen dengan inang meliputi ketahanan yang absolut yang dilakukan oleh inang. Resistenketahanan yaitu
ukuran kemampuan inang tanaman dalam menghambat serangan pathogen. Tanaman dikategorikan resisten apabila infeksi pathogen menyebabkan gejala
serangan penyakit pada tanaman akan tetapi tanaman dapat meghambat infeksiserangan patogen sehingga infeksi tidak dapt berkembang meluas
intensitas serangan 10 x ≤ 20 .
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum