Peningkatan Keragaan Coleus (Coleus sp.) melalui Induksi Mutasi Fisik dengan Iradiasi Sinar Gamma

(1)

PENINGKATAN KERAGAAN COLEUS (

Coleus

sp.)

MELALUI INDUKSI MUTASI FISIK DENGAN IRADIASI

SINAR GAMMA

A24090154

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peningkatan Keragaan Coleus (Coleus sp.) melalui Induksi Mutasi Fisik dengan Iradiasi Sinar Gamma adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Yodi Marthin


(4)

ABSTRAK

YODI MARTHIN. Peningkatan Keragaan Coleus (Coleus sp.) melalui Induksi Mutasi Fisik dengan Iradiasi Sinar Gamma. Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH dan M. RIZAL M. DAMANIK.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengaplikasian beberapa taraf dosis iradiasi sinar gamma (15, 30, 45, dan 60 gray (Gy)), mendapatkan nilai Lethal Dose 50 (LD50), dan memperoleh keragaan baru pada tanaman coleus dalam waktu yang relatif lebih singkat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Darmaga, Bogor pada bulan Mei hingga Juli 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi beberapa taraf dosis iradiasi sinar gamma pada coleus berpengaruh nyata pada karakter tinggi, jumlah daun, dan jumlah ruas tanaman. Peningkatan taraf dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan cenderung menghambat pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, nilai LD50 untuk tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau, hijau/coklat, varigata hijau/coklat, dan Coleus amboinicus Lour secara berurutan adalah 48.66, 65.21, 52.81, dan 37.62 Gy. Coleus amboinicus

Lour yang diradiasi pada taraf dosis 45 Gy menghasilkan bentuk daun baru yang berbeda dengan kontrol.

Kata kunci: coleus, iradiasi sinar gamma, nilai LD50, tanaman hias, torbangun

ABSTRACT

YODI MARTHIN. Improving Performance of Coleus (Coleus sp.) through Physical Induced Mutation by Gamma Irradiation. Supervised by SYARIFAH IIS AISYAH and M. RIZAL M. DAMANIK.

The objectivse of this study were to see the effect in applicating several doses of gamma-ray irradiation (15, 30, 45, and 60 gray (Gy)), to obtain Lethal Dose 50 (LD50) values, and to gain new coleus performances in relatively short

time. The study was conducted inside green house located at cikabayan experimental field, Bogor Agricultural University, Darmaga, Bogor on May to June 2013. The results showed that application of several doses of gamma irradiation on coleus were significantly different in character of height, number of leaves, and number of stem segment. Increasing the dose level of gamma irradiation given tend to inhibit the growth of the plants. Based on the result of the study, LD50 for yellow/green, green/brown, variegatedgreen/brown of Coleus

blumei, and Coleus amboinicus Lour were 48.66, 65.2, 52.81, and 37.62 Gy respectively. Coleus amboinicus Lour irridiated at a dose level of 45 Gy produced different leaf shapes compared to control.

Keywords: coleus, gamma-ray irradiation, LD50 values, ornamental plant,


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENINGKATAN KERAGAAN COLEUS (

Coleus

sp.)

MELALUI INDUKSI MUTASI FISIK DENGAN IRADIASI

SINAR GAMMA

YODI MARTHIN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

(7)

Judul Skripsi : Peningkatan Keragaan Coleus (Coleus sp.) melalui Induksi Mutasi Fisik dengan Iradiasi Sinar Gamma

Nama : Yodi Marthin NIM : A24090154

Disetujui oleh

Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MScAgr Pembimbing I

Drh M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Peningkatan Keragaan Coleus (Coleus sp.) melalui Induksi Mutasi Fisik dengan Iradiasi Sinar Gamma”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MScAgr selaku Dosen Pembimbing I dan Drh M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS atas kritik dan saran selaku dosen penguji ujian skripsi. Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis atas doa, dukungan, dan kepercayaannya selama ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik, Titiyas Gusti Aji, Hafith Furqoni, Eka Novita Sari, Edi Wiraguna, Erik Mulya, Estherlina Hutagaol, Monica Cory Wiyoto, Ryanda Rachmad Murdani, Azmi Syamin Ritonga, Fadil Afrianto, Renando Meiko, Titus Prasetya, Friska Vida Angela Hutagaol, Elvi Dwi Yunitasari, Fadil Afrianto, Amalia Aldina Thoha, dan Anindya Putri YH atas bantuan, motivasi, semangat, dan pelajaran yang diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Tempat dan Waktu 2

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Analisis Data 3

Pelaksanaan Percobaan 4

Iradiasi Sinar Gamma 4

Penanaman dan Pemeliharaan 4

Pengamatan 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Lethal Dose 50 (LD50) 8

Karakter Kuantitatif 10

Pertambahan Tinggi Tanaman Coleus 10

Pertambahan Jumlah Daun Coleus 10

Pertambahan Jumlah Ruas Coleus 11

Karakter Kualitatif 12

Keragaaan Fenotipik Khusus 16

Pembahasan Umum 18

KESIMPULAN DAN SARAN 19

Kesimpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22


(10)

DAFTAR TABEL

1 Persentase tanaman hidup dua bulan setelah iradiasi 8 2 Hasil uji lanjut interaksi varietas dan dosis sinar gamma terhadap selisih

rata-rata pertambahan tinggi coleus antara 11 MST dengan 1 MST 10 3 Hasil uji lanjut interaksi varietas dan dosis sinar gamma terhadap selisih

rata-rata pertambahan jumlah daun coleus antara 11 MST dengan 1 MST 11 4 Hasil uji lanjut interaksi varietas dan dosis sinar gamma terhadap

selisisih rata-rata pertambahan jumlah ruas coleus antara 11 MST dengan

1 MST 12

5 Perbandingan warna daun tanaman masing-masing jenis coleus pada perlakuan dosis sinar gamma yang berbeda dengan menggunakan RHCC 12

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus blumei warna kuning/hijau (V1), Coleus blumei warna hijau/coklat (V2), Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (V3), dan

Coleus amboinicus Lour (V4) ... 3 2 Dampak serangan hama pada daun coleus selama penelitian. Serangan

belalang (a), serangan ulat (b), serangan thrips (c) ... 7 3 Daun tanaman coleus yang terserang penyakit downy mildew selama

penelitian ... 7 4 Kurva persentasi tanaman hidup Coleus blumei warna kuning/hijau (kiri

atas), Coleus blumei warna hijau/coklat (kanan atas), Coleus blumei

warna varigata hijau/coklat (kiri bawah), dan Coleus amboinicus Lour (kanan bawah) di tiap dosis iradiasi tertentu hasil penggunaan software curve-fit analysis ... 9 5 Coleus blumei warna kuning/hijau setelah perlakuan iradiasi di beberapa

taraf dosis menghasilkan daun berwarna dark green dominan dengan bentuk daun rata dan warna dark pink di taraf dosis 45 Gy. ... 13 6 Coleus blumei warna hijau/coklat setelah perlakuan iradiasi di beberapa

taraf dosis ... 14 7 Coleus blumei warna varigata hijau/coklat setelah iradiasi di beberapa

taraf dosis menghasilkan warna daun hijau polos dan bentuk permukaan daun yang rata. ... 14 8 Coleus amboinicus Lour setelah perlakuan iradiasi di beberapa taraf dosis

menghasilkan bentuk daun baru di taraf 45 Gy ... 15 9 Coleus blumei warna kuning/hijau setelah perlakuan iradiasi di taraf 45

Gy menghasilkan warna daun merah muda. ... 16 10 Coleus blumei warna varigata hijau/coklat setelah perlakuan iradiasi di

beberapa taraf dosis menghasilkan warna daun hijau dominan dan bentuk daun rata. ... 17 11 Coleus amboinicus Lour setelah iradiasi di taraf 45 Gy menghasilkan

keragaan bentuk daun baru ... 17 12 Perlakuan iradiasi menekan pertumbuhan tanaman coleus; Coleus


(11)

Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (c), Coleus amboinicus Lour (d); dari kiri ke kanan: 0, 15, 30, 45, dan 60 Gy ... 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi pengukuran warna daun keempat varietas tanaman coleus

menggunakan RHCC 22

2 Hasil uji F terhadap beberapa karakter kuantitatif dan interaksi antara varietas dan dosis pada keempat varietas tanaman coleus menggunakan


(12)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Coleus merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai tanaman hias maupun tanaman obat yang diambil khasiatnya. Salah satu tanaman coleus hias yang juga merupakan tanaman berkhasiat adalah

Coleus amboinicus Lour atau lebih dikenal masyarakat dengan nama torbangun. Torbangun memiliki bau khas yang menyengat dan rasa getir yang tidak semua orang menyukainya. Rasa getir adalah rasa pahit yang agak pedas seperti kulit jeruk. Damanik (2009) menyatakan bahwa sup torbangun merupakan makanan khas tradisional yang umum dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui di masyarakat suku Batak. Damanik dan Wahlqvist (2006) dan Damanik et al (2001) menjelaskan bahwa konsumsi torbangun dapat meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Menurut Damanik (2005a) konsumsi torbangun berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar beberapa mineral seperti zat besi, kalium, seng, dan magnesium dalam ASI. Damanik (2005b) menambahkan bahwa konsumsi torbangun menyebabkan peningkatan berat badan bayi secara nyata. Menurut Devi (2009) konsumsi daun torbangun juga dapat menanggulangi keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri.

Sebagai tanaman hias daun, coleus telah dikenal masyarakat umum maupun oleh pencinta tanaman hias sebagai tanaman pot, tanaman penutup tanah, atau tanaman pembatas. Persilangan antar jenis coleus telah banyak dilakukan untuk menghasilkan coleus hibrida dengan bentuk dan warna daun yang lebih beragam. Daya tarik utama coleus terletak pada warna daun yang terang, beragam, dan terdapat juga jenis coleus yang memiliki lebih dari satu warna dalam satu daun. Coleus memiliki daun bergerigi dan berbentuk seperti daun telinga. Tanaman yang termasuk dalam keluarga bayam-bayaman ini tetap terlihat indah dan menarik ketika ditanam secara tunggal, bersama-sama dengan coleus hibrida lain, atau dipadukan dengan tanaman penutup lainnya. Secara teknis coleus merupakan tanaman perennial, namun sedikit terkena suhu dingin mampu menyebabkan kerusakan tanaman atau kematian, sehingga coleus sering dianggap sebagai tanaman semusim oleh petani dan produsen benih. Kultivar coleus yang berbeda akan beradaptasi pada intensitas penyinaran yang berbeda. Terdapat tanaman yang dapat hidup pada intensitas cahaya penuh dan ada pula yang membutuhkan naungan dalam siklus hidupnya. Kisaran pertumbuhan coleus juga bervariasi, mulai dari coleus yang pendek 60 sampai 90 cm (Croxton dan Kessler 2007).

Nilai estetika suatu tanaman hias akan mempengaruhi nilai ekonomi dari tanaman tersebut. Semakin tinggi nilai estetika, maka akan semakin tinggi nilai ekonominya. Nilai estetika yang dimiliki tanaman hias daun seperti coleus dapat berupa keragaman bentuk, jumlah, dan warna daun ataupun keragaman fenotipik lain yang menambahkan keistimewaannya. Upaya meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman coleus diperlukan untuk memajukan agribisnis tanaman ini, seperti adanya peningkatan keragaman varietas. Pada tanaman torbangun, iradiasi diharapkan dapat mengurangi rasa getir daun torbangun sehingga dapat disukai oleh seluruh masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian untuk meningkatkan keragamaan genetik coleus perlu dilakukan agar diperoleh tanaman


(14)

2

coleus dengan fenotipe yang lebih beragam dan disenangi konsumen. Varietas baru dengan fenotipe baru yang lebih beragam dapat diciptakan melalui teknik pemuliaan konvensional atau dengan induksi mutasi. Soedjono (2003) menyebutkan bahwa pada tanaman mawar, induksi mutasi radiasi dapat mempengaruhi warna pada bunga mawar.

Teknik-teknik pemuliaan konvensional seperti hibridisasi atau seleksi tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga akan lebih mudah melalui proses induksi mutasi. Poehlman dan Sleeper (1995) mengemukakan bahwa mutasi merupakan proses perubahan yang mendadak pada materi genetik dari suatu sel yang mencakup perubahan pada tingkat gen, molekuler, atau kromosom. Mutasi spontan yang terjadi secara alamiah berlangsung lebih lama dibandingkan dengan mutasi buatan. IAEA (1977) menambahkan bahwa peluang terjadinya mutasi secara alamiah sangat kecil. Induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan jenis baru tanaman coleus dalam waktu yang relatif lebih cepat.

Dalam penelitian ini dilakukan induksi mutasi dengan menggunakan iradiasi sinar gamma untuk mencari taraf Lethal Dose 50 (LD50) terhadap tanaman coleus. LD50 adalah dosis iradiasi yang mengakibatkan 50% kematian dari populasi yang diradiasi. Di sekitar dosis ini cenderung paling banyak dihasilkan mutan. Crowder (2006) menyatakan bahwa penggunaan sinar gamma sebagai alternatif dalam pemuliaan mutasi fisik disebabkan sinar gamma yang dipancarkan dari isotop radioaktif dengan panjang gelombang lebih pendek dan memiliki daya tembus yang lebih kuat dibandingkan dengan sinar X ataupun sinar lainnya. Sinar gamma dikenal sebagai sinar kuat dan penting untuk menginduksi perubahan genetik. Poespodarsono (1988) menambahkan bahwa mutasi buatan dapat terjadi bila digunakan mutagen dengan dosis dan waktu tertentu. Dosis tersebut dipakai sebagai acuan untuk mengetahui dosis yang efektif untuk mendapatkan mutan yang diinginkan melalui iradiasi sinar gamma terhadap coleus. Peningkatan keragaan dilihat berdasarkan karakter-karakter kualitatif dan kuantitatif pada mutan yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah (1) melihat pengaruh dari aplikasian beberapa dosis iradiasi sinar gamma pada keragaan empat jenis coleus yang digunakan, (2) mendapatkan nilai LD50 dari iradiasi sinar gamma untuk menginduksi mutasi pada empat varietas coleus yang digunakan, dan (3) memperoleh keragaan baru dari tanaman coleus pada jenis varietas yang digunakan.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor. Proses iradiasi sinar gamma dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN),


(15)

3 Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2013 hingga bulan Juli 2013.

Bahan

Bahan tanam berupa stek pucuk pada penelitian ini diperoleh dari toko tanaman hias di jalan Padjajaran, Bogor. Empat jenis coleus yang digunakan yaitu

Coleus blumei warna kuning/hijau (V1), Coleus blumei warna hijau/coklat (V2),

Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (V3), dan Coleus amboinicus Lour (V4) (Gambar 1). Bahan lain yang digunakan adalah media pembibitan berupa arang sekam, tanah, pupuk kandang sapi, nampan semai, polibag 25 cm × 25 cm, dan Rooton F.

V1 V2 V3 V4

Gambar 1 Coleus blumei warna kuning/hijau (V1), Coleus blumei warna hijau/coklat (V2), Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (V3), dan Coleus amboinicus Lour (V4)

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gamma Chamber

IRPASENA, label, spidol, penggaris, pemotong atau gunting, ember, gelas ukur, gembor, Royal Horticulture Colour Chart (RHCC) dan peralatan penunjang penelitian lainnya.

Prosedur Analisis Data

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua faktor. Kedua faktor tersebut yaitu jenis coleus dan taraf dosis sinar gamma. Terdapat empat jenis coleus dan lima taraf dosis sinar gamma. Taraf dosis yang dipakai yaitu 0, 15, 30, 45, dan 60 Gy. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 3 tanaman, sehingga pada percobaan ini terdapat 60 satuan percobaan dengan total 180 satuan pengamatan. Rancangan ini dapat ditulis dengan model matematika sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2002) :

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + έij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pengaruh faktor α ke i, faktor β ke j µ = rataan umum


(16)

4

αi = pengaruh varietas ke –i

βi = pengaruh taraf dosis ke –j

(αβ)ij = interaksi pengaruh antara faktor α ke i, faktor β ke j

έij = galat percobaan

Apabila dalam perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil pengamatan, maka dilakukan analisis uji lanjut dengan metode DMRT

(Duncan Mulitple Range Test) pada taraf nyata α 5%. Hasil analisis uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada penelitian ini digunakan program General Linear Manager (GLM) untuk menghitung nilai tengah rata-rata dari masing-masing parameter pengamatan.

Pelaksanaan Percobaan

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap pelaksanaan penelitian. Tiga tahap tersebut yaitu :

1. Iradiasi Sinar Gamma

Sumber bahan tanam yang digunakan adalah stek pucuk dari masing-masing jenis tanaman coleus. Stek yang telah dipotong dicelupkan ke dalam larutan

Rooton f untuk menginduksi perakaran agar lebih cepat tumbuh dan kemudian segera ditanam pada nampan penyemaian. Selama masa perakaran nampan diletakkan pada tempat yang lembab terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Satu minggu kemudian stek yang telah berakar bersama nampan semai dibawa ke PATIR-BATAN untuk diberi perlakuan iradiasi sinar gamma. Sebelum dilakukan proses induksi, nampan semai dipotong-potong dan diatur menjadi satu baris bertingkat di meja yang terdapat dalam ruangan gamma chamber IRPASENA. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar setiap tanaman menerima besar gelombang iradiasi yang sama. Lama penyinaran iradiasi sinar gamma tergantung dari dosis yang diberikan. Semakin besar taraf dosis yang diberikan, maka proses iradiasi akan semakin lama. Dosis perlakuan iradiasi sinar gamma yang diberikan adalah 15, 30, 45, dan 60 Gy. Tanaman yang tidak mendapat perlakuan iradiasi (0 Gy) juga ikut dibawa ke BATAN. Transportasi bukan merupakan perlakuan sehingga seluruh tanaman harus menerima kondisi yang sama. Setelah dilakukan iradiasi, stek pucuk bersama dengan nampan semai dibawa kembali ke rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB, Darmaga, Bogor.

2. Penanaman dan Pemeliharaan

Stek hasil iradiasi dipindah tanam di hari yang sama ke dalam polibag berukuran 25 cm × 25 cm yang menggunakan media campuran arang sekam, tanah, dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1:4. Pupuk Growmore (32-10-10) dengan konsentrasi 2 g l-1 diaplikasikan setiap satu bulan sekali. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiangan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika mulai muncul gejala.


(17)

5 3. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan mencakup dua aspek yaitu pengamatan kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan dilakukan selama sepuluh minggu dimulai dari 1 sampai 11 minggu setelah tanam (MST)

Pengamatan kuantitatif dilakukan setiap minggu, namun karakter kualitatif diamati jika terlihat ada perubahan secara fisik pada tanaman saja. Pengamatan kuantitatif dimulai sejak 1 MST yaitu pada saat pindah tanam setelah iradiasi. Karakter kuantitatif yang diamati meliputi: (1) pertambahan tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ke titik tumbuh tertinggi, (2) pertambahan jumlah daun baru, dan (3) pertambahan jumlah ruas batang.

Karakter kualitatif yang diamati yaitu: (1) warna daun, diukur menggunakan RHCC di akhir pengamatan kuantitatif yaitu pada 11 MST dan (2) keragaan fenotipik khususnya pada perubahan penampilan tanaman setelah diradiasi. Pengukuran warna daun dilakukan dengan cara meletakan daun di bawah lubang karton-karton RHCC dan menyesuaikan warnanya dengan berbagai pilihan warna yang tersedia kemudian membaca kategori warna. Penggunaan RHCC pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dalam penelitian ini, data tanaman yang mati mengering akibat iradiasi di tiap taraf dosis dihitung untuk melihat persentase tanaman hidup setelah iradiasi. Data persentase tanaman hidup di tiap taraf dosis iradiasi sinar gamma pada masing-masing varietas ini menjadi sumber untuk mencari nilai LD50.


(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Coleus sp. merupakan jenis tanaman tahunan yang berasal dari daerah tropis di Afrika, Asia, Australia, India Timur, Kepulauan Melayu dan Filipina. Tanaman ini dikenal dengan nama coleus, nama ini diambil dari klasifikasi sebelumnya yang terbagi menjadi dua yaitu Solenostemon sp. atau jenis lain Plectranthus. Coleus dapat diperbanyak secara generatif dengan biji ataupun secara vegetatif dengan stek batang atau stek pucuk (RHS 2008).

Pada saat masa perakaran stek di nampan semai maupun pada masa pengamatan setelah perlakuan iradiasi dilakukan, banyak bahan tanam terkena serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kematian. Namun setelah proses iradiasi dan dilakukan pindah tanam, serangan hama berkurang. Perlakuan iradiasi pada dosis tertentu juga menyebabkan banyak tanaman mati kering, sehingga banyak data yang kosong. Iradiasi sinar gamma pada tanaman akan mengganggu pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Setiap tanaman akan menunjukkan respon yang berbeda dengan perlakuan iradiasi yang sama. Respon tanaman tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Micke dan Donini (1993) menyatakan bahwa keberhasilan induksi mutasi sangat bergantung pada genotipe yang digunakan, bagian tanaman yang diradiasi, dan dosis yang diaplikasikan. Selain faktor biologis seperti genetik, hal yang mempengaruhi keberhasilan suatu induksi mutasi adalah faktor lingkungan seperti oksigen, kadar air, penyimpanan pasca iradiasi dan suhu pada saat dilakukan iradiasi.

Tanaman yang mati akibat iradiasi akan terlihat mengering tetapi tanaman tetap tegak, sedangkan tanaman yang mati akibat serangan penyakit akan cenderung roboh. Persentase tanaman yang bertahan hidup sampai akhir masa pengamatan adalah 36.67% atau sekitar 132 tanaman dari 360 tanaman yang digunakan.

Organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mengganggu dan menyerang tanaman selama penelitian antara lain adalah belalang. Terdapatnya hama belalang disebabkan oleh kondisi rumah kaca yang rusak dan berlubang. Hama belalang menyebabkan daun berlubang namun masih dapat tumbuh (Gambar 2a). Hama ini tidak menimbulkan gejala yang cukup mengganggu, sehingga pengendalian yang dilakukan hanya berupa pembasmian secara manual.

Hama lain yang mengganggu pertumbuhan coleus adalah ulat. Hama ulat ini bersarang di pucuk, bertelur, merusak daun dan pucuk tanaman sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Permukaan daun terutama pucuk yang terserang hama ulat berubah teksturnya menjadi seperti jaring-jaring halus, terlihat menempel, lengket dengan daun-daun terdekat di sekitarnya dan cenderung menguncup atau terlipat (Gambar 2b). Walaupun tidak banyak tanaman yang terserang hama ulat, namun keberadaannya cukup mengganggu proses pengamatan penelitian. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif deltametrin dengan konsentrasi 2 g l-1.

Gambar 2c memperlihatkan tanaman coleus yang terserang hama thrips. Hama ini mengakibatkan batang membusuk, berubah menjadi warna coklat atau hitam, kemudian busuk merambat hingga ujung titik tumbuh tanaman


(19)

7 menyebabkan tanaman roboh dan mengakibatkan kematian. Harrison (2012) mengungkapkan bahwa thrips menyebarkan penyakit impatients necrotic spot virus pada tanaman coleus yang menyebabkan noda coklat atau kuning pada daun-daun, batang berubah menjadi warna coklat atau hitam, hingga menyebabkan kematian pada tanaman.

a b c

Gambar 2 Dampak serangan hama pada daun coleus selama penelitian. Serangan belalang (a), serangan ulat (b), serangan thrips (c)

Selama penelitian ditemukan serangan cendawan yang mengakibatkan daun tanaman rontok mengering dan muncul bulu-bulu halus pada permukaannya (Gambar 3). RHS (2008) mengungkapkan bahwa penyakit yang menyerang coleus adalah Downy mildew. Penyakit ini muncul pada daun-daun dengan warnanya yang coklat sehingga tanaman terlihat kotor. Sebagian gejala tidak muncul hanya pada daun sehingga sulit untuk mengetahui serangan dan melakukan pengendalian hama penyakit. Organisme yang menyebabkan penyakit ini adalah Peronospora sp. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 2 g l-1.

Gambar 3 Daun tanaman coleus yang terserang

penyakit downy mildew selama penelitian

Gulma yang sering ditemukan tumbuh di polibag maupun di pinggiran dinding rumah kaca tergolong gulma jenis rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis karena jumlahnya belum mencapai tahap


(20)

8

merugikan, yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh sehingga tidak mengganggu tanaman coleus.

Lethal Dose 50 (LD50)

Nilai LD50 dicari untuk menentukan kisaran dosis optimum. Menurut Boerjes dan Van Harten (1988) kisaran dari taraf dosis iradiasi yang diaplikasikan sangat penting dalam menentukan dosis optimum pada tanaman yang akan diradiasi, namun belum ditemukan literatur yang mendukung terkait penggunaan dosis optimum iradiasi sinar gamma terhadap stek pucuk tanaman coleus sehingga digunakan aplikasi taraf dosis 15–60 Gy. Nilai LD50 didapat dari perhitungan persentase tanaman hidup dalam jangka waktu tertentu setelah iradiasi pada taraf dosis tertentu dengan menggunakan software curve fit analysis. Persentase tanaman hidup yang diamati mulai 1 MST hingga 11 MST menunjukan respon yang berbeda antara varietas yang satu dengan yang lain pada taraf dosis 45 dan 60 Gy. Seluruh populasi Coleus blumei warna kuning/hijau, hijau/coklat, dan varigata hijau/coklat dapat bertahan hidup pada taraf dosis 0 sampai 30 Gy, sedangkan populasi Coleus amboinicus Lour telah mulai banyak yang mati pada taraf dosis 15 Gy. Secara umum Coleus blumei warna hijau/coklat memiliki persentase tanaman hidup paling tinggi dibanding seluruh varietas lainnya dan

Coleus amboinicus Lour memiliki persentase tanaman hidup paling rendah (Tabel 1).

Tabel 1 Persentase tanaman hidup dua bulan setelah iradiasi

Dosis (Gy) Jenis coleus C. blumei warna kuning/hijau C. blumei warna hijau/coklat C. blumei warna varigata hijau/coklat C. amboinicus Lour Tanaman hidup (%)

0 100.00 100.00 100.00 100.00

15 100.00 100.00 100.00 88.89

30 100.00 100.00 100.00 77.78

45 55.56 66.67 77.78 22.22

60 11.11 55.56 11.11 0.00

Aisyah (2006) mengungkapkan bahwa radiosensitivitas merupakan tingkat sensitivitas tanaman terhadap iradiasi. Faktor yang mempengaruhi radiosensitivitas antara lain kultivar tanaman, jenis bahan yang menerima iradiasi, jenis iradiasi, dan teknik iradiasi. Radiosensitivitas dapat diamati dari nilai LD50, adanya hambatan pertumbuhan atau letalitas, mutasi somatik, patahan kromosom, serta jumlah dan ukuran kromosom. Djojosoebagio (1988) menambahkan bahwa radiosensitivitas adalah satu kriteria yang dipakai untuk menentukan respon sel terhadap iradiasi.

Pola sebaran persentase tanaman hidup pada Coleus blumei warna kuning/hijau, Coleus blumei warna hijau/coklat, Coleus blumei warna varigata hijau/coklat, dan Coleus amboinicus Lour dideskripsikan secara berurutan dengan


(21)

9 fungsi Quadratic Fit, Reciprocal Quadratic, Polynomial Fit, Logistic Model.

Fungsi-fungsi ini merupakan fungsi terbaik menurut curve-fit analysis dengan persamaan secara berurutan y = 98.729 + 1.058x - 0.042x2,

, y = 100 - 0.494x + 0.0494x

2

- 0.001x3,

dan nilai keterandalan model secara berurutan r = 0.991,

r = 0.967, r = 1, r =0.997. Nilai LD50 yang diperoleh dari hasil persamaan tersebut secara berurutan adalah 48.66 Gy, 65.21 Gy, 52.81 Gy, dan 37.62 Gy (Gambar 4).

Gambar 4 Kurva persentasi tanaman hidup Coleus blumei warna kuning/hijau (kiri atas), Coleus blumei warna hijau/coklat (kanan atas), Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (kiri bawah), dan Coleus amboinicus Lour (kanan bawah) di tiap dosis iradiasi tertentu hasil penggunaan software curve-fit analysis

Pengujian LD50 secara umum memperlihatkan bahwa setiap varietas menunjukkan tingkat radiosensitivitas yang berbeda. Berdasarkan nilai LD50 yang diperoleh, Coleus amboinicus Lour diduga memiliki tingkat radiosensitivitas tertinggi dibanding tiga varietas lainnya. Secara berurutan nilai tingkat radiosensitivitas dari tinggi ke rendah dimiliki oleh Coleus amboinicus Lour,

Coleus blumei warna kuning/hijau, Coleus blumei warna varigata hijau/coklat, dan

Coleusblumei warnahijau/coklat.

Roy (2000) menyatakan bahwa radiosensitivitas berbeda-beda antar spesies tanaman. Radiosensitivitas tergantung pada kandungan inti sel (semakin banyak kandungan DNA, tanaman semakin sensitif) dan tingkat ploidi (semakin tinggi

S = 7.51088619 r = 0.99103501

Dosis Iradiasi (Gy)

P e r s e n t a s e T a n a m a n H id u p ( % )

0.0 11.0 22.0 33.0 44.0 55.0 66.0 2.22 20.00 37.78 55.56 73.33 91.11 108.8 9

S = 7.82975291 r = 0.96677230

Dosis Iradiasi (Gy)

P e r s e n t a s e T a n a m a n H id u p ( % )

0.0 11.0 22.0 33.0 44.0 55.0 66.0

51.12 60.00 68.89 77.78 86.67 95.56 104.4 4

S = 0.00119523 r = 1.00000000

Dosis Iradiasi (Gy)

P e r s e n t a s e T a n a m a n H id u p ( % )

0.0 11.0 22.0 33.0 44.0 55.0 66.0

2.22 20.00 37.78 55.56 73.33 91.11 108.8 9

S = 5.04240353 r = 0.99671529

Dosis Iradiasi (Gy)

P e r s e n t a s e T a n a m a n H id u p ( % )

0.0 11.0 22.0 33.0 44.0 55.0 66.0 0.00 18.33 36.67 55.00 73.33 91.67 110.0 0


(22)

10

tingkat ploidi, sensitivitas semakin rendah). Faktor kondisi iklim dan lingkungan lainnya sebelum dan sesudah perlakuan dari biji atau bagian tanaman yang diradiasi juga mempengaruhi radiosensitivitasnya.

Karakter Kuantitatif Pertambahan Tinggi Tanaman Coleus

Hasil pengamatan menunjukkan adanya interaksi antara varietas dan dosis sinar gamma yang berpengaruh nyata pada rata-rata pertambahan tinggi tanaman coleus (Lampiran 2). Berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf 5%, Coleus amboinicus Lour setelah iradiasi dengan taraf dosis 15 Gy memiliki rata-rata pertambahan tinggi terbaik. Jika diamati kondisi rata-rata pertambahan tinggi tanaman coleus per varietas, hasil iradiasi pada rata-rata pertambahan tinggi tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau di taraf dosis 0 Gy berbeda nyata dengan hasil iradiasinya di taraf 45 dan 60 Gy. Hal yang sama ditunjukkan oleh

Coleus blumei warna hijau/coklat, varigata hijau coklat, maupun Coleus amboinicus Lour. Seluruh jenis tanaman coleus setelah iradiasi di taraf dosis 45 dan 60 Gy menunjukkan nilai rata-rata pertambahan tinggi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman coleus tanpa perlakuan iradiasi (0 Gy). Perlakuan iradiasi menghambat pertambahan tinggi tanaman coleus. Semakin tinggi taraf dosis iradiasi maka pada umur dan jenis tanaman yang sama, tanaman yang diradiasi akan memiliki tinggi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman dengan tanpa perlakuan iradiasi (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil uji lanjut interaksi varietas dan dosis sinar gamma terhadap selisih rata-rata pertambahan tinggi coleus antara 11 MST dengan 1 MST

Dosis (Gy)

Jenis coleus C. blumei warna

kuning/hijau

C. blumei warna hijau/coklat

C. blumei warna varigata hijau/coklat

C. amboinicus Lour Pertambahan tinggi (cm)

0 25.94±4.05cde 30.83±0.59c 38.53±5.91b 44.14±6.17ab

15 29.63±2.68cd 26.87±1.27cde 30.51±3.80cd 46.54±2.68a

30 21.98±4.34e 22.76±2.26e 23.11±2.67e 24.16±6.75de

45 6.02±5.01fgh 2.86±0.51fgh 7.36±3.01fg 8.18±1.44f

60 2.06±1.65fgh 1.38±1.27gh 1.06±0.60gh 0.34±0.28h

Keterangan: Nilai tengah pada tiap baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT pada taraf 5%

Pertambahan Jumlah Daun Coleus

Interaksi antara varietas dan dosis sinar gamma memberi pengaruh nyata terhadap rata-tara pertambahan jumlah daun tanaman coleus (Lampiran 2). Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pertambahan jumlah daun tertinggi dimiliki oleh Coleus blumei warna kuning/hijau tanpa perlakuan iradiasi (0 Gy). Jika diamati kondisi rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman coleus per varietas,


(23)

11 nilai rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau, hijau/coklat, varigata hijau/coklat, dan Coleus amboinicus Lour tanpa perlakuan radiasi (0 Gy) berbeda nyata dengan nilai rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman coleus pada masing-masing jenisnya yang diradiasi di taraf 45 dan 60 Gy. Secara umum dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun coelus yang diradiasi lebih lambat dibandingkan dengan tanaman coleus tanpa perlakuan iradiasi, kecuali pada Coleus blumei warna hijau/coklat di taraf dosis 30 Gy. Tanaman Coleus blumei warna hijau/coklat yang diradiasi di taraf dosis 15 Gy justru menunjukkan nilai rata-rata pertambahan jumlah daun yang lebih rendah dari tanaman coleus jenis ini yang diradiasi di taraf 30 Gy. Hal ini diduga karena efek iradiasi sinar gama bersifat acak. Ishak (1997) menyatakan bahwa mutasi akibat iradiasi bersifat acak karena energi yang dipancarkan akan mengenai sasaran secara acak.

Tabel 3 Hasil uji lanjut interaksi varietas dan dosis sinar gamma terhadap selisih rata-rata pertambahan jumlah daun coleus antara 11 MST dengan 1 MST

Dosis (Gy)

Jenis coleus C. blumei warna

kuning/hijau

C. blumei warna hijau/coklat

C. blumei warna varigata

hijau/coklat

C. amboinicus Lour Pertambahan jumlah daun (helai)

0 87.33±20.90a 31.90±3.29de 43.89±03.40bcd 48.67±4.67bc

15 59.78±06.08b 25.67±2.67ef 57.11±09.34b 43.33±3.28bcd

30 58.56±07.17b 33.00±3.79cde 45.56±22.39bcd 21.11±4.29efgh

45 25.00±18.66efg 8.79±2.14ghij 20.44±05.01efghi 10.67±0.88fghij

60 5.00±03.18hij 4.22±0.38ij 2.56±01.50j 2.67±0.67j

Keterangan: Nilai tengah pada tiap baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT pada taraf 5%

Pertambahan Jumlah Ruas Coleus

Interaksi antara varietas dan dosis sinar gamma berpengaruh nyata terhadap rata-rata pertambahan jumlah ruas tanaman coleus (Lampiran 2). Secara umum tanaman Coleus amboinicus Lour setelah perlakuan iradiasi di taraf 15 Gy menunjukkan nilai rata-rata pertambahan jumlah ruas tertinggi. Semakin tinggi taraf dosis iradiasi sinar gamma maka nilai rata-rata pertambahan jumlah ruas tanaman coleus pun semakin rendah. Nilai rata-rata pertambahan jumlah ruas tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau, hijau/coklat, varigata hijau coklat, dan Coleus amboinicus Lour tanpa perlakuan iradiasi berbeda nyata dengan nilai rata-rata pertambahan jumlah ruas tanaman coleus pada masing-masing jenisnya yang diradiasi di taraf dosis 45 dan 60 Gy (Tabel 4).


(24)

12

Tabel 4 Hasil uji lanjut interaksi varietas dan dosis sinar gamma terhadap selisisih rata-rata pertambahan jumlah ruas coleus antara 11 MST dengan 1 MST

Dosis (Gy)

Jenis coleus C. blumei warna

kuning/hijau

C. blumei warna hijau/coklat

C. blumei warna varigata hijau/coklat

C. amboinicus Lour Pertambahan jumlah ruas (ruas)

0 10.11±0.19abc 8.67±0.67cd 9.78 ±0.38bc 10.11±1.39abc

15 9.78±0.51bc 8.00±0.33d 10.22±0.19ab 11.33±0.00a

30 9.56±0.84bc 7.22±0.51de 8.11±0.19d 7.67±1.33d

45 4.22±1.02f 3.33±0.58fg 4.11±1.07f 5.89±0.84e

60 2.00±0.58gh 1.00±0.58h 1.44±0.84f 0.67±0.33h

Keterangan: Nilai tengah pada tiap baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT pada taraf 5%

Karakter Kualitatif

Tabel 5 Perbandingan warna daun tanaman masing-masing jenis coleus pada perlakuan dosis sinar gamma yang berbeda dengan menggunakan RHCC

Dosis (Gy)

Jenis coleus

C. blumei warna kuning/hijau

C. blumei warna hijau/coklat

C. blumei warna varigata hijau/coklat

C. amboinicus Lour 0 Light yellow/green Dark purple

brown/yellow green

Dark purple

brown/dark green Green

15 Dark green Dark purple

brown/dark green

Dark purple

brown/dark green Green

30 Dark green

Dark purple brown/light yellow

green

Dark purple

brown/dark green Green

45 light yellow/ dark green/dark pink

Dark purple brown/light yellow

green

Dark purple

brown/dark green Green

60

-Dark purple brown/light yellow

green

Dark purple


(25)

-13 Tabel 5 memperlihatkan penggolongan warna daun pada coleus dalam penelitian ini. Pengamatan kualitatif berupa warna daun dilakukan dengan menggunakan RHCC sebagai alat ukur. Setiap jenis coleus pada penelitian ini memiliki warna daun yang berbeda. Hasil iradiasi menunjukkan adanya perubahan warna antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diradiasi pada

Coleus blumei warna kuning/hijaudanhijau/coklat.

Coleus blumei Warna Kuning/Hijau

Tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau setelah diradiasi sinar gamma dengan taraf dosis 15, 30, dan 45 Gy menghasilkan jenis warna daun yang berbeda dengan kontrol. Iradiasi memunculkan warna daun dark green dan membuatnya menjadi lebih dominan. Selain itu, terdapat warna dark pink yang muncul pada daun Coleus blumei warna kuning/hijau di taraf dosis 45 Gy. Corak daun warna dark pink tersebut tidak terdapat di seluruh tanaman jenis ini, melainkan hanya pada satu sampai dua helai di satu tanaman saja. Warna daun yang sama seperti daun tanaman kontrol yaitu kuning/hijau masih dapat ditemukan pada beberapa tanaman jenis ini di masing-masing taraf dosis tersebut, demikian juga bentuk daunnya. Bentuk daun kontrol tanaman coleus jenis ini cenderung agak menekuk, tetapi perlakuan iradiasi menghasilkan bentuk daun yang lebih rata. Bentuk daun yang rata ini hanya dimiliki oleh daun tanaman

Coleus blumei warna kuning/hijau hasil iradiasi dengan warna dark green

dominan. Tidak terdapat Coleus blumei warna kuning/hijau yang bertahan hidup di taraf dosis 60 Gy pada saat pengamatan kualitatif dilakukan (Gambar 5).

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy Gambar 5 Coleus blumei warna kuning/hijau setelah

perlakuan iradiasi di beberapa taraf dosis menghasilkan daun berwarna dark green

dominan dengan bentuk daun rata dan warna

dark pink di taraf dosis 45 Gy.

Coleus blumei WarnaHijau/Coklat

Perlakuan iradiasi sinar gamma di beberapa taraf dosis yang berbeda pada

Coleus blumei warna hijau/coklat tidak menunjukkan adanya perubahan warna daun baru yang dihasilkan, tetapi lebih cenderung kepada perbedaan ukuran. Ukuran daun yang diradiasi dengan taraf dosis yang lebih besar pertumbuhannya tertekan, sehingga tidak bertambah besar. Namun iradiasi sinar gamma di taraf


(26)

14

dosis 15 Gy menghasilkan ukuran daun yang lebih besar dari ukuran daun tanaman kontrol (Gambar 6).

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy Gambar 6 Coleus blumei warna hijau/coklat setelah

perlakuan iradiasi di beberapa taraf dosis

Coleus blumei Warna Varigata Hijau/Coklat

Perlakuan iradiasi sinar gamma pada tanaman Coleus blumei warna varigata hijau/coklat menghasilkan bentuk permukaan daun yang datar di taraf dosis 45 Gy. Daun tanaman kontrol coleus jenis ini menekuk. Pada taraf ini juga dihasilkan beberapa tanaman Coleus blumei warna varigata hijau/coklat dengan warna daun hijau polos. Bentuk dan warna daun seperti tanaman kontrol tetap dapat ditemukan di taraf dosis lainnya. Peningkatan taraf dosis iradiasi mengubah bentuk pinggir daun yang semula bergelombang menjadi lebih kecil. Warna varigata yang merupakan ciri khas dari Coleus blumei warna varigata hijau/coklat juga cenderung berkurang dengan semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan. Ukuran daun yang diradiasi di taraf dosis 60 Gy menjadi lebih kecil karena iradiasi menyebabkan pertumbuhan tanaman ini tertekan (Gambar 7).

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy Gambar 7 Coleus blumei warna varigata hijau/coklat

setelah iradiasi di beberapa taraf dosis menghasilkan warna daun hijau polos dan bentuk permukaan daun yang rata.


(27)

15

Coleus amboinicus Lour

Coleus amboinicus Lour yang diradiasi sinar gamma dengan taraf dosis 15 Gy menghasilkan tanaman dengan bentuk daun cenderung lebih bulat dibandingkan daun tanaman kontrol, sedangkan iradiasi dengan taraf dosis 30 Gy menekan ukuran daun menjadi lebih kecil atau tidak bertambah besar. Iradiasi di taraf dosis 45 Gy menghasikan bentuk pinggiran daun gelombang dengan ujung yang meruncing seperti gerigi. Tanaman kontrol memiliki bentuk daun yang berbentuk semi-segitiga dengan ujung daun yang tumpul. Pinggiran daun tanaman kontrol juga berbentuk gelombang dengan ujung yang tumpul. Berdasarkan hasil pengamatan, tidak semua tanaman Coleus amboinicus Lour pada taraf dosis 45 Gy yang memiliki bentuk daun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Bentuk daun ini hanya ditemukan pada satu tanaman saja di taraf dosis 45 Gy. Tanaman lain cenderung memiliki bentuk daun yang sama dengan ukuran yang lebih kecil seiring dengan semakin tingginya taraf dosis iradiasi yang diberikan. Iradiasi tidak menyebabkan ukuran daun tanaman menjadi lebih kecil, tetapi menekan pertumbuhan tanaman sehingga tidak bertambah besar. Pada taraf dosis 60 Gy tidak ada tanaman Coleus amboinicus Lour yang bertahan hidup saat pengamatan kualitatif dilakukan. Tanaman Coleus amboinicus Lour memiliki tingkat radiosensitivitas yang paling tinggi di antara ketiga varietas coleus lain pada penelitian ini, sehingga angka kematian tanaman ini akibat iradiasi lebih tinggi. Selain itu juga tanaman coleus jenis ini menjadi lebih rentan terserang OPT akibat perlakuan iradiasi sinar gamma. Berdasarkan RHCC, tanaman Coleus amboinicus

Lour setelah iradiasi sinar gamma tidak memperlihatkan adanya perubahaan warna daun pada tiap taraf dosis yang berbeda yang diberikan. Tanaman Coleus amboinicus Lour tetap memiliki warna daun yang sama pada taraf dosis 0, 15, 30, dan 45 Gy yaitu green (Gambar 8).

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy

Gambar 8 Coleus amboinicus Lour setelah perlakuan iradiasi di beberapa taraf dosis menghasilkan bentuk daun baru di taraf 45 Gy


(28)

16

Keragaan Fenotipik Khusus

Coleus blumei Warna Kuning/Hijau

Perlakuan iradiasi sinar gamma pada tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau cenderung menekan sifat varigata warna daun dan menimbulkan corak merah mudah pada daun coleus. Pada taraf dosis 30 dan 45 Gy warna daun berubah menjadi dominan hijau, begitu pula dengan corak merah muda yang muncul pada beberapa helai daun. Corak tersebut tidak muncul di tanaman coleus jenis ini pada taraf dosis 15 Gy dan hanya terdapat di beberapa helai daun di satu tanaman saja dari beberapa tanaman yang diradiasi di taraf dosis 45 Gy. Namun warna merah muda ini tidak bertahan lama dan tidak diturunkan (Gambar 9).

Gambar 9 Coleus blumei warna kuning/hijau setelah perlakuan iradiasi di taraf 45 Gy menghasilkan warna daun merah muda.

Coleus blumei warna varigatahijau/coklat

Berdasarkan hasil pengamatan keragaan fenotipik khusus, tidak ditemukan keragaan baru pada tanaman Coleus blumei warna varigata hijau/coklat setelah perlakuan iradiasi sinar gamma pada taraf dosis yang berbeda, terutama pada warna daun. Tanaman kontrol memiliki warna daun yang sama dengan tanaman lain yang mendapat perlakuan iradiasi sinar gamma di taraf dosis 15, 30, 45, dan 60 Gy. Tanaman coleus jenis ini yang diradiasi di taraf dosis 60 Gy memiliki ukuran daun yang tidak bertambah besar, lebih kecil dibandingkan ukuran daun tanaman kontrol ataupun tanaman yang diradiasi di taraf dosis 15, 30, dan 45 Gy.

Gambar 10 menunjukkan bahwa tanaman Coleus blumei warna varigata hijau/coklat memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan iradiasi sinar gamma pada daun tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau, yaitu sifat varigata warna daun berkurang dan warna hijau menjadi dominan. Selain itu pada taraf dosis 45 Gy permukaan daun mejadi lebih rata atau datar. Bentuk pinggiran daun yang semula bergelombang pada tanaman kontrol menjadi lebih kecil ukuran gelombangnya. Keragaan yang berbeda ini hanya terdapat pada beberapa tanaman saja di taraf dosis iradiasi sinar gamma 45 Gy. Keragaan daun tanaman Coleus


(29)

17

blumei warna varigata hijau/coklat kontrol masih dapat ditemukan pada tanaman coleus jenis ini di taraf dosis 15, 30 maupun 45 Gy.

Gambar 10 Coleus blumei warnavarigata hijau/coklat setelah perlakuan iradiasi di beberapa taraf dosis menghasilkan warna daun hijau dominan dan bentuk daun rata.

Coleus amboinicus Lour

Tanaman Coleus amboinicus Lour setelah perlakuan iradiasi 45 Gy mengalami perubahan fisiologis berupa bentuk daun berbeda dan memiliki bau yang lebih menyengat dari tanaman kontrol. Namun hanya terdapat satu tanaman saja yang memiliki keragaan baru seperti ini. Bentuk daun tanaman kontrol lebih besar, bulat, dengan bentuk pinggiran daun bergelombang kecil tumpul, sedangkan ukuran keragaan daun baru lebih kecil dengan bentuk daun segitiga yang memiliki ujung lebih meruncing atau lancip dan bentuk pinggiran daun bergelombang lebih tajam seperti gergaji. Selain itu berdasarkan uji rasa yang dilakukan oleh tiga orang mahasiswa, rasa getir khas tanaman Coleus amboinicus

Lour diduga berkurang dibandingkan dengan rasa getir pada tanaman kontrol. Tanaman Coleus amboinicus Lour dengan bentuk daun yang baru, bau yang lebih menyengat, dan rasa getir yang berkurang prospektif untuk dikembangkan. Keragaan baru yang dihasilkan ini belum dapat dikatakan sebagai mutan sebab harus melalui uji genetik terlebih dahulu untuk membuktikan apakah perubahan ini disebabkan oleh faktor genetik ataukah hanya disebabkan oleh faktor lingkungan saja (Gambar 11).

Gambar 11 Coleus amboinicus Lour setelah iradiasi di taraf 45 Gy menghasilkan keragaan bentuk daun baru


(30)

18

Pembahasan Umum

Setiap tanaman coleus memiliki tingkat radiosensitivitas yang berbeda. Menurut Datta (2001) radiosensitivitas adalah tingkat sensitivitas atau respon yang diperlihatkan oleh jaringan tumbuhan setelah diradiasi. Salah satu parameter untuk mengukur tingkat radiosensitivitas tersebut adalah melalui nilai LD50.

Kisaran taraf dosis iradiasi yang diaplikasikan menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan dosis optimum. Dosis optimum didapatkan dengan cara memberi perlakuan iradiasi dengan taraf dosis di sekitar LD50 dan melihat respon tanaman. Pada kisaran taraf dosis iradiasi yang rendah, kemampuan tanaman coleus untuk hidup lebih tinggi dibanding iradiasi dengan taraf dosis yang tinggi, tetapi frekuensi terjadinya mutasi akan lebih rendah.

Sesuai dengan hasil pengamatan, keragaan fenotipik khusus pada tanaman

Coleus blumei warna kuning/hijau, Coleus blumei warna hijau/coklat, Coleus blumei warna varigata hijau/coklat, dan Coleus amboinicus Lour cenderung lebih banyak ditemukan pada tanaman coleus yang diradiasi sinar gamma dengan taraf dosis 30 dan 45 Gy. Namun pada kisaran taraf dosis iradiasi ini jumlah tanaman coleus yang bertahan hidup lebih sedikit dibanding pada taraf dosis iradiasi 15 Gy. Pada taraf dosis iradiasi 15 Gy seluruh populasi tanaman coleus di setiap varietas masih bertahan hidup sampai pengamatan terakhir dilakukan, sedangkan pada taraf dosis iradiasi 60 Gy tidak semua jenis coleus dapat bertahan hidup.

Perlakuan iradiasi sinar gamma akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Nariah (2008) dan Faradilla (2008) menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma juga cenderung menurunkan persentase tanaman hidup, menghambat pertumbuhan tinggi, menurunkan jumlah daun baik ukuran panjang dan lebar pada tanaman Caladium spp dan Anthurium andreanum.

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlakuan iradiasi sinar gamma terhadap tanaman coleus di taraf dosis 30, 45, dan 60 Gy menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, menjadi terlihat lebih pendek, ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol dan bahkan menyebabkan kematian. Pada dasarnya, bukanlah ukuran yang mengecil, tetapi pertumbuhannya yang terhambat, sehingga tidak bertambah besar (Gambar 12). Boertjes dan Van Harten (1988) menyatakan bahwa ada dua macam pengaruh yang dapat terjadi setelah iradiasi, yaitu kerusakan fisiologis dan kerusakan genetik (mutasi). Kerusakan fisiologis yang terjadi dapat berupa kematian sel, terhambatnya pembelahan sel, dan pengaruh pertumbuhan rata-rata. Grosch dan Hapwood (1979) menambahkan bahwa iradiasi pada tanaman dapat menyebabkan bentuk daun yang berlainan diantaranya yaitu penghambatan pertumbuhan (pengkerdilan), penebalan, perubahan bentuk dan tekstur, pengerutan, pelekukan abnormal, pengeritingan pada tepi daun, penyatuan daun dan perubahan warna.


(31)

19

Gambar 12 Perlakuan iradiasi menekan pertumbuhan tanaman coleus; Coleus blumei warna kuning/hijau (a), Coleus blumei warna hijau/coklat (b),

Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (c), Coleus amboinicus

Lour (d); dari kiri ke kanan: 0, 15, 30, 45, dan 60 Gy

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Iradiasi sinar gamma pada taraf dosis 15–60 Gy memberikan pengaruh yang nyata pada beberapa karakter tanaman coleus. Perlakuan iradiasi sinar gamma cenderung menekan pertumbuhan tanaman coleus yang meliputi karakter pertambahan tinggi, jumlah daun, dan jumlah ruas, bahkan dapat menyebabkan kematian. Semakin tinggi taraf dosis yang diaplikasikan, maka semakin kecil presentase populasi jumlah tanaman hidup.

Nilai LD50 yang diperoleh adalah berbeda untuk setiap varietas coleus yang digunakan pada penelitian ini. Tanaman Coleus amboinicus Lour memiliki nilai LD50 paling rendah di antara ketiga jenis coleus lainnya. Nilai LD50 tanaman

Coleus blumei warna kuning/hijau, hijau/coklat, varigata hijau/coklat, dan Coleus amboinicus Lour secara berurutan adalah 48.66, 65.21, 52.81, dan 37.62 Gy.

Perlakuan iradiasi sinar gamma dapat mengubah keragaan fenotip pada tanaman coleus, khususnya warna daun. Pada taraf dosis iradiasi 30 dan 45 Gy, warna daun varigata tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau dan Coleus blumei warna varigata hijau coklat cenderung berubah menjadi warna dominan hijau polos. Tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau yang diradiasi dengan taraf dosis 45 Gy menghasilkan warna daun corak merah muda. Corak merah muda ini hanya terdapat pada dua helai daun di satu tanaman yang diradiasi di

b

d c


(32)

20

taraf dosis 45 Gy. Selain itu, tanaman Coleus amboinicus Lour yang setelah perlakuan iradiasi dengan taraf dosis 45 Gy menunjukkan perubahan fisiologis keragaan bentuk daun baru dan bau yang lebih menyengat. Perubahan fisiologis yang diperoleh pada tanaman Coleus amboinicus Lour ini prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut jika hasil mutasinya stabil pada generasi berikutnya.

Saran

Pada penelitian ini juga disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan iradiasi berulang pada taraf dosis di sekitar nilai LD50 dengan harapan dapat dihasilkan lebih banyak lagi keragaan baru yang menambah nilai jual tanaman coleus. Penulis menyarankan untuk lebih menjaga sterilitas dalam melakukan proses penyetekan pucuk dan menggunakan tanah steril sebagai media tanam saat masa pengakaran stek untuk menghindari dan mengurangi serangan OPT.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah SI. 2006. Sitogenetika Tanaman. Sastrosumarjo S, editor. Bogor (ID): IPB Pr.

Boertjes C, Harten AMV. 1988. Applied Mutation Breeding for Vegetatively Propagated Crops. Amsterdam (NL): Elsevier.

Croxton S, Kessler JR. 2007. Green house production of coleus. J Agriculture. 1314: 1-2.

Crowder LV. 2006. Genetika Tumbuhan. Lilik K, penerjemah; Soetarso, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Genetics.

Damanik R. 2005a. Effect of consumption torbangun soup (Coleus amboinicus

Lour) on micronutrient intake of bataknese lactating women. J Media Gizi dan Keluarga. 29(1): 68-73.

__________. 2005b. Fatty acid intake of bataknese lactaticng women consuming the torbangun soup (Coleus amboinicus Lour) on micronutrient intake of bataknese lactating women. J Media Gizi dan Keluarga 29(1): 74-80.

__________. 2009. Torbangun : a Bataknese traditional cuisine percieved as lactagogue by Bataknese lactating women in Simalungun, North Sumatera, Indonesia. J of Human Lactation 25(1): 64-72.

Damanik R, Damanik N, Daulay Z, Saragih S, Premier R, Wattanapenpaiboon N, Wahlqvist ML. 2001. Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus ambonicus Lour) to increase breast milk production among bataknese women in North Sumatera island, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr 10(4): S67

Damanik R, Wahlqvist ML. 2006. Lactagogue effects of torbangun, a bataknese traditional cuisine. Asia Pac J Clin Nutr 15(2): 267-274.

Datta SK. 2001. Mutation Studies on Garden dan Radiasi dalam Biologi. Bogor (ID): IPB Press.


(33)

21 Devi M. 2009. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus

Lour) untuk menanggulangi keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Djojosoebagio S. 1988. Dasar-dasar Radioisotop dan Radiasi dalam Biologi. Bogor (ID): PAU IPB.

Faradilla FM. 2008. Mutasi induksi melalui sinar gamma pada dua kultivar

Anthurium andreanum (A. Andreanum‘Mini’ dan A. andreanum ‘Holland’). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Grosch DS, Howood LE. 1979. Biological Effects of Radiations. Ed ke-2. New York (US): Academic Pr.

Harrison L. 2012. RHS Latin for gardeners: over 3000 plant names explained and explored. United Kingdom: Mitchell Beazley.

Ishak. 1997. Studi Pembentukan Akar dan Regenerasi Tanaman dari Suspensi Sel Asparagus officinallis yang Diradiasi Gamma. BATAN. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta, Indonesia.

[IAEA] International Atomic Energy Agency. 1977. Manual on Mutation Breeding. Ed ke-2. Tech. Report Series No. 119. Joint FAO/IAEA/ Vienna: Div. of Atomic Energy in Food and Agriculture. 286 p.

Mattjik AA. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, Jilid I. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Micke A, Donini B. 1993. Induced mutation. Hayward MD, Bosemark NO, Romagosa I, editor. Plant Breeding Principles and Prospects. London (UK): Chapman & Hall.

Nariah F. 2008. Pengaruh mutasi fisik melalui iradiasi sinar gamma terhadap keragaan Caladium spp. Bogor (ID): Institut Petanian Bogor.

Poelhman JM, Sleeper DA.1995. Breeding Field Crops. Ames (US): Iowa State University Pr.

Poespadarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID): PAU IPB

[RHS] Royal Horticulture Society. 2008. RHS A-Z encyclopedia of garden plants. [Internet]. [diunduh 2013 Sept 11]. Tersedia pada: http://www.rhs.org.uk Roy D. 2000. Plant Breeding Analysis and Exploitation of Variation. New Delhi

(IN): Narosa Publishing House.

Soedjono S. 2003. Aplikasi mutasi induksi dan variasi somaklonal dalam pemuliaan tanaman. J Litbang Pertanian 22(2) : 70-78.


(34)

22

Lampiran 1 Dokumentasi pengukuran warna daun keempat varietas tanaman coleus menggunakan RHCC

Coleus blumei warna kuning/hijau

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy

Coleus blumei warna hijau/coklat

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy

Coleus blumei warna varigata hijau/coklat

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy

Coleus amboinicus Lour

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy


(35)

23 Dosis

(Gy)

Jenis coleus C. blumei warna

kuning/hijau

C. blumei warna hijau/coklat

C. blumei warna varigata hijau/coklat

C. amboinicus Lour

0 RHS 15D/ 137Ca RHS 187A/145A RHS 187A/144A RHS 137C

15 RHS 144A RHS 187A/144A RHS N77A/144A RHS 137C

30 RHS 144A RHS 187A/149A RHS N77A/144A RHS 137C

45 RHS 4D/144A/ N57D RHS 187A/149A RHS 187A/144A RHS 137C

60 - RHS 187A/149A RHS 187A/144A -

Keterangan: RHS 15D dan RHS 4D = light yellow, RHS 137C = green, RHS 144A = dark

green, RHS N57D = dark pink, RHS 187A dan RHS N77A = dark purple brown,

RHS 149A = light yellow green

Lampiran 2 Hasil uji F terhadap beberapa karakter kuantitatif dan interaksi antara varietas dan dosis pada keempat varietas tanaman coleus menggunakan aplikasi SAS

ANNOVA Pertambahan tinggi tanaman Sumber

keragaman

Derajat

bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung

Varietas 3 587.34228 195.78076 16.66**

Dosis 4 11460.53493 2865.13373 243.87**

varietas*dosis 12 774.00893 64.50074 5.49**

Blok 2 774.00893 18.73291 1.59

Keterangan: * = nyata pada tingkat 5%; ** = nyata pada tingkat 1% ANNOVA Pertambahan jumlah daun

Sumber keragaman

Derajat

bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung

Varietas 3 6073.79815 2024.59938 25.27**

Dosis 4 21117.40000 5279.35000 65.88**

varietas*dosis 12 4200.67407 350.05617 4.37*

Blok 2 154.60370 77.30185 0.96

Keterangan: * = nyata pada tingkat 5%; ** = nyata pada tingkat 1% ANNOVA Pertambahan jumlah ruas

Sumber keragaman

Derajat

bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung

Varietas 3 22.2722222 7.4240741 11.55**

Dosis 4 665.0814814 166.2703703 258.63**

varietas*dosis 12 21.8666666 1.8222222 2.83*

Blok 2 1.7925926 0.8962963 1.39


(36)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1991 dari ayah Alfred Panjaitan dan ibu Heppy Marpaung. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Agronomi pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada periode 2011/2012. Di kegiatan non-akademik, penulis juga aktif sebagai staf Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Lapangan pada periode 2011/2012 dan pernah menjadi ketua panitia acara IPB Tennis Competition (ITC) se-Bogor pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan 2nd summer camp

bertemakan green economy untuk lingkup ASEAN+9 yang diselenggarakan oleh


(1)

19

Gambar 12 Perlakuan iradiasi menekan pertumbuhan tanaman coleus; Coleus blumei warna kuning/hijau (a), Coleus blumei warna hijau/coklat (b), Coleus blumei warna varigata hijau/coklat (c), Coleus amboinicus Lour (d); dari kiri ke kanan: 0, 15, 30, 45, dan 60 Gy

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Iradiasi sinar gamma pada taraf dosis 15–60 Gy memberikan pengaruh yang nyata pada beberapa karakter tanaman coleus. Perlakuan iradiasi sinar gamma cenderung menekan pertumbuhan tanaman coleus yang meliputi karakter pertambahan tinggi, jumlah daun, dan jumlah ruas, bahkan dapat menyebabkan kematian. Semakin tinggi taraf dosis yang diaplikasikan, maka semakin kecil presentase populasi jumlah tanaman hidup.

Nilai LD50 yang diperoleh adalah berbeda untuk setiap varietas coleus yang

digunakan pada penelitian ini. Tanaman Coleus amboinicus Lour memiliki nilai LD50 paling rendah di antara ketiga jenis coleus lainnya. Nilai LD50 tanaman

Coleus blumei warna kuning/hijau, hijau/coklat, varigata hijau/coklat, dan Coleus amboinicus Lour secara berurutan adalah 48.66, 65.21, 52.81, dan 37.62 Gy.

Perlakuan iradiasi sinar gamma dapat mengubah keragaan fenotip pada tanaman coleus, khususnya warna daun. Pada taraf dosis iradiasi 30 dan 45 Gy, warna daun varigata tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau dan Coleus blumei warna varigata hijau coklat cenderung berubah menjadi warna dominan hijau polos. Tanaman Coleus blumei warna kuning/hijau yang diradiasi dengan taraf dosis 45 Gy menghasilkan warna daun corak merah muda. Corak merah muda ini hanya terdapat pada dua helai daun di satu tanaman yang diradiasi di

b

d c


(2)

20

taraf dosis 45 Gy. Selain itu, tanaman Coleus amboinicus Lour yang setelah perlakuan iradiasi dengan taraf dosis 45 Gy menunjukkan perubahan fisiologis keragaan bentuk daun baru dan bau yang lebih menyengat. Perubahan fisiologis yang diperoleh pada tanaman Coleus amboinicus Lour ini prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut jika hasil mutasinya stabil pada generasi berikutnya.

Saran

Pada penelitian ini juga disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan iradiasi berulang pada taraf dosis di sekitar nilai LD50 dengan harapan

dapat dihasilkan lebih banyak lagi keragaan baru yang menambah nilai jual tanaman coleus. Penulis menyarankan untuk lebih menjaga sterilitas dalam melakukan proses penyetekan pucuk dan menggunakan tanah steril sebagai media tanam saat masa pengakaran stek untuk menghindari dan mengurangi serangan OPT.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah SI. 2006. Sitogenetika Tanaman. Sastrosumarjo S, editor. Bogor (ID): IPB Pr.

Boertjes C, Harten AMV. 1988. Applied Mutation Breeding for Vegetatively Propagated Crops. Amsterdam (NL): Elsevier.

Croxton S, Kessler JR. 2007. Green house production of coleus. J Agriculture. 1314: 1-2.

Crowder LV. 2006. Genetika Tumbuhan. Lilik K, penerjemah; Soetarso, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Genetics.

Damanik R. 2005a. Effect of consumption torbangun soup (Coleus amboinicus Lour) on micronutrient intake of bataknese lactating women. J Media Gizi dan Keluarga. 29(1): 68-73.

__________. 2005b. Fatty acid intake of bataknese lactaticng women consuming the torbangun soup (Coleus amboinicus Lour) on micronutrient intake of bataknese lactating women. J Media Gizi dan Keluarga 29(1): 74-80.

__________. 2009. Torbangun : a Bataknese traditional cuisine percieved as lactagogue by Bataknese lactating women in Simalungun, North Sumatera, Indonesia. J of Human Lactation 25(1): 64-72.

Damanik R, Damanik N, Daulay Z, Saragih S, Premier R, Wattanapenpaiboon N, Wahlqvist ML. 2001. Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus ambonicus Lour) to increase breast milk production among bataknese women in North Sumatera island, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr 10(4): S67

Damanik R, Wahlqvist ML. 2006. Lactagogue effects of torbangun, a bataknese traditional cuisine. Asia Pac J Clin Nutr 15(2): 267-274.

Datta SK. 2001. Mutation Studies on Garden dan Radiasi dalam Biologi. Bogor (ID): IPB Press.


(3)

21 Devi M. 2009. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) untuk menanggulangi keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Djojosoebagio S. 1988. Dasar-dasar Radioisotop dan Radiasi dalam Biologi. Bogor (ID): PAU IPB.

Faradilla FM. 2008. Mutasi induksi melalui sinar gamma pada dua kultivar Anthurium andreanum (A. Andreanum ‘Mini’ dan A. andreanum ‘Holland’). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Grosch DS, Howood LE. 1979. Biological Effects of Radiations. Ed ke-2. New York (US): Academic Pr.

Harrison L. 2012. RHS Latin for gardeners: over 3000 plant names explained and explored. United Kingdom: Mitchell Beazley.

Ishak. 1997. Studi Pembentukan Akar dan Regenerasi Tanaman dari Suspensi Sel Asparagus officinallis yang Diradiasi Gamma. BATAN. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta, Indonesia.

[IAEA] International Atomic Energy Agency. 1977. Manual on Mutation Breeding. Ed ke-2. Tech. Report Series No. 119. Joint FAO/IAEA/ Vienna: Div. of Atomic Energy in Food and Agriculture. 286 p.

Mattjik AA. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, Jilid I. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Micke A, Donini B. 1993. Induced mutation. Hayward MD, Bosemark NO, Romagosa I, editor. Plant Breeding Principles and Prospects. London (UK): Chapman & Hall.

Nariah F. 2008. Pengaruh mutasi fisik melalui iradiasi sinar gamma terhadap keragaan Caladium spp. Bogor (ID): Institut Petanian Bogor.

Poelhman JM, Sleeper DA.1995. Breeding Field Crops. Ames (US): Iowa State University Pr.

Poespadarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID): PAU IPB

[RHS] Royal Horticulture Society. 2008. RHS A-Z encyclopedia of garden plants. [Internet]. [diunduh 2013 Sept 11]. Tersedia pada: http://www.rhs.org.uk Roy D. 2000. Plant Breeding Analysis and Exploitation of Variation. New Delhi

(IN): Narosa Publishing House.

Soedjono S. 2003. Aplikasi mutasi induksi dan variasi somaklonal dalam pemuliaan tanaman. J Litbang Pertanian 22(2) : 70-78.


(4)

22

Lampiran 1 Dokumentasi pengukuran warna daun keempat varietas tanaman coleus menggunakan RHCC

Coleus blumei warna kuning/hijau

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy

Coleus blumei warna hijau/coklat

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy

Coleus blumei warna varigata hijau/coklat

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy 60 Gy

Coleus amboinicus Lour

0 Gy 15 Gy 30 Gy 45 Gy


(5)

23

Dosis (Gy)

Jenis coleus

C. blumei warna

kuning/hijau

C. blumei warna

hijau/coklat

C. blumei warna

varigata hijau/coklat

C. amboinicus

Lour

0 RHS 15D/ 137Ca RHS 187A/145A RHS 187A/144A RHS 137C

15 RHS 144A RHS 187A/144A RHS N77A/144A RHS 137C

30 RHS 144A RHS 187A/149A RHS N77A/144A RHS 137C

45 RHS 4D/144A/ N57D RHS 187A/149A RHS 187A/144A RHS 137C

60 - RHS 187A/149A RHS 187A/144A -

Keterangan: RHS 15D dan RHS 4D = light yellow, RHS 137C = green, RHS 144A = dark

green, RHS N57D = dark pink, RHS 187A dan RHS N77A = dark purple brown,

RHS 149A = light yellow green

Lampiran 2 Hasil uji F terhadap beberapa karakter kuantitatif dan interaksi antara varietas dan dosis pada keempat varietas tanaman coleus menggunakan aplikasi SAS

ANNOVA Pertambahan tinggi tanaman Sumber

keragaman

Derajat

bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung

Varietas 3 587.34228 195.78076 16.66**

Dosis 4 11460.53493 2865.13373 243.87**

varietas*dosis 12 774.00893 64.50074 5.49**

Blok 2 774.00893 18.73291 1.59

Keterangan: * = nyata pada tingkat 5%; ** = nyata pada tingkat 1%

ANNOVA Pertambahan jumlah daun Sumber

keragaman

Derajat

bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung

Varietas 3 6073.79815 2024.59938 25.27**

Dosis 4 21117.40000 5279.35000 65.88**

varietas*dosis 12 4200.67407 350.05617 4.37*

Blok 2 154.60370 77.30185 0.96

Keterangan: * = nyata pada tingkat 5%; ** = nyata pada tingkat 1%

ANNOVA Pertambahan jumlah ruas Sumber

keragaman

Derajat

bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung

Varietas 3 22.2722222 7.4240741 11.55**

Dosis 4 665.0814814 166.2703703 258.63**

varietas*dosis 12 21.8666666 1.8222222 2.83*

Blok 2 1.7925926 0.8962963 1.39


(6)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1991 dari ayah Alfred Panjaitan dan ibu Heppy Marpaung. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 65 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Agronomi pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada periode 2011/2012. Di kegiatan non-akademik, penulis juga aktif sebagai staf Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Lapangan pada periode 2011/2012 dan pernah menjadi ketua panitia acara IPB Tennis Competition (ITC) se-Bogor pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan 2nd summer camp bertemakan green economy untuk lingkup ASEAN+9 yang diselenggarakan oleh National Institute of Development Administration (NIDA) di Bangkok, Thailand.