HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum
Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman disesuaikan dengan keadaan tanaman. Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan tanaman yang tidak merata dimana banyak tanaman anggrek yang masih terlalu kecil.
Bakteri patogen yang dipakai adalah bakteri Erwinia yang telah teridentifikasi dalam laboratorium baik jenis yaitu Erwinia carotovora, maupun
jumlahnya. Bakteri tersebut juga telah teruji dapat menginfeksi virulen dan menyebabkan penyakit busuk lunak soft-rot pada umbi kentang Gambar 1.
Bakteri Erwinia carotovora memiliki aktivitas pektolitik yang kuat dan dapat menyebabkan penyakit busuk lunak Agrios 1996.
Gambar 1. Uji virulensi Erwinia carotovora, A : Umbi kentang normal, B : Umbi kentang terinfeksi bakteri Erwinia carotovora
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi, cara inokulasi, interaksi populasi dengan konsentrasi bakteri, dan interaksi populasi
dengan cara inokulasi berpengaruh sangat nyata terhadap intensitas serangan penyakit busuk lunak pada Phalaenopsis. Hasil perlakuan tunggal konsentrasi
bakteri, konsentrasi bakteri dengan cara inokulasi, dan populasi dengan konsentrasi bakteri dengan cara inokulasi tidak berpengaruh nyata terhadap
intensitas serangan pada Phalaenopsis Tabel 2.
A B
Tabel 2 Hasil analisis sidik ragam perlakuan terhadap intensitas serangan Peubah
Intensitas Serangan Jenis Populasi
Konsentrasi Bakteri tn
Cara Inokulasi Jenis Populasi x Konsentrasi Bakteri
Jenis Populasi x Cara Inokulasi Konsentrasi Bakteri x Cara Inokulasi
tn Jenis Populasi x Konsentrasi Bakteri x Cara Inokulasi
tn
Keterangan : = sang at nyata, tn = tidak nyata pada α = 5
2. Pengaruh Jenis Populasi Anggrek terhadap Intensitas Serangan
Bakteri Erwinia carotovora
Jenis populasi menunjukan pengaruh yang nyata terhadap intensitas serangan penyakit. Populasi 508 merupakan populasi paling tidak tahan terhadap
serangan bakteri Erwinia carotovora dengan rata-rata intensitas serangan sebesar 41.5, dibandingkan dengan populasi 529, 655 dan 688 dengan rata-rata
intensitas serangan berturut-turut 27.7, 27.4 dan 26,5. Berdasarkan tingkat ketahanan terhadap penyakit busuk lunak, populasi 508 merupakan populasi yang
rentan sedangkan populasi 529, 655, dan 688 termasuk populasi yang agak rentan Tabel 3.
Berdasarkan kejadian penyakit setelah 10 hari pengamatan, menunjukkan bahwa bakteri Erwinia carotovora dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit
busuk lunak pada tanaman Phalaenopsis sehingga sebagian besar tanaman terkena penyakit busuk lunak 98-100. Intensitas serangan dari masing-masing
individu tanaman pada setiap populasi sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada setiap populasi kisaran intensitas serangan berbeda. Populasi 508 kisaran
intensitas serangan antara 24.4 sampai 91.1, sedangkan populasi 529, 655, dan 688 dengan kisaran intensitas serangan berturut-turut antara 8.9 sampai
77.8, 0 sampai 77.8, dan 0 sampai 77.8 Tabel 3.
Tabel 3 Pengaruh jenis populasi terhadap intensitas serangan pada daun anggrek Phalaenopsis
pada 10 hari pengamatan Jenis
Populasi Kejadian
Penyakit pada 10 Hsi
Interval Intensitas
Serangan Rata-rata
Intensitas Serangan
Tingkat Ketahanan
508 100
24.4 – 91.1 41.5 a
Rentan 529
100 20.0 – 77.8
27.7 b Agak Rentan
655 99.0
0.0 – 77.8 27.4 b
Agak Rentan 688
98.3 0.0 – 77.8
26.5 b Agak Rentan
Keterangan : Nilai pada baris perlakuan yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test DMRT pada taraf nyata 5; Hsi : hari
setelah inokulasi
Gejala penyakit yang disebabkan oleh Erwinia carotovora pada bibit anggrek dicirikan oleh terdapatnya bercak coklat kehitaman yang lunak, berlendir
disertai bau yang khas busuk dan terus meluas pada masa inkubasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat karena pada bibit anggrek yang masih muda banyak
terdapat jaringan lunak. Perlakuan dilakukan pada daun anggrek, akan tetapi dalam perkembangannya penyakit ini juga menyerang batang dan akar dengan
cepat dan menyebabkan kematian pada bibit anggrek. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua populasi yang diuji populasi 508, 529, 655 dan 688
merupakan populasi yang berdasarkan tingkat intensitas serangan tergolong tidak tahan terhadap serangan penyakit busuk lunak rata-rata intensitas serangan
20. Setiap populasi yang diseleksi memiliki koefisien keragaman yang besar
20. Nilai koefisien keragaman tiap-tiap populasi menunjukan bahwa pada setiap perlakuan populas memiliki ragam yang tinggi terhadap penyakit busuk
lunak. Ragam tersebut tercermin pada hasil respon setiap tanaman terhadap intensitas serangan. Berdasarkan hasil nilai ragam, berturut-turut dari populasi
yang memiliki ragam tertinggi yaitu populasi 655, 688, 529, dan 508 dengan nilai ragam berturut-turut 54.1, 46.7, 45.8, dan 36.6 Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan nilai koefisien keragaman tiap populasi Phalaenopsis pada
inokulasi dengan pelukaan terhadap intensitas serangan Populasi
Koefisien Keragaman 508
36.6 529
45.8 655
54.1 688
46.7 Ragam yang tinggi pada setiap populasi terhadap intensitas serangan
bakteri Erwinia carotovora, memberikan kemungkinan adanya tanaman yang tahan terhadap serangan penyakit busuk lunak. Selanjutnya jika dikaitkan dengan
tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit busuk lunak, hasil seleksi individu mengindikasikan masing-masing tanaman baik dalam populasi yang sama
maupun antar populasi memiliki tingkat ketahanan yang berbeda terhadap penyakit busuk lunak. Perlakuan konsentrasi inokulum 10
9
Hasi seleksi pada konsentrasi bakteri Erwinia carotovora 10 cfuml pada populasi
655 ditemukan enam tanaman Phalaenopsis yang memiliki ketahanan dengan kategori imun satu tanaman, resisten dua tanaman dan agak resisten tiga
tanaman Lampiran 3. Pada populasi 688 terdapat tiga genotip yang tahan yaitu imun satu tanaman, resisten satu tanaman dan agak resisten satu tanaman
Lampiran 4.
10
cfuml, populasi 529 ditemukan empat tanaman Phalaenopsis yang memiliki ketahanan
dengan kategori resisten satu tanaman dan agak resisten tiga tanaman Lampiran 6, pada populasi 688 terdapat dua genotip tahan yaitu kategori resisten
satu tanaman dan agak resisten satu tanaman Lampiran 8. Tanaman yang tahan tersebut menunjukkan perkembangan intensitas serangan yang lambat atau
tanaman tidak terserang luka mengering atau serangan bakteri Erwinia carotovora
tidak menyebabkan infeksi terhadap tanaman yang tahan, sehingga tanaman tersebut tidak terserang penyakit busuk lunak. Terdapatnya tanaman
imun dan resisten menunjukan bahwa ragam yang tinggi memberikan peluang terdapatnya tanaman terpilih. Tanaman terplih tersebut merupakan kandidat
tanaman tahan penyakit terhadap penyakit busuk lunak, kemudian tanaman tersebut dikembangkan lebih lanjut dan diseleksi kembali untuk menguji
kestabilan sifat ketahanannya. Gambar 2 merupakan salah satu contoh tanaman pada setiap populasi setelah 10 hari inokulasi bakteri Erwinia Carotovora dengan
cara pelukaan pada daun Phalainopsis.
Gambar 2. Tanaman anggrek Phalaenopsis setelah 10 hari pengamatan pada setiap popupasi
Perbedaan antara tanaman yang tahan dan tidak tahan terhadap penyakit busuk lunak dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 A menunjukan daun anggrek
Phalaenopsis yang tidak tahan terhadap serangan bakteri Erwinia carotovora
lunak dan intensitas serangannya telah meluas. Gambar 3 B menunjukan daun anggrek Phalaenopsis tahan terhadap serangan bakteri Erwinia carotovora,
meskipun telah diinokulasi menggunakan jarum yang telah dicelupkan ke dalam bakteri Erwinia carotovora akan tetapi bakteri tersebut tidak dapat menginfeksi
dan luka pada daun mengalami penyembuhan.
508 529
655 688
Gambar 3. A : anggrek Phalaenopsis yang tidak tahan terhadap serangan bakteri Erwinia carotovora
, B : anggrek Phalaenopsis yang tahan terhadap serangan bakteri Erwinia carotovora
Perbandingan intensitas serangan setiap populasi pada cara inokulasi yang berbeda, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada cara inokulasi
dengan pelukaan dan tanpa pelukaan. Inokulasi bakteri Erwinia carotovora melalui pelukaan menghasilkan intensitas serangan sangat tinggi dibandingkan
dengan tanpa pelukaan. Populasi 508 menunjukan tingkat respon terhadap intensitas serangan tertinggi baik pada cara inokulasi dengan pelukaan maupun
tanpa pelukaan, hal ini menunjukan bahwa populasi 508 merupakan populasi yang paling rentan terhadap serangan penyakit busuk lunak Gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Intensitas serangan pada setiap populasi dengan cara inokulasi melalui pelukaan
A B
65.6 54.4
45.7 51.5
10 20
30 40
50 60
70
508 529
655 688
Int e
nsi tas
Se r
an gan
Populasi
Gambar 5. Intensitas serangan pada setiap populasi dengan cara inokulasi tanpa pelukaan
Mekanisme ketahanan yang terjadi pada tanaman yang resisten terhadap penyakit busuk lunak diduga berhubungan dengan reaksi pertahanan nekrotik
yaitu patogen mungkin mempenetrasi dinding sel, tetapi segera setelah patogen kontak dengan protoplasma sel, reaksi hipersensitif menyebabkan hancurnya
semua membran seluler dari sel-sel yang kontak dengan bakteri, dan kemudian diikuti dengan pengeringan dan nekrosis jaringan daun yang terserang bakteri
tersebut. Resistensi terhadap penyakit busuk lunak diduga berhubungan dengan reaksi detoksifikasi salah satu faktor patogenitas yaitu kutinase yang dapat
merombak kutin yang merupaka komponen utama kutikula, serta pektinase yang dapat menguraikan zat pektik yang merupakan penyusun utama dinding sel dan
lamella tengah pada tumbuhan Agrios 1996. Resistensi tersebut diwujudkan dalam berbagai mekanisme, misalnya modifikasi dinding sel, induksi sintesis
enzim yang terlibat dalam biosintesis fitoaleksin, sintesis enzim hidrolitik dan sintesis inhibitor bermacam-macam proteinase Yuwono 2006.
6.6
0.2 0.8
0.2 1
2 3
4 5
6 7
508 529
655 688
Int e
nsi tas
Se r
an gan
Populasi
3. Pengaruh Konsentrasi Bakteri terhadap Intensitas Serangan Bakteri
Erwinia carotovora pada daun Phalaenopsis
Perlakuan konsentrasi bakteri tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan, dengan kata lain penggunaan konsentrasi bakteri 10
9
cfuml dan 10
10
Tabel 5 Pengaruh konsentrasi bakteri terhadap intensitas serangan pada daun Phalaenopsis
cfuml menunjukkan hasil yang tidak berbeda terhadap tingkat intensitas serangan bakteri Tabel 5.
Konsentrasi Bakteri Intensitas Serangan
10
9
10 cfuml
10
31.421 a cfuml
30.701 a
Keterangan : Nilai pada baris perlakuan yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test DMRT pada taraf nyata 5 .
Hasi perlakuan konsentrasi bakteri terhadap intensitas serangan menunjukan bahwa intensitas serangan bakteri Erwinia carotovora pada daun Phalaenopsis,
tidak ditentukan oleh konsentrasi inokulum akan tetapi dipengaruhi oleh virulensi bakteri Erwinia carotovora dalam menginfeksi jaringan anggrek Phalaenosis.
Bakteri Erwinia carotovora memiliki aktivitas pektolitik yang kuat dan dapat menyebabkan penyakit busuk lunak Agrios 1996.
4. Pengaruh Cara Inokulasi terhadap Intensitas Serangan Bakteri