PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH

PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH PATOGEN
Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PAPER
OLEH:
RAMADHIANTIE KARNAIN
160301199
AGROEKOTEKNOLOGI – IVB

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASI SUMATERA UTARA
2017

PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH PATOGEN
Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PAPER
OLEH:
RAMADHIANTIE KARNAIN

160301199
AGROEKOTEKNOLOGI – IVB
Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Diketahui Oleh,
Asisten Koordinator

Diperiksa Oleh,
Asisten Korektor

(Toni Ariya Dharma)
NIM: 130301115

(Uci Utari)
NIM: 140301212

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASI SUMATERA UTARA
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta kemudahan sehingga
paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapaun judul dari paper ini adalah “Penyakit Busuk Buah Yang
Disebabkan Oleh Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)” Paper ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi
komponen penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dasar
Pelrindungan Tanaman Sub Penyakit Ir. Lahmuddin Lubis, M.P., dan kepada abang
dan/atau kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan yang
lebih baik di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga paper ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan,

Maret 2017

Penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah

3
4
4
5

PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH PATOGEN

Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
Ciri-Ciri Patogen
6
Biologi Patogen Phytophthora palmivora Butl.
7
Gejala Serangan Patogen Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
8
Penularan Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)
……………
9
Teknik Pengendalian Penyakit Busuk buah Patogen Phytophthora palmivora
Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

2


1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah penyakit tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia
mengusahakan tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya. Di
bidang kehutanan khususnya di Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran
di saat mulai diusahakannya jenis-jenis tanaman hutan secara monokultur. Kondisi
semakin menjadi persoalan jika kerusakan0kerusakan yang terjadi menimbulkan
kerugian ekonomi (Adinugroho, 2008).
Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing nematode). Penyebaran
penyakit pada tanaman biasanya melalui angin, air, serangga dan faktor lingkungan
(suhu dan udara) (Tridianto, 2016).
Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi duatipe. Pertama sebagai
penyakit local dimana penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian
tanaman tertentu misalnya pada buah,bunga, daun atau cabang. Kedua sebagai
penyakit sistemik, penyakit ini menyebar ke seluruh bagian tanaman sehingga
tanaman akan menjadi sakit (Darwis, 2011).
Tanaman dapat dikatakan sehat atau normal apabila tumbuhan tersebut
daoat melaksanakan fungsi-fungsi fisiolois sesuai dengan potensi genetic yang

dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan
perkembangan sel. Kemudian mentranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan,
fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat penggunaan dan
penyimpanan persediaan makanan untuk reproduksi (Prabowo,2007).

2
Bila ditinjau pada segi ekonomi, Bakteri pada jenis tanaman merupakan hal
yang sangat penting, Karena bakteri dapat menyebar dan menyebabkan kerusakan
pada tanaman komersial yang menyebabkan penurunan produksi, seperti tanaman
hortikultura, tanaman pangan, dan tanaman keras/pohon di hutan. Diperkirakan
kerugian kerusakan tanaman di seluruh dunia karena penyakit bakteri pada
tanaman mencapai 6 juta dolar per tahunnya. Tidak seperti bakteri pada mamalia
atau pada bakteri dimana bakteri tersebut menyerang sel, bakteri pada tanaman
belum diketahui reseptor pada sel yang spesifik (Darmono, 2014).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk dapat mengetahui gejala serangan
dan teknik pengendalian penyakit busuk buah oleh patogen Phytophthora
palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Kegunaan Penulisan
Kegunaan dari penulisan paper ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yangmembutuhkan.

3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu
tanaman perkebunan yang dikembangkan dalam rangka peningkatan sumber
devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan,
yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut: Divisio:
Spermatophyta,Subdivisio:Angiospermae,Kelas:Dicotyledoneae,Ordo:Malvales,Fa
milia:Sterculiacea

Genus:

Theobroma,

Spesies : Theobroma


cacao

L.

(Dwidjoseputro,2008).
Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman
kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat
mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi oleh
intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Levinson,2008).
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas
vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop
atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya
ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan) (Machmud,2001).
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada
tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm Tangkai daun
bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Rusdi,2015).
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat
terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap

kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya
6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang
(claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran
tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Neji,2010).

4
Syarat Tumbuh
Iklim
Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan
demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin
merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao. Tanaman kakao dapat
tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan
penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya
berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Nasrun et al., 2007).
Tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan
persediaan air yang cukup. Air ini diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari air
hujan atau air siraman. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman
kakao berkisar antara 1.500 – 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang
merata sepanjang tahun. Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan
merata sepanjang tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan

(Huang dan Allen,2000).
Suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao adalah sekitar 25 - 27˚
C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-rata suhu minimum adalah
13 - 21˚ C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C. Berdasarkan
kesesuaian terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial sangat
baik dikembangkan di daerah tropis (Case dan Johnson,2007).

Tanah

5
Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting.
Dalam kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur
hara, baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air,
juga sebagai tempat berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman
(Rukmana,2002).
Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang
mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk
membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang
gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7
(Fardiaz,2002).
Tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao,
karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar
tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk
mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah
yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat (Rich,2000).
PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN PATOGEN Phytophthora
palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
Ciri-Ciri Patogen
Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh patogen Phytophthora
palmivora adalah salah satu penyakit penting pada tanaman kakao. Busuk buah
merupakan penyakit paling penting karena menyebabkan kerugian berkisar antara
10 dan 30% di seluruh dunia (Shekawat at al., 2003)
Phytophthora

palmivora

Butl.

merupakan

salah

satu patogen

tumbuhan yang menyerang berbagai tumbuhan budidaya. Anggota Oomycetes ini

6
memiliki spektrum target yang luas, baik tumbuhan monokotil maupun dikotil.
Tanaman budidaya yang biasa diserangnya adalah berbagai palma seperti kelapa
dan enau, kakao, serta beberapa tanaman buah-buahan. Gejalanya adalah batang
mengeluarkan getah beku terus menerus sehingga tumbuhan kehabisan energi dan
menurunkan hasil. Akibat gejalanya ini orang menyebutnya penyakit blendok atau
kanker (Agrios,2009).
Phytophthora

palmivora

Butl. merupakan

salah

satu patogen

tumbuhan yang menyerang berbagai tumbuhan budidaya. Anggota Oomycetes ini
memiliki spektrum target yang luas, baik tumbuhan monokotil maupun
dikotil.Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai
dari ujung, tengah atau pangkal buah. Lama – kelamaan bercak meluas ke seluruh
badan buah (Singh,2001).
Patogen penyebab penyakit busuk buah kakao tersebut masih merupakan
masalah krusial yang belum bisa dituntaskan. Jamur P. palmivora merupakan
jamurkelas Oomycetes yang memiliki ciri-ciri morfologi miselium panjang dan
berwarna putih dengan spora berbentuk seperti buah pir(Atanasova et al., 2013).
Biologi Patogen Phytophthora palmivora Butl.
Patogen Phytophthora palmivora Butl. Diklasifikasikan sebagai berikut;
Kingdom:Stramenophiles,
Pythiaceae,

Genus:

Kelas:Oomycetes,

Phytophthora,

Ordo:

Peronosporales,Famili:

Spesies: Phytophtora

palmivora Butl.

(Oka,2003).
Phytophtora palmivora Butl. memiliki kisaran inang yang luas dapat
menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam

7
family. Untuk dapat berkembang biak, cendawan ini memerlukan temperatur dan
kelembaban udara tertentu. Perkembangan penyakit makin tinggi pada temperatur
optimum 31oC (Shama,2002).
Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas
berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini
tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoosporanya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan
tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang
masuk ke dalam jaringan inang (Semangun,2006).
Cendawan P. Palmivora merupakan cendawan yang mempunyai miselium
yang menghasilkan oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu
cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda
secara morfologi (Barnett,2000).
Gejala Serangan Patogen

Phytophthora palmivora Butl.

Pada Tanaman

Kakao (Theobroma cacao L.)
Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh P.palmivora menunjukkan
gejala serangan berupa adanya bercak hitam kecoklatan yang dimulai dari pangkal
buah kemudian menyebar hampir menutupi seluruh permukaan buah dengan warna
abu-abu keputih-putihan (Abadi,2005).
Gejala busuk biasanya lebih banyak pada buah yang dewasa. Apabila buah
dibuka maka akan terlihat daging buah telah membusuk dan berwarna hitam serta
biji menjadi rusak. Jamur ini mempunyai miselium dan hifa yang tidak bersepta,
mempunyai cabang yang banyak dan kaku (Samanbudi,2000).
Pada bagian batang, gejala yang terlihat berupa bercak bulat berwarna
coklat di dekat permukaan tanah. Bila kulit kayunya kita kupas maka akan terlihat

8
warna coklat serta bagian dalam yang sudah membusuk. Biasanya penyakit ini
menyerang tanaman kakao pada stadium pembungaan sampai pembentukkan buah.
Pada saat tidak ada buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah.
Bercak

mengandung

air

yang

kemudian

berkembang

sehingga

menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut
membusuk. Pembentukan spora terlihat dengan adanya warna putih di atas bercak
hitam yang telah meluas. Pada temperatur 27,5 sampai 30o C pertumbuhan spora
ini sangat cepat. Infeksi P. palmivora dicirikan dengan adanya bercak berwarna
coklat yang mulai dari bagian mana saja. Jaringan yang tidak terinfeksi tampak
jelas dan dibatasi oleh permukaan kasar, tetapi bercak dapat berkembang dengan
cepat dan seringkali menampakkan pembusukan yang menyeluruh dan berwarna
hitam (Setiadi dan Fitria,2003).
Penularan Penyakit Busuk Buah Yang Disebabkan Oleh Patogen
Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Dalam keadaan lembab, patogen ini dapat berkembang biak dengan cepat.
Penyebaran spora dari sumber infeksi ke tempat lain dibantu oleh percikan air dari
tanah ke buah bagian bawah, kemudian dari buah yang terinfeksi kebuah yang
sehat dengan perantara serangga dan akibat gesekan antar buah yang sakit dengan
buah yang sehat dalam kondisi yang baik(Acebo-Guerro et al., 2012)
Penyakit busuk buah ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau
terpercik air hujan. Pembentukkan spora Phytophthora palmivora ini dapat dilihat
dari adanya kumpulan warna putih di atas bercak-bercak hitam yang telah melebar
ke semua arah. Suhu yang berkisar 27 – 30°C dan ditunjang oleh tingkat
kelembaban 70 – 85 % sangat mendukung ( kondusif ) dalam perkembangan
maupun pertumbuhan spora yang begitu cepat (Aziz et al., 2014).

9
Buah kakao yang terserang dan busuk akan menularkan penyakitnya pada
buah lain yang letaknya berdekatan. Selain menyerang buahnya, jamur tersebut
juga dapat menyerang bagian tanaman lain seperti tangkai buah, batang, maupun
tunas muda (Yunasfi,2007)
Cendawan berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, antara
lain semut, sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi. Dari buah-buah yang
tinggi, sporangium dapat terbawa air ke buah-buah dibawahnya Cendawan ini
dapat bertahan dalam berbulan-bulan di dalam tanah dalam bentuk siste
(Khlamidospora) (Rubatzky dan Yamaguchi, 2005).
Teknik Pengendalian Penyakit Busuk Buah Yang Disebabkan Oleh Patogen
Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai
teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara
kimiawi (Campbell dan Mitchell, 2009).
Pengendalian penyakit busuk buah P. palmivora secara umum dilakukan
dengan tiga cara, yaitu: sanitasi kebun, penanaman klon tahan, dan pengendalian
secara kimiawi. Penyakit busuk buah P. palmivora sulit dikendalikan secara kuratif.
Oleh karena itu, tindakan preventif sangat dianjurkan agar perkembangan penyakit
tidak meluas. Salah satu tindakan preventif adalah dengan menggunakan fungisida
(Soelarso,2007).
Fungisida yang dianjurkan untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao
antara lain yang berbahan aktif tembaga. Selain fungisida kimia juga telah
dihasilkan biofungisida yaitu jamur antagonis Trichoderma spp. dapat menekan
intensitas serangan penyakit busuk buah kakao (Yulianti dan Supriadi, 2008).

10
Patogen Phytophthora palmivora Butl. juga telah dapat dilakukan dengan
memanfaatkan agensia hayati. Penelitian mengenai agens hayati semakin
berkembang

untuk

menemukan

alternatif

pengendalian

penyakit

dengan

mengurangi penggunaan bahan kimia. Beberapa jenis mikroba yang telah
dilaporkan dapat digunakan sebagai agens hayati terhadap aktivitas jamur patogen
adalah Pseudomonas fluorescens, Agrobacterium radiobacter, Bacillus subtilis, B.
cereus,

B. amyloliquefaciens, Trichoderma virens, Burkholderia cepacia,

Saccharomyces sp, Gliocadium sp. Alternatif agens hayati lain yang dapat
dikembangkan sebagai biofungisida pengendali P. palmivora adalah bakteri
Pseudomonas fluorescence dan Bacillus (Sunoto,2008).
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara buah-buah yang
busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang
lebih 30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah
mungkin sehingga terhambat terjadinya infeksi baru (Wijayanto,2009).
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara drainase
kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit terhambat, Mengatur kelembaban
kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan
tanaman kakao. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman
maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen, mengatur cara
panen; yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali),
penyelubungan buah (kondomisasi); caranya dengan mengguna-kan kantong
plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat
juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus (Supriadi et al., 2011).
KESIMPULAN

11
1. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh patogen Phytophthora palmivora
adalah salah satu penyakit penting pada tanaman kakao.
2. Phytophtora palmivora Butl. memiliki kisaran inang yang luas dapat
menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam
family
3. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh P.palmivora menunjukkan gejala
serangan berupa adanya bercak hitam kecoklatan yang dimulai dari pangkal
buah
4.

Penyakit busuk buah ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau
terpercik air hujan

5. Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai
teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan
secara kimiawi

DAFTAR PUSTAKA

12
Abadi. A., 2005. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia. Jakarta.
Acebo-Guerrero Y, Hernandez-Rodriguez A, Heydrich-Perez M, El Jaziri M,
HernandezLauzardo AN. 2012. Management of black pod rot in cacao
(Theobroma cacao L.): a review. Fruits.
Adinugroho W.C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Agrios.G., 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Ashari, S. 2005. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Edisi.
Pertama.
Asman, A., E.M. Adhi dan D. Sitepu, 2000. Penyakit layu, budok dan penyakit
lainnya serta strategi pengendaliannya.
Atanasova L, Le Crom S, Gruber S, Coulpier F, Seidl-Seiboth V, Kubicek CP,
Druzhinina IS. 2013. Comparative transcriptomics reveals different
strategies of Trichoderma mycoparasitism. BMC Genomics.
Aziz AI, Rosmana A, Dewi VS. 2014. Pengendalian penyakit hawar daun
phytophthora pada bibit kakao dengan Trichoderma asperellum. J Fitopatol
Indones. 9:15–20.
Barnett.H., 2000. Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company.Virginia.
Campbell, Reece and Mitchell L. (1999). Biologi. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta. :
Penerbit Erlangga.
Darwis AP. 2011. Jenis-Jenis Jamur Penyebab Penyakit Pada Cabai Kopay
(Capsicum anuum L.) di Kelurahan Kota Panjang Lampasi, Kecamatan
Payukombah Utama Sumatera Barat. Universitas Andalan: Padang.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Huang, Q., and C. Allen. 2000. Polygalacturonaces are required for rapid colonization and
full virulence of Ralstonia solanacearum on tomato plants. Physiolology
Molecular Plant Pathology. 57:77–83.
Case, C.L. & T. R. Johnson. 2007. Laboratory Experiment in Microbiology The
Benjamin. Menlo Park California : Cummings Publishing Company, Inc.
Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology. Amerika
Machmud, M. 2001. Genetic and cultural control of peanut bacterial wilt dalam G.C.
Wright and K.J. Middleton (Ed.). Peanut Improvement A case study in
Indonesia. ACIAR Proc. No.40:19–25.

13
Nasrun, S. Christanti, T. Arwiyanto, dan I. Mariska. 2007. Karakteristik fisiologis
Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu bakteri nilam. Jurnal Litri.
13(2):43–48.
Neji, J. 2010. Organic agriculture in the continents, Africa. In: Willer H and Yussefi
M. (eds.) The world of organic agriculture statistics and emerging trends. p:55–68.
Oka.I., 2003. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Prabowo, 2007. Efektivitas beberapa mikroorganisme antagonis terhadap penyakit tular
tanah pada kacang tanah. Laporan Teknis Hasil Penelitian Balitkabi. Malang. 15
hlm.
Raven and Johnson. 2010. Development of molecular diagnostic techniques for
detection of Pseudomonas solanacearum and identification of subgroups within
this species. Asian Centre for International Agricultural Res. (ACIAR) Proc.
45:97– 105.
Rich. 2000. Detection of Ralstonia solanacearum in seeds of wild Arachis spp
imported from Brazil. Indian J. of Plant Protection 28:51–56.
Rubatzky and Yamaguchi. 2005. Transfer of two Bulkholderia and an Alcaligenes
species to Ralstonia gen. nov.: Proposal of Ralstonia pickettii (Ralston,
Palleroni, and Doudoroff 1973) comb. nov., Ralstonia solanacearum (Smith
1896) comb. nov. Microbiol. Immunology. 39:897–904.
Rukmana. 2002. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius.
Rusdi. 2015. Evaluasi ketahanan plasma nutfah tanaman pangan terhadap cekaman
beberapa faktor biotic (hama dan penyakit). Prosiding seminar hasil penelitian
rintisan dan bioteknologi tanaman. Hlm. 163– 174.
Samanhudi. 2000. Keragaman genetik strain Ralstonia solanacearum berda- sarkan
karakterisasi menggunakan teknik berbasis asam nukleat. Bul. AgriBio 5(2):59–66.
Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Setiadi, H. dan N. Fitria. 2003. Efektivitas beberapa mikroorganisme antagonis terhadap
penyakit tular tanah pada kacang tanah. Laporan Teknis Hasil Penelitian Balitkabi.
Malang. 15 hlm.
Shama. 2002. Management of bacterial wilt in tomato with essential oils and systemic
acquired resistance inducers. In: C Allen, P Priou, and AC Hayward (eds.)
Bacterial wilt disease and the Ralstonia solanacearum species complex. APS
Press, Minnesota. USA. p:113–138.
Shekawat, G.S., S.K. Chakrabarty, V. Kishore, V. Sunaina, and A.V. Gadewar.
2003. Possibilies of biological management of potato bacterial wilt with strains of
Bacillus sp., B. subtilis, Pseudomonas fluorescens and Actinomycetes. In: Hartman
GL and AC Hayward (eds.). Bacterial wilt. ACIAR Proc. No. 45:327–330.

14
Siregar.H., 2001. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Suatra Hudaya.
Jakarta.
Soelarso. 2007. Pendeteksian bakteri Ralstonia solana- cearum, Yabuuchi et al. 1995
menggunakan teknik reaksi polymerase berantai dan pembedaan strain
menggunakan teknik hibridisasi DNA. Berita Biologi 5(1):1–12.
Sunoto. 2008. Kajian genetic ketahanan layu bakteri pada kacang tanah zuriat dari
persilangan varietas Kelinci dan Gajah. Agrivet 4(2):94–102.
Supriadi, K. Mulya, and D. Sitepu. 2011. Bacterial wilt disease of woody trees
caused by Ralstonia solanacearum: A review. J. Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 20(3):106– 111.
Tridianto S. 2016. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Cabai Merah Dengan
Metode Backward Chaming Berbasis Web. Universitas PGRI Yogyakarta:
Yogyakarta.
Wijiyanto. 2009. Sertifikasi Benih Tanaman Hasil Kultur Jaringan dan Rekayasa
Genetik. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Yulianti, T., dan Supriadi. 2008. Biofumigan untuk pengendalian patogen tular
tanah penyebab penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Perspektif 7(1):20–34.
Yunasfi. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit Yang Disebabkan Jamur. Universitas Sumatera Utara: Medan