PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu kekayaan alam atau sumber daya alam yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia adalah tanah. Manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan tanah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah.Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat tinggal dan sumber kehidupan. Secara kosmologis, tanah merupakan tempat manusia tinggal, tempat bekerja dan hidup , tempat dari mana mereka berasal dan akan kemana pula mereka pergi. Dalam hal ini tanah mempunyai dimensi ekonomi, sosial, kultural politik dan ekologis.1

Dalam sejarah peradaban umat manusia tanah juga merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan produksi setiap fase peradaban.Tanah tidak hanya mempunyai nilai ekonomis tinggi, tetapi juga nilai filosofis, politik, sosial, dan kultural.Tidak mengherankan jika tanah menjadi harta istimewa yang tidak henti-hentinya menjadi pemicu berbagai masalah sosial yang kompleks dan rumit.

Sebagai sumber agraria yang paling penting, tanah merupakan sumber produksi yang sangat dibutuhkan sehingga ada banyak kepentingan yang membutuhkannya.Perkembangan penduduk dan kebutuhan manusia semakin tidak

1http://dasar2ilmutanah..com/2008/02/definisi-tanah-fungsi-dan-profil-tanah.html, diakses tanggal 22 Oktober 2014, pukul 14.00


(2)

sebanding dengan luasan tanah yang tidak pernah bertambah.Oleh karena itu, tanah dan segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya selalu menjadi bahan perebutan berbagai kepentingan yang selalu menyertai kehidupan manusia. Tidak heran jika sejak zaman dahulu tanah selalu menjadi obyek yang diperebutkan sehingga memunculkan adanya sengketa dan konflik, baik yang berupa ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah juga ketimpangan terhadap sumber-sumber produksi lainnya yang menyebabkan terjadinya konflik pertanahan.2

Menyadari nilai dan arti penting tanah tersebut, para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merumuskan tentang tanah dan sumber daya alam secara ringkas tetapi sangat filosofis substansial di dalam Konstitusi, Pasal 33 Ayat (3) Undang-undang Dasar 1945, sebagai berikut : ”Bumi ,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Menurut Buedi Harsono, yang dimaksud “Penguasaan” dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 bahwa hak penguasaan atas tanah bukan berarti memiliki, melainkan berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang menjadi haknya. Sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat, yang

2 G.Kartasapoetra, 2003,Hukum Tanah jaminan UUPA bagi keberhasilan pendayagunaan tanah,


(3)

merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak ukur pembeda diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum tanah. 3

Dalam hal ini, Peran pemerintah sangat penting untuk bertanggung jawab atas bidang pertanahan secara nasional yaitu, berperan dalam pembuatan peraturan atau kebijakan dan membentuk lembaga khusus yang menangani pertanahan. Seperti yang telah tertuang dalam pasal 19 UUPA mengenai pendaftaran tanah , kemudian diatur dalam peraturan pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, sebagai pengganti peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1996. Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut dibentuklah Badan Pertahanan Nasional (BPN) sebagai lembaga non kementerian yang berkedudukan dan bertanggung jawab secara langsung dibawah presiden sesuai dengan peraturan presiden No.10 Tahun 2006 tentang BPN yang kini telah diubah menjadi Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2013.

Dalam menjalankan fungsi pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan Pasal (3) PERPRES No. 63 Tahun 2013 BPN RI memiliki 21 fungsi pertanahan yang dijadikan landasan sekaligus sasaran untuk mengadakan penataaan kembali penggunaan dan penataan tanah yang diantaranya adalah :4

1. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan.

2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survey, pengukuran dan pemetaan dibidang pertanahan.

3. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.

4. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah.

3 Boedi Harsono, 2001,Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam hubungan dengan

TAP MPR RI IX/MPR/, Jakarata ,Universitas Trisakti, Hal 43


(4)

5. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan.

6. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah.

7. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan.

8. Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam perkembangannya banyak sekali terjadi sengketa pertanahan yang tercatat dalam rekapitulasi Badan Pertanaha Nasional Republik Indonesia (BPN RI). Sebagai sebuah program prioritas, penyelesaian kasus-kasus pertanahan senantiasa menjadi perhatian seluruh jajaran Badan Pertanahan Nasional RI di tingkat Pusat, Kantor Wilayah Propinsi maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Sampai dengan bulan September 2013, jumlah kasus pertanahan mencapai 4.223 kasus yang terdiri dari sisa kasus tahun 2012 sebanyak 1.888 kasus dan kasus baru sebanyak 2.335 kasus. Jumlah kasus yang telah selesai mencapai 2.014 kasus atau 47,69% yang tersebar di 33 Propinsi seluruh indonesia.5

Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk meningkat di dalam kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu pemerintah mengadakan kegiatan tertib administrasi pertanahan yang terdiri dari pendaftaran tanah dan sertifikasi tanah.

5 http://.Bpn.go.id, Data kasus sengketa konflik perkara pertanahan nasioal, Diakses pada tanggal 20 feb 2015, pukul 15.40


(5)

Tujuan Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum dan kepastian Hak atas tanah adalah untuk memberikan kepastian Hukum dan perlindungan Hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, yaitu diberikanya surat tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut sebagai sertifikat tanah kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan . 6Jaminan perlindungan

Hukum dalam pendaftaran tanah adalah pemilik sertifikat dapat mempertahankan dan tidak mudah mendapatkan gangguan dan gugatan dari pihak lain. 7

Pada kenyataanya tanah yang telah memiliki serifikatpun masih banyak yang mengalami sengketa mulai dari sengketa batas, sengketa penyerobotan tanah, tumpang tindih, Hak guna bangunan dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan tanah sangat berperan penting dalam kehidupan manusia sehingga setiap manusia ingin memiliki dan menguasainya, rasa ingin menguasai ini sering mengakibatkan timbulnya konflik pertanahan dan perselisihan dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah penyebab terjadinya sengketa pertanahan meski tanah tersebut telah memiliki sertifikat resmi.

Dari banyaknya konflik pertanahan, Salah satu contoh kasus sengketa tanah adalah kasus tanah setra yang terjadi di Banjar Adat Ambengan, Desa Pakraman Sayan dengan Banjar Adat Semana, Desa Pakraman Damayu yang keduanya terletak di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, karena dalam permasalahan tersebut telah terjadi bentrokan fisik, aksi kekerasan hingga pelarangan penguburan. Pada kasus

6 Urip Santoso,2012,Hukum Agraria Kajian Komprehensif, jakarta, Kencana, hal : 315

7 Urip Santoso,2013, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah,Jakarta, Kencana prenada group, Hal : 2


(6)

sengketa tanah setra yang terjadi di Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat Semana ini dilakukan dengan cara mediasi oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Mediasi tersebut dilakukan dengan pertemuan-pertemuan dan perundingan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat antara kedua belah pihak. Hal tersebut sesuai dengan asas musyawarah mufakat.8 Dengan dilakukannya beberapa kali

pertemuan, maka pada tanggal 11 Mei 2009 Badan kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Gianyar mengeluarkan Surat Penegasan Nomor: 300/389/kespolin. Surat Penegasan tersebut menegaskan bahwa setrayang disengketakan tersebut tidak boleh digunakan oleh kedua belah pihak, sampai adanya kesepakatan penyelesaian lebih lanjut oleh kedua belah pihak.9

Dari contoh kasus diatas dapat kita ketahui bahwa tanah sebagai hak ekonomi setiap orang/badan hukum dapat memunculkan konflik maupun sengketa. Berbagai sengketa pertanahan itu telah mendatangkan berbagai dampak baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Secara ekonomis sengketa itu telah memaksa pihak yang terlibat untuk mengeluarkan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini dampak lanjutan yang potensial terjadi adalah penurunan produktivitas kerja tata usaha karena selama sengketa berlangsung, pihak-pihak yang terlibat harus mencurahkan tenaga dan pikirannya, serta meluangkan waktu secara khusus terhadap sengketa sehingga mengurangi hal yang sama terhadap kerja atau usahanya.

8Alo Liliweri, 2005, Prasangka dan Konflik;Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Cetakan Pertama, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 357.

9I Gusti Ayu Sri Haryanti Dewi Witari, Sengketa tanah setra dan penyelesaiannya,


(7)

Dampak sosial dari konflik adalah dapat terjadinya ketidakharmonisan/ kerenggangan sosial diantara warga masyarakat, termasuk hambatan bagi terciptanya kerjasama diantara mereka. Dalam hal ini konflik dapat terjadi dengan instansi pemerintah dan warga masyarakat di sekitar lokasi tanah sengketa, sehingga menimbulkan penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkenaan ketidakpastian hukum.10

Disamping itu, selama konflik berlangsung ruang atas suatu wilayah dan atas tanah yang menjadi objek konflik/ sengketa biasanya berada dalam keadaan status quo sehingga ruang atas tanah yang bersangkutan tidak dapat dimanfaatkan akibatnya adalah terjadinya penurunan kualitas sumber daya lingkungan yang dapat merugikan kepentingan semua pihak.

Mengingat permasalahan pertanahan yang muncul dewasa ini dimana secara kualitas maupun kuantitas semakin meningkat dan memerlukan penanganan yang sistematis. Berbagai upaya penyelesaian sengketa pertanahan melalui proses litigasi (penyelesaian sengketa di pengadilan) dianggap belum mampu menyelesaikan sengketa yang ada, sehingga berbagai upaya alternatif penyelesaian sengketa pertanahan secara nonlitigasi (Diluar pengailan) seperti konsultasi, arbritase, mediasi, negosiasi, konsiliasi kemudian mengemuka dengan sasaran untuk meminimalisir sengketa pertanahan yang sarat dengan kepentingan, baik untuk kepentingan pembangunan maupun masyarakat sendiri.

10http://repository.usu.ac.id/dampak kasus pertanahan/ bitstream /.pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00


(8)

Penyelesaian sengketa pada umumnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyelesaian sengketa melalui pengadilan (Litigasi) dimana sebelem dilakukan penyelesaian sengketa Litigasi terlebih dahulu melalui proses mediasi dipengadilan. Mediasi di pengadilan telah diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003 sebagaimana diubah melalui Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi di Pengadilan. Sedangkan penyelesaian sengketa di luar pengadilan (NonLitigasi) terdiri dari Konsultasi, Negosiasi, Konsiliasi (pemufakatan) Arbitrase dan Mediasi.11

Salah satu penyelesaian sengketa dengan metode nonlitigasi yang akan dibahas adalah tentang mediasi. Mediasi merupakan proses dimana para pihak yang bersengketa menunjuk pihak ketiga yang netral atau biasa disebut dengan Mediator untuk membantu mereka dalam mendiskusikan penyelesaian dan mencoba menggugah para pihak untuk menegosiasikan suatu penyelesaian dan sengketa itu.

Tujuan utama mediasi adalah Musyawarah dalam menyelesaikan suatu persengketaan. Mediasi adalah suatu proses yang bersifat pribadi, rahasia (tidak terekspos keluar) dan kooperatif dalam menyelesaikan masalah. Karena mediator selaku pihak ketiga yang tidak memihak membantu para pihak (perorangan atau lembaga) yang bersengketa dalam menyelesaikan konflik dan menyelesaikan atau mendekatkan perbedaan-perbedaannya.12

11 Sopar Maru Hutagalung, Op cit. Hal : 313

12 Rika Lestari. Perbandingan hukum penyelesaian sengketa secara mediasi di pengadilan dan di luar pengadilan di indonesia, ejournal.unri.ac.id/index.php/JIH/article/download/diakses tanggal 03 maret 2015, Pukul 15.00


(9)

Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui perundingan antara pihak yang berperkara, perundingan yang dilakukan para pihak dibantu oleh pihak ketiga / mediator yang berkedudukan dan berfungsi :13

1. Sebagai pihak ketiga yang netral dan tidak memihak (imparsial, dan

2. Berfungsi sebagai pembantu atau penolong (helper) mencari berbagai kemungkinan atau alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan saling menguntungkan kepada para pihak.

Latar belakang adanya proses mediasi adalah sebagai berikut: 1. Mempercepat proses penyelesaian sengketa

Berperkara di pengadilan ditengarai memakan waktu lama dan terkesan lambat. Pendapat ini tidak bisa disalahkan karena memang secara prosedural untuk memulai hingga sampai pada tingkat pemeriksaan suatu perkara di pengadilan membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Itu baru pada tahap pemeriksaan pada pengadilan tingkat pertama, belum lagi jika dihitung dengan proses pemeriksaan pada pengadilan tingkat banding dan kasasi apabila ada upaya hukum baik itu banding, kasasi, atau peninjauan kembali,bisa berbilang tahun lamanya suatu perkara memperoleh putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Fakta itu dikemukakan oleh Hetger Muller.14

2. Meminimalisasikan biaya perkara

13M. Yahya Harahap, 2012, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, Hal : 244 14Ibid, Hal : 233


(10)

Pada dasarnya, biaya berperkara mahal, dan biaya perkara itu semakin mahal sehubungan dengan lamanya waktu penyelesaian perkara. Selain itu, para pihak yang berperkara di lembaga peradilan diwajibkan membayar biaya perkara yang secara resmi telah ditentukan oleh pengadilan, belum lagi upah yang dibayarkan kepada pengacara bagi pihak yang menggunakan jasa mereka. Dengan demikian, asas peradilan yang cepat dan biaya ringan belum dapat diwujudkan sepenuhnya.

3. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan sengketa

“Menang jadi arang, kalah jadi abu” begitu kira-kira pameo yang menggambarkan jika suatu sengketa diselesaikan dengan menggunakan jalur litigasi. Sinyalemen tersebut mencerminkan putusan pengadilan terkadang tidak serta merta menyelesaikan persoalan, sehingga dikembangkan wacana untuk sebisa mungkin menyelesaikan sengketa melalui jalur perundingan, karena dengan melakukan hal itu akan mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar, baik kerugian berupa moril maupun materiil. Hal ini senada dengan pendapat ‘Umar bin Khatthab r.a. sebagai berikut:

“Kembalikanlah penyelesaian perkara, di antara sanak keluarga sehingga mereka dapat mengadakan perdamaian, karena sesungguhnya penyelesaian pengadilan itu menimbulkan rasa tidak enak”.

4. Putusan pengadilan membingungkan

Selain putusan pengadilan tidak menyelesaikan sengketa, juga sering membingungkan:


(11)

a. Terkadang, tanpa alasan yang kuat dan masuk akal, pengadilan mengabulkan ganti rugi yang luar biasa jumlahnya;

b. Sebaliknya, meskipun dasar alasan hukum dan buktinya kuat, tuntutan ganti rugi ditolak atau yang dikabulkan dalam jumlah yang sangat kecil sehingga sulit untuk diterima.15

Salah satu contoh kasus sengketa tanah yang proses penyelesaianya dengan Mediasi adalah kasus yang terjadi di Dusun Krajan RT.01/RW.04, Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi. Kasus sengketa penyerobotan tanah antara H.Yusuf pemilik SHM No. 286 dengan Pedagang Nonformal yaitu Bapak Suroso yang membangun warung atau kedai kopi semi permanen berukuran kurang lebih 5 M x 3 M melebar ke atas trotoar jalan raya di sebagian tanah milik H. Yusuf. Penguasaan hak atas tanah H. Yusuf seluas kurang lebih 3,5 M2 yang kemudin disebut sebagai tanah obyek sengketa. Ketika Suroso ditegur oleh H. Yusuf, Suroso menyatakan telah membangun kedai kopi tersebut atas ijin Budi sebagai pemiliknya. Kemudian ketika proses dari penyelesaian kasus ini , Budi telah menyatakan tanah obyek sengketa sebagai tanah yang masuk ke dalam sertifikat Hak Milik No. 287 atas namanya pernyataan suroso tersebut tidaklah benar, karena tanah miliknya terletak di sebelah utara obyek sengketa. Dari kesaksisan yang diberikan Budi telah diketahui bahwa Suroso dengan sengaja melakukan penyerobotan Hak atas tanah milik H.Yusuf.


(12)

Berdasarkan uraian Latar Belakang dan contoh kasus yang telah dipaparkan diatas maka penulis bermaksud menulis Skripsi dengan judul PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL

DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN

BANYUWANGI B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas pada skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa penyerobotan tanah antara pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang Nonformal Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi?

2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam proses pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa penyerobotan tanah antara pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang Nonformal Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa penyerobotan tanah antara pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang Nonformal Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi? 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam proses

pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa penyerobotan tanah antara pemilik tanah SHM Nomor 286 dengan pedagang Nonformal di Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi?


(13)

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian atas permasalahan yang diangkat dalam penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik maupun praktis :

1. Manfaat teoritis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai penyelesaian sengketa penyerobotan tanah secara mediasi dan Untuk memberikan kontribusi mata kuliah Hukum agraria, Hukum Perdata,Hukum peralihan hak atas tanah dan mata kuliah lain yang ada kaitannya dengan pertanahan.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi penulis

Dengan penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pengetahuan baru guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat dan juga sebagai prasyarat akademis untuk mendapat gelar kesarjanaan ( S1) dalam bidang Ilmu Hukum.

b. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat akan upaya penyelesaian sengketa secara nonlitigasi khususnya dengan metode mediasi.


(14)

1. Metode Pendekatan

Didalam penelitian ini yang dilakukan oleh penulis yaitu lebih menitik beratkan kepada studi terhadap fenomena Hukum yang telah terjadi di masyarakat. Uraian serta masalah akan ditelusuri dengan menggunakan metode studi kasus. Menurut pendapat yang di sampaikan oleh Azir S.R. studi kasus adalah penelitian terperinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial atau suatu permasalahan dalam kurun waktu tertentu. Penelitian dalam fenomena kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber fungsi bisa dimanfaatkan.16

Pada dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus ini bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti, penelitian studi kasus bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti secara khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ obyek tersebut terjadi dan dapat dipandang sebagai suatu kasus.17


(15)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh , Kabupaten Banyuwangi. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian dan memilih kasus tentang penyerobotan tanah yang terjadi di Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi ini dikarenakandi Desa tersebut telah terjadi beberapa kasus tentang pertanahan. Diantara kasus-kasus yang ada, salah satu kasus yang terjadi adalah sengketa penyerobotan tanah antara pemilik SHM nomor 286 dengan pedagang Non formal. Kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketanya dengan mengunakan metode Mediasi. Penyelesaian sengketa secara mediasi adalah cara yang sering digunakan oleh masyarakat Desa Gumirih dalam menyelesaikan sengketa tanah di daerah mereka.

3. Jenis dan Sumber Data A. Jenis data

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer , data sekunder dan Tersier.

1. Data Primer

Data Primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian.18. Sumber data pada penelitian ini yaitu keterangan dari kedua belah pihak yang bersengketa, Kepala Desa Gumirih Bapak Muraki,SE (mediator) dan beberapa saksi mengenai penyelesaian kasus

17http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus ,diaksses pada tanggal : 25 maret 2015, pukul 11:55


(16)

sengketa penyerobotan tanah secara mediasi.data-data atau informasi lainya yang didapat secara langsung dari hasil wawancara dengan informan atau pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan melakukan survey di daerah yang terjadi sengketa.

2.Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian kepustakaan, perundang-undangan, dan buku-buku literature.19 Data sekunder terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan antara lain: pasal 1 ayat (10) UU No.30 tahun 1999 tentang arbritase dan alternative penyelesaian sengketa, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi di Pengadilan dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah serta peraturan Perundang-undangan lain yang berkaitan dengan Penyelesaian sengketa pertanahan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan Hukum yang berhubungan dengan Bahan Hukum Primer yang ada. Bahan hukum yang bisa diperoleh dari jurnal, buku, majalah, hasil penelitian, dokumentasi,

19Ibid


(17)

pendapat para sarjana, serta sumber-sumber lainnya yang berasal dari internet yang berkaitan dengan pokon permasalahan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier adalah Bahan Hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan Hukum Primer dan Sekunder seperti Kamus Hukum, eksiklopedia dan lail-lain.20

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah: A. Teknik Pengumpulan Data Primer

1. Wawancara

Yaitu teknik pengambilan data yang diperoleh dari penjelasan pihak-pihak terkait dan memahami permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian. Wawancara juga bisa disebut metode bertatap muka dengan informent untuk menanyakan fakta-fakta yang ada, pendapat maupun persepsi dari informent. Hasil Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan pihak yang berkompeten. Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana semua pertanyaan disusun secara sistematik jelas dan terarah sesuai dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian. Populasi informent tersebut diantaranya adalah :

20Ibid


(18)

a. Kepala Desa (Bapak Muraki.,SE)

Kepala Desa disini bertindak sebagai mediator hal ini sesuai dengan ketentuan hukum. Sehingga Kepala Desa akan dapat memelihara tugas, menjalankan, menyelesaikan berbagai permasalahan Desa yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hal ini penulis menanyakan beberapa pertanyaan diantaranya adalah tentang Kebenaran kasus yang terjadi di Desa Gumirih dan penyebab terjadinya sengketa tersebut serta upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pihak Desa terkait penyelesaian sengketa tersebut.

b. Pihak-pihak yang bersengketa

1. H. Yusuf sebagai pemilik tanah SHM No 286 yang diserobot, beberapa pertanyaan yang penulis tanyakan antara lain tentang bagaimana awal mula terjadinya sengketa tanah tersebut dan langkah apa saja yang dilakukan untuk mendapatkan haknya kembali.

2. Bapak Suroso sebagai pelaku penyerobotan tanah (pedagang non formal),

3. Bapak Budi sebagai pihak ketiga pemilik SHM Nomor 287 yang terkait dalam sengketa tersebut yaitu pemilik tanah yang menyewakan tanahnya kepada Suroso.


(19)

Dalam penelitian ini penulis melakukan Studi Kepustakaan yaitu dengan melakukan pencarian atau penelusuran bahan-bahan kepustakaan seperti berbagai literature, buku-buku atau jurnal serta peraturan perundang-undangan khususnya pasal 1 ayat (10) UU No.30 tahun 1999 tentang arbritase dan alternative penyelesaian sengketa.

5. Metode Analisis data

Tehnik yang digunakan dalam menganalisa dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi dalam suatu masyarakat, dan akhirnya dapat diperoleh suatu kesimpulan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara interaktif dengan cara ini hasil pengumpulan data dari wawancara direduksi kemudian diolah untuk memperoleh kesimpulan dari informasi tersebut, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengecekan ulang yang ditujukan kepada Instansi dan para pihak yang terkait untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut kemudian yang terakhir adalah menarik kesimpulan.

F. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran mengenai isi skripsi yang akan ditulis, maka penulis membagi secara sistematis dalam empat bab dengan perincian sebagai berikut :


(20)

Pada BAB I menguraikan tentang latar belakang permasalahan yang diangkat, permasalahan yang akan dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian,metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB II menguraikan mengenai beberapa hal yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman penulisan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada BAB III mendiskripsikan tentang pembahasan dari beberapa rumusan masalah yang dikemukakan pada BAB I.

BAB IV : PENUTUP

Dalam BAB IV berisi kesimpulan-kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya sekaligus saran yang berisi beberapa masukan yang diharapkan menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.


(21)

KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

PENULISAN HUKUM

Oleh :

Zuhairina Izzatul Lailiyah Nim : 201010110311122

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(22)

PENULISAN HUKUM

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR

286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum

Oleh :

Zuhairina Izzatul Lailiyah Nim : 201010110311122

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(23)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286

DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun dan diajukan oleh : Zuhairina Izzatul Lailiyah

NIM : 201010110311122

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum Pada Tanggal :

SUSUNAN MAJELIS PENGUJI

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

Fifik Wiryani,SH.,M.Si.,M.Hum Komariah,SH.,M.Si.,M.Hum

Anggota Majelis

Sofyan Arief. S.H., M.Kn M. Isrok. S.H., CN., M.Hum

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum UMM


(24)

viii

KATA PENGANTAR

Seiring dengan berputarnya bumi pada porosnya, siang berganti malam, malam berganti pagi. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah menciptakan bulan diwaktu malam, dan matahari diwaktu pagi dan siang, yang selalu memancarkan cahaya tenang bagi kami semua yang berada dalam kehidupan bumi ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kanpada Nabi Muhammad SAW, yang membawa cahaya kebenaran, sehingga mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliah kemasa yang serba modern.

Penulisan Hukum Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk mendapatkan gelar sarjana, adapun judul penulisan hukum ini

adalah : PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA PENYEROBOTAN TANAH ANTARA PEMILIK TANAH SHM NOMOR 286 DENGAN PEDAGANG NON FORMAL DI DESA

GUMIRIH KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN

BANYUWANGI

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari Do’a dan bantuan berbagai pihak yang telah memberi informasi dan inspirasi, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penyusun mengucap kanbanyak terimakasih pada:

1. Keluarga Besarku, Alm.Ayahandaku tersayang Bapak Abdul Hamid dan Ibundaku terkasih Ibu Nur Ainiyah yang senantiasa memberikan perhatian


(25)

ix

yang tulus, dukungan serta doanya untuk kesuksesan putrinya. Ketiga adikku tercinta Kholifatun Nur Jannah, Topan Cahaya, Arum Bumi Pari. Kakak-kakaku iid mufaidah, Amin Umami, Rodli Jauhari terimakasih untuk semangat dan dukungannya.

2. Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Dekan Fakultas Hukum Dr.Sulardi,SH.,M.Si dan kedua pembimbing saya Ibu fifik Wiryani,SH.,M.Si.,M.Hum selaku Dosen pembimbing I dan Ibu Komariah,SH.,M.Si.,M.Hum selaku Dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyempurnakan Tugas Akhir Penulisan Hukum ini.

3. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang beserta staff yang senantiasa mengajar, mendidik, dan membina kami untuk menjadi mahasiswa hukum yang profesional, humanis, dan relegius.

4. Semua teman dan sabatku senasib dan seperjuangan, sebagai teman hari-hariku: Vindy, Dilla, Itok, Maria,Tira dan Semua teman-teman angkatan 2010 Fakultas Hukum yang selalu saling mengisi, memotivasi dan memberikan dukungan ditengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhirini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dan penelitian ini telah dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh dan dibimbing oleh dosen yang berkompeten sehingga layak untuk diujikan


(26)

ix

sebagai syarat untuk mendapat kangelar sarjana hukum. Namun penulis tetap mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi pengembangan penulisan hokum ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, bangsa dan Negara serta agama. Dan semoga Allah selalu memberkati kita semua dalam segala aktifitas kita. Amin YaRobbal Alamin.

Malang, 21 Agustus 2015 Penulis


(27)

x DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Cover/Sampul Dalam ... i

Lembaran Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Ungkapan Pribadi/Moto ... iv

Abstraksi ... v

Abstract ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Bagan ... xii

Daftar Gambar ... xiii

DaftarLampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat dan Kegunaan Penulisan ... 13

E. MetodePenelitian ... 14

F. Rencana Sistematika Penulisan ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanUmumTentangHakAtas Tanah ... 21

1. Pengertian HakAtas Tanah ... 21

2. HakPenguasaanAtas Tanah ... 22

3. PembuktianHakPendaftaranAtas Tanah ... 24

4. SertifikatHakAtas Tanah ... 27

B. Tinjauan Tentang SengketaPertanahan... 32

1. PengertianSengketaPertanahan ... 32

2. PenyebabSengketaPertanahan ... 34

3. Jenis-JenisSengketaPertanahan ... 35

4. Dampak Dari SengketaPertanahan ... 36

C. Tinjauan TentangMediasiDalamPenyelesaianSengketa Tanah ... 37

1. Penyelesaian Sengketa Tanah Secara Mediasi Melalui Badan Peradilan (Litigasi) ... 39


(28)

xi

2. Penyelesaian Sengketa Tanah Secara Mediasi Di Luar Pengadilan

(Non Litigasi) ... 41 3. Penyelesaian sengketa Tanah secara Mediasi yang dimediatori oleh

Kepala Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005

Tentang Desa. ... 47

BAB III PEMBAHASAN

A. KasusPosisi ... 49 B. Pelaksanaan Mediasi Penyelesaian Sengketa Penyerobotan Tanah Antara

pemilik SHM No 286 Dengan pedagang Non formal Di Desa Gumirih

Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi ... 53 C. Faktor Pendukung Dalam Proses Mediasi Penyelesaian Sengketa

Penyerobotan Tanah antara pemilik SHM No 286 Dengan pedagang

Non formal. ... 71

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 77


(29)

xii

DAFTAR BAGAN


(30)

xiii

Gambar 1 Denah Lokasi Tanah H.Yusuf Dan Bapak Budi ... 50 Gambar 2 Denah Lokasi Pembangunan Kedai Kopi yang Benar ... 51 Gambar 3 Denah Lokasi Setelah Terjadinya Sengketa... 53


(31)

xiv

Lampiran 1 SuratTugasSkripsi

Lampiran 2 BeritaAcara Seminar Proposal Lampiran 3 DaftarHadirPeserta Seminar Proposal Lampiran 4 KartuKendaliBimbinganSkripsi


(32)

xv Buku

Ali. Achmad Chomzah,2003,Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Jakarta, Prestasi Pustaka

Alo Liliweri, 2005, Prasangka dan Konflik;Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Cetakan Pertama, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta

Azir S.R.,2010, Metode penelitian Hukum. Yogjakarta: Andi

Bachtiar Efendie,1993, Pendaftara tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaanya,Bandung, Alumni

Boedi Harsono, 2001,Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam hubungan dengan TAP MPR RI IX/MPR/, Jakarata,Universitas Trisakti

G.Kartasapoetra, 2003, Hukum Tanah jaminan UUPA bagi keberhasilan pendayagunaan tanah, Jakarta, Bina aksara,

Irawan Soerodjo, 2003, Kapasitas Hukum Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, Arkola Komariah,2010,Hukum Acara Perdata , Malang, UMMPress

M. Marman, 2009, Kamus Hukum (dictionary of law complete edition),Surabaya, Reality Plubisher,

Pedoman penulisan hukum, 2012,fakultas hukum UMM

Urip Santoso, 2012,Hukum Agraria Kajian Komprehensif, jakarta, Kencana

Urip Santoso, 2013, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta, Kencana prenada group

Rahmat Syafaat, 2011, Advokasi Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ( Latar Belakang, Konsep dan Implementasinya), Surya Pena Gemilang, Malang

R. Soeprapto, 1986, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Praktek, Jakarta

Usman Rahmadi, 2012, Mediasi Di Pengadilan dalam teori dan praktek, Jakarta, Sinar Grrafika

Perundang-undangan

Undang-undang No.30 Tahun 1999tentang arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa Undang – undang No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.


(33)

xvi

Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008 Tentang draft kode etik mediator pasal 15

Makalah

I Gusti Ayu Sri Haryanti Dewi Witari, Sengketa tanah setra dan penyelesaiannya, MakalahHukum.unud.pdf.ac.id, diakses tanggal 12 maret 2015, pukul 14.07

Qaid Minang kabawi, makalah tentang tanah, http:// makalah-tentang-sengketa tanah. html, diakses tanggal 06 April 2015 Pukul 00.38

Jurnal

Rika Lestari. Perbandingan hukum penyelesaian sengketa secara mediasi di pengadilan dan di luar pengadilan di indonesia, ejournal.unri.ac.id/. diakses tanggal 03 maret 2015, Pukul 15.00

internet

http://Bpn.go.id, SekilasTentang Kami. Diaksespadatanggal01februari 2015, Pukul 09.00 http://.Bpn.go.id, Data kasus sengketa konflik perkara pertanahan nasioal, Diakses pada

tanggal 20 feb 2015, pukul 15.40

http://dasar2ilmutanah..com/2008/02/definisi-tanah-fungsi-dan-profil-tanah.html, diakses tanggal 22 Oktober 2014, pukul 14.00

http://dampak kasus pertanahan//pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00 https://HukumOnline.com/2012/12/17/

alternatif-penyelesaian-sengketa-tanah-di-luar-pengadilan/,diakses pada tangga 10 april 2015, puluk 16.30

http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus ,diaksses pada tanggal : 25 maret 2015, pukul 11:55 http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/mahkamahagung/direktori/ perdata diakses

tanggal 04 Juni 2015. Pukul 00:48

http://repository.usu.ac.id/dampak kasus pertanahan/.pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00

http://regional.kompas.com/read/2012/01/09//Menelisik.Akar.Konflik.Agraria,Diakses tanggal 04 Juni 2015, Pukul 00:38

http://www.hukumonline.com/ Tentang-sertifikat-hak-atas-tanah-dan-sertifikat-hak-tanggungan.Diakses Tanggal 04 Juni 2015 Pukul : 00.07

http://www.Bpn.com/read/2012/09/24/BPN:-4005- Konflik-Pertanahan-di-Indonesia-Belum-Diselesaikan. Diakes tanggal 04 Juni 2015. Pukul 00:44

http://www.negarahukum.com/hukum/alternatif-penyelesaian-sengketa.html, diakses pada tanggal 10 april 2015, pukul 14.52


(1)

xi

2. Penyelesaian Sengketa Tanah Secara Mediasi Di Luar Pengadilan

(Non Litigasi) ... 41 3. Penyelesaian sengketa Tanah secara Mediasi yang dimediatori oleh

Kepala Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005

Tentang Desa. ... 47 BAB III PEMBAHASAN

A. KasusPosisi ... 49 B. Pelaksanaan Mediasi Penyelesaian Sengketa Penyerobotan Tanah Antara

pemilik SHM No 286 Dengan pedagang Non formal Di Desa Gumirih

Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi ... 53 C. Faktor Pendukung Dalam Proses Mediasi Penyelesaian Sengketa

Penyerobotan Tanah antara pemilik SHM No 286 Dengan pedagang

Non formal. ... 71 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 77


(2)

xii

DAFTAR BAGAN


(3)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Denah Lokasi Tanah H.Yusuf Dan Bapak Budi ... 50 Gambar 2 Denah Lokasi Pembangunan Kedai Kopi yang Benar ... 51 Gambar 3 Denah Lokasi Setelah Terjadinya Sengketa... 53


(4)

xiv

DAFTARLAMPIRAN Lampiran 1 SuratTugasSkripsi

Lampiran 2 BeritaAcara Seminar Proposal Lampiran 3 DaftarHadirPeserta Seminar Proposal Lampiran 4 KartuKendaliBimbinganSkripsi


(5)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali. Achmad Chomzah,2003,Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Jakarta, Prestasi Pustaka

Alo Liliweri, 2005, Prasangka dan Konflik;Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, Cetakan Pertama, LkiS Yogyakarta, Yogyakarta

Azir S.R.,2010, Metode penelitian Hukum. Yogjakarta: Andi

Bachtiar Efendie,1993, Pendaftara tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaanya,Bandung, Alumni

Boedi Harsono, 2001,Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam hubungan dengan TAP MPR RI IX/MPR/, Jakarata,Universitas Trisakti

G.Kartasapoetra, 2003, Hukum Tanah jaminan UUPA bagi keberhasilan pendayagunaan tanah, Jakarta, Bina aksara,

Irawan Soerodjo, 2003, Kapasitas Hukum Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, Arkola Komariah,2010,Hukum Acara Perdata , Malang, UMMPress

M. Marman, 2009, Kamus Hukum (dictionary of law complete edition),Surabaya, Reality Plubisher,

Pedoman penulisan hukum, 2012,fakultas hukum UMM

Urip Santoso, 2012,Hukum Agraria Kajian Komprehensif, jakarta, Kencana

Urip Santoso, 2013, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta, Kencana prenada group

Rahmat Syafaat, 2011, Advokasi Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ( Latar Belakang, Konsep dan Implementasinya), Surya Pena Gemilang, Malang

R. Soeprapto, 1986, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Praktek, Jakarta

Usman Rahmadi, 2012, Mediasi Di Pengadilan dalam teori dan praktek, Jakarta, Sinar Grrafika

Perundang-undangan

Undang-undang No.30 Tahun 1999tentang arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa Undang – undang No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.


(6)

xvi

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Mediasi di Pengadilan

Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008 Tentang draft kode etik mediator pasal 15 Makalah

I Gusti Ayu Sri Haryanti Dewi Witari, Sengketa tanah setra dan penyelesaiannya, MakalahHukum.unud.pdf.ac.id, diakses tanggal 12 maret 2015, pukul 14.07

Qaid Minang kabawi, makalah tentang tanah, http:// makalah-tentang-sengketa tanah. html, diakses tanggal 06 April 2015 Pukul 00.38

Jurnal

Rika Lestari. Perbandingan hukum penyelesaian sengketa secara mediasi di pengadilan dan di luar pengadilan di indonesia, ejournal.unri.ac.id/. diakses tanggal 03 maret 2015, Pukul 15.00

internet

http://Bpn.go.id, SekilasTentang Kami. Diaksespadatanggal01februari 2015, Pukul 09.00 http://.Bpn.go.id, Data kasus sengketa konflik perkara pertanahan nasioal, Diakses pada

tanggal 20 feb 2015, pukul 15.40

http://dasar2ilmutanah..com/2008/02/definisi-tanah-fungsi-dan-profil-tanah.html, diakses tanggal 22 Oktober 2014, pukul 14.00

http://dampak kasus pertanahan//pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00

https://HukumOnline.com/2012/12/17/alternatif-penyelesaian-sengketa-tanah-di-luar-pengadilan/,diakses pada tangga 10 april 2015, puluk 16.30

http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus ,diaksses pada tanggal : 25 maret 2015, pukul 11:55 http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/mahkamahagung/direktori/ perdata diakses

tanggal 04 Juni 2015. Pukul 00:48

http://repository.usu.ac.id/dampak kasus pertanahan/.pdf, diakses pada tanggal 03 maret 2015, Pukul 21.00

http://regional.kompas.com/read/2012/01/09//Menelisik.Akar.Konflik.Agraria,Diakses tanggal 04 Juni 2015, Pukul 00:38

http://www.hukumonline.com/Tentang-sertifikat-hak-atas-tanah-dan-sertifikat-hak-tanggungan.Diakses Tanggal 04 Juni 2015 Pukul : 00.07

http://www.Bpn.com/read/2012/09/24/BPN:-4005-Konflik-Pertanahan-di-Indonesia-Belum-Diselesaikan. Diakes tanggal 04 Juni 2015. Pukul 00:44

http://www.negarahukum.com/hukum/alternatif-penyelesaian-sengketa.html, diakses pada tanggal 10 april 2015, pukul 14.52