Iradiasi Sinar Gamma Penanaman dan Pemeliharaan
7 menyebabkan tanaman roboh dan mengakibatkan kematian. Harrison 2012
mengungkapkan bahwa thrips menyebarkan penyakit impatients necrotic spot virus pada tanaman coleus yang menyebabkan noda coklat atau kuning pada daun-
daun, batang berubah menjadi warna coklat atau hitam, hingga menyebabkan kematian pada tanaman.
a b c Gambar 2 Dampak serangan hama pada daun coleus selama penelitian.
Serangan belalang a, serangan ulat b, serangan thrips c Selama penelitian ditemukan serangan cendawan yang mengakibatkan daun
tanaman rontok mengering dan muncul bulu-bulu halus pada permukaannya Gambar 3. RHS 2008 mengungkapkan bahwa penyakit yang menyerang
coleus adalah Downy mildew. Penyakit ini muncul pada daun-daun dengan warnanya yang coklat sehingga tanaman terlihat kotor. Sebagian gejala tidak
muncul hanya pada daun sehingga sulit untuk mengetahui serangan dan melakukan pengendalian hama penyakit. Organisme yang menyebabkan penyakit
ini adalah Peronospora sp. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 2 g l
-1
.
Gambar 3 Daun tanaman coleus yang terserang
penyakit downy mildew selama penelitian Gulma yang sering ditemukan tumbuh di polibag maupun di pinggiran
dinding rumah kaca tergolong gulma jenis rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis karena jumlahnya belum mencapai tahap
8 merugikan, yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh sehingga tidak
mengganggu tanaman coleus.
Lethal Dose 50 LD
50
Nilai LD
50
dicari untuk menentukan kisaran dosis optimum. Menurut Boerjes dan Van Harten 1988 kisaran dari taraf dosis iradiasi yang diaplikasikan
sangat penting dalam menentukan dosis optimum pada tanaman yang akan diradiasi, namun belum ditemukan literatur yang mendukung terkait penggunaan
dosis optimum iradiasi sinar gamma terhadap stek pucuk tanaman coleus sehingga digunakan aplikasi taraf dosis 15
–60 Gy. Nilai LD
50
didapat dari perhitungan persentase tanaman hidup dalam jangka waktu tertentu setelah iradiasi pada taraf
dosis tertentu dengan menggunakan software curve fit analysis. Persentase tanaman hidup yang diamati mulai 1 MST hingga 11 MST menunjukan respon
yang berbeda antara varietas yang satu dengan yang lain pada taraf dosis 45 dan 60 Gy. Seluruh populasi Coleus blumei warna kuninghijau, hijaucoklat, dan
varigata hijaucoklat dapat bertahan hidup pada taraf dosis 0 sampai 30 Gy, sedangkan populasi Coleus amboinicus Lour telah mulai banyak yang mati pada
taraf dosis 15 Gy. Secara umum Coleus blumei warna hijaucoklat memiliki persentase tanaman hidup paling tinggi dibanding seluruh varietas lainnya dan
Coleus amboinicus Lour memiliki persentase tanaman hidup paling rendah Tabel 1.
Tabel 1 Persentase tanaman hidup dua bulan setelah iradiasi
Dosis Gy Jenis coleus
C. blumei warna
kuninghijau C. blumei
warna hijaucoklat
C. blumei warna
varigata hijaucoklat
C. amboinicus Lour
Tanaman hidup 100.00
100.00 100.00
100.00 15
100.00 100.00
100.00 88.89
30 100.00
100.00 100.00
77.78 45
55.56 66.67
77.78 22.22
60 11.11
55.56 11.11
0.00 Aisyah 2006 mengungkapkan bahwa radiosensitivitas merupakan tingkat
sensitivitas tanaman
terhadap iradiasi.
Faktor yang
mempengaruhi radiosensitivitas antara lain kultivar tanaman, jenis bahan yang menerima iradiasi,
jenis iradiasi, dan teknik iradiasi. Radiosensitivitas dapat diamati dari nilai LD
50
, adanya hambatan pertumbuhan atau letalitas, mutasi somatik, patahan kromosom,
serta jumlah dan ukuran kromosom. Djojosoebagio 1988 menambahkan bahwa radiosensitivitas adalah satu kriteria yang dipakai untuk menentukan respon sel
terhadap iradiasi.
Pola sebaran persentase tanaman hidup pada Coleus blumei warna kuninghijau, Coleus blumei warna hijaucoklat, Coleus blumei warna varigata
hijaucoklat, dan Coleus amboinicus Lour dideskripsikan secara berurutan dengan