formal  dan  non-formal  perlu  mendapat  prioritas.  Memberdayakan  masyarakat bertujuan  untuk  mendidik  masyarakat  agar  mau  mendidik  diri  mereka  sendiri.
Tujuan  yang  akan  dicapai  melalui  usaha  pemberdayaan  masyarakat  adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, dan mampu mengadopsi inovasi.
Salah  satu  tujuan  pemberdayaan  masyarakat  adalah  tumbuhnya kemandirian  masyarakat.  Masyarakat  yang  mandiri  adalah  masyarakat  yang
sudah  mampu  menolong  diri  sendiri,  untuk  itu  perlu  selalu  ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya.
Dengan  demikian  upaya  pemberdayaan  masyarakat  merupakan  suatu upaya  menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga  masyarakat baik di
tingkat  individu,  kelompok,  kelembagaan,  maupun  komunitas  memiliki  tingkat kesejahteraan  yang  jauh  lebih  baik  dari  sebelumnya,  memiliki  akses  terhadap
sumber  daya,  memiliki  kesadaran  kritis,  mampu  melakukan  pengorganisasian dan  kontrol  sosial  dari  segala  aktivitas  pembangunan  yang  dilakukan
lingkungannya.
2.1.5 Proses Pemberdayaan dan Strategi Pemberdayaan
Menurut  Oakley  dan  Marsden  1984  dalam  Pranarka  dan  Moeljarto 1996, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yaitu: 1 proses
primer,  yang  menekankan  pada  pengalihan  sebagian  kekuasaan,  kekuatan,  atau kemampuan  kepada  masyarakat,  agar  menjadi  lebih  berdaya  membangun  asset
material  guna  mendukung  pembangunan  kemandirian  mereka;  dan  2  proses sekunder,  dengan  menekankan  pada  menstimuli,  mendorong,  memotivasi
masyarakat,  agar  mempunyai  kemampuankeberdayaan  untuk  menentukan pilihan  hidupnya.  Kedua proses  ini  bukan klasifikasi kaku, tetapi saling terkait.
Agar kecenderungan primer terwujud, seringkali  harus  melalui proses sekunder terlebih dahulu.
Berdasarkan  pemikiran  di  atas  maka  secara  operasional,  pemberdayaan pada tahap ini bergerak dari pemahaman sisi dimensi generatif, yang merupakan
suatu  proses  perubahan  yang  menekankan  kreativitas  dan  prakarsa  warga komunitas  yang  sadar  diri  dan  terbina  sebagai  titik  tolak.  Dengan  pengertian
tersebut  pemberdayaan  mengandung  dua  pengertian,  yakni  kemandirian  dan
partisipasi.  Pemberdayaan  warga  komunitas  merupakan  tahap  awal  untuk menuju  kepada  partisipasi  warga  komunitas  khususnya  dalam  proses
pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Strategi  pada  hakekatnya  adalah  perencanaan  dan  manajemen  untuk
mencapai suatu tujuan. Menurut Harper 1994  dalam Adi 2003 ada beberapa strategi yang dapat dipakai untuk melakukan pemberdayaan:
1. Strategi Fasilitasi
Strategi  ini  dipergunakan  bila  kelompok  yang  dijadikan  target  mengetahui ada  masalah dan  membutuhkan perubahan dan  ada keterbukaan terhadap pihak
luar dan keinginan pribadi untuk terlibat. Melalui strategi ini para agen perubah dapat  bertindak  sebagai  fasilitator.  Oleh  karena  itu,  tugas  dari  fasilitator  ini
seringkali membuat kelompok target menjadi sadar terhadap pilihan-pilihan dan keberadaan sumber-sumber. Strategi ini dikenal sebagai strategi kooperatif, yaitu
agen peubah bersama-sama kliennya mencari penyelesaian. 2.
Strategi Edukatif Strategi ini membutuhkan waktu, khususnya dalam membentuk pengetahuan
dan  keahlian.  Pendekatan  ini  memberikan  suatu  pemahaman  atau  pengetahuan baru  dalam  mengadopsi  suatu  perubahan.  Segmentasi  menjadi  faktor  penting
untuk  membuat  pesan  mudah  dimengerti  atau  diterima  oleh  kelompok  yang berbeda. Karakteristik demografi usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi sosial,
dan ekonomi merupakan pengkategorian yang umum digunakan. 3.
Strategi Persuasif Strategi  ini  berupaya  membawa  perubahan  melalui  kebiasaan  dalam
berperilaku,  dimana  pesan  disusun  dan  dipresentasikan.  Jadi  pendekatan  ini mengacu kepada tingkatan reduksi dimana agen perubah mempergunakan emosi
dan  hal-hal  yang  tidak  rasional  untuk  melakukan  perubahan.  Persuasi  lebih sering  dipergunakan  bila  target tidak  sadar  terhadap  kebutuhan  perubahan  atau
mempunyai komitmen yang rendah terhadap perubahan. 4.
Strategi Kekuasaan Praktek strategi kekuasaan yang efektif membutuhkan agen yang mempunyai
sumber-sumber untuk  memberi  bonus atau sanksi pada target serta mempunyai kemampuan  untuk  memonopoli  akses.  Strategi  kekuasaan  ini  menjadi  efektif
ketika komitmen terhadap perubahan rendah, waktu yang singkat dan perubahan yang dikehendaki lebih kepada perilaku dibandingkan dengan sikap attitude.
2.1.6 Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat